case kecil katarak imature
DESCRIPTION
mataTRANSCRIPT
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
UJIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RS MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH
Nama : Tandatangan
............................................
Dr Penguji : Dr Rosalia S.W. Sp.M .............................................
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Umur : 38 tahun
Alamat : klaling RT 03 RW 03
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Tanggal pemeriksaan : 07 Februari 2013
Pemeriksa : Henri
Moderator : Dr Rosalia S.W. Sp.M
1
II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Auto anamnesis tanggal : 7 februari 2013, jam 12.10
Keluhan utama
Mata sebelah kiri kabur saat melihat beberapa bulan SMRS
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli mata di RS Mardi Rahayu dengan keluhan mata sebelah
kiri menjadi kabur saat melihat dan semakin memburuk terutama pada saat sore
menjelang malam sekitar pukul enam sore, padahal sebelumnya pasien tidak ada
masalah dengan pandangan melihatnya. Pasien juga mengeluhkan pada mata
sebelah kiri terasa nyeri, panas dan sesekali mengeluarkan air mata yang lebih
hebat di bandingkan dengan mata sebelah kanan.
Mata merah dan gatal disangkal oleh pasien, riwayat trauma mata juga
disangkal oleh pasien. Pasien menyangkal adanya orang disekitarnya yang
menderita sakit mata seperti dia.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal memiliki darah tinggi, kencing manis, asma, dan alergi.
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga tidak ada riwayat hipertensi dan diabetes melitus. Tidak ada
keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien mengaku bekerja sebagai petani. Pasien membayar biaya rumah sakit
dengan biaya sendiri.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Ganeralis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Tanda Vital
2
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 74x/menit
Respiration rate : 20x/menit
Suhu : Tidak dilakukam
Kepala : Normocepali, rambut hitam, distribusi merata
Thoraks,
Jantung : BJ I-II regular, murni, gallop (-), murmur (-)
Paru : SN vesikuler, wheezing (-), ronki (-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, udem -/-
STATUS OPHTHALMOLOGIS
1
Keterangan : 1 = kekeruhan
OD PEMERIKSAAN OS
20/50 Visus 4/60
Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi
Baik Proyeksi sinar Baik
Baik Proyeksi warna Baik
Gerak bola mata normal.
Enopthalmus (-)
Exopthalmus (-)
Strabismus (-)
Bulbus Oculi
Gerak bola mata normal.
Enopthalmus (-)
Exopthalmus (-)
Strabismus (-)
3
OD OS
Nyeri tekan (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagopthalmus (-)
Ektropin (-)
Entropion (-)
Palpebra
Nyeri tekan (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Blefarospasme (-)
Lagopthalmus (-)
Ektropin (-)
Entropion (-)
Edem (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-)
Infiltrat (-)
Kemosis (-)
Sekret serous (-)
Conjuctiva
Edem (-)
Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-)
Infiltrat (-)
Kemosis (-)
Sekret serous (-)
Sekret (-)
Perdarahan subkonjungtiva
(-)
Pterigium (-)
Pinguekula (-)
Nevus Pingmentosa (-)
Kista Dermoid (-)
Conjuctiva bulbi
Sekret (-)
Perdarahan
subkonjungtiva (-)
Pterigium (-)
Pinguekula (-)
Nevus Pingmentosa (-)
Kista Dermoid (-)
Normal, warna putih Sclera Normal, warna putih
Bulat dengan pinggiran
keruh
Edem (-)
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)
Kornea
Bulat dengan pinggiran
keruh
Edem (-)
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)
dangkal
Hipopion (-)
Hifema (-)
Camera Oculi Anterior
Dangkal
Hipopion (-)
Hifema (-)
Kripta (-)
Warna coklat
Edema (-)
Sinekia (-)
Iris
Kripta (-)
Warna coklat
Edema (-)
Sinekia (-)
4
Atrofi (-) Atrofi (-)
Reguler
Letak sentral
Diameter 3 mm
Refleks pupil L/TL : (+/+)
Pupil
Reguler
Letak sentral
Diameter 3 mm
Refleks pupil L/TL : (+/+)
Keruh
positive
Lensa
Shadow test
Keruh
positive
Positif suram Fundus Refleks Positif suram
C/D ratio 0,3. Eksudasi - ,
arteri : vena = 2:3,
perdarahan - ,
neovaskularisasi - ,
eksudasi -
Retina C/D ratio 0,3. Eksudasi - ,
arteri : vena = 2:3,
perdarahan - ,
neovaskularisasi - ,
eksudasi -
Tidak dilakukan Tekanan Intra Okuler Tidak dilakukan
Normal Sistem Lakrimasi Normal
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada
V. RESUME
Subjektif
Pasien perempuan berusia 38 tahun datang ke poli mata di RS Mardi Rahayu
dengan keluhan mata sebelah kanan dan kiri menjadi kabur saat melihat dan
semakin memburuk terutama pada saat sore menjelang malam sekitar pukul enam
sore, padahal sebelumnya pasien tidak ada masalah dengan pandangan
melihatnya. Pasien juga mengeluhkan pada mata sebelah kiri terasa nyeri, panas
dan sesekali mengeluarkan air mata yang lebih hebat di bandingkan dengan mata
sebelah kanan.
Mata merah dan gatal disangkal oleh pasien, riwayat trauma mata juga
disangkal oleh pasien. Pasien menyangkal adanya orang disekitarnya yang
menderita sakit mata seperti dia.
Pasien menyangkal memiliki darah tinggi, kencing manis, asma, dan alergi. Pasien
tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
5
Objektif
Pada pemeriksaan fisik generalis didapatkan semua dalam batas normal
Pada pemeriksaan ophthalmologi didapati :
OD PEMERIKSAAN OS
20/50 Visus 4/60
Baik Proyeksi sinar Baik
Baik Proyeksi warna Baik
Bulat dengan pinggiran
keruh
Edem (-)
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)
Kornea
Bulat dengan pinggiran
keruh
Edem (-)
Infiltrat (-)
Sikatrik (-)
dangkal
Hipopion (-)
Hifema (-)
Camera Oculi Anterior
Dangkal
Hipopion (-)
Hifema (-)
Keruh
positive
Lensa
Shadow test
Keruh
positive
Positif suram Fundus Refleks Positif suram
OD : S -0,5 C -0,75 X 112
OS : S -1,75 C -2,50 X 51
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
VI. DIAGNOSIS BANDING
- Katarak sinilis stadium insipien
- Katarak sinilis stadium mature
6
VII. DIAGNOSIS KERJA
ODS katarak sinilis imature
Dasar Diagnosis:
- Anamnesis:
mata sebelah kiri menjadi kabur saat melihat dan semakin memburuk
terutama pada saat sore menjelang malam sekitar pukul enam sore
Pasien juga mengeluhkan pada mata sebelah kiri terasa nyeri, panas
dan sesekali mengeluarkan air mata.
- Pemeriksaan status ophtalmikus
OD:
o Visus: 20/50
o Kamera oculi anterior dangkal
o Lensa keruh
o Fundus refleks positive suram
OS
o Visus: 4/60
o Kamera oculi anterior dangkal
o Lensa keruh dengan shadow test positive
o Fundus refleks positive suram
VIII. PENATALAKSANAAN
Medika Mentosa
- Asam mefenamat 500 mg tab 2 x 1
- Gentamisin 4x tetes/hari, 2 tetes ODS
IX. PROGNOSIS
OD OS
7
Ad Functionam Ad bonam Ad bonam
Ad Sanationam Ad bonam Ad bonam
Ad Cosmetikum Ad bonam Ad bonam
Ad Vitam Ad bonam Ad bonam
X. USUL
a. Ukur TIO
b. USG mata
c. Dilakukan tindakan operasi katarak
XI. SARAN
- Menggunakan obat yang benar dan teratur
- Senantiasa menjaga kebersihan mata
TINJAUAN PUSTAKA
8
A. Definisi
Katarak berasal dari yunani Katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta yang berarti
air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana pengelihatan seperti tertutup air
terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi
akibat kedua-keduanya.
B. Etiologi
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan congenital, atau penyulit penyakit mata local menahun. Bermacam-macam
penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaucoma, ablasi, uveitis, dan retinitis
pigmentosa. Katarak dapat berhubungan dengan proses penyakit intraocular lainnya.
Katarak dapat disebabkan oleh bahan toksisk khusus (kimia dan fisik). Keracunan
beberapa jenis obat dapat menimbulkan katarak, seperti ; eserin (0,25%-0,5%),
kortikosteroid, ergot, dan asetilkolinesterase topical.
Kelainan sistemik atau metabolic yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes
militus, galaktosemia, dan distrofi miotonik. Katarak dapat ditemukan dalam keadaan
tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senile, juvenile, dan herediter) atau
kelainan congenital mata.
Katarak dapat disebabkan oleh berbagai factor seperti : fisik, kimia, penyakit predisposisi,
genetic dan gangguan perkembangan, infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, dan usia.
C. Klasifikasi katarak menurut usia :
KATARAK DEVELOPMENTAL
Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau beberapa saat
kemudian) dan berkembang pada tahun pertama dalam hidupnya. Katarak kongenital bisa
merupakan penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan
oleh infeksi kongenital, seperti campak Jerman, berhubungan dengan penyakit anabolik,
seperti galaktosemia. Katarak kongenital dianggap sering ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit misalnya Diabetes Melitus. Jenis katarak ini
9
jarang sering terjadi. Faktor risiko terjadinya katarak kongenital adalah penyakit metabolik
yang diturunkan, riwayat katarak dalam keluarga, infeksi virus pada ibu ketika bayi masih
dalam kandungan.
Kekeruhan pada katarak kongenital dijumpai dalam berbagai bentuk, antara lain :
a.Katarak Hialoidea yang persisten
Arteri hialoidea merupakan cabang dari arteri retina sentral yang memberi makan pada lensa.
Pada usia 6 bulan dalam kandungan, arteri hialoidea mulai diserap sehingga pada keadaan
normal, padawaktu bayi lahir sudah tidak nampak lagi. Kadang-kadang penyerapan tidak
berlangsung sempurna,sehingga masih tertinggal sebagai bercak putih dibelakang lensa,
berbentuk ekor yang dimulai diposterior lensa. Gangguan terhada visus tidak begitu banyak.
Visus biasanya 5/5, kekeruhannyastatisioner, sehingga tidak memerlukan tindakan.
b. Katarak Polaris Anterior
Berbentuk piramid yang mempunyai dasar dan puncak, karena itu disebut juga katarak
piramidalisanterior. Puncaknya dapat kedalam atau keluar. Keluhan terutama mengenai
penglihatan yang kaburwaktu terkena sinar, karena pada waktu ini pupil mengecil, sehingga
sinar terhalang oleh kekeruhan dipolus anterior. Sinar yang redup tidak terlalu mengganggu,
karena pada cahaya redup, pupil melebar,sehingga lebih banyak cahaya yang dapat masuk.
Pada umumnya tiddak menimbulkan gangguanstationer, sehingga tidak memerlukan tinakan
operatif. Dengan pemberiann midriatika, seperti sulfasatropin 1% atau homatropin 2% dapat
memperbaiki visus, karena pupil menjadi lebih lebar, tetapiterjadi pula kelumpuhan dari Mm.
Siliaris, sehingga tidak dapat berakomodasi.
c. Katarak Polaris Posterior
Kekeruhan terletak di polus posterior. Sifat-sifatnya sama dengan katarak polaris anterior.
Jugastationer, tidak menimbulkan banyak ganggan visus, sehingga tidak memerlukan
tindakan operasi.Tindakan yang lain sama dengan katarak polaris anterior.
d. Katarak Aksialis
10
Kekeruhan terletak pada aksis pada lensa. Kelainan dan tindakan sama dengan katarak
polarisposterior
e. Katarak Zonularis
Mengenai daerah tertentu, biasanya disertai kekeruhan yang lebih padat, tersusun sebagai
garia-garis yang mengelilingi bagian yang keruh dan disebut
riders, merupakan tanda khas untuk katarak zonularis. Paling sering terjadi pada anak-anak,
kadang herediter dan sering disertai anamnesa kejang-kejang. Kekeruhannya berupa cakram
(diskus), mengelilingi bagian tengah yang jernih.
f. Katarak Stelata
Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat dari substansi lensa bertemu, yang
merupakanhuruf Y yang tegak di depan dan huruf Y terbalik di belakang. Biasanya tidak
banyak menggangguvisus, sehingga tidak memerlukan pengobatan.
g. Katarak kongenital membranasea
Terjadi kerusakan dai kapsul lensa, sehingga substansi lensa dapat keluar dan di serap, maka
lensasemakin menadi tipis dan akhirnya timbul kekeruhan seperti membran.
h. Katarak kongenital total
Katarak kongenital total disebabkan gangguan pertumbuhan akibat peradangan intrauterin.
Katarak ini mungkin herediter atau timbul tanpa diketahui sebabnya. Lensa tampak putih,
rata, keabu-abuanseperti mutiara
Pengobatan pada katarak congenital :
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi.
Operasi katarak kongenital dilakukan bila reflek fundus tidak tampak.
Biasanya bila katarak bersifat total, opersi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih
muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.
Pengobatan katarak bergantung pada :
1.Katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera
katarak terlihat.
11
2.Katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera
sebelumterjadinya juling, bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia bila tidak
dilakukan tindakansegera.
3.Katarak total atau katarak unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah
sekaliterjadinya ambliopia, karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat
mungkin, dan diberikankacamata segera.
4.Katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga sementara
dapat dicobadengan kacamata atau midriatika, bila terjadi kekeruhan yang progresif
disertai dengan mulainyatanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan
pembedahan, biasanya prognosis yang lebih baik.
Tindakan pengobatan pada katarak kogenital yang umum dikenal :
1.Disisio lensa
2.Ekstraksi linier
3.Ekstraksi dengan aspirasi.
Katarak juvenile
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia
kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan kelanjutan
katarak congenital. Katarak juvenile biasanya merupakan penyakit sistemik ataupun
metabolic dan penyakit lainnya seperti :
1. Katarak metabolic ;
a. Katarak diabetic dan galaktosemia (gula)
b. Katarak hipokalsemik
c. Katarak defisiensi gizi
d. Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom lowed an homosistinuria)
e. Penyakit Wilson
f. Katarak berhubungan dengan kelainan metabolic
2. Otot : distrofi miotonik
3. Katarak traumatic
12
4. Katarak komplikata
a. Kelainan congenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia,
pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis.).
b. Katarak degenerative (dengan myopia dan distrofia vitreoretinal), seperti wagner
dan retinitis pigmentosa dan neoplasma)
c. Katarak anoksik
d. Toksik (kortikosteroid sistemik atau topical, ergot, naftalein, dinitrofenol,
triparanol (MER-29), antikholinesterase, klorpromazin, miotik, busulfan, dan
besi).
e. Lain-lain kelainan congenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit
(sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis imperfekta,
khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom.
f. Katarak radiasi.
KATARAK DEGENERATIF
Katarak degeneratif dibagi menjadi 2, katarak primer dan komplikata :
Katarak degenerative primer ;
Katarak senilis
Katarak senilis semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu diatas usia
50 tahun keatas. Katarak senilis merupakan katarak yang sering dijumapai. Satu-satunya
gejala adalah distorsi penglihatan dan pengihatan yang semakin kabur. Katarak ini
biasanya berkembang lambat selamabeberapa tahun, dan pasien mungkin meninggal
sebelum timbul indikasi pembedahan. Apabila diindikasikan pembedahan, maka
ekstraksi lensa secara definitif akan memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih dari
90% kasus. Sisanya (10%) mungkin telah mengalami kerusakan retina atau mengalami
penyulit pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasi retina, perdarahan korpus
vitreum, infeksi atau pertumbuhan epitel ke bawah kamera okuli anterior yang
menghambat pemulihan visual.
13
Gambar 1. Katarak senilis
Perubahan lensa pada usia lanjut :
Kapsul : menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk
lamelkapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan granular.
Epitel makin tipis : sel epitel pada equator bertambah berat dan besar
Serat lensa : lebih iregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown slerosis
nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah protein nukleus lensa, korteks tidak
bewarna.
1. Stadium insipien
Pada stadium ini akan terlihat kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk
jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai
terlihat didalam korteks, katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai
terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan
korteks berisi jaringan degenerative (benda morgagni) pada katarak insipient.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap
untuk waktu yang lama.
2. Stadium imatur
Sebagian lensa keruh tetapi belum mengenai seluruh lapis lensa. Visus pada
stadium ini 6/60 - 1/60. Kekeruhan ini terutama terdapat dibagian posterior
dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka
sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan.Oleh karena
kekeruhan berada di posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian
yang keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan terlihat di
pupil, ada daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah
lensa yang keruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian
lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+). Pada stadium ini
mungkin terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadicembung,
sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata
menjadi miopia. Keadaan ini dinamakan intumesensi. Dengan
mencembungnya lensa iris terdorong kedepan, menyebabkan sudut bilik mata
depan menjadi lebih sempit, sehingga dapat menimbulkan glaukoma sebagai
penyulitnya.
14
3. Stadium matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa, sehingga semua sinar yang
melalui pupil dipantulkan kembali ke permukaan anterior lensa. Kekeruhan
bisa terjadi akibat deposit dari ion Ca yang menyeluruh, kekeruhan seluruh
lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Visus pada
stadium ini 1/300. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga
ujibayangan iris negatif (shadow test (-) ). Di pupil tampak lensa seperti
mutiara.
4. Stadium hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi
keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning
kering, pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa.
Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula
zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul
yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar.
Maka korteks akan memperlihatkan bentuk sekantong susu disertai dengan
nucleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini
disebut katarak morgagni.
Katarak komplikata
Katarak komplikata nerupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan
proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaucoma, tumor intra
okuler, iskemia ocular, nekrosis segmen anterior, buftalmos, akibat suatu trauma dan
pasca bedah mata. Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik
endokrin (diabetes mellitus, hipoparatiroid, galaktosemia dan miotoni distrofi) dan
keracunan obat (tiotepa intravena, steroid local lama, steroid sistemik, oral kontra septic
dan miotika antikolinesterase). Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana
mulai katarak selamanya dibawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat difus,
pungtata atau linier. Dapat berbentuk rosete, reticulum dan biasanya terlihat vakuol.
Dikenal 2 bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada polus posterior mata dan
akibat kelainan polus anterior mata.
15
Katarak pada polus posterior terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa,
ablasi retina, kontusio retina dan miopi tinggi yang mengakibatkan kelainan badan kaca,
biasanya kelainan ini berjalan aksial yang biasanya tidak berjalan cepat didalam nucleus,
sehingga sering terlihat nukelus lensa tetap jernih. Katarak akibat myopia tinggi dan
ablasi retina memberikan gambaran agak berlainan.
Katarak akibat kelainan polus anterior bola mata biasanya akibat kelainan kornea berat,
iridosiklitis, kelainan neoplasma, dan glaucoma. Pada iridosiklitis akan mengakibatkan
katarak subkapsularis anterior. Pada katarak akibat glaucoma akan terlihat katarak
disiminata pungtata subkapsularis anterior (katarak vogt).
Katarak komplikata selamanya mulai di daerah korteks atau dibawah kapsul yang
menuju didaerah korteks atau dibawah kapsul yang menuju daerah sentral. Katarak
komplikata akibat hipokalsemia berkaitan dengan tetani infantile, hipoparatiroidism.
Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular yang sewaktu-waktu menjadi katarak
lamellar. Pada pemeriksaan daerah terlihat kadar kalsium turun.
D. PATOFISIOLOGI
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosi
1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa yang beradadi
subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan dari lensa. Air yang banyak ini
akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang menyebabkan kekeruhan lensa.
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabutkolagen
terusbertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagendi tengah. Makin lama
serabuttersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:
1.Kapsula
a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak).
b. mulai presbiopi
c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
d. Terlihat bahan granular
2. Epitel-makin tipis
16
a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa.
a. serat irregular
b. Pada korteks jelas kerusakan serat sel
c. Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah proteinnukelus lensa,
sedangwarna coklat protein lensa nucleusmengandung histidin dan triptofan disbanding
normal
d. Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi foto
oksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat
perubahan pada serabut halus multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di
luar lensa, misalnya menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa
menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya
cahaya ke retina.
E. Gejala Klinis
Gambaran klinik dari penyakit katarak meliputi gejala subjektif dan objektif, antara lain:
Gejala Subjektif
Penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan yang mnurun secara progresif
Penurunan tajam penglihatan
– tergantung dari tipe katarak:
o Katarak polar kortikal dan anterior
kelainan tampak mencolok namungangguan penglihatan biasanya ringan
o Katarak polar posterior dan subkapsul posterior
kelainan tampak ringan,gangguan penglihatan biasanya berat
o Katarak sklerosis nukleus
17
menyebabkan peningkatan miopia
Peningkatan sensitivitas terhadap cahaya: terutama pada katarak subkapsularposterior dan katarak
kortikal
Pergeseran miopi (myopic shift) , perjalanan katarak dapat meningkatkankekuatan dioptri lensa
sehingga menyebabkan terjadinya miopia ringan sampaisedang atau pergeseran miopia.
Pada pasien dengan presbiopi bisa terjadi peningkatan kemampuan membacadekat sehingga tidak
memerlukan kacamata bacanya, disebut second sight
Penglihatan ganda (diplopia) monokular
Rabun senja
Gejala objektif
Tampak kekeruhan lensa dalam bermacam bentuk dan tingkat.Kekeruhan ini juga ditemukan pada
berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus.
F. Pemeriksaan katarak
Pemeriksaan Fisik
Setelah anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik harus dilakukan untuk menyingkirkan penyakit
sistemik yang berpengaruh pada mata dan juga perkembangan katarak.
Pemeriksaan Oftalmologis
Pemeriksaan mata lengkap dimulai dari pemeriksaan visus.Jika pasien mengeluhkan glare,visus
juga harus diperiksa di ruangan yang sangat terang. Pemeriksaan sensitivitas terhadap kontras juga harus
dilakukan, terutama jika ada keluhan. Tes shadow akan menunjukkan hasil positif pada stadium katarak
imatur.Pemeriksaan slit lamptidak hanya dikonsentrasikan untuk melihat kekeruhan lensa, namun juga
menilai struktur okular lainnya seperti konjungtiva, kornea, iris dan bilik mata depan. Penampakan lensa
harus dilihat secara seksama sebelum dan sesudah dilatasi pupil. Posisi lensa dan keutuhan serat zonular
juga harus diperiksa karenasubluksasio lensa dapat mengindikasikan trauma pada mata sebelumnya,
kelainanmetabolik, atau katarak hipermatur.
Pemeriksaan Lain
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
oftalmologis. Pemeriksaan laboratorium diperlukan sebagai bagian skrining preoperative untuk mendeteksi
18
penyakit penyerta (misalnya diabetes mellitus, hipertensidan kelainan jantung). Pemeriksaan radiologis
seperti USG, CT Scan dan MRI diperlukan jika dicurigai adanya kelainan di daerah posterior dan
kurangnya gambaran pada bagian belakang mata karena katarak yang sudah sangat padat. Pemeriksaan ini
membantu dalam perencanaan tatalaksana bedah.
G. Penatalaksanan
Non-Bedah
Hanya efektif dalam memperbaiki fungsi isual untuk sementara waktu.Di samping
itu,walaupun banyak penelitian mengenai tatalaksana medikamentosa bagi pebderita katarak,
hingga saat ini belum ditemukan obat-obatan yang mampu memperlambat atau
menghilangkan pembentukan katarak pada manusia.Bebebrapa agent yang mungkin dapat
memperlambat pertumbuhan katarak adalah penurunan kadar sorbitol,pemberian
aspirin,antioksidan vitamin c dan E
Bedah
Indikasi Operasi Katarak
Meningkatkan fungsi penglihatan merupakan indikasi paling umum untuk ekstraksi katarak,
walaupun kepentingannya bersifat individual. Misalnya, seorang petugas perpustakaan dengan katarak
subkapsular posterior membutuhkan operasi bila penglihatan jarak dekat terganggu dan seorang petani
membutuhkan penglihatan jauh.
Indikasi medis adalah bila katarak tersebut mempengaruhi kondisi kesehatan mata seperti
menyebabkan glaukoma fakolitik atau glaukoma sudut tertutup sekunder karena lensa intumesen. Indikasi
kosmetik yaitu mengangkat katarak matur pada mata yang buta untuk menunjukkan kembali pupil yang
hitam.Refraksi optimal pasca operasi. Refraksi optimal pasca operasi tergantung pada kebutuhan pasien
akan koreksi monookular atau binokular.Bila pasien membutuhkan koreksi monookular dengan keadaan
sebelah mata memiliki visus yang buruk karena katarak pekat atau amblyopia. Refraksi pasca operasi yang
terbaik pada keadaan ini adalah -1D. Koreksi ini cukup bagi pasien untuk mengerjakan pekerjaan sehari-
hari tanpa menggunakan kacamata dan bila perlu penglihatan lebih jelas dapat menggunakan kacamata
bifokal. Beberapa pasien yang tidak puas adalah pasien miopia yang menjadi hipermetrop setelah
implantasi IOL.Apabila diperlukan koreksi binokular, perbedaan refraksi ke2 mata tidak bolehlebih dari
3D. hal ini karena pasien dapat mengalami penglihatan ganda ketika melihat keatas dan ke bawah. Apabila
pasien memiliki penglihatan dengan visus normal di matayang tidak dioperasi refraksi pasca operasi di
mata yang dioperszasi seharusnya berada dalam perbedaan antara 1-2 D dengan mata yang tidak dioperasi
19
Teknik Operasi
Terapi definitif dari katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Terdapat 3 prosedur yang biasa
digunakan yaitu ekstraksi katarak intrakapsular, ekstraksi katarak ekstrakapsular dan fakoemulsifikasi. Pada
ekstraksi katarak intrakapsular, seluruh lensa diekstraksi, termasuk kapsula posterior. Pada teknik ini tidak
perlu dikhawatirkan terjadinya kekeruhan kapsular.Teknik ini juga tidak memerlukan peralatan yang
canggih dan dapat dilakukan tanpa mikroskop operatif. Namun terdapat sejumlah kerugian dan komplikasi
post-operatif seperti lamanya penyembuhan, lamanya rehabilitasi penglihatan, astigmatisme yang
signifikan, inkarserasi iris, kebocoran luka post-operasi, inkarserasi vitreus serta edema kornea. Ditambah
lagi, kehilangan sel endotelial pada ekstraksi intrakapsular lebih besar dibandingkan ekstrakapsular. Teknik
ini juga lebih sulit karena penempatan lensa intraokular tidak semudah apabila diletakkan pada kantung
kapsular. Walaupun banyak komplikasi yang menurunkan kepopuleran penggunaan metode ini, teknik ini
masih dapat digunakan jika keutuhan zonular sangat terganggu sehingga lensa dapat dikeluarkan dengan
sempurna.
Pada ekstraksi ekstra kapsular, nukleus dan korteks dikeluarkan dengan cara membuka kapsula
anterior(anterior capsulectomy)meninggalkan kapsula posterior yang utuh. Operasi jenis ini terutama
dilakukan pada negara maju dengan tersedianya mikroskop operatif yang baik.
Kelebihan teknik ini adalah insisi yang lebih kecil sehingga kemungkinan terjadinya trauma pada
endotel kornea lebih kecil.Penempatan lensa intraokuler juga dapat dilakukan dengan lebih baik. Syarat
untuk melakukan teknik ini adalah keutuhan zonular.
20
gambar 4. Ekstraksi katarak ekstrakapsular
Pada fakoemulsifikasi (disintegrasi ultrasonic dari nukleus) dilakukan insisi kecil(3mm) untuk
mengeluarkan lensa(gambar 5). Teknik ini memerlukan jarum yangdiarahkan dengan gelombang
ultrasonik ke arah nukleus untuk mengaspirasi substratlensa .Teknik ini memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan ekstraksi ekstrakapsular yaitu insisi lebih kecil, rehabilitasi yang lebih cepat dan komplikasi
post operatif yang lebih jarang. Namun operasi ini tergantung mesin dan operator serta lebih mahal.
21
Gambar 5 fakoemulsifikasi
Komplikasi post-operatif
Walaupun operasi katarak secara umum mudah dan efektif, sejumlah komplikasi post-operatf
dapat terjadi. Komplikasi yang paling serius adalah endoftalmitis yang dapat berakibat kebutaan. Sumber
infeksi biasanya idiopatik, diduga flora yang terdapat pada palpebra sebelah luar, konjungtiva dan aparatus
lakrimal. Sumber lain diduga adalah kontaminasi saat operasi. Dapat diatasi dengan pemberian pengobatan
pra operasi padainfeksi di sekitar mata, desinfeksi yang benar dan injeksi antibiotik pascaoperasi. Interval
waktu antara ekstraksi katarak dengan onset endolftalmitis berguna dalam memprediksi kemungkinan
organisme penyebab.
S. aureus dan organisme gram negatif biasanya timbul antara hari pertama sampai ketiga pasca
operasi dengan gejala yang berat.S.epidermidis biasanya mulai muncul antara hari ke-4 sampai ke-10
pasca operasi dengangejala yang ringan. Penatalaksanaan dimulai dengan identifikasi organisme penyebab
dengan pemeriksaan sampel akueus dan vitreus. Walaupun demikian hasil kultur yang negatif tidak
menyingkirkan diagnosis. Sampel harus diambil dalam ruang operasi.Vitrektomi dapat berguna hanya pada
infeksi sangat berat dan visus yang menurun sampai persepsi cahaya. Apabila pasien masih dapat melihat
22
lambaian tangan,vitrektomi tidak diperlukan. Antibiotik yang efektif untuk eradikasi bakteri gram
positif dan gram negatif harus diberikan. Jenis antibiotik yang direkomendasikan sekarang iniadalah
amikacin atau ceftazidim untuk gram positif dan negatif serta vankomisin untuk kokus koagulase negatif
dan koagulase positif. Amikasin bekerja secara sinergis dengan fbbvakomisin, namun lebih potensil untuk
menjadi retinotoksik dibanding ceftazidim yangtidak sinergis dengan vankomisin.Terapi dengan steroid
tidak akan berpengaruh terhadap kontrol infeksi bilaorganisme penyebab sensitif terhadap antibiotik
tersebut. dapat diberikan dalam bentuk injeksi periokular, sistemik atau topikal.Komplikasi lain mencakup
glaukoma, astigmatisme yang parah, kekeruhankapsula posterior, edema retina dan ablasio retina. Dapat
pula terjadi perdarahansuprakoroidal masif yaitu terdapatnya darah dalam jumlah besar dalam ruang
suprakoroid yang dapat menyebabkan pendorongan keluar kandungan intraokular atau pergeseran
permukaan retin
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan D. Ophtalmologi Umum. Edisi 14.Widya Medika.Jakarta.2000. hal 169-176.
2. Ilyas,Sidharta.Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ketiga.Balai Penerbitan FKUI.jakarta.2006.
hal 200-10
3. Suhardjo ; Hartono . Ilmu Kesehatan Mata. Cetakan pertama.Bagian Ilmu Penyakit Mata
FK UGM. 2007. Hal 85-101
23