case morbili

36
LEMBAR PENGESAHAN Nama : Nadia Alwainy NIM : 030.08.171 Universitas : Universitas Trisakti Fakultas : Kedokteran Tingkat : Kepanitraan Klinik Bidang Pendidikan : Ilmu Kesehatan Anak Periode Kepaniteraan Klinik : Periode 25 Mei – 1 Agustus 2015 Judul Laporan Kasus : Morbili TELAH DIPERIKSA dan DISETUJUI TANGGAL : Menyetujui,

Upload: nadia-alwainy

Post on 09-Sep-2015

248 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

campak

TRANSCRIPT

LEMBAR PENGESAHAN

Nama: Nadia Alwainy

NIM: 030.08.171

Universitas: Universitas Trisakti

Fakultas: Kedokteran

Tingkat: Kepanitraan Klinik

Bidang Pendidikan: Ilmu Kesehatan Anak

Periode Kepaniteraan Klinik: Periode 25 Mei 1 Agustus 2015

Judul Laporan Kasus: Morbili

TELAH DIPERIKSA dan DISETUJUI TANGGAL :

Menyetujui,

Dr. Hj. Siti Rahmah, Sp.A

BAB I

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS

Data

Pasien

Ayah

Ibu

Nama

An. N

Tn. D

Ny. S

Umur

4 thn, 2 bulan

04/ 04/ 11

45 thn

40 thn

Jenis Kelamin

Laki-laki

Laki-laki

Perempuan

Alamat

Kp. Pulo Gede 005/011 Jakasampurna Bekasi Barat

Agama

Islam

Islam

Islam

Pendidikan

-

SMA

SMA

Pekerjaan

-

Wiraswasta

IRT

Keterangan

Hubungan dengan orang tua : Anak Kandung

Tanggal Masuk RS

10 Juni 2015

1. ANAMNESIS

Dilakukan anamnesis dengan pasien dan orang tua pasien dilakukan pada tanggal 11 Juni 2015 pukul 10.00 WIB di Bangsal Melati dan didukung catatan medis.

1. Keluhan Utama : Demam sejak 1 minggu yang lalu

1. Keluhan Tambahan : Bintik-bintik kemerahan di seluruh badan

1. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang diantar oleh keluarga ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan demam sejak 1 minggu SMRS. Demam dirasakan terus menerus walaupun sudah diberi obat penurun panas. Demam tidak disertai kejang dan penurunan kesadaran.

Orang tua pasien mengatakan ada batuk pilek yang menyertai demam. Batuk pilek timbul sejak 5 hari yang lalu. Sesak napas disangkal. Banyak berkeringat di malam hari dan penurunan berat badan yang drastis disangkal. Kedua mata pasien berair dan merah namun tidak ada kotoran, rasa silau disangkal. Pasien mengeluh sakit saat menelan.

Buang air besar cair sejak 2 hari lalu, tidak ada darah, lendir dan tidak berbau busuk.. Perut terasa sakit. BAK normal. Nafsu makan menurun. Pasien merasa mual namun muntah disangkal

1 hari SMRS timbul bercak-bercak kemerahan yang awalnya timbul di wajah, badan dan ke kedua lengan dan tungkai. Bercak-bercak tersebut disertai dengan demam dan tidak terasa gatal. Mimisan dan gusi berdarah disangkal.

Ibu pasien mengaku seminggu yang lalu kakak pasien juga menderita penyakit serupa tetapi tidak dirawat di Rumah Sakit. Pasien tinggal serumah dengan orang tua dan saudara-saudaranya. Menurut ibunya, pasien sudah di imunisasi campak saat berusia 9 bulan di Posyandu oleh bidan.

1. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah sakit serius yang membuatnya dirawat di Rumah sakit.

1. Riwayat Penyakit Keluarga :

Kakak pasien menderita hal serupa 1 minggu yang lalu. Namun tidak dirawat di Rumah Sakit.

1. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :

KEHAMILAN

Morbiditas kehamilan

Tidak ada

Perawatan antenatal

Periksa ke bidan 1 kali tiap bulan

KELAHIRAN

Tempat kelahiran

Rumah Sakit

Penolong persalinan

Dokter

Cara persalinan

SC atas indikasi PEB

Masa gestasi

37 minggu

Keadaan bayi

BBL : 2800 gram

PB : 49 CM

Langsung menangis, merah

Apgar score tidak tahu

Tidak ada kelainan bawaan

1. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan gigi I: Usia 9 bulan(normal: 5-9 bulan)

(Kesan : Riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien baik)Psikomotor

Tengkurap: Usia 4 bulan (normal: 3-4 bulan)

Duduk: Usia 6 bulan(normal: 6 bulan)

Berdiri: Usia 10 bulan(normal: 9-12 bulan)

Bicara: Usia 11 bulan(normal: 9-12 bulan)

Berjalan: usia 12 bulan(normal: 13 bulan)

1. Riwayat Makanan

Umur (bulan)

ASI/PASI

Buah/biskuit

Bubur susu

Nasi tim

0-2

+/-

2-4

+/-

4-6

+/-

6-8

+/-

+

+

+

8-10

+/-

+

+

+

10-12

+/-

+

+

+

Kesan : Pasien selalu minum ASI sampai umur 2 tahun, tidak pernah minum susu formula, pasien mulai makan makanan buah atau biskuit sejak berumur 6 bulan.

1. Riwayat Imunisasi (Kesan : Riwayat imunisasi pasien menurut PPI lengkap)

Vaksin

Dasar (umur)

BCG

1 bln

DPT

2 bln

4 bln

6 bln

POLIO

Lahir

2 bln

4 bln

6 bln

CAMPAK

9 bln

HEPATITIS B

Lahir

1 bln

6 bln

1. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum: Tampak sakit sedang

1. Tanda Vital

Kesadaran: Compos mentis

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Frekuensi nadi : 142x/menit

Frekuensi pernapasan: 26x/menit

Suhu tubuh: 39,5C

1. Data antropometri

Berat badan: 17 kg

Tinggi badan: 114 cm

1. Kepala

Bentuk : Normocephali

Rambut: Rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata.

Mata: edema palpebra -/-, lakrimasi +/+, sekret -/-, Conjungtiva anemis -/-, injeksi konjungtiva +/+, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor, RCL+/+, RCTL +/+

Telinga: Normotia, serumen -/-

Hidung: Bentuk normal, sekret -/-, nafas cuping hidung -/-

Mulut: bibir pecah-pecah + , lidah kotor + , tonsil T2/T2, faring hiperemis +, bercak koplik

Leher : KGB tidak membesar, kelenjar tiroid tidak membesar.

1. Thorax

Paru-paru

Inspeksi: Gerak napas kedua hemithoraks simetris, retraksi sela iga (-)

Palpasi : Vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri

Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi: suara napas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada pulsasi abnormal

Palpasi: Tidak teraba pulsasi abnormal

Perkusi: batas jantung dan paru paru dalam batas normal

Auskultasi: S1-S2 regular, murmur (-), gallop (-).

1. Abdomen

Inspeksi: Perut datar

Auskultasi: Bising usus (+) normal 3x/menit

Palpasi: Supel, nyeri tekan + epigastrium, hepar dan lien tidak teraba membesar

Perkusi: shifting dullness -, nyeri ketok

1. Kulit

Ikterik -, petechie -, ruam makulopapular (+)

1. Ekstremitas

akral hangat, Sianosis (-), oedem (-), turgor kulit cukup, CRT< 2detik

1. PEMERIKSAAN PENUNJANG (10 Juni 2015 )

Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Seri DHF

Leukosit

4,2 ribu/uL

5.000-10.000

Hb

11,9 g/dL

12 16 g/dl

Hematokrit

34,8 %

37-47 %

Trombosit

186 ribu/uL

150.000 400.000

Kimia Klinik

GDS

86 mg/dl

60 110 mg/dl

Elektrolit

Na

133 mmol/L

135-145 mmol/L

K

4,1 mmol/L

3,5 -5,0 mmol/L

Cl

91 mmol/L

94-111 mmol/L

1. RESUME

Pasien datang diantar oleh keluarga ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan demam sejak 1 minggu SMRS. Demam dirasakan terus menerus walaupun sudah diberi obat penurun panas. Demam tidak disertai kejang dan penurunan kesadaran.

Orang tua pasien mengatakan ada batuk pilek yang menyertai demam. Batuk pilek timbul sejak 5 hari yang lalu. Sesak napas disangkal. Banyak berkeringat di malam hari dan penurunan berat badan yang drastis disangkal. Kedua mata pasien berair dan merah namun tidak ada kotoran, rasa silau disangkal. Pasien mengeluh sakit saat menelan.

Buang air besar cair sejak 2 hari lalu.. tidak ada darah, lendir dan tidak berbau busuk.. Perut terasa sakit. BAK normal. Nafsu makan menurun. Pasien merasa mual namun muntah disangkal. 1 hari SMRS timbul bercak-bercak kemerahan yang awalnya timbul di wajah, badan dan ke kedua lengan dan tungkai. Bercak-bercak tersebut disertai dengan demam dan tidak terasa gatal. Mimisan dan gusi berdarah disangkal. Ibu pasien mengaku seminggu yang lalu kakak pasien juga menderita penyakit serupa tetapi tidak dirawat di Rumah Sakit. Pasien tinggal serumah dengan orang tua dan saudara-saudaranya. Menurut ibunya, pasien sudah di imunisasi campak saat berusia 9 bulan di Posyandu oleh bidan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi : 142 x/mnt , suhu : 39,5 C , pernapasan : 26 x /mnt. Terdapat injeksi konjungtiva pada kedua mata, bibir pecah pecah, lidah kotor, faring hiperemis, nyeri tekan epigastrium dan didapatkan ruam makulopapular di seluruh tubuh. Pada pemeriksaan lab didapatkan anemia, leukopeni dan hematocrit yang menurun.

1. DIAGNOSIS KERJA

Morbili

1. DIAGNOSIS BANDING

Campak Jerman

Eksantema

1. PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa

Rawat diruang isolasi

Observasi ketat tanda-tanda vital

Bed rest total

Medikamentosa

IVFD : Kaen 3B 15 tpm

PCT 3 x cth

Vometa 2 x cth

Ambroxol 3 x cth

Vit A 1 x 200.000

1. PROGNOSIS

Ad vitam: ad bonam

As fungsionam: ad bonam

Ad sanationam: ad bonam

1. FOLLOW UP

Tanggal

Follow UP

10/06/2015

S/ Batuk pilek, BAB cair, bintik merah pada hampir seluruh tubuh

O/ S: 38C N : 144x/m RR : 26x/m

Kepala : normocephali, CA -/-, SI -/-

Mulut : bibir pecah-pecah, faring hiperemis (+)

Leher : KGB tidak teraba membesar

Thoraks : BND vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheez -/-

BJ I&II reguler, murmur -, gallop

Abdomen : Supel, BU + 4x/menit

Ekstremitas : Akral hangat, sianosis -, CRT < 2dtk

Kulit : Bintik merah pada hampir seluruh tubuh.

A/ Morbili

P/

IVFD Tridex 27 B 18 tpm

Sanmol 3 x cth

L bio 2 x 1 sach

Vit A 1 x 200.000 IU

11/6/2015

S/ Batuk pilek, bintik merah pada hampir seluruh tubuh

O/ S: 37.7C N : 144x/m RR : 26x/m

A/ Morbili

P/

IVFD Tridex 27 B 18 tpm

Sanmol 3 x cth

L bio 2 x 1 sach

Vit A 1 x 200.000 IU

12/6/2015

S/ Bintik merah pada tubuh mulai berkurang

O/ S: 37.4C N : 144x/m RR : 26x/m

A/ Morbili

P/

IVFD Tridex 27 B 18 tpm

Sanmol 3 x cth

L bio 2 x 1 sach

Vit A 1 x 200.000 IU

Boleh Pulang

BAB II

ANALISIS KASUS

Pasien ini didiagnosis Morbili berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Pada anamnesis didapatkan demam yang terus menerus yang tinggi selama 7 hari lalu disusul oleh munculnya bintik bintik merah pada hampir seluruh tubuh yang diawali dari wajah, badan dan kaki tangan. Bersamaan dengan demam juga dikeluhkan adanya batuk pilek, mata sering berair dan merah. Dari keluhan diatas dapat mendukung diagnosis morbili namun masih dapat didiagnosis banding dengan DBD sehubungan dengan munculnya bintik merah pada badan.

Penularan droplet melalui udara. Penularannya sangat efektif. Dengan sedikit virus yang infeksius sudah menimbulkan infeksi pada seseorang. Dari anamnesa didapatkan kakak pasien menderita hal serupa namun tidak dirawat di rumah sakit. Kemungkinan pasien tertular dari kakaknya.

Adanya keluhan sakit menelan, mata merah dan berair, batuk dan ruam makulopapular disebabkan karena telah terbentuk focus infeksi (yaitu ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih dan usus). Focus infeksi ini terbentuk 5-6 hari setelah infeksi awal

Pemeriksaan fisik didapatkan adanya suhu yang meningkat, injeksi konjungtiva serta bintik-bintik merah dan hasil laboratorium didapatkan leukosit yang masih dalam batas normal bahkan nyaris turun ini mengindikasikan bahwa adanya infeksi dari virus.

Indikasi Pasien ini dirawat karena hiperpireksia (39,5 C) dan intake yang sulit.

Pada pengobatan morbili, anak harus diberi cukup cairan dan kalori. Sedangkan lainnya hanya bersifat simptomatis. Pemberian vitamin A 100.000 IU peroral pada anak-anak dengan campak di negara-negara berkembang terbukti berhubungan dengan penurunan angka kejadian morbiditas dan mortalitas. Dosis 6 bulan 1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal dan > 1 tahun 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal. Ulangi dosis hari berikutnya.

Pada pasien ini diberikan cairan Infus Tridex 27 B 18 tetes per menit. Pada Infus Tridex 27 B sebagai cairan rumatan, mengandung elektrolit, glukosa, laktat dan kalori yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutukan nutrisi anak.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Campak measles atau rubeola adalah penyakit virus yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Penyebaran infeksi terjadi dengan droplet.

ETIOLOGI

Virus campak berada disekret nosofaring dan didalam darah, minimal selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperature kamar, 15 minggu didalam pengawetan beku, minimal 4 minggu disimpan dalam temperature 35C, dan beberapa hari pada suhu 0C. virus tidak aktif pada pH rendah.

PATOGENESIS

Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gelajala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Ditempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuclear, kemudian mencapai kelenjar getah bening regional. Disini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. Sel mononuclear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak (sel warthin), sedangkan limfoseit-T (termasuk T-helper) yang rentan terhadap infeksi, turut aktif membelah.

Gambaran kejadian awal dijaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah focus infeksi yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan eptel orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.

Pada hari ke 9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva, akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respons imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik, yang dapat tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.

Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons delayed hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari ke 14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi pada kulit. Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami setisit sel-T.

Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik diepidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh dikulit. Penelitian dengan imunofuoresens dan histologic menunjukan adanya antigen campak dan diduga terjadi suatu reaksi arthus. Daerah epitel yang nekrotik dinasofaring dan saluran pernafasan memberiksn kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu pneumonia juga dapat terjadi, selain itu campak dapat menyebabkan gizi kurang.

Patogenesis Campak Tanpa Penyulit

MANIFESTASI KLINIS

Stadium inkubasi

Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari). Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.

Stadium prodromal

Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk, pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat pada konjungtiva dapat menjadi penunjang diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang

Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari ke-101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.

Stadium erupsi

Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan munculnya.

Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan maka muncullah deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi. Beratnya penyakit berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi campak yang berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak sehingga sulit dikenali.

DIAGNOSIS

Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang sangat berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi dalam beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri khas, yaitu diawali dari belakang telingan kemudian menyebar kemuka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas. Pada stadium prodmoral dapat ditemukan anantema dimukusa pipi yang merupakan tanda patognomonis campak (bercak koplik).

Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat ditemukan sel raksasa berinti banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization, immune precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent antibody (FA).

Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut pada masa prodromal dan serum sekunder pada 7 10 hari setelah pengambilan sampel serum akut. Hasil dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih (Cherry, 2004). Serum IgM merupakan tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan menurun dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG akan menetap kadarnya seumur hidup. Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih cenderung menurun. Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan didapatkan peningkatan protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar glukosa normal.

Meskipun demikian menentukan diagnosis perlu ditunjang data epidenmiologi. Tidak semua kasus manifestasinya sama dan jelas. Sebagai contoh, pasien yang mengidap gizi kurang, ruamnya dapat sampai berdarah dan mengelupas atau bahkan pasien sudah meninggal sebelum ruam timbul. Pada kasus gizi kurang juga dapat terjadi diare yang berkelanjutan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis campak dapat ditegakan secara klinis, sedangkan pemeriksaan penunjang sekedar membantu; seperti pada pemeriksaan sistologik ditemukan sel raksasa pada jaringan mukosa hidung, pipi, dan pada pemeriksaan serologi didapatkan IgM spesifik. Campak yang bermanifestasi tidak khas disebut campak atipikal; diagnosis bandung lainya adalah rubella, demam skarlatina, ruam akibat obat-obatan, eksantema subitum dan infeksi stafilokokus.

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding morbili diantaranya :

1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah menghilang.

2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak. Gejala yang timbul tidak seberat campak.

3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.

4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau membranosa.

Campak yang termodifikasi

Penyakit campak yang termodifikasi muncul pada orang yang hanya memiliki setengah daya tahan terhadap campak. Hal tersebut dapat diakibatkan riwayat penggunaan serum globulin maupun pada anak usia kurang dari 9 bulan karena masih terdapatnya antibodi campak transplasental dari ibu. Ditandai dengan gejala penyakit yang lebih ringan. Stadium prodromal akan menjadi lebih pendek. Batuk, pilek dan demam lebih ringan. Bercak Koplik lebih sedikit dan kurang jelas, namun dapat juga tidak muncul sama sekali. Ruam yang muncul sama dengan infeksi campak klasik, tetapi tidak bersifat konfluens. Pada beberapa orang, infeksi campak yang termodifikasi ini dapat tidak memberikan gejala apapun.

Campak atipikal

Didefinisikan sebagai sindroma klinik yang muncul pada orang yang sebelumnya telah kebal akibat terpajan pada infeksi campak alamiah. Biasanya muncul pada orang yang telah mendapat vaksin dari virus campak yang dimatikan

Masa inkubasi dari campak atipikal sama seperti pada campak yang tipikal yaitu sekitar 7 hingga 14 hari. Stadium prodromal ditandai dengan demam tinggi yang mendadak (39,5C sampai 40,6C) dan biasanya sakit kepala. Bisa juga didapatkan gejala nyeri perut, mialgia, batuk non-produktif, muntah, nyeri dada dan rasa lemah. Bercak Koplik jarang ditemui. Dua atau tiga hari setelah onset penyakit muncullah ruam yang dimulai dari distal ekstremitas dan menyebar ke arah kepala. Ruam sedikit berwarna kekuningan, terlihat jelas pada pergelangan tangan dan kaki serta terdapat juga pada telapak tangan dan kaki. Ruam dapat berbentuk vesikel dan terasa gatal. Pada campak atipikal dapat muncul efusi pleura, sesak nafas, hepatosplenomegali, hiperestesia, rasa lemah maupun paresthesia. Diagnosis dari campak atipikal dapat ditegakkan melalui tes serologis. Bila sampel serum awal diambil sebelum atau pada saat onset ruam, CF dan titer HI biasanya kurang dari 1:5. Pada hari ke-10 infeksi kedua titer akan meningkat mencapai 1:1280 atau lebih. Pada campak yang tipikal, di hari ke-10 infeksi titer jarang melebihi 1:160.

PENGOBATAN

Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat sistomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan penyulit, pasien perlu dirawat inap. Dirumah sakit pasien campak dirawat dibangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadan umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai. Vitamin A 100.000 IU peroral diberikan satu kali, apabila terdapat malnutrisi dialanjutkan 1500 IU tiap hari

Indikasi Rawat :

Hiperpireksia (>39 oC)

Dehidrasi

Kejang

Asupan oral sulit

Adanya komplikasi

Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit yang timbul, yaitu :

Bronkopneumonia

Diberikan antibiotic ampisilin 100 mg/kgBB/ hari intravena dalam 4 dosis intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat peroral. Antibiotic diberikan sampai tiga hari demam reda. Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberculin dilakukan setelah anak sehat kembali (3-4 minggu kemudian) oleh karena uji tuberculin negative biasanya negative (anergi) pada saat anak menderita campak. Gangguan reaksi delayed hypersensitivity disebabkan oleh sel limfosit T yang teganggu fungsinya.

Enteritis

Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis + dehidrasi

Otitis media

Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu diberikan antibiotic kotrimoksazol-sulfametokzasol (TMP 4 mg/kgBB/hari didalam dua dosis)

Ensefalopati

Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk menurangi edema otak, disamping pemberian kortikosteroid. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.

PENCEGAHAN

Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bylan atau lebih. Program imunisasi campak secara luas baru dikembangkan pelaksanaannya pada tahun 1982. Pada tahun 1963 telah dibuat 2 macam vaksin campak, yaitu (1) vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe edmonstone B ) dan (2) vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berda dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium). Sejak tahun 1967 vaksin yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak digunakan lagi oleh karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat menimbulkan gejala atypical measleas yang hebat. Sebaliknya, vaksin campak yang berasal dari virus hidup yang dilemahkan, dikembangkan dari edmonstone strain Schawarz (1965) dan kemudian menjadi strain Moraten (1968) dengan mengembang biakan virusnya pada embrio ayam. Vaksin Edmonstone Zagreb merupakan hasil biakan human diploid cell yang dapat digunakan secara inhalasi atau aerosol dengan hasil yang memuaskan.

Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1.000 TCID-50 atau sebanyak 0,5 ml. tetapi dalam hal vaksin hidup, pemberian dengan 20 TCID-50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik. Cara pemberian yang dianjurkan adalah subkutan, walaupun dari data yang terbatasdilaporkan bahwa pemberian secara intramuscular tampaknya mempunyai efektifitas yang sama dengan subkutan. Intransal dan cara inokulasi konjungtifa sampai sekarang masih terus dilakuakan penyelidikan untuk mengetahui efektifitas pemberian vaksin edmonstone B yang dilemahkan. Sebaliknya pada pemberian vaksin edmonstone Zagreb secara aerosol didapatkan respons antibody yang baik walaupun pada anak dibawah usia 9 bulan. Sayangnya pemberian aerosol ini sulit dan kurang praktis.

Kombinasi beberapa vaksin dalam semprit atau secara stimulant dibeberapa tempat pada waktu yang sama sering digunakan untuk menyederhanakan prosedur dan mengurangi biaya. Dalam hal demikian ada 2 kemungkinan yang mungkin terjasdi, yaitu peningkatan respons imun atau sebaliknya, menunggu respons imun. Laporan mengenai reaksi yang lebih baik karena pemakaian vaksin yang dikombinasikan dibandingkan dengan vaksin tunggal, oleh peneliti tidak ditemukan. Dikatan bahwa pada kombinasi dengan virus mati tidak didapatkan penurunan respons imun akan tetapi virus hirup dapat saling mempengaruhi. Vaksin campak sering dipakai bersama-sama dengan vaksin rubella dan parotitis epidemika yang dilemahkan, vaksin polio oral, vaksin difteriatetanus dan lain-lain. Laporan beberapa peneliti menyatakan bahwa kombinasi tersebutpada umumnya aman dan tetap efektif. Seperti yang ditemukan oleh Schwarz (1975), serokonversi dapat terjadi antara 97-100 %, sedangkan geometric mean titer-nya sama tinggi dengan yang didapatkan pada pemberian vaksin tunggal.

Efek proteksi dari vaksin campak diukur dengan berbagain macam cara. Salah satu indicator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penurunan angka kejadian sakit kasus cempak sesudah pelaksanaan program imunisasi.

Krugman, dkk mencatat bahwa sebagian besar kasus campak dari suatu populasi kelompok anak sekolah akan menghilang setelah program imunisasi berjalan lancar, sedangkan dimasyarakat sekitarnya tingkat penularan yang tinggi masih dijumpai. Hasil pengamatan tersebut sesuai dengan hasil nilai secara nasional di Amerika serikat maupun Negara lainnya yang sudah melaksanakan program imunisasi campak secra meluas. Metode lain untuk mengukur efek proteksi dari vaksin campak ialah membandingkan angka kejadian sakit pada kelmpok anak yang sudah diimunisasi dan mengukur efektifitas vaksin dengan formula (ARU-ARU) x 100/ARU. Efektivitasnya vaksin dapat dihitung dengan memakai pendekatan kasus dan control, yaitu membandingkan proporsi kasus dan control yang sudah diimunisasi. Dari data yang benar, efektivitas vaksin adalah sebesar 90-95% atau lebih. Hasil ini harus didukung dengan data serokonversi. Perhitungan ini sangat bermanfaat apabila angk cakupan imunisasi campak sangat tinggi, yaitu lebih dari 95%. Jika proposi kasus campak pada kelompok yang sudah diimunisasi masih tetap tinggiberarti bahwa vaksinya yang kurang baik. Proteksi dapat dicatat dengan memeriksa respons imun dan manifestasi klinis yang timbul akibat pemberian imunisasi dengan virus vaksin yang tidak ganas. Akibat setiap pemberian imunisasi akan menyebabkan respons imun anamnestic pada kasus yang tidak menunjukan gejala klinis dari penyakitnya.

Kegagalan vaksinasi perlu dibedakan antara kegagalan primer dan sekunder. Dikatakan primer apabila tidak terjadi serokonversi setelah diimunisasi dan sekunder apabila tidak ada proteksi setelah terjadi serokonversi ialah : (A) adanya antibody yang dibawa sejak lahir yang dapat menetralisir virus vaksin campak yang masuk, (B) vaksinnya yang rusak (C) akibat pemberian imunoglobulin yang diberikan bersama-sama. Kegagalan sekunder dapat terjadi karena potensi vaksin yang kurang kuat sehingga respons imun yang terjadi tidak adekuat dan tidak cukup memberikan perlindungan pada bayi terhadap serangan campak secra alami.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Hay Jr, William W, Currrent Pediatric Diagnotic and Treatment, 17th Ed. Lange Medical Books. USA. P1163-65

2. Mansjoer A, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid Kedua, Bab 47. Media Aeskulapius. Jakarta. 2000. Hal 417-18

3. Munasir, Zakiudin, Pengaruh Suplementasi Vitamin A terhadap Campak dalam Sari Pediatri. Vol 2, No 2, Agustus 2000. Hal 72-76

4. Soepardi H, Arsyad E, Iskandar N, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, Edisi Kelima, Bab II, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Buku Kuliah Ilmu Anak 2, Bab 21, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta. Hal 624-28

Lampiran

1. Fungsi Vitamin A pada terapi Morbili :

Peningkatan fungsi imunitas selular dan humoral.

Berperan dalam proses Epitelisasi.

2. Diagnosa Banding morbilli

No

Diagnosa

Karakteristik

1.

Campak Jerman

Rubella

German measles

Etiologi : Rubivirus (fam. Togaviridae), virus RNA.

Masa inkubasi : 14 21 hari

Masa penularan: Sejak akhir masa inkubasi sampai 5 hari setelah timbulnya ruam.

Cara penularan melalui droplet.

Manifestasi klinis :

Masa prodromal 1-5 hari ditandai dengan demam subfebris, malaise, anoreksia, konjungtivitis ringan, koriza, nyeri tenggorokan, batuk dan limf denopati. Gejala cepat menurun setelah hari pertama timbulnya ruam.

Demam berkisar 380 C 38,70 C. Biasanya timbul dan menghilang bersamaan dengan ruam kulit. - Enantema pada rubela (Forschheimer spots) ditemukan pada periode prodrodromal sampai satu hari setelah timbulnya ruam, berupa bercak pinpoint atau lebih besar, warna merah muda, tampak pada palatum mole sampai uvula. Bercak Forsch heimer bukan tanda patognomonik.

Terdapat limfadenopati generalisata tapi lebih sering pada nodus limfatikus suboksipital, retroaurikular atau suboksipital.

Eksantema berupa makulopapular, eritematosa, diskret. Pertama kali ruam tampak di muka dan menyebar ke bawah dengan cepat (leher,badan, dan ekstremitas) Ruam pada akhir hari pertama mulai merata di badan kemudian pada hari ke dua ruam di muka mulai menghilang, dan pada hari ke tiga ruam tampak lebih jelas di ekstremitas

2.

Scarlet fever

Scarlatina

Etiologi : Streptococcus beta hemolyticus grup A

Masa inkubasi : 1 7 hari, rata-rata 3 hari Cara penularan: Melalui droplets dari pasien yang ter infeksi atau karier.

Fokus infeksi : Faring dan tonsil, jarang pada luka operasi atau lesi kulit.

Manifestasi klinis :

Gejala prodromal berupa demam panas, nyeri tenggorokan, muntah, nyeri kepala, malaise dan menggigil. Dalam 12 24 jam timbul ruam yang khas. - Tonsil membesar dan eritem, pada palatum dan uvula terdapat eksudat putih keabu-abuan.

Pada lidah didapatkan eritema dan edema sehingga memberikan gambaran strawberry tongue (tanda patognomonik).

Ruam berupa erupsi punctiform, berwarna merah yang menjadi pucat bila ditekan. Timbul pertama kali di leher, dada dan daerah fleksor dan menyebar ke seluruh badan dalam 24 jam. Erupsi tampak jelas dan menonjol di daerah leher, aksila, inguinal dan lipatan poplitea.

Pada dahi dan pipi tampak merah dan halus, tapi didaerah sekitar mulut sangat pucat (circumoral pallor). - Beberapa hari kemudian kemerahan di kulit menghilang dan kulit tampak sandpaper yang kemudian menjadi deskwamasi setelah hari ketiga.

Deskuamasi berbeda dengan campak karena lokasinya di lengan dan kaki. Deskuamasi kemudian akan mengelupas dalam minggu 1-6.

3.

Roseola Infantum

Exanthem Subitum

Etiologi : Human herpes virus tipe 6 (HHV 6)

Masa inkubasi : Sulit ditentukan karena kontak tidak diketahui.

Manifestasi klinis:

Perjalanan penyakit dimulai dengan demam tinggi mendadak mencapai 40-40,60 C, anak tampak iritabel, anoreksia, biasanya terdapat koriza, konjungtivitis dan batuk. Demam menetap 3-5 hari dan menurun secara mendadak ke suhu normal disertai timbulnya ruam.

Ruam tampak pertama kali di punggung dan menyebar ke leher, ekstremitas atas muka, dan ektremitas bawah.

Ruam berwarna merah muda, makulopapular, diskret, jarang koalesen sehingga mirip dengan lesi rubela.

Lamanya timbul erupsi 1-2 hari, kadang dapat hilang dalam beberapa jam. Ruam hilang tidak meninggalkan bekas berupa pigmentasi atau deskuamasi.

2

6