blok 7 sistem pernapasan
DESCRIPTION
ukridianTRANSCRIPT
Seorang Anak yang didiagnosa Menderita Radang pada Rongga Hidung
Jennifer Tannus
102012155
C3
Fakultas Kedokteran Kristen Krida Wacana
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari – hari kita melakukan yang namanya bernafas dengan nafas
kita dapat hidup untuk melangsungkan kegiatan kita. Kita tahu bahwa kita bernafas
membutuhkan oksigen dan hasil dari pernafasan tersebut kita menghasilkan suatu gas yang
disebut karbondioksida. Apabila kita kekurangan oksigen kita dapat mengalami gangguan
dalam pernafasan.
Gangguan pernafasan tidak hanya dapat disebabkan karena kekurangan oksigen
namun dapat juga disebabkan karena terganggunya sistem atau saluran pernafasan kita. Dapat
disebabkan karena adanya penumpukan cairan atau sebagainya. Dalam skenario kali ini akan
membahas tentang radang pada rongga sinus yang dapat mengganggu sistem pernafasan kita.
Pembahasan
Radang pada Rongga Sinus
Radang sinus yaitu suatu jenis penyakit yang disebabkan oleh virus seperti flu yang
menyebabkan pembengkakan pada ledir sinus ( terdapat pada rongga – rongga sinus).
Kondisi seperti ini dapat menyebabkan pembengkakan pada lubang hidung. Lokasi rongga
sinus terdapat dalam bagian samping kiri dan kanan hidung, dahi kiri dan kanan.
Radang pada rongga sinus dapat disebabkan oleh kelembapan udara dan perubahan
iklim yang drastis, infeksi dari gigi yang masuk pada sinus, dan polip di hidung.
Penanggulangan radang pada rongga sinus dapat dengan dipijat dan akupuntur telinga
1
dilakukan pada titik – titik sebagai berikut. Titik utama terapi pada radang sinus yaitu titik
hidung luar dan titik hidung dalam.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar.1 dibawah ini.
Gambar.1 Titik – titik akupuntur radang pada rongga sinus
Pantangan yang dapat dilakukan oleh penderita radang sinus tidak diperbolehkan
mengkonsumsi makanan dan minuman dingin serta menghindari udara dingin dan angin.
Sebaiknya penderita radang sinus mengkonsumsi makanan dan minuman yang hangat dan
melakukan istirahat yang cukup.1
Struktur yang Terkait
Makroskopik
Hidung
Hidung bagian luar beberntuk piramid pangkalnya berkesinambungan dengan dahi dan
ujung bebasnya disebut puncak hidung. Ke arah inferior hidung memiliki dua pintu masuk
berbentuk bulat panjang, yakni nostril atau nares, yang terpisah oleh septum nasi. Permukaan
2
inferolateral hidung berakhir sebagai alae nasi yang bulat. Ke arah medial permukaan lateral
ini berlanjut pada dorsum nasi di tengah.3
Peyangga hidung terdiri atas tulang dan tulang – tulang rawan hialin. Rangka bagian
tulang terdiri atas os nasale, processus frontalis maxillae dan bagian nasal ossis frontalis.
Rangka tulang rawannya terdiri atas cartilago septi nasi, cartilago nasi lateralis dan cartilago
ala nasi major dan minor yang bersama – sama dengan tulang di dekatnya saling
dihubungkan. Keterbykaan bagian atas hidung dipertahankan oleh os nasale dan processus
frontalis maxillae dan di bagian bawah oleh tulang – tulang rawannya. 3
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar.2 dibawah ini.
Gambar.2 Rangka Hidung
Secara sagital rongga hidung dibagi oleh sekat hidung. Kedua belah rongga ini
terbuka ke arah wajah melalui nares dan ke arah posterior berkesinambungan dengan
nasofaring melalui apertura nasi posterior(choana). Masing – masing belahan rongga hidung
mempunyai dasar, atap, dinding lateral dan dinding medial (sekat hidung). Rongga hidung
terdiri atas tiga regio, yakni vestibulum, penghidu dan pernapasan. Vestibulum hidung
merupakan sebuah pelebaran yang letaknya tepat di sebelah dalam nares. Vestibulum ini
dilapisi kulit yang mengandung bulu hidung, berguna untuk menahan aliran partikel yang
terkandung di dalam udara yang dihisap. Ke arah atas dan dorsal vestibulum dibatasi oleh
limen nasi, yang sesuai dengan tepi atas cartilago ala nasi major. Dimulai sepanjang limen
nasi ini kulit yang melapisi vestiblum dilanjutkan dengan mukosa hidung. Regio penghidu
berada disebelah cranial dimulai dari atap rongga hidung didaerah ini meluas sampai setinggi
concha nasalis superior dan bagian septum nasi yang ada dihadapan concha tersebut.3
3
Dinding lateral hidung memperlihatkan tiga elevasi yaitu concha nasalis superior,
medius dan inferior. Inferolateral terhadap masing – masing concha nasalis dan dorsla
terdapat concha nasalis meatus nasi yang sesuai. Di sebelah cranial dan dorsal terhadap
concha nasalis superior terdapat recessus speno-etmoidalis yang mengandung muara sinus
sphenoidalis. Kadang – kadang pada recessus ini terdapat concha nasalis suprema. Meatus
nasi superior yang letak inferior terhadap concha nasalis superior memperlihatkan sebuah
lubang sebagai muara sinus ethmoidalis posterior. Meatus nasi medius berada inferolateral
terhadap concha nasalis medius dan ke arah anterior berkesinambungan dengan fossa dangkal
di sebelah cranial vestibulum dan limen nasi yaitu atrium meatus nasi medius.2 Agar lebih
jelas kita dapat lihat pada gambar.3 dibawah ini.
Gambar.3 Pandangan Sagital dinding – dinding rongga hidung
Sinus Paranasalis
Sinus Para nasalis terdiri atas sinus frontalis, ethmoidalis,sphenoidalis dan maxillaris.
Sinus meringankan tulang tengkorak dan menambah resonasi suara. Sinus membesar
pada saat erupsi gigi permanen dan sesudah pubertas, yang secara nyata mengubah
ukuran dan bentuk wajah.3
a) Sinus Frontalis
Letak kedua sinus frontalis disebelah posterior terhadap arcus superciliaris antara
tabula externa dan tabula interna os frontale. Sinus ini terproyeksi pada daerah
berbentuk segitiga dengan titik –titik sudut yang dibentuk oleh nasion. Sinus ini
bermuara ke dalam bagian anterior meatus nasi medius sisi yang sama, lewat
infudibulum ethmoidale atau ductus frontonasal yang melintasi bagian anterior
labirinti ethmoid. Sinus ini berkembang baik pada usia 7 dan 8 tahun, mencapai
ukuran yang sempurna sesudah pubertas, terutama pada laki – laki.
b) Sinus Ethmoidalis
Tersusun sebagai rongga – rongga kecil tak beraturan, sehingga disebut juga cellulae
ethmoidales. Rongga – rongga kecil ini berdinding tipis di dalam labirinti ossis
ethmoidalis disempurnakan oleh tulang – tulang frontale, maxilla, lacrimale,
sphenoidale dan palatinum. Cellulae ini membentuk kelompok – kelompok anterior,
medius dan posterior, masing – masing kelompok ini tida berbatas tegas.
c) Sinus Sphenoidalis
4
Kedua sinus ini terletak di sebalah posterior terhadap bagian atas rongga hidung, di
dalamcorpus ossis sphenoidalis, bermuara ke dalam recessus spheno – ethmoidalis.
Disebelah cranial berbatasan dengan chiasma opticum dan hipofisis cerebri dan
sisinya berbatasan dengan A.carotis interna dan sinus cavernosus.
d) Sinus Maxillaris
Sebagian besar sinus ini menempati tulang maxilla. Berbentuk piramid, berbatsan
dengan dinding lateral rongga hidung. Puncaknya meluas kedalam processus
zgomaticus ossis maxillae atap berbatasan dengan dasar orbita. Sinus maxillaris
mencapai ukuran maksimum setelaherupsi semua gigi tetap.
Kita dapat lihat pada gambar.4 di bawah ini agar lebih memperjelas penjelasan
Gambar.4 Sinus Paranasalis
Mikroskopik
Mekanisme Pernapasan
Udara cenderung mengalir dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah
dengan tekanan rendah, yaitu menurut gradien tekanan. Udara mengalir masuk dan
keluar paru selama tindakan bernapas karena berpindah mengikuti gradien tekanan
antara alveolus dan atmosfer yang berbalik arah secara bergantian dan ditimbulkan
5
oleh aktivitas siklik ototpernapasan. Terdapat tiga tekanan yang berperan penting
dalam ventilasi.
Tekanan atmosfer: Tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara yang ada di
atmosfer paru berada di permukaan bumi. Pada ketinggian permukaan laut
tekanan ini sama dengan 760 mmHg. Tekanan atmosfer berkurang seiring
dengan penambahan ketinggian di atas permukaan laut karena lapisan-lapisan
udara di permukaan bumi juga semakin menipis. Pada setiap ketinggian terjadi
perubahan minor tekanan atmosfer karena perubahan kondisi cuaca.
Tekanan intra-alveolus: tekanan di dalam alveolus, karena alveolus
berhubungan dengan atmosfer melalui saluran napas penghantar, udara cepat
mengalir menuruni gradien tekananya setiap tekanan intra-alveolus berbeda
dari tekanan atmosfer, udara terus mengalir sampa kedua tekanan seimbang.
Tekanan intrapleura: tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini, yang juga
dikenal dengan tekanan intrathoraks, adalah tekanan yang ditimbulkan diluar
paru di dalam rongga thoraks. Tekanan intrapleura biasanya lebih rendah dari
tekanan atmosfer.
Mekanisme inspirasi
Sebelum inspirasi dimulai, otot-otot pernafasan berada pada keadaan lemas,
tidak ada udara yang mengalir, dan tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan
atmosfer. otot inspirasi utama sewaktu bernapas tenang adalah diafragma dan
intercostalis externa. Pada awitan inspirasi, otot-otot ini dirangsang untuk
berkontraksi sehingga rongga thoraks membesar. Otot inspirasi utama adalah
diafragma, suatu lembaran otot rangka yang membentuk lembaran lantai rongga
thoraks dan disarafi oleh n.phrenicus. Diafragma pada keadaan melemas membentuk
kubah yang menonjol ke atas kearah rongga thoraks dengan meningkatkan ukuran
vertikal. Dinding abdomen, jika melemas, menonjol keluar sewaktu inspirasi karena
diafragma yang turun menekan isi abdomen ke bawah dan ke depan. Dua set otot
interkostal terletak diantara iga-iga. Kontraksi otot intercostalis externa, yang serat-
sertanya berjalan ke bawah dan depan antara dua iga yang berdekatan memperbesar
rongga thoraks dalam dimensi lateral dan anteroposterior. Ketika berkontraksi, otot
6
interkostal eksterna mengangkat iga dan selanjutnya sternum ke atas dan ke depan.
Saraf interkostal mengaktifkan otot-otot interkostal ini. Sebelum inspirasi, pada akhir
ekspirasi sebelumnya, tekanan intra-alveolus sama dengan tekanan atmosfer, sehingga
tidak ada udara mengalir keluar atau masuk paru. Sewaktu rongga thoraks membesar,
paru juga dipaksa mengembang untuk mengisi rongga thoraks yang lebih besar.
Sewaktu paru membesar, tekanan intra-alveolus turun karena jumlah molekul yang
sama kini menempati volume paru yang lebih besar. Karena tekanan intra-alveolus
sekarang lebih rendah adripada tekanan atmosfer maka udara mengalir kedalam paru
mengikuti penurunan gradien tekanan dari tinggi ke rendah. Udara terus masuk ke
paru sampai tidak ada lagi gradien, yaitu sampai alveolus setara dengan tekanan
atmosfer. Karena itu, ekspansi paru tidak disebabkan oleh udara masuk ke dalam paru.
Udara yag mengalir ke dalam paru karena turunya tekanan intra-alveolus yang
ditimbulkan oleh ekspansi udara.4
Mekanisme Ekspirasi
Pada akhir inspirasi, otot inspirasi melemas. Diafragma mengambil posisi
aslinya yang seperti kubah ketika melemas. Ketika otot interkostal eksterna melemas,
sangkar iga yang sebelumnya terangkat turun karena gravitasi. Tanpa gaya-gaya yang
menyebabkan ekspansi dinding dada maka dinding dada dan paru yang semula
teregang mengalami recoil ke ukuran prainspirasinya karena sifat-sifat elastiknya,
seperti balon teregang yang dikempiskan. Sewaktu paru kembali mengecil, tekanan
intra-alveolus meningkat, karena jumlah molekul udara yang lebih banyak yang
semula terkandung volume paru yang besar pada akhir inspirasi kini termampatkan ke
dalam volume yang lebih kecil. Selama pernapasan tenang, ekspirasi normalnya
merupakan suatu proses pasif, karena dicapai oleh recoil elastik paru ketika otot-otot
inspirasi melemas, tanpa memerlukan kontraksi otot atau pengeluaran energi.
Sebaliknya, inspirasi selalu aktif karena ditimbulkan hanya oleh kontraksi otot
inspirasi dengan menggunakan energi. Ekspirasi dapat menjadi aktif untuk
mengosongkan udara dalam paru lebih cepat.4
Pengendalian Pernapasan
7
Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh pusat respirasi, pusat
apneustik dan pusat pneumotaksik.5
a) Pusat Respirasi
Terletak pada formasio retikularis medula oblongata sebelah kaudal.
Pusat respirasi ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok dorsal dan
kelompok ventral. Kelompok dorsal terutama terdiri dari neuron I, secara
periodik melepaskan impuls dengan frekuensi 12 – 15 / menit. Serat –serat
saraf yang keluar dari neuron I sebgian besar berakhir di motor neuron
medula spinalis akan mempersarafi otot – otot inspirasi.
Kelompok ventral terdiri dari neuron I dan neuron E. Keduanya tidak
aktif pada pernafasan tenang bila kebutuhan ventilasi meningkat neuron I
ventral diaktifkan melalui rangsang dari kelompok dorsal. Impulse melalui
serat saraf yang keluar dari neuron I kelompok ventral akan merangsang
motor neuron yang mempersarafi otot- otot inspirasi tambahan melalu
nervus glossopharyngeus dan nervus vagus.
Neuron E akan dirangsang I dorsal untuk mengeluarkan impuls yang
menyebabkan kontraksi otot – otot ekspirasi. Ada mekanisme umpan balik
negatif antara neuron I dorsal dan neuron E ventral. Impuls dari neuron I
dorsal selain merangsang motor neuron otot inspirasi juga merangsang
neuron E ventral. Neuron E ventral sebaliknya mengeluarka impuls yang
menghambat neuron I dorsal. I dorsal menhentikan aktifitasnya impuls
spontan berirama tetapi dipengaruhi oleh impuls dari berbagai bagian
seperti impuls aferen dari jaringan prenkim melalui paru melalui N X,
korteks cerebri, pusat apneustik dan pusat pneumotaksik.
b) Pusat Apneustik
Terletak pada pons bagian bawah. Mempunyai pengaruh tonik terhadap
pusat inspirasi. Pusat apneustik ini dihambat oleh pusat pneumotaksis dan
impuls aferen vagus dari reseptor paru – paru. Bila pengaruh pneumotaksis
dan vagus dihilangkan maka terjadi apneustik.
8
c) Pusat Pneumotaksis
Terletak pada pons bagian atas. Bersama – sma vagus menghambat pusat
apneustik secara periodik. Impuls dari sini menghambat aktifitas neuron I
( rangsang inspirasi dihentikan)
Transpor O2 dan CO2
Transpor oksigen, oksigen tidak mudah larut dalam air dan tidka cukup mudah
dibawa dalam larutan air sederhana untuk mempertahankan kehidupan jaringan.
Tetapi jumlah besar dari oksigen dibawa dalam darah. Darah ini mengandul sel – sel
(korpuskel merah) yang padat dengan pigmen merah yang diketahui sebagai
hemoglobin. Hemoglobin erupakan kombinasi antara haem(suatu ikatan besi porifin)
dan globin (suatu protein). Hemoglobin berikatan dengan oksigen membentuk
oksihemoglobin(HbO2), bila gas ini ada pada tekanan tinggi. Oksihemoglobin
melepaskan oksigen pada tekanan rendah untuk mebentuk (dikurangi) hemoglobin
lagi.
Pada tekanan oksigen 100mmHg, seperti dalam kailer alveolar, semua
hemoglobin teroksigenasi. Sangat sedikit oksigen dilepaskan sampai tekanan oksigen
turun dibawah 60mmHg dan kebanyakan dilepaskan pada tekanan oksigen 40mmHg
sehingga bulk oksigen dilepaska dalam jaringan. Kadar tinggi karbondioksida dan
asam (kondisi ini ditemukan pada jaringan aktif) keduanya meningkatkan pelepasan
oksigen. Semua hemoglobin ditemukan dalam sel – sel darah merah. Adanya
hemoglobin bebas dengan cepat diekskresikan oleh ginjal.
Transpor karbondioksida, pada jaringan tubuh dimana konsentrasinya relatif
tinggi karbondioksida berkombinasi dengan air dalam korpuskel darah merah untuk
membentuk ion – ion bikarbonat (HCO3-) dan ion – ion hidrogen. Korpuskel darah
merah ini mengandung suatu enzim, anhidrase karbonat yang mempercepat reaksiini.
Ion – ion bikarbonat berdifusi keluar dari korpuskel masuk ke dalam plasma.
Bila ion – ion bikarbonat ini mencapai paru – paru, dimana konsentrasi
karbondioksida relatif rendah terbentuk kembali karbondioksida dan air.
9
Karbondioksida tersebut dilepakskan sebagai gas. Karbondioksida juga dibawa dalam
darah dalam larutan plasma darah dan berkombinasi dengan molekul – molekul
protein.6
Dapat kita lihat proses transpor oksigen dan karbondioksida pada gambar.5 dibawah
ini
Gambar.5 Proses Transpor Oksigen dan Karbondioksida
Penutup
Kesimpulan
Dalam bernafas ini kita diatur oleh macam – macam jenis otot pernafasan dan organ
hidung kita juga berperan penting dalam proses pernafasan jadi apabila terdapat kerusakan
sekecil apapun dapat menimbulkan gangguan pernapasan. Dala bernafas kita melakukan yang
namanya inspirasi dan ekspirasi. Pernafasan kita ini melakukan pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida yang dibandingkan melalui perbedaan tekanan.
Daftar Pustaka
1. Djing OG. Terapi pijat telinga. Jakarta: Swadaya. 2006. p.105 – 106.
2. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo. 2005. p. 143.
3. Sabiston. Buku Ajar Anatomi.2th ed. Jakarta: EGC. 2004. p. 432.
4. Sherwood L. Sistem pernapasan. in: Sherwood L. Fisiologi Manusia. 6th ed. Jakarta:
EGC; 2007.p.517.
10
5. Asmadi. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta:Salemba Medika.
2008.p.20-1.
6. Cambridge Communication Limited. Sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular.
2th ed. Jakarta:EGC.p.7.
11