bismillah askep kelompok kecil 3 fix lampiran

72
Lampiran 1 PREPLANNING LOGOTERAPI I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stres adalah kejadian eksternal serta situasi lingkungan yang membebani kemampuan adaptasi individu, terutama berupa beban emosional dan kejiwaan, sedangkan koping adalah cara berpikir dan bereaksi yang di tunjukan untuk mengatasi beban dan trauma atau transaksi yang menyakitkan (stresor). Stres yang berlangsung secara berkepanjangan bisa berakibat serius, termasuk kemungkinan munculnya penyakit jantung, hipertensi, stroke, penyakit kanker dan komplikasi lainnya termasuk masalah sosial dan emosional. Cara seorang lansia beradaptasi terhadap stres sangat di pengaruhi oleh tipe kepribadian serta strategi penyesuaian yang telah digunakan sepanjang hidup (Tamher, S. 2009) Stres juga berkaitan erat dengan insomnia, mudah terbangun dari tidur yang mengakibatkan stres individual. Kondisi fisik yang kurang mendukung seperti sering buang air kecil, kaki kejang atau kram atau karna masalah kesehatan

Upload: nurse407

Post on 06-Dec-2015

51 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

TRANSCRIPT

Page 1: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

Lampiran 1

PREPLANNING

LOGOTERAPI

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Stres adalah kejadian eksternal serta situasi lingkungan yang

membebani kemampuan adaptasi individu, terutama berupa beban

emosional dan kejiwaan, sedangkan koping adalah cara berpikir dan

bereaksi yang di tunjukan untuk mengatasi beban dan trauma atau

transaksi yang menyakitkan (stresor). Stres yang berlangsung secara

berkepanjangan bisa berakibat serius, termasuk kemungkinan munculnya

penyakit jantung, hipertensi, stroke, penyakit kanker dan komplikasi

lainnya termasuk masalah sosial dan emosional. Cara seorang lansia

beradaptasi terhadap stres sangat di pengaruhi oleh tipe kepribadian serta

strategi penyesuaian yang telah digunakan sepanjang hidup (Tamher, S.

2009)

Stres juga berkaitan erat dengan insomnia, mudah terbangun dari

tidur yang mengakibatkan stres individual. Kondisi fisik yang kurang

mendukung seperti sering buang air kecil, kaki kejang atau kram atau

karna masalah kesehatan lain. Stres selain menyebabkan insomnia juga

dapat menyebabkan keinginan untuk tidur terus sepanjang waktu karena

ingin melepaskan diri dari masalah yang dihadapi. Dari pengkajian Ny. A

didapat bahwa Ny. A mengalami stres akibat perpindahan dari

lingkungan yang biasa dia tinggal. Akibat stres tersebut tibul masalah

kesehatan pada Ny. A seperti pola tidur yang terganggu, masalah nutrisi

yang terganggu serta masalah kesehatan yang lainnya (Maryam, R. 2008)

B. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT

Faktor-faktor pencetus lain yang mengakibatkan Ny. A mengalami

stress. Kondisi mental dan emosional Ny. A juga perlu untuk di kaji lebih

Page 2: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

lanjut karena menutut keterangan lansia lain yang ada di panti, Ny. A di

kenal sebagai seorang yang galak.

C. MASALAH KEPERAWATAN

Masalah keperawatan yang terjadi terhadap Ny. A adalah stress.

Stres yang terjadi akibat dari pindahnya Ny.A ke panti wredha. Ny. A

tidak senang dengan lingkungan panti, Ny A menginginkan untuk

kembali ke lingkungannya sebelumnya.

II. RENCANA KEPERAWATAN

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Sindrom stres akibat perpindahan berhubungan dengan kurang dukungan

sosial yang adekuat

B. TUJUAN UMUM

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu tahun, diharapkan

ketidaknyamanan klien di lingkungan panti berkurang

C. TUJUAN KHUSUS

1. Klien mengatakan nyaman tinggal di panti

2. Klien dapat berkomunikasi minimal dengan 3 lansia lain dalam satu

ruangan

3. Klien dapat lebih banyak melakukan aktivitas seperti mealukan

senam yang dilakuakan rutin di panti

III. RANCANGAN KEGIATAN

A. TOPIK

Peningkatan makna dan tujuan hidup dengan menggunakan logoterapi

B. METODE PELAKSANAAN

Metode dilakukan dengan cara diskusi

Page 3: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

C. SASARAN DAN TERGET

Sasaran dan target dari pendidikan kesehatan ini adalah Ny.A dengan

masalah stress

Page 4: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

D. STRATEGI PELAKSANAAN

No Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Metode/Media

1. Orientasi

(5 menit)

a. Mengucapkan salam

b. Memperkenalkan diri

c. Menjelaskan tujuan

d. Kontrak waktu dan tempat

e. Menyampaikan kontrak waktu

f. Menyampaikan peraturan selama logoterapi

g. Melakukan apersepsi dan menanyakan mengenai

ketidaknyamanan emosi

a. Menjawab salam

b. Mendengarkan dan

memperhatikan

c. Mendengarkan dan

memperhatikan

d. Mendengaran,memperhatikan

dan berusaha mematuhi

e. Menyetujui kontrak waktu

f. Mendengarkan

g. Menjawab dan berperan aktif

Metode: ceramah

Media: -

2. Kerja (20

menit)

a. Bertanya mengenai masalah ketidaknyamanan emosi

klien

b. Memotivasi klien untuk lebih semangat menjalani

hidup

c. Menjelaskan kepada klien bahwa hidup itu harus

memiliki tujuan

a. Menjawab, mendengarkan dan

memperhatikan

b. Mendengarkan dan

memperhatikan

c. Mendengarkan dan

memperhatikan

Metode: diskusi

(tanya-jawab),

ceramah,

Media: gambar.

3. Terminasi (5

menit)

a. Menanyakan pada Ny. A apakah ada hal yang kurang

jelas atau yang ingin ditanyakan

d. Menanyakan pertanyaan

mengenai hal yang tidak

Metode: diskusi,

ceramah

Page 5: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

b. Menjawab pertanyaan

c. Menanyakan pendapat Ny. A setelah melaksanakan

kegiatan

d. Mengevaluasi hasil demonstrasi yang dilakukan

e. Memberikan reinforcement positif

f. Tindak lanjut kegiatan/kontrak waktu untuk kegiatan

berikutnya

g. Terminasi

h. Mengucapkan salam

dimengerti

e. Mendengarkan dan

memperhatikan

f. Mengekspresikan perasaan

setelah melaksanakan

pendidikan kesehatan

g. Introspeksi keberlangsungan

kegiatan pendidikan kesehatan

h. Bersemangat untuk

melaksanakan materi yang

didapat.

i. Ikut berpartisipasi aktif,

menyepakati kontrak waktu

dan kegiatan selanjutnya

i. Menjawab salam

Media: -

Page 6: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

E. MEDIA DAN ALAT BANTU

Media yang digunakan adalah kertas dengan gambar

F. SETTING TEMPAT

Keterangan :

: Ny. C

: Penyaji

G. SUSUNAN ACARA

1. Mengucapkan salam

2. Memperkenalkan diri kepada Ny. C (untuk mengingatkan)

3. Membuat kontrak waktu dan tempat dengan Ny. C

4. Memberikan materi pendidikan kesehatan dengan cara diskusi

5. Mengevaluasi materi yang telah diberikan kepada Ny.C

6. Membuat kontrak waktu untuk bertemu kembali

7. Salam

H. PENGORGANISASIAN

No. Nama Peran Uraian Tugas.

1. Luh Juita Amare

Putri

- Instruktur

- Penanggung Jawab

intervensi

- Mengkomunikasikan

untuk meningkatkan

makna dan tujuan hidum

klien

Page 7: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

- Mengkoordinasi

persiapan alat/ bahan dan

pelaksanaan kegiatan.

2. Agnes

Yovita P.

R

- MC

- Pendokumentasian

- Membuka acara

- Memperkenalkan acara

- Mendokumentasikan

kegiatan.

3. Ebtabes F. - Observer

- Pembantu instruktur.

- Mengamati proses

pelaksanaan kegiatan.

- Membantu mempraktikan

untuk memotivasi klien

4. Endar Giri

B.

- Obeserver

- Timer

- Mengamati proses

pelaksanaan kegiatan.

- Membantu mengukur

waktu pelaksaan

intervensi.

I. KRITERIA EVALUASI

1. STRUKTUR

a. Materi pendidikan kesehatan sudah disiapkan

b. Media telah disiapkan

c. Peserta siap diberikan pendidikan kesehatan

d. Kontrak waktu dan tempat sudah disepakati

e. Pemateri siap memberikan pendidikan kesehatan

2. PROSES

a. Pendidikan kesehatan berjalan dengan lancar

b. Waktu dan tempat sesuai kontrak

c. Peserta kooperatif saat diberikan pendidikan kesehatan

d. Terjadi diskusi antara peserta dan pemateri

3. HASIL

a. Peserta terlihat antusias ketika diberikan pendidikan kesehatan

Page 8: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

b. Peserta dapat memahami materi yang diberikan walaupun

hanya beberapa

J. MATERI

Lansia secara alami akan mengalami perubahan struktur dan

fisiologis seperti penurunan penglihatan penurunan sistem pernafasan,

enurunan tingkat pendengaran, dan juga penurunan padda persendian

tulang. Akibatnya lansia merasa membebani keluarga dan orang yang ada

di sekelilingnya. Keadaan itu dapat menjadi sumber stres dengan akibat

jangka panjang mengalami isolasi sosial.

Stres pada lansia juga dapat dipicu oleh adanya relasi sosial atau

kondisi lingkungannya yang buruk. Kondisi lingkungan yang buruk

tersebut akan berdamapak pada ketidaknyamanan hidup yang terus

tesimpan setiap hari sehingga dalam waktu lama bisa membuat lansia

terssebut stres.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres

pada lansia yaitu dengan menggunakan logoterapi. Logoterapi disini

berfungsi untuk meningkatkan makna dan tujuan hidup lansia itu sendiri.

Cara tersebut dilakukan agar lansia lebih bisa menghargai dirinya sendiri

dan dapat mengganggap dirinya berguna di lingkungannya. Adapun

aktifitas yang dapat dilakukan seperti berolahraga, menyalurkan hobi,

dan membaur dengan lingkungannya (Lomboan. 2015)

Berolahraga dapat menyehatkan tubuh, tidak perlu olahraga berat

karena kondisi fisik lansia yang sudah menurun, cukup dengan jogging,

jalan kaki ataupun senam lansia. Lansia juga dapat menyalurkan hobi

yang dia suka misal menjahit atau membuat kerajian untuk

menghilangkan kejenuhan. Cara lain untuk menghilangkan stres adalah

dengan saling berbagi dengan orang lain, misal dengan bercerita tentang

apa yang dirasakan pada diri masing masing lansia.

Page 9: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

K. DAFTAR PUSTAKA

Tamher, S. Noorkasiani. 2009. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan

asuhan keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.

Jakarta: Salemba Medika

Lomboan, Arlita M ; Bidjuni, Hendro; Karudeng, Michael. 2015.

PENGARUH PENERAPAN LOGOTERAPI TERHADAP TINGKAT

STRES PADA LANSIA DI BPLU SENJA CERAH PANIKI BAWAH

KECAMATAN MAPANGET MANADO. Manado : Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran USR

Page 10: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

Lampiran 2

PRE PLANNING

RELAKSASI OTOT PROGRESIF

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lanjut usia (Lansia) atau menua merupakan suatu yang mutlak

terjadi dalam kehidupan manusia. Saat mengalami masa lansia ini kita

mulai mengalami kelemahan otot-otot pada tubuhnya, diantaranya juga

mengalami kelemahan fisik seperti kelemahan pada sistem

pernafasannya, pada sistem urinaria, pada sistem kardiovaskuler dan

lainnya. (Nugroho 2008)

Pada lanjut usia tentu saja kondisi fungsi tubuh akan semakin

menurun sehingga semakin banyak pula keluhan yang bisa terjadi.

Masalah yang sering muncul pada lanjut usia yaitu immobility

(imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence

(inkontinensia), intelectual impairment (gangguan intelektual), infection

(infeksi), impairment of vision and hearing (gangguanpenglihatan dan

pendengaran), isolation(depresi), inanition (malnutrisi), insomnia

(gangguan tidur), hingga immune deficincy (menurunnya kekebalan

tubuh) (Siburian,2007).

Salah satunya adalag istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar

manusia yang mutlak harus dipenuhi oleh semua orang, termasuk orang

lanjut usia. Pada lansia membutuhkan istirahat dan tidur yang cukup

untuk menjaga kesehatan fisiknya. Salah satu aspek utama dari

peningkatan kesehatan untuk lansia adalah pemeliharaan tidur untuk

memastikan pemulihan fungsi tubuh sampai tingkat fungsional yang

optimal dan untuk memastikan keterjagaan di siang harinya umtuk

menyelesaikan tugas-tugas dan dapat menikmati kualitas hidup yang

tinggi (Stanley and Bear, 2007).

Page 11: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

Terdapat insidensi lansia yang mengalami gangguan tidur lebih dari

50% terjadi pada lansia yang berusia 65 tahun dan lebih mengalami

gangguan tidur. (Linton & Helen, 2007). Survey yang dilakukan oleh

National Institut of Health di Amerika menyebutkan bahwa pada tahun

1970, total penduduk yang mengalami insomnia atau gangguan tidur

17% dari populasi, presentase penderita insomnia lebih tinggi dialami

oleh lansia, dimana 1 dari 4 pada usia 60 tahun mengalami sulit tidur

yang serius (Chopra,1994 dalam Purwanto, 2007).

Kurang tidur dapat pula mengakibatkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari termasuk keluarga dan perkawinan, dikarenakan kurang tidur

dapat membuat orang cepat marah dan lebih sulit bergaul. Bila saja tidur

kurang lelap, maka tubuh akan merasakan letih, lemah, dan lesu pada

saat bangun (Sumedi dkk, 2010). Meskipun gangguan tidur bukanlah

merupakan keluhan utama pada setiap rang, namun hampir disetiap

masalah medis dan psikososial yang terjadi pada usia lanjut

menyebabkan mereka menjadi gangguan tidur.

Penatalaksanaan terhadap kualitas tidur yang kurang baik dapat

dibagi yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Namun, obat

dapat menimbulkan efek negatif, menyebabkan penderita gangguan tidur

mengalami ketergantungan dalam pemakaiannya, sehingga kualitas tidur

yang baik tidak akan tercapai. Penatalaksanaan non farmakologis saat ini

sangat dianjurkan, karena tidak menimbulkan efek samping dan dapat

memandirikan lansia untuk dapat menjaga kesehatan mereka sendiri

(Haryadi, 2012). Salah satu pengobatan secara non farmakologis dalam

mengatasi gangguan tidur yaitu teknik relaksasi otot progresif. Teknik

relaksasi otot progresif diperkenalkan oleh Edmund Jacob tahun 1929

dengan buku Progressive Relaxation. Latihan relaksasi otot progresif

merupakan kombinasi latihan pernafasan dan rangkaian kontraksi serta

relaksasi kelompok otot (Alim 2010).

Latihan relaksasi progresif ini dapat dilaksanakan 15-30 menit, satu

kali sehari secara teratur selama satu minggu cukup efektif dalam

Page 12: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

menurunkan gangguan tidur karena dapat memberikan pemijitan halus

pada berbagai kelenjar-kelenjar dalam tubuh, menurunkan produksi

kortisol dalam darah, mengembalikan pengeluaran hormon yang

secukupnya sehingga memberi keseimbangan emosi dan ketenangan

pikiran (Sitralita, 2010)

Berdasarkan penemuan yang di temukan pada Ny. A berumur 68

tahun yang mengeluh semalaman tidur gelisah, susah tidur pada malam

hari serta waktu yang dibutuhkan untuk tidur maka akan mencoba

diajarkan mengenai latihan terapi relaksasi otot progresif untuk

meningkatkan kualitas tidur Ny. A.

B. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT

Beberapa data yang perlu dikaji lebih lanjut diantaranya adalah :

- Keadaan Fisik Ny. A : TD, Kantung mata, dan Keadaan tubuh klien.

- Kebutuhan tidur Ny. A

Kuantitas atau jumlah jam tidurnya atau kualitas tidur dengan PSQI

Ny. A dalam beberapa hari kedepan.

- Aktivitas Ny.A sebelum tidur.

Kegiatan atau hal yang lain yang biasanya dilakukan Ny. A sebelum

tidur.

- Keadaan Psikologis

Keadaan Psikologis Ny. A atau hal yang sedang dipikirkan Ny, A

sehingga membuat tidak bisa tidur.

C. MASALAH KEPERAWATAN

Dari data yang di peroleh disimpulkan Ny. A mengalami gangguan pola

tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (00198)

II. ‘RENCANA KEPERAWATAN

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (00198)

Page 13: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

B. TUJUAN UMUM

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Relaksasi otot progresif selama

2 x 6 minggu, maka masalah Gangguan Pola Tidur diakibatkan

kurangnya kontrol tidur dapat teratasi dengan kriteia kualitas tidur klien

mengingkat dari sebelumnya.

C. TUJUAN KHUSUS

Setelah dilakukan kompres jahe hangat selama 1 x 30 menit diharapkan

Ny. A mampu :

- Menjelaskan manfaat relaksasi otot preogresif untuk meningkatkan

kualitas tidur.

- Menjelaskan tahap-tahap dari pelaksanaan relaksasi otot progresif

pada gangguan pola tidur.

- Menjelaskan hal-hal yang dapat membantu pelaksaan relaksasi otot

progresif.

III. RANCANGAN KEGIATAN

A. TOPIK

Latihan Relaksasi Otot Progresif untuk mengurangi gangguan istirahat

tidur pada Lansia.

B. METODE PELAKSANAAN

Intervensi terdiri dari 3 tahap yaitu :

a. Menjelaskan tentang Latihan Relaksasi Otot Progresif .

Sebelum melakukan latihan Relaksasi otot progresif , Ny. A

diberikan penjelasan mengenai informasi pelaksaannya diantaranya,

manfaat dari Relaksasi otot progresif , bahan-bahan yang di

butuhkan dan alat-alat yang diperlukan, serta langkah- langkah

dalam melakukan Relaksasi otot progresif . Ketika diberi penjelasan,

anggota lain mengamati respon yang diberikan oleh Ny. A dalam

pemahaman penjelasan yang diberikan.

Page 14: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

b. Melakukan Relaksasi otot progresif

Setelah Ny. A mengerti cara pelaksanaan Relaksasi otot progresif ,

bersama anggota kelompok mempersiapkan bahan dan alat yang

dibutuhkan. Apabila semua bahan siap, Ny. A diinstruksikan untuk

memperhatikan langkah-langkah latihan Relaksasi otot progresif

dengan waktu yang ditentukan. Selama proses tindakan Relaksasi

otot progresif jahe anggota tetap mengamati perubahan respon yang

ditunjukkan oleh Ny. A.

c. Evaluasi respon warga.

Ny. A telah memperhatikan cara Relaksasi otot progresif. Setelah itu

, dilakukan evaluasi terhadap yang sudah dipraktikan di hadapan Ny.

A , menanyakan kepada Ny A menganai manfaat, bahan, alat dan

cara melakukan Latihan Relaksasi Otot Progresif. Anggota lain

mendokumentasikan hasilnya ke dalam catatan perkembangan

komunitas yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

C. SASARAN DAN TARGET

Ny.A, 68 tahun, lansia yang mengalami gangguan tidur.

Page 15: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

D. STRATEGI PELAKSANAAN

No Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Metode/Media

1. Orientasi (5 menit) a. Menngucapkan salam

b. Memperkenalkan diri

c. Menjelaskan tujuan

d. Kontrak waktu dan tempat

e. Menyampaikan kontrak waktu

f. Menyampaikan peraturan selama

demonstrasi Relaksasi Otot Progresif

g. Melakukan apersepsi dan menanyakan

mengenai pengertahuan cara penanganan

hipertensi

a. Menjawab salam

b. Mendengarkan dan memperhatikan

c. Mendengarkan dan memperhatikan

d. Mendengaran,memperhatikan dan

berusaha mematuhi

e. Menyetujui kontrak waktu

f. Mendengarkan

g. Menjawab dan berperan aktif

Metode: ceramah

Media: -

2. Kerja (20 menit) a. Bertanya terlebih dahulu mengenai

penanganan kualitas tidur dengan cara non

farmakologis pada Ny. A

b. Menjelaskan manfaat Relaksasi otot

progresif.

c. Menjelaskan alat dan bahan yang

diperlukan.

d. Mempersiapkan alat dan bahan latihan

Relaksasi otot progresif

a.Menjawab, mendengarkan dan

memperhatikan

b.Mendengarkan dan memperhatikan

c.Mendengarkan dan memperhatikan

d.Ny. A berpartisipasi aktif

e.Ny. Aberperan aktif

Metode: diskusi

(tanya-jawab),

ceramah, simulasi

Media: Poster.

Page 16: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

e. Melakukan Latihan Relaksasi Otot

progresif.

3. Terminasi (5 menit) a. Menanyakan pada Ny. A apakah ada hal

yang kurang jelas atau yang ingin

ditanyakan

b. Menjawab pertanyaan

c. Menanyakan pendapat Ny. A setelah

melaksanakan kegiatan

d. Menanyakan kembali cara melakukan

Relaksasi otot progresif .

e. Mengevaluasi hasil demonstrasi yang

dilakukan

f. Memberikan reinforcement positif

g. Tindak lanjut kegiatan/kontrak waktu

untuk kegiatan berikutnya

h. Terminasi

i. Mengucapkan salam

a. Menanyakan pertanyaan mengenai

hal yang tidak dimengerti

b. Mendengarkan dan memperhatikan

c. Mengekspresikan perasaan setelah

melaksanakan pendidikan kesehatan

d. Memberi kesimpulan mengenai

kegiatan latihan Relaksasi otot

progresif .

e. Introspeksi keberlangsungan

kegiatan pendidikan kesehatan

f. Bersemangat untuk melaksanakan

materi yang didapat.

g. Ikut berpartisipasi aktif,

menyepakati kontrak waktu dan

kegiatan selanjutnya

h. Menjawab salam

Metode: diskusi,

ceramah

Media: -

Page 17: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

E. MEDIA DAN ALAT BANTU

Alat dan Bahan : Poster Gerakan ROP.

F. SETTING TEMPAT

G. PENGORGANISASIAN

No. Nama Peran Uraian Tugas.

1. Luh Juita

Amare

Putri

- Instruktur

- Penanggung Jawab

intervensi

- Mendemonstrasikan

dan

mengkomunikasikan

langkah-langkah yang

akan dilakukan dan

yang telah dilakukan

selama latihan

Relaksasi Otot

Progresif.

- Mengkoordinasi

persiapan alat/ bahan

dan pelaksanaan

kegiatan.

2. Agnes

Yovita P.

R

- MC

- Pendokumentasian

- Membuka acara

- Memperkenalkan acara

- Memperkenalkan alur

demontrasi dan kontrak

waktu.

Keterangan :

Penyaji

Observator

Audiens

Page 18: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

- Mendokumentasikan

kegiatan.

3. Ebtabes F. - Observer

- Pembantu instruktur.

- Mengamati proses

pelaksanaan kegiatan.

- Membantu

mempraktikan cara

latihan Relaksasi otot

progresif.

4. Endar Giri

B.

- Obeserver

- Timer

- Mengamati proses

pelaksanaan kegiatan.

- Membantu mengukur

waktu pelaksaan

intervensi.

H. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

1) Materi telah disampaikan

2) Media (poster) sudah disiapkan.

3) Waktu dan tempat sudah disiapkan

4) Kontrak waktu sudah tepat dan mempertimbangkan kondisi

klien

5). Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Evaluasi Proses

1) Kegiatan dilaksanakan pada Rabu, tanggal 23 September 2015

pukul 10.00 di Panti Wredha Harapan Ibu Ngalian.

2) Kegiatan dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan.

3) Klien antusias dan memberikan perhatian penuh untuk bertanya

dan berdiskusi.

4) Di akhir kegiatan sudah dievaluasi jalannya kegiatan dan

dilakukan kontrak yang akan datang.

3. Evaluasi. Hasil

Page 19: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

1) Klien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan penyaji.

2) Kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan jadwal.

3). Klien dapat mendemonstrasikan dengan benar latihan relaksasi

otot progresif.

I. MATERI

1. Kebutuhan Istirahat tidur pada lansia

Kurang tidur yang berkepanjangan, sebernarnya mengganggu

kesehatan fisik maupun psikis. Kebutuhan tidur setiap orang

berbeda-beda, usia lanjut membutuhkan waktu tidur 6-7 jam per hari

(Hidayat, 2008). Walaupun mereka menghabiskan lebih banyak

waktu di tempat tidur, tetapi usia lanjut sering mengeluh terbangun

pada malam hari, ini memiliki waktu tidur kurang total, mengambil

lebih lama tidur, dan mengambil tidur siang lebih banyak (Kryger et

al, 2004).

Pada usia lanjut menunjukkan berkurangnya jumlah tidur

gelombang lambat, sejak dimulai tidur secara progresif menurun dan

menaik melalui stadium 1 ke stadium IV, selama 70-100 menit yang

diikuti oleh letupan REM. Periode REM berlangsung kira-kira 15

menit dan merupakan 20% dari waktu tidur total. Umumnya tidur

REM merupakan 20-25% dari jumlah tidur, stadium II sekitar 50%

dan stadium III dan IV bervariasi. Jumlah jam tidur total yang

normal berkisar 5-9 jam pada 90% orang dewasa. Pada usia lanjut

efisiensi tidur berkurang, dengan waktu yang lebih lama di tempat

tidur namun lebih singkat dalam keadaan tidur.

2. Penyebab Gangguan Istirahat tidur.

Faktor yang menyebabkan gangguan tidur diantaranya :

1) Faktor Internal yaitu :

- Fisiologis

Faktor dari dalam atau fisiologis diantaranya : gangguan tidur

karena penambahan usia, penyakit, nyeri, gangguan suhu

tubuh, gangguan pernapasan saat tidur, pergerakan kaki

Page 20: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

secara teratur saat tidur, gejala menopause, gangguan

eliminasi, dimensia, depresi, penyakit Parkinson.

- Psikologis

Faktor dari psikologis yang dapat menyebabkan gangguan

tidur diantaranya adalah : Stress dan Kecemasan.

2) Faktor Eksternal

- Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi : lingkungan yang asing, seperti

lingkungan yang tidak pernah dikenal sehingga tidak nyaman

untuk digunakan sebagai tempat beristirahat, peningkatan

stimulasi sensori, terjaga akibat procedure atau sedang

menjaga sebuah kegiatan, disorientasi waktu atau bingung

dengan keadaanya sekarang.

- Gaya Hidup

Faktor gaya hidup ini dapat dikatagorikan seperti :

perubahan dalam kebiasaan/tidak ada kebiasaan yang rutin,

menghabiskan waktu yang berlebihan waktu yang

berlebihan ditempat tidur, tidu siang yang berlebihan,

merokok, penyalahgnaan/peminum alkohol, kurang

olahraga.

- Pengobatan

Beberapa yang menjadi penyebab dari pengobatan terhadap

masalah tidur adalah hipnotik atau sedative.

3. Fisiologis Tidur Lansia

Jumlah tidur total tidak berubah sesuai dengan pertambahan

usia. Namun, kualitas tidur akan terlihat menjadi berubah pada

sebagian besar usia lanjut. Episode tidur REM cenderung

memendek. Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur

NREM 3 dan 4. Ada juga beberapa lansia yang tidak memiliki tahap

4 atau tidur dalam. Seorang usia lanjut yang terbangun lebih sering

pada malam hari, dan membutuhkan banyak waktu untuk jatuh tidur.

Page 21: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

Tetapi pada lansia yang berhasil beradaptasi terhadap perubahan

fisiologis dan psikologis dalam penuaan lebih mudah

mempertahankan tidur REM (Perry & Potter, 2005).

4. Cara mengatasi Gangguan Istirahat tidur.

Penatalaksanaan terhadap kualitas tidur yang kurang baik

dapat dibagi yaitu secara farmakologis dan non farmakologis.

Farmakologis, yaitu menggunakan obat-obatan kimia yang

mengandung efek mengantuk seperti diantaranya, CTM .Namun,

obat dapat menimbulkan efek negatif, menyebabkan penderita

gangguan tidur mengalami ketergantungan dalam pemakaiannya,

sehingga kualitas tidur yang baik tidak akan tercapai.

Penatalaksanaan non farmakologis saat ini sangat dianjurkan, karena

tidak menimbulkan efek samping dan dapat memandirikan lansia

untuk dapat menjaga kesehatan mereka sendiri (Haryadi, 2012).

Salah satu pengobatan secara non farmakologis dalam mengatasi

gangguan tidur yaitu teknik relaksasi otot progresif. Teknik relaksasi

otot progresif diperkenalkan oleh Edmund Jacob tahun 1929 dengan

buku Progressive Relaxation. Latihan relaksasi otot progresif

merupakan kombinasi latihan pernafasan dan rangkaian kontraksi

serta relaksasi kelompok otot (Alim 2010).

5. Langkah-lahkah mengatasi gangguan istirahat tidur.

Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) persiapan untuk

melakukan teknik ini yaitu:

a. Persiapan

Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan

yang tenang dan sunyi.

1) Pahami tujuan, manfaat, prosedur.

2) Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata

tertutup menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau

duduk di kursi dengan kepala ditopang, hindari posisi

berdiri.

Page 22: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam,

dan sepatu.

4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya

mengikat.

b. Prosedur

1) Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.

a. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.

b. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi

ketegangan yang terjadi.

c. Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama

10 detik.

d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali

sehingga dapat membedakan perbedaan antara

ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.

e. Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.

2) Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian

belakang.

a. Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan

tangan sehingga otot di tangan bagian belakang dan

lengan bawah menegang.

b. Jari-jari menghadap ke langit-langit.

3) Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot

besar padabagian atas pangkal lengan).

a. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.

b. Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak

sehingga otot biseps akan menjadi tegang.

Page 23: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

4) Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya

mengendur.

a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan

hingga menyentuh kedua telinga.

b. Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan

yang terjadi di bahu punggung atas, dan leher.

5) Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot

wajah (seperti dahi, mata, rahang dan mulut).

a. Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan

alis sampai otot terasa kulitnya keriput.

b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan

ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang

mengendalikan gerakan mata.

6) Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan

yang dialami oleh otot rahang. Katupkan rahang, diikuti

dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan di

sekitar otot rahang.

7) Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di

sekitar mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga

akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

8) Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian

depan maupun belakang.

a. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang

baru kemudian otot leher bagian depan.

b. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.

c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi

sedemikian rupa sehingga dapat merasakan ketegangan

di bagian belakang leher dan punggung atas.

9) Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian

depan.

a. Gerakan membawa kepala ke muka.

Page 24: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

b. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan

ketegangan di daerah leher bagian muka.

10) Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung

a. Angkat tubuh dari sandaran kursi.

b. Punggung dilengkungkan

c. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik,

kemudian relaks.

d. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil

membiarkan otot menjadi lurus.

11) Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.

a. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan

udara sebanyak-banyaknya.

b. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan

ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut,

kemudian dilepas.

c. Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan

lega.

d. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan

antara kondisi tegang dan relaks.

12) Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut

a. Tarik dengan kuat perut ke dalam.

b. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10

detik, lalu dilepaskan bebas.

c. Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.

13) Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki

(seperti paha dan betis).

a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa

tegang.

b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa

sehingga ketegangan pindah ke otot betis.

c. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.

Page 25: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

d. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

J. DAFTAR PUSTAKA

Siburian, Prima. 2007. Empat Belas Masalah Kesehatan Utama Pada

Lansia.http://www.waspada.co.id/index.php?

view=article&catid=28%3Akesehatan&id=3812%3Aempatbelas-

masalah-kesehatanutama

padalansia&format=pdf&option=com_content diakses pada tanggal

29 September 2015

Sumedi, T dkk., (2010), Pengaruh Senam Lansia terhadap Penurunan

Skala Insomnia pada Lansia di Panti Wredha Dewanata Cilacap.

Haryadi. (2012). http://www.deherba.com/ihwal-pemakaian-obat-

psikotropika-pada lansia.html

Alim, Muhammad Baitul. (2010). Langkah-langkah Relaksasi otot

progresif. http://www.psikologizone.com/langka-langkah-relaksasi-

otot-progresif.

Sitralita. (2010). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif terhadap

Kualitas Tidur pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih

Sayang Ibu Batu Sangkar. Universitas Andalas.

Prayitn,A.. Januari-April 2002, Vol.21 No.1.Journal Kedokteran

Gangguan Pola Tidur Pada Kelompok Usia Lanjut dan

Penatalaksanaannya. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas

Kedokteran Universitas Trisakti,.

Huda, Chairul. 2012. Konsep Tidur Pada Lansia. Diakses pada 30

September 2015.

Maas, L. Meridean. 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik: Diagnosis

NANDA, Kriteria Hasil NOC & Intervensi NIC. Jakarta : EGC.

Stanley, Mickey & Beare, PG. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.

Jakarta : EGC.

Saryono & Widianti, A.T. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar

Manusia. Yogjakarta : Nuha Medika.

Page 26: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Lampiran 3

PRE PLANNING

LATIHAN PEREGANGAN UNTUK NYERI SENDI PADA NY.A

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Definisi secara umum, lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang

usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, tetapi adalah

tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan

kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Effendi,

2009). Menurut pusdatin.kemenkes.go.id jumlah penduduk lansia di

Indonesia pada tahun 2012 sebesar 7,59% dan tahun 2020 akan

meningkat menjadi 9,77%. Lansia akan mengalami perubahan sistem

tubuh yang mempengaruhi aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Usia

harapan hidup yang meningkat tidak selalu disertai dengan status

kesehatan yang baik. Kondisi kesehatan fisik karena menua salah satunya

adalah sistem muskuloskeletal yaitu gangguan persendian yang

merupakan penyakit akibat proses menua dengan gejala nyeri.

Menurut International Association for Study of the Pain, nyeri

adalah sensasi yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan

kerusakan jaringan potensial maupun aktual (Dewi, 2014). Proses menua

ini yang menyebabkan terjadinya penurunan produksi cairan sinovial

pada persendian, tonus otot menurun, kartilago sendi menjadi lebih tipis

dan ligamentum menjadi lebih kaku serta penurunan kelenturan yang

dapat mengurangi pergerakan sendi.

Penurunan kemampuan muskuloskeletal dapat menurunkan

aktivitas fisik yang dapat mengganggu kegiatan sehari-hari Hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ferrel B, et al tahun 1995

Page 27: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

menyatakan bahwa nyeri yang sering terjadi pada lansia yang

memerlukan perawatan baik di panti jompo maupun di rumah adalah

lebih dari 60% mengalami nyeri yang disebabkan oleh muskuloskeletal.

Nyeri sendi yang paling banyak adalah pada sendi-sendi penahan berat

tubuh (panggul, lutut, dan kaki) (Pamungkas, 2010).

Salah satu gambaran lansia yang mengalami nyeri sendi di Panti

Wredha Harapan Ibu yaitu Ny.A. Ny.A sering mengeluhkan nyeri pada

pinggang, lutut dan kaki. Ny.A sering merasakan kebas di bagian lutut

dan betis sehingga tidak dapat sholat dan pipis selalu berdiri. Ny.A juga

tidak bisa duduk lama-lama karena pinggangnya akan merasa nyeri.

Bentuk tulang belakang Ny.A yaitu kifosis.

Ny.A juga jarang berinteraksi dengan teman-temannya karena

kendala dalam berbahasa. Ny.A juga mempunyai hipertensi yaitu

150/100 mmHg saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah tanggal 22

september 2015. Masalah itulah yang melatarbelakangi mengapa Ny.A

sering mengeluhkan nyeri sendi. Upaya Ny.A dalam mengatasi nyeri

biasanya melakukan jalan-jalan di sekitar panti dan rebahan di kasur.

Nyeri sendi yang dialami Ny.A dapat mengakibatkan kekakuan

sendi, keterbatasan luas sendi, gangguan berjalan dan aktivitas

keseharian lainnya dan peningkatan resiko jatuh. Saat dilakukan

pengukuran skala nyeri antara 0-5, Ny.A mengatakan skala nyerinya

yaitu skala 3. Upaya untuk mengatasi nyeri sendi pada lansia dapat

dilakukan dengan berbagai cara seperti : relaksasi, rendaman air hangat,

distraksi, guided imagery, hipnosis (Nahariani, 2012). Berdasarkan

analisa kasus di atas, peneliti ingin memberikan latihan untuk

mengurangi nyeri sendi yaitu Latihan Peregangan karena latihan

peregangan ini gerakannya cukup sederhana, mudah diingat bagi lansia

dan dapat dilakukan disela-sela kegiatan.

Latihan peregangan statis dan dinamis adalah gabungan dari dua

jenis peregangan yang memiliki pergerakan yang berbeda dimana kedua

gerakan ini dilakukan secara terkontrol hingga mencapai seluas riang

Page 28: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

gerak persendian yang dikenai latihan. Menurut American College of

Sports Medicine (ACSM), hasil yang optimal untuk melakukan latihan

peregangan adalah 10-15 menit dengan frekuensi tiga kali seminggu (I.A,

2014). Menurut Arthristic Care and Research, latihan peregangan dapat

menstimulasi meningkatnya pelepasan hormon endorphin yang berperan

untuk mengurangi sensasi nyeri tubuh.

Adanya terapi aktivitas fisik tambahan yaitu latihan peregangan

diharapkan dapat merubah intensitas nyeri sendi yang dirasakan oleh

lansia dan terjadi peningkatan status kesehatan dan kemandirian lansia.

Petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan terkait

peregangan statis dan dinamis.

B. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT

a) Kemampuan fleksibilitas sendi lutut

b) Kekuatan otot lansia

c) Pemeriksaan fisik terkait ekstremitas bawah

d) Keadaan lingkungan sekitar lansia.

C. MASALAH KEPERAWATAN

Gangguan rasa nyaman : Nyeri kronis berhubungan dengan Gejala terkait

penyakit (kifosis dan hipertensi) (00214)

DS:

P :

- Ny.A mengatakan, “Sekarang punggung mbah udah bungkuk

mbak, dulu kan lurus.”

- Ny.A mengatakan, “Ini pinggang sakit. Jadi mbah harus begini

(sambil menunjukkan gerakan duduk dengan di tumpu kedua

tangan di belakang).

- Ny.A mengatakan, “Trus ini lutut sama betis kadang kebas. Jadi

kalo mbah solat gak bisa sujud. Kalo pipis mbah berdiri.”

- Ny.A mengatakan, “kalo kelamaan duduk pinggang dan lutut

mbah suka sakit.”

Page 29: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran
Page 30: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

Q :

- Ny.A mengatakan, “Nyeri yang dirasakan seperti dicengkeram

oleh seseorang.”

R :

- Ny.A mengatakan, “Mbah ngerasain nyeri di bagian pinggang dan

lutut.”

- Ny.A mengatakan, “Kalo sudah minum obat, nyeri di pinggang dan

lutut berkurang.”

S :

- Ny.A mengatakan, “Skala nyeri antara 0-5 yang dirasakan yaitu 3

(lebih nyeri).”

- Ny.A mengatakan, “Kalo lagi nyeri sekali, mbah sampai nggak bisa

jalan mbak.”

T :

- Ny.A mengatakan, “Lamanya nyeri yang dirasakan tidak

menentu”

DO:

- Tekanan Darah : 150/100 mmHg

- Struktur tulang belakang klien yaitu kifosis

II. RENCANA KEPERAWATAN

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan rasa nyaman : Nyeri kronis berhubungan dengan gejala terkait

penyakit (kifosis dan hipertensi) (00214)

B. TUJUAN UMUM

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 bulan diharapkan nyeri

klien dapat berkurang dengan kriteria hasil :

- Skala nyeri dari 0-5 klien berkurang dari 3 menjadi 1

Page 31: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

C. TUJUAN KHUSUS

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 15 menit diharapkan

nyeri klien dapat berkurang, dengan kriteria hasil :

- Klien dapat melakukan latihan peregangan setiap pagi dan sore hari

- Klien dapat menghapal gerakan peregangan 6 dari 10 gerakan

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Pain Management

- Kaji tingkat nyeri klien yang meliputi : lokasi, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi

- Observasi perasaan tidak nyaman klien

- Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan dan kepercayaan klien tentang

nyeri

- Tentukan dampak dari nyeri yang dirasakan klien

- Ajarkan klien tentang manajemen nyeri yaitu stretching exercise

III. RANCANGAN KEGIATAN

A. TOPIK

Latihan peregangan statis dan dinamis untuk mengurangi nyeri sendi

B. METODE PELAKSANAAN

Metode yang digunakan yaitu latihan secara langsung dan memberikan

penjelasan mengenai manfaat dari latihan peregangan.

C. SASARAN DAN TARGET

Sasaran : Ny.A

Target :

a. Ny.A mampu melakukan latihan peregangan setiap pagi dan sore.

b. Ny.A mampu menghapal gerakan peregangan yaitu 5 dari 8 gerakan.

D. STRATEGI PELAKSANAAN

Kegiatan dilakukan dengan praktek secara langsung di sekitar tempat

tidur klien. Latihan peregangan ini dilakukan selama 10 menit dengan 8

gerakan dan selanjutnya melakukan jalan kaki di sekitar panti dan

mengunjungi teman-teman yang berbeda kamar.

Page 32: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

Lansia

Kursi

Fasilitator

Mahasiswa (Praktisi)

E. MEDIA

- Kursi

- Gambar stretching exercise

F. SETTING TEMPAT

Keterangan

G. SUSUNAN ACARA

Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Metode/Media10.30 Pre- orientasi

1. Menyiapkan materi gerakan stretching

2. Menyiapkan alat : kursi

1. Melakukan kegiatan lain (implementasi Refleksi Otot Progresif)

Metode:-Media:-

10.35Orientasi (5 menit)

1. Memberi salam2. Menanyakan kabar3. Memperkenalkan

diri4. Mengemukakan

tujuan dari latihan peregangan

5. Kontrak waktu dan tempat

1. Menjawab salam2. Menjawab kabar3. Memperhatikan4. Mendengarkan dan

memperhatikan5. Memperhatikan dan

menyetujui

Metode: ceramahMedia:-

10.40Kerja (10 menit)

1. Menanyakan tentang pengalaman nyeri klien

2. Memberikan apresiasi pada peserta

3. Menjelaskan

1. Menjawab tentang pengalaman nyeri

2. Memperhatikan3. Memperagakan

Metode:- Tanya

jawab langsung

- Ceramah- Praktek Media:- Kursi

Page 33: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

mengenai stretching exercise

4. Mempraktekkan gerakan stretching exercise

- Gambar gerakan stretching exercise

10.50 Terminasi (5

menit)

1. Menanyakan perasaan, kesan, dan pesan

2. Memberikan kesimpulan kegiatan stretching exercise

3. Menyampaikan hasil observasi perkembangan peserta

4. Memberikan masukan dan anjuran untuk mempraktikkan stretching exercise secara mandiri

5. Mengucapkan terima kasih dan permintaan maaf

6. Mengucapkan salam

1. Mengekspresikan perasaan setelah mengikuti stretching exercise

2. Mendengarkan dan memperhatikan

3. Mendengarkan dan memperhatikan

4. Menyetujui, mendengarkan dan memperhatikan

5. mendengarkan dan memperhatikan

6. Menjawab salam

Metode:- Tanya

jawab langsung

Media:-

H. PENGORGANISASIAN

Mahasiswa : Agnes Yovita

Fasilitator : Luh Juita Amare

Endar Giri

Ebtabes Fianfi

No. Nama Peran Uraian Tugas.

1 Agnes Yovita

Prisca

- Instruktur

- Penanggung

Jawab intervensi

- Mendemonstrasikan dan

mengkomunikasikan

langkah-langkah yang akan

dilakukan dan yang telah

dilakukan selama latihan

Page 34: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

Relaksasi Otot Progresif.

- Mengkoordinasi persiapan

alat/ bahan dan pelaksanaan

kegiatan.

2. Luh Juita

Amare Putri

- MC

- Pendokumentasian

- Membuka acara

- Memperkenalkan acara

- Memperkenalkan alur

demontrasi dan kontrak

waktu.

- Mendokumentasikan

kegiatan.

3. Ebtabes F. - Observer

- Pembantu

instruktur.

- Mengamati proses

pelaksanaan kegiatan.

- Membantu mempraktikan

cara latihan Relaksasi otot

progresif.

4. Endar Giri B. - Observer

- Timer

- Mengamati proses

pelaksanaan kegiatan.

- Membantu mengukur waktu

pelaksaan intervensi.

I. KRITERIA EVALUASI

1) Struktur

a. Kesiapan mahasiswa dalam memberikan materi penyuluhan.

b. Media dan alat yang telah dipersiapkan sebelum memberikan

materi penyuluhan

c. Waktu dan tempat stretching exercisesesuai dengan rencana

kegiatan

Page 35: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

2) Proses

a. Kegiatan stretching exercisedilaksanakan sesuai dengan jadwal

yang direncanakan

b. Peserta kooperatif dan aktif berpartisipasi selama mengikuti

stretching exercise.

c. Peserta penyuluhan 100% hadir dalam kegiatan stretching

exercise

d. Mahasiswa berperan aktif dalam pelaksanaan stretching exercise

3) Hasil

a. Mengukur skala nyeri klien setelah melakukan stretching exercise

.

b. Klien dapat menjelaskan: nama program, tujuannya, menghapal 5

dari 8 gerakan.

c. Menanyakan apakah klien dapat melakukan stretching exercise

secara mandiri dan kapan ingin melakukannya.

J. MATERI

Nama kegiatan : Stretching Exercise

Tujuan kegiatan : Meningkatkan stabilitas sendi dan kekuatan otot-

otot sekitar lutut serta mengurangi intensitas nyeri

sendi yang dialami klien.

Cara melakukan gerakan :

No. Gerakan Hitungan Aturan

1. Menggelengkan kepala 8-16

hitungan

Dilakukan selama

10-15 menit,

dengan frekuensi

3x seminggu.

2. Duduk dengan badan di

putar kanan dan kiri

3. Duduk dengan salah satu

tangan diangkat ke atas

kemudian miring kanan-kiri

4 Duduk dengan tangan lurus

ke samping kanan-kiri

Page 36: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

5. Kedua tangan diangkat

keatas

6. Kedua tangan diletakkan di

bawah menuju kaki

7. Berdiri dengan mengangkat

satu kaki berpegang kursi

8. Melompat dengan satu sisi

berpegangan kursi

9. Duduk dengan lutut

diangkat

10. Duduk dan berdiri

K. DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Ferry, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas :

Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/info

datin/infodatin-lansia.pdf diunduh pada tanggal 30 Sept 15 pukul

19.30 WIB

Pamungkas, Yohanita, Dewi Ika Sari. 2010. Pengaruh Latihan Gerak Kaki

(Stretching) terhadap Penurunan Nyeri Sendi Ekstremitas Bawah

pada Lansia di Posyandu Lansia Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri.

Dewi, Sofia Rhosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta

: Deepublish

I.A, Paramitha, I made Mertha, et al. 2014. Pengaruh Peregangan Statis

dan Dinamis terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Sendi Lutut Pada

Lansia dengan Osteoarthritis.

Nahariani, Pepin, Puput Lismawati, et al. 2012. Hubungan antara Aktivitas

Fisik dengan Intensitas Nyeri Sendi pada Lansia di Panti Werdha

Mojopahit Kabupaten Mojokerto

Page 37: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

Lampiran 4

PRE PLANNING

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYEBAB DAN

PENATALAKSANAAN KEGEMUKAN

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses penuaan pada manusia adalah hal yang wajar dan

merupakan suatu peristiwa alamiah yang tidak dapat dihindari. Menurut

WHO batasan umur lansia dapat dibedakan menjadi empat kelompok.

Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly age) 60-

74 tahun, lanjut usia tua (old age) 75-90 tahun, usia sangat tua

(very/longevity old age) >90 tahun. Perkembangan pada fisik dan fungsi

organ tubuh mulai mengalami penurunan. Perubahan komposisi tubuh

menyebabkan berkurangnya jumlah cairan tubuh total sampai lebih dari

15 %. Masa otot bebas lemak (lean body mass) menurun sampai lebih

dari 30 % dan lemak tubuh meningkat 30-40%. Berat badan mungkin

tidak akan berubah bahkan bertambah karena meningkatnya lemak tubuh,

sehingga sering muncul kasus overweight atau kegemukan.

Secara ilmiah umumnya kegemukan itu terjadi akibat konsumsi

makanan atau kalori berlebih dari yang diperlukan oleh tubuh. Namun

salah satu penyebab lain yaitu penurunan aktifitas fisik. Kurangnya

aktifitas fisik pada usia lansia juga dapat menyebabkan gangguan pada

kesehatan apalagi selain itu pola makan dan hidup sehat sudah tidak di

perhatikan lagi. Maka tidak heran pada usia lansia ini rentan terkena

beberapa masalah dan penyakit seperti hipertensi, gagal jantung, infrak

dan gangguan ritme jantung, diabetes melitus, gangguan fungsi ginjal

serta gangguan fungsi hati. Terdapat juga berbagai gangguan khas yang

Page 38: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

sering dialami lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan

badan, penglihatan dan pendengaran.

Berdasarkan pengkajian pada Ny.A didapatkan hasil BB 65 kg TB

156,4 cm dan setelah dihitung IMT didapatkan hasil 26,57 yang berarti dalam

golongan kegemukan ringan atau overweight. Ny.M juga mempunyai pola

makan yang tidak baik serta aktivitas fisik yang kurang. Maka, perlu adanya

suatu intervensi untuk menanggulangi masalah ini. Intervensi yang digunakan

adalah memberikan pendidikan kesehatan kepada Ny.M dengan topik

penyebab kegemukan dan penatalaksanaan kegemukan. Diharapkan Ny.

M dapat mengetahui tentang penyebab kegemukan yang dialaminya dan

dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan untuk mengurangi

kegemukan.

B. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT

1. Nilai AKG

2. Pengukuran antropometri

3. Data biokimia

4. Clinical sign

5. Diet makanan

C. MASALAH KEPERAWATAN

Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh

II. RENCANA KEPERAWATAN

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh pada

berhubungan dengan asupan berlebih (00001)

B. TUJUAN UMUM

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 10 minggu diharapkan

klien dapat mengubah IMT klien dalam rentang normal yaitu 18,5 - 25

C. TUJUAN KHUSUS

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 20 menit diharapkan

klien :

Page 39: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

1. Klien mampu mengerti apa itu kegemukan dan penyebab kegemukan

2. Klien mampu menerap-kan program diet untuk mengatur pola

makan seperti mengurangi menyemil

3. Klien bersedia menambah aktivitas fisik sesuai kemampuan klien

4. Klien dan pihak panti saling mendukung untuk program diet

penurunan BB

III. RANCANGAN KEGIATAN

A. TOPIK

Pendidikan kesehatan tentang penyebab kegemukan dan penatalaksanaan

kegemukan

B. METODE PELAKSANAAN

Diskusi

C. SASARAN DAN TARGET

Sasaran dalam pendidikan kesehatan ini adalah lansia di Panti Wredha

Harapan Ibu khususnya Ny.A

D. STRATEGI PELAKSANAAN

Intervensi ini akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

1. Menjelaskan tentang penyebab kegemukan dan penatalaksanaannya

2. Berdiskusi dengan klien tentang hubungan antara intake makanan,

latihan fisik dan peningkatan BB

3. Mengajarkan dan menganjurkan klien untuk merubah pola makan

dan melakukan aktivas fisik sesuai kemampuan klien

E. MEDIA DAN ALAT BANTU

1. Gambar

F. SETTING TEMPAT

Page 40: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

Keterangan :

= Klien ` = Mahasiswa

G. SUSUNAN ACARA

Tahapan

Kegiatan

Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta Metode/

Media

Orientasi

5 menit

1. Salam teraupetik

Memberikan salam kepada

Ny.A

Menanyakan kabar keluarga

Ny.A

2. Evaluasi / validasi

Menanyakan kembali

ketersediaan dilaksanakannya

pendidikan kesehatan

3. Kontrak

Menjelaskan tujuan

dilaksanakannya kegiatan

Melakukan kontrak untuk

waktu kegiatan

Menjawab salam

Menjawab

pertanyaan

Memperhatikan,

dan menanggapi

Metode:

diskusi

Media:

-

Kerja

10 menit

1. Memulai disksusi pendidikan

kesehatan

2. Berdiskusi tentang penyebab

kegemukan

3. Brdiskusi tentang

penatalaksanaan kegemukan

menggunakan gambar

Berpartisipasi aktif Metode :

diskusi

Media :

Gambar

Terminasi

5 menit

1. Evaluasi

Menanyakan perasaan Ny.A

setelah menerima penjelasan

dan berdiskusi tentang

Menjawab

pertanyaan

Menyimpulkan

materi

Metode :

Diskusi

Media :

-

Page 41: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

kegemukan dan

penatalaksanaanya

Menanyakan kepada lansia

tentang materi yang

disampaikan

Memberikan reinforcement

positif

2. Rencana tindak lanjut

Memotivasi Ny.A untuk selalu

menjaga pola makan dan

mengurangi menyemil

Memotivasi Ny. untuk selalu

menambah aktivitas fisik

sesuai kemampuan

3. Penutup dan salam

Menjawab salam

H. PENGORGANISASIAN

No. Nama Peran Uraian Tugas.

1. Ebtabes Fianfi - Penanggung jawab

intervensi

- Pemateri

- Memberi materi pendidikan

kesehatan

- Mengkoordinasi persiapan alat/

bahan dan pelaksanaan kegiatan.

2. Agnes Yovita

P. R

- MC

- Pendokumentasi-

an

- Membuka acara

- Memperkenalkan acara

- Mendokumentasikan kegiatan.

3. Luh Juita - Observer

- Pembantu

instruktur.

- Mengamati proses pelaksanaan

kegiatan.

- Membantu mempraktikan untuk

memotivasi klien

4. Endar Giri B. - Obeserver - Mengamati proses pelaksanaan

Page 42: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

- Timer kegiatan.

- Membantu mengukur waktu

pelaksaan intervensi.

I. KRITERIA EVALUASI

1. STRUKTUR

a. Pendidikan kesehatan dilakukan di tempat yang strategis

b. Alat dan media lengkap

c. Sebelum dilaksanakannya pendidikan kesehatan, dilakukan

kontrak dengan audiens terlebih dahulu

d. Semua peserta penyuluhan hadir.

2. PROSES

a. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan

b. Peserta dapat secara aktif ikut dalam permainann, berdiskusi,

dan demonstrasi

c. 100% peserta bertahan dari awal sampai akhir pendidikan

kesehatan

3. HASIL

a. Ny.A mampu menyebutkan penyebab kegemukan

b. Ny.A mampu menyebutkan penatalaksanaan kegemukan

c. Ny.A mampu menyebutkan aktivitas fisik yang dapat dilakukan

J. MATERI

Materi pendidikan kesehatan tentang kegemukan dan penatalaksanaanya

a. Pengertian kegemukan

Kegemukan merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai

dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.

Ditinjau dari segi klinis, kegemukan adalah kelebihan lemak dalam

tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah

kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan kedalam

jaringan organnya.

Page 43: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

b. Penyebab kegemukan

1) Pola Makan

Kegemukan hanya mungkin terjadi, jika terdapat kelebihan

makanan dalam tubuh terutama bahan makanan sumber energi.

Dengan kata lain, jumlah makanan yang dimakan setiap hari

jauh melebihi kebutuhan faal tubuh.

2) Aktifitas Fisik

Kegemukan banyak dijumpai pada orang yang kurang

melakukan aktifitas fisik dan kebanyakan duduk.

3) Faktor Psikologis

Gangguan emosional akibat adanya tekanan psikologis atau

lingkungan kehidupan masyarakat yang dirasakan tidak

menguntungkan, dapat mengubah kepribadian seseorang

sehingga orang tersebut menjadikan makanan sebagai

pelariannya.

4) Genetik (Riwayat Keluarga)

Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang juga berperan

dalam timbulnya kegemukan.. Timbulnya kegemukan dalam

keluarga semacam ini lebih ditentukan karena kebiasaan makan

dalam keluarga yang bersangkutan, dan bukan karena faktor

genetik yang khusus. Hanya saja penelitian di laboratorium gizi

Dunn di Cambridge, Inggris baru-baru ini menunjukkan peran

faktor genetis.

5) Efek Samping Penggunaan Obat – Obatan

Terdapat beberapa obat yang dapat merangsang pusat lapar di

dalam tubuh. Dengan demikian, seseorang yang mengkonsumsi

obat tersebut akan meningkatkan nafsu makannya. Obat yang

dapat merangsang nafsu makan lainnya yaitu pil kontrasepsi,

kortikosteroid, dan antidepresan trisiklik.

Page 44: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

c. Penatalaksanaan kegemukan

1) Menumbuhkan keyakinan dan motivasi dalam diri penderita

mengapa ia harus menurunkan berat badan.

2) Penderita kegemukan perlu diberikan pengetahuan dasar

mengenai zat gizi dan fungsinya, proses pembentukan dan

penggunaan energi dalam tubuh. Dengan demikian, penderita

dituntun untuk mengusahakan terjadinya keseimbangan antara

pemasukan energi yang berasal dari makanan yang dimakannya

dan penggunaan energi oleh tubuh sehingga ia mampu

mengendalikan konsumsi makanan.

3) Penderita kegemukan harus dibebaskan dari berbagai informasi

yang salah yang mungkin didapatnya dari tulisan-tulisan yang

bernada promosi atau yang dibuat oleh penulis yang bukan ahli

yang dapat membawa akibat buruk bagi dirinya.

4) Mendorong terjadinya perubahan perilaku. Tidak dapat di

sangkal bahwa untuk memenuhi diet secara sungguh-sungguh

untuk penurunan berat badan tidaklah mudah. Oleh karena itu,

disamping pendekatan dari sudut medis dan dietetika dalam

upaya penanggulangan kegemukan juga dilakukan pendekatan

psikologis untuk mendorong perubahan perilaku.

5) Kepatuhan penderita terhadap diet yang harus dijalani.

6) Penyusunan diet yang diberikan harus didasarkan atas kebiasaan

dan perilaku penderita sehari-hari dalam hal makanan.

K. DAFTAR PUSTAKA

Nurika Ismayanti, Solikhah. 2012. Hubungan Antara Pola Konsumsi

Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Pada Lansia Di Panti

Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Page 45: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

Martono, H.Hadi. Kris Pranarka. 2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo

Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi ke 4. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI

Page 46: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran

Lampiran 5

LAMPIRAN MEDIA PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG

PENYEBAB DAN PENATALAKSANAAN KEGEMUKAN

Page 47: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran
Page 48: Bismillah Askep Kelompok Kecil 3 Fix Lampiran