cancer cerviks

42
Kanker Serviks Angelina Diananthari G (406121002) BAB I PENDAHULUAN Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai jaringan di dalam organ tubuh, termasuk organ repoduksi wanita yang terdiri dari payudara, rahim, indung telur, dan vagina. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker serviks. Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah jenis penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim yaitu, bagian rahim yang terletak di bawah, yang membuka ke arah liang vagina. Berawal dari leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh. Menurut para ahli kanker, kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan paling dapat disembuhkan dari semua kasus kanker. 1 Hingga saat ini kanker servks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru Kepaniteraan Klinik Radiologi RS. HUSADA Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Periode 13 Januari 2014 - 8 Februari 2014 1

Upload: toniperiyanto

Post on 20-Sep-2015

26 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ca cerviks

TRANSCRIPT

Karsinoma Serviks Angelina Diananthari G (406121002)

Kanker Serviks Angelina Diananthari G (406121002)

BAB IPENDAHULUAN

Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai jaringan di dalam organ tubuh, termasuk organ repoduksi wanita yang terdiri dari payudara, rahim, indung telur, dan vagina. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker serviks.

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah jenis penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim yaitu, bagian rahim yang terletak di bawah, yang membuka ke arah liang vagina. Berawal dari leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh. Menurut para ahli kanker, kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan paling dapat disembuhkan dari semua kasus kanker.1

Hingga saat ini kanker servks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara berkembang. Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks.

Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagau penyebab kematian akibat kanker pada wanita usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker serviks merupakan penyebab utama kematian wanita dan kasusnya turun secara drastis semenjak diperkenalkannya teknk skrining pap smir oleh Papanikolau.

Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif dan sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Saat ini pilihan terapi sangat bergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit.2BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. DEFINISI

Kanker serviks adalah neoplasma malignansi yang terjadi pada daerah serviks yaitu di antara uterus dan vagina. Biasanya gejala klinis tidak tampak pada stadium awal dan gejala klinis muncal pada stadium lanjut.3 Pada penderita kanker serviks terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh secara terus - menerus yang tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik (Sarwono,1996). Sebanyak 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali (Rasjidi I,2008). Jika sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut kanker serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun (Aziz M.F, 2006).4II.2. EPIDEMIOLOGI

Kanker serviks mencakup 12% dari seluruh jenis kanker pada wanita di dunia. Pada tahun 2000, secara global, terdapat 470600 kasus baru dan 233400 yang meninggal dunia akibat kanker serviks. Ini menunjukkan mortalitas kanker serviks cukup menakutkan yaitu sebanyak 50% daripada kasus baru kanker serviks. Kasus-kasus kanker serviks lebih sering dijumpai di negara yang berkembang (kecuali negara industri) dan meliputi lebih daripada 80% kasus kanker serviks di dunia.3

World Health Organization (WHO) menyatakan, saat ini penyakit kanker serviks masih menempati peringkat tertinggi di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada wanita di dunia. Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah kasus kanker serviks yang tertinggi di dunia, setiap tahun terdapt 15.000 kasus kanker serviks terdeteksi dan kira-kira 8000 kasus di antaranya akan berakhir dengan kematian.3

Insidens kanker serviks menurut Departemen Kesehatan (2000), 100 per 100.000 perempuan pertahun, sedangkan dari data laboratorium patologi anatomi seluruh Indonesia, frekuensi kanker serviks adalah paling tinggi di antara kanker yang ada di Indonesia maupun di Rumah Sakit Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dengan frekuensi 76,2% (Aziz M.F, 2006).4II. 3. ETIOLOGI

Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (human papilloma virus). Lebih dari 90% kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus HPV dan 50% kanker serviks berhubungan dengan HPV tipe 16. Penyebaran virus ini utama melalui hubungan seksual.2 Sebagian infeksi HPV bersifat hilang timbul sehingga tidak terdeteksi dalam kurun waktu 2 tahun setelah infeksi. Hanya sebagian kecil saja dari infeksi tersebut menetap dalam jangka lama sehingga menimbulkan kerusakan lapisan lendir menjadi pra-kanker. HPV jenis 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, dan 58 tergolong menimbulkan risiko tinggi terjadinya pra-kanker, yaitu menimbulkan kerusakan sel lendir luar menuju keganasan yaitu cervical intraephitelial neoplasma atau disingkat CIN. HPV tipe 16 mendominasi infeksi (50-60%) pada penderita kanker leher rahim disusul dengan tipe 18 (10-15%). Dari infeksi HPV sampai dengan terjadinya kanker memerlukan waktu cukup lama, yaitu hampir 20 tahun. Hanya sebagian kecil wanita pengidap HPV akan berubah statusnya menjadi fase pra-kanker. Apabila fase tersebut tidak segera diobati maka setelah beberapa tahun mengidap infeksi maka kondisi pra-kanker berubah menjadi kanker. Virus HPV tipe 16 dan 18 ini replikasi melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan mengode pembentukan protein-protein yang penting dalam replikasi virus. Onkoprotein dari E6 akan mengikat dan menjadikan gen penekan tumor (p53) menjadi tidak aktif, sedangkan onkoprotein E7 akan berikatan dan menjadikan produk gen retinoblastoma (pRb) menjadi tidak aktif.4 II. 4. GEJALA DAN TANDA

Tanda dini kanker serviks tidak spesifik seperti adanya sekret vagina yang agak banyak dan kadang - kadang dengan bercak perdarahan. Umumnya tanda yang sangat minimal ini sering diabaikan oleh penderita. Tanda yang lebih klasik adalah perdarahan bercak yang berulang, atau perdarahan bercak setelah bersetubuh atau membersihkan vagina. Dengan makin tumbuhnya penyakit tanda menjadi semakin jelas. Perdarahan menjadi semakin banyak, lebih sering, dan berlangsung lebih lama. Namun, terkadang keadaan ini diartikan penderita sebagai perdarahan haid yang sering dan banyak. Juga dapat dijumpai sekret vagina yang berbau terutama dengan massa nekrosis lanjut. Nekrosis terjadi karena pertumbuhan tumor yang cepat tidak diimbangi pertumbuhan pembuluh darah (angiogenesis) agar mendapat aliran darah yang cukup. Nekrosis ini menimbulkan bau yang tidak sedap dan reaksi peradangan non spesifik.

Pada stadium lanjut ketika tumor telah menyebar ke luar dari serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki. Hal ini menandakan keterlibatan ureter, dinding panggul, atau nervus skiatik. Beberapa penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuri, perdarahan rektum sampai sulit berkemih dan buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening tungkai bawah dapat menimbulkan oedema tungkai bawah, atau terjadi uremia bila telah terjadi penyumbatan kedua ureter.2II. 5. STADIUM KANKER SERVIKS

Penentuan stadium kanker serviks menurut FIGO masih berdasarkan pada pemeriksaan klnis praoperatif ditambah dengan foto toraks serta sistoskopi dan rektoskopi. Tabel 1.1 Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000

Stadium 0Karsinoma insitu, karsinoma intra epitelial

Stadium IKarsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri diabaikan)

Stadium IaInvasi kanker ke stroma hanya dapat dikenal secara mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superficial dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi ke stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya lesi tidak lebih dari 7 mm

Stadium Ia1Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm

Stadium Ia2Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm

Stadium IbLesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari Ia

Stadium Ib1Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm

Stadium Ib2Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm

Stadium IITelah melibatkan vagina tapi belum sampai 1/3 bawah atau infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul

Stadium IIaTelah melibatkan vagina tapi belum mencapai dinding panggul

Stadium IIbInfiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul

Stadium IIITelah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain

Stadium IIIaKeterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul

Stadium IIIbPerluasan sampai dinding panggul atau adanya hidroneprosis atau capai dinding panggul

Stadium IVPerluasan ke luar organ reproduktif

Stadium IVaKeterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum

Stadium IVbMetastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul

II. 6. DIAGNOSIS

Kanker serviks pada masa prakanker atau stadium awal tidak menimbulkan gejala sehingga dengan membuat diagnosis sedini mungkin dan memulai pengobatan yang sesuai, hasil yang diperoleh akan lebih baik sehingga jumlah wanita yang meninggal akibat kanker serviks dapat berkurang.5 Pemeriksaan fisik Pemeriksaan serviks merupakan prosedur mutlak yang perlu dilakukan untuk melihat perubahan portio vaginalis dan mengambil bahan apusan untuk pemeriksaan sitologi ataupun biopsi. Setelah biopsi, pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi bimanual vagina dan rektum untuk mengetahui luas massa tumor pada serviks dan rektum.

Tes Paps smear.

Tes Pap merupakan salah satu pemeriksaan sel serviks untuk mengetahui perubahan sel, sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Apusan sitologi pap diterima secara universal sebagai alat skrining kanker serviks. Metode ini peka terhadap pemantauan derajat perubahan pertumbuhan epitel serviks. Pemeriksaan Tes Pap dianjurkan secara berkala meskipun tidak ada keluhan terutama bagi yang berisiko (1-2 kali setahun). Berkat teknik Tes Pap, angka kematian turun sampai 75% (Rasjidi Imam, 2008).

Kolposkopi Kolposkopi adalah alat ginekologi yang digunakan untuk melihat perubahan stadium dan luas pertumbuhan abnormal epitel serviks. Metode ini mampu mendeteksi pra karsinoma serviks dengan akurasi diagnostik cukup tinggi (Erich B., 1991). Kolposkopi hanya digunakan selektif pada sitologi Tes Pap abnormal yaitu displasia dan karsinoma in situ atau kasus yang mencurigakan maligna. Kombinasi kolposkopi dan tes Pap memberikan ketepatan diagnostic lebih kuat. Sensitivitas tes Pap dan kolposkopi masing-masing 55% dan 95% dan spesifisitas masing-masing 78,1% dan 99,7% (Erich B.,1991).

Konisasi Jika pemeriksaan kolposkopi tidak memuaskan maka konisasi harus dilakukan yaitu pengawasan endoserviks dengan serat asetat selulosa di mana daerah abnormal ternyata masuk ke dalam kanalis servikalis (Erich B., 1991).

Biopsi Biopsi memerlukan prosedur diagnostik yang penting sekalipun sitologi apusan serviks menunjukkan karsinoma. Spesimen diambil dari daerah tumor yang berbatasan dengan jaringan normal. Jaringan yang diambil diawetkan dengan formalin selanjutnya diproses melalui beberapa tahapan hingga jaringan menjadi sediaan yang siap untuk diperiksa secara mikroskopis (Aziz, M.F., 2002) Tes Schiller 1Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena tidak ada glikogen ( Prayetni, 1997). Radiologi

a) Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvik atau peroartik limfe.

b) Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT abdomen / pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor dan / atau terkenanya nodus limpa regional (Gale & charette, 1999).

II. 7. DIAGNOSTIK IMAGING6

Kanker serviks uterus sebagian besar penyakit yang dapat dicegah yang ditandai dengan waktu yang lama. Lesi pra-kanker secara bertahap berkembang melalui tahap dikenali sebelum menjadi penyakit invasif (seperti yang ditunjukkan dalam gambar di bawah). Proses penyakit ini hampir pasti dapat disembuhkan jika diidentifikasi sebelum perkembangannya menjadi kanker invasif. Computed Tomography ( CT )

CT adalah modalitas pencitraan yang paling sering digunakan dalam praktek klinis untuk mengevaluasi sejauh mana penyebaran kanker serviks. Pemberian oral , rektal , atau intravena bahan kontras diperlukan untuk evaluasi CT yang optimal ( kecuali ada kontraindikasi). Temuan Stadium I kanker serviks pada CT scan :

Praklinis karsinoma serviks invasif (stadium IA) tidak terdeteksi oleh CT scan.

Gambaran klinis CT scan dari karsinoma terlihat terbatas pada serviks ( stadium IB ). Gambar menunjukkan sedikit massa heterogen yang meluas sampai leher rahim. Tepi serviks halus , didefinisikan baik , dan utuh . Parametrium tampak ada jaringan lunak atau massa yang kurang.Temuan Stadium IIB kanker serviks pada CT scan :

Gambaran klinis CT scan dari stadium IIB karsinoma serviks. Invasi parametrium digambarkan dengan CT scan sebagai hilangnya definisi kontur leher rahim, disertai dengan peningkatan dan penonjolan jaringan lunak dalam lemak parametrium. Leher rahim menunjukkan hipoatenuasi yang tidak jelas. Tapi tumor tidak jelas digambarkan.

Gambaran CT scan dari stadium klinis IIB karsinoma serviks (pasien yang sama seperti pada gambar sebelumnya). Invasi parametrium digambarkan dengan CT scan sebagai hilangnya kontur leher rahim, disertai dengan peningkatan dan penonjolan jaringan lunak dalam lemak parametrium. Leher rahim menunjukkan hipoatenuasi yang tidak jelas, tumor tidak jelas digambarkan. Selain itu, sebuah leiomyoma subserosal menonjol dari sisi kiri rahim.

Gambaran CT scan karsinoma serviks stadiumIIB. Invasi parametrium digambarkan dengan CT scan sebagai hilangnya kontur leher rahim, disertai dengan redaman jaringan lunak yang menggantikan lemak periureteral di sebelah kanan.

Gambaran CT scan dari parametrium dan invasi karsinoma serviks di dubur. Hilangnya definisi kontur leher rahim, disertai dengan massa jaringan lunak seperti yang menggantikan lemak parametrium di sebelah kanan dan meluas ke anterior dan sisi kanan dinding dubur.

Gambaran CT scan dari parametrium dan invasi karsinoma serviks di dubur. Hilangnya kontur leher rahim, disertai dengan massa jaringan lunak seperti yang menggantikan lemak parametrium di sisi kanan. Serviks difus membesar dan menunjukkan hipoatenuasi halus, namun tepi tumor tidak jelas digambarkan.

Gambaran CT scan dari karsinoma serviks stadium IIB. Gambar ini menunjukkan sebuah tumor menempati seluruh serviks dan sampai ke posterior luar dan tepat pada tepi serviks. Temuan ini konsisten dengan full-thickness invasi stroma. Terdapat udara minimal di tengah terkait dengan biopsi. Terdapat sebuah tampon vagina di sebelah kanan leher rahim.Temuan Stadium III kanker serviks pada CT scan :

Pada stadium IIIA : tumor meluas ke bawah sepertiga dari vagina, tanpa menyebar ke dinding samping panggul. Pada stadium IIIB : perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidroneprosis atau mencapai dinding panggul. Penggambaran pembesaran kelenjar getah bening panggul pada CT scan dianggap setara dengan ekstensi sidewall tumor panggul (lihat gambar di bawah).

Gambaran CT scan ini menunjukkan kelenjar getah bening membesar nyata di dinding samping panggul kiri, sebuah temuan yang konsisten dengan metastasis kelenjar getah bening pada panggul, yang merupakan indikasi dari penyakit kanker serviks stadium IIIB. Juga terrdapat kista di ovarium kiri anterior.

Temuan Stadium IVB kanker serviks pada CT scan :

Gambaran CT scan berupa pembesaran kelenjar getah bening inguinal dan / atau retroperitoneal .

Gambaran CT scan dari seorang pasien karsinoma serviks stadium IVB. Dari gambar pertengahan perut menunjukkan batas kelenjar getah bening yang membesar di para-aorta sebelah kiri, mungkin merupakan metastasis sekunder yang konsisten dengan penyakit stadium IVB .

CT scan dari seorang pasien karsinoma serviks dengan stadium IVB (pasien yang sama seperti pada gambar sebelumnya). Pada CT scan tersebut menunjukkan hidronefrosis kiri pada ginjal.

Gambaran CT scan dari seorang pasien karsinoma serviks dengan stadium IVB (pasien yang sama seperti pada gambar sebelumnya). Pada gambar ini terlihat pertengahan panggul menunjukkan tumor serviks yang meluas ke dalam rahim bagian atas, pembesaran kelenjar getah bening, mungkin metastasis sekunder, dan meninggalkan hidroureter.

Magnetic Resonance Imaging ( MRI )

Temuan Stadium I kanker serviks pada MRI :

Manifestasi MRI kanker invasif terbatas pada serviks (tahap I) antara lain sebagai berikut:

Gambaran MRI Axial T2-weighted kanker serviks stadium IB (pasien yang sama seperti pada gambar sebelumnya). Gambar ini menunjukkan sebuah tumor hyperintense di bibir posterior serviks. Hilangnya segmental aspek lateral dan posterior dari garis hypointense stroma, serta invasi stroma dalam. Namun, tumor ini cukup tajam marginated dan tidak menonjol di luar cincin stroma, dan parametrium masih utuh. Ini adalah gambaran kanker yang terbatas pada serviks (stadium IB).

Stadium IB karsinoma serviks pada seorang wanita berusia 42 tahun. (a) Axial, (b) sagital gambar T2-weighted menunjukkan massa hyperintense yang didefinisikan dalam serviks uterus (panah pendek). Lesi terletak hampir dalam kanal serviks. Tumor benar-benar dikelilingi oleh stroma serviks hypointense (panjang panah). Hal ini terbukti cukup dibedakan karsinoma sel skuamosa.7Temuan Stadium IIA kanker serviks pada MRI : 6Pada stadium IIA : tumor menyebar ke dalam vagina dapat digambarkan sebagai massa atau tumor yang menggantikan dinding vagina hypointense sebagai gangguan segmental dari dinding vagina, atau sebagai hyperintense vagina yang menebal.

Temuan Stadium IIB kanker serviks pada MRI :

MRI invasi tumor parametrium ( stadium IIB ) : kehilangan definisi, penyimpangan, atau nodularity dari kontur serviks. Penonjolan atau penebalan jaringan lunak dalam lemak parametrium. Invasi stroma yang menebal disertai dengan ketidakteraturan antara tumor dan parametrium, tonjolan tumor asimetris atau bungkus pembuluh parametrium. Selain perluasan tumor ke luar leher rahim, sekitar forniks vagina tipis sebelum invasi parametrium sehingga dicurigai tumor yang timbul di bagian vagina serviks.

Gambaran MRI Sagital T2-weighted dari stadium IIB kanker serviks dengan parametrium dan invasi anterior forniks vagina. Gambar ini menunjukkan tumor serviks sedikit hyperintense mengganggu stripe hypointense stroma, yang menyebar ke anterior yang membuat forniks vagina terganggu, dan melibatkan parametrium. Rongga endometrium penuh terisi cairan.

Gambaran MRI Axial T2-weighted dari stadium IIB kanker serviks dengan parametrium dan invasi anterior forniks vagina (pasien yang sama seperti pada gambar sebelumnya). Gambar ini menunjukkan sebuah tumor serviks sedikit hyperintense mengganggu stripe hypointense stroma dan menonjol di tepi luar serviks ke parametrium.

Karsinoma serviks satdium IIB pada seorang wanita usia 45 tahun. (a) Coronal dan (b) aksial gambar T2-weighted menunjukkan bahwa leher rahim hampir seluruhnya digantikan oleh massa hyperintense yang melibatkan dinding anterior dan posterior dengan keterlibatan seluruh ketebalan stroma (panah pendek). Tumor menjorok ke parametrium (panah kepala dalam b). Hal ini terbukti cukup karsinoma sel skuamosa dibedakan.7Temuan Stadium IIIB kanker serviks pada MRI:6Invasi sidewall tumor panggul ( stadium IIIB ) meliputi : tumor parametrium yang melewati pinggir lateral ligamentum kardinal atau tumor dengan ukuran 2-3 mm dari dinding samping panggul; konfluen jaringan lunak yang tidak teratur, tebal, jaringan lunak yang meluas melalui parametrium untuk otot obturatorius internus atau otot piriformis; kehilangan intensitas otot dinding samping panggul yang berdekatan dengan tumor; massa konfluen yang menggabungkan otot-otot dinding samping panggul; distorsi dari pembuluh iliaka oleh tumor.Temuan Satdium IVA kanker serviks pada MRI :

Ekstensi tumor ke dalam kandung kemih atau rektum (stadium IVA ) antara lain sebagai berikut : obliterasi fokal dari lemak perivesical atau perirectal; gangguan segmental dari intensitas sinyal rendah dari kandung kemih atau dinding rektum yang berdekatan dengan tumor; ekstensi massa jaringan lunak intraluminal; eksentrik atau asimetris penebalan dinding yang dapat seragam , nodular , atau bergerigi.

Gambaran MRI Axial T2-weighted terlihat tumor serviks besar dengan full-thickness invasi stroma menyebabkan hilangnya garis hypointense stroma atau cincin. Juga digambarkan adalah invasi parametrium dan dinding posterior kandung kemih.

Stadium IVA karsinoma serviks pada seorang wanita usia 60 tahun. (a) sagital dan (b) koronal gambar T2-weighted menunjukkan massa hyperintense besar yang melibatkan seluruh lingkar serviks uterus dengan keterlibatan seluruh ketebalan stroma, infiltrasi parametrium ini dibuktikan dengan tidak teratur antarmuka miometrium / parametrium, dan keterlibatan forniks vagina, sebagaimana dibuktikan oleh hilangnya intensitas sinyal T2W (panah pendek). Tumor meluas sampai dinding posterior kandung kemih dengan intraluminal ekstensi tumor melalui dinding kandung kemih terganggu (panah kepala). Hal ini terbukti menjadi karsinoma anaplastik serviks.7 USG : 6USG telah digunakan untuk mengevaluasi ukuran dan tingkat locoregional tumor. Pada tahap awal kanker serviks, lesi primer sulit untuk menggambarkan dengan modalitas pencitraan, termasuk transvaginal AS dan TRUS.

Sonogram transabdominal sagital stadium IIB karsinoma serviks. Gambar ini menunjukkan serviks difus diperbesar dengan echogenicity heterogen. Tepi tumor tidak digambarkan secara jelas dan invasi parametrium tidak jelas.

Sonogram transabdominal sagital ini menunjukkan tumor hypoechoic circumscribed dalam aspek posterior serviks.II. 8. TERAPI DAN PENCEGAHAN 4

Bila diagnosa histopatologik telah dibuat,maka pengobatan harus segera dilakukan

dan pilihan pengobatan tergantung pada beberapa faktor yaitu:

1. Letak dan luas lesi

2. Usia dan jumlah anak serta keinginan menambah jumlah anak

3. Adanya patologi lain dalam uterus

4. Keadaan sosial ekonomi

5. Fasilitas

Pengobatan kanker serviks tergantung pada tingkatan stadium klinis. Secara umum dapat digolongkan ke dalam tiga golongan terapi (Indriyani D. , 1991) yaitu:

Operasi Operasi dilakukan pada stadium klinis dan , meliputi histerektomi radikal, histerektomi ekstrafasial dan limpadenotomi. Pada stadium klinis , di samping operasi, dilakukan juga terapi radiasi untuk mengurangi risiko penyakit sentral yang terus berlanjut.

Radioterapi Terapi radiasi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Terapi radiasi dilakukan pada Stadium klinis . Selain radiasi terkadang diberikan pula kemoterapi sebagai kombinasi terapi.

Kemoterapi Kemoterapi dilakukan bila terapi radiasi tidak mungkin diberikan karena metastase sudah sangat jauh. Umumnya diberikan pada Stadium klinis V B dan hanya bersifat paliatif.

Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui pencegahan primer, sekunder, dan tertier.

Pencegahan Primer Pencegahan primer harus dilakukan dengan menghindari faktor risiko seperti tidak merokok dan juga dengan vaksinasi. Kelompok yang berisiko juga harus melakukan tes paps smear secara rutin. Pencegahan primer juga dilakukan dengan penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat mengenai penyebab dan faktor risiko terjadinya kanker serviks. Keberhasilan program penyuluhan dilanjutkan dengan skrining (Grunberg A.G.,Vischjager P., 2005).

Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder dilakukan dengan cara deteksi dini terhadap kanker. Artinya penyakit harus ditemukan pada saat pra kanker. Salah satu bentuk pencegahan sekunder adalah dengan melakukan tes paps smear secara teratur. Paps smear adalah semata-mata alat screening dan peranannya terutama pada wanita-wanita yang asimtomatis. Pemeriksaan papsmear berguna untuk mendeteksi adanya kanker serviks pada stadium dini, khususnya pada wanita yang telah melakukan hubungan seksual (Grunberg A.G., Vischjager P., 2005).

Bagi wanita yang berisiko tinggi sebaiknya menjalani paps smear lebih sering (dua kali setahun) dan dilakukan secara teratur selama dua tahun. Jika hasilnya negative, maka pemeriksaan selanjutnya setiap 3 tahun sekali sampai usia 65 tahun. Bila ada lesi pada serviks harus dilakukan biopsi sebab lesi dapat menunjukkan hasil paps smear negative. Penting sekali untuk melakukan pemeriksaan sel-sel hasil biopsi. Jika terdapat sel-sel tidak normal, segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Pencegahan Tertier Pencegahan tertier dapat dilakukan berupa penyuluhan terhadap pasangan penderita kanker serviks khususnya yang telah menjalani histerektomi total agar tetap memperlakukan pasangannya sebagaimana biasanya, sehingga keharmonisan hubungan suami istri tetap terjaga. Konseling dapat dilakukan terhadap penderita stadium lanjut agar faktor psikologis tidak memperburuk keadaan (Grunberg A.G.,Vischjager P., 2005).II. 9. DIFFERENTIAL DIAGNOSA8

Pertimbangan diagnostik : Selain kondisi yang tercantum dalam diagnosis diferensial, gangguan lain yang perlu dipertimbangkan pada wanita dengan kemungkinan kanker serviks adalah sebagai berikut: Servisitis / infeksi, terutama granulomatosa (yang langka)

Melanoma primer dan penyakit Paget

kanker vagina

Kemungkinan langka lain adalah bahwa kanker primer di tempat lain dalam tubuh telah menjalar ke leher rahim.

Diagnosis Banding : servisitis

endometrium Karsinoma

Pelvic Inflammatory Disease

vaginitis

II. 10. PROGNOSIS5

Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah umur, keadaan umum fisik, tingkat klinik, ciri-ciri histologik sel-sel tumor, kemampuan ahli yang menangani dan sarana yang tersedia. Kemampuan mempertahankan kelangsungan hidup pasien 5 tahun setelah pengobatan adalah sebagai berikut:Tabel 1.2 Angka Ketahanan Hidup Berdasarkan Stadium KankerSTADIUM KANKER ANGKA KETAHANAN HIDUP

Stadium I 80 % - 90 %

Stadium II50 % - 65 %

Stadium III25 % - 35 %

Stadium IV0 % - 15 %

.

BAB III

KESIMPULAN

Kanker serviks adalah neoplasma malignansi yang terjadi pada daerah serviks yaitu di antara uterus dan vagina. Biasanya gejala klinis tidak tampak pada stadium awal dan gejala klinis muncal pada stadium lanjut. Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali. Jika sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (human papilloma virus). Sebagian infeksi HPV bersifat hilang timbul sehingga tidak terdeteksi dalam kurun waktu 2 tahun setelah infeksi. Hanya sebagian kecil saja dari infeksi tersebut menetap dalam jangka lama sehingga menimbulkan kerusakan lapisan lendir menjadi pra-kanker.

Tanda dini kanker serviks tidak spesifik seperti adanya sekret vagina yang agak banyak dan kadang - kadang dengan bercak perdarahan. Tanda yang lebih klasik adalah perdarahan bercak yang berulang, atau perdarahan bercak setelah bersetubuh atau membersihkan vagina. Perdarahan menjadi semakin banyak, lebih sering, dan berlangsung lebih lama seiring dengan tumbuhnya penyakit. Juga dapat dijumpai sekret vagina yang berbau terutama degan massa nekrosis lanjut. Nekrosis terjadi karena pertumbuhan tumor yang cepat tidak diimbangi pertumbuhan pembuluh darah (angiogenesis) agar mendapat aliran darah yang cukup. Nekrosis ini menimbulkan bau yang tidak sedap dan reaksi peradangan non spesifik. Pada stadium lanjut ketika tumor telah menyebar ke luar dari serviks dan melibatkan jaringan di rongga pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki. Hal ini menandakan keterlibatan ureter, dinding panggul, atau nervus skiatik. Beberapa penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuri, perdarahan rektum sampai sulit berkemih dan buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening tungkai bawah dapat menimbulkan oedema tungkai bawah, atau terjadi uremia bila telah terjadi penyumbatan kedua ureter.

Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif dan sekaligus prediksi prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Saat ini pilihan terapi sangat bergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit.DAFTAR PUSTAKA

1. Akram SBM, Soekimin. Prevalensi Stadium Kanker Serviks yang Tersering pada Wanita di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2009. [internet]. 2011 [Diakses tanggal 12-Jan-2011]. Didapat dari : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/215572. Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB. Buku Acuan ONKOLOGI GINEKOLOGI, edisi 1. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo d/a Departemen Obstetri dan Ginekologi, 2006 : 442-443, 445, 447, 3. Xiang NJ, Joko.S, Lukito. Prevalensi Terjadinya Kanker Serviks pada Wanita Berdasarkan Usia dan Jenis Kanker pada Tahun 2009 di RSUP H. Adam Malik. [internet]. 2011 [Diakses tanggal 8-Mar-2011]. Didapat dari : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/223344. Arumugam, Vijendran, Siregar, Ganis MF. Gambaran Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Faktor-faktor Risiko dan Upaya Pencegahan Kanker Serviks di RSUP Haji Adam Malik,Medan dari periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009. [internet]. 2011 [Diakses tanggal 22-Jan-2011]. Didapat dari : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/217095. Vasu, Dhinessvaran, Sitorus, Sari M. Faktor Faktor Resiko Kanker Serviks pada Penderita Kanker Serviks di RSUP. H. Adam Malik, Medan periode 1 Januari 2010 1 Januari 2011. [internet]. 2012 [Diakses tanggal 1-Mar-2012]. Didapat dari : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/312956. Saksouk FA, Coombs BD, Reuter KL, Krasny RM. Cervical Cancer Imaging. [internet]. 2013 [Diakses tanggal 14 Agustus 2013]. Didapat dari : http://emedicine.medscape.com/article/402329-overview

7. Shweel MA, Abdel-Gawad EA, Abdel-Gawad EA, Abdelghany HS, Abdel-Rahman AM, Ibrahim EM. Journal of Clinical Imaging Science - Uterine Cervical Malignancy: Diagnostic

Accuracy of MRI with Histopathologic Correlation. [internet]. 2014 [Diakses tanggal 24 Januari 2014]. Didapat dari : http://www.clinicalimagingscience.org /editorialboard.asp8. Boardman CH, Jr Matthews KJ, Huh WK. Cervical CancerDifferential Diagnoses. [internet]. 2014 [Diakses tanggal 23 Januari 2014]. Didapat dari : http://emedicine.medscape.com/article/253513MRI Sagital T2-weighted stadium IB kanker serviks. Gambar ini menunjukkan di bibir posterior serviks yang berhubungan dengan serviks perifer dibatasi massa hyperintense dan parametrium yang utuh. Ini adalah gambaran kanker yang terbatas pada serviks (stadium IB).

Kepaniteraan Klinik Radiologi RS. HUSADA

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Periode 13 Januari 2014 - 8 Februari 2014 1