case dads taufiq

36
LAPORAN KASUS DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI SEDANG Pembimbing : dr. Rivai Usman Sp.A Disusun Oleh : Muhammad Taufiq Hidayat S.Ked 030.09.160 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK 1

Upload: anonymous-yoyd1a

Post on 23-Jan-2016

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pliss enjoy

TRANSCRIPT

Page 1: Case DADS Taufiq

LAPORAN KASUS

DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI SEDANG

Pembimbing :

dr. Rivai Usman Sp.A

Disusun Oleh :

Muhammad Taufiq Hidayat S.Ked

030.09.160

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI

PERIODE 25 MEI – 1 AGUSTUS 2015

BEKASI, JAWA BARAT

1

Page 2: Case DADS Taufiq

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Muhammad Taufiq Hidayat S.KedNIM : 03.09.160Fakultas : Kedokteran Umum

Judul : Diare Akut dengan Dehidrasi SedangBagian : Ilmu Kesehatan Anak

Pembimbing : dr. Rivai Usman Sp. A

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Di RSUD Kota Bekasi

Bekasi, 7 Juli 2015

Pembimbing Penulis

(dr. Rivai Usman, Sp. A) (Muhammad Taufiq Hidayat, S.Ked)

2

Page 3: Case DADS Taufiq

BAB IILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIENNama : An. AUmur : 8 bulanJenis Kelamin : PerempuanSuku bangsa : SundaAlamat : Perumnas, BekasiTanggal MRS : 16 Juni 2015ANAMNESISDilakukan secara alloanamnesis dengan Ibu An. A pada hari rabu tanggal 17 Juni 2015 di bangsal anak ruang Melati.

Keluhan Utama : Mencret sejak 3 hari SMRS

Keluhan Tambahan : Demam 2 hari Batuk berdahak dan pilek

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan mencret sejak 3 hari ,

bab sebanyak 8x perhari dengan konsistensi cair ,ampas, bau langu, warna kuning, tidak

ada darah dan lendir pada feses, tidak ada nyeri saat bab. Mual muntah tidak ada.

Demam sejak 2 hari Yang lalu naik turun. Batuk berdahak dan terdapat pilek sejak 2

hari. Badan pasien terasa lemas dan rewel. Pasien juga tidak napsu makan sejak 2 hari

yang lalu, pasien merasakan haus.

Riwayat Penyakit Dahulu :Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit UmurAlergi - Difteria - Jantung -Cacingan - Diare - Ginjal -DBD - Kejang - Darah -Thypoid - Maag - Radang paru -Otitis - Varicela - Tuberkulosis -Parotis - Operasi - Morbili -

Kesan: Pasien baru mengalami sakit seperti ini

3

Page 4: Case DADS Taufiq

Riwayat Penyakit Keluarga :Tidak ada yang pernah mengalami penyakit serupa.Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :

KEHAMILAN Morbiditas kehamilan Tidak diketahuiPerawatan antenatal Rutin periksa ke bidan

KELAHIRAN Tempat kelahiran PuskesmaPenolong persalinan BidanCara persalinan NormalMasa gestasi 40 mingguKeadaan bayi Baik

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :Pertumbuhan gigi I : 5 bulan (normal: 5-9 bulan)Psikomotor

Tengkurap : 3 bulan (normal: 3-4 bulan)Duduk : 6 bulan (normal: 6 bulan)Berdiri : - (normal: 9-12 bulan)Berjalan : - (normal: 13 bulan)Bicara : - (normal: 9-12 bulan)Baca dan Tulis : -

Riwayat MakananUmur (bulan) ASI/PASI Buah/biskuit Bubur susu Nasi tim0-2 + - - -2-4 + - - -4-6 + + + -6-8 + + + +8-10 - - - -

Kesan :Kebutuhan gizi pasien masih terpenuhi oleh Asi dan sudah di beri makanan tambahan umur 5 bulan.Riwayat Imunisasi :

Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)BCG 2 bulan - - - - -DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -POLIO Lahir 2bulan 4 bulan 6 bulan - -CAMPAK - - - - - -HEPATITIS B Lahir 1 bulan 6 bulan - - -Kesan : Imunisasi dasar lengkap

4

Page 5: Case DADS Taufiq

Riwayat Keluarga :

Ayah Ibu Anak pertamaNama Tn. B Ny.R An. APerkawinan ke Pertama Pertama -Umur 30 tahun 25 8 bulanKeadaan kesehatan Baik baik

Kesan : tidak ada yang seperti pasien

Riwayat Perumahan dan Sanitasi :Tingggal di rumah sendiri bertiga dengan pencahayan dan sanitasi cukup, ventilasi matahari ,masuk. Minum dan masak juga mandi menngunakan air sumur. Air limbah di buang ke spal yang tersedia.

PEMERIKSAAN FISIKDilakukan pada An. A pada hari rabu tanggal 17 juni 2015 di bangsal anak ruang Melati

Keadaan umum : tampak sakit sedang Derajat Kesadaran : avpu alert

PAT

P:Look(+), speech / cry (+), tonus (+), interactive (+), consolability (+)

A: Napas spontan , retraksi (-), NCH (-)

T:Sianosis(-), pucat (-), CRT <2” Tanda vital

Frekuensi nadi : 110 x/menit Tekanan darah : Tidak dilakukan Frekuensi pernapasan : 30 x/menit Suhu tubuh : 37,6 oC

Data antropometri Berat badan : 8,5 kg Tinggi badan : 72 cm Status gizi

Berdasarkan Kurva CDC usia lahir- 24 bulan BB/U = 8,5/ 8x 100% = 106%

TB/U = 72/68 x 100% = 105 %

BB/TB = 8,5/8,5x 100% = 100%

Kesan : Gizi baik

5

Page 6: Case DADS Taufiq

Grafik I.1. Presentil Tinggi Badan Per Umur dan Berat Badan Per Umur menurut CDC, 2000 pada Pasien atas nama An. 8 bulan

6

Page 7: Case DADS Taufiq

Kepala Bentuk : normocephali Rambut : rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi

merata Mata : Mata cekung (+/+) conjungtiva anemis -/-,

sklera ikterik -/-, pupil isokor, RCL +/+, RCTL +/+

Telinga : normotia, membran timpani intak, serumen -/-, otorrhea -/-

Hidung : bentuk normal, sekret -/-, nafas cuping hidung -/- Mulut : Kering, faring Hiperemis (-),T1-T1

Leher KGB : Tidak membesar Kelenjar tiroid : tidak membesar

Thorax Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-) Palpasi : gerak nafas simetris, vocal fremitus simetris Perkusi : sonor di kedua lapang paru Auskultasi

o Pulmo : suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

o Kardio : bunyi jantung I dan II reguler, murmur -, gallop –

Abdomen Inspeksi : perut datar, distensi (-), jejas (-) Auskultasi : bising usus 8x/menit Palpasi : supel, turgor kulit baik, organomegali (-) Perkusi : timpani, shifting dullness (–)

Kulit : Turgor baik, ptechiae (-), Genitalia Eksterna : tidak tampak kelainan Ekstremitas :

Superior InferiorDextra Sinistra Dextra Sinistra

Akral Hangat Hangat Hangat HangatSianosis - - - -Edema - - - -Tonus Normo Normo Normo NormoTrofi Normo Normo Normo NormoMotorik 5555 5555 5555 5555Sensorik - - - -

PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium darah

7

Page 8: Case DADS Taufiq

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai NormalHEMATOLOGI Darah lengkap

Leukosit 9,7 ribu/uL 5-10Basofil 0 % <1

Eosinofil 1 % 1-3

Batang 2 % 2-6

Segment 35 ↓ % 52-70

Limfosit 54 ↑ % 20-40

Monosit 8 % 2-8

Eritrosit 4,58 juta/uL 4-5

Indeks eritrosit

MCV 73,3↓ fL 75-87

MCH 26,2 pg 24-30

MCHC 35,7 % 31-37

Hemoglobin 12.0 g/dL 11-14,5Hematokrit 33,6 % 37-47Trombosit 308 ribu/uL 150-400

LED 15 mm 0-10

KIMIA KLINIK

GDS 81 mg/dL 60-110

Natrium 132 mmol/L 135-145

Kalium 4,4 mmol/L 3,5-5,0

Clorida 95 mmol/L 94-111

RESUME

Anamnesis Pasien datang ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan mencret

sejak 3 hari , bab sebanyak 8x perhari dengan konsistensi cair ,ampas, bau langu, warna

kuning. Demam sejak 2 hari Yang lalu naik turun. Batuk berdahak dan terdapat pilek

sejak 2 hari. Badan pasien terasa lemas dan rewel. Pasien juga tidak napsu makan sejak

2 hari yang lalu, pasien kehausan. Bak menurut ibu pasien berkurang.

Pemeriksaan fisik Keadaan umum tampak sakit sedang tanda vital derajat

Kesadaran avpu alert, Frekuensi nadi 110x/menit ,Frekuensi pernapasan

8

Page 9: Case DADS Taufiq

30x/menit ,Suhu tubuh 37,8oC. Mata cekung (+/+), mulut kering, abdomen auskultasi

bising usus 7x/menit. Pemeriksaan penunjang LED 15↑ mm, Segment 35 ↓%,

Limfosit 54 ↑%, Hematokrit 33,6 ↓%, MCV 73,3↓fL, Natrium 132 ↓ mmol/L.

DIAGNOSIS KERJAGastroenteritis Akut dengan Dehirasi Derajat Sedang

DIAGNOSIS BANDING- PENATALAKSANAANNon medikamentosaDi rawatTirah baring

Makan makanan bertahap dari yang cair , lembut hingga padat.Edukasi kepada orangtua tentang penyakit yang diderita

Medikamentosa- IVFD RL 8,8 tpm

- Sanmol drip4x 80mg k/p

- L-bio 2x 1 sach

- Zink 2x1 cth

PROGNOSIS Ad vitam : ad bonam As fungsionam : ad bonam Ad sanationam : ad bonam

FOLLOW UP Tanggal S O A P

17/6/15 Mencret 8x perhari, konsistensi cair ,ampas, bau langu, warna kuning. Demam naik turun. Batuk berdahak dan pilek. Badan lemas

AVPU: alert

P:Look(+), speech / cry

(+), tonus (+), interactive

(+), consolability (+)

A: Napas spontan ,

retraksi (-), NCH (-)

T:Sianosis(-), pucat (-),

GEA dengan dehidrasi sedang

IVFD RL 8,8

tpm

Sanmol drip4x

80mg

L-bio 2x 1 sach

Zink 2x1 cth

9

Page 10: Case DADS Taufiq

dan rewel. Pasien tidak napsu makan , pasien kehausan.

CRT<2”

N : 110x/menit

RR:30x/menit

S: 37,8oC.

Mata cekung (+/+), mulut kering, abdomen auskultasi bising usus 7x/menit

18/6/15 demam turun

naik, bab

mencret 6x ,

batuk pilek

AVPU: alert

P:Look(+), speech / cry

(+), tonus (+), interactive

(+), consolability (+)

A: Napas spontan ,

retraksi (-), NCH (-)

T:Sianosis(-), pucat (-),

CRT<2”

N : 112x/menit

RR:22x/menit

S: 38,4oC.

Mata cekung (+/+), mulut

sedikit kering, abdomen

auskultasi bising usus

4x/menit

GEA

dengan

dehidrasi

sedang

IVFD RL 8,8

tpm

Sanmol drip4x

80mg

L-bio 2x 1 sach

Zink 2x1 cth

Kandistatin

drop 3x1 cc

19/6/15 Demam turun

naik, Bab

lembek 3x,

batuk

AVPU: alert

P:Look(+), speech / cry

(+), tonus (+), interactive

(+), consolability (+)

A: Napas spontan

retraksi (-), NCH (-)

T:Sianosis(-), pucat (-),

CRT<2”

N : 112x/menit

Perbaikan

GEA

dengan

dehidrasi

sedang

IVFD RL 8,8

tpm

Sanmol drip4x

80mg

L-bio 2x 1 sach

Zink 2x1 cth

Kandistatin

drop 3x1 cc

Mucos drop

10

Page 11: Case DADS Taufiq

RR:22x/menit

S: 37,1oC.

Mata cekung (-/-), mulut

biasa tidak kering,

abdomen auskultasi

bising usus 4x/menit

3x0,5 cc

20/6/15 Sumeng , batuk,

mencret (-)

AVPU: alert

P:Look(+), speech / cry

(+), tonus (+), interactive

(+), consolability (+)

A: Napas spontan

retraksi (-), NCH (-)

T:Sianosis(-), pucat (-),

CRT<2”

N : 112x/menit

RR:22x/menit

S: 36,7oC.

Mata cekung (-/-), mulut

biasa tidak kering,

abdomen auskultasi

bising usus 3x/menit

Perbaikan

GEA

dengan

dehidrasi

sedang

IVFD RL 8,8

tpm

Sanmol drip4x

80mg

L-bio 2x 1 sach

Zink 2x1 cth

Kandistatin

drop 3x1 cc

Mucos drop

3x0,5 cc

BAB IIANALISA KASUS

11

Page 12: Case DADS Taufiq

Diare sejak 2 hari , bab sebanyak 8x perhari dengan konsistensi

cair ,ampas ini sesuai dengan kriteria diare cair akut, pada anak yaitu buang air besar

lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1

minggu. Bab ada ampas ,bau langu , warna kuning , menggambarkan diare akut diare

tidak berdarah disebabkan oleh infeksi virus. Virus menginvasi dan berkembang biak

dalam vili epitel usus halus sehingga terjadi kerusakan sel epitel dan pemendekan vili ,

vili digantikan sementara oleh epitel bentuk kripte yang belum matang, fungsi absorbsi

hilang sehingga terjadi malabsorbsi, sekresi air dan elektrolit oleh sel kripta dan defek

transport akibat efek toxin protein virus.

Demam sejak 2 hari yang lalu naik turun disebabkan agen infeksius, imunologis

atau agen yang berkaitan dengan toksin virus. Badan pasien terasa lemas dan rewel,

Pasien juga tidak napsu makan sejak 2 hari yang lalu, pasien kehausan menandakan

pasien mengalami dehidrasi ringan sedang atau sudah kehilangan cairan 5-10% berat

badan, didapatkan 2 tanda utama keadaan umum rewel/ gelisah, lemas, rasa haus atau 2

tanda tambahan kelopak mata cekung, mukosa bibir / mulut kering.

Pemeriksaan fisik Keadaan umum tampak sakit sedang tanda vital Derajat

Kesadaran avpu alert, Frekuensi nadi 110x/menit ,Frekuensi pernapasan

30x/menit ,Suhu tubuh 37,6oC. Mata cekung (+/+), mulut kering, abdomen auskultasi

bising usus 7x/menit ,turgor kurang masuk kedalam pasien dehidrasi derajat ringan

sedang. LED meningkat karena inflamasi . Limfositosis terjadi karena infeksi virus .

Segment yang menurun menggambarkan infeksi virus. Terdapat natrium sedikit turun

karena adanya kerusakan sel epitel dan pemendekan vili, sehingga terjadi malabsorbsi

dan sekresi air dan elektrolit .

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

12

Page 13: Case DADS Taufiq

  DEFINISI

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari,

disertai dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan

darah yang berlangsung kurang dari 14 hari.1, 2

Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali

per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau

normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare,

tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya

perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi

yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya

menjadi cair menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada

seorang anak buang air besarnya kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair,

keadaan ini sudah dapat disebut diare. 1

B.       EPIDEMIOLOGI

Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3

juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara

berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama

kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Data

dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare

berdasarkan propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999-2001. Pada tahun 1999 angka

kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk menurun menjadi 22,69 per 1000

penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001.6 Sedangkan

berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima

dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan

pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat

frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865

orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate(CFR) 2,92%.7 Kasus

diare akut yang ditangani di praktek sehari-hari berkisar 20% dari total kunjungan untuk

usia di bawah 2 tahun dan 10% untuk usia di bawah 3 tahun 1, 2

C.       CARA PENULARAN DAN FAKTOR RESIKO

Cara penularan diare umumnya melalui cara fekal – oral yaitu melalui makanan

atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan

dengan penderita atau barang – barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak

langsung melalui lalat. (melalui 4 F = finger, flies, fluid, field).1

Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain:

tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4 – 6 bulan pertama kehidupan bayi,

tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya

sarana keberihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan

dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik.

13

Page 14: Case DADS Taufiq

Selain hal- hal tersebut, beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan

kecenderungan untuk terjangkit diare antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi,

berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam

4 minggu terakhir dan faktor genetik.1

1. Faktor umur

Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.

Insiden tertinggi terjadi pada kelompok umur 6 – 11 bulan pada saat diberikan

makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarakan kombinasi efek penurunan

kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin

terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau

binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang

paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang, yang

membantumenjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan

pada orang dewasa.

2.  Infeksi asimtomatik

Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik

ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunisasi aktif.

Pada infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung pada beberapa hari atau minggu,

tinja penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius.

Orang dengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak

enteropaogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga

kebersihan, dan berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat lain.

3.  Faktor musim

Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di daerah

sub tropik diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan

diare karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Di

daerah tropik (termasuk Indonesia), diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat

terjadi sepanjang tahun dengan peningkatn sepanjang musim kemarau, sedangkan

diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.

4. Epidemi dan pandemik

Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan

epidemikdan pandemik yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian

pada semua golongan usia. Sejak tahun 1961, kolera yang disebabkan vibrio

cholera 0.1 biotipe Eltor telah menyebar ke Negara – Negara di Afrika, Amerika latin,

Asia, Timur Tengah, dan di beberapa daerah di amerika Utara dan Eropa. Dalam kurun

waktu yang sama Shigella dysentriae tipe 1 menjadi penyebab wabah yang besar di

Amerika Tengah dan terakhir di Afrika tengah dan Asia Selatan. Pada akhir tahun

14

Page 15: Case DADS Taufiq

1992, dikenal strain baru Vibrio cholera 0139 yang menyebabkan pandemik di Asia

dan lebih dari 1 negara mengalami wabah.1

D.      ETIOLOGI

Selama 2 dekade, penelitian menunjukkan karakteristik dari diare akut. Pada awal

1970 agen penyebab dapat diidentifikasi dalam 15-20% episode diare. Sekarang,

dengan semakin berkembangnya teknik diagnostik, dapat ditemukan agen penyebab

dalam 60-80%.3 Sebagian besar penyebab infeksi diare adalah Rotavirus, disamping

virus lainnya seperti Norwalk Like Virus, Enteric Adenovirus, Astovirus, dan

Calicivirus. Beberapa patogen bakteri seperti Salmonella, Shigella, Yersinia,

Campylobacter, dan beberapa strain khusus E.Coli. Beberapa parasit yang sering

menyebabkan diare meliputi Giardia, Crytosporidium, dan Entamoeba Histolytica.1, 2, 3

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :

1.    Faktor infeksi

a.    Infeksi enteral yaitu : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama

pada anak. Infeksi enteral meliputi :

  Infeksi bakteri : Vibrio, E coli, Salmonela, Shigella, Campylobacter,

Yersinia, aeromonas dan sebagainya.

 Infeksi Virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, astovirus dan lain-lain.

  Infeksi parasit : Cacing (ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa (E. Histolytica, Giardia

lambia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans).

b.    Infeksi paraenteral yaitu : infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti

Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopnemonie, Enchepalitis dan

sebagainya.

2.    Faktor Malabsopsi

a.    Malabsobsi karbohidrat

b.    Malabsobsi lemak

c.    Malabsobsi protein

3.    Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4.    Faktor Psikologis : rasa takut dan  cemas, walaupun jarang menimbulkan

diare terutama pada anak besar.

E.       PATOGENESIS

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah : 1, 2, 4

1.    Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus

untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2.    Gangguan sekresi

15

Page 16: Case DADS Taufiq

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul

karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3.    Gangguan motilitas usus

            Hiperperistaltik akan mengakibatkan kesempatan usus untuk menyerap

makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare.

F.        PATOFISIOLOGI

Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab

diare. Virus dapat secara langsung merusak villi usus halus sehingga mengurangi luas

permukaan usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan

terhambatnya perkembangan normal villi enterocytes dari usus kecil dan perubahan

dalam struktur dan fungsi epitel. Perubahan ini menyebabkan malabsorbsi dan motilitas

abnormal dari usus selama infeksi rotavirus

Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri

non invasive (vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus,

berkembang dan kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan

lendir), kemudian bakteri akan masuk ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan

B, lalu mengeluarkan cAMP yang akan merangsang sekresi cairan usus dan

menghambat absorpsi tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan

meningkat, dinding usus teregang, kemudian terjadilah diare.

Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive, campylobacter)

mengakibatkan ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon

inflamasi. Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular baik di dalam usus

maupun di luar usus. Enterotoksin Escherichia coli yang tahan panas akan mengaktifkan

adenilat siklase, sedangkan toksin yang tidak tahan panas mengaktifkan guanilat siklase.

E.coli enterohemoragik dan Shigella menghasilkan verotoksin yang menyebabkan

kelainan sistemik seperti kejang dan sindrom hemolitik uremik 1, 2, 5

Sebagai akibat diare akut maupun kronik akan terjadi :

1.    Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi kehilangan air (output ) lebih banyak daripada pemasukan (input),

2.    Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)

Terjadi karena :

a.    Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja

b.    Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton

tertimbun dalam tubuh.

c.    Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan.

d.   Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh

ginjal (terjadi oliguria/anuria).

16

Page 17: Case DADS Taufiq

e.    Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

     Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan, pernafasan

bersifat cepat, teratur dan dalam (pernafasanKuszmaull)

3.    Hipoglikemia

Hal ini terjadi karena :

a.    Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.

b.    Adanya gangguan absopsi glukosa (walaupun jarang).

Gejala hipoglikemi akan muncul jika kada glukosa darah menurun sampai 40 mg%

pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemi tersebut dapat berupa:

lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.

4.    Gangguan Gizi

Hal ini disebabkan :

a.    Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan / muntahnya akan

bertambah hebat.

b.    Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer

ini diberikan terlalu lama.

c.    Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsopsi dengan baik karena

adanya hiperperistaltik.

5.    Gangguan sirkulasi

       Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi

darah berupa renjatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan

terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak,

kesadaran menurun (soporokomatosa) dan bila tidak segera ditolong penderita dapat

meninggal.6

Semua akibat diare cair diakibatkan karena kehilangan air dan elektrolit tubuh

melalui tinja. Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya karena dapat

menyebabkan volume darah (hipovolemia), kolaps kardiovaskular dan kematian bila

tidak diobati dengan tepat. Ada tiga macam dehidrasi. 1,6

1)    Dehidrasi isotonik

            Ini adalah dehidrasi yang sering terjadi karena diare. Hal ini terjadi bila

kehilangan air dan natrium dalam proporsi yang sama dengan keadaan normal dan

ditemui dalam cairan ekstraseluler.

2)    Dehidrasi Hipertonik

            Beberapa anak yang diare, terutama bayi sering menderita dehidrasi

hipernatremik. Pada keadaan ini didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan natrium.

Bila dibandingkan dengan proporsi yang biasa ditemukan dalam cairan ekstraseluler

dan darah. Ini biasanya akibat dari pemasukan cairan hipertonik pada saat diare yang

tidak di absopsi secara efisien dan pemasukan air yang tidak cukup.

3)    Dehidrasi Hipotonik

17

Page 18: Case DADS Taufiq

            Anak dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau yang mendapat

infus 5 % glukosa dalam air, mungkin bisa menderita hiponatremik. Hal ini terjadi

karena air diabsopsi dari usus sementara kehilangan garam (NaCl ) tetap berlangsung

dan menyebabkan kekurangan natrium dan kelebihan air.6

G.      GEJALA KLINIS

       Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,

nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair,

mungkin mengandung darah dan/ atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-

hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet

karena tinja makin lama makin menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang

terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.

Gejala Klinik

Rotavirus Shigella Salmonella E.coli enterotoksigenik

E.coli enteroinvasif

cholerae

Mual muntah

sering jarang sering + - sering

Panas + ++ ++ - ++ -

Nyeri perut Tenesmus Tenesmus kolik

Tenesmus kolik

Kadang2 Tenesmus kolik

Kolik

Gejala lain Sering distensi abdomen

Pusing, dapat ada kejang

Hipotensi Pusing, bakterimia, toksemia sistemik

Sifat tinja :

Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak

Frekuensi 5-10 x >10 x Sering Sering Sering Terusmenerus

Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair

Darah - Sering  Kadang - + -

18

Page 19: Case DADS Taufiq

 Bau -  - Busuk Tdk spesifik - Amis

Warna Kuning Hijau

Merah Hijau

Hijau Tak berwarna

Merah-Hijau

seperti cucian beras

Leukosit - + + - - -

Sifat lain Anoreksia Kejang Sepsis Meteorismus Infeksi sisitemik

-

H.      DIAGNOSIS

1.      Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare,

frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila

disertai muntah : volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, atau tidak

kencing dalam 6-8 jam terkhir. Makanan dan minuman yang diberian selama

diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai sepert batuk, pilek, otitis

media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama aank diare: memberi

oralit, membawa berobat ke puskemas atau rumah sakit dan obat – obatan

yang diberikan serta riwayat imuisasinya.

2.  Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut

jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama

dehidrasi : kesadara, rasa haus dan turgor kulitabdomen dan tanda-tanda tambahan

lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidak

adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan dan lidah kering atau basah.

Pernafasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising

usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemerksaan ekstrimitas

perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi

             Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi

berdasarkan :

1.        Kehilangan berat badan

a.       Tanpa dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan < 3 %.

b.    Dehidrasi ringan- sedang, bila terjadi penurunan berat badan 3 - 9%.

c.   Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan > 9 %.

2.        Derajat dehidrasi.1

Menurut MMWR 2003

19

Page 20: Case DADS Taufiq

<><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><><>simptom Tanpa

dehidrasi

Dehidrasi ringan-sedang

Dehidrasi berat

Kesadaran Normal, gelisah, lelah, irritable

Apatis, letargi, tidak sadar

Denyut jantungNormal Normal – meningkat Takikardi, bradikardi pada kasus berat

Kualitas nadiNormal Normal – melemah Lemah, kecil, tidak teraba

Pernafasan Normal Normal – cepat Dalam

Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong

Air Mata Berkurang Tidak ada

Mulut dan lidahBasah Kering Sangat kering

Cubitan kulitsegera kembali Kembali < 2’ Kembali > 2’

Capillary refillNormal Memanjang Memanjang, minimal

EkstremitasHangat Dingin Dingin, sianotik

kencing Normal Berkurang minimal

Menurut WHO (1995).1

Tanda dan Gejala Dehidrasi ringan Dehidrasi

sedang

Dehidrasi berat

Lihat:

Keadaan umum 

-  Mata

-  Air mata  

-  Mulut dan lidah

-  Rasa haus

Periksa:

Turgor kulit

Baik, sadar

Normal

Ada

Basah

Minum biasa,

tidak haus

Kembali cepat

Gelisah, rewel

Cekung

Tidak ada

Kering

Haus, ingin

minum banyak

Kembali

lambat

Lesu, lunglai atau

tidak sadar

Sangat cekung

Kering

Sangat kering

Malas minum atau

tidak bisa minum

Kembali sangat

lambat

20

Page 21: Case DADS Taufiq

I.         PEMERIKSAAN LABORATORIUM

       Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis (kausal)

yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang

perlu dikerjakan :1

1.    Pemeriksaam tinja

a.    Makroskopis dan mikroskopis.

b.    Biakan kuman untuk mencari kumam penyebab.

c.    Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika.

d.   pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga

terdapat intoleransi glukosa.

2.    Pemeriksaan darah

Darah lengkap, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap

antibiotik

3.    Pemeriksaan Elektrolit

     Terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada

penderita yang disertai kejang).

4.    Pemeriksaan urin

     Urin lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik

J.         KOMPLIKASI

   Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi

berbagai macam komplikasi seperti:3,6

1.    Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

2.    Renjatan hipovolemik.

3.    Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan

pada elektrokardiogram).

4.    Hipoglikemi

5.    Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan

vili mukosa usus halus.

6.    Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.

7.    Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami

kelaparan.

K.      PENATALAKSANAAN

Terdapat lima lintas tatalaksana, yaitu :1

1.                  Rehidrasi

2.                  Dukungan nutrisi

21

Page 22: Case DADS Taufiq

3.                  Suplementasi Zinc

4.                  Antibiotik selektif

5.                  Edukasi orang tua

1. Rehidrasi

1)   Rencana Terapi A : Diare Tanpa Dehidrasi

                 Terapi dilakukan di rumah.  Menerangkan 4 cara terapi diare di rumah :

a)         Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi

b)         Berikan tablet Zinc.  Dosis yang digunakan untuk anak-anak :

•             Anak dibawah usia 6 bulan                         : 10 mg (½ tablet) per hari

•      Anak diatas usia 6 bulan     : 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, walaupun anak sudah sembuh.  Cara

pemberian tablet zinc pada bayi, dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau

oralit.  Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air

matang atau oralit.

c)         Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.

•      Teruskan ASI / berikan susu PASI

•      Bila anak 6 bulan / lebih, atau telah mendapatkan makanan padat :

-          Berikan bubur, bila mungkin campur dengan kacang-kacangan, sayur, daging /

ikan.  Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur sop tiap porsi

-          Berikan sari buah / pisang halus untuk menambah kalium

-          Berikan makanan segar, masak dan haluskan / tumbuk dengan baik

-          Bujuklah anak untuk makan

-          Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan makanan tambahan

setiap hari selama 2 minggu

d)        Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau

menderita sebagai berikut :

      Buang air besar cair lebih sering

      Muntah terus menerus

      Rasa haus yang nyata

      Makan atau minum sedikit

      Demam

      Tinja berdarah

Anak harus diberi oralit dirumah apabila :

•       Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C

•       Tidak dapat kembali ke petugas kesehatan bila diare memburuk

•       Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke petugas

kesehatan merupakan kebijakan pemerintah.

Berikan oralit formula baru sesuai ketentuan yang benar.

Formula oralit baru yang berasal dari WHO dengan komposisi sbb :

22

Page 23: Case DADS Taufiq

Natrium                : 75 mmol/L

Klorida                 : 65 mmol/L

Glukosa, anhidrous          : 75 mmol/L

Kalium                             : 20 mmol/L

Sitrat                                : 10 mmol/L

Total Osmolaritas : 245 mmol/L

Ketentuan pemberian oralit formula baru :

•       Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru.

•       Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 L air matang, untuk persediaan 24

jam.

•       Berikan larutan oralit pada anak setiap kali BAB, dengan ketentuan sebagai berikut :

-       Untuk anak usia < 2 tahun :           berikan 50-100 mL tiap kali buang air.

-       Untuk anak usia > 2 tahun :           berikan 100-200 mL tiap kali buang air.

•       Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan itu

harus dibuang.

2)   Rencana Terapi B : Diare Dengan Dehidrasi Tidak Berat

Pada dehidrasi tidak berat, cairan rehidrasi oral diberikan dengan pemantauan yang

dilakukan di Pojok Upaya Rehidrasi Oral selama 4-6 jam. Ukur jumlah rehidrasi oral

yang akan diberikan selama 4 jam pertama.

Usia < 4 bln 4 –  11 bln12 – 23

bln  2 - 4 thn 5 – 14 thn

≥ 15

thn

BB < 5 kg 5 – 7,9 kg8 – 10,9

kg

 11 –  15,9

kg16 – 29,9 kg

≥ 30

kg

Jmlh200 – 400

ml

400 –  600

ml

600 – 800

ml

 800 – 1200

ml

1200 – 2200

ml

2200 –

4000

ml

Jika anak minta minum lagi, berikan.

a.    Tunjukkan kepada orang tua bagaimana cara memberikan rehidrasi oral

      Berikan minum sedikit demi sedikit.

      Jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjutkan kembali rehidrasi oral perlahan.

      Lanjutkan ASI kapanpun anak minta.

b.    Setelah 4 jam :

      Nilai ulang derajat dehidrasi anak.

      Tentukan tatalaksana yang tepat unuk melanjutkan terapi.

23

Page 24: Case DADS Taufiq

      Mulai beri makan anak di klinik.

c.    Bila ibu harus pulang sebelum rencana terapi B :

      Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam 3 jam dirumah.

      Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam Rencana

Terapi A.

      Jelaskan 4 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah

-       Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya.

-       Beri tablet zinc.

-       Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.

-       Kapan anak harus dibawa kembali ke petugas kesehatan.

2. Dukungan Nutrisi

Makanan tetap diteruskan sesuai usia anak dengan menu yang sama pada aktu anak

sehat sebagai pengganti nutrisi yang hilang, serta mencegah tidak terjadi gizi

buruk.  ASI tetap diberikan pada diare cair akut (maupun pada diare akut berdarah) dan

diberikan dengan frekuensi lebih sering dari biasanya.

3.    Suplementasi Zinc

Pemakaian zinc sebagai obat pada diare didasarkan pada alasa ilmiah bahwa zinc

mempunyai efek pada fungsi kekebalan saluran cerna dan berpengaruh pada fungsi dan

struktur saluran cerna serta mempercepat proses penyembuhan epitel selama diare.

Kekurangan zinc ternyata sudah pandemik pada anak anak di negara sedang

berkembang. Zinc telah diketahui berperan dalam metallo-enzymes, polyribosomes,

membran sel, fungsi sel, dimana hal ini akan memacu pertumbuhan sel dan

meningkatkan fungsi sel dalam sistem kekebalan. Perlu diketahui juga bahwa selama

diare berlangsung zinc hilang bersama diare sehingga hal ini bisa memacu kekurangan

zinc ditubuh.

Bukti bukti yang telah disebar luaskan dari hasil penelitian bahwa zinc bisa

mengurangi lama diare sampai 20% dan juga bisa mengurangai angka kekambuhan

sampai 20%. Bukti lain mengatakan dengan pemakaian zinc bisa mengurangi jumlah

tinja sampai 18-59%. Dari bukti-bukti juga dikatakan tidak ada efek samping pada

penggunaan zinc, jika ada ditemukan hanya gejala muntah.

Pada penelitian selanjutkan didapatkan bahwa zinc bisa digunakan sebagai obat

pada diare akut, diare persisten, sebagai pencegahan diare akut dan persisten serta diare

berdarah. Dalam penelitian biaya untuk diare dengan menggunakan zinc dikatakan zinc

bisa menekan biaya untuk diare. Pemberian zinc untuk pengobatan diare bisa menekan

penggunaan antibiotik yang tidak rasional. 1,3,6

Efek zinc antara lain sebagai berikut :

•       Zinc merupakan kofaktor enzim superoxide dismutase (SOD).  SOD akan merubah

anion superoksida (merupakan radikal bebas hasil sampingan dari proses sintesis ATP

yang sangat kuat dan dapat merusak semua struktur dalam sel) menjadi H2O2, yang

24

Page 25: Case DADS Taufiq

selanjutnya diubah menjadi H2O dan O2 oleh enzim katalase.  Jadi SOD sangat

berperan dalam menjaga integritas epitel usus.

•       Zinc berperan sebagai anti-oksidan, ‘berkompetisi’ dengan tembaga (Cu) dan besi

(Fe) yang dapat menimbulkan radikal bebas.

•       Zinc menghambat sintesis Nitric Oxide (NO).  Dengan pemberian zinc, diharapkan

NO tidak disintesis secara berlebihan sehingga tidak terjadi kerusaan jaringan dan tidak

terjadi hipersekresi.

•       Zinc berperan dalam penguatan sistem imun.

•       Zinc berperan dalam menjaga keutuhan epitel usus, berperan sebagai kofaktor

berbagai faktor transkripsi sehingga transkripsi dalam sel usus dapat terjaga.

4.    Antibiotik Selektif

     Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut, kecuali dengan indikasi yaitu pada

diare berdarah dan kolera.

5.         Edukasi Orang Tua

            Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja

berdarah, muntah berulang, makan / minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering,

atau belum membaik dalam tiga hari.  Indikasi rawat inap pada penderita diare akut

berdarah adalah malnutrisi, usia kurang dari satu tahun, menderita campak pada 6 bulan

terakhir, adanya dehidrasi dan disentri yang datang sudah dengan komplikasi.

L.       PROBIOTIK

Probiotik adalah mikroorganisme hidup, yang jika diberikan dalam jumlah yang

adekuat akan memberi keuntungan menyehatkan pada individu.2

Pemberian makan disertai susu fermentasi yang mengandung lactobacillus casei

atau lactobacillus acidophilus dapat memproduksi imunostimulasi pada host dengan

mengaktivasi makrofag dan limfosit. Hal ini berhubungan dengan bahan yang

diproduksi oleh organisme-organisme ini selama proses fermentasi yaitu beberapa

bahan metabolit, peptide dan enzim.2

Pada anak dengan malnutrisi, diare akut menyebabkan perubahan keseimbangan

mikroflora secara drastis, pada kasus ini pemberian produk yang difermentasi dapat

membantu rekolonisasi.

Susu formula bayi yang mengandung Bifidobacterium lactis atau Lactobacillus

reuteri, dapat menurunkan resiko diare, gejala gangguan saluran pernapasan, demam

dan parameter kelainan lainnya. Anak-anak yang mempunyai resiko terhadap penyakit

ini seperti anak-anak di TPA, dapat diberikan formula probiotik profilaksis secara

teratur. Beberapa penulis melaporkan adanya penurunan episode penyakit dan jumlah

hari kesakitan akibat diare dan demam.

25

Page 26: Case DADS Taufiq

Pada saluran cerna manusia, probiotik menginduksi kolonisasi dan dapat tumbuh

secara in situ di lambung, duodenum dan ileum. Pada epitel ileum manusia,

mikroorganisme ini dapat menginduksi aktivitas immunomodulatory, termasuk

pengambilan CD4+ T Helper cells. Probiotik menginduksi sistem imun, produksi

musin, down regulation dari respon inflamasi, sekresi bahan antimikroba, pengaturan

permeabilitas usus, mencegah perlekatan bakteri patogen pada mukosa, stimulasi

produksi immunoglobulin dan mekanisme probiotik lainnya.

Enzim akan memproduksi bakteri asam laktat yang dapat mempengaruhi proses

metabolisme host. Yogurt mempunyai aktivitas laktase yang tinggi, yang dapat

membantu keadaan malabsorbsi laktosa. Selama proses fermentasi susu, secara umum,

mikroorganisme akan menggunakan laktosa sebagai substrat. Hasilnya, konsentrasi

laktosa dalam yogurt akan lebih rendah daripada susu yang tidak difermentasi.

Malabsorbsi laktosa dapat mempengaruhi mekanisme diare dengan memproduksi

tekanan osmotic intraluminal sehingga mendorong air dan elektrolit ke dalam lumen

usus, akibatnya karbohidrat yang tidak diabsorbsi dapat menyebabkan kolonisasi bakteri

di usus kecil.

Dosis probiotik yang dianjurkan adalah 10 pangkat 7 hingga 10 pangkat 9.

Rekomendasi dari Mitsuoka untuk bakteri Lactobacillus memang sekitar 10 pangkat 6.

Jika kita memberikan kurang dari itu, maka proses keseimbangan tidak tercapai yang

berarti tidak bisa disebut probiotik. Oleh karena itu, preparat probiotik Lactobacillus

umumnya diberikan pada dosis 10 pangkat 7 hingga pangkat 9.

M.     PENCEGAHAN DIARE

Upaya pencegahan diare :   4,6

1.    Penggunaan ASI

     Feachem dan koblinsky (1983) telah mengumpulkan data penelitian dari 14 negara

mengenai dampak pemberian ASI terhadap morbiditas dan mortalitas dan

menyimpulkan bahwa peningkatan penggunaan ASI akan menurunkan morbiditas

sebesar 6-20 % dan mortalitas 24 – 27 % selama 6 bulan pertama kehidupan. Untuk

bayi dan anak balita penurunan morbiditas sebesar 1-4 % dan mortalitas 8 – 9 %.

2.    Perbaikan pola penyapihan

     Hal ini disebabkan karena (1) tercemarnya makanan dan minuman oleh bakteri, (2)

rendahnya kadar kalori dan protein, (3) tidak tepatnya pemberian makanan, (4) kurang

sabarnya ibu memberikan makanan secara sedikit-sedikit tetapi sering.

3.    Perbaikan higiene perorangan

     Amerika serikat menunjukKan bahwa kebiasaan mencuci sebelum makan,

dan sebelum masak dan setelah buang air kecil atau buang air besar dapat menurunkan

morbiditas diare sebesar 14 – 48% .2

26

Page 27: Case DADS Taufiq

DAFTAR PUSTAKA

1. Juffire M, Sri Supar dkk. Buku ajar Gastroenterologi-Hepatologi. UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2011

2. Diare pada Anak. [ update 2011 mar 10, citied 2011 mar 20.00 WIB] Available From: http://www.docstoc.com/docs/36661392/Diare-pada-anak

3. Juffire M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi

IDAI. 20094. Kandun, NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat dalam kumpulan makalah Kongres nasional II BKGA.I juli 2003

5. Latief,Abdul et al. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1.Cetakan X.

FKUI. Jakarta: 2002. Hlm 283-294.6. Panduan Pelayanan medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Nasional DR. Cipto Mangunkusumo. Jakarta. 2007

27