case hirschsprung disease-vidyani

64
Hirschsprung Disease Vidyani Adiningtyas 030.06.271 Pembimbing Dr.Nanok Edi Susilo, Sp.B

Upload: randy-noxy

Post on 08-Feb-2016

159 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

hirsprung

TRANSCRIPT

Page 1: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Hirschsprung DiseaseVidyani Adiningtyas

030.06.271

PembimbingDr.Nanok Edi Susilo, Sp.B

Page 2: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Ilustrasi Kasus

Page 3: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Identitas Pasien Nama : An. RM Tanggal lahir : Bogor, 02 Juli 2009 (11

bulan) Jenis Kelamin : laki-laki Alamat : Kp. Lebak Kongsi

RT01/RW07 Cileungsi,Bogor

Jawa Barat Agama : Islam Status pendidikan : - No.RM : 00997881 Masuk RS : 16 Juni 2010

Page 4: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Identitas Orang Tua AYAH

Nama : Tn.TUmur : 30 tahunAgama: IslamSuku bangsa : SundaAlamat: Kp. Lebak

Kongsi RT01/RW07 Cileungsi,Bogor,

Jawa BaratPendidikan : SMAPekerjaan : Buruh pabrik

IBUNama : Ny.RUmur : 19 tahunAgama: IslamSuku bangsa : SundaAlamat: Kp. Lebak

Kongsi RT01/RW07

Cileungsi,Bogor, Jawa Barat

Pendidikan : SDPekerjaan : Ibu rumah

tangga

Page 5: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Keluhan Utama• Tidak bisa BAB sejak 21 hari

SMRSKeluhan Tambahan• Kembung

Keluhan Utama dan Tambahan

Page 6: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Rujukan RSCM : Diagnosa Hirschsprung dan gizi buruk

Sejak lahir tidak mau menyusu, muntah

kuning dan tidak BAB 3hari

Dibawa ke RS Cibinong

HirschsprungTidak BAB sejak

21hari SMRS

Perut kembung sejak 3 hari

Riwayat Penyakit Sekarang

Page 7: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Dirujuk ke RSCM, tetapi karena ruangan penuh dirujuk ke RSF

Dokter menyarankan Operasi, tetapi perbaiki

gizi terlebih dahulu

1 bln PP dari RS Cibinong: BAB sempat lancar 2x

sehari berwarna kuning

1 bln kemudian, BAB tidak lancar, 3 hari sekali, keras dan sedikit. Perut makin

kembung

21 hari kemudian, dirawat di RS Cibinong selama 17hari

Riwayat Penyakit Sekarang

Page 8: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

RPD: -

RPK: ibu pasien menyangkal adanya penyakit dalam keluarga, dalam lingkungan keluarga juga tidak ada gejala serupa

Riw kehamilan : selama kehamilan kontrol ke bidan dan tidak ada masalah

Riw kelahiran : Lahir dari ibu G1POAO , aterm, BB 3500gr PB 49cm, menangis spontan

RPD, RPK, Riw. Kehamilan dan Kelahiran

Page 9: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Riw makanan: ASI dan mulai diberikan bubur susu umur 6bulan

Riw imunisasi: BCG 1bulan

Riw kesehatan keluarga: cukup baik

Riw makanan, imunisasi, kesehatan keluarga

Page 10: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Pemeriksaan Umum•KU : TSB,

pucat, muka seperti orangtua

•Kesadaran: CM

Data Antropometri•Berat badan

: 5,2 Kg

•Panjang badan: 66

cm•Lingkar kepala

: 41,5cm

Status Gizi•BB/U : 5.2/10

x 100 % = 52 % •TB/U : 66/74

x 100 % = 89,2 %

•BB/TB : 5.2/66 x 100% = 68,4 % . Kesan : gizi buruk

Tanda VitalNadi: Frekuensi 120 x/menit .Regular, Cukup, Equal.•Pernafasan

: Frekuensi 42 x/menit. Regular.

•Suhu Tubuh: 35,8

°C

Pemeriksaan Fisik 18/06/2010

Page 11: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Kepala•Mikrocephali•Ubun-ubun

cekung•Muka

nampak seperti orgtua

Rambut•Kemerahan•Tipis•Tidak mudah

dicabut

Mata•CA +/+•SI -/-•Pupil bulat

isokor

Telinga, Hidung,

Bibir,MulutD.B.N

Gigi: 4buah

Lidah, tonsil, faring, dan

leher :D.B.N

Status Generalis

Page 12: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Thorax•Iga terlihat

jelas•Jantung &

Paru : DBN

Abdomen•Inspeksi: Distensi,

kulit mengkilat •Palpasi : Tegang,

(organ & nyeri tekan sulit ditentukan)

•Perkusi: hipertimpani

•Auskultasi: bising usus (+) meningkat

Genitalia Externa, Extrimitas, KGB :

DBN

Kulit:•Pucat, turgor

menurun

Status Generalis

Page 13: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Gambaran abdomenDarm Contour (+)

Darm Steiffung (+)

Page 14: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Lab Darah 16/6/2010 16.4

11.5

83

12875

Page 15: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Pemeriksaan radiologi

Foto Polos AbdomenGambaran:

tampak dilatasi usus udara usus meningkat edem dinding usus

Page 16: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Resume Pasien datang dengan keluhan belum buang air besar sejak 21

hari sebelum masuk Rumah Sakit.

1. Menurut anamnesa, pasien mengalami keterlambatan pengeluaran mekonium, yaitu baru setelah usia 3 hari.

2. Dari penghitungan status gizi didapatkan status gizi pasien dalam keadaan gizi buruk.

3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan muka seperti orang tua,iga gambang, tampak sangat kurus, distensi abdomen menyeluruh, darm contour (+) dan darm steiffung (+)

4. Pemeriksaan penunjang foto Roentgen abdomen telah dilakukan, kesan yang didapat adalah adanya penyempitan pada prosimal kolon sigmoid. Barium enema tidak dilakukan,karena keluarga pasien tidak memiliki biaya. 

Page 17: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Barium Enema

KontraIndikasi Barium Enema

Mempengaruhi Barium Enema

Suspected bowel perforation

Pregnancy Toxic megacolon Acute abdominal pain Severe Ulcerative

Colitis Risk of perforation

in HAEC

Recent barium swallow or upper GI procedure that may interfere with the x-ray exposure of the lower GI area

colon spasm stool in the bowel

Page 18: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Anus prenaturalis yang dibuat sementara/menetap.

Indikasi: 1. Dekompresi usus pada obstruksi 2. Pasien dalam keadaan enterocolitis

dan keadaan umum buruk 3. Pasien anak dan dewasa yang terlambat

di diagnosis 4. Long Segment Hirschsprung

Kolostomi

Page 19: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Pada kasus ini pasien didiagnosa sebagai penderita Penyakit Hirschsprung post kolostomi dengan gizi buruk tipe marasmik dan enterokolitis, dengan dasar:

1. Dari anamnesa diketahui bahwa pasien mengalami kesulitan defekasi sejak 21 hari yang lalu. Os mengalami kesulitan BAB sejak lahir,keluhan datang hilang timbul dan sudah beberapa kali masuk rumah sakit karena tidak bisa BAB dan perut kembung. Setiap kali diberikan minum atau makanan os selalu muntah

2.Ada riwayat keterlambatan pengeluaran mekonium, yaitu mekonium baru keluar saat usia pasien 3 hari.

3.Pemeriksaan fisik terdapat distensi abdomen, darm contour (+) dan darm steiffung (+)

Analisa Kasus

Page 20: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

4.Pada pemeriksaan radiologis dengan foto polos abdomen menggambarkan kesan Hirschsprung Disease dengan ditemukan dilatasi usus proksimal,udara usus meningkat dan edema dinding usus.

5.Dari penghitungan status gizi didapatkan keadaan gizi pasien dalam status gizi buruk.

6.Pada pemeriksaan klinis, tampak pasien kurus, kulit terbungkus tulang, iga gambang dan wajah tampak seperti orang tua.

7. Pada tanggal 19/06/2010, pasien mengalami diare sebanyak 4x dengan konsistensi encer,bewarna kuning, berbau busuk, tanpa darah dan distensi abdomen Enterocolitis associated with Hirschsprung disease.

Analisa Kasus

Page 21: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Diagnosa Kerja Morbus Hirschsprung post kolostomi dengan gizi buruk dan enterokolitis

Diagnosa BandingMikrokolon Kongenital

Penatalaksanaan IVFD N5+KCl+Ca glukonas 20cc O2 2liter/menit Progestimil/SF 4x50ml Cefotaxime 2 x 250 mg iv Aminofuchsin ped 1 x 100 cc OMZ 1x5mg iv Ketorolac 1mg/kgBB/24 jam Metronidazole 3x100mg Asam folat 1x1 mg po Vit A 1x100.000 iu Zinc 1x20mg MgSO4 1x1.2cc I.M

PrognosisAd vitam : dubia ad bonamAd functionam : ad bonamAd sanationam : ad bonam

Page 22: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Tatalaksana Enterokolitis Swenson (1964) rectal tube decompression “Rectal washouts should be the initial approach

in the care of a child, regardless of age, who presents with HAEC”

Terapi medis yang dapat diberikan pada pasien dengan enterokolitis adalah: (1) resusitasi cairan dan elektrolit

(2) Pemasangan sonde lambung dan pipa rectal untuk dekompresi (3) Bilasan kolon dengan NaCl fisiologis hangat 2-3kali sehari sampai 3-4hari (4)diberikan antibiotik

Page 23: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Bedah SementaraDekompresi dengan pembuatan kolostomi di kolon berganglion normal yang paling distal

Bedah DefinitifMembuang segmen aganglionik dan mengembalikan kontinuitas usus dapat dikerjakan satu tahap atau dua tahap. Langkah ini disebut operasi definitif yang dikerjakan bila berat badan bayi sudah cukup (>9 kg) Umur cukup > 12minggu dan kolon sudah mengecil. Pada operasi definitif dapat dipakai cara Swenson, Duhamel, Soave, atau modifikasi dan teknik ini

Tidak baku, biasanya bisa setelah bayi berumur >6bulanTidak bisa dilakukan jika terdpt enterokolitis karena mukosa usus

nya rusak

Tatalaksana Hirschsprung

Page 24: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

IVFD N5+KCl+Ca glukonas 20cc O2 2liter/menit Progestimil/SF 4x50ml Cefotaxime 2 x 250 mg iv Aminofuchsin ped 1 x 100 Metronidazol 3x100mg Progestimil/SF: 4x50ml Vit A: 1x100.000iu Zinc : 1x20mg (sampai hari XIV) Asam folat: 1x5mg p.o (1x1mg p.o hari II-XIV) MgSO4: 0.25mu/kg/hari i.m (sampai hari X)

: 1x1.2mu i.m

Tatalaksana Gizi Buruk

Page 25: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Laporan Operasi 19/06/2010

Page 26: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Tinjauan Pustaka

Page 27: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Anatomi Anorektal

Page 28: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Perdarahan Anorektal

Page 29: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Inervasi Perineum

Page 30: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Saraf autonom intrinsik usus

Page 31: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Penyakit Hirschsprung (Megakolon Kongenital) merupakan penyakit obstruksi usus fungsional akibat aganglionosis Meissner dan Auerbach dalam lapisan dinding usus.

Suatu kelainan kongenital berupa aganglionik usus, mulai dari spinkter ani interna kearah proksimal dengan panjang yang bervariasi, tetapi selalu termasuk anus dan setidak-tidaknya sebagian rektum dengan gejala klinis berupa gangguan pasase usus fungsional

Hirschsprung Disease

Page 32: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Epidemiologi dan Etiologi Epidemiologi

Penyakit Hirschsprung terjadi pada 1 dari setiap 5.000 bayi yang lahir dan ini berhubungan pada 1 sampai terjadi dengan 4 dari obstruksi usus pada bayi baru lahir ini 5 kali lebih sering pada laki-laki dan kadang-kadang terjadi dengan kondisi congenital lainnya seperti Down Syndrome

Etiologi

Tidak adanya sel saraf (aganlionik) pada lapisan usus karena mutasi gen.

Page 33: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Defek migrasi sel neuroblast↓

Pleksus mesentrik(Auerbach) dan pleksus submukosal (Meissner) tidak ditemukan

↓Berkurangnya peristaltik usus

↓Colon tetap sempit dan defekasi terganggu

↓Colon proksimal yang normal akan melebar oleh

feses yang tertimbun↓

Terbentuk megacolon

Patofisiologi

Page 34: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Gejala Klinis

Neonatal Anak

Periode neonatal- pengeluaran

mekonium yang terlambat

- muntah hijau - distensi abdomen

Periode anak- konstipasi- failure to thrive

Page 35: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Anamnesis- 10% ada riwayat dalam keluarga- keterlambatan dalam mengeluarkan mekonium - riwayat konstipasi kronik sejak kelahiran - status gizi yang buruk - 10% anak yang datang dengan diare

(ditakutkan Enterokolitis)

Diagnosa

Page 36: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

-Pemeriksaan Fisik 1. Bayi akan nampak sakit berat, iritabel 2. Distensi abdomen 3. Darm Contour 4. Darm Steifung 5. Pada anak akan terlihat gambaran Failure

to thrive 6. Jika dilakukan RT: feses dapat

menyembur keluar dengan konsistensi encer dan berbau busuk

Diagnosa

Page 37: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

-Pemeriksaan Penunjang A. Laboratorium 1. Kimia darah 2. Profil Koagulasi 3. Darah Rutin

B. Radiologi 1. Foto polos abdomen 2. Barium Enema 3. Retensi Enema

Diagnosa

Page 38: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Pada foto polos abdomen dapat dijumpai gambaran obstruksi usus letak rendah, meski pada bayi sulit untuk membedakan usus halus dan usus besar.

Standard dalam menegakkan diagnosa Hirschsprung adalah barium enema

Radiologis

Page 39: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

dijumpai 3 tanda khas : 1.Tampak daerah penyempitan di bagian rektum

ke proksimal yang panjangnya bervariasi;   2. Terdapat daerah transisi, terlihat di proksimal

daerah penyempitan ke arah daerah dilatasi; Daerah transisi merupakan regio dimana ditandai dengan terjadinya perubahan kaliber dimana kolon yang berdilatasi normal diatas dan kolon aganglionik yang menyempit dibawah

Radiologis Barium Enema

Page 40: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

3. Terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah transisi

Apabila dari foto barium enema tidak terlihat tanda-tanda khas penyakit Hirschsprung, maka dapat dilanjutkan dengan foto retensi barium, yakni foto setelah 24-48 jam barium dibiarkan membaur dengan feces. Gambaran khasnya adalah terlihatnya barium yang membaur dengan feces kearah proksimal kolon.

Radiologis Barium Enema

Page 41: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

(A) Pada bayi berumur 14bulan. (B) dan (C) Pada bayi berumur 1 bulan

Pemeriksaan Radiologis dengan Enema Barium

Page 42: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

(A) Abrupt(B) Cone

(C) Funnel

Zona Transisi

Page 43: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Radiologis

Page 44: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Diagnosa histopatologi penyakit Hirschsprung didasarkan atas absennya sel ganglion pada pleksus mienterik (Auerbach) dan pleksus sub-mukosa (Meissner).

1. Biopsi rektal diagnosa definitif untuk melihat adanya aganglionosis

2. Simple Suction Rectal Biopsy lebih terkini tetapi sulit untuk menegakkan diagnosis

Pewarnaan Asetilkolinesterase lebih akurat dibanding H.E

Histopatologis

Page 45: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Alat Biopsi Noblett

Page 46: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Gambar a. gambaran mikroskopis segmen aganglionosis. Tidak Nampak sel ganglion, terlihat serabut saraf menebal. B. gambaran mikroskopis segmen usus normal dengan sel

ganglion plexus Auerbach yang terletak antara 2 lapisan otot (tanda panah)

 

Page 47: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Biopsi rektalTempat biopsy dipilih melalui observasi zona transisi yang tampak. Dalam kasus yang umum (aganglionosis rektosigmoid) tiga biopsy seromuskular

diambil dari permukaan antimesenterik tanpa memasuki lumen. biopsy pertama diambil dari segmen penyempitan, biopsy kedua dari zona

transisional dan biopsy ketiga dari bagian dilatasi diatas zona transisi.

Page 48: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Pemeriksaan manometri anorektal adalah suatu pemeriksaan objektif mempelajari fungsi fisiologi defekasi pada penyakit yang melibatkan spinkter anorektal.

Dalam prakteknya, manometri anorektal dilaksanakan apabila hasil pemeriksaan klinis, radiologis dan histologis meragukan

Manometri Rektal

Page 49: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Manometri AnorektalTampak skema manometri anorektal, dengan penggunaan

balon berisi udara sebagai transducer, pada penderita hirschsprung tidak tampak relaksasi sfinkter ani

 

Page 50: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

1.Meconium Plug Syndrome 2.Ileus Meconium 3.NEC 4.Atresia Rektal 5.Peritonitis Intrauterine 6.Neonatus dengan Septic 7.Small left colon syndrome 8.Atresia ileal 9.Obstipasi psikogenik

Diagnosa Banding

Page 51: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Bedah SementaraDekompresi dengan pembuatan kolostomi di kolon berganglion normal yang paling distal

Bedah DefinitifMembuang segmen aganglionik dan mengembalikan kontinuitas usus dapat dikerjakan satu tahap atau dua tahap. Langkah ini disebut operasi definitif yang dikerjakan bila berat badan bayi sudah cukup (>9 kg). Pada operasi definitif dapat dipakai cara Swenson, Duhamel, Soave, atau modifikasi dan teknik ini

Penatalaksanaan

Page 52: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Teknik pembedahan Reseksi kolon aganglionosis dimulai dengan

pemotongan arteri dan vena sigmoidalis dan hemoroidalis superior. Segmen sigmoid dibebaskan beberapa cm dari dasar peritoneum sampai 12cm proksimal kolostomi. Puntung rektosigmoid dibebaskan dari jaringan sekitarnya di dalam rongga pelvis untuk dapat diprolapskan melalui anus.

Swenson Procedure

Page 53: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Pembebasan rectum dilakukan tepat di dinding rectum agar mudah, cepat, dan tidak menimbulkan banyak perdarahan. Pembebasan kolon proksimal dilakukan untuk memungkinkan kolon tersebut dapat ditarik ke perineum melalui anus tanpa tegangan.

Page 54: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Anastomosis Puntung rectum diprolapskan dengan

tarikan klem yang dipasang di dalam lumen. Pemotongan rectum dilakukan 2cm proksimal dari garis mukokutan, bagian posterior dan bagian anterior sama tinggi. Pemotongan dapat pula dilakukan dengan arah miring, 2cm di bagian anterior dan 0.5cm bagian posterior (prosedur Swenson II)

Page 55: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Selanjutnya, kolon proksimal ditarik ke perineum melalui puntung rectum yang terbuka. Anastomosis dilakukan dengan jahitan 2 lapis dengan menggunakan benang sutera/vicryl. Setelah anastomosis kolorektal selesai,rectum kembali dimasukan ke rongga pelvis. Reperitonealisasi dilakukan dengan perhatian pada vaskularisasi kolon agar tidak terjahit.Penutupan dinding abdomen dilakukan setelah pencucian rongga peritoneum. Kateter dan pipa rectal kecil dipertahankan selama 2-3hari.

Page 56: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Swensons ProcedureProsedur Swenson tahap akhir. A. Puntung rectum dibebaskan dan ditarik melalui anal B. Puntung rectum dipotong dan ditinggalkan sekitar 2cm dari garis dentate.

C. Kolon proksimal ditarik melalui anal. D., E, dan F. Prosedur anastomosis dikerjakan dengan dua baris jahitan dan dimulai dari bagian atas, Selesai

anastomosis rectum dikembalikan ke dalam rongga pelvis. 

Page 57: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Teknik pembedahan Reseksi segmen sigmoid dikerjakan seperti

pada prosedur Swenson. Puntung rectum dipotong 2-3cm di atas dasar perineum dan ditutup dengan jahitan dua lapis memakai benang sutera atau vicryl. Ruang rektorektal dibuka sehingga seluruh permukaan dinding posterior rectum bebas. Sayatan endoanal setengah lingkaran dilakukan pada dinding posterior rectum pada jarak 0.5cm dari linea dentate. Selanjutnya kolon proksimal ditarik rektorektal melalui insisi endoanal keluar anus. Mesokolon diletakan di bagian posterior

Duhamel Procedure

Page 58: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Anastomosis Dilakukan untuk membentuk rectum baru dengan

menghilangkan septum (dinding rectum posterior dan dinding anterior kolon proksimal)

Prosedur Duhamel modifikasi dengan penggunaan stapler linear. Anastomosis puntung rectum dengan kolon proksimal yang ditarik dalam menciptakan rectum “baru” dilakukan langsung dengan stapler dan dilanjutkan dengan anastomosis kolorektal intraperitoneal.

 

Page 59: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Duhamel ProcedureFoto memperlihatkan posisi pasien setelah pemotongan kolon yang diprolapskan serta

pemasangan klem Ikeda didalam rangka pemotongan septum

  

Page 60: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Melakukan pendekatan abdominoperineal dengan membuang lapisan mukosa rektosigmoid dari lapisan seromuskular. Selanjutnya dilakukan penarikan kolon berganglion normal keluar anus melalui selubung seromuskular rektosigmoid, disebut prosedur pull through endorektal . Setelah 21hari, sisa kolon yang diprolapskan dipotong.  

Soave Procedure

Page 61: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

kebocoran anastomose stenosis ruptur kolon enterokolitis gangguan fungsi spinkter

Komplikasi

Page 62: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

1. Anonymous. 2010. Anatomi Anorektum. [Accessed on: 22th August 2010] Available from World Wide Web www.bedahugm.net

2. Ashcraft K. 2004. Hirschsprung Disease. Pediatric Surgery. Fourth Edition. Philadelphia:Elsevier Saunders. p 477-489.

3. Brunicardi,et al., 2004. Colon, Rectum, and Anus. In: Bullard,M.K (ed). Schwartz's Principles of Surgery, Eighth Edition. NewYork: McGraw-Hill.

4. Diament, J. 2009. Meconium Plug Syndrome. [Accessed on 24th August 2010] Last updated: May 12,2009. Available from World Wide Web

http://emedicine.medscape.com/article/410969-overview 5. Dios, R.R. 2010. Ileal Atresia. [Accessed on 24th August 2010]. Last

Updated: Feb 25, 2009. Available from World Wide Web www.emedicine.medscape.com/article/409746-overview

6. Hamami, H.A. 2004. Penyakit Hirschsprung: Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan Anorektum. In: Jong,W (ed). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:EGC, p 670-671.

7. Hekmatnia, A. 2008. Meconium Ileus. [Accessed on 24th August 2010]. Last updated: Nov 12, 2008. Available from World Wide Web www.emedicine.medscape.com/article/410845-overview

8. Kartono, D. 2010. Penyakit Hirschsprung. Sagung Seto Jakarta 9. Kenner,C. 2007. Comprehensive neonatal care, an interdisciplinary approach. Fourth edition. St

Louis.Missouri: Elsevier Saunders, p.119 10.Lee S. 2010. Hirschsprung Disease. [Accessed on 2st September 2010] last update : March 30,

2006. Available from World Wide Web http://www.emedicine.com

Daftar Pustaka

Page 63: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

11. Puri, Prem. 2006. Hirschsprung Disease, in: Hollwarth, M (ed). Pediatric Surgery. Germany. Springer Surgery Atlas Series,p.289-302

12. Shafik, A. 2003. Surgical anatomy of the anal canal. In: J.A Neto (ed). New

Trends in Coloproctology. Rio de Jainero: Livraria,p.3-18. 13. Swenson, O. 2002. Hirschsprung’s Disease: A Review. Journal

PEDIATRICS. [online] 109. [Accessed 5th September 2010], pp. 914-918. Available from World Wide Web: http://pediatrics.aappublications.org/cgi/content/full/109/5/914?maxtoshow=&HITS=10&hits=10&RESULTFORMAT=&fulltext=constipation&andorexactfulltext=and&searchid=1092435023331_12939&stored_search=&FIRSTINDEX=20&sortspec=relevance&resourcetype=1&journalcode=pediatrics#BDY

14. Vanderhoof,J.A,et al.,1994.Hirschsprung Disease. In: Gordon,B. (ed) Neonatalogy Pathophysiology and Management of Newborn. Fourth Edition. Philadephia: Lippincott company, p 621

15. Yoshida, C. 2010. Hirschsprung Disease. [Accessed on 24 August 2010]. Last update: September 17,2008. Available from World Wide Web

<www.emedicine.medscape.com/article/409150-overview>    

Daftar Pustaka

Page 64: CASE Hirschsprung Disease-Vidyani

Thanks for your attention!