buku panduan praktikum biokimia peternakan...mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum mata...
TRANSCRIPT
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 2 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA PETERNAKAN
TAHUN 2020
LABORATORIUM BIOKIMIA
PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2020
FOTO 3X4
NAMA :
NIM :
KELAS :
TANDA TANGAN :
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 3 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT bahwa Buku Petunjuk Praktikum
Biokimia Peternakan telah dapat diselesaikan. Buku ini disusun untuk membantu
mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum mata kuliah Biokimia.
Materi yang disajiakan dalam buku ini yakni berisi cara-cara sederhana
pengenalan senyawa biokimia dan teori dasar yang berhubungan dengan materi
praktikum. Diharapkan, melalui pengamatan fenomena Biokimia secara langsung
di laboratorium, mahasiswa akan memahami mata kuliah Biokimia Peternakan.
Buku Petunjuk Praktikum ini memang dibuat sebaik dan sesempurna
mungkin untuk bisa membantu mahasiswa melakukan praktikum ataupun
penelitian dikemudian hari. Meski demikian, masih ada beberapa kekurangan
yang ada dan dikemudian hari bisa lebih diperbaiki lagi.
Kritik dan saran untuk kesempurnaan Buku Petunjuk Praktikum ini sangat
penulis hargai dan harapkan.
Sekian dan Terima Kasih.
Malang, 23 Oktober 2020
Tim Penyusun
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 4 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
IDENTITAS DIRI ....................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ................................................................................................. 3
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 4
STRUKTUR ASISTEN BIOKIMIA ........................................................................... 5
TATA TERTIB PRAKTIKUM ................................................................................... 6
BAB I KARBOHIDRAT
1.1 Uji Benedict .............................................................................................. 9
1.2 Uji Iodine ............................................................................................... 11
1.3 Uji Saliwanoff ........................................................................................ 12
1.4 Isolasi Karbohidrat ................................................................................. 13
BAB II ASAM-ASAM AMINO DAN PROTEIN
2.1 Uji Biuret ............................................................................................... 15
2.2 Pengendapan Protein dengan Logam Berat ........................................... 16
2.3 Pengendapan Protein oleh Asam ........................................................... 17
2.4 Isolasi Kasein dari Susu ......................................................................... 18
2.5 Isolasi Protein Whey .............................................................................. 19
BAB III LIPID
3.1 Analisis Kualitatif Lipid (Kelarutan Lipid) ........................................... 21
3.2 Analisis Kuantatif Lipid ........................................................................ 22
BAB IV ENZIM
4.1 Uji Katalase ........................................................................................... 24
4.2 Uji Peroksidase ...................................................................................... 25
BAB V VITAMIN
Penentuan Kadar Vitamin C ......................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 29
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 5 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
STRUKTUR ASISTEN
BIOKIMIA PETERNAKAN 2020
Koordinator Praktikum : Dr. Ir. Osfar Sjofjan, M.Sc., IPU.,
ASEAN Eng.
Koordinator Asisten Praktikum : Rifaldi Fadilah
Sekretaris dan Bendahara : Indha Fitria Pangesti
Anggota : 1. Felix Susanto
2. Eva Icahyaningrum
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 6 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
TATA TERTIB PRAKTIKUM
Praktikum Luring
Sebelum praktikum:
1. Mahasiswa menggunakan jas laboraturium dan sepatu tertutup dengan rapi.
2. Mahasiswa tidak diperkenankan memakai sandal.
3. Membawa Lap.
4. Mahasiswa masuk ke laboraturium 15 menit sebelum waktu praktikum
dimulai, jika terlambat masuk sesuai waktunya, maka tidak diperkenankan
mengikuti praktikum.
Setelah masuk laboraturium:
1. Mahasiswa wajib mengisi daftar hadir yang telah disediakan secara tertib.
2. Mahasiswa wajib mengikuti tes pendahuluan.
Selama praktikum berlangsung:
1. Melakukan praktikum secara tertib, mengikuti pengarahan dari asisten,
baik mengenai prosedur praktikum maupun penggunaan peralatan.
2. Dilarang menggunakan kamera selain untuk keperluan dokumentasi hasil
praktikum.
3. Tidak diperkenankan keluar masuk dari laboraturium, makan dan minum,
membuat keributan, serta menerima tamu.
4. Menjaga ketertiban dan keselamatan kerja, kebersihan serta bersikap
sopan selayaknya mahasiswa.
Setelah praktikum selesai :
1. Membersihakan semua peralatan dan meja, serta mengatur dan
mengecek kembali semua peralatan yang telah digunakan.
2. Menyerahkan laporan praktikum sementara sesuai dengan format yang
diberikan, setelah selesai praktikum pada hari itu.
3. Menyerahkan laporan praktikum sesuai format yang telah ditentukan 2
minggu setelah pelaksanaan praktikum.
4. Jika tidak menyerahkan laporan, dianggap tidak mengerjakan praktikum,
nilainya diambil dari kegiatan lainnya.
5. Memeriksa kembali peralatan, kebersihan meja dan lantai (tidak basah dan
tidak ada sampah yang tercecer)
6. Meninggalkan laboraturium dalam keadaan bersih.
Pemecahan alat :
1. Setiap peralatan gelas yang dipecahkan harus diganti dengan jenis, merk
dan ukuran yang sama.
2. Penggantian alat yang dipecahkan harus disertai dengan bon pembelian.
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 7 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
3. Penggantian alat yang dipecahkan paling lambat 2 minggu setelah
pemecahan. Untuk peralatan gelas yang ada di lemari, penggantian paling
lambat 2 minggu setelah praktikum berakhir.
4. Apabila sampai akhir semester peralatan gelas tidak diganti,maka nilai
praktikum tidak akan dikeluarkan (T).
Praktikum Daring
Selama Praktikum
1. Seluruh praktikan wajib mengikuti seluruh rangkaian praktikum mata kuliah Biokimia
Peternakan.
2. Praktikum dilaksanakan secara daring melalui Zoom Cloud Meeting dan Google
Classroom.
3. Praktikan wajib masuk pada link dan kode sesuai kelas masing-masing (Zoom dan
Google Classroom).
4. Wajib menggunakan pakaian rapi berkerah dan menjaga sopan santun selama
praktikum berlangsung
5. Praktikan wajib mengaktifkan kamera dan menonaktifkan audio saat praktikum
berlangsung pada media Zoom.
6. Dilarang makan dan minum serta merokok saat praktikum berlangsung pada media
Zoom.
7. Tidak ada praktikum susulan.
8. Absensi dilakukan di Google Classroom dan apabila izin perihal sakit dibuktikan
dengan surat keterangan dokter dan akademik dibuktikan dengan surat keterangan
dari Fakultas atau Universitas
9. Format identitas praktikan (Zoom dan Google Classroom) menggunakan format:
Kelas_No.absen_Nama
10. Praktikan dilarang melakukan plagiasi atau menyontek praktikan lain dalam bentuk
apapun.
Kehadiran :
1. Semua mahasiswa praktikan wajib mengikuti seluruh rangkaian
praktikum dari mulai pengarahan, pengenalan penggunaan peralatan gelas
dan praktikum itu sendiri.
2. Kehadiran selama praktikum adalah 100%.
3. Jika tidak hadir pada saat praktikum, maka dianggap gugur (tidak lulus
praktikum Biokimia Peternakan.
Penilaian :
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 8 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
1. Briefing 5%
2. Keaktifan 15%
3. Pretest 20%
4. Laporan
5. UAP
25%
35%
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 9 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
BAB I. KARBOHIDRAT
Dasar Teori
Karbohidrat diidentifikasikan sebagai senyawa yang unsur-unsurnya terdiri dari karbon
(C), hidrogen (H) dan oksigen (O), dengan rumus empiris (CH2O)n. Senyawa karbohidrat
dibagi dalam tiga golongan utama yang terdiri dari monosakarida, oligosakarida dan
polisakarida.
Monosakarida merupakan suatu senyawa polihidroksi aldehid (aldosa) atau polihidroksil
keton. Pada umumnya monosakarida bersifat optis aktif, mudah larut dalam air, berupa zat
padat putih, bila dipanaskan akan berbau karamel dan mempunyai sifat mereduksi. Contoh
dari senyawa monosakarida yaitu glukosa, galaktosa, fruktosa dan sebagainya.
Oligosakarida terdiri dari dua atau lebih monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan
glikosida. Senyawa tersebut dapat dihidrolisa dalam suasana asam menghasilkan
monosakarida. Contoh dari senyawa ini antara lain sukrosa, laktosa dan maltosa.
Polisakarida merupakan polimer dari monosakarida. Contoh dari polisakarida ini
antara lain amilum, selulosa, dan glikogen. Amilum merupakan zat tepung dalam
tumbuhan yang dapat dijumpai pada beras, gandum maupun umbi-umbian. Amilum terdiri
dari amilosa dan amilopektin. Amilosa mengandung 300 unit glukosa dengan ikatan α-1,4
glukosidik, sedangkan amilopektin terdiri dari 1000 unit glukosa yang bergabung
membentuk rantai lurus dengan ikatan α-1,4 glukosidik dan pada setiap 25 atau 30 unit
glukosa terdapat rantai cabang dengan ikatan α-1,6 glukosidik. Selulosa terdiri dari ± 6000
unit glukosa yang dihubungkan dengan ikatan β-1,4 glukosidik membentuk rantai linier.
Glikogen merupakan karbohidrat cadangan yang hanya terdapat pada hewan dan manusia,
dan mempunyai struktur seperti amilopektin dalam hal unit yang mendirikan molekul
adalah glukosa, jenis ikatan pada rantai dan ikatan pada cabang. Glikogen mempunyai
massa molekul relatif 30.000 dan pada tiap 10 unit glukosa dalam rantai lurus terdapat
rantai cabang. Contoh lain dari polisakarida adalah khitin, hemiselulosa dan pektin.
1.1 Uji Benedict
Uji Benedict ditujukan untuk identifikasi gula-gula pereduksi. Pada proses
reduksi ion kupri dalam suasana basa perlu ditambahkan zat pengompleks seperti
sitrat, yang berfungsi untuk mencegah pengendapan CuCO3 dalam larutan
natrium karbonat. Hasil dari oksidasi karbohidrat dalam larutan basa sangat
kompleks dan banyak jumlahnya, dan juga belum semuanya dapat diidentifikasi.
Maltosa dan laktosa memberikan uji positif dengan reagen Benedict, sedangkan
larutan sukrosa tidak bereaksi karena tidak memiliki gugus aldehid atau gugus
keton bebas.
Tujuan :
Mengidentifikasi atau menganalisa adanya gula-gula pereduksi pada suatu
bahan/sampel.
Prinsip Kerja :
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 10 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
Gula-gula pereduksi akan mereduksi Reagen benedict (ion kupri) sehingga
membentuk senyawa yang berwarna.
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Rak
4. Beaker glass
5. Bunsen dan korek api
6. Penjepit
Bahan :
1. Reagen benedict
2. Larutan karbohidrat 1% (sukrosa, glukosa, amilum, sorbitol, fruktosa)
Prosedur :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan reagen benedict sebanyak 1 ml (20 tetes) dalam tabung reaksi
3. Dimasukkan sampel larutan karbohidrat 1% sebanyak 1 ml (20 tetes) dalam
tabung reaksi
4. Dihomogenkan dan diamati warna sebelum dipanaskan
5. Dipanaskan tabung reaksi pada api Bunsen dengan penjepit hingga mendidih
6. Ditaruh pada rak
7. Diamati perubahan warna dan dicatat pada hasil pengamatan
Tabel hasil pengamatan:
Lar. KH
Perubahan Warna
Sebelum Dipanaskan Sesudah Dipanaskan
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 11 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
1.2 Uji Iodine
Iodine bila diadsorpsi oleh larutan polisakarida akan memberikan warna.
Warna yang dihasilkan akan bergantung pada jenis polisakarida pengadsorpsi.
Larutan amilum dengan iodine akan memberikan warna biru, sedangkan larutan
glikogen atau larutan amilum yang terhidrolisa secara parsial akan
menghasilkan warna coklat kemerahan.
Tujuan :
Untuk mengidentifikasi atau menganalisa adanya polisakarida (pati) dalam
suatu bahan atau sampel.
Prinsip Kerja :
Larutan polisakarida akan mengabsobsi larutan iodine sehingga akan
memberikan perubahan warna tertentu.
Alat :
1. Tabung reaksi (4)
2. Pipet tetes (2)
3. Rak
4. Beaker glass
5. Penjepit
Bahan :
1. Larutan iodine
2. Larutan karbohidrat 1% (sukrosa, glukosa, fruktosa, amilum, sorbitol)
3. Larutan HCl 2 N
Prosuder Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan sampel larutan karbohidrat 1% sebanyak 1 ml ke dalam tabung
reaksi
3. Diamati warna dan dicatat pada tabel hasil pengamatan
4. Ditambahkan HCl 2 N sebanyak 1 ml
5. Ditambahkan 2-4 tetes larutan iodine
6. Dihomogenkan
7. Diamati perubahan warna yang terjadi dan dicatat pada hasil pengamatan
Tabel hasil pengamatan :
Lar. KH Perubahan Warna
Sebelum + HCl, iodine Sesudah + HCl, iodine
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 12 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
1.3 Uji Saliwanoff
Ketosa akan lebih mudah terdehidrasi membentuk derivat furfural daripada
aldosa. Fruktosa oleh asam hidroklorida panas akan diubah menjadi asam
levulinat dan hidroksi-metil furfural, kemudian kondensasi antara hidroksi-
metil furfural dengan resorcinol menghasilkan senyawa- senyawa berikut:
sukrosa yang mudah terhidrolisa menjadi fruktosa dan glukosa akan memberi
reaksi positif dengan reagen saliwanoff. Pendidihan lebih lama harus
dihindarkan karena aldosa-aldosa akan diubah oleh HCl menjadi ketosa,
dengan reagen saliwanoff akan memberikan warna merah.
Tujuan :
Uji saliwanoff bertujuan untuk mengidentifikasikan gugus keton yang ada pada
karbohidrat
Prinsip Kerja :
Keton lebih mudahmembentuk derifat furfural dari pada aldosa
Alat :
1. Tabung reaksi (4)
2. Pipet tetes
3. Rak
4. Beaker glass
5. Erlenmeyer (1)
6. Bunsen dan korek api
7. Penjepit
BAHAN :
1. Reagen saliwanoff
2. Larutan karbohidrat 1% (sukrosa, glukosa, fruktosa, amilum, sorbitol)
PROSEDUR KERJA:
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan reagen saliwanoff sebanyak 2 ml pada tabung reaksi
3. Ditambahkan sampel larutan karbohidrat 1% sebanyak 2 tetes
4. Dipanaskan dengan api Bunsen hingga mendidih
5. Ditaruh pada rak dan diamati perubahan warna yang terjadi
6. Dicatat pada hasil pengamatan
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 13 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
Tabel hasil pengamatan :
Lar. KH
Perubahan Warna
Sebelum Dipanaskan + Reagen Sesudah Dipanaskan + Reagen
1.4 Isolasi Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia
yang befungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat
sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik yang mempunyai
struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan-persamaan dari
sudut kimia dan fungsinya. Semua karbohidrat terdiri atas unsur Carbon (C),
hidrogen (H), dan oksigen (O). Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi
dibagi menjadi dua golongan yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat
kompleks. Terdapat pula karbohidrat yang tidak dapat kita makan atau tidak
berfungsi sebagai makanan misalnya kayu, serat kapas dan tumbuhan lain.
Karbohidrat yang terdapat didalam tumbuhan disebut dengan selulosa yaitu
senyawa yang membentuk dinding sel tumbuhan . karbohidrat yang berasal dari
makanan dalam tubuh mengalami perubahan atau metabolisme. Hasil dari
metabolisme tersebut adalah glukosa yang terdapat didalam darah, sedangkan
glikogen adalah karbohidrat yang disintesis didalam hati dan digunakan oleh
sel-sel pada jaringan otot untuk sumber energi. Amilum atau pati, selulosa,
glikogen, gula atau sukrosa dan glukosa merupakan beberapa karbohidrat yang
penting bagi tubuh.
Tujuan:
Untuk mengisolasi pati atau amilum dari suatu bahan.
Prinsip Kerja:
Mengisolasi pati atau amilum dengan metode homogenisasi, dekantasi, suspensi
dan pengendapan.
Alat :
1. Pisau atau cutter
2. Timbangan
3. Blender atau mortal
4. Kain saring
5. Gelas kimia 500 ml
6. Labu ukur
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 14 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
7. Corong
8. Kertas saring (pori2 besar)
Bahan:
1. Kentang
2. Aquadest
3. Etanol 95% (non polar)
Prosedur Kerja:
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Kupas kentang dan dipotong kecil2 kemudian timbang 150 gram-300 gram
3. Diblender bersama 100-200 ml air sampai halus
4. Disaring dengan kain saring dan ditampung pada gelas kimia
5. Ditambah aquadest 50-100 ml
6. Dihomogenkan, diendapkan dan didekantasi
7. Pati di suspensikan dengan 50-100 ml etanol 95%
8. Ditimbang kertas saring
9. Disaring melalui corong dengan kertas saring
10. Dikeringkan pada suhu kamar
11. Ditimbang
12. Dihitung randemen pati dalam kentang
Perhitungan:
Randemen pati = berat pati + kertas saring - berat kertas saring / berat sampel x
100%
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 15 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
BAB II. ASAM-ASAM AMINO DAN PROTEIN
Dasar Teori
Asam amino adalah senyawa organik yang merupakan satuan penyusun protein
yang mempunyai gugus amino dan karboksilat. Oleh karena itu asam amino
mempunyai sifat-sifat asam maupun basa.
NH2
I
R – CH – COOH
Asam amino bersifat tidak seperti senyawa-senyawa organik, tetapi mirip dengan
garam-garam anorganik. Pada umumnya asam amino larut dalam air, tetapi hanya
larut sebagian di dalam pelarut organik.
Titik leleh asam-asam amino sangat tinggi untuk senyawa-senyawa organik
dengan massa molekul relatif rendah dan kebanyakan lebih besar dari 200 0C. Hal
ini dapat dijelaskan karena asam amino di dalam larutan netral akan membentuk
zwitter ion (ion yang bermuatan ganda). Titik leleh yang tinggi dapat pula dijelaskan
dalam hubungannya dengan energi yang dibutuhkan untuk memecahkan ikatan-
ikatan ionik dalam kisi kristalnya.
Beberapa asam amino mengandung gugus terionisasi pada rantai samping R, hal
ini mempengaruhi karakteristik apakah asam amino tersebut bebas di dalam larutan
atau bergabung dengan asam amino yang lain. Pada kenyataannya, sifat muatan dari
protein ditentukan banyaknya gugus yang terionisasi pada rantai samping asam
amino.
Dalam protein, asam amino satu dengan asam amino yang lain bergabung
melalui ikatan peptida (-CO-NH-). Ikatan peptida dibentuk dengan kondensasi
gugus α-COOH dari asam amino yang satu dengan gugus α-NH2 dari asam amino
yang lain. Protein merupakan polimer dari asam amino yang mana struktur dari
protein ada 4 macam yaitu: struktur primer, sekunder, tersier, dan kuarterner.
Protein merupakan bahan pembentuk makhluk hidup, katalisator organik atau
biasa disebut enzim, dan bagian penting dari nukleoprotein.
2.1 Uji Biuret
Kupri sulfat (CuSO4) dalam suasana basa bereaksi dengan senyawa yang
mengandung 2 atau lebih ikatan peptide sehingga akan menghasilkan senyawa
kompleks yang berwarna ungu. Intensitas warna yang dihasilkan tergantung
pada banyaknya ikatan peptida yang terdapat pada protein.
Tujuan :
Untuk mengidentifikasi atau menganalisa adanya 2 atau lebih ikatan peptide
(protein) dalam suatu bahan atau sampel.
Prinsip Kerja :
Kupri sulfat dalam suasana basaakan bereaksi dengan ikatan peptide sehingga
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 16 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
akan menghasilkan senyawa kompleks berwarna ungu.
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Beaker glass
4. Erlenmeyer
5. Rak
Bahan:
1. Kupri sulfat
2. NaOH 10 N
3. Larutan Protein (albumin, kasein, gelatin,)
Prosedur Kerja:
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan 2 mL larutan protein pada tabung reaksi
3. Ditambahkan 5 tetes larutan kupri sulfat
4. Ditambahkan 2 mL NaOH
5. Dihomogenkan
6. Diamati perubahan warna dan dicatat pada hasil pengamatan
Tabel hasil pengamatan :
Lar. Protein
Perubahan Warna
Sebelum +
CuSO4,NaOH
Sesudah +
CuSO4,NaOH
2.2 Pengendapan Protein dengan Logam Berat
Pada pH 7 atau lebih (basa), protein biasanya bermuatan negatif, maka
dapat dinetralisasi dengan penambahan ion logam yang bermuatan positif dan
akan terjadi pengendapan. Pengendapan oleh logam berat paling efektif pada
suasana netral atau sedikit basa. Pada suasana larutan yang terlalu basa akan
terbentuk endapan logam hidroksida. Endapan seringkali larut bila terdapat
kelebihan ion logam dalam larutan meningkatkan penstabilan muatan positif
partikel.
Tujuan :
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 17 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
Untuk menanalisa pengendapan protein dengan logam berat
Prinsip Kerja :
Protein pada suasana netral atau sedikit basa mempunyai muatan negative
apabila di netralkan dengan penambahan ion logam yang bermuatan positif
makaakan mengalami pengendapan.
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Beaker glass
4. Erlenmeyer
5. Rak
Bahan :
1. Larutan protein (albumin, kasein, gelatin )
2. CuSO4
Prosedur Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan larutan protein sebanyak 2 mL
3. Ditambahkan 5 tetes larutan logam berat CuSO4(kupri sulfat)
4. Dihomogenkan
5. Diamati endapan yang terbentuk
Tabel hasil pengamatan :
Lar. Protein Perubahan yang terjadi
Sebelum + CuSO4 Sesudah + CuSO4
2.3 Pengendapan Protein oleh Asam
Senyawa-senyawa asam mempunyai muatan negatif yang besar dapat
menetralkan protein yang bermuatan positif, membentuk garam yang tidak larut
(mengendap).
Tujuan :
Untuk menganalisa pengendapan protein dengan logam berat
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 18 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
Prinsip Kerja :
Senyawa asam yang mempunyai muatan negative yang besar dapat
menetralkan protein yang bermuatan positif sehingga akan membentuk endapan.
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Beaker glass
4. Erlenmeyer
5. Rak
Bahan :
1. Larutan protein (albumin, kasein, gelatin dan)
2. HCl 1 N dan HCl 10 N
Prosedur Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan larutan protein sebanyak 2 mL
3. Ditambahkan larutan HCl 1 N dan HCl 10 N
4. Dihomogenkan
5. Diamati endapan yang terbentuk
Tabel hasil pengamatan :
Lar. Protein Perubahan Warna
Dihomogenkan + HCl 1 N Dihomogenkan + HCl 10 N
2.4 Isolasi Kasein dari Susu
Kasein merupakan protein utama yang ada di dalam susu dengan
konsentrasi sekitar 35 g/L. Kasein bukan senyawa tunggal tetapi merupakan
campuran heterogen dengan fosfor. Kebanyakan protein menunjukkan
kelarutan minimal pada titik isoelektriknya, dan prinsip ini digunakan untuk
mengisolasi kasein pada pH titik isoelektriknya. Kasein juga tidak larut dalam
etanol, sifat ini digunakan untuk memisahkan lipid dari protein.
Tujuan :
Untuk mengisolasi kasein dari susu atau untuk mengetahui jumlah kandungan
kasein dari susu.
Prinsip Kerja :
Kasein akan terpisah (mengendap) dari susu pada titik isoelektriknya.
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 19 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
Alat :
1. Gelas kimia 500 mL
2. Beaker glass
3. Thermometer
4. Hot plate magnetic stirer
5. Pengaduk
6. Pipet tetes
7. Corong Buchner
8. Labu ukur
Bahan :
1. Susu segar
2. Cuka (asam asetat)
3. Aquadest
4. Etanol
5. Etanol-eter
6. Kertas saring
7. Timbangan analitik
Prosedur Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan susu 100 mL pada gelas kimia 500 mL
3. Dihangatkan pada hot plate sampai 40 0C sambil diaduk
4. Ditambahkan cuka (asam asetat) sebanyak 5-10 tetes
5. Diaduk sampai mengumpal
6. Diambil gumpalan dan ditambahkan etanol sebanyak 30 mL
7. Disaring dengan kertas saring melalui corong buchner
8. Dicuci dengan etanol-eter sebanyak 20 mL
9. Dicuci dengan eter sebanyak 50 mL
10. Dikeringkan dan ditimbang
11. Dihitung randemen kasein susu
2.2 Isolasi Protein Whey
Larutan yang tersisa setelah kasein dipresipitasi dari susu disebut 1.
whey. Protein susu yang berada dalam whey disebut protein whey atau protein
serum non casein nitrogen. Protein whey terdiri dari beberapa komponen
protein yang berbentuk globuler dan labil terhadap kondisi panas, termasuk β-
laktoglobulin, α-laktoglobulin, bovine serum albumin, proteosa- pepton, dan
imunoglobulin. Protein whey merupakan protein globuler dimana kebanyakan
gugus hidrofobik dan sulfidril berada dibagian dalam molekul.
Tujuan :
Untuk mengisolasi protein whey dari whey bubuk.Atau untuk mengetahui
kandungan protein whey dari whey bubuk.
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 20 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
Prinsip Kerja :
Dengan sentrifugasi larutan whey pada titik isoelektrik (PH 4,2) maka protein
whey akan terpisah dengan zat lain.
Alat :
1. Gelas kimia
2. Beaker glass
3. Erlenmeyer
4. Indicator pH
5. Pipet tetes
6. Sentrifugasi
7. Tabung sentrifugator
8. Timbangan analitik
Bahan :
1. Whey bubuk (susu alemen)
2. Aquadest
3. HCl 1 N
4. NaOH 1 N
Prosedur Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dilarutkan 50 gram whey bubuk dengan aquadest 100 mL (1:2)
3. Didiamkan hingga terbentuk 3 lapisan
4. Diambil lapisan yang tengah
5. Diatur pada pH 4,2 dengan menambahkan HCl 1 N jika kelebihan di atur
dengan menambahkan NaOH 1 N (digunakan indicator pH)
6. Ditimbang tabung sentrifugator kemudian ditambahkan larutan whey
sebanyak 7 gram
7. Disentrifugasi kecepatan 5000 rpm selama 15-30 menit
8. Dibuang larutan (supernatan) dan diambil pellet (endapan)
9. Dioven selam 10-15 menit
10. Ditimbang dan dihitung rendemen protein whey
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 21 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
BAB III. LIPID
Dasar Teori
Lipid adalah golongan senyawa organik yang terdapat di alam, merupakan suatu
komponen makanan untuk makhluk hidup. Lipid penting bagi manusia, sehubungan
dengan beberapa vitamin yang larut dalam lipid (A, D, E dan K) maka lipid dapat
digunakan oleh tubuh di samping untuk memenuhi kebutuhan lemak esensial, juga
merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding karbohidrat dan protein.
Lipid merupakan senyawa ester dari asam lemak rantai panjang, sehingga lipid
bersifat tidak larut dalam air, tetapi larut di dalam pelarut organik, seperti aseton, alkohol,
kloroform atau benzen. Lipid yang terdapat pada jaringan hewan dan tumbuhan dapat
diekstraksi dengan pelarut organik.
Lipid dapat dikelompokkan dalam dua golongan utama, yaitu lipid sederhana dan
senyawa 13. lipid kompleks. Steroid dan vitamin yang larut dalam lipid juga digolongkan
dalam turunan lipid.
Lemak dan minyak merupakan lipid sederhana. Lemak pada suhu kamar berbentuk
padat, sedangkan minyak pada suhu kamar berbentuk cair. Lemak dan minyak
merupakan bagian terbesar dan terpenting dari bahan makanan. Lipid terdapat pada
hampir semua bahan makanan dengan kandungan yang berbeda-beda.
Lemak adalah ester yang terbentuk oleh kondensasi dari tiga molekul asam lemak
dengan satu molekul trihidroksi alkohol, gliserol. Apabila asam lemak ditulis dengan
rumus asam lemak RCOOH, pembentukan lemak adalah sebagai berikut:
CH2OH CH2OOCR
I I
CHOH + HOOCR ------------ 3H2O
I I
CH2OH CH2OOCR
Gliserol Asam Lemak Trigliserida
Tiga asam lemak penyusunnya dalam hal ini tidak harus semuanya sama, tiga asam
lemak yang berbeda satu sama lain dapat berkondensasi dengan satu molekul gliserol.
Asam lemak yang terpenting yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan adalah asam butirat,
asam kaproat, asam palmitat, asam stearat dan asam oleat.
3.1 Analisis Kualitas Lipid
3.1.1 Kelarutan Lipid
Salah satu karakteristik lipid adalah mempunyai kelarutan yang berbeda,
dari sifat ini dapat dijadikan dasar untuk mengekstraksi lipid dari bahan
hidup. Pada umumnya lipid larut dalam etanol 95% (v/v), tetapi dengan
penambahan air dapat membentuk 22. emulsi.
Tujuan :
Untuk mengetahui kelarutan berbagai macam lipid dengan berbagai
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 22 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
macam pelarut polar maupaun non-polar.
Prinsip Kerja :
Lipid akan larut pada pelarut non-polar, karena lipid bersifat non-polar.
Akan terjadi emulsi jika dilarutkan dengan pelarut polar.
Alat :
1. Beaker glass
2. Tabung reaksi
3. Rak
4. Pipet tetes
5. Kertas saring
Bahan :
1. Lipid (lemak dan minyak) meliputi minyak goring, olive oil, mentega,
margarin
2. Pelarut (aquadest, etanol, eter, dan aseton)
Prosedur Kerja :
a. Kelarutan lipid
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan 2 mL sampel lipid pada tabung reaksi
3. Ditambahkan 2 mL pelarut
4. Dihomogenkan
5. Diamati kelarutan lipid pada pelarut
b. Kelarutan lipid
1. Diteteskan 1 tetes larutan lipid diatas kertas saring
2. Dibiarkan kering
3. Diamati pembentukan noda yg terjadi
Tabel hasil pengamatan :
Lar. Lipid Hasil dari + Pelarut yang berbeda
Aquades Aseton Etanol
3.2 Analisa Kualitas Lipid
3.2.1 Penentuan Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas (ALB) adalah suatu asam yang dibebaskan pada proses
hidrolisis lemak oleh enzim. Proses hidrolisis dikatalisis oleh enzim lipase
yang juga terdapat dalam buah, tetapi berada diluar sel yang mengandung
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 23 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
minyak. Jika dinding sel pecah atau rusak karena proses pembusukan atau
karena pelukaan mekanik, tergores atau memar karena benturan, enzim akan
bersinggungan dengan minyak dan reaksi hidrolisis akan berlangsung dengan
cepat sehingga membentuk gliserol dan asam lemak bebas.
Tujuan :
Menghitung kadar asam lemak bebas pada minyak.
Prinsip Kerja :
Minyak yang dilarutkan dengan etanol akan membebaskan asam lemak
bebas. Kadar asam lemak bebas ditentukan dengan jumlah titrasi NaOH
yang digunakan.
Alat :
1. Timbangan
2. Pipet tetes
3. Beaker glass
4. Buret dan penyangga
5. Erlenmeyer
Bahan :
1. Minyak kelapa (minyak sawit)
2. Etanol 95 %
3. Indicator PP 1 %
4. NaOH 0,1 N
Prosedur Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang 10 mL minyak
3. Ditambahkan 10 mL etanol 95%
4. Ditambahkan 5 tetes pp 1%
5. Dititrasikan dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna
menjadi merah muda
6. Dicatat volume NaOH yang digunakan untuk titrasi
7. Dihitung kadar FFA
Perhitungan :
mL NaOH x N NaOH x BM Asam Lemak
Kadar FFA = ---------------------- --------------------------------x 100%
Berat sampel (gram) x 1000
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 24 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
BAB IV. ENZIM
Dasar Teori
Makhluk hidup dapat memperoleh dan menggunakan energi dengan cepat
disebabkan adanya enzim (biokatalisator). Seperti halnya katalis anorganik, enzim
dapat mempercepat reaksi, tetapi tidak mempengaruhi kesetimbangan akhir, untuk
transformasi sejumlah besar molekul hanya diperlukan sejumlah kecil enzim.
Perbedaan antara enzim dengan katalis anorganik ialah enzim bekerja hanya pada
satu macam reaksi dan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat, pH, suhu dan
kofaktor. Apabila dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh enzim, konsentrasi substrat
tetap dan dalam jumlah yang besar, maka keadaan awal reaksi dinyatakan dengan
persamaan:
V1 = k1 [S] [E]
[S] = constant, maka V1 = k [E]
jadi kecepatan reaksi sebanding dengan kadar enzim, tapi bila kesetimbangan telah
tercapai maka:
[E] [P] [P] P = produk
Keq = ------------- = ------ E = enzim
[E] [S] [S] S = substrat
Dari persamaan dapat dilihat, pada saat kesetimbangan reaksi tercapai, enzim tidak
berpengaruh lagi.
Penambahan substrat, pada saat kadar substrat masih kecil, akan dapat
mempercepat kecepatan reaksi sampai kecepatan maksimum tercapai yaitu pada saat
enzim sudah jenuh. Penambahan substrat selanjutnya tidak akan dapat meningkatkan
kecepatan reaksi. pH dapat mempengaruhi kerja enzim karena pH akan menyebabkan
perubahan struktur intramolekuler enzim dan apabila perubahan terlalu besar dapat
terjadi denaturasi, sehingga enzim akan kehilangan aktivitasnya. Sesuai dengan
hukum kinetika, maka makin tinggi suhu, kecepatan reaksi enzimatik juga semakin
tinggi. Kenaikan kecepatan reaksi akan diikuti penurunan apabila fungsi dan
aktivitasnya menurun. Berdasarkan macam reaksi yang dikatalisis, enzim dapat
dikelompokkan ke dalam 6 jenis yaitu: oksidoreduktase, transferase, hidrolase,
liase, isomerase dan ligase.
4.1. Uji Katalase
Katalase adalah enzim yang terdapat di dalam hampir semua sel hidup,
dapat mengkatalase penguraian H2O2. Enzim katalase ini di dalam air susu
dibentuk oleh sel-sel terutama oleh leukosit (sel darah putih) dan juga oleh
kuman-kuman. Enzim ini dapat membebaskan O2 dari larutan H2O2, kemudian
volume gas oksigen diukur.
Tujuan :
Untuk menganalisa reaksi enzim katalase pada hati.
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 25 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
Menganalisa pengaruh jumlah substrat terhadap aktivitas kerja enzim katalase.
Prinsip Kerja :
Aktifitas kerja suatu enzim dipengaruhi oleh jumlah subtrat yang ada.
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Rak
3. Cutter
4. Timbangan
5. Kapas
6. Incubator 370
7. Bunsen dan korek api
8. Lidi
9. Stopwatch
Bahan :
1. Hati ayam
2. H2O20,5 % dan H2O21 %
Prosedur Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang hati ayam sebanyak 5 gram dan 10 gram
3. Dimasukkan pada tabung reaksi
3. Ditambahkan H2O20,5 % dan H2O21 % sebanyak 2 mL
4. Ditutup dengan kapas hingga rapat
5. Diinkubasi selama 5-10 menit pada 370
6. Dites jumlah oksigen yang terbentuk dengan lama nyala lidi
7. Dicatat waktu nyala api
Tabel hasil pengamatan :
Subtract H2O2 0,5 % H2O2 1 %
4.2. Uji Peroksidase
Air susu mentah mengandung enzim peroksidase, yang akan rusak pada
pemanasan 77-880C. Enzim ini membebaskan atom-atom oksigen dari larutan
peroksida yang ditambahkan di dalam air susu. Oksigen akan bersenyawa
dengan zat pemulas sehingga warnamya berubah.
Tujuan :
Menganalisa aktifitas kerja enzim peroksidase pada susu dengan pengaruh tingkat
keasaman subtract
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 26 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
Prinsip Kerja :
Keasaman akan mempengaruhi aktifitas kerja enzim.
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Rak
3. Cutter
4. Timbangan
5. Kapas
6. Incubator 370
7. Bunsen dan korek api
8. Lidi
9. Stopwatch
Bahan :
1. Susu segar
2. H2O21 %
3. NaOH 1 N dan HCl 1 N
Prosedur Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan 2 mL susu segar dalam tabung reaksi
3. Ditambahkan 1 mL NaOH 1 N, HCl 1 N serta tanpa penambahan
4. Ditambahkan 1 mL H2O21 %
5. Ditutup dengan kapas hingga rapat
6. Diincubasi selama 5-10 menit pada 370
7. Dites jumlah oksigen yang terbentuk dengan lama nyala lidi
8. Dicatat waktu nyala api
Tabel hasil pengamatan :
Subtract H2O2 1 %
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 27 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
BAB V VITAMIN
Dasar Teori
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang dibutuhkan oleh tubuh dalam
jumlah kecil, berfungsi sebagai koenzim pada reaksi metabolisme. Vitamin umumnya
tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia, karena itu vitamin harus diperoleh dari bahan
pangan yang dikonsumsi. Khusus untuk vitamin D dapat dibuat di dalam kulit,
asalkan kulit mendapat kesempatan yang cukup untuk terkena sinar matahari.
Vitamin C, salah satu vitamin yang tergolong larut dalam air dapat berbentuk L-
asam askorbat dan asam dehidroaskorbat, yang keduanya mempunyai keaktifan
vitamin C. Vitamin C disintesis secara alami baik dalam tanaman ataupun hewan.
Vitamin C mudah teroksidasi, yang dapat dipercepat dengan adanya panas, sinar,
alkali, enzim, oksidator serta katalis tembaga dan besi.
Vitamin C dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan, masuk ke dalam
saluran darah dan dibagikan ke seluruh jaringan tubuh. Kelebihan vitamin C dibuang
melalui air kemih.
Jeruk sebagai salah satu sumber vitamin C, dengan kandungan yang berbeda pada
buah yang mentah dan buah yang sudah tua. Semakin tua buah semakin berkurang
kandungan vitamin C-nya.
5.1 PENENTUAN KADAR VITAMIN C
Kadar vitamin C ditentukan dengan cara iodometri, dimana vitamin C
mereduksi I2 menjadi I-. Titik akhir ditentukan dari warna biru amilum.
Tujuan :
Untuk menganalisa kadar vitamin C pada suata bahan.
Prinsip Kerja :
Penentuan kadar vitamin C dengan iodometri atau titrasi dengan menggunakan
iodin.
Alat :
1. Pisau atau cutter
2. Timbangan
3. Kain saring
4. Corong
5. Labu ukur
6. Erlenmeyer
7. Beaker glass
8. Buret dan penyangga
Bahan :
1. Jeruk atau tomat
2. Aquades
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 28 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
3. Larutan amilum 1%
4. Larutan iodine 0,01 N
Prosedur Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dipotong dan ditimbang jeruk atau tomat 10-30 gram
3. Diperas jeruk atau tomat dan disaring dengan kain saring melalui corong pada
labu ukur
4. Ditambahkan aquadest sampai 100 mL dan dihomogenkan
5. Diambil 5-25 mL filtrate dimasukkan Erlenmeyer
6. Ditambahkan dengan 2 mL larutan amilum 1 % dan 20 ml aquades
7. Dititrasi dengan larutan iodine 0,01 N
8. Dihitung jumlah larutan iodine yang digunakan
9. Dihitung kadar vitamin C
Perhitungan:
a mg = V (iodine) x N (Iodine) / 0,01 X 0,88 mg
Kadar vit. C = 100 x a X 100% / V sampel x berat sampel (mg)
Buku Petunjuk Praktikum Biokimia
Peternakan
Page 29 of 29
Laboratorium Biokimia
Program Studi S1 Peternakan
Program Studi S1 Peternakan UB
DAFTAR PUSTAKA
Al awaly, K. U. 2017. Protein pangan hasil ternak dan aplikasinya. UB Press.
Malang.
Lehninger, A.L. 1995. Dasar-dasar Biokimia. Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Muchtadi,
D., Palupi S.R dan Astawan, M. 1992. Enzim dalam Industri
Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.
Poedjiadi, A., Titin Supriyanti F.M. 1994. Dasar- Dasar Biokimia. UI Press.
Jakarta
Nuryanto, E., I. Pradiko, dan Z.P.S. Nasution. 2016. Pemanfaatan Ekstrak Biji
Alpukat (Persea Americana Mill) Untuk Menurunkan Kandungan Asam
Lemak Bebas (Alb) Di Dalam Minyak Sawit Mentah. Jurnal Pen. Kelapa
Sawit. 24(2): 97-102.
Purnomo, H., Indratiningsih, Sugitha, I.M dan Rihastuti, R.A., 1996. Rekayasa
Paket Teknologi Produksi Starter dan Enzim Mikroba dan Paket
Aplikasinya pada Pengolahan Susu. UMM Press. Malang.
Rahayu, K. 1982. Isolasi dan Pengujian Aktivitas Enzim. PAU UGM.
Yogyakarta.
Sasmito. 1990. Enzim Amobil. PAU Bioteknologi UGM. Yogyakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Untuk
Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta
-------------------, 1995. Teknik Analisa Biokimiawi. Liberty. Yogyakarta.
Suhartono, M.T. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. IPB Bogor.
Tranggono, Setiaji, B., Suhardi, Sudarmanto, Marsono, Y., Murdiati, A., Utami,
I.S. dan Suparmo, 1989. Petunjuk Laboratorium Biokimia Pangan. PAU
Pangan Gizi UGM. Yogyakarta.
Wang, N.S. 2006. Enzyme Immobilization Protocol Entrapment in Alginate Gel.
http://www.glue.umd.edu/~nsw/ench485/lab7b. htm. Diakses tanggal 12
Desember 2005.
Winarno, F.G. 1984. Enzim Pangan. Gramedia. Jakarta.