batubara 1 fadil

Upload: fadilah-saragih

Post on 13-Oct-2015

60 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas Makalah Batubara 1

TRANSCRIPT

MAKALAH BATUBARA 1

Disusun Oleh:FADILAH RAHMADHANI(12.02.0032)

YAYASAN SWADIRI BHAKTIAKADEMI TEKNIK PEMBANGUNAN NASIONALJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANBANJARBARU2013KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.Tujuan pembuatan makalah ini adalah dalam rangka memenuhi kurikulum dan proses belajar mengajar pada mata kuliah batubara 1 dan memenuhi tugas semester ini agar dapat menambah nilai semester (indeksprestasi). Penyusun menyadari bahwa pembuatan makalah ini, masih banyak kesalahan - kesalahan yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi penyusunan makalah kami mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Banjarbaru, 11januari 2013

Penyusun

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANGBatubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.Batubara merupakan sumber energi masa depan (Heriawan 2000). Batubara merupakan batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar berasal dari tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang mengakibatkan pengkayaan kandungan karbonnya (Wolf 1984 dalam Anggayana 1999).Penyebaran endapan batubara di Indonesia ditinjau dari sudut geologi sangat erat hubungannya dengan penyebaran formasi sedimen yang berumur tersier yang terdapat secara luas di sebagian besar kepulauan di Indonesia. Batubara di Indonesia dapat dibedakan tiga jenis berdasarkan cara terbentuknya. Pertama, batubarapaleogenyaitu endapan batubara yang terbentuk pada cekunganintramontainterdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan Tenggara, Sulawesi Selatan, dan sebagainya. Kedua, batubaraneogenyakni batubara yang terbentuk pada cekunganforelandterdapat di Tanjung Enim Sumatera Selatan. Ketiga, batubaradelta, yaitu endapan batubara di hampir seluruh Kalimantan Timur (Anggayana 1999).

1.2. MAKSUD DAN TUJUANMaksud : dalam rangaka membuka wawasan dan menambah pengetahuan yang diambil dari berbagai referensi.Tujuan : dalam rangka memenuhi kurikulum dan proses belajar mengajar pada mata kuliah batubara 1.

1.3. WAKTU PENGERJAANTanggal 11 Januari 20141.4. REFERENSI/KUTIPAN/RUJUKAN1. JCOAL, Coal Science Handbook, Japan Coal Energy Center, 2005.

2. JCOAL, Kuri-n ni Riyou Sareru Sekitan, Japan Coal Energy Center, 2004.

3. NEDO, Tankou Gijutsu Ippan Kenshuu You Kyouzai, 2001.

4. Sekitan no Kiso Chishiki, Sekitan Shigen Kaihatsu Kabushiki Kaisha.

5. Sukandarrumidi, Batubara dan Gambut, Gadjah Mada Univ. Press, 1995.

6. WCI, Coal Facts 2005, World Coal Institute, October 2005.

7. WCI, The Coal Resource, World Coal Institute, 2004.

8. WCI, The Role of Coal as an Energy Source, World Coal Institute, 2002.

BAB IIGEOLOGI BATUBARA

2.1. GEOLOGIBATUBARABatubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.Batubara merupakan sumber energi masa depan (Heriawan 2000). Batubara merupakan batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar berasal dari tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang mengakibatkan pengkayaan kandungan karbonnya (Wolf 1984 dalam Anggayana 1999).Penyebaran endapan batubara di Indonesia ditinjau dari sudut geologi sangat erat hubungannya dengan penyebaran formasi sedimen yang berumur tersier yang terdapat secara luas di sebagian besar kepulauan di Indonesia. Batubara di Indonesia dapat dibedakan tiga jenis berdasarkan cara terbentuknya. Pertama, batubarapaleogenyaitu endapan batubara yang terbentuk pada cekunganintramontainterdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan Tenggara, Sulawesi Selatan, dan sebagainya. Kedua, batubaraneogenyakni batubara yang terbentuk pada cekunganforelandterdapat di Tanjung Enim Sumatera Selatan. Ketiga, batubaradelta, yaitu endapan batubara di hampir seluruh Kalimantan Timur (Anggayana 1999).Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut: Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%. Bituminus mengandung 68 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni: Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut. Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.Faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah : Posisi GeotektonikAdalah suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik lempeng dalam pembentukan batubara merupakan faktor yang dominan akan mempengaruhi iklim lokal dan morfologi cekungan pengendapan dan kecepatan penurunan cekungan Pada fase akhir, posisi geotektonik mempengaruhi proses metamorfosa organik dan struktur lapangan batubara melalui masa sejarah setelah pengendapan akhir.

Topografi (morfologi)Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk. IklimKelembaban mengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai tergantung posisi geografi dan dipengaruhi oleh posisi geotektonik Tropis dan subtropis sesuai untuk pertumbuhan yang optimal hutan rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan setiap 7-9 tahun dengan ketinggian pohon mencapai 30 m. Sedang iklim yanng lebih dingin ketinggian pohon hanya mencapai 5-6 meter dalam waktu yang sama. Penurunan cekunganPenurunan cekungan dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik jika penurunan dan pengendapan gambut seimbang maka akan dihasilkan endapan batubara yang tebal. Pergantian transgresi dan regresi mempengaruhi pertumbuhan flora dan pengendapannya. Menyebabkan adanya infiltrasi material dan mineral yang mempengaruhi mutu dari batubara yang terbentuk. Umur geologiProses geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan tumbuhan Makin tua umur suatu batuan akan memiliki kemungkinan makin dalam penimbunan yang terjadi hingga mampu terbentuk batubara bermutu tinggi. Tumbuh-tumbuhanUnsur utama pembentuk batubara dengan lingkngan tertentu dan sebagaifaktor penentu tipe batubara, evolusi kehidupan menciptakan kondisi yang berbeda selama masa sejarah geologi. DekomposisiMerupakan bagian dari tansformasi biokimia material organik yang merupakan titik awal seluruh aliterasi. Sejarah sesudah pengendapanSejarah cekungan tergantung pada posisi geotektonikterjadi proses geokimia dan metamorfosa organik setelah pengendapan gambut bertanggung jawab terhadap pembentukan struktur cekungan batubara baik berupa sesar, lipatan, intrusi danlainnya.

Struktur cekugan pembentukKarena gaya tektonik menghasilkan lapisan batubara dengan bentuk-bentuk tertentu. Metamorfosis organikSelama proses ini terjadi pengurangan kandungan air, oksigen dan zat terbang (CO2, CO, CH4) dll.

2.2. GENESA BATUBARAPembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batu bara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan yang disebut sebagai maturitas organik. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau brown coal (batu bara coklat). Ini adalah batubara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan batubara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, batubara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara sub-bitumen. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk bitumen atau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut: Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini. Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India dan Afrika. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.Tingkat perubahan yang dialami batu bara dari gambut sampai menjadi antrasit disebut sebagai pengarangan, memiliki hubungan yang penting dan hubungan tersebut disebut sebagai tingkat mutu batu bara. Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut. Antrasit adalah kelas batubara tertinggi dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%. Bituminus mengandung 68 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus. Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.Proses pembentukan batubarasendiri sangatlah kompleks dan membutuhkan waktu hingga berjuta-juta tahun lamanya. Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan purba yang kemudian mengendap selama berjuta-juta tahun dan mengalami proses pembatubaraan (coalification) dibawah pengaruh fisika, kimia, maupun geologi. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Secara ringkas ada 2 tahap proses pembatubaraan yang terjadi, yakni:1. TahapDiagenetikatauBiokimia(Penggambutan), dimulai pada saat dimana tumbuhan yang telah mati mengalami pembusukan (terdeposisi) dan menjadi humus. Humus ini kemudian diubah menjadi gambut oleh bakteri anaerobic dan fungi hingga lignit (gambut) terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.2. TahapMalihanatauGeokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.Secara lebih rinci, proses pembentukan batu bara dapat dijelaskan sebagai berikut:1. Pembusukan, bagian-bagian tumbuhan yang lunak akan diuraikan oleh bakteri anaerob.2. Pengendapan, tumbuhan yang telah mengalami proses pembusukan selanjutnya akan mengalami pengendapan, biasanya di lingkungan yang berair. Akumulasi dari endapan ini dengan endapan-endapan sebelumnya akhirnya akan membentuk lapisan gambut.3. Dekomposisi, lapisan gambut akan mengalami perubahan melalui proses biokimia dan mengakibatkan keluarnya air dan sebagian hilangnya sebagian unsur karbon dalam bentuk karbondioksida, karbonmonoksida, dan metana. Secara relatif, unsur karbon akan bertambah dengan adanya pelepasan unsur atau senyawa tersebut.4. Geotektonik, lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat adanya gaya tektonik dan kemudian akan mengalami perlipatan dan patahan. Batubaralow gradedapat berubah menjadi batubarahigh gradeapabila gaya tektonik yang terjadi adalah gaya tektonik aktif, karena gaya tektonik aktif dapat menyebabkan terjadinya intrusi atau keluarnya magma. Selain itu, lingkungan pembentukan batubara yang berair juga dapat berubah menjadi area darat dengan adanya gaya tektonik setting tertentu.5. Erosi, merupakan proses pengikisan pada permukaan batubara yang telah mengalami proses geotektonik. Permukaan yang telah terkelupas akibat erosi inilah yang hingga saat ini dieksploitasi manusia.Faktor-Faktor dalam pembentukan batubara sangat berpengaruh terhadap bentuk maupun kualitas dari lapisan batubara. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batubara, yaitu :1. Material dasar, yakni flora atau tumbuhan yang tumbuh beberapa juta tahun yang lalu, yang kemudian terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim clan topografi tertentu. Jenis dari flora sendiri amat sangat berpengaruh terhadap tipe dari batubara yang terbentuk.2. Prosesdekomposisi, yakni proses transformasi biokimia dari material dasar pembentuk batubara menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan yang terendapkan akan mengalami perubahan baik secara fisika maupun kimia.3. Umur geologi, yakni skala waktu (dalam jutaan tahun) yang menyatakan berapa lama material dasar yang diendapkan mengalami transformasi. Untuk material yang diendapkan dalam skala waktu geologi yang panjang, maka proses dekomposisi yang terjadi adalah fase lanjut clan menghasilkan batubara dengan kandungan karbon yang tinggi.4. Posisi geotektonik, yang dapat mempengaruhi proses pembentukan suatu lapisan batubara dari :a) Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonik dan menekan lapisan batubara yang terbentuk.b) Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni bentuk cekungan stabil, lipatan, atau patahan.c) Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan/atau merubah grade dari lapisan batubara yang dihasilkan.d) Lingkungan pengendapan, yakni lingkungan pada saat proses sedimentasi dari material dasar menjadi material sedimen. Lingkungan pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut:1. Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material dasar diendapkan. Strukturnya cekungan batubara ini sangat berpengaruh pada kondisi dan posisi geotektonik.2. Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan dari tempat cekungan pengendapan material dasar. Topografi dan morfologi cekungan pada saat pengendapan sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa di mana batubara terbentuk. Topografi dan morfologi dapat dipengaruhi oleh proses geotektonik.3. Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan batubara karena dapat mengontrol pertumbuhan flora atau tumbuhan sebelum proses pengendapan. Iklim biasanya dipengaruhi oleh kondisi topografi setempat.Berdasarkan pendekatan praktis, maka pembentukan batubara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:1. Letak geografi (paleogeografi), dan iklim2. Perkembangan dan pertumbuhan vegetasi3. Perkembangan tempat akumulasi vegetasi4. Distribusi lateral dan vertikal akumulasi vegetasi5. Pengaruh struktur deformasi tektonik6. Pengaruh kegiatan pembentukan batuan beku7. Lingkungan pengendapan limik, paralik:a) Alluvial plainb) Upper deltaic plainc) Lower deltaic plaind) Barrier bare) Offshore8. Topografi lingkungan pengendapan9. Proses transformasi vegetasi menjadi batubara10. Media transformasi vegetasi menjadi batubara11. Waktu transformasi vegetasi menjadi batubara12. Umur batubara setelah proses transformasi batubaraA. Perubahan komposisi kimia dan sifat fisik pembatubaraan Sebagaimana diketahui bahwa batubara adalah berasal dari flora, dengan melalui proses diagenesis kondisi tertentu, transformasi awal menjadi gambut, kemudian berurutan menjadi lignit, sub-bitumen, bitumen, antrasit. Dalam prosesnya, terjadi perubahan komposisi kimia dan perubahan sifat fisik. Perubahan sifat fisik vegetasi akibat proses diagenesis berubah menjadi batubara, yaitu karena faktor kondisi tekanan dan temperatur, waktu dan posisi kedalaman di kulit bumi. Sifat fisik ini dipengaruhi pula oleh proses kimia yang berlangsung dalam proses diagenesis.B. Perubahan fisik yang ada, antara lainnya yaitu: Perubahan volume, akibat pemadatan, pengeringan dan pengerasan Porositas menjadi lebih kecil Berat jenis bertambah Warna menjadi coklat hingga hitam Kekerasan permukaan bertambah Daya serap cahaya berkurang, daya pantul cahaya bertambah Daya tembus cahaya berkurang Daya simpan energi panas bertambah, karena konsentrasi unsur karbon (C) makin tinggi. Kelembaban berkurang, karena unsur hidrogrn (H) dan oksigen (O) berkurang.Berdasarkan tingakt proses diagenesis, maka terbentuk pula tingkatanrank batubara, yang masing-masing dapat dibedakan ciri sifat-sifat fisiknya, yaitu sebagai berikut:1. Batubara lignitMempunyai banded, berkekar, berwarna coklat hingga kehitaman, berat jenis relatif rendah, daya serap cahaya relatif tinggi, sifat daya pantul cahaya relatif rendah mudah hancur bila dikeringkan, serta mempunyai daya simpan energi panas relatif rendah low heating value2. Batubara sub-bitumenMempunyai banded, berwarna hitam, mempunyai kilap kusam kilap lilin, bersifat membelah (splits) sejajar terhadap perlapisan, masih menunjukkan adanya struktur organik atau serat dan partikel organik lainnya, berat jenis relatif tinggi, sifat reflaktan terhadap cahaya relatif tinggi, daya simpan energi panas masih relatif rendah namun bersifat bersih good clean fuel3. Batubara bitumenMempunyai banded, berwarna hitam, kilap terang bright seperti kaca, well jointed, namun padat dense, tidak mudah hancur, berat jenis relatif tinggi, serta daya serap energi panas tinggi.

Proses pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap, yaitu :1. Tahap pembentukan gambut(peat) dari tumbuhan yang disebut prosespeatificationGambut adalah batuan sedimenorganik yang dapat terbakar yang berasal dari tumpukan hancuran atau bagian dari tumbuhan yangterhumifikasi dan dalam keadaan tertutup udara ( dibawah air ), tidak padat, kandungan air lebih dari 75 %, dan kandungan mineral lebih kecil dari 50% dalam kondisi kering.2. Tahap pembentukan batubara dari gambut yang disebut prosescoalificationLapisan gambut yang terbentuk kemudian ditutupi oleh suatu lapisan sediment, maka lapisan gambut tersebut mengalami tekanan dari lapisan sedimen di atasnya. Tekanan yang meningkatakan mengakibatkan peningkatan temperatur. Disamping itu temperatur juga akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman, disebut gradient geotermik. Kenaikan temperatur dan tekanan dapat juga disebabkan oleh aktivitas magma, proses pembentukan gunung api serta aktivitas tektonik lainnya.Peningkatan tekanan dan temperatur pada lapisan gambut akan mengkonversi gambut menjadi batubara dimana terjadi proses pengurangan kandungan air, pelepasan gas gas ( CO2, H2O, CO, CH4), penigkatan kepadatan dan kekerasan serta penigkatan nilai kalor.

2.3. KLASIFIKASI BATUBARAPengklasifikasian batubara di dasarkan pada derajat dan kualitas dari batubara tersebut, yaitu :1. Gambut/ PeatGolongan ini sebenarnya termasuk jenis batubara, tapi merupakan bahan bakar. Hal ini disebabkan karena masih merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara. Endapan ini masih memperlihatkan sifat awal dari bahan dasarnya (tumbuh-tumbuhan).2. Lignite/BrownCoalGolongan ini sudah memperlihatkan proses selanjutnya berupa struktur kekar dan gejala pelapisan. Apabila dikeringkan, maka gas dan airnya akan keluar. Endapan ini bisa dimanfaatkan secara terbatas untuk kepentingan yang bersifat sederhana, karena panas yang dikeluarkan sangat rendah.3. Sub-Bituminous/BitumenMenengahGolongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentu yaitu warna yang kehitam-hitaman dan sudah mengandung lilin. Endapan ini dapat digunakan untuk pemanfaatan pembakaran yang cukup dengan temperatur yang tidak terlalu tinggi.4. BituminousGolongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh (brittle) dengan membentuk bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak mengeluarkan gas dan air bila dikeringkan. Endapan ini dapat digunakan antara lain untuk kepentingan transportasi dan industri.5. AnthraciteGolongan ini berwarna hitam, keras, kilap tinggi, dan pecahannya memperlihatkan pecahan chocoidal. Pada proses pembakaran memperlihatkan warna biru dengan derajat pemanasan yang tinggi. Digunakan untuk berbagai macam industri besar yang memerlukan temperatur tinggi.

Semakin tinggi kualitas batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Batubara bermutu rendah, seperti lignite dan sub-bituminous, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.Ada 3 macam Klasifikasi yang dikenal untuk dapat memperoleh beda variasi kelas / mutu dari batubara yaitu :1. Klasifikasi menurut AstmKlasifikasi ini dikembangkan di Amerika oleh Bureau of Mines yang akhirnya dikenal dengan Klasifikasi menurut ASTM (America Society for Testing and Material). Klasifikasi ini berdasarkan rank dari batubara itu atau berdasarkan derajat metamorphism nya atau perubahan selama proses coalifikasi (mulai dari lignit hingga antrasit). Untuk menentukan rank batubara diperlukan data fixed carbon (dmmf), volatile matter (dmmf) dan nilai kalor dalam Btu/lb dengan basis mmmf (moist, mmf). Cara pengklasifikasiannya :a) Untuk batubara dengan kandungan VM lebih kecil dari 31%, maka klasifikasi didasarkan atas FC nya, untuk ini dibagi menjadi 5 group, yaitu : FC lebih besar dari 98% disebut meta antrasit FC antara 92-98% disebut antrasit FC antara 86-92% disebut semiantrasit FC antara 78-86% disebut low volatile FC antara 69-78% disebut medium volatileb) Untuk batubara dengan kandungan VM lebih besar dari 31%, maka klasifikasi didasarkan atas nilai kalornya dengan basis mmmf. 3 group bituminous coal yang mempunyai moist nilai kalor antara 14.000 13.000 Btu/lb yaitu :1) High Volatile A Bituminuos coal (>14.000)2) High Volatile B Bituminuos coal (13.000-14.000)3) High Volatile C Bituminuos coal (