buku panduan tatalaksana bayi baru lahir di rs lampiran

18
HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit 88 LAMPIRAN Lampiran 1. Level of Evidence dan Derajat Rekomendasi Level of evidence dan derajat rekomendasi diklasifikasikan berdasarkan definisi dari Scottish Intercollegiate Guidelines Network, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan US Agency for Health Care Policy and Research.Level of evidence: Ia. Meta-analysis of randomised controlled trials. Ib. Minimal satu randomised controlled trials. IIa. Minimal penelitian non-randomised controlled trials. IIb. Cohort dan Case control studies IIIa. Cross-sectional studies IIIb. Case series dan case report IV. Konsensus dan pendapat ahli Derajat rekomendasi/Level of Evidence (LoE) : A. Evidence yang termasuk dalam level Ia dan Ib. B. Evidence yang termasuk dalam level IIa dan II b. C. Evidence yang termasuk dalam level IIIa, IIIb dan IV.

Upload: ruli-nurul-aman

Post on 08-Aug-2015

78 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

88

LAMPIRAN

Lampiran 1. Level of Evidence dan Derajat Rekomendasi Level of evidence dan derajat rekomendasi diklasifikasikan berdasarkan definisi dari Scottish Intercollegiate Guidelines Network, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan US Agency for Health Care Policy and Research.Level of evidence:

Ia. Meta-analysis of randomised controlled trials.

Ib. Minimal satu randomised controlled trials.

IIa. Minimal penelitian non-randomised controlled trials.

IIb. Cohort dan Case control studies

IIIa. Cross-sectional studies

IIIb. Case series dan case report

IV. Konsensus dan pendapat ahli

Derajat rekomendasi/Level of Evidence (LoE) :

A. Evidence yang termasuk dalam level Ia dan Ib.

B. Evidence yang termasuk dalam level IIa dan II b.

C. Evidence yang termasuk dalam level IIIa, IIIb dan IV.

Page 2: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

89

Level of Evidence Health Technology Assessment (HTA) Tahun 2003-2008

Topik

Rekomendasi

Derajat

Rekomendasi

Profilaksis Vitamin K

Semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K1.

A Ia

Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1.

A Ia

Cara pemberian vitamin K1 adalah secara intramuskular atau oral.

A Ia

Dosis yang diberikan untuk semua bayi baru lahir 1 mg dosis tunggal intramuskular.

A Ia

Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir

Skrining pendengaran dilakukan pada semua bayi baru lahir dengan atau tanpa faktor risiko

B IIb

Skrining dilakukan sebelum bayi meninggalkan RS pada bayi yang lahir di RS dan sebelum usia satu bulan pada bayi yang lahir selain di RS.

C IV

Diagnosis gangguan pendengaran ditegakkan sebelum usia tiga bulan dan dilanjutkan dengan tatalaksana sebelum usia enam bulan.

B IIb

Skrining pendengaran di Indonesia dilaksanakan dengan alur terlampir dalam lampiran 2.

Departemen THT meningkatkan kerjasama dengan cabang ilmu terkait yaitu Departemen Ilmu Kesehatan Anak (Perinatologi dan Neurologi), Kebidanan dan Kandungan, Rehabilitasi Medik, Psikiatri, dan ahli audiologi dalam hal penatalaksaan pasien.

Departemen Kesehatan RI berdasarkan asupan

dari PERHATI-KL menyusun kebijakan penyediaan fasilitas skrining pendengaran pada bayi dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi setempat.

Institusi pendidikan dan PERHATI-KL menyelenggarakan kursus, pelatihan, dan bimbingan teknologi untuk meningkatkan jumlah dan kompetensi SDM berkaitan dengan skrining pendengaran pada bayi baru lahir.

Sepsis Neonatorum

1. Sepsis neonatorum merupakan masalah pada bayi baru lahir dengan angka mortalitas yang cukup tinggi. Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Perinatal dan Angka Kematian Neonatal Dini, masalah ini perlu

B

Page 3: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

90

segera ditanggulangi dengan berbagai macam cara dan usaha mulai dari aspek promotif, kuratif dan rehabilitatif.

2. Penegakan diagnosis :

Penegakan diagnosis Sepsis neonatorum dipilih dengan pendekatan standar klinis yang menggunakan faktor risiko dan mengelompokkan faktor risiko tersebut dalam risiko mayor dan risiko minor.

Penegakkan diagnosis dilakukan secara klinis dengan disertai pemeriksaan penunjang.

Selain itu penegakan diagnosis juga dapat mengacu pada usulan kriteria diagnosis menurut The International Sepsis Forum. Kriteria diagnosis sepsis didasarkan pada perubahan klinis sesuai dengan perjalanan infeksi. Gambaran klinis sepsis neonatorum dikelompokkan menjadi 4 variabel, yaitu variabel klinik, variabel hemodinamik, variabel perfusi jaringan, dan variabel inflamasi.

Penajaman tentang pemeriksaan klinis untuk menentukan diagnosis sepsis atau dugaan sepsis sangat penting.

Pemeriksaan penunjang sangat tergantung dari ketersediaan fasilitas di tempat pelayanan kesehatan: Di sarana yang memiliki fasilitas

untuk pemeriksaan penunjang konvensional dianjurkan untuk melakukan : Skrining Infeksi maternal Pemeriksaan untuk bayi meliputi

pemeriksaan darah perifer lengkap, pemeriksaan kultur/biakan, CRP

dan IT ratio. Di sarana kesehatan yang memiliki

fasilitas lengkap untuk pemeriksaan penunjang canggih, selain melakukan pemeriksaan penunjang konvensional seperti tersebut di atas, apabila terdapat indikasi dapat melakukan pemeriksaan penunjang canggih sesuai dengan fasilitas yang ada, seperti pemeriksaan IgG, IgM, sitokin, interleukin, PCR, prokalsitonin, dan lain-lain.

Page 4: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

91

3. Penatalaksanaan Pada kasus tersangka sepsis, pemberian

antibiotik diberikan tanpa harus menunggu hasil kultur darah. Sebaiknya diberikan kombinasi dua antibiotik:

Dapat mencakup sebagian besar penyebab sepsis.

Efek sinergis antibiotik (penisilin dan aminoglikosida untuk GBS).

Beberapa mikro-organisme penyebab infeksi dapat berkembang menjadi mutan resisten selama terapi (Pseudomonas sp).

Aktivitas bakterisidal serum yang lebih tinggi dibandingkan hanya menggunakan antibiotik tunggal (Enterococci, Listeria).

Pada kasus sepsis neonatorum berat, selain pemberian antibiotik juga diberikan terapi suportif. Beberapa terapi suportif yang terbukti memberikan dampak positif antara lain :

Pemberian intravenous immunoglobulin (IVIG), granulocyte-macrophage colony stimulating factor (G-CSF dan GM-CSF), transfusi tukar (TT), pemberian fresh frozen plasma, pemberian pentoxifilin. [Rekomendasi A]

4. Adapun kebijakan terapi antibiotik empirik akan berpengaruh pada pola resistensi kuman. Pemilihan jenis antibiotik empirik harus berdasarkan hal-hal berikut: 1. Usia saat awitan penyakit 2. Spesies bakteri yang paling sering

menyebabkan infeksi. 3. Pola resistensi antibiotik pada masing-

masing rumah sakit. 4. Farmakokinetik antibiotik.

5. Pencegahan Pencegahan secara umum :

Melakukan pemeriksaan antenatal yang baik dan teratur.

Skrining infeksi maternal kemudian mengobatinya, misalnya infeksi TORCH, infeksi saluran kemih, dll.

Mencegah persalinan prematur atau kurang bulan.

Meningkatkan status gizi ibu agar tidak mengalami kurang gizi dan anemia.

Memberikan terapi kortikosteroid antenatal untuk ibu dengan ancaman

Page 5: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

92

persalinan kurang bulan.

Konseling ibu tentang risiko kehamilan ganda.

Melakukan Perawatan Neonatal Esensial yang terdiri dari :

Persalinan yang bersih dan aman Stabilisasi suhu Inisiasi pernapasan spontan dengan

melakukan resusitasi yang baik dan benar sesuai dengan kompetensi penolong

Pemberian ASI dini dan eksklusif Pencegahan infeksi dan pemberian

imunisasi

Membatasi tindakan/prosedur medik pada bayi

Pencegahan untuk SAD : dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik. Dengan pemberian ampicillin 1 gram intravena yang diberikan pada awal persalinan dan tiap 6 jam selama persalinan, dapat menurunkan risiko terjadinya infeksi awitan dini (early-onset) sampai 56% pada bayi lahir prematur karena ketuban pecah dini, serta menurunkan resiko infeksi GBS sampai 36%. Pada wanita dengan korioamnionitis dapat diberikan ampicillin dan gentamicin, yang dapat menurunkan angka kejadian sepsis neonatorum sebesar 82% dan infeksi GBS sebesar 86%. [Rekomendasi B ] Pencegahan untuk SAL : berhubungan dengan infeksi nosokomial antara lain:

Pemantauan yang berkelanjutan

Surveilans angka infeksi, data kuman dan rasio jumlah tenaga medis dibandingkan jumlah pasien

Bentuk ruang perawatan

Sosialisasi insidens infeksi nosokomial kepada pegawai

Program untuk meningkatkan kepatuhan mencuci tangan

Perhatian terhadap penanganan dan perawatan kateter vena sentral

Pemakaian kateter vena sentral yang minimal

Pemakaian antibiotik yang rasional

Program pendidikan

Meningkatkan kepatuhan pegawai berdasarkan hasil program kontrol. [Rekomendasi A]

Page 6: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

93

Asfiksia neonatorum

Asfiksia neonatorum merupakan masalah pada bayi baru lahir dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Perinatal dan Angka Kematian Neonatal Dini, masalah ini perlu segera ditanggulangi dengan berbagai macam cara dan usaha mulai dari aspek promotif, kuratif dan rehabilitatif.

B IIb

Secara umum definisi asfiksia neonatorum yang digunakan mengacu pada definisi WHO. Namun begitu, 3% bayi dengan asfiksia neonatorum yang

mengalami komplikasi dan sesuai dengan 4 kriteria klinis asfiksia menurut AAP/ACOG perlu penanganan dan pemantauan dengan sarana yang lebih lengkap tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

C IV

Dalam penatalaksanaan asfiksia neonatorum, direkomendasikan ketersediaan alat-alat/bahan resusitasi di tingkat pelayanan dasar berupa oksigen, sungkup oksigen, balon mengembang sendiri, penghangat, pipa orogastrik, laringoskop, pipa endotrakeal, kateter penghisap, kateter umbilikal dan obat-obat resusitasi seperti cairan kristaloid dan epinefrin.

C IV

Tenaga resusitasi di tingkat pelayanan dasar direkomendasikan dapat melakukan resusitasi dasar yang bersertifikasi terutama memberikan ventilasi yang adekuat.

C IV

Fasilitas pelayanan kesehatan pada pelayanan primer direkomendasikan ketersediaan alat-alat/bahan resusitasi berupa oksigen, balon mengembang sendiri, sungkup oksigen, penghangat, pipa orogastrik, kateter penghisap, kateter umbilikal dan obat-obat resusitasi seperti

cairan kristaloid dan epinefrin.

C IV

Perawatan Metode Kanguru

PMK terbukti dapat menstabilkan suhu bayi dengan menggunakan panas badan ibu dan sama efektif bahkan lebih baik dari inkubator.

A Ib

PMK memberikan ibu kepercayaan diri dalam merawat bayi berat lahir rendah, PMK kontinu di RS lebih efisien dalam hal maka keperluan tenaga kesehatan khususnya perawat. Bayi yang belum dapat dilakukan PMK kontinu, dianjurkan untuk melakukan PMK intermitten untuk membiasakan ibu merawat bayi dengan PMK.

A Ia

Ibu yang melakukan PMK mempunyai kadar stress hormone (kortisol) yang lebih rendah sehingga diasumsikan ibu dan bayi lebih

A

Ia

Page 7: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

94

tenang/tidak stress.

PMK direkomendasikan untuk BBLR di Indonesia terutama apabila bayi tersebut stabil keadaan klinisnya dan hanya memerlukan inkubator untuk perawatannnya. Pusat pelayanan primer seperti PUSKESMAS dapat meneruskan perawatan BBLR yang telah di pulangkan dari pusat pelayanan sekunder atau tersier. Pusat pelayanan kesehatan sekunder dapat melakukan PMK kontinu untuk BBLR yang masih menggunakan alat kesehatan minimal. PMK dapat dilakukan disemua level pelayanan

kesehatan di Indonesia sesuai dengan sarana dan prasarana yang tersedia.

C Ia

Kriteria definitif pemulangan terdiri dari :

Bayi mencapai berat badan minimum yakni 1500 g.

Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea atau infeksi

Bayi minum dengan baik

Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari) untuk sekurang-kurangnya tiga hari berturut-turut

Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan follow-up

Bayi yang dipulangkan dengan berat badan < 1800 gram difollow-up setiap minggu dan dilakukan minimal di RS Umum Daerah, sedangkan dan bayi dengan berat badan >1800 gram difollow-up setiap dua minggu boleh dilakukan di Puskesmas.

C IV

Rekomendasi waktu pemantauan:

Dua kali kunjungan follow up per minggu

sampai dengan 37 minggu usia pasca menstruasi.

Kunjungan pertama paling lambat dalam 48 jam setelah pemulangan.

Satu kali kunjungan follow up per minggu setelah 37 minggu

C IV

Page 8: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

95

LAMPIRAN

LAMPIRAN 2. Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir 2.1. Alur Skrining Pendengaran Bayi

Page 9: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

96

2.2. Modifikasi Tes Daya Dengar Umur kurang atau sampai 3 bulan

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

1. Kemampuan ekspresif

Apakah bayi dapat mengatakan aaaaa, ooooo?

Apakah bayi menatap wajah dan tampak mendengarkan anda, lalu berbicara saat anda diam? Apakah anda dapat seolah-olah berbicara dengan bayi anda?

2. Kemampuan reseptif

Apakah bayi kaget bila mendengar suara (mengejapkan mata, napas lebih cepat)?

Apakah bayi kelihatan menoleh bila anda berbicara di sebelahnya?

3. Kemampuan visual

Apakah bayi anda dapat tersenyum?

Apakah bayi anda kenal dengan anda, seperti tersenyum lebih cepat pada anda dibandingkan orang lain?

Umur lebih dari 3 bulan sampai 6 bulan

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

1. Kemampuan ekspresif

Apakah bayi dapat tertawa keras?

Apakah bayi dapat bermain menggelembungkan mulut seperti meniup balon?

2. Kemampuan reseptif

Apakah bayi memberi respons tertentu, seperti menjadi lebih riang bila anda datang?

Pemeriksa duduk menghadap bayi yang dipangku orang tuanya, bunyikan bel di samping tanpa terlihat bayi, apakah bayi itu menoleh ke samping?

3. Kemampuan visual

Pemeriksa menatap maya bayi sekitar 45 cm, lalu gunakan mainan untuk menarik pandangan bayi ke kiri, kanan, atas dan bawah. Apakah bayi dapat mengikutinya?

Apakah bayi berkedip bila pemeriksa melakukan gerakan menusuk mata, lalu berhenti sekitar 3 cm tanpa menyentuh mata?

Page 10: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

97

Umur lebih dari 6 bulan sampai 12 bulan

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

1. Kemampuan ekspresif

Apakah bayi dapat membuat suara berulang seperti mamamama, babababa?

Apakah bayi dapat memanggil mama atau papa, walaupun tidak untuk memanggil orang tuanya?

2. Kemampuan reseptif

Pemeriksa duduk menghadap bayi yang dipangku orang tuanya, bunyikan bel di samping bawah tanpa terlihat bayi, apakah bayi langsung menoleh ke samping bawah?

Apakah bayi mengikuti perintah tanpa dibantu gerakan badan, seperti stop, berikan mainanmu?

3. Kemampuan visual

Apakah bayi bayi mengikuti perintah dengan dibantu gerakan badan, seperti stop, berikan mainanmu?

Apakah bayi secara spontan memulai permainan dengan gerakan tubuh, seperti pok ame-ame atau cilukba?

Umur lebih dari 12 bulan sampai 18 bulan

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

1. Kemampuan ekspresif

Apakah anak dapat memanggil mama atau papa, hanya untuk memanggil orang tuanya?

Apakah anak mulai menggunakan kata-kata lain, selain kata mama, papa, anggota keluarga lain dan hewan peliharaan?

2. Kemampuan reseptif

Pemeriksa duduk menghadap bayi yang dipangku orang tuanya, bunyikan bel di samping bawah tanpa terlihat bayi, apakah bayi langsung menoleh ke samping bawah?

Apakah anak mengikuti perintah tanpa dibantu gerakan badan, seperti stop, berikan mainanmu?

3. Kemampuan visual

Apakah anak secara spontan memulai permainan dengan gerakan tubuh, seperti pok ame-ame atau cilukba?

Apakah anak anda menunjuk dengan jari telunjuk bila ingin sesuatu, bukan dengan cara memegang dengan semua jari?

Page 11: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

98

Umur lebih dari 18 bulan sampai 24 bulan

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

1. Kemampuan ekspresif

Apakah anak dapat mengucapkan dua atau lebih kata yang menunjukan keinginan, seperti susu, minum, lagi?

Apakah anak secara spontan mengatakan 2 kombinasi kata, seperti mau bobo, lihat papa?

2. Kemampuan reseptif

Apakah anak dapat menunjukkan paling sedikit satu anggota badan, misal mana hidungmu? Mana matamu? Tanpa diberi contoh?

Apakah anak dapat mengerjakan 2 macam perintah dalam satu kalimat, seperti ambil sepatumu dan taruh disini, tanpa diberi contoh?

3. Kemampuan visual

Apakah anak secara spontan memulai permainan dengan gerakan tubuh, seperti pok ame-ame atau cilukba?

Apakah anak anda menunjuk dengan jari telunjuk bila ingin sesuatu, bukan dengan cara memegang dengan semua jari?

Umur lebih dari 24 bulan sampai 30 bulan

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

1. Kemampuan ekspresif

Apakah anak mulai menggunakan kata-kata lain, selain kata mama, papa, anggota keluarga lain dan hewan peliharaan?

Apakah anak mulai mengucapkan kata yang berarti “milik”, misal susu kamu, bonekaku?

2. Kemampuan reseptif -Apakah anak dapat mengerjakan 2 macam perintah dalam satu

kalimat, seperti ambil sepatudan taruh disini, tanpa diberi contoh? -Apakah anak dapat menunjuk minimal 2 nama benda di depannya (cangkir, bola, sendok)?

3. Kemampuan visual - Apakah Apakah anak secara spontan memulai permainan dengan gerakan tubuh, seperti pok ame-ame atau cilukba? - Apakah anak anda menunjuk dengan jari telunjuk bila ingin sesuatu, bukan dengan cara memegang dengan semua jari?

Page 12: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

99

Umur lebih dari 30 bulan sampai 36 bulan

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

1. Kemampuan ekspresif - Apakah anak sudah dapat mengucapkan kata depan. Seperti di atas, di dalam, di bawah? -Apakah anak dapat mengucapkan 2 atau 3 kalimat dalam pembicaraan?

2. Kemampuan reseptif - Apakah anak dapat menunjuk minimal 2 nama benda di depannya (cangkir, bola, sendok)? - Apakah anak dapat menunjukan minimal 2 nama benda di depannya sesuai fungsinya (misal untuk minum: cangkir, untuk dilempar: bola, untuk makan: sendok, untuk menggambar: pensil warna)?

3. Kemampuan visual

Apakah anak secara spontan memulai permainan dengan gerakan tubuh, seperti pok ame-ame atau cilukba?

Apakah anak anda menunjuk dengan jari telunjuk bila ingin sesuatu, bukan dengan cara memegang dengan semua jari?

Umur lebih dari 36 bulan

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

1. Kemampuan ekspresif

Apakah anak dapat menyebutkan nama benda dan kegunaannya? cangkir untuk minum, bola untuk dilempar, pensil warna untuk menggambar, sendok untuk makan?

Apakah lebih dari tigaperempat orang mengerti apa yang dibicarakan anak anda?

2. Kemampuan reseptif - Apakah anak dapat menunjukan minimal 2 nama benda di depannya sesuai fungsinya (misal untuk minum: cangkir, untuk dilempar: bola, untuk makan: sendok, untuk menggambar: pensil warna)? -Apakah anak dapat mengerjakan perintah yang disertai kata depan? (misal : sekarang kubus itu di bawah meja, tolong taruh di atas meja)?

3. Kemampuan visual -Apakah anak secara spontan memulai permainan dengan gerakan tubuh, seperti pok ame-ame atau cilukba? -Apakah anak anda menunjuk dengan jari telunjuk bila ingin sesuatu, bukan dengan cara memegang dengan semua jari?

Page 13: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

100

LAMPIRAN

LAMPIRAN 3 Skrining Retinopathy of Prematurity

3.1. Klasifikasi dan Gambaran ROP berdasarkan stadium

Stadium 1 Demarcation line – batas yang tegas, mendatar, dan berwarna keputihan antara retina vascular dan avaskular (retina normal memiliki batas halus, nonlinear dan

kasar/feathery)

Stadium 2 Elevated ridge – garis batas memiliki tiga dimensi

Stadium 3 Neovascularization – ekstraretinal, jaringan proliferative fibrovaskular

Stadium 4 Retinal detachment – dapat berupa eksudasi atau tarikan dan bisa terlepas sebagian atau total

4A – tidak terdapat keterlibatan makula

4B – makula terlepas

Stadium 5 Total retinal detachment

Plus diseases

Adanya dilatasi dan lengkung-lengkung kompleks dari pembuluh darah polus posterior pada sedikitnya dua kuadran retina. Hal ini berhubungan dengan penyakit yang berat dan hasil yang buruk. Lebih sering terjadi pada stadium lanjut dan zona lebih rendah.

Page 14: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

101

Pre-plus disease : lengkung arteri lebih kompleks dan dilatasi vena lebih daripada normal tetapi tidak terlalu berat untuk diklasifikasikan sebagai penyakit plus.

Rush disease (Aggressive Posterior ROP, AP-ROP) : Bentuk ROP yang berat dan jarang dengan peningkatan kompleksitas lengkungan dan dilatasi pembuluh darah terdapat pada keempat kuadran dari zona 1 dan terkadang zona 2. Bisa tidak berlanjut kdari stadium 1 ke stadium 3, tetapi cepat berlanjut ke stadium 4 atau 5.

Sumber: Kuschel C, Dai S. Retinopathy of Prematurity. Newborn Services Clinical

Guideline. 2007.

3.2. Gambar ROP dengan Retinal Camera (Ret Cam)

A B

Foto fundus untuk menggambarkan garis demarkasi pada stadium 1(A). Garis demarkasi dalam stadium 1 ROP (B).

C

Foto fundus memperlihatkan ROP

stadium 2 pada persambungan retina vaskular dan avaskular.

Page 15: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

102

D

Foto fundus memperlihatkan ROP

stadium 3 moderat dengan ekstensi

posterior sampai ke garis batas (tampak

dilatasi pembuluh darah posterior).

E

Gambaran ROP Stadium 4B

retinal detachment.

F

Gambaran ROP stadium 5.

Page 16: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

103

Sumber : The International Classification of Retinopathy of Prematurity Revisited

An International Committee for the Classification of Retinopathy of Prematurity. Arch

Ophthalmol / Vol 123, July 2005.

3.3. Formulir Rekapitulasi Data Skrining ROP Periode …………. - ………… 20…. Rumah Sakit

Dokter:

1. Spesialis anak: ………………….. 2. Spesialis mata: …………………..

Tabel 1. Situasi di NICU

Jumlah dokter spesialis anak

Jumlah perawat

Jumlah inkubator

Jumlah air-oxygen blenders

Jumlah pulse oxymeters

Jumlah flow devices

Jumlah CPAP

% jumlah bayi dengan oksigen yang dapat dimonitor

a. Jumlah bayi prematur yang lahir (hidup dan mati) dari bulan ……… - …….. 20….;

b. Jumlah bayi prematur yang dilakukan skrining ROP dari bulan ……… - …… 20….;

c. Jumlah bayi prematur yang mengalami ROP dari bulan ………….. - ……… 20…;

G

Plus disease

Page 17: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

104

Tabel 2. Data skrining

Berat lahir (gram)

Jumlah bayi lahir hidup

Survival* rates

Jumlah bayi yang dilakukan skrining ROP

Jumlah bayi yang terdiagnosis ROP

Jumlah bayi yang mendapatkan terapi

< 1.000

1.000-1.499

1.500-1.749

1.750-1.999

2.000+

TOTAL -

Usia gestasi (minggu)

Jumlah bayi lahir hidup

Survival* rates

Jumlah bayi yang dilakukan skrining ROP

Jumlah bayi yang terdiagnosis ROP

Jumlah bayi yang mendapatkan terapi

< 28

29-30

31-32

33-34

35+

TOTAL

*jumlah bayi yang hidup sampai diizinkan untuk pulang dari NICU

Contoh : jumlah bayi yang masih hidup ketika diperbolehkan pulang dari perinatologi RS A 10 bayi survival rates = 10

Tabel 3. Faktor risiko yang ditemukan pada bayi prematur

*jumlah keseluruhan bayi prematur dengan faktor-faktor risiko di atas

Jumlah bayi* Jumlah bayi dengan diagnosis ROP**

Sepsis atau infeksi berat yang disertai dengan gangguan hemodinamik

Penggunaan O2 >7 hari atau O2 dengan konsentrasi tinggi (misalnya penggunaan head box, penggunaan O2

nasal, CPAP, Ventilator)

Transfusi darah berulang

Respiratory disease

Apneu

Asfiksia (APGAR score menit ke-5 < 3)

Small for gestational age (berdasarkan kurva Lubchenco, terlampir)

Bronchopulmobary dysplasia

Patent ductus arteriosus

Intraventricular haemorrhage

Genetik (riwayat keluarga dengan prematur dan atau ROP)

Page 18: Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di RS Lampiran

HTA Indonesia_2010_Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit

105

**jumlah bayi prematur dengan diagnosis ROP yang memiliki faktor-faktor risiko di atas

Contoh: faktor risiko No.1, jumlah bayi 20 ; jumlah bayi dengan diagnosis ROP 5

Tabel 4. Staging Berat lahir

(gram)

Im- mature Retina

(n)

Pre Plus Disease

(n)

Plus disease

(n)

Aggres-sive

Posterior ROP (n)

Regres-sion of ROP (n)

Stage I

(n)

Stage II (n)

Stage III (n)

Stage IV (n)

Stage V (n)

< 1.000 1.000-1.499

1.500-1.749

1.750-1.999

2.000+

TOTAL Usia gestasi

(minggu)

Im- mature Retina

(n)

Pre Plus Disease

(n)

Plus disease

(n)

Aggres-sive

Posterior ROP (n)

Regres-sion of ROP (n)

Stage I

(n)

Stage II (n)

Stage III (n)

Stage IV (n)

Stage V (n)

< 28

29-30

31-32

33-34

35+

TOTAL

Tabel 5. Zone classification

Berat lahir (gram)

Zone I (n)

Zone II (n)

Zone III (n)

< 1.000

1.000-1.499

1.500-1.749

1.750-1.999

2.000+

TOTAL

Usia gestasi (minggu)

Zone I (n)

Zone II (n)

Zone III (n)

< 28

29-30

31-32

33-34

35+

TOTAL