boneka teddy bear merah
TRANSCRIPT
“Teddy Bear Merah”
“Aku menyayangimu Alya, now and until the end. Happy anniversary 3rd sayang”
Sebuah pesan singkat menyambangi hape Alya yang membuatnya tak lagi bisa memejamkan
mata. Dia hanya tersenyum kembali mengingat saat pertama kali adit menyatakan cintanya
kepada Alya 3 tahun yang lalu. Saat itu mereka baru duduk dikelas 1 SMA. Dan tak disangka
hubungan mereka bertahan hingga mereka duduk dikelas 3 SMA saat ini. Begitu banyak cobaan
yang menganggu hubungan mereka, namun karena ikatan cinta yang telah terbentuk dan semakin
kuat, cobaan itupun selalu mereka hadapi bersama. Hari ini pasti akan ada kejutan dari Adit
untuknya seperti tahun-tahun sebelumnya. Ia sudah tak sabar menantikan hari esok, pikirnya.
Pagi ini Alya bangun lebih awal. “Iya sayang aku udah bangun kok, tapi maaf yaa hari
ini aku gak bisa jemput soalnya mamah minta aku anterin adek dulu kesekolah” terdengar suara
Adit dari seberang.
“Yaudah sayang gpp kok, ketemu disekolah aja yaa” jawab Alya dengan suara yang
sedikit bernada sedih.
Betapa tidak, biasanya saat peringatan hari jadian mereka pasti Adit selalu menjemputnya
lebih pagi dan mereka menghabiskan waktu seharian berdua, biasanya dia selalu menolak ketika
siapapun mengganggu acaranya itu, termasuk mamanya. Namun hari ini terlihat aneh. Dengan
sedikit kecewa, Alya berangkat kesekolah diantar oleh kakaknya yang kebetulan berangkat
kuliah pagi.
“Udah sampek, turun gih masuk sana.” Kata kak Arya. “Bisa telat aku jemput Delia
nanti, dasar bocah ingusan” tambah kakaknya.
“Iiiikh iya iya kak Delia juga pasti ngertiin kok, kalo kakak nganterin aku dulu.huh..”
tanpa mendengar jawaban dari kakaknya, Alya langsung capcus masuk kekelas tak sabar untuk
menemui sang pujaan hati.
Belum sampai dia dikelas Adit, dari kejauhan dia melihat sosok Adit sedang asyik
mengobrol dengan Marta, sahabatnya. Melihat itu semua akhirnya Alya mengurungkan niatnya
untuk menemui Adit dan kembali masuk kelas. Tak biasa-biasanya Adit seperti itu, biasanya jika
mereka nggak berangkat bareng, Adit pasti udah nungguin Alya didepan kelasnya dan langsung
menyapa dengan sapaan sayangnya. Namun kali ini berbeda, lagi-lagi ia harus kecewa. Hari ini
begitu membosankan bagi Alya, saat istirahat pertama Adit sama sekali tak menyambanginya
dikelas. Begitu juga saat istirahat kedua hingga saat bel pulang berbunyi, karena saking tidak
sabarnya Alya menunggu kedatangan Adit, ia yang justru pergi kekelasnya Adit. Dan begitu
terkejutnya dia saat dia harus melihat kejadian tadi pagi terulang lagi.
“Ehem, pantesan dicari dikelas nggak ada lagi ketemu pacar gue to” kata Alya menyapa
Marta dengan wajah marah.
“Hei sayang,, eh dateng2 kok cemberut to.hmp Kenapa?” sapa Adit mencoba meredam
rasa kesal Alya.
“Kenapa Al, kok kamu nyari aku?” tanya Marta.
“Loe dicariin Doni, katanya suru cepetan bayar pulsa, udah nunggak banyak kan loe.”
Jawab Alya tanpa menjawab pertanyaan Adit.
“Oh iya aku lupa, hehe eh yaudah gimana nek kita pulang bareng?? yuk.” Tanya Marta
ke Adit dan Alya.
Apa Marta bilang? pulang bareng. Seakan tanpa berdosa Adit mengiyakan tawaran
Marta. Dan tanpa memikirkan perasaanku Adit pergi mengikuti jejak langkah Marta.
“Aku pulang bareng Dion ajah ya dit, lagian aku kan nggak bawa helm kebetulan tadi
Dion ngajak” kata Alya pada Adit.
“Lhoh?kok malah bareng Dion sii? Yaudah deh, tapi hati-hati yaa…. Lagian aku……”
belum sempat Adit meneruskan perkataannya, alya udah jalan pergi menyambangi Dion dan
hanya berkata “Iya, gak usah cerewet deh, pergi aja sana sama Marta”.
Hari ini benar-benar menyebalkan bagi Alya. Semua yang ada dibayangan dia tadi malam
rupanya tak menjadi kenyataan. Adit justru lebih memiih untuk pulang dengan Marta dan
membiarkannya pergi begitu saja. Dulu benar-benar masih ada dalam ingatan Alya, saat Adit
benar-benar marah saat melihat Alya jalan bareng ke kantin dengan Dion, padahal Dion adalah
sahabat Adit sendiri, sementara hari ini, sama sekali dia tak terlihat cemburu melihat Alya
diantar pulang Dion. Lalu apa maksudnya tadi malam Adit mengiriminya pesan seperti itu jika
memang dia sudah tak memiliki perasaan yang sama lagi sepeti dulu.
“Hai sayang, hari ini kamu kok aneh sii? Jutek bangeeet, kenapa sii” Sapa adit dari
seberang sana.
“Aku aneh? Kamu yang aneh.” Jawab Alya singkat.
“Lho kok aku?gara-gara tadi?? jelas-jelas tadi kamu lebih milih buat pulang bareng
Dion, padahal tadi niatnya aku pengan ngajak kamu dan Marta buat makan siang bareng.
Sekalian ngrayain hari jadi kita….” Sangkal Adit dengan panjang ples lebar.
“Harus yaa dengan Marta?” gumam Alya dengan nada kesal.
“Lho? Dia kan sahabat kamu to sayang plis deh jangan marah terus gitu.” Rayu Adit.
Dan pembicaraan malam ini berakhir dengan marah Alya, Adit benar-benar tak mengerti
perasaan dan mau Alya. Dan tanpa sadar Alya kembali meneteskan air matanya, air mata yang
telah dia coba tahan sejak pagi tadi.
“Maafin aku sayang, aku janji bakalan lebih ngertiin kamu….” Sebuah pesan singkat
muncul dihape Alya. karena tak tega dengan Adit, orang yang dia cintai namun seringkali
membuat dia bersedih, akhirnya Alya memaafkan kesalahan Adit. Hari ini setelah jam sekolah
usai, mereka pergi makan bersama dan Adit member Alya sebuah hadiah. Katanya itu
permintaan maaf Adit, karena dia sudah membuat Alya sedih. Isinya boneka teddy bear warna
merah.
“Makasih Adit, bonekanya lucu.” Kata Alya sambil tersenyum lebar.
“Iya sama-sama sayang. Aku sayang kamu Alya.” Kata Adit sambil memegang tangan
Alya.
“Aku juga sayang kamu kok. Hehey….” Jawab alya membiarkan Adit memegang
tangannya.
Rupanya Suasana itu tak dirasakan lama oleh Alya. dua hari kemudian Adit kembali
membuatnya kecewa. Hari ini seharusnya Adit menjemput Alya pulang les matematika, namun
justru Dion yang ada disana.
“Hari ini katanya Adit lagi gak bisa jemput, dia suruh gue buat jemput loe Al.” sapa Dion
menyambangi Alya yang sejak tadi tak juga mau enyah dari depan pintu gerbang tempat dia les
matematika.
Dengan rasa yang benar-benar nggak karuan Alya bergegas masuk mobil Dion dan ingin
segera sampaui rumah. Sebelumnya Adit sama sekali nggak bilang kalau dia nggak bisa jemput.
Ini benar-benar aneh. Tahu kalau alya sedang sedih, Dion yang sebenarnya diam-diam
menyimpan rasa dengan pacar Adit itu mencoba menghibur Alya dengan gurauan dan
candaannya, namun sia-sia Alya masih saja bersedih.
“Udah lah al, mungkin adit emang lagi ada acara, dan nggak sempet sms kamu. Gimana
kalo kita beli es krim dulu. Aku tahu tempat buat beli es krim yang enak lhoh.” Hibur Dion.
“Iya deh terserah kamu Dion.” Jawab Alya singkat.
“Oke, pasang tuh sabuk pengaman kamu, kita siap-siap buat meluncur
kesana.hahaha…..” Seru dion.
Rupanya dion membawa alya menuju bukit yang letaknya kurang lebih 500 meter dari
sekolah mereka. Disana memang biasanya dijadikan tempat buat ngrefresh otak dan terkenal bisa
ngembaliin mood yang lagi nggak karuan dengan sajian es krimnya yang terkenal lezat dan
terdapatnya danau kecil didekat bukit itu semakin mendukung suasana. Dion harap setelah
mereka pergi ketempat itu, kesedihan gadis yang dicintainya itu bisa hilang. Setelah membeli 2
es krim, Dion langsung datang menyambangi Alya yang sejak datang tadi langsung duduk
didekat danau dibukit itu.
“Nih.. udah nggak usah cemberut terus, jelek tauk nggak…” kata Dion menggoda Alya.
“Loe tahu nggak dion kenapa belakangan ini Adit terkesan menghindar dan bersikap aneh
sama gue.” Tanya Alya ke Dion.
“Aku nggak tahu Al, sekarang Adit juga jarang ngobrol sama gue. Hah udahlah gak usah
dipikirin. Mungkin dia lagi sibuk. Tau sendiri kan, adit kalo lagi sibuk bisa lupa segalanya……”
belum selesai Dion menjawab pertanyaan Alya, dia melihat Alya meneteskan air matanya.
Belum pernah sekalipun Dion melihat Alya menangis. Dengan susah payah Dion menghibur
Alya, berharap agar gadis itu berhenti menangis, namun usahanya sia-sia. Alya justru meminta
Dion mengantarnya pulang. Akhirnya Dion mengantar Alya pulang.
Keesokan paginya, Alya berniat untuk menghampiri Adit kekelasnya. 2 minggu semenjak
hari jadian mereka Adit tak pernah lagi menjemput dan mengantarnya pulang, alasannya selalu
saja ada, entah karena harus mengantar mamanya belanja, atau harus pergi latihan basket yang
jelas selalu ada alasan dari Adit buat nggak jemput Alya. dan belum sampai Alya diruangan
Adit, dia melihat Adit sedang ngbrol dengan Marta di taman.
“Hey Adit hey Marta tuh kan kalian jahat nggak ngajak aku disini.” Sapa alya, kali ini dia
terlihat tenang dan tak menunjukkan kecemburuannya.
“Hai al, emmm emmm aku emm cuma mau..” belum sempat menjawab Adit langsung
menarik tangan Alya dan meyuruhnya duduk disampingnya.
“Marta nanyain kamu sayang, kok tumben jam segini belum sampai dikelas katanya.
Emang kamu kemana dulu sayang?” kata Adit.
“Ohh yauddah Dit, aku emm aku udah tenang liat Alya udah datang. Aku mau baik kelas
dulu deh, biar kalian bisa leluasa ngobrolnya.yah daaah Adit, Alya..” kata Marta sambil pergi
meninggalkan Adit dan Alya berdua ditaman.
“Kok Marta aneh gitu yah Dit, ah udahlah tadi itu kak Arya bangun telat makanya aku
juga siang berangkat sekolahnya.huhu… Adit, aku kangen tauk..” Kata Alya menjawab
pertanyaan Adit tadi.
“Oh gitu to, iya sayang aku juga kangen.. hmp yaudah gpp. Astaga oh iya aku lupa…”
“Kenapa?”
“Aku harus nemuin bu Indah pagi ini, katanya beliau mau ngomongin soal acara pensi
yang mau diadain disekolah bulan depan. Hadeh gimana nih. Emm gpp yaa sayang aku ke bu
Indah dulu. Gini aja nanti sore kita pulang bareng deh yaa”
“Hufft yaudah deh. Aku tungguin disini.”
“Oke sayang” sambil bergegas pergi kekantor guru.
Setelah Adit pergi meninggalkannya Alya melihat buku Adit tertinggal disana, karena
tidak ada hal yang bisa iya kerjakan dia pun iseng membuka-buka buku milik Adit. Lembar demi
lembar dia buka dan tanpa dia sadari, dia menjatuhkan sebuah surat yang terselip di buku Adit.
Dalam surat itu tertulis “for my special one” . karena penasaran dengan isinya, Alya
memberanikan membuka isi surat tersebut.
Dear pangeran kodokku Adit…. :P
Aku udah baca puisi kamu kemarin, aku bener-bener nggak nyangka kamu bisa sepuitis itu.
Makasih yaa pangeran kodok, puisinya keren bangeet, aku sukaaa….
Dan aku juga nggak nyangka kalo ternyata kamu masih menyimpan rasa sama aku setelah kita
berpisah empat tahun yang lalu. Entah itu kamu boong atau enggak, yang jelas sebenernya aku
juga masih sayang sama kamu Dit. Meskipun sekarang kamu udah jadi pacar sahabatku Alya,
tapi entah mengapa perasaan itu nggak mau pergi. mungkin itu juga alassan aku kenapa sampai
sekarang aku nggak juga punya pacar.
Adit, aku bingung disatu sisi aku benar-benar masih sayang kamu tapi disisi lain ada Alya
ditengah-tengah kita. Hmm jadi aku putusin mungkin memang sseperti ini dulu saja yaa kita
menjalanimnya. Biarkan hanya aku kamu dan Tuhan yang tahu tentang hubungan kita ini.
Gimana pangeran kodok???? Hehey..:)
Oia satu lagi Dit, kamu lupa yaa sama janji kamu, bukannya seminggu yang lalu kamu udah
janji mau ngasih boneka teddy bear warna merah yang kita liat pas ditoko boneka itu bukan?
Katanya kamu mau beliin kalau nilai matematikaku 100. Udah 100 lho..huu kamu ingkar janji
pangeran kodok.haha….
From : si peri kecil imut Marta :*
Dan meneteslah air mata Alya setelah membaca surat itu. Sekarang semua benar-benar
terbukti dan dia udah tahu kenapa beberapa hari ini sikap Adit berubah padanya.
“Hey sayang maaf yaa aku lama, tadi bu indaahh….lho kamu kok nangis sayang kenapa?
siapa yang jahatin kamu, udah kamu bilang aku, siapa yang…….” Belum sempat Adit
meneruskan perkataannya sebuah tamparan melayang dipipi kanan Adit.
“Jadi ini yang kamu lakuin dibelakang aku Dit, aku nggak nyangka kamu dan Marta bisa
setega itu sama aku. Kamu itu pacar aku Dit, dan Marta, Marta itu sahabat aku, kenapa kalian
tega. Dan boneka teddy bear merah itu sebenernya bukan buat aku kan,, itu buat Marta kan????
Jawab Adit jangan diem aja.” Kata Alya sambil menyeka air mata yang terus menetes dipipinya.
“Alya kamu kenapa? Dit kamu apain Alya?” Marta yang tadinya hendak berjalan menuju
kekantin sontak berhenti dan langsung menyambangi tempat Adit dan Alya berdiri. Begitu juga
dion.
“Dit, loe apain Alya hah.!!!!” Tanya Dion yang ternyata juga sedang lewat di dekat taman
itu tentu dengan muka cemasnya.
“Aku mau hubungan kita berhenti disini, dan buat kamu Marta, selamat yaa udah dapet
nilai 100 dan kamu tenang aja Adit nggak boong kok, dia udah beliin kamu boneka teddy bear
warna merah. Sayangnya kemarin dia kasih ke aku. Aku memang sempet curiga karena adit tahu
aku nggak suka warna merah, ternyata bener dia salah ngasih orang. Tapi kamu tenang aja, aku
bakal kasih ke kamu kok, karena kamu yang lebih pantes Marta.” Kata Alya dengan nada
terisak-isak.
Seketika itu Marta pun ikut terdiam. Sekarang dia mengerti dengan situasi sekarang ini,
kenapa Alya menangis dan Adit hanya diam saja. Sementara Dion yang masih juga tak mengerti
langsung mengambil surat yang ada ditangan Alya, lalu membacanya.
“Sayang, aku nggak ada maksud…”
“Mulai sekarang jangan pernah panggil aku sayang lagi Adit, karena kita udah nggak ada
hubungan apa-apa, aku nggak mau jadi jurang pemisah kalian. Dan terima kasih untuk
semuanya, terimakasih untuk sahabat dan pacar yang begitu baik hingga kalian bisa berbuat
setega ini kepadaku.” Kata alya dengan terisak-isak.
Alya yang tak tahan melihat kondisi ini, langsung pergi meninggalkan mereka. Sementara
melihat Adit yang hanya terdiam, Dion langsng pergi mengejar Alya. Dia ingin menghibur gadis
pujaannya itu meskipun dia sendiri tak tahu apa yang bisa dia lakukan. Dan kisah cinta Alya Adit
pun berakhir dengan begitu menyakitkan. Adit tega bermain hati dengan Marta, sahabat Alya
tanpa sedikitpun memikirkan bagaimana perasaan Alya melihat semua ini. Semua memang telah
terjadi. Adit kini justru lebih memilih untuk melanjutkan hubungannya dengan marta dengan
merelakan persahabatan Alya dan Marta yang hancur karena pengkhianatan Marta. Sementara
Alya masih ingin sendirian menjalani hidupnya, mencoba melupakan kenangannya dengan Adit
yang sudah terbangun sejak 3 tahun yang lalu. Dan Dion yang dari dulu memiliki rasa lebih
dengan Alya tetap setia menemani sang pujaan hatinya itu, sambil berusaha merebut hati Alya.
dia pun juga harus merelakan untuk kehilangan persahabatannya dengan Adit, karena dia tak
mau bersahabat dengan orang yang tega melukai hati orang yang dia sayangi.