biskuit subtitusi jamur untuk balita gizi kurang/buruk

Upload: chizza-raudatul-ilmi

Post on 09-Mar-2016

261 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Hasil dari penelitian tentang pembuatan produk biskuit jamur bagi balita gizi buruk/kurang

TRANSCRIPT

PEMANFAATAN JAMUR TIRAM PUTIH MENJADI BISKUIT JAMUR SEBAGAI APLIKASI SUMBER DAYA PANGAN LOKAL DALAM PENANGANAN MASALAH GIZI ANAK (KEP)

Oleh :Ika Heri Kustanti(1003000069) Rahayu Sutrisno (1003000087)Yulia Aldila Marina(1003000038)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANGJURUSAN GIZI2011

HALAMAN PENGESAHAN Judul Kegiatan:Pemanfaatan Jamur Tiram Putih Menjadi Biskuit Jamur Sebagai Aplikasi Sumber Daya Pangan Lokal Dalam Penanganan Masalah Gizi Anak (KEP)Ketua Pelaksana Kegiatana. Nama Lengkap:Ika Heri Kustantib. NIM:1003000069c. Jurusan:Gizid. Universitas/Institut/Politeknik:Politeknik Kesehatan Kemenkes Malange. No Telp./HP:085655294477f. Alamat Email:[email protected]. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis:Yulia Adila MarinaNIM:10030000382. Dosen Pendampinga. Nama Lengkap dan Gelar:Agus Heri Santoso, S.TP, M.Sib. NIP:19690415 1992 03 1 003c. Alamat Rumah:Perumahan Modokoro,Singosari, Malang Jawa Timur.

Menyetujui,Malang, 24 September 2011Dosen Pendamping Ketua Pelaksana

Agus Heri Santoso, S.TP,M.Si Ika Heri KustantiNIM.1003000069Mengetahui,PLHTKetua Jurusan Gizi

Sugeng Iwan, STPNIP. 195908181983121001RINGKASAN

Jamur merupakan bahan makanan yang akhir- akhir ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Jamur memiliki kandungan gizi yang tinggi terutama protein. Kandungan protein jamur tiram rata-rata 3,5-4% dari berat basah. Berarti proteinnya dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Bila dihitung dari berat kering jamur tiram kandungan proteinnya adalah 19-35%, sementara beras 7,3%, gandum 13,2%, kedelai 39,1% dan susu sapi 25,2%. Jamur tiram juga mengandung sembilan asam-asam amino esensial yang tidak bisa disintesis dalam tubuh yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin dan fenilalanin. Kandungan lemak jamur tiram setidaknya 72% dari total asam-asam lemaknya adalah asam lemak tidak jenuh. Jamur tiram juga mengandung sejumlah vitamin penting terutama kelompok vitamin B, vitamin C dan provitamin D yang akan diubah menjadi vitamin D dengan bantuan sinar matahari. Kandungan vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol)-nya cukup tinggi.Namun, kandungan kimiawi jamur membuat jamur menjadi bahan makanan yang mudah rusak sehingga diperlukan pengolahan untuk menjadikan produk yang lebih tahan lama. Salah satunya adalah menjadi biskuit jamur. Biskuit jamur mengandung protein dan energi yang tinggi sehingga cocok dijadikan PMT- AS. Biskuit jamur telah memenuhi syarat PMT- AS yaitu protein 5 g dan energy 300 kkal. 3 keping biskuit jamur, telah memenuhi syarat penggunaan PMT-AS. Berdasarkan mutu organoleptik, biskuit jamur terutama biskuit (P3) paling disukai oleh masyarakat meskipun teksturnya kurang menarik. Kandungan gizi biskuit (P3) juga lebih tinggi dibandingkan biskuit (P1) dan (P2).Diharapkan dengan kandungan gizi yang ada pada biskuit jamur mampu mengurangi prevalensi KEP/ gizi buruk melalui PMT- AS. Namun, hal tersebut tidak akan terwujud tanpa kerja sama antar semua pihak demi kesuksesan anak bangsa.

KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis kami yang berjudul :Pemanfaatan Jamur Tiram Putih Menjadi Biskuit Jamur Sebagai AplikasiSumber Daya Pangan Lokal Dalam Penanganan Masalah Gizi Anak (KEP) Penyusunan karya tulis ini dibuat untuk mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional oleh Universitas Diponegoro.Sebagai penyusun, tidah lupa kami mengucapkan terima kasih kepada: Direktur Politeknik Kesehatan KEMENKES Malang yang telah memfasilitasi kami dalam penyusunan karya tulis ini. Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam peyusunan karya tulis ini. Orang tua kami atas doa restunya. Teman-teman yang telah mendukung kami dalam pembuatan karya tulis ini. Dan semua pihak yang telah membantu kami namun tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami menyadari keterbatasan kami sebagai penulis yang mana masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya tulis selanjutnya.

Malang, 30 September 2011

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL iLEMBAR PENGESAHANiiRINGKASAN iiiKATA PENGANTAR ivDAFTAR ISIvBAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang11.2Rumusan Masalah31.3Tujuan Penulisan 41.4Manfaat Penulisan4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1Pengertian Pangan Lokal52.2Jamur52.2.1Karakteristik Jamur52.2.2 Kandungan Gizi Jamur................................................ 62.3Pengertian Biskuit62.4Makanan Anak Sekolah 82.5Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT- AS) 92.6PMT AS Alternatif112.7Mutu Organoleptik11

BAB III KERANGKA TEORI dan HIPOTESIS PENELITIAN123.1 Kerangka Konsep........................................................... 123.2 Tempat dan Waktu Penelitian........................................133.3 Variabel Penelitian.......................................................133.4 Analisa dan Hasil Percobaan.........................................133.5 Alat dan Bahan................................................................143.6 Prosedur Pembuatan.......................................................14 BAB IV PEMBAHASAN4.1Tabel 1 Hasil Subtitusi Jamur Menjadi Biskuit164.2Cara Pembuatan Biskuit174.3Tabel 2 Kandungan Gizi Kudapan PMT-AS (Biskuit Jamur) dengan 3 Perlakuan184.4Tabel 3 Mutu Organoleptik Biskuit Jamur 20

BAB V PENUTUP5.1Kesimpulan225.2Saran22DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

iii

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan.Komponen ini memberikan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Begitu penting perannya, pangan dan gizi dapat dianggap sebagai kebutuhan dan modal dasar pembangunan serta dijadikan indikator atas keberhasilan program ketahanan pangan (Badan Ketahanan Pangan, 2010).Pangan sebagai sumber energi (karbohidrat, lemak, protein,vitamin, mineral dan air) menjadi landasan manusia untuk mencapai hidup sehat dan sejahtera. Masalah gizi di Indonesia masih cukup tinggi, salah satunya yaitu gizi kurang dan KEP(kekurangan Energi Protein).Tingkat kesehatan masyarakat juga masih buruk akibat tingkat ekonomi yang rendah. Kedua variabel tersebut ikut memperparah kesejahteraan masyarakat. Anak-anak sekolah khususnya daerah pegunungan sampai saat ini belum terpenuhi energi minimalnya untuk mendukung aktivitasnya di sekolah. Kekurangan energi protein (KEP) melanda sebagian anak Sekolah Dasar (SD). Hal ini terjadi akibat masukan energi dan protein tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga status gizi kurang. Kekurangan gizi pada anak (KEP) menyebabkan angka kesakitan meningkat dan berpengaruh pada tingkat absensi serta drop out. Kekurangan gizi pada anak sekolah merupakan bentuk ketidaksejahteraan suatu negara.Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan status gizi anak-anak SD agar mereka memiliki kebutuhan energi minimal untuk menjalankan aktivitas berfikir dan belajar di sekolah.Upaya untuk mengatasi permasalahan di atas, sudah dilakukan oleh pemerintah sejak bulan Juli 1996 dengan mencanangkan program pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS). PMT-AS diberikan dalam bentuk kudapan dengan kandungan energi 300 kalori dan protein sebanyak 5 gram. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kudapan harus merupakan hasil produksi setempat atau lokal (Kodyat: 1997). Pemberian makanan tambahan memiliki kontribusi dalam peningkatan prestasi belajar, khusunya dalam memenuhi kebutuhan energi minimal untuk melakukan aktivitas di sekolah.Penganekaragaman pangan merupakan salah satu caramemperbaiki status gizi masyarakat. Tidak ada satupun bahan panganyang memiliki kandungan zat gizi yang lengkap. Bahan pangan yang satu dengan yang lain saling melengkapi. Mengkonsumsi bahan pangan yangberaneka ragam, maka akan meningkatkan mutu gizi pangan. Usahapenganekaragaman pangan dapat dilakukan dengan mencari bahanmakanan yang baru atau bahan pangan yang sudah ada dikembangkanmenjadi pangan yang beraneka ragam (Badan Ketahanan Pangan,2010).Menurut penelitian Wulandari (2008).Pemanfaatan jamur tiram putih dalam pembuatan sari jamur dan biscuit jamur merupakan upaya penganekaragaman pangan berbahan dasar lokal.Jamur Tiram putih (Pleuratus florida) merupakan salah satu jenis jamur yang saat ini menjadi alternatif pilihan sebagai makanan sehat yang layak dikonsumsi. Budidaya jamur tiram putih di Indonesia juga bisa dibilang pesat diantaranya karena:- Rasa jamur yang enak dan bergizi, sehingga permintaan pasar akan terus berkembang dan peluang usaha yang menjanjikan.- Sifat adaptasi yang baik dengan lingkungan, sehingga dapat dibudidayakan di dataran tinggi maupun rendah.- Ramah lingkungan. berbeda dengan jenis jamur jenis lain yang proses budidayanya menimbulkan bau tidak sedap, jamur tiram tidak menghasilkan bau sehingga bisa dibudidayakan di sekitar pemukiman.- Modal relatif kecil dan penggunaan lahan yang hemat (72 m2 untuk 10.000 media)- Proses budidaya yang mudah dengan bibit berupa media baglog siap tumbuh petani praktis hanya menjaga suhu, kelembaban dan kebersihan kumbung serta memanennya.- Pola panen yang terus menerus dan bergantian, sehingga proses pemanenan dilakukan setiap hari, hal ini dapat memudahkan pemasaran dan kontinuitas supply.Dengan demikian usaha ini merupakan peluang yang sangat prospektif untuk dikembangkan.Jamur tiram putih (Pleurotus oestreatus) memiliki kandungan protein tinggi, yaitu 20-30% protein kasar (persen berat kering jamur) danserat 11,5% tiap 100 g (Sanmee, 2003).Namun jamur tiram putih memiliki daya simpan yang rendah padahal saat ini jamur tiram putih telah menjadi lahan peluang bisnis yang menjanjikan di dunia pertanian. Selain itu, pengolahannya masih sebatas makanan olahan tertentu seperti nugget dan sosis. Padahal, Penganekaraman pangan lokal dapat membantu mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pangan impor seperti tepung terigu, sehingga pangan yang dikonsumsi lebih beragam (Badan Ketahanan Pangan, 2010).Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang terobosan baru dengan memanfaatkan jamur tiram menjadi biskuit jamur yang bisa dijadikan alternatif makanan tambahan (PMT AS) untuk menanggulangi KEP pada anak sekolah. Pemanfaatan jamur tiram putih dalam biskuit jamur dapat membantu meningkatkan nilai gizi serta konsumsi pangan yanglebih bervariasi bagi masyarakat luas dan mendorong usaha diversifikasi pangan masyarakat serta pemenuhan kebutuhan zat gizi makro.

1.2 Perumusan MasalahSelama ini kegiatan program PMT-AS sudah dijalankan, namun demikian berdasarkan hasil penelitian masih menunjukkan adanya kelemahan yang belum sesuai dengan ketentuan program. Kuantitas dan kualitas bahan maupun makanan kudapan yang disajikan masih perlu ditingkatkan dan dikaji ulang agar sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Penggunaan bahan pangan lokal, kandungan gizi energi 300 kalori dan protein 5 gram yang merupakan indikator ketentuan PMT-AS harus diprioritaskan. Terlepas dari hal tersebut, perlu ditingkatkan pula segi penampilan dan higienis makanan yang disajikan.Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:a) Apakah Jamur Tiram Putih dapat disubtitusikan menjadi biskuit sehingga mampu menjadi formula/ produk PMT AS?b) Bagaimana pembuatan biskuit jamur ditinjau dari variasi penggunaan bahan pangan lokal yang dapat mendukung program PMT-AS?

c) Bagaimana kandungan gizi sari jamur dan biskuit jamur untuk mencukupi kebutuhan energi minimal dalam upaya mendukung program PMT-AS( Secara perhitungan DKBM) ?d) Bagaimana Organoleptik dari sari jamur dan biskuit jamur dalam upaya menarik minat masyarakat sehingga menunjang program PMT- AS?

1.3 Tujuan Umum PenelitianMempelajari pengaruh subtitusi jamur menjadi biskuit terhadap mutu gizi dan organoleptikTujuan Khusus :a) Mengetahui pembuatan biskuit jamur ditinjau dari variasi penggunaan bahan pangan lokal yang dapat mendukung program PMT-AS?b) Mengetahui kandungan gizi sari jamur dan biskuit jamur untuk mencukupi kebutuhan energi minimal dalam upaya mendukung program PMT-AS?c) Mengetahui Organoleptik dari sari jamur dan biskuit jamur dalam upaya menarik minat masyarakat sehingga menunjang program PMT- AS?

1.4 Manfaat PenelitianMemberdayakan sumber pangan lokal untuk formulasi PMT AS dimana akan meningkatkan AKG dan ekonomi masyarakat.Disamping itu diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran bagi pengelola maupun anak SD akan pentingnya mengkonsumsi makanan beragam dan bergizi guna memenuhi kebutuhan energi minimal yang diperlukan tubuh

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pangan LokalPangan lokal adalah pangan yang diproduksi dan dikembangkan sesuai dengan potensi sumber daya wilayah dan budaya setempat. Pangan lokal merupakan yang sudah dikenal, mudah diperoleh, beragam jenisnya, bukan diimpor dan dapat diusahakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau dijual. Setiap daerah memiliki keunggulan pangan lokal yang berbeda sesuai dengan tingkat produksi dan konsumsi. Saat ini pangan lokal merupakan komoditi yang penting untuk dikembangkan dengan tujuan meningkatkan mutu dan citranya termasuk hasil olahannya baik produk jadi atau setengah jadi. Hasil pengembangan tersebut nantinya akan dapat dihasilkan aneka produk olahan pangan lokal yang berkualitas. Upaya pengembangan juga diharapkan akan meningkatkan konsumsi pangan lokal yang beragam dan memenuhi gizi (Bimas Ketahanan Pangan: 2004).Sejak terjadinya krisi moneter yang menyebabkan meningkatnya jumlah anak dengan status gizi kurang akibat kurangnya konsumsi pangan, pangan lokal mulai digalakkan sebagai bahan pangan yang dapat dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan gizi. Pangan lokal yang beragam jenisnya dipakai sebagai bahan dasar pembuatan makanan untuk mengatasi status gizi kurang. Selain itu kandungan gizi dalam pangan lokal juga dapat digunakan untuk mengatasi beberapa masalah gizi di Indonesia. Namun demikian, perlu kita pahami bahwa tidak ada satu bahan pangan yang mampu menyediakan kandungan gizi dalam jumlah dan jenis yang lengkap. Oleh karena itu, konsumsi pangan perlu beraneka ragam agar dapat saling menutup kekurangan yang ada dalam bahan makanan (Muctadi dan Sugiyono: 1992).

2.2JamurJamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom.2.2 1 Karakteristik Jamur TiramTubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk.Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-113-4m serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu.

2.2.2 Kandungan Gizi Jamur TiramBerdasarkan penelitian Sunan Pongsamart, biochemistry, Faculty of Pharmaceutical Universitas Chulangkorn, jamur tiram mengandung protein, air, kalori, karbohidrat, dan sisanya berupa serat zat besi, kalsium, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C.Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori. Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor, besi, kalsium, karbohidrat, dan protein. Untuk kandungan proteinnya, lumayan cukup tinggi, yaitu sekitar 10,5-30,4%. Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah 367 kalori, 10,5-30,4 persen protein, 56,6 persen karbohidrat, 1,7-2,2 persen lemak, 0.20 mg thiamin, 4.7-4.9 mg riboflavin, 77,2 mg niacin, dan 314.0 mg kalsium. Kalori yang dikandung jamur ini adalah 100 kj/100 gram dengan 72 persen lemak tak jenuh. Serat jamur sangat baik untuk pencernaan. Kandungan seratnya mencapai 7,4- 24,6 persen sehingga cocok untuk para pelaku diet.Kandungan gizi jamur tiram menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. Protein rata-rata 3.5 4 % dari berat basah.Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering. Kandungan proteinnya 10,5-30,4%. Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%, dan susu sapi 25.2%. Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan fenilalanin. 72% lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan metabolisme lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak.Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium, dan Magnesium. Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb. Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jarum tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari.2.3 Biskuit2.3.1. Pengertian Biskuit

Menurut Masye Manaffe (1999) biskuit merupakan sejenis makanan yang terbuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan makanan lain dengan proses pencetakan dan pemanasan. Dalam SNI. 01.2973.1992 biskuit adalah produk makanan kering yang dibuat dengan memanggang adonan yang mengandung bahan dasar terigu, lemak, dan bahan pengembang dengan atau tanpa penambahan bahan makanan tambahan lain yang di ijinkan. Biskuit dapat dikelompokkan menjadi :

a) Biskuit KerasBiskuit keras adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras, berbentuk pipih, bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur padat, dapat berkadar lemak tinggi atau rendah.b) Biskuit CrackersCrackers adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras, melalaui proses fermentasi atau pemeraman, berbentuk pipih yang rasanya mengarah ke asin dan renyah, serta bila dipatahkan penampang potongannya berlapis-lapis.c) CookiesCookies adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi dan bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat.d) WaferWafer adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan cair, berpori-pori kasar, renyah dan bila dipatahkan penampang potongannya berongga-rongga.

2.4. Makanan Anak SekolahMakanan sangat berperan dalam menunjang kelangsungan hidup maupun menunjang pencapaian tumbuh kembang secara optimal. Anak sekolah merupakan konsumer makanan yang telah aktif dan mandiri dalam menentukan makanan yang dikendakinya. Kecepatan pertumbuhan anak sekolah jika tidak dibarengi dengan zat gizi yang seimbang dikhawatirkan kesempatan tumbuh yang pesat tersebut terganggu. Dengan memperhatikan kuantitas dan kualitas zat gizi diharapkan makanan yang dikonsumsi anak-anak dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Yuliati (1996) menunjukkan bahwa anak usia Sekolah Dasar (SD) di desa-desa miskin atau tertinggal rata-rata hanya mengkonsumsi sekitar 70% dari kebutuhan energi minimal per hari. Dengan keadaan seperti itu apabila terjadi secara terus-menerus maka dapat menimbulkan masalah kesehatan pada anak yaitu terjadinya kurang energi protein (KEP). KEP yang berkepanjangan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak usia SD.Menurut Morgan dalam Mahar Mardjono (1998) energi berguna untuk melakukan aktivitas yang sangat dibutuhkan anak, sedangkan protein untuk perkembangan kecerdasannya. Protein sangat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan sel-sel baru, pembentukan neurotransmitter enzim-enzim dan hormon. Pemberian makanan kepada anak sedemikian rupa sehingga masing-masing menyumbangkan zat gizi yang esensial merupakan hal penting agar anak dapat memperoleh persediaan yang cukup dari semua zat gizi yang dibutuhkan ( Harper: 1984). Berdasarkan pendapat tersebut bahan pangan yang baik sebagai sumber protein merupakan hal penting pada usia anak-anak, walaupun pada masa anak-anak pertumbuhan badan tidak secepat waktu bayi. Namun demikian sebanding dengan ukuran perut kebutuhan gizi selama anak-anak relatif tinggi. Menurut Syahmien Muhyi(1984) Kecukupan energi protein dalam satu hari adalah kecukupan egergi protein bagi anak anak usia 5-6 tahun masing-masing energi 1400 kalori dan protein 40 gr, untuk anak usia 8-9 tahun energi 1600 kalori dan protein sebesar 50 gram. Protein sangat penting bagi tubuh karena: a). Berfungsi sebagai pembangun struktur tubuh; b). sebagai protein fungsional meningkatkan metabolisme dan daya tahan tubuh; c). berperan dalam proses pencernaan; d). pembawa sifat keturunan; e). dapat memuaskan dan menghilangkan lapar psikologis (Sri Handayani: 1994).Upaya untuk mengatasi permasalahan KEP dan gizi buruk sudah dilakukan oleh pemerintah sejak bulan Juli 1996 dengan mencanangkan program pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS). PMT-AS diberikan dalam bentuk kudapan dengan kandungan energi 300 kalori dan protein sebanyak 5 gram. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kudapan harus merupakan hasil produksi setempat atau lokal (Kodyat: 1997).

2.5. Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS)PMT-AS merupakan suatu program makanan tambahan bagi anak sekolah. Program ini merupakan salah satu langkah yang ditempuh untuk mengatasi kekurangan gizi. Hasil pengamatan beberapa sekolah di Yogyakarta dengan adanya PMT-AS menunjukkan jumlah siswa yang tidak hadir di sekolah menurun atau minat belajar di kelas naik. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan konsumsi kalori dan protein yang dapat menyebabkan ketahanan fisik anak membaik.Bentuk makanan PMT-AS dapat berupa makanan jajanan terutama berupa sumber hidrat arang untuk meningkatkan gizi anak, yang biasa diperkaya dengan menambahkan antara lain: a). bentuk gula dengan tujuan meningkatkan kadar energi seperti gula, sirup dan saus; b). sumber lemak dengan tujuan meningkatkan kadar lemak, seperti minyak dan santan; c). kacang-kacangan dengan tujuan meningkatkan kadar protein nabati seperti tempe; d). sayuran hijau dan buah dengan tujuan meningkatkan kadar kadar vitamin dan mineral; e). telur dan ikan dengan tujuan meningkatkan kadar protein hewani.Sejak tahun 1996 pemerintah telah membuat program untuk memberikan makanan tambahan gizi bagi 29 juta murid SD di seluruh Indonesia. Program ini berupa tambahan gizi berskala nasional sebagai upaya peningkatan sumberdaya manusia di sekolah. PMT-AS selama ini mensyaratkan penggunaan bahan hasil pertanian setempatatau lokal dan tidak diperkenankan menggunakan produk pabrik seperti mie instant, kue-kue produk pabrik dan susu kaleng. Selain itu bentuk makanannya tidak berupa makanan lengkap seperti nasi dan lauk pauknya, tetapi berupa makanan kecil atau kudapan.Program PMT-AS mensyaratkan penggunaan bahan makanan yang ada di sekitar sekolah, maka muncul pertanyaan apakah cukup tersedia energi protein yang dipersyaratkan pemerintah yaitu 300 kalori dan 5 gram protein. Studi yang dilakukan oleh Kokom Komariah dan Badraningsih (1999) di Yogyakarta identifikasi jenis makanan yang disajikan pada program PMT-AS di daerah Sleman ada 18 jenis, di daerah Bantul ada 17 jenis, di Kulon Progo 17 jenis dan di Gunung Kidul ada 22 jenis. Dari semua jenis makanan tersebut yang cukup dominan adalah penggunaan bahan dasar singkong yaitu 28,81%, beras/tepung beras 18,64%; ketan/tepung ketan 13,56%; tahu 10,17%; tempe 8,48%; terigu 5,09% dan lain-lain 13,56%. Namun hanya beberapa saja yang memenuhi standar yang ditentukan.

2.6 PMT-AS Alternatif Berdasarkan hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa programPMT-AS yang biayanya trilyunan rupiah itu harus dikaji ulang dengan membuat makanan alternatif yang mudah dibuat, terdapat di daerah sekitar, bergizi tinggi, disukai oleh semua anak dalam beraktivitas. Beberapa jenis makanan telah diujikan yaitu biskuit jamur tiram putih. Bahan-bahan dasar jenis makanan tersebut menggunakan bahan yang ada di sekitar, dengan bahan dasar jamur tiram putih yang sekarang banyak dikembangkan masyarakat baik di dataran tinggi maupun dataran rendah karena mudah pemeliharaannya.

2.7 Mutu Organoleptik

Penilaian kualitas makanan secara organoleptik atau sensoris mutu makanan dengan menggunakan panca indra yang dimaksudkan adalah indra penglihatan,penciuman,peraba,perasa,dan pendengaran. Keadaan makanan yang dinilai dari segi efek ransangan makanan terhadap panca indra dapat terbentuk warna,aroma,rasa,dan tekstur (Soekarto, 1985). Mutu organoleptik sari jamur dan biskuit jamuryaitu :1. Warna adalah salah satu parameter mutu organoleptik yang menunjukkan terjadinya perubahan/degradasi zat gizi dengan cara penglihatan yang terdapat pada sari jamur dan biskuit jamur.2. Aroma adalah salah satu parameter mutu organoleptik yang dapat diukur dengan cara subyektif yaitu dengan penciuman yang terdapat pada sari jamur dan biskuit jamur.3. Rasa adalah salah satu parameter mutu organoleptik yang dapat diukur dengan cara subyektif yaitu dengan merasakan produk sari jamur dan biskuit jamur.4. Tekstur adalah salah satu standar mutu sari jamur dan biskuit jamur yang dinilai selain warna, aroma dan rasa.

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN3.1 Kerangka KonsepPola Konsumsi Makan yang Tidak Mencukupi :Konsumsi Energi, Protein ,dan Serat Rendah

Anak sekolah mengalami KEP

Prestasi MeningkatAnak Semangat belajar((tidak 5 L)

Konsumsi Makanan Tambahan

Pemanfaatan jamur tiram putih menjadi biskuit jamur sebagai Makanan Tinggi Energi dan ProteinSubtitusi Tepung Kacang Kedelai dan Tepung Kacang Merah

biskuit: subtitusi jamur dengan telur dan tepung

Nilai EnergiMutu GiziMutu Organoleptik

Warna Rasa AromaTeksturKarbohidrat Protein Lemak Serat

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September sampai 5 Oktober 2011, bertempat di :1) Laboratorium Ilmu Teknologi Pangan Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang untuk proses pengolahan produk Biskuit Jamur.2) Laboratorium Organoleptik Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang untuk uji mutu organoleptik.3.3 Variabel Penelitian Variabel bebas : Subtitusi Jamur Tiram Putih Variable terikat:1. Nilai Energi2. Mutu Gizi (karbohidrat, protein, lemak, dan serat)3. Mutu Organoleptik3.4 Analisis Hasil PercobaanDigunakan 3 perlakuan percobaan dengan perbandingan jamur dan tepung1) 1 : 2 = Jamur : Tepung (P1)2) 1: 1 = Jamur : Tepung (P2)3) 2 : 1 = Jamur : Tepung (P3)Untuk konsentrasi bahan- bahan tambahan seperti margarine, mentega, dan telur diberikan dalam jumlah yang sama. Selanjutnya dilakukan uji organoleptik dan mutu gizi. Mutu gizi yang tinggi diantara 3 tipe perlakuan dan Uji organoleptik yang sesuai dengan selera masyarakat terutama anak- anak akan dijadikan formula PMT- AS. Uji Mutu Gizi didapatkan secara emphiris (by different) menggunakan literature yang ada yaitu TKPI dan sumber- sumber pustaka yang lain Uji organoleptik di lakukan oleh 20 responden dari mahasiswa Poltekkes Malang semester 1 berdasarkan kriteria skor yang disediakan dalam form uji skala kesukaan

3.5 Alat dan Bahan3.5.1 Alat 3.5.2 Bahan

1. Baskom2. Dandang3. Kompor4. Serok5. Telenan6. Pisau7. Piring8. Loyang9. Oven10. Timbangan11. Gelas12. Sendok13. Blender14. Mixer1. 900 g Jamur tiram segar2. 187,5 g mentega3. 150 g margarin4. 6 kuning telur5. 262,5 g gula pasir6. 187,5 gram tepung hunkwe7. 250 g tepung terigu8. 3 sdm susu bubuk putih9. 1 sdm essen

Semua bahan digunakan untuk 3 perlakuan sekaligus dengan jumlah sama besar kecuali jamur dan tepung terigu yang digunakan sesuai dengan perbandingan yang telah ditentukan P1 = 100g tepung : 50g jamur P2 = 100g tepung : 100g jamur P3 = 50g tepung : 100g jamur

3.6 Prosedur Pembuatan1. Bersihkan dan cuci jamur2. Blancing jamur dengan cara dikukus selam 5 menit3. Jamur potong kecil-kecil lalu di oven selama 45 menit4. Blender jamur yang sudah kering5. Campur dan kocok hingga mengembang dan putih :a. 62,5 gram mentegab. 50 gram margarinc. 37,5 gram gula pasird. 1 kuning telur6. Masukkan sedikit demi sedikit 62,5 gram tepung hunkwe, tepung terigu dan jamur ( untuk komposisi dari tepung terigu dan jamur menyesuaikan dengan perbandingan/perlakuan yang telah ditetapkan)7. Aduk perlahan hingga bahan tercampur semua8. Bentuk adonan di atas loyang yang telah dilapisi margarine9. Panggang ke dalam oven selama kurang lebih 30 menit

BAB IVPEMBAHASAN

4.1 Tabel 1 Hasil subtitusi jamur menjadi biskuit jamurPerlakuanWarnaAromaRasaTeksturGambar

P1

Kuning

Harum(++)

Kurang manis, gurih

Mudah patah, lembut,Renyah

P2

Kuning kecoklatan

Harum(++)

Manis, gurih,

Lembut halus, agak kurang renyah

P3

Kuning kecoklatan

Harum(+++)

Manis. Gurih

Kasar, renyah, tidak mudah patah

Berdasarkan hasil percobaan diatas, jamur memang bisa dijadikan menjadi biskuit karena dari warna, aroma, rasa dan tekstur sama dengan biskuit yang ada dipasaran. Untuk P3, warna kurang menarik karena terlalu lama dioven namun rasa dan teksturnya lebih menarik dibandingkan P1 dan P2 . P1 dan P2 rasanya kurang manis karena konsentrasi gula yang dibutuhkan kurang banyak.

4.2 Cara Pembuatan Biskuit Jamur

JAMUR

P3(2:1 = JAMUR : TEPUNGP1(1:2= JAMUR : TEPUNG)P2(1:1 = JAMUR: TEPUNG)

Adonan dicampur margarine, mentega,telur dan bahan- bahan lain menjadi satu.

Adonan di oven selama 15 30 menit.

Sebelum mengoven jamur, telebih dahulu melakukan blancing secara kukus untuk mengurangi aroma langu pada jamur Setiap 15 menit, usahakan melihat kondisi biskuit agar tidak sampai terjadi kegosongan Konsentrasi bahan ( tepung terigu dan jamur) yang berbeda antara P1, P2, dan P3 mempengaruhi tekstur, aroma dan rasa

4.3 Tabel 2. Kandungan Gizi Kudapan PMT-AS ( Biskuit Jamur) dengan 3 perlakuanPerlakuanKandunganHasil Analisis(g)Jumlah Kalori/ (kkal/g)

P1LemakProteinKarbohidrat0,800,240,8011,4

P2LemakProteinKarbohidrat0,400,130,536,44

P3LemakProteinKarbohidrat0,850,260,8712,2

Keterangan (netto) : 1 keping biskuit ( P1 ) = 8,5 gram 1 keping biskuit ( P2 ) = 21 gram 1 keping biskuit ( P3 ) = 8 gram

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa kandungan gizi biskuit jamur bisa memenuhi kebutuhan protein dan energi anak sekolah sehingga dapat mengurangi prevalensi KEP dan gizi buruk. Biskuit yang cocok digunakan PMT-AS adalah biskuit dengan perlakuan (P3) dengan perbandingan jamur: tepung sebesar 2:1. Energi maupun zat gizi yang dihasilkan (P3) paling tinggi dibanding (P1) maupun (P2). Setiap keping biskuit jamur rata-rata mengandung protein 2-3 gram dan energi 90-130 kkal. Mengkonsumsi 3 keping biskuit jamur sama dengan mengkonsumsi 6 gram protein dan lebih dari 300 kalori. Hal tersebut menunjukkan bahwa biskuit jamur bisa menjadi salah satu alternatif PMT-AS. Upaya untuk mengatasi permasalahan KEP dan gizi buruk sudah dilakukan oleh pemerintah sejak bulan Juli 1996 dengan mencanangkan program pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS). PMT-AS diberikan dalam bentuk kudapan dengan kandungan energi 300 kalori dan protein sebanyak 5 gram. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kudapan harus merupakan hasil produksi setempat atau lokal (Kodyat: 1997).Menurut Syahmien Muhyi(1984) Kecukupan energi protein dalam satu hari adalah kecukupan energi protein bagi anak anak usia 5-6 tahun masing-masing energi 1400 kalori dan protein 40 gr, untuk anak usia 8-9 tahun energi 1600 kalori dan protein sebesar 50 gram. Biskuit jamur untuk penanggulangan masalah KEP dan gizi buruk dapat memberikan kontribusi protein sebesar 10 % apabila digunakan PMT-AS. Biskuit jamur memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan biskuit yang ada di pasaran. Kandungan protein dan energi yang tinggi pada jamur menjadikan biskuit ini lebih unggul dari biskuit yang lain. Rata-rata biskuit yang ada di pasaran hanya menyumbangkan protein sebesar 0,46 g/keping. Sedangkan biskuit jamur rata-rata proteinnya 2-3 g/keping. Berdasarkan data TKPI (Tabel Komposisi Pangan Indonesia ) jumlah energi dari biskut pada umumnya hanya 4,58 kkal/g, Protein 0,06 g/keping, lemak 0,14g/keping dan karbohidrat 0,75 g/ keping. Untuk biskuit jamur rata- rata mengandung energi 11- 15 kkal/g, protein 0,25- 0,26 g/ g biskuit atau 2-2,5 g/ per keping. Tingginya kandungan protein dan energi biskuit jamur dapat digunakan untuk mencegah bertambahnya prevalensi KEP/ Gizi buruk. Sekaligus memberikan variasi menu dalam PMT- AS.Berdasarkan data yang ada pada dinas pendidikan Kabupaten Sleman, kecamatan Turi merupakan salah satu wilayah yang mendapatkan bantuan program PMT-AS. Bantuan tersebut diberikan kepada SD-SD yang dipandang membutuhkan adanya tambahan energi untuk memenuhi kebutuhan gizi. Adapun bantuan tersebut tersebar di empat kalurahan, yaitu Kalurahan Wonokerto, Bangunkerto, Donokerto dan Girikerto. Berdasarkan survey pendahuluan, menunjukkan bahwa ragam pemberian makanan tambahan tidak bervariasi. Hal ini dibuktikan dengan adanya keterbatasan dalam penggunaan bahan dasar, teknik olah, serta kualitas makanan terkesan apa adanya sehingga belum dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Bahan dasar yang digunakan sebagian besar menggunakan tepung terigu, dengan teknik olah dikukus dan digoreng. Kemasan yang digunakan kurang memadahi, makanan dikemas dengan plastik bahkan seringkali tidak dikemas dengan alasan keterbatasan anggaran yang diberikan. Contoh makanan yang biasa disajikan PMT-AS di Turi adalah tahu susur, bubur kacang hijau, bolu kukus biasa, pisang goreng, dan bakwan. Hal ini disebabkan karena pengelola program kurang memahami teknik-teknik dan variasi dalam pengolahan makanan kudapan.Bahan- bahan untuk pembuatan biskuit juga banyak beredar di masyarakat terlebih budidaya jamur telah marak di indonesia sehingga tidak ada kesulitan untuk memproduksi dan mengembangkan biskuit jamur. Selain sebagai PMT- AS, biskuit jamur juga yang dapat menjadi peluang usaha yang memiliki prospek menjanjikan.

4.4 Tabel 3 Mutu Organoleptik Biskuit JamurPanelisP1P2P3

WARTWARTWART

1233233223224

2323232333333

3332232223311

4323223323323

5333223323433

6333223323332

7333223323432

8232223113322

9232223113332

10232223223322

11333222323332

12233222222332

13223133132333

14322232233333

15232233133333

16222132133343

17223232233343

18223133333343

19232133132333

20332123132333

Rata22.452.652.551.3752.52.6522.352.83.052.852.6

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa masyarakat menyambut baik adanya biskuit jamur ini. Masyarakat lebih menyukai biskuit dengan perlakuan (P3) karena rasa, tekstur dan aroma tidak jauh berbeda dengan biskuit yang ada dipasaran. Malah biskuit (P3) lebih gurih dan renyah. Untuk biskuit P1 dan P2 sebenarnya tidak jauh berbeda dengan biskuit P3, hanya saja kurang manis dan perbandingan salah satu bahan yang berlebihan menjadikan rasa, aroma dan rasanya kurang disukai oleh masyarakat.

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanJamur yang biasanya banyak beredar di masyarakat dan tidak memiliki daya simpan yang lama ternyata memiliki kandungan gizi yang luar biasa. Tinggi protein dan asam lemak tak jenuh yang baik untuk pertumbuhan.Jamur tenyata mampu diolah menjadi produk yang memiliki nilai gizi tinggi berupa biskuit.Jamur yang diolah menjadi biskuit lebih banyak mengandung protein dibanding biskuit pada umumnya. Biskuit jamur hampir mengandung 5x protein lebih banyak dibanding biskuit pada umumnya sehingga sangat cocok apabila digunakan sebagai PMT- AS. Dianjurkan mengkonsumsi 3 keping biskuit jamur, telah mencukupi 10% kebutuhan protein perhari pada anak dan memenuhi syarat dari PMT- AS yaitu mengandung 5 g protein dan energi 300 kkal. Berdasarkan uji organoleptik, masyarakat juga suka dengan biskuit jamur. Proporsi yang disukai adalah biskuit (P3) dengan perbandingan 2: 1, Jamut : tepung terigu. Rasanya yang gurih, renyah dan terkesan krispy menjadikan biskuit (P3) lebih disukai dibanding biskuit (P1) maupun (P2).

5.2 Saran Biskuit jamur lebih efektif dikonsumsi 3 keping untuk PMT- AS karena berdasarkan standart energi PMT- AS yang telah ditetapkan pemerintah. Pengolahan yang lebih lanjut, diharapkan mampu menjadikan biskuit jamur lebih bervariasi sehingga kandungan zat gizinya semakin tinggi. Kandungan gizi biskuit jamur yang sesuai dengan standart PMT- AS yang ditetapkan pemerintah, diharapkan bisa segera disebarluaskan kepada masyarakat maupun diterapkan kepada lingkungan sekolah terutama anak SD sehingga prevalensi KEP maupun gizi buruk bisa dikurangi.

DAFTAR PUSTAKA

Kodyat, B. 1997. PMT-AS dan Tablet Fe bagi Nakerwan. Makalah disampaikan pada pertemuan Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Dirjen Binkesmas Departemen Kesehatan RI.

Komariah dan Badraningsih. 1999. Analisis Makanan pada Program PMT-AS di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Yuliati. 1996. Program Tambahan Gizi Murid SD: Tantangan dan Peluang Menghidupkan Produksi Makanan Lokal. Cakrawala Pendidikan. Yogyakarta: Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI).Jakarta : Kompas Gramedia

file://localhost/A:/JamUr/Jamur%20tiram%20%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.mht diakses pada tanggal 26 september 2011

file://localhost/A:/JamUr/Pemberian%20Makanan%20Tambahan%20Anak%20Sekolah%20(PMT-AS)%20_%20Portal%20Informasi%20Kota%20Surakarta.mht diakses pada tanggal 26 september 2011

file://localhost/A:/JamUr/Kandungan%20Gizi%20Jamur%20Tiram..Pangan%20Masa%20Depan%20yang%20Lezat%20dan%20Sehat%20Baik%20untuk%20Anti%20kolesterol%20dan%20Anti%20kanker%20%20Organic%20Entrepreneur..Harmony%20of%20Humans%20and%20Nature.mht diakses pada tanggal 26 september 2011

file://localhost/A:/JamUr/Manfaat%20Jamur%20&%20Nilai%20Gizi%20%20Jamurtiramputihs%20Weblog.mht diakses pada tanggal 27 september 2011

LAMPIRAN 1

Formulir Uji OrganoleptikNama Panelis:Tanggal :Contoh: Biskuit JamurInstruksi : Dihadapan Saudara disajikan contoh Biskuit Jamur. Saudara diminta untuk memberikan penilaian terhadap tekstur, aroma, warna, dan rasa dengan menggunakan skala penilaian sebagai berikut :KriteriaWarnaAromaRasaTekstur

+Sangat tdk menarikTidak harumKurang manisKasar/keras

++Tdk menarikHarum sdkitEnekLembek

+++MenarikHarumRenyah, gurihLembut

++++Sangat MenarikHarum sekaliEnak, renyahLembut&kuat

Setelah saudara mencicipi salah satu sampel saudara diminta berkumur dengan air putih yang telah disediakan sebelum mencicipi sampel yang lain. Selain itu saudara juga diminta memberikan kritik dan saran. Kode SampelKriteria Penilaian

WarnaAromaRasaTekstur

P1

P2

P3

Kritik dan Saran:

Terima Kasih Atas PartisipasinyaLAMPIRAN 2 FOTO BISKUIT (P1)PERBANDINGAN 2:1 = TEPUNG : JAMUR

FOTO BISKUIT (P2)PERBANDINGAN 1:1 = JAMUR : TEPUNG

FOTO BISKUIT (P3)PERBANDINGAN 2:1 = JAMUR : TEPUNG

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ( CURRICULUM VITAE)

Nama: Ika Heri KustantiTempat/ Tanggal Lahir: Jombang, 1 Januari 1992Jenis Kelamin: PerempuanAlamat : Dsn. Genenglo, Ds. Sidokaton, Kudu JombangAlamat Sekarang: Asrama Poltekkes KEMENKES Malang Jalan Ijen no. 77cPendidikan Terakhir: Poltekkes KEMENKES Malang, Jurusan Gizi Semester 3NIM: 1003000069No. Telp: 085655294477

Karya Tulis yang pernah di buat : Strategi Pelesstarian Ludruk melalui Pemberian nomor Induk dan Rekomendasi kepada Organisasi Ludruk oleh Pemerintah Kabupaten Jombang Proposal Pemanfaataan Tomat menjadi Bentuk Instan Teknologi Reproduksi Fenomena In Vitro Vertilization (IVF) dalam Realitas Kehidupan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ( CURRICULUM VITAE)

Nama: Yulia Aldila MarinaTempat/ Tanggal Lahir: Sidoarjo, 28 Juli 1991Jenis Kelamin: PerempuanAlamat : Pondok Sidokare asri A3-28Alamat Sekarang: Jalan Simpang Ijen Blok A12-MalangPendidikan Terakhir: Poltekkes KEMENKES Malang, Jurusan Gizi Semester 3NIM: 1003000038No. Telp: 085736844079

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ( CURRICULUM VITAE)

Nama: Rahayu SutrisnoTempat/ Tanggal Lahir: Malang, 31 Maret 1992Jenis Kelamin: PerempuanAlamat : Jatimulyo, Jatigui No.24 RT.29 Sumber Pucung Kabupaten MalangPendidikan Terakhir: Poltekkes KEMENKES Malang, Jurusan Gizi Semester 3NIM: 1003000087No. Telp: 08990417981