bismillah laktasi
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bsfrhTRANSCRIPT

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pada kehamilan seorang ibu bukan hanya menyiapkan persalinan tetapi juga harus
mempersiapkan untuk proses laktasi. Pemberian ASI kepada bayi baru lahir merupakan suatu
hal penting karena mempunyai manfaat besar bagi ibu dan bayi. proses laktasi merupakan hal
yang fisiologis yang di alami oleh setiap ibu. Dalam prosesnya, laktasi mempunyai beberapa
tahap dan perlu di pahami.
Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah
besar. Untuk mempersiapkan payudara agar pada waktunya dapat memberikan ASI, estrogen
akan mempersiapkan kelenjar dari saluran ASI dalam bentuk poliferasi, deposit lemak, air
dan elektrolit, jaringan ikat semakin banyak dan miopitel di sekitar kelenjar mammae
semakin membesar.sedangkan progesterone meningkat kematangan kelenjar mammae
dengan hormone lain. Bersamaan dengan membesaranya kehamilan perkembangan dan
persiapan untuk memberikan ASI semakin tampak, payudara semakin membesar, puting susu
semakin menonjol pembuluh darah semakin tampak, dan areola mammae makin hitam.
Pada kehamilan lima bulan lebih, kadang-kadang dari ujung putting mulai keluar cairan
yang disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormone laktogen dari
plasenta dan hormone prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan
karena meski selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi pengaruhnya di hambat oleh
estrogen. Setelah partus, pengaruh penekanan dari estrogen dan progesterone terhadap
hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon - hormon hipofisis kembali, antara lain lactogenic
hormone. (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mamma yang telah dipersiapkan pada masa
hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga pengeluaran
air susu dilaksanakan.
Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan Eksklusif. Bayi baru lahir harus
mendapat ASI dalam jangka waktu satu jam setelah lahir. Seorang ibu dikodratkan untuk
dapat memberikan air susunya kepada bayi yang telah dilahirkannya, dimana kodrat ini
merupakan suatu tugas yang mulia bagi Ibu itu sendiri demi keselamatan bayi dikemudian
hari. Reflleks pertama seorang bayi yang normal adalah mencari puting susu ibu berupa
hisapan mulut bayi merupakan hal yang penting dalam proses produksi ASI. ASI eksklusif
adalah pemberian ASI termasuk kolostrum tanpa tambahan apapun sejak bayi lahir.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan laktasi ?
2. Bagaimanakah struktur kelenjar susu ketika laktasi?
3. Bagaimanakah proses laktasi ?
4. Hormon apa sajakah yang berpengaruh terhadap proses laktasi ?
5. Faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap laktasi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengeathui pengertian laktasi
2. Untuk mengetahui struktur kelenjar susu ketika laktasi
3. Untuk mengetahui proses laktasi
4. Untuk mengetahui hormon yang berpengaruh terhadap proses laktasi
5. Untuk mengetahui faktor faktor yang berpengaruh terhadap laktasi

BAB II
ISI
2.1 Pengertian Laktasi
Laktasi adalah suatu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI yang membutuhkan
calon ibu yang siap secara psikologi dan fisik, kemudian bayi yang telah cukup sehat untuk
menyusu, serta produksi ASI yang telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi, dimana volume
ASI 500-800 ml/hari. Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin
membuat ASI mengalira dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju ke reservoir susu
yang berlokasi dibelakang aerola lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja
melalui dari bulan ketiga kehamilan dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang
menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara. ASI adalah suatu emulsi lemak
dalamlarutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah
kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Perawatan payudara dimulai dari
kehamilan bulan 7-8 memegang peran penting dalam menentukan berhasilnya menyusui
bayi. Dengan perawatan payudara yang baik, ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya
akan cepat berubah sehingga kurang menarik dan puting tidak akn lecet sewaktu dihisap bayi.
Komposisi ASI bervariasi dengan waktu postpartum. Sekresi cairan kekuningan,
lengket yang disebut dengan kolostrum naik 40 ml / hari dan disekresikan selama minggu
pertama postpartum. Kolostrum ini berisi sedikit vitamin yang larut dalam air (B kompleks,
C), lemak dan laktosa yang lebih sedikit dari susu matang, namun protein, beberapa mineral
dan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K), dan imunoglobulin (IgG) dalam jumlah
yang besar. Selama fase transisi dari 2-3 minggu, konsentrasi IgG dan jumlah protein
menurun, sedangkan laktosa, lemak dan total nilai kalor peningkatan ASI untuk
menghasilkan ASI matang, dirangkum dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Kandungan ASI
(sumber: Johnson dan Evereitt, 2007)
Lemak susu disintesis di retikulum endoplasma halus dari sel-sel epitel alveolar dan
melewati membran terikat, tetesan meningkatkan ukuran permukaan lumen dari sel. Tetesan
kemudian mendorong membran sel, menyebabkan membran menonjol dan kehilangan
mikrovilinya. Sebaliknya, protein susu melewati aparat Golgi dan vakuola, dan dilepaskan
melalui proses eksositosis Kedua proses pelepasan tergantung pada aktivasi reseptor
prolaktin yang berada pada sel-sel alveolar.
Sumber energi utama dalam susu ini adalah lemak, yang hampir sepenuhnya dapat
dicerna, sebagian karena hadir sebagai molekul kecil dan lemak globuler yang dapat diemulsi
dengan baik. Lemak susu juga merupakan pembawa penting bagi vitamin A dan D. Laktosa
(gula susu) adalah karbohidrat utama dalam susu. Laktosa ini kurang manis dibandingkan
gula biasa dan penting untuk mendukung pertumbuhan flora Lactobacillus bifidus (penghasil
asam laktat) di dalam usus serta menyediakan komponen penting (galaktosa) untuk
pembentukan myelin dalam jaringan saraf.
2.2 Struktur Kelenjar Susu pada wanita hamil
Kelenjar susu manusia terdiri dari 15-20 lobus (atau parenkim) jaringan, jaringan ikat
fibrosa yang menghubungkan lobus dan jaringan adiposa diantara mereka. Setiap lobus terdiri
dari lobulus alveoli, pembuluh darah dan duktus laktiferus. Pola dasar payudara struktur yang
ditunjukkan pada Gambar. 14.1 adalah umum untuk semua spesies, bahkan meskipun jumlah
kelenjar susu, ukuran, lokasi dan bentuknya bervariasi.
Gambar 2.1 Penampang membujur payudara wanita hamil

(sumber: Johnson dan Evereitt, 2007)
Dinding alveolus dibentuk oleh satu lapisan sel-sel epitel kubus kolumnar, yang
bertanggung jawab untuk sintesis susu dan sekresi selama menyusui. Sel-sel mioepitel
terletak di antara sel-sel epitel dan membran basal memiliki fungsi kontraktil, dan penting
untuk memindahkan susu dari alveoli ke dalam saluran sebelum.
Gambar 2.2 Struktur Mikroskopis Lobus pada Kelenjar Susu
(sumber; Johnsosn dan Evereitt, 2007)
Saat lahir sampai pubertas kelenjar susu hampir seluruhnya terdiri dari duktus
laktiferus dengan sedikit alveoli. Pada saat ini, dan di bawah pengaruh estrogen, saluran
laktiferus tumbuh dan bercabang yang kemudian berkembang menjadi alveoli sebenarnya.
Gambar 2.3 Skema ultrastruktural dari sel epitel alveolar
(sumber: Johnson dan Evereitt, 2007)

Pada sejenis babi misalnya memiliki hingga 18 kelenjar susu (9 pasang), sedangkan
pada sapi dan kambing terdiri dari dua pasang. Selain itu, ada beberapa variasi dalam pola
sistem saluran.
Gambar 2.4 (sumber : Johnson dan Evereitt, 2007)
2.3 Proses Laktasi
Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan reflek
aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
1. Refleks prolaktin
Refleks prolaktin adalah rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin,
hormon ini akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. makin
sering bayi menghisap, makin banyak prolaktin yang lepas makin banyak pula ASI yang
diproduksi. maka cara yang terbaik mendapatkan ASI dalam jumlah banyak adalah
menyusui bayi sesering mungkin atau setidaknya menempelkan putting susu ibu pada
mulut bayi untuk bisa dihisap bayinya.
Pascapersalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpusluteum
maka estrogen dan progesterone juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting
susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai
reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis
hipotalamus dan akan menekan pengeluaran factor penghambat sekresi prolactin dan
sebaliknya merangsang pengeluaran factor pemicusekresi prolaktin akan merangsang

hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan
sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin
walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu
ke 2 –3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti :
stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu.
2. Refleks aliran (let down reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang
berasal dari isapan bayi dilanjutkan kehipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian
mengeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga
menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari selakan memeras air susu yang telah terbuat,
keluar dari alveoli dan masuk kesistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus
lactiferus masuk kemulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah :
melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/
pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks oksitosin
Rekflek oksitosin adalah rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin,
hormon ini akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan kelenjar susu dan
saluranya unutk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar menuju putting susu.
Ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi otot ini kadang-kadang begitu
kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak.
Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. biasanya
perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi kadang-kadang
juga menghambatnya. Perasaan yang bisa menghentikan refleks oksitosin misalnya,
khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. ibu kesakitan pada saat menyusui atau merasa
malu. Refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya menangis,
melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada jauh. Manfaaat refleks
oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim ibu dan menghentikan
perdarahan persalinan.

Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan
rangsangan saraf yang terdapat pada glandulapituitaria posterior, sehingga keluar
hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-selmiopitel di sekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran
oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada
duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh
hipofisis.
Siklus laktasi terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
1. Laktogenesis stadium 1 ( kehamilan ) : penambahan dan pembesaran lobulus alveolus.
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu
payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada
saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi
bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum
sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi
ASI sebenarnya nanti.
2. Laktogenesis stadium 2 ( ahir kehamilan 2-3 hari postpartum ) : produksi ASI
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron,
estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini
menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis
II.Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak
dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam
kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk
memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian
mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI
lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat
payudara terasa penuh.Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga
terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda
biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam
setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-
73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak
langsung setelah melahirkan.Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya.

Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI
sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang membantu
melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga
mencegah alergi makanan . Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum
pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.
3. Laktogenesis stadium 3 ( galaktopoeisis )
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa
hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol
autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI
banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian
berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan
meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi
seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara
dikosongkan.
2.3 Hormon Yang Berpengaruh Dalam Laktasi
Hormon-hormon yang mempengaruhi pembentukan ASI adalah Sebagai berikut : Mulai
dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi
munculnya ASI dalam sistem payudara:
1. Progesteron
mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen
menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
2. Estrogen
menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat
melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui[9]. Karena itu,
sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena
dapat mengurangi jumlah produksi ASI. Follicle stimulating hormone (FSH). Luteinizing
hormone (LH)
3. Prolaktin
berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan. Prolaktin merupakan suatu
hormon yang disekresi oleh glandula pituitari. Hormon ini memiliki peran penting untuk
memproduksi ASI, dan meningkat selama kehamilan. Peristiwa lepas atau keluarnya
plasenta pada ahir proses persalinan akan membuat kadar estrogen dan progesteron
berangsur-angsur menurun sampai tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkanya prolaktin.

Peningkatan prolaktin akan menghambat ovulasi. Kadar paling tinggi adalah ada malam
hari dan penghentian pertama pemberian air susu dilakukan pada malam hari.
4. Oksitosin
mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti
halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot
halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan
dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex.
5. Human placental lactogen (HPL)
Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam
pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.Pada bulan kelima dan
keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi
tanpa kehamilan (induced lactation).
(sumber: Johnson dan Evereitt, 2007)
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Asi
Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar
payudara terutama pada minggu pertama laktasi.

1. Frekuensi Penyusuan
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal
dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah
melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu
(Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu
dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari
selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang
cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini
direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah
melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon
dalam kelenjar payudara.
2. Berat Lahir
Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini
berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama penyusuan dibanding
bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat erat
berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intik yang besar
dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho (1982) menemukan hubungan
positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama menyusui selama 14hari pertama
setelah lahir.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih
rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI
yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding
bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan
oksitosin dalam memproduksi ASI.
3. Umur Kehamilan saat Melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini disebabkan bayi yang
lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu
mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir
tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan
berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
4. Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi
ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada

ibu yang merasa rileks dan nyaman.. Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang
mengganggu proses laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI.
5. Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan
oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana
adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Studi Lyon,(1983); Matheson, (1989)
dalam Aplonia (2013) menunjukkan adanya hubungan antara merokok dan penyapihan
dini meskipun volume ASI tidak diukur secara langsung. Meskipun demikian pada studi
ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu perokok yang masih menyusui 6 – 12 minggu setelah
melahirkan lebih sedikit daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial ekonomi
sama, dan bayi dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi.
Anderson et al (1982) mengemukakan bahwa ibu yang merokok lebih dari 15 batang
rokok/hari mempunyai prolaktin 30-50% lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21
setelah melahirkan dibanding dengan yang tidak merokok.
6. Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih
rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat
menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan merupakan indikator
produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat badan ibu mengakibatkan
kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis 0,9-1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi
rahim 32% dari normal (Matheson, 1989 dalam Lakulo, 2013).
7. Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan
penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986 dalam
ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada
dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral Contraceptives, 1988 dalam
ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu
menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi. Ada dua cara untuk mengukur produksi
ASI yaitu penimbangan berat badan bayi sebelum dan setelah menyusui; dan
pengosongan payudara. Kurva berat badan bayi merupakan cara termudah untuk
menentukan cukup tidaknya produksi ASI (Packard, 1982). Dilihat dari sumber zat gizi
dalam ASI maka ada 3 sumber zat gizi dalam ASI yaitu : 1) disintesis dalam sel secretory
payudara dari precursor yang ada di plasma; 2) disintesis oleh sel-sel lainnya dalam
payudara; 3) ditransfer secaralangsung dari plasma ke ASI (Butte, 1988). Protein,

karbohidrat, dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer dari
plasma ke ASI, sedangkan vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma ke ASI.
Semua fenomena fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi komposisi plasma dapat
juga mempengaruhi komposisi ASI. Komposisi ASI dapat dimodifikasi oleh hormon
yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara (Vaughan, 1999 dalam Lakulo,
2013).
Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intik pangan aktual,
cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi. Perubahan status gizi ibu yang
mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif, netral, atau negatif terhadap bayi
yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan volume
ASI tidak berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan ibu atau
jaringan ibu. Komposisi ASI tidak konstan dan beberapa faktor fisiologi dan faktor non
fisiologi berperan secara langsung dan tidak langsung. Faktor fisiologi meliputi umur
penyusuan, waktu penyusuan, status gizi ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor
non fisiologi meliputi aspek lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol (Matheson, 1989).

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Laktasi adalah suatu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI yang
membutuhkan calon ibu yang siap secara psikologi dan fisik, kemudian bayi yang
telah cukup sehat untuk menyusu, serta produksi ASI yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan bayi, dimana volume ASI 500-800 ml/hari
2. Kelenjar susu manusia terdiri dari 15-20 lobus (atau parenkim) jaringan, jaringan ikat
fibrosa yang menghubungkan lobus dan jaringan adiposa diantara mereka. Setiap
lobus terdiri dari lobulus alveoli, pembuluh darah dan duktus laktiferus.
3. Proses laktasi meliputi refleks prolaktin dan Refleks aliran (let down reflek)
4. Hormon dalam proses laktasi terdiri dari progesteron, estrogen, prolaktin, oksitosin,
dan human placental lactogen (hpl)
5. Selama proses laktasi, ada beberapa hal yang berpenharuh yaitu frekuensi penyusuan,
berat lahir, umur kehamilan saat melahirkan, stres dan penyakit akut , konsumsi
rokok, konsumsi alkohol, pil kontrasepsi
3.2 Saran
Untuk ke depannya makalah lebih disempurnakan lagi

DAFTAR RUJUKAN
Lakulo, Aplonia. 2013. Fisiologi Laktasi. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kebidanan. Johnson, M H. Everitt, B J. 2007. Essential Reproduction. Blackwell Publishing: USA.

LAKTASI
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Reproduksi
Yang dibina oleh Dr. Umie Lestari M.Si dan Dra. Nursasi Handayani M.Si
Oleh :
Kelompok 1 Offering HZ
Halimatus Sa’diyah 110342422038
Ningrum Sri Indayani 110342422033(
Yuniar Indra P
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2014