case bell's palsy

Upload: chemy-wiryawan-cahyono

Post on 19-Oct-2015

62 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    1/23

    1

    Case Report Session

    BELLS PALSY

    Lavennia Thirunavakarasu

    0810314288

    Preseptor:

    Prof.DR.dr. Darwin Amir, Sp.S (K)

    BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

    RSUP DR. M. DJAMIL

    PADANG

    2014

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    2/23

    2

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Bells palsy merupakan paresis nervus fasialis perifer yang penyebabnya

    tidak diketahui (idiopatik) 1,2,3dan bersifat akut.4 Banyak yang mencampuradukkan

    antara Bells palsy dengan paresis nervus fasialis perifer lainnya yang penyebabnya

    diketahui.1

    Biasanya penderita mengetahui kelumpuhan fasialis dari teman atau keluarga

    atau pada saat bercermin atau sikat gigi/berkumur. Pada saat penderita menyadari

    bahwa ia mengalami kelumpuhan pada wajahnya, maka ia mulai merasa takut, malu,

    rendah diri, mengganggu kosmetik dan kadangkala jiwanya tertekan terutama pada

    wanita dan pada penderita yang mempunyai profesi yang mengharuskan ia untuk

    tampil di muka umum. Seringkali timbul pertanyaan didalam hatinya, apakah

    wajahnya bisa kembali secara normal atau tidak.1,2,5

    Rehabilitasi medik pada penderita Bells palsy diperlukan dengan tujuan

    membantu memperlancar vaskularisasi, pemulihan kekuatan otot-otot fasialis dan

    mengembalikan fungsi yang terganggu akibat kelemahan otot-otot fasialis sehingga

    penderita dapat kembali melakukan aktivitas kerja sehari-hari dan bersosialisasi

    dengan masyarakat.

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    3/23

    3

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 DEFINISI

    Bells palsy adalah kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-supuratif,

    non-neoplasmatik, non-degeneratif primer namun sangat mungkin akibat edema

    jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal

    dari foramen tersebut, yang mulanya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa

    pengobatan.6,7

    2.2EPIDEMIOLOGIDi Indonesia, insiden Bells palsy secara pasti sulit ditentukan. Data yang

    dikumpulkan dari 4 buah Rumah sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bells

    palsy sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 21

    30 tahun. (Bells Palsy) sekitar 20-30 kasus per 100.000 penduduk pertahun,

    sekitar 60-75% dari semua kasus merupakan paralysis nervus fasialis unilateral

    Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Tidak didapati perbedaan insiden

    antara iklim panas maupun dingin, tetapi pada beberapa penderita didapatkan

    adanya riwayat terpapar udara dingin atau angin berlebihan.1

    2.3 ETIOLOGI

    Banyak kontroversi mengenai etiologi dari Bells palsy, tetapi ada 4 teori

    yang dihubungkan dengan etiologi Bells palsy yaitu :1,5

    Teori Iskemik vaskulerNervus fasialis dapat menjadi lumpuh secara tidak langsung karena gangguan

    regulasi sirkulasi darah di kanalis fasialis.

    Teori infeksi virusVirus yang dianggap paling banyak bertanggungjawab adalah Herpes Simplex

    Virus (HSV), yang terjadi karena proses reaktivasi dari HSV (khususnya tipe 1).

    Teori herediter

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    4/23

    4

    Bells palsy terjadi mungkin karena kanalis fasialis yang sempit pada keturunan

    atau keluarga tersebut, sehingga menyebabkan predisposisi untuk terjadinya

    paresis fasialis.

    Teori imunologiDikatakan bahwa Bells palsy terjadi akibat reaksi imunologi terhadap infeksi

    virus yang timbul sebelumnya atau sebelum pemberian imunisasi.

    2.4 PATOFISIOLOGI

    Apapun sebagai etiologi Bells palsy, proses akhir yang dianggap

    bertanggungjawab atas gejala klinik Bells palsy adalah proses edema yang

    selanjutnya menyebabkan kompresi nervus fasialis. Gangguan atau kerusakan

    pertama adalah endotelium dari kapiler menjadi edema dan permeabilitas kapiler

    meningkat, sehingga dapat terjadi kebocoran kapiler kemudian terjadi edema pada

    jaringan sekitarnya dan akan terjadi gangguan aliran darah sehingga terjadi hipoksia

    dan asidosis yang mengakibatkan kematian sel. Kerusakan sel ini mengakibatkan

    hadirnya enzim proteolitik, terbentuknya peptida-peptida toksik dan pengaktifan

    kinin dan kallikrein sebagai hancurnya nukleus dan lisosom. Jika dibiarkan dapat

    terjadi kerusakan jaringan yang permanen.

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    5/23

    5

    2.5 GAMBARAN KLINIS

    Biasanya timbul secara mendadak, penderita menyadari adanya kelumpuhan

    pada salah satu sisi wajahnya pada waktu bangun pagi, bercermin atau saat sikat

    gig/berkumur atau diberitahukan oleh orang lain/keluarga bahwa salah satu sudutnya

    lebih rendah.Bells palsy hampir selalu unilateral.Gambaran klinis dapat berupa

    hilangnya semua gerakan volunter pada kelumpuhan total. Pada sisi wajah yang

    terkena, ekspresi akan menghilang sehingga lipatan nasolabialis akan menghilang,

    sudut mulut menurun, bila minum atau berkumur air menetes dari sudut ini, kelopak

    mata tidak dapat dipejamkan sehingga fisura papebra melebar serta kerut dahi

    menghilang. Bila penderita disuruh untuk memejamkan matanya maka kelopak mata

    pada sisi yang lumpuh akan tetap terbuka (disebut lagoftalmus) dan bola mata

    berputar ke atas. Keadaan ini dikenal dengan tanda dariBell (lagoftalmus disertai

    dorsorotasi bola mata). Karena kedipan mata yang berkurang maka akan terjadi

    iritasi oleh debu dan angin, sehingga menimbulkan epifora.1,6 Dalam

    mengembungkan pipi terlihat bahwa pada sisi yang lumpuh tidak

    mengembung.6Disamping itu makanan cenderung terkumpul diantara pipi dan gusi

    sisi yang lumpuh.1Selain kelumpuhan seluruh otot wajah sesisi, tidak didapati

    gangguan lain yang mengiringnya, bila paresisnya benar-benar bersifat Bells

    palsy.6

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    6/23

    6

    2.6 DIAGNOSIS

    Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa serta beberapa pemeriksaan

    fisik, dalam hal ini yaitu pemeriksaan neurologis.

    Anamnesa :

    Rasa nyeri. Gangguan atau kehilangan pengecapan. Riwayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang dilakukan pada malam hari di

    ruangan terbuka atau di luar ruangan.

    Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita seperti infeksi saluranpernafasan, otitis, herpes, dan lain-lain.

    Pemeriksaan :

    Pemeriksaan neurologis ditemukan paresis N.VII tipe perifer. Gerakan volunter yang diperiksa, dianjurkan minimal : 6,8

    M. Frontalis M. Sourcilier M. Piramidalis M. Orbikularis Okuli M. Zigomatikus M. Relever Komunis M. Businator M. Orbikularis Oris M. Triangularis M. Mentalis

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    7/23

    7

    Tonus otot Pada keadaan istirahat tanpa kontraksi maka tonus otot menentukan terhadap

    kesempurnaan mimic / ekspresi muka.

    SISTEM FREYS Tonus yang jelek memberikan gambaran prognosis yang jelek.

    Gustatometri

    Sistem pengecapan pada 2/3 anterior lidah PENILAIAN

    perbedaan ambang rangsang antara kanan dan kiri. Freyss menetapkanbahwa beda 50% antara kedua sisi adalah patologis.

    Salivasi dilakukan dengan melakukan kanulasi kelenjar submandibularis. Berkurangnya aliran ludah sebesar 25 % dianggap abnormal.

    Schimer Test atau Naso-Lacrymal Reflex Tes Schimer dilakukan untuk menilai fungsi lakrimasi dari mata Freys menyatakan bahwa kalau ada beda kanan dan kiri lebih atau sama

    dengan 50% dianggap patologis

    Refleks Stapedius menggunakan elektoakustik impedans meter dengan cara memberikan

    ransangan pada muskulus stapedius yang bertujuan untuk menilai fungsi N.

    stapedius cabang N.VII

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    8/23

    8

    Sinkinesis menentukan suatu komplikasi dari kelumpuhan saraf fasialis yang sering kita

    jumpai.

    memejamkan mata kuat-kuat tertawa lebar sambil memperlihatkan gigi, waktu penderita berbicara

    Hemispasme suatu komplikasi yang sering dijumpai pada penyembuhan kelumpuhan

    fasialis yang berat.

    melakukan gerakan-gerakan bersahaya seperti mengedip-ngedipkan mataberulang-ulang maka bibir akan jelas tampak gerakan otot-otot pada sudut

    bibir bawah atau sudut mata bawah.

    Uji audiologik hantaran udara dan hantaran tulang, timpanometri reflex stapes

    1.Skala UGO FISCH untuk mengevaluasi kemajuan motorik penderita Bells

    palsy.Dinilai kondisi simetris atau asimetris antara sisi sehat dan sisi sakit pada

    5 posisi :

    Posisi NilaiPersentase (%)

    0, 30, 70, 100Skor

    Istirahat 20

    Mengerutkan dahi 10

    Menutup mata 30

    Tersenyum 30

    Bersiul 10

    Total

    Penilaian persentase :

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    9/23

    9

    - 0 % : Asimetris komplit, tidak ada gerakan volunter- 30 % : Simetris, poor/jelek, kesembuhan yang ada lebih dekat ke asimetris

    komplit daripada simetris normal.

    - 70 % : Simetris, fair/cukup, kesembuhan parsial yang cenderung ke arahnormal

    - 100% : Simetris, normal/komplit

    2.Sistem Freys

    3.Gradasi fungsi saraf fasialis menurut House-Brackmann

    I. Normal

    II. Disfungsi Ringan

    III. Disfungsi Sedang

    IV. Disfungsi Sedang Berat

    V. Disfungsi Berat

    VI. Paralisis Total

    DiagnosisKlinis :

    Ditegakkan dengan adanya paresis N.VII perifer dan bukan sentral. Umumnya

    unilateral

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    10/23

    10

    DiagnosisTopik :

    Letak LesiKelainan

    motorik

    Gangguan

    pengecapan

    Gangguan

    pendengaran

    Hiposekresi

    saliva

    Hiposekresi

    lakrimalis

    Pons-meatus

    akustikus internus + + +tuli/hiperakusis

    + +

    Meatus akustikus

    internus-ganglion

    genikulatum+ +

    +

    Hiperakusis+ +

    Ganglion

    genikulatum-N.

    Stapedius

    + ++

    Hiperakusis+ -

    N.stapedius-chorda tympani

    + + + + -

    Chorda tympani + + - + -

    Infra chorda

    tympani-sekitar

    foramen

    stilomastoideus

    + - - - -

    Diagnosisetiologi :

    Sampai saat ini etiologi Bells palsy yang jelas tidak diketahui.

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    11/23

    11

    2.7 DIAGNOSIS BANDING

    Herpes zoster- Gejala klinis sama dengan Bells Palsy, dengan perbedaan ada lesi atau

    vesikel dekat telinga dan ada gangguan pendengaran

    Penyakit Lyme- menunjukkan gejala mirip Bells Palsy, dan dapat dibedakan dengan mencari

    antibody speisifik penyakit Lyme

    stroke tumor otak

    2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Elektromiografi (EMG) Elektroneuronografi (ENOG) Uji Stimulasi Maksimal PEMERIKSAAN LABOR MRI CT-SCAN

    2.9 PROGNOSIS9

    Sembuh spontan pada 75-90 % dalam beberapa minggu atau dalam 1-2 bulan.

    Kira-kira 10-15 % sisanya akan memberikan gambaran kerusakan yang permanen.

    2.10 KOMPLIKASI

    Crocodile tear phenomenonYaitu keluarnya air mata pada saat penderita makan makanan.Ini timbul beberapa

    bulan setelah terjadi paresis dan terjadinya akibat dari regenerasi yang salah dari

    serabut otonom yang seharusnya ke kelenjar saliva tetapi menuju ke kelenjar

    lakrimalis. Lokasi lesi di sekitar ganglion genikulatum.1

    SynkinesisDalam hal ini otot-otot tidak dapat digerakkan satu per satu atau tersendiri; selalu

    timbul gerakan bersama. Misal bila pasien disuruh memejamkan mata, maka

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    12/23

    12

    akan timbul gerakan (involunter) elevasi sudut mulut, kontraksi platisma, atau

    berkerutnya dahi.1,4Penyebabnya adalah innervasi yang salah, serabut saraf yang

    mengalami regenerasi bersambung dengan serabut-serabut otot yang salah.1

    Hemifacial spasmTimbul kedutan pada wajah (otot wajah bergerak secara spontan dan tidak

    terkendali) dan juga spasme otot wajah, biasanya ringan.1,4Pada stadium awal

    hanya mengenai satu sisi wajah saja, tetapi kemudian dapat mengenai pada sisi

    lainnya. Kelelahan dan kelainan psikis dapat memperberat spasme ini.

    Komplikasi ini terjadi bila penyembuhan tidak sempurna, yang timbul dalam

    beberapa bulan atau 1-2 tahun kemudian.1

    KontrakturHal ini dapat terlihat dari tertariknya otot, sehingga lipatan nasolabialis lebih

    jelas terlihat pada sisi yang lumpuh dibanding pada sisi yang sehat.Terjadi bila

    kembalinya fungsi sangat lambat. Kontraktur tidak tampak pada waktu otot

    wajah istirahat, tetapi menjadi jelas saat otot wajah bergerak.4

    2.11 TERAPI

    Terapi medikamentosa :Golongan kortikosteroid sampai sekarang masihkontroversi. 1,2,3Juga dapat diberikan neurotropik.

    3

    Rehabilitasi Medik; fisioterapi Heat Theraphy, Face Massage, Facial ExerciseElectrical Stimulation

    Operasi ; dilakukan segera jika terdapt gangguan hantaran berat atau sudahterjadi denervasi total,dengan teknik dekompresi saraf fasialis transmastoid

    Pengobatan sekuele;Depresi,Nyeri,Perawatan Mata

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    13/23

    13

    BAB 3

    LAPORAN KASUS

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Ny. K

    Umur : 59 Tahun

    Pekerjaan : Guru

    Alamat : Lubuk Buaya

    No. MR : 861098

    ANAMNESA

    Seorang pasien wanita, usia 59 tahun, datang ke poliklinik neurologi RSUP dr. M.

    Djamil pada tanggal 10 maret 2014 dengan :

    Keluhan Utama : Kelopak mata kiri tidak dapat menutup

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Kelopak mata kiri tidak dapat menutup sempurna bila dipejamkan sejak 2hariyang lalu.Pasien juga tidak mampu mengerutkan dahi dan menaikkan alis mata

    kiri. Keluhan ini diikuti dengan wajah sebelah kiri terasa tebal dan pengecapan

    pada lidah bagian kiri berkurang.

    Pasien mengaku tiba-tiba mulut tampak mencong ke kanan sejak 2 hari yanglalu.Pasien kemudian menyadari mulut tampak mencong ke kiri. Apabila

    tersenyum, bibir bagian kiri terlihat lebih datar dibandingkan dengan bibir bagian

    kanan.

    Sebelumnya, pasien merasakan nyeri di bagian belakang telinga kiri. Nyeridirasakan terus-menerus dan tidak menjalar. Keluhan ini awalnya tidak terlalu

    mengganggu pasien sehingga pasien tidak berobat ke dokter. Riwayat keluar

    cairan berbau dari telinga kiri disangkal.

    Keluhan terus-menerus mengeluarkan air liur disangkal. Keluhan mendengarsuara lemah menjadi keras atau tidak tahan mendengar suara keras disangkal.

    Adanya gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, telinga terasa berdenging,

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    14/23

    14

    dan sempoyongan disangkal. Mual tidak ada, muntah tidak ada. Bicara pelo tidak

    ada. Kelemahan tubuh sesisi tidak ada.

    Kebiasaan terkena terpaan angin atau udara dingin secara langsung pada bagiantubuh (mengendarai motor tanpa helm full faceatau dengan kaca yang dibiarkan

    terbuka) diakui pasien.

    Riwayat Penyakit Dahulu:

    Riwayat tekanan darah tinggi disangkal. Riwayat penyakit diabetes tidak diketahui. Riwayat trauma wajah maupun kepala disangkal. Gejala serupa tidak pernah pernah terjadi sebelumnya.

    Riwayat Penyakit Keluarga:

    Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit seperti ini. Tidak ada keluarga pasien yang menderita hipertensi, DM, stroke, dan penyakit

    jantung.

    Riwayat Pribadi dan Sosial :

    Pasien seorang guru SMA. Kebiasaan merokok dan minum kopi disangkal pasien. Pasien jarang berolahraga.

    PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan umum : Baik

    Kesadaran : Composmentis cooperative, GCS E4M6V5= 15

    Tekanan darah : 130/70 mmHg

    Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 86x/menit

    Nafas : 20x/menit

    Suhu : 36,60C

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    15/23

    15

    A. Status Internus

    Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut Kulit dan kuku : Tidak ada kelainan Kepala : Tidak ada kelainan Leher : JVP 5-2 cmH2O, bising karotis () Kelenjar getah bening : Tidak teraba Toraks

    ParuInspeksi : Simetris kiri dan kanan

    Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan

    Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru

    Auskultasi : Vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezingtidak ada

    JantungInspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

    Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V

    Perkusi : Atas : RIC II

    Kiri : 1 jari medial LMCS

    Kanan : Linea sternalis dextra

    Auskultasi : Bunyi jantung murni, irama teratur, heart rate 86

    kali/menit, bising tidak ada

    AbdomenInspeksi : Tidak tampak membuncit

    Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muskular (-),

    hepar dan lien tidak terabaPerkusi : Timpani

    Auskultasi : Bising usus (+) normal

    Corpus vertebralisInspeksi : Deformitas (-)

    Palpasi : Nyeri tekan (-)

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    16/23

    16

    B. Status Neurologis Tanda rangsangan selaput otak

    Kaku Kuduk : Tidak ada

    Brudzinski I : Tidak ada

    Brudzinski II : Tidak ada

    Kernig : Tidak ada

    Tanda peningkatan intrakranialPenurunan kesadaran : (-)

    Pupil anisokor : (-)

    Tekanan darah meningkat : (-)

    Nervi cranialis N.I Olfaktorius

    Penciuman Kanan Kiri

    Subjektif baik baik

    Objektif dengan bahan

    N.II Optikuspenglihatan Kanan Kiri

    Tajam penglihatan: baik Baik

    Lapang pandang luas luas

    Melihat warna baik baik

    funduskopi

    N.III OkulomotoriusKanan Kiri

    Bola mata

    Ptosis tidak tidak

    Gerakan bulbus Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

    Strabismus tidak tidak

    Nistagmus tidak tidak

    Ekso/endopthalmus tidak tidak

    Pupil

    -bentuk bulat bulat

    -reflek cahaya + +

    -reflek akomodasi + +

    -reflek konvergen

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    17/23

    17

    N.IV TroklearisKanan Kiri

    Gerakan mata ke bawah baik baikSikap bulbus ortho ortho

    diplopia tidak tidak

    N.VI AbdusenKanan Kiri

    Gerakan mata ke lateral baik baik

    Sikap bulbus ortho ortho

    diplopia Tidak ada Tidak ada

    N.V TrigeminusKanan Kiri

    Motorik

    -membuka mulut baik Baik

    -mengerakkan rahang baik baik

    -mengigit baik baik

    -mengunyah baik baik

    Sensorik

    Divisi opthalmika

    -reflek kornea baik baik

    -Sensibilitas baik baik

    Divisi maksila

    -reflek masseter baik baik

    -sensibilitas baik baik

    Divisi mandibula

    -sensibilitas baik baik

    N.VII FasialisKanan Kiri

    Raut wajah Plika nasolabialis kiri lebih datar

    Sekresi air mata ada ada

    Fisura palpebra ada ada

    Mengerakkan dahi Alis sebelah kiri tidak bisa dinaikkan

    Menutup mata Kelopak mata kiri tidak bisa tutup sempurna

    Mencibir/bersiul Deviasi ke bagian kiri

    Memperlihatkan gigi Sudut mulut tertarik ke bagian kanan

    Sensasi lidah 2/3 depan baik Terganggu

    hiperakusis Tidak ada ada

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    18/23

    18

    N.VII VestibularisKanan Kiri

    Suara berbisik baik Baik

    Detik arloji baik baikRinne test baik baik

    Weber test baik baik

    Scwabach test baik baik

    -memanjang

    -memendek

    Nistagmus Tidak ada Tidak ada

    -pendular

    -vertikal

    -siklikal

    Pengaruh posisi kepala tidak tidak

    N.IX GlossopharingeusKanan Kiri

    Sensasi lidah 1/3 belakang baik Baik

    Reflek muntah /gag reflek baik baik

    N.X Vaguskanan Kiri

    Arkus faring Ditengah simetrisUvula ditengah

    Menelan baik

    Artikulasi Baik

    Suara baik

    Nadi

    N.XI AsesoriusKanan Kiri

    Menoleh ke kiri baik Baik

    Menoleh ke kanan baik baik

    Mengangkat bau ke kanan baik baik

    Mengangkat bahu ke kiri baik baik

    N.XII HipoglossusKedudukan lidah dalam ditengah

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    19/23

    19

    Kedudukan lidah

    dijulurkan

    Ditengah

    Tremor Tidak ada

    Fasikulasi Tidak ada

    Atrofi Tidak ada

    Pemeriksaan koordinasiCara berjalan Normal Disartria Tidak ada

    Romberg test Baik Disgrafia Tidak ada

    Ataksia Tidak ada Supinasi-pronasi Baik

    Rebound

    phenomenon

    Tidak ada Tes jari hidung Baik

    Test tumit lutut baik Tes hidung jari baik

    Pemeriksaan fungsi motorikKanan Kiri

    A.badan Respirasi baik Baik

    Duduk baik Baik

    B.berdiri dan

    berjalan

    Gerakan spontan

    Tremor Tidak ada Tidak ada

    Atetosis Tidak ada Tidak ada

    Mioklonik Tidak ada Tidak ada

    Khorea Tidak ada Tidak ada

    C. EkstremitasEkstremitas Superior Inferior

    kanan Kiri Kanan Kiri

    Gerakan aktif aktif aktif Aktif

    Kekuatan 555 555 555 555

    Trofi eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi

    Tonus eutonus eutonus eutonus eutonus

    Pemeriksaan sensibilitasSensibilitas taktil Baik

    Sensibilitas nyeri Baik

    Sensibilitas termis baik

    Sensibilitas kortikal

    stereogenesis

    Pengenalan 2 titik Baik

    Pengenalan raba baik

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    20/23

    20

    Sistem reflexfisiologi Kanan kiri kanan kiri

    Kornea + + Biseps ++ ++

    Berbangkis Triseps ++ ++Laring KPR ++ ++

    Masseter APR ++ ++

    Dinding perut Bulbokavernous

    -atas Cremaster

    -tengah Sfingter

    -bawah

    Patologis

    Lengan Tungkai

    Hoffman-

    tromner

    (-) (-) Babinski (-) (-)

    Chaddocks (-) (-)Oppenheim (-) (-)

    Gordon (-) (-)

    Schaefer (-) (-)

    Klonus paha (-) (-)

    Klonus kaki (-) (-)

    Fungsi otonom- Miksi : Baik- Defekasi : Baik- Sekresi keringat : Sekresi keringat normal

    DIAGNOSIS

    Diagnosis klinis : Bells palsy sinistra

    Diagnosis topik : Lesi nervus fasialis perifer sinistra setinggi canalis fasialis

    Diagnosis etiologi : Idiopatik

    Diagnosis sekunder : -

    TERAPI

    Metilprednisolon 4 x 8 mg Metilcobalamin 2 x 1 tab

    Anjuran

    Fisioterapi

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    21/23

    21

    Istirehat

    PROGNOSIS

    Quo ad sanam : Bonam

    Quo ad vitam : Bonam

    Quo ad functionam : Bonam

    BAB IV

    DISKUSI

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    22/23

    22

    Telah dilaporkan seorang pasien wanita, usia 59 tahun, dengan diagnosis

    klinis bells palsy sinistra, diagnosis topik lesi nervus fasialis perifer sinistra setinggi

    canalis fasialis, diagnosis etiologi idiopatik, diagnosis sekunder tidak ada.Diagnosa

    ditegakkan berdasarkan anamnesa berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.

    Dari teori didapatkan bells palsy ini akan menyebabkan gangguan biasanya

    sesisi atau unilateral, jadi pada pasien ini bisa kita nilai kelumpuhan pada bagian kiri

    dimana pasien masuk dengan keluhan utama kelopak mata kiri tidak dapat ditutup

    yang terjadi tiba-tiba sejak 2 hari yang lalu, tidak mampu mengerutkan dahi dan

    menaikkan alis mata kiri. Mulut mencong kearah kanan.Apabila tersenyum, bibir

    bagian kiri terlihat lebih datar dibandingkan dengan bibir bagian kanan.Keluhan ini

    diikuti dengan wajah sebelah kiri terasa tebal dan pengecapan pada lidah bagian kiri

    berkurang.Pasien tidak dapat bersiul atau meniup (terasa ada udara yang bocor lewat

    sisi mulut sebelah kiri).

    Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis cooperative,

    tekanan darah 130/70 mmHg.Status internus dalam batas normal.Dari pemeriksaan

    neurologis didapatkan E4M6V5, tanda rangsangan meningeal tidak ada, tanda

    peningkatan tekanan intrakranial tidak ada. Pada pemeriksaan nervi kranialis

    ditemukan adanya paresis nervus VII sinistra tipe perifer, Bells sign (+). Sensorik

    dan otonom baik.Refleks fisiologis baik, refleks patologis tidak ada.

    Pada pasien ini diberikan terapi farmakologis berupa metil prednisolon 4 x 8

    mg dan metilcobalamin 2 x 1 tablet.Pasien dianjurkan untuk fisioterapi dan istirahat

    yang cukup.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 5/28/2018 Case Bell's Palsy

    23/23

    23

    1. Sabirin J. Bells Palsy. Dalam : Hadinoto dkk. Gangguan Gerak. Cetakan I.Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 1990 : 171-81

    2. Maisel RH, Levine SC. Gangguan Saraf Fasialis. Dalam : Adams dkk. Boies BukuAjar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : Penerbit EGC, 1997 : 139-52

    3. Rusk HA. Disease of the Cranial Nerves. In : Rehabilitation Medicine. 2nded. NewYork : Mc Graw Hill, 1971 : 429-31

    4. Lumbantobing SM. Saraf Otak : Nervus Fasial. Dalam : Neurologi KlinikPemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : FK Universitas Indonesia, 2004 : 55-60

    5. Thamrinsyam. Beberapa Kontroversi Bells Palsy. Dalam : Thamrinsyam dkk.Bells Palsy. Surabaya : Unit Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Soetomo/FK UNAIR,

    1991 : 1-7

    6. Sidharta P. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Edisi ke-2. Jakarta : DianRakyat, 1985 : 311-17

    7. Walton SJ. Disease of Nervous System, 9thed. English : ELBS, 1985 :113-68. Thamrinsyam. Penilaian Derajat Kekuatan Otot Fasialis. Dalam : Thamrinsyam

    dkk. Bells Palsy. Surabaya : Unit Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Soetomo/FK

    UNAIR, 1991 : 31-49

    9. Raymond D, Adam S, Maurice V. Disease of the Cranial Nerves. In : Principles ofNeurology. 5thed. New York : Mc Graw Hill, 1994 : 1174-5