case jiwa fix

59
1 BAB I PENDAHULUAN Suatu gangguan kejiwaan adalah hal yang sangat sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, sebutan “gila” pada diri seseorang sering kita dengar tanpa kita ketahui definisinya secara jelas, hal ini dikarenakan sangat sulitnya mendalami dan memahami isi pikiran seseorang dengan gangguan kejiwaan. Salah satu gangguan kejiwaan yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari adalah skizofrenia, berdasarkan penelitian beberapa ahli skizofrenia ditemukan pada 0,2-2% dari populasi. Istilah Skizoprenia diciptakan oleh Bleuler (psikiater dari Swiss) dari bahasa yunani yaitu, schizo = split / membelah, dan phren = mind / pikiran berarti : terbelahnya/ terpisahnya/ terpisahnya antara emosi, pikiran, dan intelektual. Penyebab dari gangguan kejiwaan ini belum begitu jelas, gambaran yang beranekaragam pada pasien dengan gangguan ini juga menyebabkab sulitnya mendiagnosis gangguan kejiwaan tersebut. Keterampilan dokter umum dalam menegakkan diagnosis gangguan ini menjadi hal yang sangat penting, karena seseorang dengan gangguan kejiwaan secara fisik adalah manusia sehat yang terganggu pikrannya, oleh

Upload: khairunnisyah

Post on 28-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Jiwa FIX

1

BAB I

PENDAHULUAN

Suatu gangguan kejiwaan adalah hal yang sangat sering kita temukan

dalam kehidupan sehari-hari, sebutan “gila” pada diri seseorang sering kita dengar

tanpa kita ketahui definisinya secara jelas, hal ini dikarenakan sangat sulitnya

mendalami dan memahami isi pikiran seseorang dengan gangguan kejiwaan.

Salah satu gangguan kejiwaan yang sering kita temukan dalam kehidupan

sehari-hari adalah skizofrenia, berdasarkan penelitian beberapa ahli skizofrenia

ditemukan pada 0,2-2% dari populasi. Istilah Skizoprenia diciptakan oleh Bleuler

(psikiater dari Swiss) dari bahasa yunani yaitu, schizo = split / membelah, dan

phren = mind / pikiran berarti : terbelahnya/ terpisahnya/ terpisahnya antara

emosi, pikiran, dan intelektual. Penyebab dari gangguan kejiwaan ini belum

begitu jelas, gambaran yang beranekaragam pada pasien dengan gangguan ini juga

menyebabkab sulitnya mendiagnosis gangguan kejiwaan tersebut.

Keterampilan dokter umum dalam menegakkan diagnosis gangguan ini

menjadi hal yang sangat penting, karena seseorang dengan gangguan kejiwaan

secara fisik adalah manusia sehat yang terganggu pikrannya, oleh karena itu

semakin cepat diagnosis ditegakkan akan semakin baik pula penanganan penderita

tersebut.

Hal yang sangat diharapkan dalam penganan skizofrenia adalah perbaikan

kualitas hidup penderita, sasaran terapinya bervariasi, berdasarkan fase dan

keparahan penyakit. Penatalaksanaan yang baik akan membawa kepada sebuah

prognosis yang baik pula, dengan demikian diharapkan perbaikan kualitas hidup

pasien dapat tercipta. Mengingat kompleksnya gangguan skizofrenia, untuk

mendapatkan hasil terapi yang optimal, Hasil akhir yang ingin dicapai adalah

penderita skizofrenia dapat kembali berfungsi dalam bidang pekerjaan, sosial dan

keluarga.

Page 2: Case Jiwa FIX

2

BAB II

LAPORAN KASUS

Nomor Status : 0035628

Nomor Registrasi : 0035628

Tahun : 2013

Tanggal Masuk : 10 November 2013

Tanggal Meninggal : -

STATUS PASIEN JIWA

Nama : Husna laki-laki/perempuan

Usia : 50 tahun Tempat Lahir : Palembang

Status Perkawinan : Menikah Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam Suku Bangsa : Palembang

Tingkat Pendidikan : S1 Pekerjaan : Guru SD

Alamat dan No. telp. Keluarga terdekat pasien:

Tanjung raja timur

Dikirim Oleh : Keluarga (Suami dan anak)

Nama Mahasiswa : Siti Hardianty Yarika, Intan permata Sari, Aulia Permata

Sari, Surya Gunawan, Vera Kurnia Fitri, Astika Novita Sari, Meidistya Ayu,

Febrian Alviando.

Dokter Supervisor :

MENGETAHUI

SUPERVISOR

(.............................................)

Page 3: Case Jiwa FIX

3

STATUS PRESENS TANGGAL : 10 November 2013

STATUS INTERNUS

Keadaan Umum

Sensorium : CM Terganggu Suhu : 37,10c

Nadi : 102x/m Pernafasan :24x/m

Tinggi Badan : 162 cm Berat Badan :54 kg

Tek. Darah :130/90mmhg Turgor : baik

Status Gizi : baik

Sistem Kardiovaskular : Tidak ada kelainan

Sistem Respiratorik : Tidak ada kelainan

Sistem Gastriinestinal : Tidak ada kelainan

Sistem Urogenital : Tidak ada kelainan

Kelainan Khusus : Tidak ada

STATUS NEUROLOGIKUS

Panca Indera : Tidak ada kelainan

Gejala rangsang Meningeal : Tidak ada

Gejala Peningkatan TIK : Tidak ada

Mata

Gerakan : Baik ke segala arah, kelumpuhan (-), nistagmus (-)

Persepsi Mata : Baik, diplopia (-), visus 6/6

Pupil

Bentuk : Bulat, isokor

Ukuran : 3mm/3mm

Refleks cahaya : +/+

Refleks konvergensi: +/+

Refleks Kornea : +/+

Pemeriksaan oftalmoskopi: Tidak dilakukan

Motorik

Page 4: Case Jiwa FIX

4

Tonus : Eutoni

Koordinasi : Baik

Turgor : Baik

Refleks : fisiologis +/+ normal, patologis -/-

Kekuatan : lengan 5/5, tungkai 5/5

Sensibilitas : Tidak ada kelainan

Susunan syaraf vegetative : Tidak ada kelainan

Fungsi Luhur : Tidak ada kelainan

Kelainan khusus : Tidak ada

PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG DIPERLUKAN

Darah Rutin : Disarankan Khusus:

Urine Rutin : Tidak dilakukan Khusus:

Tinja Rutin : Tidak dilakukan Khusus:

LCS : Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN ELEKTROENSEFALOGRAFI (EEG)

Belum ada indikasi

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

BRAIN COMPUTERIZED TOMOGRAPHY SCANNING (CT-SCAN

OTAK)

Belum ada indikasi

HASIL

(-)

Page 5: Case Jiwa FIX

5

STATUS PSIKIATRIKUS

ALLOANAMNESIS

Diperoleh dari : Tn. M

Umur : 54 tahun

Alamat : Tanjung Raja Timur

Pendidikan : S1

Hub dgn pasien : Suami

Sebab Utama : Os mengamuk sejak 3 hari yang lalu

Keluhan Utama : Tidak bisa tidur

Riwayat Perjalanan Penyakit :

± 4 tahun yang lalu, ketika Os bekerja menjadi seorang guru SD, os didatangi

pengawas sekolah untuk melihat cara mengajar os, namun os tidak

memiliki persiapan untuk hal tersebut. Pengawas tersebut menagih rencana

pembelajaran namun os tidak pernah membuatnya, sehingga os ditegur

diberi surat peringatan oleh pengawas. Sejak saat itu Os menjadi lebih

pendiam dan terlihat murung, namun masih dapat bekerja. Selain itu, os

juga merasa iri karena teman-temannya tidak bermasalah dalam

pembuatan rencana pembelajaran. Os mulai mengoceh sendiri, dan

mencurigai teman-teman guru di sekolahnya. Tidur os tidak nyenyak,

malam hari os sering terbangun lalu os mondar-mandir di rumah, dan mau

keluar rumah. Os tidak bisa bekerja lagi. Os kemudian dibawa ke RS

Ernaldi Bahar Palembang dan dirawat inap. Selama perawatan os

mendapat terapi, tetapi os tidak tahu nama obat yang diberikan. Os pulang

dengan perbaikan dan dianjurkan untuk kontrol rutin ke dokter.

± 2 minggu yang lalu, Os mengikuti pelatihan diklat untuk sertifikasi guru,

namun Os kehilangan rencana pembelajaran. Os menjadi malu dan kesal

sehingga berubah perilaku sering menyendiri, tidak mau bergaul dengan

teman sesama guru. Teman Os merasa kasihan dengan kondisi Os dan

kemudian menelepon suami Os. Namun Os masih bisa mengikuti pelatihan

sertifikasi hingga selesai.

Page 6: Case Jiwa FIX

6

± 1 minggu yang lalu setelah selesai dari pelatihan sertifikasi, os semakin

sering menyendiri, merenung, dan mengurung diri di kamar. Os juga

sering tertawa sendiri, mengoceh sendiri, dan terkadang tiba-tiba marah

dan mencurigai suami Os selingkuh dan berjudi hingga memukul

suaminya. Os tidak bisa lagi mengurus rumah. Os masih bisa makan dan

mandi sendiri namun Os tidak bisa tidur. Keluarga os mencemaskan os,

sehingga os dibawa ke RS Ernaldi Bahar Palembang.

Riwayat penyakit dahulu:

Os pernah di rawat di Rumah sakit jiwa Ernaldi Bahar tahun 2007 dan

2009 dengan keluhan yang sama namun tidak kontrol teratur.

Riwayat Hidup dan gambaran kepribadian premorbid:

Bayi : Lahir cukup bulan, spontan, langsung menangis, ditolong bidan

Anak-anak :Banyak teman, mudah bergaul

Remaja : Banyak teman, mudah bergaul

Dewasa : Banyak teman, mudah bergaul

Riwayat Perkembangan organobiologis:

Os tidak pernah menderita penyakit berat sebelumnya

Riwayat kejang tidak ada

Riwayat penggunaan NAPZA dan alkohol disangkal

Riwayat Pendidikan :

Os sekolah sampai tamat sarjana (S1).

Riwayat Pekerjaan :

Os bekerja sebagai guru SD Di Tanjung Raja Timur.

Page 7: Case Jiwa FIX

7

Riwayat Pernikahan:

Os pernah menikah satu kali.

Riwayat Sosial Ekonomi:

Sosial ekonomi sedang.

Riwayat Keluarga:

Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga disangkal.

AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI

Wawancara dilakukan satu kali yaitu pada tanggal 1November2013 di IGD. Pada

saat wawancara penderita dalam keadaan gaduh gelisah, penampilan penderita

bersih tetapi kurang rapi, penderita memakai kemeja berwarna abu-abu dan

memakai celana panjang berwarna hitam. wawancara dilakukan pemeriksa pada

penderita dalam keadaan terfiksir, wawancara dilakukan dalam bahasa Indonesia

dan Palembang.

Pemeriksa Pasien Interpretasi

(Psikopatologi)

“Assalamualaikum bu,

perkenalkan kami

dokter muda disini”

“Waalaikumsalam” (os

menatap mata

pemeriksa namun

tangan dan kaki os

diikat)

Sikap kooperatif

Kontak fisik belum

bias dinilai

Kontak mata ada

Kontak verbal ada

Cara bicara lancar,

Page 8: Case Jiwa FIX

8

“Nama ibu siapo?”

“umur berapo bu?”

“Kenapo bu, nak narik-

narik tangannyo?

“namo laki ibu siapo?”

“bu katonyo ibu baru

balek dari diklat ye?

Apo bu diklat tu?

“lah, ibu tau dari mano

laki ibu maen betino?

“yang bisiki ibu lanang

apo betino?”

“trus selain itu, denger

apo lagi bu?”

“ Khusnah”

“50” (os sambil

berusaha menarik-narik

tangan dan kaki untuk

melepas ikatan)

“idak ah laki aku be

ngiket-ngiket”

“Mulyadi namo dio tu”

“aku tu tau dok, diklat itu

pelatihan di asrama 10

hari yang lewat” Laki aku

ini nah galak bejudi dan

maen betino, ditunjuken

Tuhan nian”

“Aku tejinggok depan

rai aku ni ado betino

lain di rumah, ado jugo

yang bisik-bisiki aku ini

gawe laki aku dluar

maen betino”

“betino itulah bisikin aku”

verbalisasi jelas.

Daya Ingat baik

Orientasi orang baik

Orientasi waktu baik

Waham Curiga

Halusinasi visual (+)

auditorik (+)

Halusinasi

auditorik(+)

Page 9: Case Jiwa FIX

9

“sekarang ibu tau dak

ibu lagi dimano

sekarang ini ?”

“Ooh iyo bu, sudah dulu

yo bu. Jangan lupa

minum obat. Makasi

bu”

“iyo ado lanang jugo yang

nyuruh aku buat mukul

laki aku biar jero”

“ di rumah sakit jiwo, aku

dk gilo woi dok, laki aku

yang gilo betino”

(lepasken ikatan aku ini

dok. Awas bae kau

mulyadi ku goco gek kau)

(kemudian os menjerit

jerit dan berkata kotor)

Orientasi tempat baik

IKHTISAR DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

(AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI)

KEADAAN UMUM

Kesadaran/sensorium : compos mentis terganggu

Perhatian : ada

Sikap : Curiga

Inisiatif : Tidak ada

Tingkah Laku Motorik : Gelisah

Karangan/Tulisan/Gambaran (bila ada lampirkan)

Ekspresi Fasial : Curiga

Page 10: Case Jiwa FIX

10

Verbalisasi : Jelas

Kontak Psikis

Kontak Fisik : belum bisa dinilai

Kontak Mata : ada

Kontak Verbal : ada

KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)

1. Keadaan Afektif : Sesuai

2. Mood : Distimik (Irritable)

3. Hidup Emosi

Stabilitas :labil Kedalaman :Dangkal

Pengendalian :tidak terkendali Adekuat-adekuat :Inadekuat

Echt-Unecht :unecht Skala Diferensiasi

:Menyempit

Einfuhlung(empati): sulit dirabarasakan Arus Emosi :Cepat

4. Keadaan dan fungsi Intelektual

Daya ingat :Baik

Daya Konsentrasi :Kurang

Orientasi

Tempat :Baik

Waktu :Baik

Personal :Baik

Luas Pengetahuan Umum dan Sekolah :sesuai

Discriminative Judgement :Buruk

Discriminative Insight :Buruk

Kemunduran intelektual :tidak ada

5. Kelainan Sensasi dan Persepsi

Ilusi :tidak ada.

Page 11: Case Jiwa FIX

11

Halusinasi :Halusinasi visual ada, penderita mengaku bertemu dengan

wanita yang menjadi selingkuhan suaminya. Halusinasi auditorik ada,

penderita mendengar suara perempuan yang membisikkan bahwa suaminya

tela selingkuh dan suara laki-laki yang mneyruhnya untuk memukul

suaminya.

6. Keadaan Proses Berpikir

Psikomotilitas :Lambat

Mutu Proses Berpikir :Kurang

Arus Pikiran

Flight of Ideas (-) Inkoherensi (-)

Sirkumstansial (-) Tangensial (-)

Terhalang (-) Terhambat(-)

Perserverasi (-) Verbigerasi (-)

Lain-lain

Isi Pikiran

Pola sentral : ada, suami selingkuh Rasa permusuhan/dendam (+)

Waham : (+) waham curiga

Fobia : (-) Hipokondria : (-)

Konfabulasi : (-) Isi pikiran :Sedikit

Perasaan inferior: (-) Perasaan berdosa/salah (-)

Lain-lain

Pemikiran pikiran

Obsesi : (-)

Alienasi : (-)

Bentuk Pikiran

Autistik :(+) Simboli : (-)

Paralogik :(-) Simetrik : (-)

Konkritisasi :(-) Lain-lain

Lain-lain

7. Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan

Abulia/Hipobulia (-) Vagabondage (+)

Page 12: Case Jiwa FIX

12

Stupor (-) Pyromania (-)

Raptus/Impulsivitas Mannerisme (-)

Kegaduhan Umum (+) Autisme (+)

Deviasi seksual (-) Logore (-)

Ekopraksi (-) Mutisme (-)

Ekolalia (-) lain-lain (-)

8. Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara jelas (overt) (banyak, sedikit, tidak

ada) : Tidak

9. Reality Testing Ability : Terganggu pada perasaan, pikiran dan perbuatan

PEMERIKSAAN LAIN-LAIN

1. Evaluasi psikologik (oleh Psikolog) tanggal : Tidak dilakukan

2. Evaluasi social (oleh Ahli Pekerja Sosial) tanggal : Tidak dilakukan

3. Evaluasi lain-lain tanggal : Tidak dilakukan

(Bila ada, hasil dilampirkan)

RESUME

I. IDENTIFIKASI

Ny. Husna / perempuan / 50 tahun / menikah / Islam / S1 / Palembang

II. STATUS INTERNUS

Sensorium : Compos mentis terganggu

Nadi : 102x/menit

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Frekuensi napas : 24x/menit

Suhu : 37,1º C

III. STATUS NEUROLOGIKUS

Tidak ada Kelainan

IV. STATUS PSIKIATRIKUS

Sebab Utama : Os mengamuk sejak 3 hari yang lalu

Keluhan Utama : Tidak bisa tidur

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Page 13: Case Jiwa FIX

13

± 4 tahun yang lalu, ketika Os bekerja menjadi seorang guru SD, os didatangi

pengawas sekolah untuk melihat cara mengajar os, namun os tidak

memiliki persiapan untuk hal tersebut. Pengawas tersebut menagih rencana

pembelajaran namun os tidak pernah membuatnya, sehingga os ditegur

diberi surat peringatan oleh pengawas. Sejak saat itu Os menjadi lebih

pendiam dan terlihat murung, namun masih dapat bekerja. Selain itu, os

juga merasa iri karena teman-temannya tidak bermasalah dalam

pembuatan rencana pembelajaran. Os mulai mengoceh sendiri, dan

mencurigai teman-teman guru di sekolahnya. Tidur os tidak nyenyak,

malam hari os sering terbangun lalu os mondar-mandir di rumah, dan mau

keluar rumah. Os tidak bisa bekerja lagi. Os kemudian dibawa ke RS

Ernaldi Bahar Palembang dan dirawat inap. Selama perawatan os

mendapat terapi, tetapi os tidak tahu nama obat yang diberikan. Os pulang

dengan perbaikan dan dianjurkan untuk kontrol rutin ke dokter.

± 2 minggu yang lalu, Os mengikuti pelatihan diklat untuk sertifikasi guru,

namun Os kehilangan rencana pembelajaran. Os menjadi malu dan kesal

sehingga berubah perilaku sering menyendiri, tidak mau bergaul dengan

teman sesama guru. Teman Os merasa kasihan dengan kondisi Os dan

kemudian menelepon suami Os. Namun Os masih bisa mengikuti pelatihan

sertifikasi hingga selesai.

± 1 minggu yang lalu setelah selesai dari pelatihan sertifikasi, os semakin

sering menyendiri, merenung, dan mengurung diri di kamar. Os juga

sering tertawa sendiri, mengoceh sendiri, dan terkadang tiba-tiba marah

dan mencurigai suami Os selingkuh dan berjudi hingga memukul

suaminya. Os tidak bisa lagi mengurus rumah. Os masih bisa makan dan

mandi sendiri namun Os tidak bisa tidur. Keluarga os mencemaskan os,

sehingga os dibawa ke RS Ernaldi Bahar Palembang.

Riwayat penyakit dahulu:

Os pernah di rawat di Rumah sakit jiwa Ernaldi Bahar tahun 2007 dan

2009 dengan keluhan yang sama namun tidak kontrol teratur.

Riwayat Hidup dan gambaran kepribadian premorbid:

Page 14: Case Jiwa FIX

14

Bayi : Lahir cukup bulan, spontan, langsung menangis, ditolong bidan

Anak-anak :Banyak teman, mudah bergaul

Remaja : Banyak teman, mudah bergaul

Dewasa : Banyak teman, mudah bergaul

Riwayat Perkembangan organobiologis:

Os tidak pernah menderita penyakit berat sebelumnya

Riwayat kejang tidak ada

Riwayat penggunaan NAPZA dan alkohol disangkal

Riwayat Pendidikan :

Os sekolah sampai tamat sarjana (S1).

Riwayat Pekerjaan :

Os bekerja sebagai guru SD Di Tanjung Raja Timur.

Riwayat Pernikahan:

Os pernah menikah satu kali.

Riwayat Sosial Ekonomi:

Sosial ekonomi sedang.

Riwayat Keluarga:

Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga disangkal.

Psikopatologi:

I. Keadaan Umum : compos mentis terganggu, gelisah, ekspresi curiga

Page 15: Case Jiwa FIX

15

II. Keadaan Spesifik :

Keadaan Afektif : sesuai

Mood : distimik (irritable)

Keadaan Emosi: labil, tidak terkendali, enfuhlung tidak dapat

diraba rasakan, skala diferensiasi menyempit, arus emosi cepat

Keadaan dan Fungsi Intelektual: daya ingat, konsentrasi, dan

orientasi baik. Discriminative Judgement buruk, discriminative

Insight buruk.

Kelainan Sensasi dan Persepsi : Halusinasi visual ada, penderita

mengaku bertemu dengan wanita yang menjadi selingkuhan

suaminya. Halusinasi auditorik ada, penderita mendengar suara

perempuan yang membisikkan bahwa suaminya telah selingkuh

dan suara laki-laki yang mnyuruhnya untuk memukul suaminya.

Keadaan Proses Berpikir : psikomotilitas lambat, mutu kurang, pola

sentral ada suami selingkuh, Waham (+) waham curiga, Rasa

permusuhan/dendam (+), isi pikiran sedikit, bentuk pikiran autistik,

Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan : Kegaduhan Umum

(+), autism (+), Vagabondage(+)

Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara jelas (overt) (banyak,

sedikit, tidak ada) : tidak Ada

Reality Testing Ability : terganggu pada perasaan, pikiran dan

perbuatan

FORMULASI DIAGNOSTIK

Aksis I

Dari autoanamnesis didapatkan bahwa terdapat gejala waham curiga yang

ditandai dengan adanya keyakinan bahwa suaminya telah selingkuh dan

ingin berbuat jahat padanya, disertai halusinasi auditorik, berupa suara-

suara yang tidak jelas yang sering mengatakan bahwa suaminya selingkuh

Page 16: Case Jiwa FIX

16

dan menyuruhnya untuk memukul suaminya dan halusinasi visual, berupa

penampakan perempuan dan laki-laki yang membisikkannya.

Sedangkan untuk tipe skizophrenia, dilihat dari gejala yang tampak, yaitu

halusinasi auditorik dan visual, maka diagnosis skizophrenia tipe paranoid

dapat ditegakkan.

Pasien ini juga telah mengalami gejala yang sama pada tahun 2007 dan

2009 sehingga dirawat di RS Ernaldi Bahar namun minum obat tidak

teratur.

Aksis II

Dari autoanamnesis, penderita bercerita bahwa penderita adalah seorang

yang periang dan memiliki banyak teman

Hal ini menunjukkan tidak adanya gangguan kepribadian.

Aksis III

Penderita tidak pernah menderita penyakit berat dan tidak dijumpai

kelainan organobiologis, sehingga aksis III tidak ada diagnosis

Aksis IV

Dari autonamnesis yang dilakukan, tampak penderita selalu berbicara

tentang perselingkuhan suaminya, hal ini diawali saat pasien mempunyai

masalah dalam pekerjaan (kehilangan RPP). Maka untuk aksis IV

stressornya adalah masalah pekerjan serta permasalahan dalam keluarga.

Perlu dilakukan wawancara lebih mendalam agar dapat menggali lebih

jauh.

Aksis V

Dari autoanamnesis didapatkan bahwa penderita mengamuk disertai

disabilitas berat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

GAF scale pada saat MRS adalah 40-31

Page 17: Case Jiwa FIX

17

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Berdasarkan PPDGJ III

AKSIS I : F.20.03 Skizophrenia paranoid berulang

AKSIS II : tidak ada diagnosis

AKSIS III : Tidak ada diagnosis

AKSIS IV : Stressor: masalah pekerjaan dan masalah keluarga

AKSIS V : GAF scale pada saat MRS adalah 40-31

DIAGNOSIS DIFFERENSIAL

Gangguan skizoafektif

Depresi berat dengan gejala psikotik

TERAPI

I. Psikofarmaka

Injeksi inj. diazepam 1 amp

Oral: Risperidon 1mg 2x1

CPZ 3x1

THP 2x1

II. Psikoedukasi

a. Individu : Memotivasi penderita untuk minum obat secara

teratur

b. Keluarga : Memotivasi keluarga penderita untuk membawa

penderita berobat secara teratur. Mununjukkan kehangatan dan

keakraban dalam keluarga

c. Lingkungan: Tidak menjauhi pasien dan memahami

keadaannya

Page 18: Case Jiwa FIX

18

PROGNOSIS

Dubia

BAB III

Tinjauan Pustaka

A. Definisi

Schizophrenia berasal dari dua kata, yaitu “schizo” yang artinya retak atau

pecah atau terbelah (split), dan “phrenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian

seseorang yang menderita schizophrenia adalah seseorang yang mengalami

keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (Hawari, 2003). Dengan kata lain,

schizophrenia adalah terbelahnya/terpisahnya antara emosi dan pikiran/intelektual.

Schizophrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi

penyebab (banyak bekum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat

kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan

karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar

(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear

consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun

kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

B. Epidemiologi

Di Amerika Serikat prevalensi schizophrenia seumur hidup dilaporkan

secara bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 persen; konsisten dengan rentang

tersebut, penelitian Epidemiological Catchment Area (ECA) yang disponsori oleh

National Institute of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi seumur hidup

sebesar 1,3 persen. Kira-kira 0,025 sampai 0,05 persen populasi total diobati

untuk schizophrenia dalam satu tahun. Walaupun duapertiga dari pasien yang

diobati tersebut membutuhkan perawatan di rumah sakit, hanya kira-kira setengah

dari semua pasien schizophrenia mendapatkan pengobatan, tidak tergantung pada

keparahan penyakit.

Page 19: Case Jiwa FIX

19

Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya

karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri, berikut adalah data-

data tentang skizofrenia:

• Prevalensi skizoprenia di dunia sekitar 0,2 – 2 % populasi

• Angka kejadian pada wanita sama dengan pria, tetapi onset pada pria

umumnya lebih awal (♂: 15-24 th; ♀: 25-35 th)

• Prevalensinya 8 x lebih besar pada tingkat sosial ekonomi rendah.

• Orang yang dilahirkan pada musim dingin atau awal musim semi lebih

banyak daripada orang yang dilahirkan di akhir musim semi atau musim

panas.

• Daerah perkotaan lebih tinggi 2x daripada daerah pedesaan.

• 25% dari semua gangguan psikotik

• 50% dari semua penderita gangguan jiwa.

C. Etiologi

Penyebab skizofrenia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, walaupun

begitu banyak ahli yang mencoba mengemukakan beberapa teori, yaitu:

a. Faktor biologi (teori-teori somatogenesis)

Faktor ini meliputi faktor genetik (keturunan), Biochemistry

(ketidakseimbangan kimiawi otak), Neuroanatomy (abnormalitas struktur

otak).

1. Faktor Genetika

Faktor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko

masyarakat umum 1%, pada orang tua resiko 5%, pada saudara kandung

8% dan pada anak 12% apabila salah satu orang tua menderita skizofrenia,

walaupun anak telah dipisahkan dari orang tua sejak lahir, anak dari kedua

orang tua skizofrenia 40%. Pada kembar monozigot 47%, sedangkan

untuk kembar dizigot sebesar 12% (Kaplan & Sadock, 2004).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa gen yang diwarisi

seseorang sangat kuat mempengaruhi resiko seseorang mengalami

skisofrenia. Hal ini dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-

keluarga tentang skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu telur.

Page 20: Case Jiwa FIX

20

Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-

15%; bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderiat skizofrenia 7-

16%; bagi kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%, bagi kembar

dua telur (heterozygote) 2-15%; bagi kembar satu telur (monozygote) 61-

86% (Maramis, 2005).

2. Biochemistry (ketidakseimbangan kimiawi otak)

Dari faktor biochemistry dikenal suatu hipotesis dopamin yang

menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergik

yang berlebihan di bagian kortikal otak dikarenakan sensitivitas yang

abnormal terhadap dopamine, dan berkaitan dengan gejala positif dari

skizofrenia. Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya

neurotransmiter lain termasuk serotonin, norepinefrin, glutamat dan

GABA. Selain perubahan yang sifatnya neurokimiawi, penelitian

menggunakan CT Scan ternyata ditemukan perubahan anatomi otak seperti

pelebaran lateral ventrikel, atropi koteks atau atropi otak kecil

(cerebellum), terutama pada penderita kronis skizofrenia (Kaplan &

Sadock, 2004).

3. Neuroanatomy (abnormalitas struktur otak)

Berbagai teknik imaging, seperti MRI telah membantu para ilmuwan untuk

menemukan abnormalitas struktural spesifik pada otak penderita

skizofrenia. Misalnya, klien skizofrenia yang kronis cenderung memiliki

ventrikel otak yang lebih besar. Mereka juga memiliki volume jaringan

otak yang lebih sedikit daripada orang normal. Magnitic Resonance

Imaging (MRI) penderita skizofrenia menunjukkan perbedaan struktural

dengan otak orang dewasa normal. Otak penderita skizofenia

menunjukkan pembesaran ventrikel, namun tidak semua penderita

skizofrenia menunjukkan abnormalitas ini.

b. Diatesis-Stres Model

Teori ini menggabungkan antara faktor biologis, psikososial, dan

lingkungan yang secara khusus mempengaruhi diri seseorang sehingga dapat

menyebabkan berkembangnya gejala skizofrenia. Dimana ketiga faktor

tersebut saling berpengaruh secara dinamis (Kaplan & Sadock, 2004).

Page 21: Case Jiwa FIX

21

c. Faktor Psikososial

Teori perkembangan

Ahli teori Sullivan dan Erikson mengemukakan bahwa kurangnya

perhatian yang hangat dan penuh kasih sayang di tahun-tahun awal

kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas diri, salah

interpretasi terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan sosial pada

penderita skizofrenia (Sirait, 2008).

Teori belajar

Menurut ahli teori belajar (learning theory), anak-anak yang menderita

skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berpikir irasional orang tua yang

mungkin memiliki masalah emosional yang bermakna. Hubungan

interpersonal yang buruk dari penderita skizofrenia akan berkembang

karena mempelajari model yang buruk selama anak-anak. Jika dalam

proses belajarnya sehari-hari, individu berinteraksi dengan penderita

skizofrenia maka hal ini bisa mempengaruhi individu tersebut seperti

perasaan, cara berpikir, dan berperilaku tumbuh dari pengalaman individu

dengan orang lain. (Sirait, 2008).

Teori model keluarga

Memang tidak ada teori yang mendemonstrasikan bahwa atribut keluarga

merupakan penyebab dari skizofrenia tetapi beberapa pola asuh keluarga

menyebabkan gangguan perkembangan anak, seperti : keluarga dengan “double

blind” bisa menyebabkan kecemasan, rasa bersalah dan kebingungan pada anak,

pada anggota keluarga yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita

skizofrenia akan membuat anak tidak memiliki role model yang baik untuk

perkembangannya (Sirait, 2008).

D. Faktor Resiko

Faktor risiko yang berperan dalam terjadinya skizofrenia antara lain:

– Riwayat skizofrenia dalam keluarga

– Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik,

penarikan diri, dan/atau impulsivitas.

– Stress lingkungan

Page 22: Case Jiwa FIX

22

– Kelahiran musim dingin.

– Status social ekonomi yang rendah

– Masalah saat kehamilan dan proses kelahiran

– Bentuk tubuh astenik.

– Penyalahgunaan obat-obatan.

– Usia ayah saat hamil di atas 60 tahun

E. Patofisiologi

Beberapa teori mengatakan skizoprenia terjadi berkaitan erat melibatkan

sistem dopaminergik dan serotonergik pada sistem saraf pusat. Hipotesis/teori

tentang patofisiologi skizoprenia :

• Pada pasien skizoprenia terjadi hiperreaktivitas sistem dopaminergik

• Hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik berkaitan dengan

gejala positif

• Hipodopaminergia pada sistem mesocortis dan nigrostriatal

bertanggungjawab terhadap gejala negatif dan gejala ekstrapiramidal

• Reseptor dopamine yang terlibat adalah reseptor dopamine-2 (D2)

dijumpai peningkatan densitas reseptor D2 pada jaringan otak pasien

skizoprenia

• Peningkatan aktivitas serotonergik menurunkan aktivitas

dopaminergik pada sistem mesocortis bertanggung-jawab terhadap

gejala negatif

Perjalanan berkembangnya skizofrenia sangatlah beragam pada setiap

kasus. Namun, secara umum melewati tiga fase utama, yaitu (Prabowo, 2007):

a. Fase prodromal

Fase prodromal ditandai dengan deteriorasi yang jelas dalam fungsi

kehidupan, sebelum fase aktif gejala gangguan, dan tidak disebabkan oleh

gangguan afek atau akibat gangguan penggunaan zat, serta mencakup paling

sedikit dua gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia. Awal

munculnya skizofrenia dapat terjadi setelah melewati suatu periode yang

sangat panjang, yaitu ketika seorang individu mulai menarik diri secara sosial

dari lingkungannya (Prabowo, 2007).

Page 23: Case Jiwa FIX

23

Individu yang mengalami fase prodromal dapat berlangsung selama

beberapa minggu hingga bertahun-tahun, sebelum gejala lain yang memenuhi

kriteria untuk menegakkan diagnosis skizorenia muncul. Individu dengan fase

prodromal singkat, perkembangan gejala gangguannya lebih jelas terlihat

daripada individu yang mengalami fase prodromal panjang (Prabowo, 2007).

b. Fase Aktif Gejala

Fase aktif gejala ditandai dengan munculnya gejala-gejala skizofrenia

secara jelas. Sebagian besar penderita gangguan skizofrenia memiliki

kelainan pada kemampuannya untuk melihat realitas dan kesulitan dalam

mencapai insight. Sebagai akibatnya episode psikosis dapat ditandai oleh

adanya kesenjangan yang semakin besar antara individu dengan lingkungan

sosialnya (Prabowo, 2007).

c. Fase Residual

Fase residual terjadi setelah fase aktif gejala paling sedikit terdapat dua

gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia yang bersifat mentap

dan tidak disebabkan oleh gangguan afek atau gangguan penggunaan zat.

Dalam perjalanan gangguannya, beberapa pasien skizofrenia mengalami

kekambuhan hingga lebih dari lima kali. Oleh karena itu, tantangan terapi saat

ini adalah untuk mengurangi dan mencegah terjadinya kekambuhan.

Page 24: Case Jiwa FIX

24

F. Penegakkan Diagnosis

Terdapat berbagai kriteria diagnostik untuk schizophrenia, yaitu:

1. Kriteria Kurt Schneider

2. Kriteria Gabriel Langfeldt

3. Indeks Schizophrenia New Heaven

4. Sistem Fleksibel

5. Kriteria Diagnostik Riset

6. Kriteria St.Louis

7. Kriteria Taylor dan Abrams

8. Present State Examination

9. Kriteria Tsuang dan Winokur

Namun terdapat kriteria diagnostik resmi dari DSM-IV American

Psychiatric Association untuk schizophrenia, yaitu:

A. Gejala karakteristik: Dua (atau lebih) berikut,

masing-masing ditemukan untuk bagian waktu

D. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan

gangguan mood: gangguan skizoafektif dan

Page 25: Case Jiwa FIX

25

yang bermakna selama periode 1 bulan (atau

kurang jika diobati dengan berhasil)

(1) waham

(2) halusinasi

(3) bicara terdisorganisasi

(4) perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang

jelas

(5) gejala negative, yaitu pendataran afektif,

alogia, atau tidak ada kemauan (avolition)

Catatan: hanya ada satu gejala kriteria A yang

diperlukan jika waham adalah kacau atau

halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus

mengomentari perilaku atau pikiran pasien, atau

dua atau lebih suara yang saling bercakap satu

sama lainnya.

B. Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu

yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau

lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan

interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas

di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset

(jika onset pada masa anak-anak atau remaja,

kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian

interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang

diharapkan).

C. Durasi: tanda gangguan terus menerus menetap

selama sekurangnya 6 bulan. Periode 6 bulan ini

harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala

(atau kurang jika diobati dengan berhasil) yang

memenuhi kriteria A (yaitu,gejala fase aktif)

dan mungkin termasuk periode gejala prodromal

atau residual. Selama periode prodromal atau

residual, tanda gangguan mungkin

gangguan mood dengan cirri psikotik telah

disingkirkan karena: (1) tidak ada episode

depresif berat, manik, atau campuran yang

telah terjadi bersama-sama dengan gejala

fase aktif; atau (2) jika episode mood telah

terjadi selama gejala fase aktif, durasi

totalnya adalah relative singkat

dibandingkan durasi periode aktif dan

residual.

E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum:

gangguan tidak disebabkan oleh efek

fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,

obat yang disalahgunakan suatu medikasi)

atau suatu kondisi umum.

F. Hubungan dengan gangguan perkembangan

pervasiv: jika terdapat riwayat adanya

gangguan autistik atau gangguan

perkembangan pervasiv lainnya, diagnosis

schizophrenia dibuat hanya jika waham atau

halusinasi yang menonjol juga ditemukan

untuk sekurangnya satu bulan (atau kurang

jika diobati secara berhasil).

Klasifikasi perjalanan penyakit

longitudinal (dapat diterapkan hanya

setelah sekurangnya 1 tahun lewat sejak

onset awal gejala fase aktif):

Episodik dengan gejala residual

interepisode

(episode didefinisikan oleh timbulnya

kembali gejala psikotik yang menonjol);

juga sebutkan jika: dengan gejala

negative yang menonjol

Page 26: Case Jiwa FIX

26

dimanifestasikan hanya oleh gejala negative

atau dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam

kriteria A dalam bentuk yang diperlemah

(misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman

persepsi yang tidak lazim).

Episodik tanpa gejala residual

interepisodik:

Kontinu (gejala psikotik yang menonjol

ditemukan di seluruh periode observasi);

juga sebutkan jika: dengan gejala

negative yang menonjol

Episode tunggal dalam remisi parsial;

juga sebutkan jika: dengan gejala

negative yang menonjol

Episode tunggal dalam remisi penuh

Pola lain atau tidak ditentukan

Atau pedoman diagnostik dari PPDGJ-III mengenai schizophrenia,yaitu:

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut yang amat jelas (dua gejala

atau lebih bila gejala-gejala kurang jelas):

a. - thought echo = isi pikiran diri sendiri yang berulang/bergema

dalam kepala.

- thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal).

- thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga

orang lain mengetahuinya.

b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan dari luar

- delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan dari luar

- delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar

- delusional perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar,

yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik.

c. Halusinasi auditorik:

Page 27: Case Jiwa FIX

27

- Suara halusinasi yang berkomentar teru-menerus terhadap

perilaku pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien, atau

- Suara halusinasi yang berasal dari salah satu bagian tubuh

d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan mustahil, misalnya perhial keyakinan

agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas

manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas:

e. Halusinasi menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk

tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide yang

berlebihan (over-valued ideas) yang menetap (bila terjadi setiap

hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan).

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang

tidak relevan / neologisme

g. Perilaku katatonik, seperti gaduh gelisah (excitement), posturing,

atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

h. Gejala-gejala negative, seperti apatis, jarang bicara, dan respon

emosional yang menumpul, mengakibatkan penarikan diridan

menurunnya kinerja sosial.

Adanya gejala tersebut di atas telah berlangsung selama satu bulan

atau lebih.

G. Schizophrenia Paranoid

DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of mental Disorders ed.4)

menyebutkan bahwa tipe paranoid ditandai oleh keasyikan (preokupasi) pada satu

atau lebih waham atau halusinasi dengar yang sering, dan tidak ada perilaku

spesifik lain yang mengarahkan pada tipe terdisorganisasi atau katatonik. Secara

klasik, schizophrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya waham

Page 28: Case Jiwa FIX

28

persekutorik (waham kejar) atau waham kebesaran. Pasien schizophrenia paranoid

biasanya berumur lebih tua daripada pasien schizophrenia terdisorganisasi atau

katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat

sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang

dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego pasien

paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien

schizophrenia paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuan

mentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien

schizophrenia.

Pasien schizophrenia paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-

hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersikap bermusuhan atau agresif. Pasien

schizophrenia paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka sendiri

secara adekuat di dalam situasi sosial. Kecerdasan mereka tidak dipengaruhi oleh

kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.

Kriteria diagnostik untuk schizophrenia tipe paranoid adalah:

A. Memenuhi kriteria umum diagnosis schizophrenia.

B. Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau halusinasi yang

menonjol.

a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa

bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa

(laughing);

b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,

atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi

jarang menonjol;

c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of

influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan

dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.

C. Tidak ada dari berikut ini yang menonjol: bicara terdisorganisasi,

perilaku terdisorganisasi atau katatonik, atau afek yang datar atau tidak

sesuai.

Page 29: Case Jiwa FIX

29

H. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding, diambil dari klasifikasi subtipe pada schizophrenia.

Subtipe skizofrenia Pembeda

F20.0 Skizofrenia

Paranoid

Delusi (waham) dan halusinasi dengan tema curiga,

diancam, atau waham kebesaran

F20.1 Skizofrenia

Hebefrenik

Pikiran, bicara, dan perilaku ‘tidak nyambung’,

emosi datar atau tidak tepat, sering cekikikan,

senyum, menyeringai

F20.2 Skizofrenia

Katatonik

Hampir tidak ada respon thd lingkungan, aspek

motorik dan verbal sangat terganggu

F20.3 Skizofrenia tak

terinci

Klien masuk criteria skizofren tapi tidak dapat

masuk kelompok paranoid, disorganized, ataupun

katatonik

F20.4 Depresi pasca

skizofrenia

Gejala depresif menonjol paling sedikit 2 minggu,

dan telah menderita skizofrenia selama 12 bulan

terakhir ini

F20.5 Skizofrenia

residual

Gejala negative skizofrenia yang menonjol dan

didahului oleh waham dan halusinasi yang semakin

berkurang.

F20.6 Skizofrenia

Simpleks

Gejala negative yang khas pada skizofrenia residual

tanpa didahului oleh halusinasi, waham atau gejala

psikosis lainnya

I. Penatalaksanaan

Manajemen skizofrenia terdiri dari manajemen farmakologik dan non-

farmakologik, sasaran terapinya bervariasi, berdasarkan fase dan keparahan

penyakit

Pada fase akut : mengurangi atau menghilangkan gejala psikotik dan

meningkatkan fungsi

Page 30: Case Jiwa FIX

30

Pada fase stabilisasi: mengurangi resiko kekambuhan dan meningkatkan

adaptasi pasien terhadap kehidupan dalam masyarakat

1. Non-farmakologi

• Program rehabilitasi : living skills, social skills, basic education, work

program,supported housing

• Psikoterapi : terapi tambahan, terutama jika pasien sudah berespon thd

obat

• Family education

• Psikoterapi individual

• Terapi suportif

• Sosial skill training

• Terapi okupasi

• Terapi kognitif dan perilaku (CBT)

• Psikoterapi kelompok

• Psikoterapi keluarga

• Manajemen kasus

• Assertive Community Treatment (ACT)

2. Farmakologi

a. Terapi fase akut skizofrenia :

• Tujuan terapi 7 hari pertama : mengurangi agitasi, hostility,

agresi, anxiety

• Jika seorang pasien terkena serangan psikotik akut, lebih baik

diatasi dengan “meng-imobilisasi” pasien dulu dan

mengajaknya bicara, kemudian diberi benzodiazepine utk

penenang dan atau suatu obat antipsikotik

• Benzodiazepine (exp: lorazepam 2 mg i.m setiap 30 menit)

terbukti efektif mengurangi agitasi sehingga mengurangi

dosis antipsikotik yang dibutuhkan mengurangi efek

samping

• Jika dibutuhkan antipsikosis untuk agitasi yang berat obat

potensi tinggi bisa digunakan, seperti haloperidol 2-5 mg IM

Page 31: Case Jiwa FIX

31

b. Terapi stabilisasi :

• Terapi minggu ke 2-3 digunakan terapi stabilisasi yang

tujuannya untuk meningkatkan sosialisasi dan perbaikan

kebiasaan(self-care habits) dan perasaan

• Mungkin perlu waktu 6-8 minggu utk mendapat respon yang

diharapkan, pada pasien kronis mungkin butuh waktu 3-6

bulan

• Pengobatan : menggunakan antipsikotik atipikal, jika

menggunakan obat tipikal: dosis yang ekuivalen dengan

klorpromasin 300-1000 mg dapat digunakan

• Terapi tidak bisa menyembuhkan, hanya mengurangi gejala

c. Terapi pemeliharaan mencegah kekambuhan

Harus diberikan sedikitnya sampai setahun sejak sembuh dari

episode akut, bahkan untuk bisa lebih berhasil, perlu terapi

selama sedikitnya 5 tahun, lalu dosis pada diturunkan perlahan-

lahan

Terapi pemeliharaan dapat diberikan dalam dosis setengah dari

dosis akut

Bagi pasien yang kepatuhannya rendah, ada obat yang dibuat

dalam formulasi depot contoh : flufenazin dekanoat atau

haloperidol dekanoat, dapat diberikan setiap 2 -4 minggu sekali

secara i.m. tetapi formulasi depot ini hanya diberikan jika

pasien telah memiliki dosis efektif p.o yang stabil

Tiga pengamatan dasar tentang skizofrenia yang memerlukan perhatian

saat mempertimbangkan pengobatan gangguan, yaitu :

1. Terlepas dari penyebabnya, skizofrenia terjadi pada seseorang yang

mempunyai sifat individual, keluarga, dan sosial psikologis yang unik.

2. Kenyataan bahwa angka kesesuaian untuk skizofrenia pada kembar

monozigotik adalah 50 persen telah diperhitungkan oleh banyak peneliti untuk

Page 32: Case Jiwa FIX

32

menyarankan bahwa factor lingkungan dan psikologis yang tidak diketahui

tetapi kemungkinan spesifik telah berperan dalam perkembangan gangguan.

3. Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan

terapetik tunggal jarang mencukupi untuk menjawab secara memuaskan

gangguan yang memiliki berbagai segi.

Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia,

penelitian telah menemukan bahwa intervensi psikososial dapat memperkuat

perbaikkan klinis.

Perawatan di Rumah Sakit

Indikasi utama perawatan di rumah sakit adalah :

1. Untuk tujuan diagnostik.

2. Menstabilkan medikasi.

3. Keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh.

4. Perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai.

5. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

Tujuan utama perawatan di rumah sakit adalah ikatan efektif antara pasien

dan system pendukung masyarakat. Sejak diperkenalkan diawal tahun 1950-an

medikasi antipsikotik telah menyebabkan revolusi dalam pengobatan

skizofrenia. Tetapi, antipsikotik mengobati gejala gangguan dan bukan suatu

penyembuhan skizofrenia.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu

mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan di rumah sakit

tergantung pada keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas

pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki

orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri sendiri, kualitas

hidup, pekerjaan dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus di

arahkan untukk mengikat pasien dengan fasilitas pasca rawat termasuk

Page 33: Case Jiwa FIX

33

keluarganya, keluarga angkat, board and care homes, dan half way house.

Pusat perawatan di siang hari ( day care center ) dan kunjungan rumah kadang-

kadang dapat membantu pasien tetap di luar rumah sakit untuk periode waktu

yang lama dan dapat memperbaiki kualitas kahidupan sehari-hari pasien.

Terapi Somatik

Antipsikotik

Antipsikotik termasuk tiga kelas obat yang utama, yaitu:

1. Antagonis reseptor dopamine

2. Risperidone ( ris perdal )

3. Clozapine ( clozaril )

Pemilihan Obat

1. Antagonis Reseptor Dopamin

Adalah obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan

skizofrenia. Obat ini memiliki dua kekurangan utama, yaitu Hanya sejumlah

kecil pasien, cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi mental

yang cukup normal. Disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan

serius. Efek mengganggu yang paling utama adalah akatisia dan gejala mirip

parkinsonisme berupa rigiditas dan tremor. Efek serius yang potensial adalah

tardive dyskinesia dan sindroma neuroleptik malignan.

“ Remoxipride “ adalah antagonis reseptor dopamin dari kelas yang

berbeda dari pada antagonis reseptor dopamin yang sekarang ini tersedia.

Awalnya obat ini disertai efek samping neurologist yang bermakna, tetapi

akhirnya remoxipride disertai dengan anemia aplastik, jadi membatasi nilai

klinisnya.

2. Risperidone

Page 34: Case Jiwa FIX

34

Adalah suatu obat antispikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna

pada reseptor serotonin tipe 2 ( 5-HT2 ) dan pada reseptor dopamine tipe 2 ( d2

). Risperidone menjadi obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena

kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis

reseptor dopaminergik yang tipikal.

3. Clozapine

Adalah suatu obat antipsikotik yang efektif. Mekanisme kerjanya belum

diketahui secara pasti. Clozapine adalah suatu antagonis lemah terhadap

reseptor D2 tetapi merupakan antagonis yang kuat terhadap reseptor D4 dan

mempunyai aktivitas antagonistic pada reseptor serotogenik. Agranulositosis

merupakan suatu efek samping yang mengharuskan monitoring setiap minggu

pada indeks-indeks darah. Obat ini merupakan lini kedua, diindikasikan pada

pasien dengan tardive dyskinesia karena data yang tersedia menyatakan bahwa

clozapine tidak disertai dengan perkembangan atau eksaserbasi gangguan

tersebut.

Pemeriksaan Awal

Obat antipsikotik cukup aman jika diberikan selama periode waktu yang

cukup singkat. Dalam situasi gawat, obat ini dapat diberikan kecuali clozapine,

tanpa melakukan pemeriksaan fisik atau laboratorium pada diri pasien. Pada

pemeriksaan biasa harus didapatkan hitung darah lengkap dengan indeks sel

darah putih, tes fungsi hati dan ECG khususnya pada wanita yang berusia lebih

dari 40 tahun dan laki-laki yang berusia lebih dari 30 tahun.

Kegagalan Pengobatan

1. Ketidakpatuhan dengan antipsikotik merupakan alas an utama untuk

terjadinya relaps dan kegagalan percobaan obat.

2. Waktu percobaan yang tidak mencukupi.

Setelah menghilangkan alasan lain yang mungkin bagi kagagalan terapi

antipsikotik, dapat dicoba antipsikotik kedua dengan struktur kimiawi yang

Page 35: Case Jiwa FIX

35

berbeda dari obat yang pertama. Strategi tambahan adalah suplementasi

antipsikotik dengan lithium (eskalith), suatu antikonvulsan seperti

carbamazepine atau valproate (depakene), atau suatu benzodiazepine.

Pemakaian terapi antipsikotik dosis-mega jarang diindikasikan, karena hamper

tidak ada data yang mendukung praktek tersebut.

Obat Lain

Lithium

Efektif dalam menurunkan gejala psikotik lebih lanjut pada sampai 50

persen pasien dengan skizofrenia dan merupakan obat yang beralasan untuk

dicoba pada pasien yang tidak mampu menggunakan medikasi antipsikotik.

Antikonvulsan

Carbamazepine dan valproat dapat digunakan sendiri-sendiri atau dalam

kombinasi dengan lithium atau suatu antipsikotik. Walaupun tidak terbukti

efektif dalam menurunkan gejala psikotik pada skizofrenia, namun jika

digunakan sendiri-sendiri mungkin efektif dalam menurunkan episode

kekerasan pada beberapa pasien skizofrenia.

Benzodiazepin

Pemakaian bersama-sama alprazolam ( xanax ) dan antipsikotik bagi

pasien yang tidak berespo terhadap pemberian antipsikotik saja, dan pasien

skizofrenia yang berespon terhadap dosis tinggi diazepam ( valium ) saja.

Tetapi keparahan psikosis dapat di eksaserbasi seteloah putus dari

benzodiazepine.

Terapi Somatik Lainnya

Elektrokonvulsif ( ECT ) dapat diindikasikan pada pasien katatonik dan

bagi pasien yang karena suatu alasan tidak dapat menggunakan antipsikotik

( kurang efektif ). Pasien yang telah sakit selama kurang dari satu tahun adalah

yang paling mungkin berespon. Dimasa lalu skizofrenia diobati dengan koma

yang di timbulkan insulin (insulin-induced coma) dan koma yang ditimbulkan

barbiturat (barbiturate-induced coma).

Terapi Psikososial

Page 36: Case Jiwa FIX

36

Terapi Perilaku

Tehnik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan

social untuk meningkatkan kemampuan social, kemampuan memenuhi diri

sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah

didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang

diharapkan. Dengan demikian frekuensi perilaku mal adaptif atau menyimpang

dapat diturunkan.

Latihan Keterampilan Perilaku ( Behavioral Skills Trainning ) Sering

dinamakan terapi keterampilan sosial ( social skills therapy ). Terapi ini dapat

secara langsung membantu dan berguna bagi pasien dan merupakan tambahan

alami bagi terapi farmakologis. Latihan keterampilan ini melibatkan

penggunaan kaset videon orang lain dan pasien permainan simulasi ( role

playing ) dalam terapi, dan pekerjaan rumah tentang keterampilan yang telah

dilakukan.

Terapi Berorientasi Keluarga

Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk

mengidentifikasik dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan

kesulitan. Jika masalah memang timbul pada pasien di dalam keluarga, pusat

terapi harus pada pemecahan masalah secara cepat. Setelah periode

pemulangan segera, topik penting yang dibahas dalam terapi keluarga adalah

proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya.

Di dalam session keluarga dengan pasien skizofrenia, ahli terapi harus

mengendalikan intensitas emosional dari session.

J. prognosis pada pasien skizofrenia

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10

tahun setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skiofrenia,

hanya kira-kira 10-20 % pasien dapat digambarkan memliki hasil yang baik.Lebih

dari 50% pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan

di rumah sakit yang berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat,

Page 37: Case Jiwa FIX

37

dan usaha bunuh diri. Walaupun angka-angka yang kurang bagus tersebut,

skizofrenia memang tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang buruk, dan

sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis yang baik.

Rentang angka pemulihan yang dilaporkan didialam literatur adalah dari 10-

60% dan perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien

skizofrenia mampu untuk menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-

30% dari pasien terus mengalami gejala yang sedang,dan 40-60% dari pasien

terus terganggu scara bermakna oleh gangguannya selama seluruh hidupnya.

Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:

1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.

2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.

3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.

4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.

5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.

6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.

7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.

8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.

Prognosis Baik Prognosis Buruk

· Onset lambat

· Faktor pencetus yang jelas

· Onset akut

· Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan

premorbid yang baik

· Gejala gangguan mood (terutama

gangguan depresif)

· Menikah

· Riwayat keluarga gangguan mood

· Onset muda

· Tidak ada factor pencetus

· Onset tidak jelas

· Riwayat sosial dan pekerjaan

premorbid yang buruk

· Prilaku menarik diri atau autistic

· Tidak menikah, bercerai atau janda/

duda

· Sistem pendukung yang buruk

Page 38: Case Jiwa FIX

38

· Sistem pendukung yang baik

· Gejala positif

· Gejala negatif

· Tanda dan gejala neurologist

· Riwayat trauma perinatal

· Tidak ada remisi dalam 3 tahun

· Banyak relaps

· Riwayat penyerangan

BAB III

ANALISIS KASUS

Dari anamnesis dan observasi yang dilakukan terhadap pasien yang

bernama Ny. H, 50 tahun, yang beralamat di Tanjung Raja Timur, didapatkan

psikopatologi berupa keadaan umum yaitu kesadaran compos mentis terganggu,

sikap gelisah terhadap pemeriksa, perhatian adekuat, kontak mata dan kontak

verbal ada, adanya ekspresi fasial yang tampak gelisah, verbalisasi jelas dan cara

bicara lancar. Sedangkan pada keadaan spesifik didapatkan keadaan afek sesuai,

mood distimik (Irritable), hidup emosinya labil, dangkal, tak terkendali,

inadekuat, unecht, einfuhlung sulit dirabarasakan, skala diferensiasi menyempit,

arus emosi cepat. Keadaan dan fungsi intelektual os mempunyai daya ingat baik,

daya konsentrasi kurang, orientasi (waktu, tempat, orang) baik, luas pengetahuan

sesuai taraf pendidikan, discriminative insight dan discriminative judgement

terganggu, dugaan taraf intelegensia sesuai, dan tidak ada kemunduran intelektual.

Pada keadaan sensasi dan persepsi terdapat halusinasi auditorik dan visual.

Page 39: Case Jiwa FIX

39

Keadaan proses berpikir os mempunyai psikomotilitas lambat, mutu proses

berpikir kurang, waham curiga ada, dan pikiran autistik. Keadaan dorongan

instinktual: terdapat vagabondage dan kegaduhan umum. Reality Testing Ability

os terganggu dalam pikiran, perasaan dan perbuatan.

Dari alloanamnesis didapatkan stressor berupa masalah dilingkungan

pekerjaan dan keluarga os. Os pernah ditegur dalam hal pekerjaan. Hal ini

terulang kembali saat os kehilangan perangkat pembelajaran sehigga Besar

kemungkinannya bahwa dalam hal ini os merasa tertekan dan dikejar-kejar rasa

bersalah, sehingga perilaku os mulai tampak berubah. Os telah 2 kali masuk

rumah sakit Ernaldi Bahar karena gejala dan tanda yang sama, yaitu pada tahun

2007 dan 2009.

Dari data-data yang telah diperoleh diatas, dapat ditegakkan diagnosis

pasien ini adalah skizofrenia paranoid episode berulang. Diagnosis ini ditegakkan

menurut Kriteria Bleurer yaitu adanya gejala primer dan sekunder skizofrenia.

Gejala primer yaitu gangguan asosiasi, gangguan afektif, autistik, sedangkan

gejala sekunder adanya waham yang menonjol yaitu waham curiga, serta ada

halusinasi auditorik dan visual yang mengatakan bahwa suaminya selingkuh dan

membicarakan os.

Atas dasar adanya kriteria Bleurer diatas dan kriteria PPDGJ III, diagnosis

pasien ini termasuk skizofrenia. Dengan adanya waham curiga, dan halusinasi

perintah merujuk pada skizofrenia subtype paranoid. Os pernah berobat dan

sembuh sehingga perjalanan penyakitnya disebut skizofrenia paranoid episode

berulang yang dalam PPDGJ III termasuk dalam kode F.20.03.

Prognosis pasien ini adalah dubia.

Page 40: Case Jiwa FIX

40

DAFTAR PUSTAKA

1. Buchanan RW, Carpenter WT, Schizophrenia : introduction and overview, in:

Kaplan and Sadock comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed,

Philadelphia: lippincott Williams and wilkins :2000: 1096-1109.

2. Maslim R, skizofrenla, gangguan skizotipal dan gangguan waham, dalam

PPDGJ III, Jakarta, 1998 :46-57.

3. Kaplan, Hl, Sadock BJ, Grebb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis psikiatri, ed

7, vol 1, 1997 : 685-729.

4. Kendler KS, Schizophrenia : Genetics, in : Kaplan and Sadock

Comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed, Philadelphia: Lippincott

Williams and wilkins, 2000: 1147-1169

5. Maramis WF, Skizofrenia, dalam : Catatan ilmu kedokteran jiwa, ed 7,

Surabaya, 1998 :215-235.

6. Sinaga BR, Skizofrenia dan Diagnosis banding, Jakarta 2007:12-137.

Page 41: Case Jiwa FIX

41

7. Surilena, lntervensi psikososial dalam manajemen skizofrenia, dalam :

majalah psikiatri, Jakarta 2005 :69-83.