bismillah laktasi

24
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pada kehamilan seorang ibu bukan hanya menyiapkan persalinan tetapi juga harus mempersiapkan untuk proses laktasi. Pemberian ASI kepada bayi baru lahir merupakan suatu hal penting karena mempunyai manfaat besar bagi ibu dan bayi. proses laktasi merupakan hal yang fisiologis yang di alami oleh setiap ibu. Dalam prosesnya, laktasi mempunyai beberapa tahap dan perlu di pahami. Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah besar. Untuk mempersiapkan payudara agar pada waktunya dapat memberikan ASI, estrogen akan mempersiapkan kelenjar dari saluran ASI dalam bentuk poliferasi, deposit lemak, air dan elektrolit, jaringan ikat semakin banyak dan miopitel di sekitar kelenjar mammae semakin membesar.sedangkan progesterone meningkat kematangan kelenjar mammae dengan hormone lain. Bersamaan dengan membesaranya kehamilan perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI semakin tampak, payudara semakin membesar, puting susu semakin menonjol pembuluh darah semakin tampak, dan areola mammae makin hitam. Pada kehamilan lima bulan lebih, kadang-kadang dari ujung putting mulai keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormone laktogen dari plasenta dan hormone prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi pengaruhnya di hambat oleh estrogen. Setelah partus,

Upload: waskita-marta-sumantika

Post on 23-Dec-2015

83 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bsfrh

TRANSCRIPT

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pada kehamilan seorang ibu bukan hanya menyiapkan persalinan tetapi juga harus

mempersiapkan untuk proses laktasi. Pemberian ASI kepada bayi baru lahir merupakan suatu

hal penting karena mempunyai manfaat besar bagi ibu dan bayi. proses laktasi merupakan hal

yang fisiologis yang di alami oleh setiap ibu. Dalam prosesnya, laktasi mempunyai beberapa

tahap dan perlu di pahami.

Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah

besar. Untuk mempersiapkan payudara agar pada waktunya dapat memberikan ASI, estrogen

akan mempersiapkan kelenjar dari saluran ASI dalam bentuk poliferasi, deposit lemak, air

dan elektrolit, jaringan ikat semakin banyak dan miopitel di sekitar kelenjar mammae

semakin membesar.sedangkan progesterone meningkat kematangan kelenjar mammae

dengan hormone lain. Bersamaan dengan membesaranya kehamilan perkembangan dan

persiapan untuk memberikan ASI semakin tampak, payudara semakin membesar, puting susu

semakin menonjol pembuluh darah semakin tampak, dan areola mammae makin hitam.

Pada kehamilan lima bulan lebih, kadang-kadang dari ujung putting mulai keluar cairan

yang disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormone laktogen dari

plasenta dan hormone prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan

karena meski selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi pengaruhnya di hambat oleh

estrogen. Setelah partus, pengaruh penekanan dari estrogen dan progesterone terhadap

hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon - hormon hipofisis kembali, antara lain lactogenic

hormone. (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mamma yang telah dipersiapkan pada masa

hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga pengeluaran

air susu dilaksanakan.

Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan Eksklusif. Bayi baru lahir harus

mendapat ASI dalam jangka waktu satu jam setelah lahir. Seorang ibu dikodratkan untuk

dapat memberikan air  susunya kepada bayi yang telah dilahirkannya, dimana kodrat ini

merupakan suatu tugas yang mulia bagi Ibu itu sendiri demi keselamatan bayi dikemudian

hari. Reflleks pertama seorang bayi yang normal adalah mencari puting susu ibu berupa

hisapan mulut bayi merupakan hal yang penting dalam proses produksi ASI. ASI eksklusif

adalah pemberian ASI termasuk kolostrum tanpa tambahan apapun sejak bayi lahir.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan laktasi ?

2. Bagaimanakah struktur kelenjar susu ketika laktasi?

3. Bagaimanakah proses laktasi ?

4. Hormon apa sajakah yang berpengaruh terhadap proses laktasi ?

5. Faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap laktasi ?

C. Tujuan

1. Untuk mengeathui pengertian laktasi

2. Untuk mengetahui struktur kelenjar susu ketika laktasi

3. Untuk mengetahui proses laktasi

4. Untuk mengetahui hormon yang berpengaruh terhadap proses laktasi

5. Untuk mengetahui faktor faktor yang berpengaruh terhadap laktasi

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Laktasi

Laktasi adalah suatu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI yang membutuhkan

calon ibu yang siap secara psikologi dan fisik, kemudian bayi yang telah cukup sehat untuk

menyusu, serta produksi ASI yang telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi, dimana volume

ASI 500-800 ml/hari. Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin

membuat ASI mengalira dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju ke reservoir susu

yang berlokasi dibelakang aerola lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja

melalui dari bulan ketiga kehamilan dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang

menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara. ASI adalah suatu emulsi lemak

dalamlarutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah

kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Perawatan payudara dimulai dari

kehamilan bulan 7-8 memegang peran penting dalam menentukan berhasilnya menyusui

bayi. Dengan perawatan payudara yang baik, ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya

akan cepat berubah sehingga kurang menarik dan puting tidak akn lecet sewaktu dihisap bayi.

Komposisi ASI bervariasi dengan waktu postpartum. Sekresi cairan kekuningan,

lengket yang disebut dengan kolostrum naik 40 ml / hari dan disekresikan selama minggu

pertama postpartum. Kolostrum ini berisi sedikit vitamin yang larut dalam air (B kompleks,

C), lemak dan laktosa yang lebih sedikit dari susu matang, namun protein, beberapa mineral

dan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K), dan imunoglobulin (IgG) dalam jumlah

yang besar. Selama fase transisi dari 2-3 minggu, konsentrasi IgG dan jumlah protein

menurun, sedangkan laktosa, lemak dan total nilai kalor peningkatan ASI untuk

menghasilkan ASI matang, dirangkum dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Kandungan ASI

(sumber: Johnson dan Evereitt, 2007)

Lemak susu disintesis di retikulum endoplasma halus dari sel-sel epitel alveolar dan

melewati membran terikat, tetesan meningkatkan ukuran permukaan lumen dari sel. Tetesan

kemudian mendorong membran sel, menyebabkan membran menonjol dan kehilangan

mikrovilinya. Sebaliknya, protein susu melewati aparat Golgi dan vakuola, dan dilepaskan

melalui proses eksositosis Kedua proses pelepasan tergantung pada aktivasi reseptor

prolaktin yang berada pada sel-sel alveolar.

Sumber energi utama dalam susu ini adalah lemak, yang hampir sepenuhnya dapat

dicerna, sebagian karena hadir sebagai molekul kecil dan lemak globuler yang dapat diemulsi

dengan baik. Lemak susu juga merupakan pembawa penting bagi vitamin A dan D. Laktosa

(gula susu) adalah karbohidrat utama dalam susu. Laktosa ini kurang manis dibandingkan

gula biasa dan penting untuk mendukung pertumbuhan flora Lactobacillus bifidus (penghasil

asam laktat) di dalam usus serta menyediakan komponen penting (galaktosa) untuk

pembentukan myelin dalam jaringan saraf.

2.2 Struktur Kelenjar Susu pada wanita hamil

Kelenjar susu manusia terdiri dari 15-20 lobus (atau parenkim) jaringan, jaringan ikat

fibrosa yang menghubungkan lobus dan jaringan adiposa diantara mereka. Setiap lobus terdiri

dari lobulus alveoli, pembuluh darah dan duktus laktiferus. Pola dasar payudara struktur yang

ditunjukkan pada Gambar. 14.1 adalah umum untuk semua spesies, bahkan meskipun jumlah

kelenjar susu, ukuran, lokasi dan bentuknya bervariasi.

Gambar 2.1 Penampang membujur payudara wanita hamil

(sumber: Johnson dan Evereitt, 2007)

Dinding alveolus dibentuk oleh satu lapisan sel-sel epitel kubus kolumnar, yang

bertanggung jawab untuk sintesis susu dan sekresi selama menyusui. Sel-sel mioepitel

terletak di antara sel-sel epitel dan membran basal memiliki fungsi kontraktil, dan penting

untuk memindahkan susu dari alveoli ke dalam saluran sebelum.

Gambar 2.2 Struktur Mikroskopis Lobus pada Kelenjar Susu

(sumber; Johnsosn dan Evereitt, 2007)

Saat lahir sampai pubertas kelenjar susu hampir seluruhnya terdiri dari duktus

laktiferus dengan sedikit alveoli. Pada saat ini, dan di bawah pengaruh estrogen, saluran

laktiferus tumbuh dan bercabang yang kemudian berkembang menjadi alveoli sebenarnya.

Gambar 2.3 Skema ultrastruktural dari sel epitel alveolar

(sumber: Johnson dan Evereitt, 2007)

Pada sejenis babi misalnya memiliki hingga 18 kelenjar susu (9 pasang), sedangkan

pada sapi dan kambing terdiri dari dua pasang. Selain itu, ada beberapa variasi dalam pola

sistem saluran.

Gambar 2.4 (sumber : Johnson dan Evereitt, 2007)

2.3 Proses Laktasi

Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan reflek

aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.

1. Refleks prolaktin

Refleks prolaktin adalah rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin,

hormon ini akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. makin

sering bayi menghisap, makin banyak prolaktin yang lepas makin banyak pula ASI yang

diproduksi. maka cara yang terbaik mendapatkan ASI dalam jumlah banyak adalah

menyusui bayi sesering mungkin atau setidaknya menempelkan putting susu ibu pada

mulut bayi untuk bisa dihisap bayinya.

Pascapersalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpusluteum

maka estrogen dan progesterone juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting

susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai

reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis

hipotalamus dan akan menekan pengeluaran factor penghambat sekresi prolactin dan

sebaliknya merangsang pengeluaran factor pemicusekresi prolaktin akan merangsang

hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang

berfungsi untuk membuat air susu.

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan

sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin

walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.

Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu

ke 2 –3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti :

stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu.

2. Refleks aliran (let down reflek)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang

berasal dari isapan bayi dilanjutkan kehipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian

mengeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga

menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari selakan memeras air susu yang telah terbuat,

keluar dari alveoli dan masuk kesistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus

lactiferus masuk kemulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah :

melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.

Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/

pikiran kacau, takut dan cemas.

Refleks oksitosin

Rekflek oksitosin adalah rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin,

hormon ini akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar susu dan

saluranya unutk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar menuju putting susu.

Ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi otot ini kadang-kadang begitu

kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak.

Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. biasanya

perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi kadang-kadang

juga menghambatnya. Perasaan yang bisa menghentikan refleks oksitosin misalnya,

khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. ibu kesakitan pada saat menyusui atau merasa

malu. Refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya menangis,

melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada jauh. Manfaaat refleks

oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim ibu dan menghentikan

perdarahan persalinan.

Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan

rangsangan saraf yang terdapat pada glandulapituitaria posterior, sehingga keluar

hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-selmiopitel di sekitar alveoli akan

berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran

oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada

duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh

hipofisis.

Siklus laktasi terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu :

1. Laktogenesis stadium 1 ( kehamilan ) : penambahan dan pembesaran lobulus alveolus.

Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu

payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada

saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi

bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum

sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi

ASI sebenarnya nanti.

2. Laktogenesis stadium 2 ( ahir kehamilan 2-3 hari postpartum ) : produksi ASI

Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron,

estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini

menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis

II.Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak

dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam

kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk

memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian

mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI

lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat

payudara terasa penuh.Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga

terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda

biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam

setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-

73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak

langsung setelah melahirkan.Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya.

Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI

sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu

melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga

mencegah alergi makanan . Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum

pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.

3. Laktogenesis stadium 3 ( galaktopoeisis )

Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa

hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol

autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI

banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian

berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan

meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi

seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara

dikosongkan.

2.3 Hormon Yang Berpengaruh Dalam Laktasi

Hormon-hormon yang mempengaruhi pembentukan ASI adalah Sebagai berikut : Mulai

dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi

munculnya ASI dalam sistem payudara:

1. Progesteron

mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen

menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.

2. Estrogen

menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat

melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui[9]. Karena itu,

sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena

dapat mengurangi jumlah produksi ASI. Follicle stimulating hormone (FSH). Luteinizing

hormone (LH)

3. Prolaktin

berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan. Prolaktin merupakan suatu

hormon yang disekresi oleh glandula pituitari. Hormon ini memiliki peran penting untuk

memproduksi ASI, dan meningkat selama kehamilan. Peristiwa lepas atau keluarnya

plasenta pada ahir proses persalinan akan membuat kadar estrogen dan progesteron

berangsur-angsur menurun sampai tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkanya prolaktin.

Peningkatan prolaktin akan menghambat ovulasi. Kadar paling tinggi adalah ada malam

hari dan penghentian pertama pemberian air susu dilakukan pada malam hari.

4. Oksitosin

mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti

halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot

halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan

dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.

5. Human placental lactogen (HPL)

Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam

pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.Pada bulan kelima dan

keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi

tanpa kehamilan (induced lactation).

(sumber: Johnson dan Evereitt, 2007)

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Asi

Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar

payudara terutama pada minggu pertama laktasi.

1. Frekuensi Penyusuan

Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal

dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah

melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu

(Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu

dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari

selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang

cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini

direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah

melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon

dalam kelenjar payudara.

2. Berat Lahir

Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini

berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan dibanding

bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat erat

berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik yang besar

dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho (1982) menemukan hubungan

positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14hari pertama

setelah lahir.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih

rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI

yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding

bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan

oksitosin dalam memproduksi ASI.

3. Umur Kehamilan saat Melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan bayi yang

lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu

mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir

tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan

berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.

4. Stres dan Penyakit Akut

Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi

ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada

ibu yang merasa rileks dan nyaman.. Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang

mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI.

5. Konsumsi Rokok

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan

oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana

adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi Lyon,(1983); Matheson, (1989)

dalam Aplonia (2013) menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan penyapihan

dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung. Meskipun demikian pada studi

ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu perokok yang masih menyusui 6 – 12 minggu setelah

melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial ekonomi

sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi.

Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa ibu yang merokok lebih dari 15 batang

rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50% lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21

setelah melahirkan dibanding dengan yang tidak merokok.

6. Konsumsi Alkohol

Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih

rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat

menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan indikator

produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan

kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi

rahim 32% dari normal (Matheson, 1989 dalam Lakulo, 2013).

7. Pil Kontrasepsi

Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan

penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986 dalam

ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada

dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral Contraceptives, 1988 dalam

ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu

menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi. Ada dua cara untuk mengukur produksi

ASI yaitu penimbangan berat badan bayi sebelum dan setelah menyusui; dan

pengosongan payudara. Kurva berat badan bayi merupakan cara termudah untuk

menentukan cukup tidaknya produksi ASI (Packard, 1982). Dilihat dari sumber zat gizi

dalam ASI maka ada 3 sumber zat gizi dalam ASI yaitu : 1) disintesis dalam sel secretory

payudara dari precursor yang ada di plasma; 2) disintesis oleh sel-sel lainnya dalam

payudara; 3) ditransfer secaralangsung dari plasma ke ASI (Butte, 1988). Protein,

karbohidrat, dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer dari

plasma ke ASI, sedangkan vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma ke ASI.

Semua fenomena fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi komposisi plasma dapat

juga mempengaruhi komposisi ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon

yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara (Vaughan, 1999 dalam Lakulo,

2013).

Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intik pangan aktual,

cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi. Perubahan status gizi ibu yang

mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif, netral, atau negatif terhadap bayi

yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan volume

ASI tidak berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan ibu atau

jaringan ibu. Komposisi ASI tidak konstan dan beberapa faktor fisiologi dan faktor non

fisiologi berperan secara langsung dan tidak langsung. Faktor fisiologi meliputi umur

penyusuan, waktu penyusuan, status gizi ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor

non fisiologi meliputi aspek lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol (Matheson, 1989).

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

1. Laktasi adalah suatu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI yang

membutuhkan calon ibu yang siap secara psikologi dan fisik, kemudian bayi yang

telah cukup sehat untuk menyusu, serta produksi ASI yang telah disesuaikan dengan

kebutuhan bayi, dimana volume ASI 500-800 ml/hari

2. Kelenjar susu manusia terdiri dari 15-20 lobus (atau parenkim) jaringan, jaringan ikat

fibrosa yang menghubungkan lobus dan jaringan adiposa diantara mereka. Setiap

lobus terdiri dari lobulus alveoli, pembuluh darah dan duktus laktiferus.

3. Proses laktasi meliputi refleks prolaktin dan Refleks aliran (let down reflek)

4. Hormon dalam proses laktasi terdiri dari progesteron, estrogen, prolaktin, oksitosin,

dan human placental lactogen (hpl)

5. Selama proses laktasi, ada beberapa hal yang berpenharuh yaitu frekuensi penyusuan,

berat lahir, umur kehamilan saat melahirkan, stres dan penyakit akut , konsumsi

rokok, konsumsi alkohol, pil kontrasepsi

3.2 Saran

Untuk ke depannya makalah lebih disempurnakan lagi

DAFTAR RUJUKAN

Lakulo, Aplonia. 2013. Fisiologi Laktasi. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kebidanan. Johnson, M H. Everitt, B J. 2007. Essential Reproduction. Blackwell Publishing: USA.

LAKTASI

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Reproduksi

Yang dibina oleh Dr. Umie Lestari M.Si dan Dra. Nursasi Handayani M.Si

Oleh :

Kelompok 1 Offering HZ

Halimatus Sa’diyah 110342422038

Ningrum Sri Indayani 110342422033(

Yuniar Indra P

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

November 2014