bank konvensional

48
PERBEDAAN BANK KONVENSIONAL DENGAN BANK SYARIAH 1

Upload: ramsesvinn

Post on 12-Jun-2015

21.963 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah.

TRANSCRIPT

Page 1: Bank Konvensional

PERBEDAAN BANK KONVENSIONAL

DENGAN BANK SYARIAH

2009

1

Page 2: Bank Konvensional

BAB I BANK INDONESIA

Bank Indonesia (BI) adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang merupakan lembaga

negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur

tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal lain yang secara tegas diatur dalam

Undang-Undang tentang Bank Indonesia.

1.1 Visi dan Misi Bank Indonesia

1. Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dipercaya secara nasional maupun

internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

yang rendah dan stabil.

2. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah melalui

pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk

pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan.

1.2 Sasaran Strategis Bank Indonesia

1. Terpeliharanya kestabilan moneter

2. Terpeliharanya stabilitas sistem keuangan

3. Terpeliharanya kondisi keuangan BI yang sehat dan akuntabel

4. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen moneter

5. Memelihara SSK melalui efektivitas pengaturan dan pengawasan bank, surveillance sektor

Keuangan, dan manajemen krisis serta mendorong fungsi intermediasi

6. Memelihara keamanan dan efisiensi sistem pembayaran

7. Meningkatkan kapabilitas organisasi, SDM, dan sistem informasi

8. Memperkuat institusi melalui good governance, efektivitas komunikasi dan kerangka hukum

9. Mengoptimalkan pencapaian dan manfaat inisiatif BI.

2

Page 3: Bank Konvensional

1.3 Rincian Tugas Bank Indonesia

Rincian tugas Bank Indonesia antara lain:

1. Menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi, melakukan

pengendalian moneter, memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah

kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek, memberikan fasilitas

pembiayaan darurat yang pendanaannya menjadi beban Pemerintah dalam hal suatu bank

mengalami kesulitan keuangan yang berdampak sistemik dan berpotensi mengakibatkan

krisis yang membahayakan sistem keuangan, melaksanakan kebijakan nilai tukar, dan

mengelola cadangan devisa.

2. Menetapkan penggunaan alat pembayaran, mengatur sistem kliring antar bank,

menyelenggarakan kegiatan kliring, menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi

pembayaran antar bank, mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut,

menarik dan memusnahkan uang dimaksud dari peredaran.

3. Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank,

menetapkan peraturan, melaksanakan pengawasan bank dan mengenakan sanksi terhadap

bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

1.4 Organisasi Bank Indonesia

BI dipimpin oleh Dewan Gubernur yang terdiri dari seorang Gubernur, seorang Deputi

Gubernur Senior dan sekurang-kurangnya 4 orang atau sebanyak-banyaknya 7 orang Deputi

Gubernur yang diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat. Untuk membantu DPR dalam melaksanakan fungsi pengawasan di bidang tertentu

terhadap BI, dibentuk Badan Supervisi dalam upaya meningkatkan akuntabilitas, independensi,

transparansi dan kredibilitas Bank Indonesia. Yang dimaksud dengan pengawasan di bidang

tertentu adalah melaksanakan tugas :

Telaahan atas laporan keuangan tahunan BI;

Telaahan atas anggaran operasional dan investasi BI;

Telaahan atas prosedur pengambilan keputusan kegiatan operasional di luar kebijakan

3

Page 4: Bank Konvensional

moneter dan pengelolaan aset BI.

Secara garis besar, tugas BI dilaksanakan melalui 4 sektor satuan kerja (sektor moneter,

sektor perbankan, sektor sistem pembayaran dan sistem manajemen intern), KBI dan KPW

yang kesemuanya bertanggung jawab kepada Dewan Gubernur.

STRUKTUR ORGANISASI BANK INDONESIA

DKM = Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter

DSM = Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter

4

Page 5: Bank Konvensional

DPM = Direktorat Pengelolaan Moneter

DPB1 = Direktorat Pengawasan Bank 1 DHk Direktorat Hukum dan Moneter

DPD = Direktorat Pengelolaan Devisa

Dint = Direktorat Internasional

DPNB = Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan

DPIP = Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

DPB1 = Direktorat Pengawasan Bank1

DPB2 = Direktorat Pengawasan Bank 2

DPB3 = Direktorat Pengawasan Bank 3

DKBU = Direktorat Kredit, BPR dan UMKM

DIMP = Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan

DPbS = Direktorat Perbankan Syariah

DPU = Direktorat Pengedaran Uang

DASP = Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran

DLP = Direktorat Logistik dan Pengamanan

DTI = Direktorat Teknologi Informasi

DSDM= Direktorat Sumber Daya Manusia

DKI = Direktorat Keuangan Intern

DPI = Direktorat Pengawasan Intern

DHk = Direktorat Hukum dan Moneter

PPSK = Pusat Pendidikan Studi dan Kebanksetralan

UKMI = Unit Khusus Manajemen Informasi

PSHM = Direktorat Perencanaan strategis dan hubungan Masyarakat

BSk = Biro Sekretariat

1.5 Arsitektur Perbankan Indonesia

Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan

Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk,  dan tatanan industri

perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan.   Arah kebijakan

pengembangan industri perbankan di masa datang yang dirumuskan dalam API dilandasi oleh

5

Page 6: Bank Konvensional

visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan

sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Berpijak dari adanya kebutuhan blue print perbankan nasional dan sebagai kelanjutan dari

program restrukturisasi perbankan yang sudah berjalan sejak tahun 1998, maka Bank Indonesia

pada tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan API sebagai suatu kerangka menyeluruh arah

kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia ke depan.  Peluncuran API tersebut tidak

terlepas pula dari upaya Pemerintah dan Bank Indonesia untuk membangun kembali

perekonomian Indonesia melalui penerbitan buku putih Pemerintah sesuai dengan Inpres No. 5

Tahun 2003, dimana API menjadi salah satu program utama dalam buku putih tersebut.

Bertitik tolak dari keinginan untuk memiliki fundamental perbankan yang lebih kuat dan

dengan memperhatikan masukan-masukan yang diperoleh dalam mengimplementasikan API

selama dua tahun terakhir, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk menyempurnakan program-

program kegiatan yang tercantum dalam API.  Penyempurnaan program-program kegiatan API

tersebut tidak terlepas pula dari perkembangan-perkembangan yang terjadi pada perekonomian

nasional maupun internasional.  Penyempurnaan terhadap program-program API tersebut antara

lain mencakup strategi-strategi yang lebih spesifik mengenai pengembangan perbankan syariah,

BPR, dan UMKM ke depan sehingga API diharapkan memiliki program kegiatan yang lebih

lengkap dan komprehensif yang mencakup sistem perbankan secara menyeluruh terkait Bank

umum dan BPR, baik konvensional maupun syariah, serta  pengembangan UMKM.

6

Page 7: Bank Konvensional

Gambar Arsitektur Perbankan Indonesia

1.6 Indikator Perbankan Nasional

dalam Triliunan Rupiah

No Items Sep 2008 Oct 2008 Nov 2008 Dec 2008 Jan 2009 Graph

1 Penghimpunan

Dana

1,791.30 1,893.10 1,926.50 1,939.20 1,926.70

  1 Pinjaman

yang Diterima

14.30 13.50 13.80 12.90 13.20

  2 Surat

Berharga yang

Diterbitkan

14.40 14.10 14.10 14.30 14.40

  3 Dana Pihak 1,601.50 1,674.20 1,707.90 1,753.30 1,745.60

7

Page 8: Bank Konvensional

Ketiga (DPK)

    a dalam

Rupiah

1,345.00 1,380.00 1,397.30 1,460.40 1,451.60

    b dalam

Valas

256.50 294.20 310.60 292.80 294.00

  4 Antar Bank

Pasiva

161.00 191.30 190.70 158.60 153.50

2 Penyaluran

Dana

1,620.10 1,773.60 1,852.40 1,824.30 1,833.90

  1 Sertifikat

Bank

Indonesia

87.70 124.40 152.30 166.50 208.50

  2 Surat

Berharga

Lainnya **)

75.20 93.40 101.60 83.70 81.00

  3 Antar Bank

Aktiva

163.50 206.00 220.00 213.80 212.30

  4 Penyertaan 6.30 6.40 6.50 6.60 6.80

  5 Kredit *) 1,287.40 1,343.50 1,371.90 1,353.60 1,325.30

    a dalam

Rupiah

1,022.90 1,039.90 1,052.80 1,071.10 1,049.10

    b dalam

Valuta

Asing

264.50 303.60 319.10 282.50 276.10

3 Asset 2,122.80 2,235.00 2,303.40 2,310.60 2,307.10

4 Permodalan 207.20 205.40 223.80 219.20 224.70

5 Kinerja          

8

Page 9: Bank Konvensional

  1 Non

Performing

Loan

         

    a Nilai 50.00 52.40 55.40 50.90 55.40

    b Ratio

terhadap

total kredit

(%)

3.90 3.90 4.00 3.80 4.20

  2 Laba/Rugi 39.50 45.90 48.70 48.10 5.20

    a Operasional 29.50 32.20 32.70 29.90 -0.30

    b Non

Operasional

10.00 13.60 16.00 18.20 5.50

  3 Net Interest

Margin

9.30 10.60 10.10 10.80 10.40

6 Catatan          

  1 Jumlah Bank 126.00 126.00 126.00 124.00 122.00

  2 Jumlah

Kantor Bank

10,556.00 10,556.00 10,661.00 10,936.00 11,134.00

*) Termasuk kredit penerusan

**) Tidak termasuk obligasi pemerintah dalam rangka rekapitalisasi

BAB II PERBANKAN

2.1 Bank

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam

9

Page 10: Bank Konvensional

perekonomian suatu negara sebagai lembaga perantara keuangan. Bank dalam Pasal 1 ayat (2)

UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Jenis bank di Indonesia dibedakan menjadi dua

jenis bank, yang dibedakan berdasarkan pembayaran bunga atau bagi hasil usaha:

1. Bank yang melakukan usaha secara konvensional.

2. Bank yang melakukan usaha secara syariah.

Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama

dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan,

syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan,

dan sebagainya. Perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal, stuktur

organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja (Syafi’I Antonio, 2001). Perkembangan

industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka

hukum formal sebagai landasan perkembangan keuangan syariah secara informal telah dimulai

sebelum dikeluarkannya hokum formal sebagai landasan operasional perbankan di Indonesia.

Kebutuhan masyarakat tersebut telah terjawab dengan terwujudnya sistem perbankan yang sesuai

syariah. Pemerintah telah memasukkan kemungkinan tersebut dalam undang-undang yang baru.

Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan secara implisit telah membuka peluang

kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang secara rinci

dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip

Bagi Hasil. Ketentuan tersebut telah dijadikan sebagai dasar hukum beroperasinya bank syariah

di Indonesia.

Periode 1992 sampai 1998, hanya terdapat satu Bank Umum Syariah dan 78 Bank

Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang telah beroperasi. Tahun 1998 muncul UU No. 10 tahun

1998 tentang perubahan UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Perubahan UU tersebut

menimbulkan beberapa perubahan yang memberikan peluang yang lebih besar bagi

pengembangan bank syariah. Undang-undang tesebut telah mengatur secara rinci landasan

hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.

Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka

cabang syariah atau mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.

10

Page 11: Bank Konvensional

Akhir tahun 1999, bersamaan dengan dikeluarkannya UU perbankan maka munculah bank-

bank syariah umum dan bank umum yang membuka unit usaha syariah. Sejak beroperasinya

Bank Muamalat Indonesia (BMI), sebagai bank syariah yang pertama pada tahun 1992, dengan

satu kantor layanan dengan asset awal sekitar Rp. 100 Milyar, maka data Bank Indonesia per 30

Mei 2007 menunjukkan bahwa saat ini perbankan syariah nasional telah tumbuh cepat, ketika

pelakunya terdiri atas 3 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 106

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), sedangkan asset kelolaan perbankan syariah nasional

per Mei 2007 telah berjumlah Rp. 29 triliyun.

Perkembangan bank umum syariah dan bank konvensional yang membuka cabang syariah juga

didukung dengan tetap bertahannya bank syariah pada saat perbankan nasional mengalami krisis

cukup parah pada tahun 1998. Sistem bagi hasil perbankan syariah yang diterapkan dalam

produk-produk Bank Muamalat menyebabkan bank tersebut relatif mempertahankan kinerjanya

dan tidak hanyut oleh tingkat suku bunga simpanan yang melonjak sehingga beban operasional

lebih rendah dari bank konvensional (Novita Wulandari, 2004).

Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan konvensional dengan syariah

adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah

kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah

(Muhammad, 2005). Kegiatan operasional bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil (profit

and loss sharing). Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh

pendapatan maupun membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga

merupakan riba yang diharamkan. Pola bagi hasil ini memungkinkan nasabah untuk mengawasi

langsung kinerja bank syariah melalui monitoring atas jumlah bagi hasil yang diperoleh. Jumlah

keuntungan bank semakin besar maka semakin besar pula bagi hasil yang diterima nasabah,

demikian juga sebaliknya. Jumlah bagi hasil yang kecil atau mengecil dalam waktu cukup lama

menjadi indikator bahwa pengelolaan bank merosot. Keadaan itu merupakan peringatan dini

yang transfaran dan mudah bagi nasabah. Berbeda Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank

perlu menjaga kinerjanya agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank syariah harus

bersaing dengan bank konvensional yang dominan dan telah berkembang pesat di Indonesia.

Persaingan yang semakin tajam ini harus dibarengi dengan manajemen yang baik untuk bisa

bertahan di industri perbankan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh bank untuk bisa

terus bartahan hidup adalah kinerja (kondisi keuangan) bank.

11

Page 12: Bank Konvensional

2.2 Institusi Perbankan di Indonesia

Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-hatian.

Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat

serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas

nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan undang-undang, struktur

perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan utama bank umum dan

BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR tidak dapat menciptakan uang giral, dan

memiliki jangkauan dan kegiatan operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan

usahanya dianut dual bank system, yaitu  bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha bank

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Sementara prinsip kegiatan BPR dibatasi

pada hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.

Gambar Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia Desember 2008

2.3 Bank Umum / Konvensional

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Bank Umum merupakan bagian dari perbankan nasional yang memiliki fungsi

12

Page 13: Bank Konvensional

utama sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta pemberi jasa dalam lalu lintas

pembayaran. Dengan fungsi utama yang demikian, Bank Umum memiliki peranan yang strategis

dalam menyelaraskan dan menyeimbangkan unsur-unsur pemerataan pembangunan dan hasil-

hasil pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional guna menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional. Memperhatikan peranan Bank Umum yang demikian strategis,

perkembangan Bank Umum yang semakin pesat dan tantangan-tantangan, yang dihadapi Bank

Umum yang semakin luas dan bersifat internasional, maka landasan hukum Bank Umum perlu

diperkokoh melalui penyempurnaan ketentuan-ketentuan yang mengatur Bank Umum dan

penerapan prinsip kehati-hatian. Dengan landasan hukum yang semain kokoh tersebut, maka

Bank Umum diharapkan akan lebih mampu melindungi kepentingan masyarakat dan mampu

melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang memiliki peran strategis dalam menunjang

pelaksanaanpembangunannasional.

Usaha Bank Umum meliputi :

a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka,

sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

b. memberikan kredit;

c. menerbitkan surat pengakuan hutang;

d. membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas

perintah nasabahnya:

1. surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak l

lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;

2. surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama

dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;

3. kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;

4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI);

5. obligasi;

6. surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;

7. instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;

e. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;

f. menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik

13

Page 14: Bank Konvensional

dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana

lainnya;

g. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan

atau antar pihak ketiga;

h. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;

i. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;

j. melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat

berharga yang tidak tercatat di bursa efek;

k. membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak

memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib

dicairkan secepatnya;

l. melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat;

m. menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah;

n. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan

Undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selain melakukan kegiatan usaha tersebut diatas, Bank Umum dapat pula:

a. melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia;

b. melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan,

seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring

penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia;

c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit,

dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan

d. bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan

dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

Yang termasuk Bank Umum adalah semua jenis bank, seperti bank pemerintah, bank swasta,

bank asing dan bank campuran baik bank devisa maupun non devisa. Bank Umum yang ada di

14

Page 15: Bank Konvensional

Indonesia antara lain:

Bank Persero (BUMN)

Bank persero adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah

Republik Indonesia.

- PT Bank Ekspor Indonesia (Persero)

- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk

- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

- PT Bank Tabungan Negara (Persero)

- PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk

Bank Swasta

Bank Umum Swasta Nasional Devisa:

- PT Bank Agroniaga Tbk

- PT Bank Antardaerah (Surabaya)

- PT Bank Arta Niaga Kencana (Surabaya)

- PT Bank Artha Graha Internasional Tbk

- PT Bank Buana Indonesia Tbk

- PT Bank Bukopin

- PT Bank Bumi Arta

- PT Bank Bumiputera Indonesia Tbk

- PT Bank Central Asia Tbk

- PT Bank Century Tbk

- PT Bank Danamon Indonesia Tbk

- PT Bank Ekonomi Raharja

- PT Bank Ganesha

- PT Bank Haga

- PT Bank Hagakita (Surabaya)

- PT Bank Halim Indonesia (Surabaya)

- Bank IFI

- PT Bank Internasional Indonesia Tbk

- PT Bank Kesawan Tbk

- PT Bank Lippo Tbk (Tangerang)

15

Page 16: Bank Konvensional

- PT Bank Maspion Indonesia (Surabaya)

- PT Bank Mayapada International Tbk

- PT Bank Mega Tbk

- PT Bank Mestika Dharma (Medan)

- PT Bank Metro Express

- PT Bank Muamalat Indonesia

- PT Bank Niaga Tbk

- PT Bank NISP Tbk (Bandung)

- PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (Bandung)

- PT Bank Permata Tbk

- PT Bank Shinta Indonesia

- PT Bank Swadesi Tbk

- PT Bank Syariah Mandiri

- PT Bank Windu Kentjana

- PT Pan Indonesia Bank Tbk

Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa:

- PT Anglomas Internasional Bank (Surabaya)

- PT Bank Akita

- PT Bank Alfindo

- PT Bank Artos Indonesia (Bandung)

- PT Bank Bintang Manunggal

- PT Bank Bisnis Internasional (Bandung)

- PT Bank Dipo International

- PT Bank Eksekutif Internasional

- PT Bank Fama Internasional (Bandung)

- PT Bank Harda Internasional

- PT Bank Harfa

- PT Bank Harmoni International

- PT Bank Himpunan Saudara 1906 (Bandung)

- PT Bank Ina Perdana

- PT Bank Index Selindo

16

Page 17: Bank Konvensional

- PT Bank Indomonex

- PT Bank Jasa Arta

- PT Bank Jasa Jakarta

- PT Bank Kesejahteraan Ekonomi

- PT Bank Mayora

- PT Bank Mitraniaga

- PT Bank Multi Arta Sentosa

- PT Bank Persyarikatan Indonesia

- PT Bank Purba Danarta (Semarang)

- PT Bank Royal Indonesia

- PT Bank Sinar Harapan Bali (Denpasar)

- PT Bank Sri Partha (Denpasar)

- PT Bank Swaguna

- PT Bank Syariah Mega Indonesia

- PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (Bandung)

- PT Bank UIB

- PT Bank Victoria International Tbk

- PT Bank Yudha Bhakti

- PT Centratama Nasional Bank (Surabaya)

- PT Liman International Bank

- PT Prima Master Bank (Surabaya)

Bank Campuran

Bank Campuran adalah Bank Umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih Bank Umum

yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh WNI (dan/atau badan hukum Indonesia yang

dimiliki sepenuhnya oleh WNI), dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri.

- PT ANZ Panin Bank

- PT Bank Commonwealth

- PT Bank BNP Paribas Indonesia

- PT Bank Capital Indonesia

- PT Bank DBS Indonesia

- PT Bank Finconesia

17

Page 18: Bank Konvensional

- PT Bank KEB Indonesia

- PT Bank Maybank Indocorp

- PT Bank Mizuho Indonesia

- PT Bank Multicor

- PT Bank OCBC Indonesia

- PT Bank Rabobank Internasional Indonesia

- PT Bank Resona Perdania

- PT Bank UOB Indonesia

- PT Bank Woori Indonesia

- PT Bank China Trust Indonesia

- PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia

- PT Bank UFJ Indonesia

Bank Asing

- ABN Amro Bank

- American Express Bank Ltd.

- Bank of America, N.A.

- Bank of China Limited

- Citibank N.A.

- Deutsche Bank Ag.

- JP. Morgan Chase Bank, N.A.

- Standard Chartered Bank

- The Bangkok Bank Comp. Ltd.

- The Bank of Tokyo Mitsubishi Ufj Ltd.

- The Hongkong & Shanghai B.C.

2.4 Bank Syariah

Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang

dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh

larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang

18

Page 19: Bank Konvensional

disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal:

usaha yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak islami

dll), dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.

2.4.1 Sejarah

Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-embel islam,

karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan

fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah bank

simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada tahun 1963.

Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep

serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun menerima bunga, sebagian besar

berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung dalam bentuk

partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung.Masih di negara yang

sama, pada tahun 1971, Nasir Social bank didirikan dan mendeklarasikan diri sebagai bank

komersial bebas bunga. Walaupun dalam akta pendiriannya tidak disebutkan rujukan kepada

agama maupun syariat islam.Islamic Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun

1974 disponsori oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam,

walaupun utamanya bank tersebut adalah bank antar pemerintah yang bertujuan untuk

menyediakan dana untuk proyek pembangunan di negara-negara anggotanya. IDB menyediakan

jasa finansial berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara tersebut dan secara eksplisit

menyatakan diri berdasar pada syariah islam.Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an,

sejumlah bank berbasis islam kemudian muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai

Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977)

serta Bahrain Islamic Bank (1979). Dia Asia-Pasifik, Phillipine Amanah Bank didirikan tahun

1973 berdasarkan dekrit presiden, dan di Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings

Corporation yang bertujuan membantu mereka yang ingin menabung untuk menunaikan ibadah

haji.

Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri tahun 1991,

bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari

Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini

sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa

19

Page 20: Bank Konvensional

sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada

periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba. [1].Saat ini keberadaan bank syariah di

Indonesia telah di atur dalam Undang-undang yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan

UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di

Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah.

Sementara itu bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya

merupakan bank besar seperti Bank Negara Indonesia (Persero) dan Bank Rakyat Indonesia

(Persero). Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah

berkembang 104 BPR Syariah.

2.4.2 Prinsip Perbankan Syariah

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain

untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai

dengan syariah.

Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara lain:

Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan

nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.

Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha

institusi yang meminjam dana.

Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya merupakan

media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik.

Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus

mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.

20

Page 21: Bank Konvensional

Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam islam.

Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.

2.4.3 Produk Perbankan Syariah

Dibedakan dalam 3 (tiga) kategori yang dibedakan berdasar tujuan penggunaannya;

transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang, dilakukan dengan prinsip

jual beli

transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip

sewa

transaksi pembiayaan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapat sekaligus

barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.

1.Prinsip Jual beli

Prinsip jual beli, berhubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda.

Tingkat keuntungan Bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.

Transaksi jual beli dibedakan atas bentuk pembayaran dan penyerahan barang sebagai berikut:

a. Pembiayaan Murabahah

Bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli Bank

dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua pihak harus sepakat atas harga jual dan jangka waktu

pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli, dan tak berubah selama berlakunya

akad. Dalam transaksi ini barang diserahkan setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan

secara tangguh.

b. Salam

21

Page 22: Bank Konvensional

Transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu barang

diserahkan secara tangguh, sedang pembayaran secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli,

nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam salam, kuantitas,

kualitas, harga dan waktu penyerahan barang ditentukan secara pasti. Dalam praktek, barang

yang telah diserahkan kepada Bank, maka Bank dapat menjual kembali barang tersebut secara

tunai atau cicilan. Harga jual yang ditetapkan adalah harga beli ditambah keuntungan.

Umumnya transaksi ini diterapkan dalam pembiayaan barang yang belum ada, seperti pembelian

komoditi pertanian oleh bank, untuk kemudian dijual kembali secara tunai atau cicilan.

Ketentuan umum salam:

Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas: jenis,

macam/bentuk, ukuran, mutu dan jumlahnya.

Bila hasil produksi yang diterima tidak sesuai, maka nasabah harus bertanggung jawab,

antara lain mengembalikan dana yang telah diterima atau mengganti barang sesuai

pesanan.

Karena Bank tak menjadikan barang yang dibeli/dipesan sebagai persediaan (inventory),

maka Bank dimungkinkan untuk melakukan akad salam pada pihak ketiga. Mekanisme

seperti ini disebut dengan paralel salam.

c. Istishna

Menyerupai salam, namun pembayaran dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa termin

pembayaran. Skim istishna dalam Bank Syariah, umum dilakukan untuk pembiayaan manufaktur

dan konstruksi. Spesifikasi barang pesanan harus jelas, seperti: jenis, ukuran, mutu dan jumlah.

Harga jual dicantumkan dalam akad istishna dan tak boleh berubah selama berlakunya akad.

2. Prinsip sewa (Ijarah)

Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Bila pada jual beli obyek transaksi

adalah barang, maka pada ijarah obyeknya jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat menjual

22

Page 23: Bank Konvensional

barang yang disewakannya kepada nasabah. Harga jual dan harga sewa disepakati pada awal

perjanjian.

3.Prinsip Bagi Hasil

Prinsip bagi hasil dibagi dua, yaitu:

a. Musyarakah

Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk

meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama.

Ketentuan umum: Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan

dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan

usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.

b. Mudharabah

Adalah bentuk kerja sama antara 2 (dua) atau lebih pihak dimana pemilik modal mempercayakan

sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.

Ketentuan umum:

Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal, harus secara

tunai, dapat berupa uang tunai atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang.

Jika modal diserahkan secara bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati bersama

Hasil pengelolaan diperhitungkan dengan 2 (dua) cara: 1) revenue sharing, yang berasal

dari pendapatan proyek, dan 2) profit sharing, dari keuntungan proyek.

Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun tak berhak mencampuri

urusan pekerjaan/usaha nasabah.

4. Akad Pelengkap

23

Page 24: Bank Konvensional

Untuk mempermudah pelaku pembiayaan, diperlukan akad pelengkap. Meski tak ditujukan

mencari keuntungan, dalam akad pelengkap dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya

yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besar pengganti biaya sekedar untuk menutupi

biaya yang benar-benar timbul.

a. Hiwalah (alih piutang)

Fasilitas ini lazim untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan

produksi. Bank mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan piutang.

b. Rahn (gadai)

Untuk memberi jaminan pembayaran kembali kepada Bank dalam memberikan pembiayaan.

Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria:a) Milik nasabah sendiri, b)Jelas ukuran, sifat

dan nilainya, ditentukan berdasar nilai riil pasar, c) Dapat dikuasai, tapi tak boleh dimanfaatkan

oleh bank.

c. Qard

Adalah pinjaman uang.

Aplikasi Qard dalam perbankan, antara lain:

Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberi pinjaman talangan

untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Pinjaman dilunasi sebelum

berangkat haji.

Sebagai pinjaman tunai (cash advance) dari produk kartu kredit syariah.

d. Wakalah (perwakilan)

Terjadi bila nasabah memberi kuasa kepada Bank untuk mewakili dirinya melaksanakan

pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C (Letter of Credit), inkaso dan transfer uang.

e. Kafalah (Bank Garnsi)

24

Page 25: Bank Konvensional

Diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat

mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn

(gadai), serta Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadiah. Bank

diperkenankan mendapat ganti biaya atas jasa yang diberikan.

Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah

prinsip wadiah dan mudharabah.

1. Prinsip Wadiah

Ketentuan umum:

Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung Bank,

sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank

dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk

menarik dana masyarakat, namun tidak boleh diperjanjikan dimuka.

Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran

dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan

dengan prinsip syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro, Bank dapat memberikan buku

cek, bilyet giro, dan debit card.

Terhadap pembukaan rekening ini Bank dapat mengenakan pengganti biaya administrasi

sekedar untuk menutupi biaya yang benar-benar terjadi

Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap

berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah

2. Prinsip Mudharabah

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai pemilik

modal, dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan Bank untuk melakukan

pembiayaan murabahah atau ijarah seperti yang dijelaskan terdahulu. Dapat pula dana tersebut

25

Page 26: Bank Konvensional

digunakan oleh bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil usaha ini akan dibagi

hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati.

3. Akad pelengkap

Untuk mempermudah pelaksanaan penghimpunan dana, biasanya diperlukan juga akad

pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan

untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan untuk mencari

keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan meminta pengganti biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya pengganti biaya sekedar untuk menutupi

biaya yang benar-benar timbul.

a. Wakalah (perwakilan)

Terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan

pekerjaan jasa tertentu, seperti inkaso dan transfer uang.

b.Jasa perbankan

Bank Syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan

mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut, antara lain:

Sharf (jual beli valuta asing) : Jual beli valas yang tidak sejenis, penyerahannya harus

dilakukan pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valas

ini.

Ijarah (sewa): Jenis kegiatan ijarah, antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit

box) dan jasa tata-laksana administrasi dokumen (custodian). Bank dapat imbalan sewa

atas jasa tersebut.

2.4.4 Pengelolaan Dana Bank Syariah

Laju pertumbuhan perbankan syariah di tingkat global tak diragukan lagi. Aset lembaga

keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih

26

Page 27: Bank Konvensional

dari 15 persen per tahun. Di Indonesia, volume usaha perbankan syariah selama lima tahun

terakhir rata-rata tumbuh 60 persen per tahun. Tahun 2005, perbankan syariah Indonesia

membukukan laba Rp 238,6 miliar, meningkat 47 persen dari tahun sebelumnya. Meski begitu,

Indonesia yang memiliki potensi pasar sangat luas untuk perbankan syariah, masih tertinggal

jauh di belakang Malaysia. Tahun lalu, perbankan syariah Malaysia mencetak profit lebih dari

satu miliar ringgit (272 juta dollar AS). Akhir Maret 2006, aset perbankan syariah di negeri jiran

ini hampir mencapai 12 persen dari total aset perbankan nasional. Sedangkan di Indonesia, aset

perbankan syariah periode Maret 2006 baru tercatat 1,40 persen dari total aset perbankan. Bank

Indonesia memprediksi, akselerasi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia baru akan

dimulai tahun ini. Implementasi kebijakan office channeling, dukungan akseleratif pemerintah

berupa pengelolaan rekening haji yang akan dipercayakan pada perbankan syariah, serta

hadirnya investor-investor baru akan mendorong pertumbuhan bisnis syariah. Konsultan

perbankan syariah, Adiwarman Azwar Karim, berpendapat, perkembangan perbankan syariah

antara lain akan ditandai penerbitan obligasi berbasis syariah atau sukuk yang dipersiapkan

pemerintah. Sejumlah bank asing di Indonesia, seperti Citibank dan HSBC, bahkan bersiap

menyambut penerbitan sukuk dengan membuka unit usaha syariah. Sementara itu sejumlah

investor dari negara Teluk juga tengah bersiap membeli bank-bank di Indonesia untuk dikonversi

menjadi bank syariah. Kriteria bank yang dipilih umumnya beraset relatif kecil, antara Rp 500

miliar dan Rp 2 triliun. Setelah dikonversi, bank-bank tersebut diupayakan melakukan sindikasi

pembiayaan proyek besar, melibatkan lembaga keuangan global.

27

Page 28: Bank Konvensional

Gambar FDR dan LDR

FDR = Financing to Deposit Ratio

LDR = Loan to Deposit

Gambar NPF Syariah dan NPL Konvensional.

28

Page 29: Bank Konvensional

2.4.5 Penghimpunan Dana Bank Syariah

Selain investor asing, penghimpunan dana perbankan syariah dari dalam negeri akan

didongkrak penerapan office-channeling yang didasari Peraturan BI Nomor 8/3/PBI/2006.

Aturan ini memungkinkan cabang bank umum yang mempunyai unit usaha syariah melayani

produk dan layanan syariah, khususnya pembukaan rekening, setor, dan tarik tunai.Sampai saat

ini, office channeling baru digunakan BNI Syariah dan Permata Bank Syariah. Sejumlah 212

kantor cabang Bank Permata di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, dan

Surabaya sudah dapat melayani produk dan layanan syariah sejak awal Maret lalu. Sementara

tahap awal office channeling BNI Syariah dimulai 21 April 2006 pada 29 kantor cabang utama

BNI di wilayah Jabotabek. Ditargetkan 151 kantor cabang utama BNI di seluruh Indonesia akan

menyusul. General Manager BNI Syariah Suhardi beberapa pekan lalu menjelaskan, untuk

memudahkan masyarakat mengakses layanan syariah, diluncurkan pula BNI Syariah Card. Kartu

ini memungkinkan nasabah syariah menggunakan seluruh delivery channel yang dipunyai BNI,

seluruh ATM BNI, ATM Link, ATM Bersama, dan jaringan ATM Cirrus International di seluruh

dunia. Hasil penelitian dan permodelan potensi serta preferensi masyarakat terhadap bank

syariah yang dilakukan BI tahun lalu menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap

perbankan syariah. Namun, sebagian besar responden mengeluhkan kualitas pelayanan, termasuk

keterjangkauan jaringan yang rendah. Kelemahan inilah yang coba diatasi dengan office

channeling. Dana terhimpun juga akan meningkat terkait rencana pemerintah menyimpan biaya

ibadah haji pada perbankan syariah. Dengan kuota 200.000 calon jemaah haji, jika masing-

masing calon jemaah haji menyimpan Rp 20 juta, akan terhimpun dana Rp 4 triliun yang hanya

dititipkan ke bank syariah selama sekitar empat bulan. Dana haji yang terhimpun dalam jumlah

besar dalam waktu relatif pendek akan mendorong munculnya instrumen investasi syariah. Dana

terhimpun itu bahkan cukup menarik bagi pebisnis keuangan global untuk meluncurkan produk

investasi syariah. Di sisi lain, suku bunga perbankan konvensional diperkirakan akan turun.

Menurut Adiwarman, bagi hasil perbankan syariah yang saat ini berkisar 8-10 persen, membuat

perbankan syariah cukup kompetitif terhadap bank konvensional. "Dengan selisih sekitar dua

persen (dari tingkat bunga bank konvensional), orang masih tahan di bank syariah, tetapi lebih

dari itu, iman bisa juga tergoda untuk pindah ke bank konvensional," kata Adiwarman

29

Page 30: Bank Konvensional

menjelaskan pola perilaku nasabah yang tidak terlalu loyal syariah. Berdasarkan analisis BI, tren

meningkatnya suku bunga pada triwulan ketiga tahun 2005 juga sempat membuat perbankan

syariah menghadapi risiko pengalihan dana (dari bank syariah ke bank konvensional).

Diperkirakan lebih dari Rp 1 triliun dana nasabah dialihkan pada triwulan ketiga tahun lalu.

Namun, kepercayaan deposan pada perbankan syariah terbukti dapat dipulihkan dengan

pertumbuhan dana pihak ketiga yang mencapai Rp 2,2 triliun pada akhir tahun. Kenaikan

akumulasi dana pihak ketiga perbankan syariah merupakan peluang, sekaligus tantangan, karena

tanpa pengelolaan yang tepat justru masalah akan datang. Perbankan syariah sempat dituding

"kurang gaul" dalam lingkungan pembiayaan karena sejumlah nasabah yang dianggap

bermasalah pada bank konvensional justru memperoleh pembiayaan dari bank syariah. Akan

tetapi, Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia Wahyu Dwi Agung meyakini, dengan

sistem informasi biro kredit BI yang memuat data seluruh debitor, tudingan seperti itu tidak akan

terjadi lagi. Posisi rasio pembiayaan yang bermasalah (non-performing financings) pada

perbankan syariah tercatat naik dari 2,82 persen pada Desember 2005 menjadi 4,27 persen Maret

lalu. Rasio ini dinilai masih terkendali. Kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses layanan

perbankan syariah dan ketersediaan produk investasi syariah tidak akan optimal tanpa promosi

dan edukasi yang memadai tentang lembaga keuangan syariah. Amat dibutuhkan pula jaminan

produk yang ditawarkan patuh terhadap prinsip syariah. Peluang dan potensi perbankan syariah

yang besar memang menuntut kerja keras untuk kemaslahatan.

30

Page 31: Bank Konvensional

Gambar 1. Jumlah dan Pertumbuhan Dana Perbankan Syariah Indonesia

Gambar Pertumbuhan Aset Bank Syariah.

31

Page 32: Bank Konvensional

Gambar 6. Peta Posisi bank-bank syariah berdasarkan ROA-ROE.

ROA = Return on Asset

ROE = Return on Equity

Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam

sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan,

persyaratan umum pembiayaan, dan lain sebagainya. Perbedaan antara bank konvensional dan

bank syariah menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan

kerja.

32

Page 33: Bank Konvensional

BAB III KESIMPULAN

Perbedaan Bank Syariah dan Bank

Konvensional No

Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional

1 Falsafah Tidak berdasarkan

bunga, spekulasi, dan

ketidakjelasan

Berdasarkan bunga

2 Operasionalisasi

• Dana masyarakat

berupa titipan dan

investasi yang baru

akan mendapatkan

hasil jika

’diusahakan’ terlebih

dahulu.

• Penyaluran pada

usaha yang halal dan

menguntungkan.

• Dana masyarakat

berupa simpanan

yang harus dibayar

bunganya pada saat

jatuh tempo.

• Penyaluran pada

sektor yang

menguntungkan,

aspek halal tidak

menjadi

pertimbangan utama.

3 Aspek Sosial Dinyatakan secara

eksplisit dan tegas

yang tertuang dalam

misi dan visi

organisasi

Tidak diketahui

secara tegas

4 Organisasi Harus memiliki

Dewan Pengawas

Syariah

Tidak memiliki

Dewan Pengawas

Syariah

Tabel perbedaan-perbedaan mendasar antara bank syariah dan bank konvensional

33

Page 34: Bank Konvensional

1. Akad dan Aspek Legalitas

Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi

karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Nasabah seringkali berani

melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya

berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut

memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti.

Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun

ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad.

2. Lembaga Penyelesai Sengketa

Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada perbankan

syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah pihak pada perbankan

syariah tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai

tata cara dan hukum materi syariah.

Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di

Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI

yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis

Ulama Indonesia.

3. Struktur Organisasi

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya

dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara bank

syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah

yang berfungsi mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan

garis-garis syariah Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat

Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap

opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu biasanya penetapan

anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham,

setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan

Syariah Nasional.

4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari kriteria syariah.

Hal tersebut menyebabkan bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang

34

Page 35: Bank Konvensional

mengandung unsur-unsur yang diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal

pembiayaan. Tidak semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana

bank syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.

5. Lingkungan dan Budaya Kerja

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai dengan

syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap

karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik, selain itu

karyawan bank syariah harus profesional (fathanah), dan mampu melakukan tugas

secara team-work dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh).

Dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan

syariah.

35