case jiwa fix
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu gangguan kejiwaan adalah hal yang sangat sering kita temukan
dalam kehidupan sehari-hari, sebutan “gila” pada diri seseorang sering kita dengar
tanpa kita ketahui definisinya secara jelas, hal ini dikarenakan sangat sulitnya
mendalami dan memahami isi pikiran seseorang dengan gangguan kejiwaan.
Salah satu gangguan kejiwaan yang sering kita temukan dalam kehidupan
sehari-hari adalah skizofrenia, berdasarkan penelitian beberapa ahli skizofrenia
ditemukan pada 0,2-2% dari populasi. Istilah Skizoprenia diciptakan oleh Bleuler
(psikiater dari Swiss) dari bahasa yunani yaitu, schizo = split / membelah, dan
phren = mind / pikiran berarti : terbelahnya/ terpisahnya/ terpisahnya antara
emosi, pikiran, dan intelektual. Penyebab dari gangguan kejiwaan ini belum
begitu jelas, gambaran yang beranekaragam pada pasien dengan gangguan ini juga
menyebabkab sulitnya mendiagnosis gangguan kejiwaan tersebut.
Keterampilan dokter umum dalam menegakkan diagnosis gangguan ini
menjadi hal yang sangat penting, karena seseorang dengan gangguan kejiwaan
secara fisik adalah manusia sehat yang terganggu pikrannya, oleh karena itu
semakin cepat diagnosis ditegakkan akan semakin baik pula penanganan penderita
tersebut.
Hal yang sangat diharapkan dalam penganan skizofrenia adalah perbaikan
kualitas hidup penderita, sasaran terapinya bervariasi, berdasarkan fase dan
keparahan penyakit. Penatalaksanaan yang baik akan membawa kepada sebuah
prognosis yang baik pula, dengan demikian diharapkan perbaikan kualitas hidup
pasien dapat tercipta. Mengingat kompleksnya gangguan skizofrenia, untuk
mendapatkan hasil terapi yang optimal, Hasil akhir yang ingin dicapai adalah
penderita skizofrenia dapat kembali berfungsi dalam bidang pekerjaan, sosial dan
keluarga.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Nomor Status : 0035628
Nomor Registrasi : 0035628
Tahun : 2013
Tanggal Masuk : 10 November 2013
Tanggal Meninggal : -
STATUS PASIEN JIWA
Nama : Husna laki-laki/perempuan
Usia : 50 tahun Tempat Lahir : Palembang
Status Perkawinan : Menikah Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam Suku Bangsa : Palembang
Tingkat Pendidikan : S1 Pekerjaan : Guru SD
Alamat dan No. telp. Keluarga terdekat pasien:
Tanjung raja timur
Dikirim Oleh : Keluarga (Suami dan anak)
Nama Mahasiswa : Siti Hardianty Yarika, Intan permata Sari, Aulia Permata
Sari, Surya Gunawan, Vera Kurnia Fitri, Astika Novita Sari, Meidistya Ayu,
Febrian Alviando.
Dokter Supervisor :
MENGETAHUI
SUPERVISOR
(.............................................)
3
STATUS PRESENS TANGGAL : 10 November 2013
STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
Sensorium : CM Terganggu Suhu : 37,10c
Nadi : 102x/m Pernafasan :24x/m
Tinggi Badan : 162 cm Berat Badan :54 kg
Tek. Darah :130/90mmhg Turgor : baik
Status Gizi : baik
Sistem Kardiovaskular : Tidak ada kelainan
Sistem Respiratorik : Tidak ada kelainan
Sistem Gastriinestinal : Tidak ada kelainan
Sistem Urogenital : Tidak ada kelainan
Kelainan Khusus : Tidak ada
STATUS NEUROLOGIKUS
Panca Indera : Tidak ada kelainan
Gejala rangsang Meningeal : Tidak ada
Gejala Peningkatan TIK : Tidak ada
Mata
Gerakan : Baik ke segala arah, kelumpuhan (-), nistagmus (-)
Persepsi Mata : Baik, diplopia (-), visus 6/6
Pupil
Bentuk : Bulat, isokor
Ukuran : 3mm/3mm
Refleks cahaya : +/+
Refleks konvergensi: +/+
Refleks Kornea : +/+
Pemeriksaan oftalmoskopi: Tidak dilakukan
Motorik
4
Tonus : Eutoni
Koordinasi : Baik
Turgor : Baik
Refleks : fisiologis +/+ normal, patologis -/-
Kekuatan : lengan 5/5, tungkai 5/5
Sensibilitas : Tidak ada kelainan
Susunan syaraf vegetative : Tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : Tidak ada kelainan
Kelainan khusus : Tidak ada
PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG DIPERLUKAN
Darah Rutin : Disarankan Khusus:
Urine Rutin : Tidak dilakukan Khusus:
Tinja Rutin : Tidak dilakukan Khusus:
LCS : Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN ELEKTROENSEFALOGRAFI (EEG)
Belum ada indikasi
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
BRAIN COMPUTERIZED TOMOGRAPHY SCANNING (CT-SCAN
OTAK)
Belum ada indikasi
HASIL
(-)
5
STATUS PSIKIATRIKUS
ALLOANAMNESIS
Diperoleh dari : Tn. M
Umur : 54 tahun
Alamat : Tanjung Raja Timur
Pendidikan : S1
Hub dgn pasien : Suami
Sebab Utama : Os mengamuk sejak 3 hari yang lalu
Keluhan Utama : Tidak bisa tidur
Riwayat Perjalanan Penyakit :
± 4 tahun yang lalu, ketika Os bekerja menjadi seorang guru SD, os didatangi
pengawas sekolah untuk melihat cara mengajar os, namun os tidak
memiliki persiapan untuk hal tersebut. Pengawas tersebut menagih rencana
pembelajaran namun os tidak pernah membuatnya, sehingga os ditegur
diberi surat peringatan oleh pengawas. Sejak saat itu Os menjadi lebih
pendiam dan terlihat murung, namun masih dapat bekerja. Selain itu, os
juga merasa iri karena teman-temannya tidak bermasalah dalam
pembuatan rencana pembelajaran. Os mulai mengoceh sendiri, dan
mencurigai teman-teman guru di sekolahnya. Tidur os tidak nyenyak,
malam hari os sering terbangun lalu os mondar-mandir di rumah, dan mau
keluar rumah. Os tidak bisa bekerja lagi. Os kemudian dibawa ke RS
Ernaldi Bahar Palembang dan dirawat inap. Selama perawatan os
mendapat terapi, tetapi os tidak tahu nama obat yang diberikan. Os pulang
dengan perbaikan dan dianjurkan untuk kontrol rutin ke dokter.
± 2 minggu yang lalu, Os mengikuti pelatihan diklat untuk sertifikasi guru,
namun Os kehilangan rencana pembelajaran. Os menjadi malu dan kesal
sehingga berubah perilaku sering menyendiri, tidak mau bergaul dengan
teman sesama guru. Teman Os merasa kasihan dengan kondisi Os dan
kemudian menelepon suami Os. Namun Os masih bisa mengikuti pelatihan
sertifikasi hingga selesai.
6
± 1 minggu yang lalu setelah selesai dari pelatihan sertifikasi, os semakin
sering menyendiri, merenung, dan mengurung diri di kamar. Os juga
sering tertawa sendiri, mengoceh sendiri, dan terkadang tiba-tiba marah
dan mencurigai suami Os selingkuh dan berjudi hingga memukul
suaminya. Os tidak bisa lagi mengurus rumah. Os masih bisa makan dan
mandi sendiri namun Os tidak bisa tidur. Keluarga os mencemaskan os,
sehingga os dibawa ke RS Ernaldi Bahar Palembang.
Riwayat penyakit dahulu:
Os pernah di rawat di Rumah sakit jiwa Ernaldi Bahar tahun 2007 dan
2009 dengan keluhan yang sama namun tidak kontrol teratur.
Riwayat Hidup dan gambaran kepribadian premorbid:
Bayi : Lahir cukup bulan, spontan, langsung menangis, ditolong bidan
Anak-anak :Banyak teman, mudah bergaul
Remaja : Banyak teman, mudah bergaul
Dewasa : Banyak teman, mudah bergaul
Riwayat Perkembangan organobiologis:
Os tidak pernah menderita penyakit berat sebelumnya
Riwayat kejang tidak ada
Riwayat penggunaan NAPZA dan alkohol disangkal
Riwayat Pendidikan :
Os sekolah sampai tamat sarjana (S1).
Riwayat Pekerjaan :
Os bekerja sebagai guru SD Di Tanjung Raja Timur.
7
Riwayat Pernikahan:
Os pernah menikah satu kali.
Riwayat Sosial Ekonomi:
Sosial ekonomi sedang.
Riwayat Keluarga:
Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga disangkal.
AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI
Wawancara dilakukan satu kali yaitu pada tanggal 1November2013 di IGD. Pada
saat wawancara penderita dalam keadaan gaduh gelisah, penampilan penderita
bersih tetapi kurang rapi, penderita memakai kemeja berwarna abu-abu dan
memakai celana panjang berwarna hitam. wawancara dilakukan pemeriksa pada
penderita dalam keadaan terfiksir, wawancara dilakukan dalam bahasa Indonesia
dan Palembang.
Pemeriksa Pasien Interpretasi
(Psikopatologi)
“Assalamualaikum bu,
perkenalkan kami
dokter muda disini”
“Waalaikumsalam” (os
menatap mata
pemeriksa namun
tangan dan kaki os
diikat)
Sikap kooperatif
Kontak fisik belum
bias dinilai
Kontak mata ada
Kontak verbal ada
Cara bicara lancar,
8
“Nama ibu siapo?”
“umur berapo bu?”
“Kenapo bu, nak narik-
narik tangannyo?
“namo laki ibu siapo?”
“bu katonyo ibu baru
balek dari diklat ye?
Apo bu diklat tu?
“lah, ibu tau dari mano
laki ibu maen betino?
“yang bisiki ibu lanang
apo betino?”
“trus selain itu, denger
apo lagi bu?”
“ Khusnah”
“50” (os sambil
berusaha menarik-narik
tangan dan kaki untuk
melepas ikatan)
“idak ah laki aku be
ngiket-ngiket”
“Mulyadi namo dio tu”
“aku tu tau dok, diklat itu
pelatihan di asrama 10
hari yang lewat” Laki aku
ini nah galak bejudi dan
maen betino, ditunjuken
Tuhan nian”
“Aku tejinggok depan
rai aku ni ado betino
lain di rumah, ado jugo
yang bisik-bisiki aku ini
gawe laki aku dluar
maen betino”
“betino itulah bisikin aku”
verbalisasi jelas.
Daya Ingat baik
Orientasi orang baik
Orientasi waktu baik
Waham Curiga
Halusinasi visual (+)
auditorik (+)
Halusinasi
auditorik(+)
9
“sekarang ibu tau dak
ibu lagi dimano
sekarang ini ?”
“Ooh iyo bu, sudah dulu
yo bu. Jangan lupa
minum obat. Makasi
bu”
“iyo ado lanang jugo yang
nyuruh aku buat mukul
laki aku biar jero”
“ di rumah sakit jiwo, aku
dk gilo woi dok, laki aku
yang gilo betino”
(lepasken ikatan aku ini
dok. Awas bae kau
mulyadi ku goco gek kau)
(kemudian os menjerit
jerit dan berkata kotor)
Orientasi tempat baik
IKHTISAR DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
(AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI)
KEADAAN UMUM
Kesadaran/sensorium : compos mentis terganggu
Perhatian : ada
Sikap : Curiga
Inisiatif : Tidak ada
Tingkah Laku Motorik : Gelisah
Karangan/Tulisan/Gambaran (bila ada lampirkan)
Ekspresi Fasial : Curiga
10
Verbalisasi : Jelas
Kontak Psikis
Kontak Fisik : belum bisa dinilai
Kontak Mata : ada
Kontak Verbal : ada
KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)
1. Keadaan Afektif : Sesuai
2. Mood : Distimik (Irritable)
3. Hidup Emosi
Stabilitas :labil Kedalaman :Dangkal
Pengendalian :tidak terkendali Adekuat-adekuat :Inadekuat
Echt-Unecht :unecht Skala Diferensiasi
:Menyempit
Einfuhlung(empati): sulit dirabarasakan Arus Emosi :Cepat
4. Keadaan dan fungsi Intelektual
Daya ingat :Baik
Daya Konsentrasi :Kurang
Orientasi
Tempat :Baik
Waktu :Baik
Personal :Baik
Luas Pengetahuan Umum dan Sekolah :sesuai
Discriminative Judgement :Buruk
Discriminative Insight :Buruk
Kemunduran intelektual :tidak ada
5. Kelainan Sensasi dan Persepsi
Ilusi :tidak ada.
11
Halusinasi :Halusinasi visual ada, penderita mengaku bertemu dengan
wanita yang menjadi selingkuhan suaminya. Halusinasi auditorik ada,
penderita mendengar suara perempuan yang membisikkan bahwa suaminya
tela selingkuh dan suara laki-laki yang mneyruhnya untuk memukul
suaminya.
6. Keadaan Proses Berpikir
Psikomotilitas :Lambat
Mutu Proses Berpikir :Kurang
Arus Pikiran
Flight of Ideas (-) Inkoherensi (-)
Sirkumstansial (-) Tangensial (-)
Terhalang (-) Terhambat(-)
Perserverasi (-) Verbigerasi (-)
Lain-lain
Isi Pikiran
Pola sentral : ada, suami selingkuh Rasa permusuhan/dendam (+)
Waham : (+) waham curiga
Fobia : (-) Hipokondria : (-)
Konfabulasi : (-) Isi pikiran :Sedikit
Perasaan inferior: (-) Perasaan berdosa/salah (-)
Lain-lain
Pemikiran pikiran
Obsesi : (-)
Alienasi : (-)
Bentuk Pikiran
Autistik :(+) Simboli : (-)
Paralogik :(-) Simetrik : (-)
Konkritisasi :(-) Lain-lain
Lain-lain
7. Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan
Abulia/Hipobulia (-) Vagabondage (+)
12
Stupor (-) Pyromania (-)
Raptus/Impulsivitas Mannerisme (-)
Kegaduhan Umum (+) Autisme (+)
Deviasi seksual (-) Logore (-)
Ekopraksi (-) Mutisme (-)
Ekolalia (-) lain-lain (-)
8. Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara jelas (overt) (banyak, sedikit, tidak
ada) : Tidak
9. Reality Testing Ability : Terganggu pada perasaan, pikiran dan perbuatan
PEMERIKSAAN LAIN-LAIN
1. Evaluasi psikologik (oleh Psikolog) tanggal : Tidak dilakukan
2. Evaluasi social (oleh Ahli Pekerja Sosial) tanggal : Tidak dilakukan
3. Evaluasi lain-lain tanggal : Tidak dilakukan
(Bila ada, hasil dilampirkan)
RESUME
I. IDENTIFIKASI
Ny. Husna / perempuan / 50 tahun / menikah / Islam / S1 / Palembang
II. STATUS INTERNUS
Sensorium : Compos mentis terganggu
Nadi : 102x/menit
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekuensi napas : 24x/menit
Suhu : 37,1º C
III. STATUS NEUROLOGIKUS
Tidak ada Kelainan
IV. STATUS PSIKIATRIKUS
Sebab Utama : Os mengamuk sejak 3 hari yang lalu
Keluhan Utama : Tidak bisa tidur
Riwayat Perjalanan Penyakit :
13
± 4 tahun yang lalu, ketika Os bekerja menjadi seorang guru SD, os didatangi
pengawas sekolah untuk melihat cara mengajar os, namun os tidak
memiliki persiapan untuk hal tersebut. Pengawas tersebut menagih rencana
pembelajaran namun os tidak pernah membuatnya, sehingga os ditegur
diberi surat peringatan oleh pengawas. Sejak saat itu Os menjadi lebih
pendiam dan terlihat murung, namun masih dapat bekerja. Selain itu, os
juga merasa iri karena teman-temannya tidak bermasalah dalam
pembuatan rencana pembelajaran. Os mulai mengoceh sendiri, dan
mencurigai teman-teman guru di sekolahnya. Tidur os tidak nyenyak,
malam hari os sering terbangun lalu os mondar-mandir di rumah, dan mau
keluar rumah. Os tidak bisa bekerja lagi. Os kemudian dibawa ke RS
Ernaldi Bahar Palembang dan dirawat inap. Selama perawatan os
mendapat terapi, tetapi os tidak tahu nama obat yang diberikan. Os pulang
dengan perbaikan dan dianjurkan untuk kontrol rutin ke dokter.
± 2 minggu yang lalu, Os mengikuti pelatihan diklat untuk sertifikasi guru,
namun Os kehilangan rencana pembelajaran. Os menjadi malu dan kesal
sehingga berubah perilaku sering menyendiri, tidak mau bergaul dengan
teman sesama guru. Teman Os merasa kasihan dengan kondisi Os dan
kemudian menelepon suami Os. Namun Os masih bisa mengikuti pelatihan
sertifikasi hingga selesai.
± 1 minggu yang lalu setelah selesai dari pelatihan sertifikasi, os semakin
sering menyendiri, merenung, dan mengurung diri di kamar. Os juga
sering tertawa sendiri, mengoceh sendiri, dan terkadang tiba-tiba marah
dan mencurigai suami Os selingkuh dan berjudi hingga memukul
suaminya. Os tidak bisa lagi mengurus rumah. Os masih bisa makan dan
mandi sendiri namun Os tidak bisa tidur. Keluarga os mencemaskan os,
sehingga os dibawa ke RS Ernaldi Bahar Palembang.
Riwayat penyakit dahulu:
Os pernah di rawat di Rumah sakit jiwa Ernaldi Bahar tahun 2007 dan
2009 dengan keluhan yang sama namun tidak kontrol teratur.
Riwayat Hidup dan gambaran kepribadian premorbid:
14
Bayi : Lahir cukup bulan, spontan, langsung menangis, ditolong bidan
Anak-anak :Banyak teman, mudah bergaul
Remaja : Banyak teman, mudah bergaul
Dewasa : Banyak teman, mudah bergaul
Riwayat Perkembangan organobiologis:
Os tidak pernah menderita penyakit berat sebelumnya
Riwayat kejang tidak ada
Riwayat penggunaan NAPZA dan alkohol disangkal
Riwayat Pendidikan :
Os sekolah sampai tamat sarjana (S1).
Riwayat Pekerjaan :
Os bekerja sebagai guru SD Di Tanjung Raja Timur.
Riwayat Pernikahan:
Os pernah menikah satu kali.
Riwayat Sosial Ekonomi:
Sosial ekonomi sedang.
Riwayat Keluarga:
Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga disangkal.
Psikopatologi:
I. Keadaan Umum : compos mentis terganggu, gelisah, ekspresi curiga
15
II. Keadaan Spesifik :
Keadaan Afektif : sesuai
Mood : distimik (irritable)
Keadaan Emosi: labil, tidak terkendali, enfuhlung tidak dapat
diraba rasakan, skala diferensiasi menyempit, arus emosi cepat
Keadaan dan Fungsi Intelektual: daya ingat, konsentrasi, dan
orientasi baik. Discriminative Judgement buruk, discriminative
Insight buruk.
Kelainan Sensasi dan Persepsi : Halusinasi visual ada, penderita
mengaku bertemu dengan wanita yang menjadi selingkuhan
suaminya. Halusinasi auditorik ada, penderita mendengar suara
perempuan yang membisikkan bahwa suaminya telah selingkuh
dan suara laki-laki yang mnyuruhnya untuk memukul suaminya.
Keadaan Proses Berpikir : psikomotilitas lambat, mutu kurang, pola
sentral ada suami selingkuh, Waham (+) waham curiga, Rasa
permusuhan/dendam (+), isi pikiran sedikit, bentuk pikiran autistik,
Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan : Kegaduhan Umum
(+), autism (+), Vagabondage(+)
Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara jelas (overt) (banyak,
sedikit, tidak ada) : tidak Ada
Reality Testing Ability : terganggu pada perasaan, pikiran dan
perbuatan
FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
Dari autoanamnesis didapatkan bahwa terdapat gejala waham curiga yang
ditandai dengan adanya keyakinan bahwa suaminya telah selingkuh dan
ingin berbuat jahat padanya, disertai halusinasi auditorik, berupa suara-
suara yang tidak jelas yang sering mengatakan bahwa suaminya selingkuh
16
dan menyuruhnya untuk memukul suaminya dan halusinasi visual, berupa
penampakan perempuan dan laki-laki yang membisikkannya.
Sedangkan untuk tipe skizophrenia, dilihat dari gejala yang tampak, yaitu
halusinasi auditorik dan visual, maka diagnosis skizophrenia tipe paranoid
dapat ditegakkan.
Pasien ini juga telah mengalami gejala yang sama pada tahun 2007 dan
2009 sehingga dirawat di RS Ernaldi Bahar namun minum obat tidak
teratur.
Aksis II
Dari autoanamnesis, penderita bercerita bahwa penderita adalah seorang
yang periang dan memiliki banyak teman
Hal ini menunjukkan tidak adanya gangguan kepribadian.
Aksis III
Penderita tidak pernah menderita penyakit berat dan tidak dijumpai
kelainan organobiologis, sehingga aksis III tidak ada diagnosis
Aksis IV
Dari autonamnesis yang dilakukan, tampak penderita selalu berbicara
tentang perselingkuhan suaminya, hal ini diawali saat pasien mempunyai
masalah dalam pekerjaan (kehilangan RPP). Maka untuk aksis IV
stressornya adalah masalah pekerjan serta permasalahan dalam keluarga.
Perlu dilakukan wawancara lebih mendalam agar dapat menggali lebih
jauh.
Aksis V
Dari autoanamnesis didapatkan bahwa penderita mengamuk disertai
disabilitas berat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
GAF scale pada saat MRS adalah 40-31
17
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Berdasarkan PPDGJ III
AKSIS I : F.20.03 Skizophrenia paranoid berulang
AKSIS II : tidak ada diagnosis
AKSIS III : Tidak ada diagnosis
AKSIS IV : Stressor: masalah pekerjaan dan masalah keluarga
AKSIS V : GAF scale pada saat MRS adalah 40-31
DIAGNOSIS DIFFERENSIAL
Gangguan skizoafektif
Depresi berat dengan gejala psikotik
TERAPI
I. Psikofarmaka
Injeksi inj. diazepam 1 amp
Oral: Risperidon 1mg 2x1
CPZ 3x1
THP 2x1
II. Psikoedukasi
a. Individu : Memotivasi penderita untuk minum obat secara
teratur
b. Keluarga : Memotivasi keluarga penderita untuk membawa
penderita berobat secara teratur. Mununjukkan kehangatan dan
keakraban dalam keluarga
c. Lingkungan: Tidak menjauhi pasien dan memahami
keadaannya
18
PROGNOSIS
Dubia
BAB III
Tinjauan Pustaka
A. Definisi
Schizophrenia berasal dari dua kata, yaitu “schizo” yang artinya retak atau
pecah atau terbelah (split), dan “phrenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian
seseorang yang menderita schizophrenia adalah seseorang yang mengalami
keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (Hawari, 2003). Dengan kata lain,
schizophrenia adalah terbelahnya/terpisahnya antara emosi dan pikiran/intelektual.
Schizophrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab (banyak bekum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat
kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear
consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
B. Epidemiologi
Di Amerika Serikat prevalensi schizophrenia seumur hidup dilaporkan
secara bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 persen; konsisten dengan rentang
tersebut, penelitian Epidemiological Catchment Area (ECA) yang disponsori oleh
National Institute of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi seumur hidup
sebesar 1,3 persen. Kira-kira 0,025 sampai 0,05 persen populasi total diobati
untuk schizophrenia dalam satu tahun. Walaupun duapertiga dari pasien yang
diobati tersebut membutuhkan perawatan di rumah sakit, hanya kira-kira setengah
dari semua pasien schizophrenia mendapatkan pengobatan, tidak tergantung pada
keparahan penyakit.
19
Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya
karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri, berikut adalah data-
data tentang skizofrenia:
• Prevalensi skizoprenia di dunia sekitar 0,2 – 2 % populasi
• Angka kejadian pada wanita sama dengan pria, tetapi onset pada pria
umumnya lebih awal (♂: 15-24 th; ♀: 25-35 th)
• Prevalensinya 8 x lebih besar pada tingkat sosial ekonomi rendah.
• Orang yang dilahirkan pada musim dingin atau awal musim semi lebih
banyak daripada orang yang dilahirkan di akhir musim semi atau musim
panas.
• Daerah perkotaan lebih tinggi 2x daripada daerah pedesaan.
• 25% dari semua gangguan psikotik
• 50% dari semua penderita gangguan jiwa.
C. Etiologi
Penyebab skizofrenia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, walaupun
begitu banyak ahli yang mencoba mengemukakan beberapa teori, yaitu:
a. Faktor biologi (teori-teori somatogenesis)
Faktor ini meliputi faktor genetik (keturunan), Biochemistry
(ketidakseimbangan kimiawi otak), Neuroanatomy (abnormalitas struktur
otak).
1. Faktor Genetika
Faktor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko
masyarakat umum 1%, pada orang tua resiko 5%, pada saudara kandung
8% dan pada anak 12% apabila salah satu orang tua menderita skizofrenia,
walaupun anak telah dipisahkan dari orang tua sejak lahir, anak dari kedua
orang tua skizofrenia 40%. Pada kembar monozigot 47%, sedangkan
untuk kembar dizigot sebesar 12% (Kaplan & Sadock, 2004).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa gen yang diwarisi
seseorang sangat kuat mempengaruhi resiko seseorang mengalami
skisofrenia. Hal ini dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-
keluarga tentang skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu telur.
20
Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-
15%; bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderiat skizofrenia 7-
16%; bagi kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%, bagi kembar
dua telur (heterozygote) 2-15%; bagi kembar satu telur (monozygote) 61-
86% (Maramis, 2005).
2. Biochemistry (ketidakseimbangan kimiawi otak)
Dari faktor biochemistry dikenal suatu hipotesis dopamin yang
menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergik
yang berlebihan di bagian kortikal otak dikarenakan sensitivitas yang
abnormal terhadap dopamine, dan berkaitan dengan gejala positif dari
skizofrenia. Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya
neurotransmiter lain termasuk serotonin, norepinefrin, glutamat dan
GABA. Selain perubahan yang sifatnya neurokimiawi, penelitian
menggunakan CT Scan ternyata ditemukan perubahan anatomi otak seperti
pelebaran lateral ventrikel, atropi koteks atau atropi otak kecil
(cerebellum), terutama pada penderita kronis skizofrenia (Kaplan &
Sadock, 2004).
3. Neuroanatomy (abnormalitas struktur otak)
Berbagai teknik imaging, seperti MRI telah membantu para ilmuwan untuk
menemukan abnormalitas struktural spesifik pada otak penderita
skizofrenia. Misalnya, klien skizofrenia yang kronis cenderung memiliki
ventrikel otak yang lebih besar. Mereka juga memiliki volume jaringan
otak yang lebih sedikit daripada orang normal. Magnitic Resonance
Imaging (MRI) penderita skizofrenia menunjukkan perbedaan struktural
dengan otak orang dewasa normal. Otak penderita skizofenia
menunjukkan pembesaran ventrikel, namun tidak semua penderita
skizofrenia menunjukkan abnormalitas ini.
b. Diatesis-Stres Model
Teori ini menggabungkan antara faktor biologis, psikososial, dan
lingkungan yang secara khusus mempengaruhi diri seseorang sehingga dapat
menyebabkan berkembangnya gejala skizofrenia. Dimana ketiga faktor
tersebut saling berpengaruh secara dinamis (Kaplan & Sadock, 2004).
21
c. Faktor Psikososial
Teori perkembangan
Ahli teori Sullivan dan Erikson mengemukakan bahwa kurangnya
perhatian yang hangat dan penuh kasih sayang di tahun-tahun awal
kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas diri, salah
interpretasi terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan sosial pada
penderita skizofrenia (Sirait, 2008).
Teori belajar
Menurut ahli teori belajar (learning theory), anak-anak yang menderita
skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berpikir irasional orang tua yang
mungkin memiliki masalah emosional yang bermakna. Hubungan
interpersonal yang buruk dari penderita skizofrenia akan berkembang
karena mempelajari model yang buruk selama anak-anak. Jika dalam
proses belajarnya sehari-hari, individu berinteraksi dengan penderita
skizofrenia maka hal ini bisa mempengaruhi individu tersebut seperti
perasaan, cara berpikir, dan berperilaku tumbuh dari pengalaman individu
dengan orang lain. (Sirait, 2008).
Teori model keluarga
Memang tidak ada teori yang mendemonstrasikan bahwa atribut keluarga
merupakan penyebab dari skizofrenia tetapi beberapa pola asuh keluarga
menyebabkan gangguan perkembangan anak, seperti : keluarga dengan “double
blind” bisa menyebabkan kecemasan, rasa bersalah dan kebingungan pada anak,
pada anggota keluarga yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita
skizofrenia akan membuat anak tidak memiliki role model yang baik untuk
perkembangannya (Sirait, 2008).
D. Faktor Resiko
Faktor risiko yang berperan dalam terjadinya skizofrenia antara lain:
– Riwayat skizofrenia dalam keluarga
– Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik,
penarikan diri, dan/atau impulsivitas.
– Stress lingkungan
22
– Kelahiran musim dingin.
– Status social ekonomi yang rendah
– Masalah saat kehamilan dan proses kelahiran
– Bentuk tubuh astenik.
– Penyalahgunaan obat-obatan.
– Usia ayah saat hamil di atas 60 tahun
E. Patofisiologi
Beberapa teori mengatakan skizoprenia terjadi berkaitan erat melibatkan
sistem dopaminergik dan serotonergik pada sistem saraf pusat. Hipotesis/teori
tentang patofisiologi skizoprenia :
• Pada pasien skizoprenia terjadi hiperreaktivitas sistem dopaminergik
• Hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik berkaitan dengan
gejala positif
• Hipodopaminergia pada sistem mesocortis dan nigrostriatal
bertanggungjawab terhadap gejala negatif dan gejala ekstrapiramidal
• Reseptor dopamine yang terlibat adalah reseptor dopamine-2 (D2)
dijumpai peningkatan densitas reseptor D2 pada jaringan otak pasien
skizoprenia
• Peningkatan aktivitas serotonergik menurunkan aktivitas
dopaminergik pada sistem mesocortis bertanggung-jawab terhadap
gejala negatif
Perjalanan berkembangnya skizofrenia sangatlah beragam pada setiap
kasus. Namun, secara umum melewati tiga fase utama, yaitu (Prabowo, 2007):
a. Fase prodromal
Fase prodromal ditandai dengan deteriorasi yang jelas dalam fungsi
kehidupan, sebelum fase aktif gejala gangguan, dan tidak disebabkan oleh
gangguan afek atau akibat gangguan penggunaan zat, serta mencakup paling
sedikit dua gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia. Awal
munculnya skizofrenia dapat terjadi setelah melewati suatu periode yang
sangat panjang, yaitu ketika seorang individu mulai menarik diri secara sosial
dari lingkungannya (Prabowo, 2007).
23
Individu yang mengalami fase prodromal dapat berlangsung selama
beberapa minggu hingga bertahun-tahun, sebelum gejala lain yang memenuhi
kriteria untuk menegakkan diagnosis skizorenia muncul. Individu dengan fase
prodromal singkat, perkembangan gejala gangguannya lebih jelas terlihat
daripada individu yang mengalami fase prodromal panjang (Prabowo, 2007).
b. Fase Aktif Gejala
Fase aktif gejala ditandai dengan munculnya gejala-gejala skizofrenia
secara jelas. Sebagian besar penderita gangguan skizofrenia memiliki
kelainan pada kemampuannya untuk melihat realitas dan kesulitan dalam
mencapai insight. Sebagai akibatnya episode psikosis dapat ditandai oleh
adanya kesenjangan yang semakin besar antara individu dengan lingkungan
sosialnya (Prabowo, 2007).
c. Fase Residual
Fase residual terjadi setelah fase aktif gejala paling sedikit terdapat dua
gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia yang bersifat mentap
dan tidak disebabkan oleh gangguan afek atau gangguan penggunaan zat.
Dalam perjalanan gangguannya, beberapa pasien skizofrenia mengalami
kekambuhan hingga lebih dari lima kali. Oleh karena itu, tantangan terapi saat
ini adalah untuk mengurangi dan mencegah terjadinya kekambuhan.
24
F. Penegakkan Diagnosis
Terdapat berbagai kriteria diagnostik untuk schizophrenia, yaitu:
1. Kriteria Kurt Schneider
2. Kriteria Gabriel Langfeldt
3. Indeks Schizophrenia New Heaven
4. Sistem Fleksibel
5. Kriteria Diagnostik Riset
6. Kriteria St.Louis
7. Kriteria Taylor dan Abrams
8. Present State Examination
9. Kriteria Tsuang dan Winokur
Namun terdapat kriteria diagnostik resmi dari DSM-IV American
Psychiatric Association untuk schizophrenia, yaitu:
A. Gejala karakteristik: Dua (atau lebih) berikut,
masing-masing ditemukan untuk bagian waktu
D. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan
gangguan mood: gangguan skizoafektif dan
25
yang bermakna selama periode 1 bulan (atau
kurang jika diobati dengan berhasil)
(1) waham
(2) halusinasi
(3) bicara terdisorganisasi
(4) perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang
jelas
(5) gejala negative, yaitu pendataran afektif,
alogia, atau tidak ada kemauan (avolition)
Catatan: hanya ada satu gejala kriteria A yang
diperlukan jika waham adalah kacau atau
halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus
mengomentari perilaku atau pikiran pasien, atau
dua atau lebih suara yang saling bercakap satu
sama lainnya.
B. Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu
yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau
lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas
di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset
(jika onset pada masa anak-anak atau remaja,
kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian
interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang
diharapkan).
C. Durasi: tanda gangguan terus menerus menetap
selama sekurangnya 6 bulan. Periode 6 bulan ini
harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala
(atau kurang jika diobati dengan berhasil) yang
memenuhi kriteria A (yaitu,gejala fase aktif)
dan mungkin termasuk periode gejala prodromal
atau residual. Selama periode prodromal atau
residual, tanda gangguan mungkin
gangguan mood dengan cirri psikotik telah
disingkirkan karena: (1) tidak ada episode
depresif berat, manik, atau campuran yang
telah terjadi bersama-sama dengan gejala
fase aktif; atau (2) jika episode mood telah
terjadi selama gejala fase aktif, durasi
totalnya adalah relative singkat
dibandingkan durasi periode aktif dan
residual.
E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum:
gangguan tidak disebabkan oleh efek
fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
obat yang disalahgunakan suatu medikasi)
atau suatu kondisi umum.
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan
pervasiv: jika terdapat riwayat adanya
gangguan autistik atau gangguan
perkembangan pervasiv lainnya, diagnosis
schizophrenia dibuat hanya jika waham atau
halusinasi yang menonjol juga ditemukan
untuk sekurangnya satu bulan (atau kurang
jika diobati secara berhasil).
Klasifikasi perjalanan penyakit
longitudinal (dapat diterapkan hanya
setelah sekurangnya 1 tahun lewat sejak
onset awal gejala fase aktif):
Episodik dengan gejala residual
interepisode
(episode didefinisikan oleh timbulnya
kembali gejala psikotik yang menonjol);
juga sebutkan jika: dengan gejala
negative yang menonjol
26
dimanifestasikan hanya oleh gejala negative
atau dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam
kriteria A dalam bentuk yang diperlemah
(misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman
persepsi yang tidak lazim).
Episodik tanpa gejala residual
interepisodik:
Kontinu (gejala psikotik yang menonjol
ditemukan di seluruh periode observasi);
juga sebutkan jika: dengan gejala
negative yang menonjol
Episode tunggal dalam remisi parsial;
juga sebutkan jika: dengan gejala
negative yang menonjol
Episode tunggal dalam remisi penuh
Pola lain atau tidak ditentukan
Atau pedoman diagnostik dari PPDGJ-III mengenai schizophrenia,yaitu:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut yang amat jelas (dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala kurang jelas):
a. - thought echo = isi pikiran diri sendiri yang berulang/bergema
dalam kepala.
- thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal).
- thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga
orang lain mengetahuinya.
b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan dari luar
- delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan dari luar
- delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar
- delusional perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik.
c. Halusinasi auditorik:
27
- Suara halusinasi yang berkomentar teru-menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien, atau
- Suara halusinasi yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan mustahil, misalnya perhial keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas
manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas:
e. Halusinasi menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide yang
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap (bila terjadi setiap
hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan).
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan / neologisme
g. Perilaku katatonik, seperti gaduh gelisah (excitement), posturing,
atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Gejala-gejala negative, seperti apatis, jarang bicara, dan respon
emosional yang menumpul, mengakibatkan penarikan diridan
menurunnya kinerja sosial.
Adanya gejala tersebut di atas telah berlangsung selama satu bulan
atau lebih.
G. Schizophrenia Paranoid
DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of mental Disorders ed.4)
menyebutkan bahwa tipe paranoid ditandai oleh keasyikan (preokupasi) pada satu
atau lebih waham atau halusinasi dengar yang sering, dan tidak ada perilaku
spesifik lain yang mengarahkan pada tipe terdisorganisasi atau katatonik. Secara
klasik, schizophrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya waham
28
persekutorik (waham kejar) atau waham kebesaran. Pasien schizophrenia paranoid
biasanya berumur lebih tua daripada pasien schizophrenia terdisorganisasi atau
katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat
sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang
dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego pasien
paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien
schizophrenia paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuan
mentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien
schizophrenia.
Pasien schizophrenia paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-
hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersikap bermusuhan atau agresif. Pasien
schizophrenia paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka sendiri
secara adekuat di dalam situasi sosial. Kecerdasan mereka tidak dipengaruhi oleh
kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.
Kriteria diagnostik untuk schizophrenia tipe paranoid adalah:
A. Memenuhi kriteria umum diagnosis schizophrenia.
B. Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau halusinasi yang
menonjol.
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol;
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan
dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.
C. Tidak ada dari berikut ini yang menonjol: bicara terdisorganisasi,
perilaku terdisorganisasi atau katatonik, atau afek yang datar atau tidak
sesuai.
29
H. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding, diambil dari klasifikasi subtipe pada schizophrenia.
Subtipe skizofrenia Pembeda
F20.0 Skizofrenia
Paranoid
Delusi (waham) dan halusinasi dengan tema curiga,
diancam, atau waham kebesaran
F20.1 Skizofrenia
Hebefrenik
Pikiran, bicara, dan perilaku ‘tidak nyambung’,
emosi datar atau tidak tepat, sering cekikikan,
senyum, menyeringai
F20.2 Skizofrenia
Katatonik
Hampir tidak ada respon thd lingkungan, aspek
motorik dan verbal sangat terganggu
F20.3 Skizofrenia tak
terinci
Klien masuk criteria skizofren tapi tidak dapat
masuk kelompok paranoid, disorganized, ataupun
katatonik
F20.4 Depresi pasca
skizofrenia
Gejala depresif menonjol paling sedikit 2 minggu,
dan telah menderita skizofrenia selama 12 bulan
terakhir ini
F20.5 Skizofrenia
residual
Gejala negative skizofrenia yang menonjol dan
didahului oleh waham dan halusinasi yang semakin
berkurang.
F20.6 Skizofrenia
Simpleks
Gejala negative yang khas pada skizofrenia residual
tanpa didahului oleh halusinasi, waham atau gejala
psikosis lainnya
I. Penatalaksanaan
Manajemen skizofrenia terdiri dari manajemen farmakologik dan non-
farmakologik, sasaran terapinya bervariasi, berdasarkan fase dan keparahan
penyakit
Pada fase akut : mengurangi atau menghilangkan gejala psikotik dan
meningkatkan fungsi
30
Pada fase stabilisasi: mengurangi resiko kekambuhan dan meningkatkan
adaptasi pasien terhadap kehidupan dalam masyarakat
1. Non-farmakologi
• Program rehabilitasi : living skills, social skills, basic education, work
program,supported housing
• Psikoterapi : terapi tambahan, terutama jika pasien sudah berespon thd
obat
• Family education
• Psikoterapi individual
• Terapi suportif
• Sosial skill training
• Terapi okupasi
• Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
• Psikoterapi kelompok
• Psikoterapi keluarga
• Manajemen kasus
• Assertive Community Treatment (ACT)
2. Farmakologi
a. Terapi fase akut skizofrenia :
• Tujuan terapi 7 hari pertama : mengurangi agitasi, hostility,
agresi, anxiety
• Jika seorang pasien terkena serangan psikotik akut, lebih baik
diatasi dengan “meng-imobilisasi” pasien dulu dan
mengajaknya bicara, kemudian diberi benzodiazepine utk
penenang dan atau suatu obat antipsikotik
• Benzodiazepine (exp: lorazepam 2 mg i.m setiap 30 menit)
terbukti efektif mengurangi agitasi sehingga mengurangi
dosis antipsikotik yang dibutuhkan mengurangi efek
samping
• Jika dibutuhkan antipsikosis untuk agitasi yang berat obat
potensi tinggi bisa digunakan, seperti haloperidol 2-5 mg IM
31
b. Terapi stabilisasi :
• Terapi minggu ke 2-3 digunakan terapi stabilisasi yang
tujuannya untuk meningkatkan sosialisasi dan perbaikan
kebiasaan(self-care habits) dan perasaan
• Mungkin perlu waktu 6-8 minggu utk mendapat respon yang
diharapkan, pada pasien kronis mungkin butuh waktu 3-6
bulan
• Pengobatan : menggunakan antipsikotik atipikal, jika
menggunakan obat tipikal: dosis yang ekuivalen dengan
klorpromasin 300-1000 mg dapat digunakan
• Terapi tidak bisa menyembuhkan, hanya mengurangi gejala
c. Terapi pemeliharaan mencegah kekambuhan
Harus diberikan sedikitnya sampai setahun sejak sembuh dari
episode akut, bahkan untuk bisa lebih berhasil, perlu terapi
selama sedikitnya 5 tahun, lalu dosis pada diturunkan perlahan-
lahan
Terapi pemeliharaan dapat diberikan dalam dosis setengah dari
dosis akut
Bagi pasien yang kepatuhannya rendah, ada obat yang dibuat
dalam formulasi depot contoh : flufenazin dekanoat atau
haloperidol dekanoat, dapat diberikan setiap 2 -4 minggu sekali
secara i.m. tetapi formulasi depot ini hanya diberikan jika
pasien telah memiliki dosis efektif p.o yang stabil
Tiga pengamatan dasar tentang skizofrenia yang memerlukan perhatian
saat mempertimbangkan pengobatan gangguan, yaitu :
1. Terlepas dari penyebabnya, skizofrenia terjadi pada seseorang yang
mempunyai sifat individual, keluarga, dan sosial psikologis yang unik.
2. Kenyataan bahwa angka kesesuaian untuk skizofrenia pada kembar
monozigotik adalah 50 persen telah diperhitungkan oleh banyak peneliti untuk
32
menyarankan bahwa factor lingkungan dan psikologis yang tidak diketahui
tetapi kemungkinan spesifik telah berperan dalam perkembangan gangguan.
3. Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan
terapetik tunggal jarang mencukupi untuk menjawab secara memuaskan
gangguan yang memiliki berbagai segi.
Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia,
penelitian telah menemukan bahwa intervensi psikososial dapat memperkuat
perbaikkan klinis.
Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi utama perawatan di rumah sakit adalah :
1. Untuk tujuan diagnostik.
2. Menstabilkan medikasi.
3. Keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh.
4. Perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai.
5. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan di rumah sakit adalah ikatan efektif antara pasien
dan system pendukung masyarakat. Sejak diperkenalkan diawal tahun 1950-an
medikasi antipsikotik telah menyebabkan revolusi dalam pengobatan
skizofrenia. Tetapi, antipsikotik mengobati gejala gangguan dan bukan suatu
penyembuhan skizofrenia.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu
mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan di rumah sakit
tergantung pada keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas
pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki
orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri sendiri, kualitas
hidup, pekerjaan dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus di
arahkan untukk mengikat pasien dengan fasilitas pasca rawat termasuk
33
keluarganya, keluarga angkat, board and care homes, dan half way house.
Pusat perawatan di siang hari ( day care center ) dan kunjungan rumah kadang-
kadang dapat membantu pasien tetap di luar rumah sakit untuk periode waktu
yang lama dan dapat memperbaiki kualitas kahidupan sehari-hari pasien.
Terapi Somatik
Antipsikotik
Antipsikotik termasuk tiga kelas obat yang utama, yaitu:
1. Antagonis reseptor dopamine
2. Risperidone ( ris perdal )
3. Clozapine ( clozaril )
Pemilihan Obat
1. Antagonis Reseptor Dopamin
Adalah obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan
skizofrenia. Obat ini memiliki dua kekurangan utama, yaitu Hanya sejumlah
kecil pasien, cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi mental
yang cukup normal. Disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan
serius. Efek mengganggu yang paling utama adalah akatisia dan gejala mirip
parkinsonisme berupa rigiditas dan tremor. Efek serius yang potensial adalah
tardive dyskinesia dan sindroma neuroleptik malignan.
“ Remoxipride “ adalah antagonis reseptor dopamin dari kelas yang
berbeda dari pada antagonis reseptor dopamin yang sekarang ini tersedia.
Awalnya obat ini disertai efek samping neurologist yang bermakna, tetapi
akhirnya remoxipride disertai dengan anemia aplastik, jadi membatasi nilai
klinisnya.
2. Risperidone
34
Adalah suatu obat antispikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna
pada reseptor serotonin tipe 2 ( 5-HT2 ) dan pada reseptor dopamine tipe 2 ( d2
). Risperidone menjadi obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena
kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis
reseptor dopaminergik yang tipikal.
3. Clozapine
Adalah suatu obat antipsikotik yang efektif. Mekanisme kerjanya belum
diketahui secara pasti. Clozapine adalah suatu antagonis lemah terhadap
reseptor D2 tetapi merupakan antagonis yang kuat terhadap reseptor D4 dan
mempunyai aktivitas antagonistic pada reseptor serotogenik. Agranulositosis
merupakan suatu efek samping yang mengharuskan monitoring setiap minggu
pada indeks-indeks darah. Obat ini merupakan lini kedua, diindikasikan pada
pasien dengan tardive dyskinesia karena data yang tersedia menyatakan bahwa
clozapine tidak disertai dengan perkembangan atau eksaserbasi gangguan
tersebut.
Pemeriksaan Awal
Obat antipsikotik cukup aman jika diberikan selama periode waktu yang
cukup singkat. Dalam situasi gawat, obat ini dapat diberikan kecuali clozapine,
tanpa melakukan pemeriksaan fisik atau laboratorium pada diri pasien. Pada
pemeriksaan biasa harus didapatkan hitung darah lengkap dengan indeks sel
darah putih, tes fungsi hati dan ECG khususnya pada wanita yang berusia lebih
dari 40 tahun dan laki-laki yang berusia lebih dari 30 tahun.
Kegagalan Pengobatan
1. Ketidakpatuhan dengan antipsikotik merupakan alas an utama untuk
terjadinya relaps dan kegagalan percobaan obat.
2. Waktu percobaan yang tidak mencukupi.
Setelah menghilangkan alasan lain yang mungkin bagi kagagalan terapi
antipsikotik, dapat dicoba antipsikotik kedua dengan struktur kimiawi yang
35
berbeda dari obat yang pertama. Strategi tambahan adalah suplementasi
antipsikotik dengan lithium (eskalith), suatu antikonvulsan seperti
carbamazepine atau valproate (depakene), atau suatu benzodiazepine.
Pemakaian terapi antipsikotik dosis-mega jarang diindikasikan, karena hamper
tidak ada data yang mendukung praktek tersebut.
Obat Lain
Lithium
Efektif dalam menurunkan gejala psikotik lebih lanjut pada sampai 50
persen pasien dengan skizofrenia dan merupakan obat yang beralasan untuk
dicoba pada pasien yang tidak mampu menggunakan medikasi antipsikotik.
Antikonvulsan
Carbamazepine dan valproat dapat digunakan sendiri-sendiri atau dalam
kombinasi dengan lithium atau suatu antipsikotik. Walaupun tidak terbukti
efektif dalam menurunkan gejala psikotik pada skizofrenia, namun jika
digunakan sendiri-sendiri mungkin efektif dalam menurunkan episode
kekerasan pada beberapa pasien skizofrenia.
Benzodiazepin
Pemakaian bersama-sama alprazolam ( xanax ) dan antipsikotik bagi
pasien yang tidak berespo terhadap pemberian antipsikotik saja, dan pasien
skizofrenia yang berespon terhadap dosis tinggi diazepam ( valium ) saja.
Tetapi keparahan psikosis dapat di eksaserbasi seteloah putus dari
benzodiazepine.
Terapi Somatik Lainnya
Elektrokonvulsif ( ECT ) dapat diindikasikan pada pasien katatonik dan
bagi pasien yang karena suatu alasan tidak dapat menggunakan antipsikotik
( kurang efektif ). Pasien yang telah sakit selama kurang dari satu tahun adalah
yang paling mungkin berespon. Dimasa lalu skizofrenia diobati dengan koma
yang di timbulkan insulin (insulin-induced coma) dan koma yang ditimbulkan
barbiturat (barbiturate-induced coma).
Terapi Psikososial
36
Terapi Perilaku
Tehnik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan
social untuk meningkatkan kemampuan social, kemampuan memenuhi diri
sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah
didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang
diharapkan. Dengan demikian frekuensi perilaku mal adaptif atau menyimpang
dapat diturunkan.
Latihan Keterampilan Perilaku ( Behavioral Skills Trainning ) Sering
dinamakan terapi keterampilan sosial ( social skills therapy ). Terapi ini dapat
secara langsung membantu dan berguna bagi pasien dan merupakan tambahan
alami bagi terapi farmakologis. Latihan keterampilan ini melibatkan
penggunaan kaset videon orang lain dan pasien permainan simulasi ( role
playing ) dalam terapi, dan pekerjaan rumah tentang keterampilan yang telah
dilakukan.
Terapi Berorientasi Keluarga
Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk
mengidentifikasik dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan
kesulitan. Jika masalah memang timbul pada pasien di dalam keluarga, pusat
terapi harus pada pemecahan masalah secara cepat. Setelah periode
pemulangan segera, topik penting yang dibahas dalam terapi keluarga adalah
proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya.
Di dalam session keluarga dengan pasien skizofrenia, ahli terapi harus
mengendalikan intensitas emosional dari session.
J. prognosis pada pasien skizofrenia
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10
tahun setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skiofrenia,
hanya kira-kira 10-20 % pasien dapat digambarkan memliki hasil yang baik.Lebih
dari 50% pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan
di rumah sakit yang berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat,
37
dan usaha bunuh diri. Walaupun angka-angka yang kurang bagus tersebut,
skizofrenia memang tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang buruk, dan
sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis yang baik.
Rentang angka pemulihan yang dilaporkan didialam literatur adalah dari 10-
60% dan perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien
skizofrenia mampu untuk menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-
30% dari pasien terus mengalami gejala yang sedang,dan 40-60% dari pasien
terus terganggu scara bermakna oleh gangguannya selama seluruh hidupnya.
Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:
1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.
2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.
3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.
4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.
5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.
6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.
7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.
8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.
Prognosis Baik Prognosis Buruk
· Onset lambat
· Faktor pencetus yang jelas
· Onset akut
· Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan
premorbid yang baik
· Gejala gangguan mood (terutama
gangguan depresif)
· Menikah
· Riwayat keluarga gangguan mood
· Onset muda
· Tidak ada factor pencetus
· Onset tidak jelas
· Riwayat sosial dan pekerjaan
premorbid yang buruk
· Prilaku menarik diri atau autistic
· Tidak menikah, bercerai atau janda/
duda
· Sistem pendukung yang buruk
38
· Sistem pendukung yang baik
· Gejala positif
· Gejala negatif
· Tanda dan gejala neurologist
· Riwayat trauma perinatal
· Tidak ada remisi dalam 3 tahun
· Banyak relaps
· Riwayat penyerangan
BAB III
ANALISIS KASUS
Dari anamnesis dan observasi yang dilakukan terhadap pasien yang
bernama Ny. H, 50 tahun, yang beralamat di Tanjung Raja Timur, didapatkan
psikopatologi berupa keadaan umum yaitu kesadaran compos mentis terganggu,
sikap gelisah terhadap pemeriksa, perhatian adekuat, kontak mata dan kontak
verbal ada, adanya ekspresi fasial yang tampak gelisah, verbalisasi jelas dan cara
bicara lancar. Sedangkan pada keadaan spesifik didapatkan keadaan afek sesuai,
mood distimik (Irritable), hidup emosinya labil, dangkal, tak terkendali,
inadekuat, unecht, einfuhlung sulit dirabarasakan, skala diferensiasi menyempit,
arus emosi cepat. Keadaan dan fungsi intelektual os mempunyai daya ingat baik,
daya konsentrasi kurang, orientasi (waktu, tempat, orang) baik, luas pengetahuan
sesuai taraf pendidikan, discriminative insight dan discriminative judgement
terganggu, dugaan taraf intelegensia sesuai, dan tidak ada kemunduran intelektual.
Pada keadaan sensasi dan persepsi terdapat halusinasi auditorik dan visual.
39
Keadaan proses berpikir os mempunyai psikomotilitas lambat, mutu proses
berpikir kurang, waham curiga ada, dan pikiran autistik. Keadaan dorongan
instinktual: terdapat vagabondage dan kegaduhan umum. Reality Testing Ability
os terganggu dalam pikiran, perasaan dan perbuatan.
Dari alloanamnesis didapatkan stressor berupa masalah dilingkungan
pekerjaan dan keluarga os. Os pernah ditegur dalam hal pekerjaan. Hal ini
terulang kembali saat os kehilangan perangkat pembelajaran sehigga Besar
kemungkinannya bahwa dalam hal ini os merasa tertekan dan dikejar-kejar rasa
bersalah, sehingga perilaku os mulai tampak berubah. Os telah 2 kali masuk
rumah sakit Ernaldi Bahar karena gejala dan tanda yang sama, yaitu pada tahun
2007 dan 2009.
Dari data-data yang telah diperoleh diatas, dapat ditegakkan diagnosis
pasien ini adalah skizofrenia paranoid episode berulang. Diagnosis ini ditegakkan
menurut Kriteria Bleurer yaitu adanya gejala primer dan sekunder skizofrenia.
Gejala primer yaitu gangguan asosiasi, gangguan afektif, autistik, sedangkan
gejala sekunder adanya waham yang menonjol yaitu waham curiga, serta ada
halusinasi auditorik dan visual yang mengatakan bahwa suaminya selingkuh dan
membicarakan os.
Atas dasar adanya kriteria Bleurer diatas dan kriteria PPDGJ III, diagnosis
pasien ini termasuk skizofrenia. Dengan adanya waham curiga, dan halusinasi
perintah merujuk pada skizofrenia subtype paranoid. Os pernah berobat dan
sembuh sehingga perjalanan penyakitnya disebut skizofrenia paranoid episode
berulang yang dalam PPDGJ III termasuk dalam kode F.20.03.
Prognosis pasien ini adalah dubia.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Buchanan RW, Carpenter WT, Schizophrenia : introduction and overview, in:
Kaplan and Sadock comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed,
Philadelphia: lippincott Williams and wilkins :2000: 1096-1109.
2. Maslim R, skizofrenla, gangguan skizotipal dan gangguan waham, dalam
PPDGJ III, Jakarta, 1998 :46-57.
3. Kaplan, Hl, Sadock BJ, Grebb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis psikiatri, ed
7, vol 1, 1997 : 685-729.
4. Kendler KS, Schizophrenia : Genetics, in : Kaplan and Sadock
Comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed, Philadelphia: Lippincott
Williams and wilkins, 2000: 1147-1169
5. Maramis WF, Skizofrenia, dalam : Catatan ilmu kedokteran jiwa, ed 7,
Surabaya, 1998 :215-235.
6. Sinaga BR, Skizofrenia dan Diagnosis banding, Jakarta 2007:12-137.
41
7. Surilena, lntervensi psikososial dalam manajemen skizofrenia, dalam :
majalah psikiatri, Jakarta 2005 :69-83.