bahana edisi desember 2010

16
cmyk Terbit 16Halaman No.261 Tahun XXVII Edisi Akhir Tahun 2010

Upload: bahanamahasiswa

Post on 22-Apr-2015

2.553 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Terbit 16 HalamanDesain Cover Istimewa

TRANSCRIPT

Page 1: Bahana edisi Desember 2010

1

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa

cmyk

Terbit 16Halaman No.261 Tahun XXVII Edisi Akhir Tahun 2010

Page 2: Bahana edisi Desember 2010

Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa 2

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

email: [email protected] facebook: bahana mahasiswa

Redaksi menerima tulisan, asalsesuai dengan misi pers mahasis-wa. Tulisan berupa naskah asli,

karya orisinil, belum pernahdipublikasikan di media massamanapun, dan diketik rapi dua

spasi. Redaksi berhak melakukanpenyuntingan sepanjang tidakmengubah hakikat dan maknatulisan. Bagi tulisan yang tidak

dimuat akan menjadi milik redaksi

2

STT: Surat Keputusan Menteri Penerangan RI No.1031/SK/Ditjen PPG/STT/1983. ISSN:0215 -7667Penerbit: Lembaga Pers Mahasiswa Bahana Mahasiswa UR. Penasehat: Prof. Dr. Ashaluddin Jalil,M.S (Rektor Universitas Riau). Drs. Rahmat, MT (Pembantu Rektor III Universitas Riau). PemimpinUmum: Made Ali Pemimpin Redaksi: Aang Ananda Suherman Pemimpin Perusahaan: LovinaBendahara Umum: Lovina Sekretaris Umum: Lovina Litbang: Erliana Redaktur Pelaksana/

Redaktur: Lovina Reporter:Ahlul Fadli Fotografer: Ari Mashuri MS Artistik/Lay Out/Ilustrator: AriMashuri MS Perpustakaan, Dokumentasi: Erliana Alamat Redaksi/Tata Usaha/Iklan: KampusUniversitas Riau Jl. Pattimura No.9 Pekanbaru 28131 Telp.(0761) 47577 Fax (0761) 36078. Dicetak

pada: PT. Riau Pos Graindo Pekanbaru. Isi di luar tanggung jawab percetakan.

Sekapur Sirih

Edisi Akhir Tahun 2010

Kirimkan saran dan Kritik anda soalpermasalahan di UR ke

facebook: Bahana Mahasiswaemail:

[email protected]

Kancing AlmamaterUIR?

Assalamualaikum Wr. Wb.Saya mahasiswa non reguler FKIP 2009.

Saya ingin bertanya kepada pihak yangberwenang dalam pengadaan almamaterkampus. Ketika saya mengambil almamaterdi bagian kemahasiswaan, saya melihat adakejanggalan.

Kancing almamater saya bertuliskanUniversitas Islam Riau. Padahal sayamahasiswa Universitas Riau. Jadibagaimana ini? Apakah keliru atau memangdisengaja? Saya mohon penjelasannya.Terimakasih.

TriMahasiswa FKIP 2009

Diskusi Lagi dan Lagi“Deklarasi Fopersma Riau. Pertamamenolak amplop beserta isinya. Keduamenuntaskan agenda reformasi. Ketigamenegakkan demokrasi. Keempat menjadiinsan pers sesungguhnya.” Kata-kata inidiucapkan Resti, kru Visi Unilak. Semuapeserta ikuti kata-kata Resti. Ini jadi agendaakhir Rapat Kerja Akhir Tahun FopersmaRiau, 25-26 Desember 2010 di SekretariatBahana Mahasiswa.

Rapat kerja ini dihadiri empat LPM se-Riau; Visi Unilak, Aklamasi UIR, BahanaUR, dan Gagasan UIN Suska. Ada empatagenda seharian itu; diskusi bersama AliansiJurnalis Independen bertajuk MendambakanPers Kritis di Riau, diskusi bertajuk Visi ABGDulu, Fopersma Kini bersama satu alumniperwakilan empat LPM. Lalu ada masak-masak dan makan malam bersama.Malamnya—agenda terpenting—RoadmapFopersma 2011—mau dibawa ke manaFopersma setahun ke depan, ditentukan disini. Pukul 02.52, rapat kerja seharian usai.

Sempena tahun baru Islam 7 Desember2010, BM juga menggelar diskusi bersamaFopersma. Diskusi bertajuk PluralismeBeragama. Salah satu bahasannya soalAhmadiyah yang divonis haram olehMajelis Ulama Indonesia. Tiga harikemudian—masih bersama Fopersma—ada diskusi dengan Kanda Azizon Nurza.Ia mantan aktivis, alumni UR. Kini iabekerja di PT BOB-BSP Siak Hulu, sebuah

perusahaan minyak—sejenis Chevron. Topikdiskusinya, Kritik Sosial Azizon, Dulu dan Kini.Diskusi diadakan di Coto Makassar DaengGassing Pekanbaru.

Pembaca budiman,Berbagai forum diskusi yang diikuti BM

tentu berpengaruh pada penyajian Bahana.Salah satunya mewujudkan liputan yang kritisdan independen. Di edisi ini, kami angkatliputan utama soal pusat dan badan penelitiandi UR. Menilik perkembangan mereka, dariawal berdiri hingga sekarang. Temuan BM,dari 28 badan kajian di UR, hanya 9 badanyang aktif. Kegiatan penelitian di sebagianbesar pusat kajian pun hanya dua sampai tiga

buah per tahun. Padahal salah satu tolak ukurkemajuan UR bisa dilihat melalui hasilpenelitian di bawah naungan pusat dan badankajian.

Selain itu, kita punya liputan soalperjalanan dua kru BM memperdalam ilmujurnalisme di Medan dan Lampung. Ini tersajidi rubrik feature. Di samping liputan, BMsedang mengurus acara workshop menuliskerjasama dengan Eka Tjipta Foundation.Workshop diadakan 30 Januari-5 Februari2011. Lalu 6 Februari 2011 di Pustaka SoemanHS akan diluncurkan buku Agama Saya AdalahJurnalisme karya Andreas Harsono. Iawartawan internasional yang berkiblat padasembilan elemen jurnalisme. ***

Dosen PLS KurangAssalamualaikum Wr. Wb.Kami dari program studi Pendidikan

Luar Sekolah (PLS) FKIP UR ingin beri sa-ran dan masukan kepada para pimpinan diFKIP. Kami sudah tiga semester kuliah diFKIP PLS.

Menurut kami, banyak hal yang mestidibenahi. Salah satunya jumlah dosen.Dosen tetap PLS hanya 7 orang, sementarakapasitas mahasiswanya berpuluh kali lipatlebih banyak. Akibatnya dosen tak punyajadwal libur. Mohon ini ditindak lanjuti.Terimakasih.

Mahasiswa PLS FKIP UR

Knalpot BisingAssalamualaikum Wr. Wb.Rektor Universitas Riau yang

terhormat. Setiap pagi pengendara rodadua yang masuk kampus menggunakanknalpot tidak sesuai standar. Ini sangatmengganggu kuliah. Apalagi kelas kamiberdekatan dengan jalan utama. Mohonditinjau kembali Pak. Terima kasih.

YKMahasiswa FKIP UR

foto: aang BM

Suasana rapat kerja Fopersma Riau, 25 Desember 2010, di sekretariat Bahana.

UNIVERSITAS Riau kini punya 9 fakultas.Setiap fakultas ada badan kajian. Total 27badan kajian se-UR. Yang aktif, 9 badan.Artinya, hanya sepertiga dari total badankajian. Sungguh miris. Padahal badan kajianadalah wadah meneliti para dosen di tingkatfakultas. Mengapa tidak aktif, alasannyaberagam. Sibuk. Badannya tak sesuai bidangahli. Alasan terbanyak, SK dari rektor sebagaikepala badan belum keluar. “Tidak adalegalitasnya,” kata mereka kompak. Sebagiankecil hanya mengatakan badannya tidak adakegiatan, tanpa merinci alasan selanjutnya.

Pejabat tingkat universitas, termasukUsman Tang, tak risau dengan kondisi ini.Padahal ia Kepala Lembaga Penelitian(Lemlit). Saat Netti Herawati, Kepala BadanKajian Pangan dan Gizi mengajukan pro-posal bantuan dana untuk kegiatan skalanasional, “Pak Usman bilang badantanggung jawab fakultas, bukan universitas.”Netti pun tak dibantu sepeser pun.

Mestinya Usman Tang wajib khawatirdengan badan kajian yang sepi kegiatan, sebabfakultas ujung tombak kemajuan UR. Danpenelitian salah satu komponen untukmengukur kemajuan itu. Nyatanya ia takcemas. Karena ia masih punya pusat kajian,pusat penelitian di tingkat universitas.Jumlahnya 12 dengan masing-masingbidang kajian. Ada perairan, lingkungan,kependudukan, ekonomi, teknologi, energi,sampai wanita.

Jika ditilik lebih jauh, pusat kajian ini jugatak aktif-aktif amat. Bahkan ada pusat kajianbikin satu kegiatan per tahun. Itu pun daridana yang disediakan Lemlit. Kalaupunbanyak kegiatan, lebih berorientasi proyek.

Almasdi Syahza, dosen PendidikanEkonomi FKIP punya pengalaman, yangbaginya, tak menyenangkan, soal pusat kajian.Waktu itu ia ingin masukkan proposal kesalah satu pusat kajian untuk suatupenelitian. Sudah diusulkan, ternyataproposalnya tak jebol. Ia yakin pusat itubermain. “Setiap pusat ada geng sendiri. Jadiyang dapat proyek ya mereka-mereka saja,”katanya. “Ya, banyak yang bermain dosen diUnri ini. Itu sudah jadi rahasia umum,” kataElmustian Rahman, Kepala Pusat PenelitianKebudayaan dan Kemasyarakatan (P2KK).

Ini diakui sendiri oleh Usman Tang.“Unri masih berorientasi menambah danauniversitas melalui penelitian.” Tujuan mulia,menghasilkan paten, belum jadi prioritas.Yang penting bagaimana caranya pundi-pundi dana bisa semakin dan semakinbanyak. ***

Orientasi PertamaPada Duit

Page 3: Bahana edisi Desember 2010

3

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Edisi Akhir Tahun 2010Bahana MahasiswaSempena

Sempat ditentang orang tua.Kini ia fokus hadapi PON 2012.

RANTI Febriani Eka Putri saat itu duduk dikelas 2 SMAN 13 Pekanbaru. Ia ikut PekanOlahraga Pelajar Daerah (Popda) cabangatletik lari. Ranti wakili Riau di cabang lari 400dan 800 meter gawang puteri.

Selain Ranti, masih ada 12 wakil Riaulainnya. Ranti termasuk kategori remaja umur17 tahun ke bawah. “Sebelum mulai nervestbanget,” akunya mengenang momen itu.Makin gugup lagi saat ia masuk lapanganpertandingan. “Dor...” bunyi pistol tandadimulai pertandingan. “Saat lari nervestlangsung hilang.”

Ranti terus berlari dan berlari. Yang adadibenak, secepatnya sampai garis finish. “Cepatsampai, cepat sampai,” itu yang selalu terucapdi hatinya. Tiba di garis finish. Ia yang pertamasampai. Ranti pun berhasil menjuarai lombaitu. ...

Ranti lahir di Painan, Sumatera Barat, 4Februari 1990. Sejak kecil, anak pertama darilima bersaudara ini suka olahraga. Ia tak sukamain boneka—tak seperti kebanyakan anakperempuan lainnya.

Kelas 5 SD, Ranti mulai tekuni olahragalari. Bakat itu muncul saat pelajaran olahragalari di sekolahnya. Ia pun diikutkan PekanOlahraga dan Seni (Porseni) antar SD se-Pekanbaru.

Bertempat di SDN 005 Rumbai, Rantimewakili SDN 002 untuk cabang lari. “Belumterpikir untuk menang,” katanya. Latihanseadanya, pemanasan dan lari-lari kecilsebelum tanding, Ranti berhasil meraih juarasatu se-Pekanbaru. Ia lalu diberi beasiswa.“Tak bayar uang sekolah sampai tamat,”ucapnya.

Masuk SMPN 19 Pekanbaru, Ranti vakumlari. “Memang tak terpikir ikut lomba lagi,”katanya. Lulus SMP, Ranti lanjut ke SMAN13 Pekanbaru. Di sana ia bertemu Dedi, jugaatlet lari. Dedi teman sekelas Ranti. Dedi ajakRanti kembali lagi ke lapangan—ikut lombalari. “Dari pada nggak ada kegiatan, mendinggabung lagi,” kata Ranti menirukan perkataanDedi.

Ranti tak langsung meng-iya-kan. “Belumminta izin orang tua.” Saat minta izin,rupanya orang tua melarang. Alasannya, jadwallatihan padat, dari pagi sampai sore. “Akubelum punya motor saat itu.” Ranti tak putusasa. Biarpun tak ada motor, “Pergi latihannaik oplet.”

Tak cukup sampai di situ, Ranti berupayayakinkan orang tua. Ranti buktikan dirinyaserius di cabang lari. “Mereka sempat raguaku sanggup atau tidak. Aku bilang, nantikalau tidak sanggup lagi, berhenti.”

Berkat dorongan Dedi, tahun 2006 Rantiikut seleksi masuk Pusat Pelatihan Pelajar(PPLP) Cabang Atletik Kota Pekanbaru.Untuk bisa lolos, ia harus bersaing dengansembilan orang lainnya dari kabupaten dan

Oleh Ahlul Fadli

Aset Riau Jalur Larikota se-Riau. Syarat utama ikut seleksi PPLP:pernah juara Popda Riau.

Ranti lolos seleksi di PPLP. Ia masukasrama. Jadwal latihan super ketat. Subuhlatihan sampai pukul 06.00. Lalu berangkatsekolah. Pulangnya, latihan lagi. Begitu setiaphari. “Latihan dan sekolah sangat dikontrol.Tak ada kata tidak latihan, walaupun tidakada pertandingan.” Khusus hari Minggumereka libur latihan.

Ketika duduk di kelas 2 SMA, Suyantodan Hasnur, pelatih lari Ranti,mengikutkannya dalam Popda. Mereka nilaiRanti punya potensi juara. Penilaian merekatepat. Ranti berhasil meraih medali emas padacabang lari 400 dan 800 meter gawang puteri.Itu kemenangan pertamanya setelah lamavakum dalam perlombaan.

Ranti tetap menomor satukan sekolah.Saat akan menghadapi ujian nasional, iaputuskan rehat selama enam bulan. Selesaiujian, ia kembali latihan seperti biasa....

Tamat SMA tahun 2008, Ranti sebetulnyatak ingin kuliah. “Lebih enak kerja.” Namunpelatih lari menganjurkan lain. Akhirnya iamasuk Universitas Riau jalur Penerimaan BibitUnggul Daerah (PBUD). Ia pilih JurusanKepelatihan Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan (FKIP). “Sebetulnya aku ingin jadiPolwan. Keren aja liatnya. Tapi tinggi badankurang,” katanya.

Semasa kuliah, Ranti juga disibukkandengan jadwal latihan maupun pertandingan.Beberapa prestasi berhasil diraihnya; juara satulari 400 meter gawang pada Pekan OlahragaDaerah (Porda) di Bengkalis 2009, juara tiga800 meter gawang pada Pekan OlahragaMahasiswa Nasional (Pomnas) Palembang2009, dan peringkat empat pada KejuaraanNasional (Kejurnas) di Jakarta 2010.

Pengalaman tak terlupa Ranti saat ikutPomnas di Palembang. Ia mewakili Universi-tas Riau, dua minggu setelah lebaran. Selaindirinya, ada enam atlet lain yang diutus.

Sebelum bertanding, seperti biasa, iapemanasan dulu. Saat pertandinganberlangsung, hujan turun. Ranti berada dilintasan empat lari 400 meter gawang. Saatpistol berbunyi, target menang sudah ada.“Tapi karena kelalaian atlit dan pelatih, akuberpindah posisi dari lintasan empat kelintasan lain.” Ia pun didiskualifikasi.

Ia sedih dan kecewa. Namun berkatdukungan pelatih, semangatnya kembalimuncul saat kelas lari 800 meter gawang. Iamulai meredam sedihnya dan bertekad, “Dikelas ini aku harus juara.” Akhirnya Rantiberhasil dapat perunggu. “Lawannya cukupberat, rata-rata sudah punya jam terbangtinggi.”

Banyak hal berharga didapat Ranti denganjadi atlit lari. “Belajar disiplin, mandiri, danbelajar cari penghasilan sendiri.” Atlet lariidolanya, Dede Herawati, seorang atletnasional. Saat ini, mahasiswa angkatan 2008ini tengah fokus persiapan menghadapi PekanOlahraga Nasional (PON) 2012 di Riau. ***

“Belajar disiplin, mandiri,dan belajar cari

penghasilan sendiri.”

Istimewa

Page 4: Bahana edisi Desember 2010

Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa 4

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

4Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa

GEDUNG Marine Center FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan (Faperika)Universitas Riau (UR). Lantai dua lorong kiriruangan pertama sisi kanan. “Di sini lah dulutempatnya. Sekarang sudah tidak ada lagikegiatannya,” ujar Achmadi MartadinataTrikora. Ia merujuk sebuah ruangantempatnya hampir tiap sore beraktivitas.“Sekarang sudah jadi ruang ICT,” lanjutnya.

Dulu ruang itu milik Badan Penelitiandan Pengembangan Lingkungan Laut danPesisir (BPP-L2P). Ia berada di bawahJurusan Ilmu Kelautan. Semua aktivitasbadan dikerjakan di sana—mulai dariperencanaan kegiatan sampai bikin laporanakhir. Trikora juga peneliti di badan itu.

Kini, bila pagi hari, ruang berukuran 6x8meter itu kunci. Tak ada aktivitas badan lagi.“Barang-barangnya pun sudah tak ada.Hanya tinggal dua lemari dan sisa-sisaperangkat komputer,” katanya. Satu lemaritiga pintu di sisi kiri pintu masuk, lemarisatunya berpintu dua di pojok kanan. Sisa-sisa perangkat komputer bertumpuk dilantai. “Sudah rusak karena tidak dipakai.”

Ploter adalah barang paling berharga yangtersisa. Gunanya cetak peta ukuran A nol.Ini pun sudah tak berfungsi. Ploterdiletakkan di Laboratorium Fisika Laut. “Talibaltingnya putus.” Tali ini tak dijual di In-donesia. Bila ingin beli, harus pesan ke

Singapura. “Kalau pesan, kita tidak tahu carapasangnya.” Ini juga jadi salah satu sebab kerjabadan mandek.

Sebab utama BPP-L2P vakum karenapersoalan SK. Yusni Ikhwan Siregar, kepalaBPP-L2P sekarang, belum pegang suratkeputusan rektor—bukti keabsahan dirinyasebagai kepala BPP-L2P. Padahal sudahditunjuk melalui rapat jurusan sejak 2008.“Tidak bisa melakukan kegiatan karena tidakada legalitasnya.”

Di Faperika ada lima badan kajian lagi.Semuanya vakum. “Tidak ada yang aktif lagidi sini,” kata Bustari Hasan, Dekan Faperika.Alasan mereka beragam. Syaifuddin, KepalaBadan Penelitian dan PengembanganSumberdaya Perairan dan Lingkungan (BPP-PSP) mengaku peluang meneliti sedanglangka. “Yang lagi marak bidang lingkungandan budidaya perikanan,” ujarnya simpel.

Darwis, Kepala Badan Penelitian danPengembangan Ekonomi Wilayah dan Pesisir(BPP-EWP) beralasan sulitnya jalin kerjasamadengan pihak luar. “Sudah ada lembagapenelitian dan pusat-pusat. Kita kalah saingdengan mereka,” akunya. Ia tawarkan solusimengatasi ketidak aktifan badan difakultasnya, “Lemlit atau pusat kerjasamadengan pihak luar, lalu kerjaannyadilimpahkan ke badan sesuai bidangnya.”...

Kondisi badan kajian di Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) lain lagi. Sejaktahun 2007, mereka masih menanti SK rektoruntuk keabsahan nama badan kajian. “SetelahSK rektor untuk nama badan keluar, baru kitaajukan proposal untuk kepala badannya,” kataWan Asrida, Ketua Jurusan IlmuPemerintahan.

Hingga kini, baru Ilmu Pemerintahanyang SK nama badannya sudah keluar.Jurusan lain, masih menanti. Padahal pro-posal pengajuan nama badan diusulkankolektif ke rektor—secara bersamaan untuksemua jurusan, melalui fakultas. “Tidak tahukenapa baru kita yang keluar SK-nya,” ujarWan.

Pernyataan Wan diamini jurusan lain diFISIP. “SK badan kami belum keluar,” kataKasmirudin, Ketua Program StudiAdministrasi Niaga. Jurusan lain punbernasib sama. Wan menambahkan, di SKbadan milik jurusannya, tertera tanggal keluarSK 8 Februari 2010. “Tapi saya baru terimasebulan ini. Tidak tahu di mana nyangkutnya.”

Darussalam, Kepala Kepegawaian Univer-sitas Riau, yang kerjanya bikin SK, mengakubelum ada SK yang masuk selama iamenjabat. Dua tahun lalu, sebelum dirinya,bagian kepegawaian dijabat oleh Saleh—kiniKepala Badan Administrasi Umum danKeuangan (BAUK). “Biasanya kalau ada,langsung kita kerjakan. Ni kan, tidak adaberkas menumpuk di meja saya,” katanya

seraya melihatkan meja kerja yang tak adatumpukan berkas. Ia pun tak paham SK itutersangkut dimana. Prosedurnya, jelasDarussalam, dari fakultas ke rektor, lalu kePembantu Rektor II, lalu ke BAUK, barukepegawaian bikin SK.

Ditanya komentar soal badan kajian sepikegiatan, Rektor UR, Prof Ashaluddin Jalilbilang itu urusan fakultas. “Badan kajian itudi bawah fakultas,” katanya. Soal SK badanyang belum keluar, ia mengaku tak tahu.“Belum ada berkas masuk soal itu. Tanyakansaja langsung ke dekannya,” ujarnya....

Masalah lain pada badan kajian, yaknikeluarnya Keputusan Presiden Nomor 80tahun 2003 tentang pengadaan barang danjasa pemerintah—kini diganti PeraturanPresiden Nomor 54 tahun 2010. “Yangmemberatkan, kerjasama dengan pihak luarperlu ada perusahaan dan NPWP. Kini PNSpun tidak boleh main proyek,” kata Siswanto,Kepala Badan Pelayanan PengkajianPenerapan Teknologi di Fakultas Teknik.

Bintal Amin, Kepala Pusat PenelitianKawasan Pantai Perairan berpendapat sama.Baginya, ini perlu solusi dari lembagapenelitian (lemlit). Mereka mesti turut bantupusat kajian carikan penelitian melaluikerjasama dengan pihak luar. “Kan tidaksemua pusat punya jaringan luas,” katanya.Agar kerjasama terjalin, perlu pendekatan dankepercayaan pihak luar. “Tidak mungkin sekaliketemu langsung percaya, butuh proses,”lanjut Bintal.

Christine Jose, Kepala Badan KajianKimiawi Bahan Alam di Fakultas Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)kemukakan alasan pribadi. “Saya sibukbelakangan ini.” Baginya, mengajar nomorsatu. “Tambah lagi saya jadi ketua panitiabeberapa kegiatan berskala nasional. Jadibadan kajian ini tidak ter-handle,” katanya. Iatawarkan solusi konkrit; akan adakan rapatdan rombak struktur kepengurusan badankajiannya.

Kendala sama dirasakan Irwan dan RitaAnugerah. Irwan Kepala Unit Pengkajian danPengembangan IPTEK Fisiologi danOlahraga (UP2IFO) di Fakultas Kedokteran.Sedangkan Rita Kepala Badan PengkajianPengembangan Akuntansi dan Keuangan diFakultas Ekonomi. Irwan mengaku, sudahdua tahun tidak ada kegiatan di badannya.“Saya sibuk. Tidak bisa. Tak ada yang maugantikan. Ya sudah.” Sementara Ritamenganggap badan kajiannya sepertiekstrakurikuler. “Kebetulan kita punya wadahuntuk berkreatifitas.” Baru tahun 2010 ini

Lebih dari separuh badan kajian hidup segan matitak mau. Beragam masalah.

Cuap-cuap Hidup BadanOleh Lovina

Salah satu kegiatan penelitian dosen

Page 5: Bahana edisi Desember 2010

5

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa

5Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa

badan kajian Rita sepi kegiatan karena ia sibukmengajar.

Badan Pengkajian PengembanganPertanian milik Nurul Qomar juga tidak aktif.Ia beralasan, badan kajian tak sesuai dengankeahliannya. “Bidang ahli saya kehutanan ataulingkungan.” Ia kemarin usulkan namabadannya Badan Pengkajian TeknologiPertanian dan Pedesaan. “Waktu keluar SKnamanya diganti jadi Badan PengkajianPengembangan Pertanian,” akunya. Qomarsudah coba tawarkan ke dosen lain untuk jadiketua, “Tak ada yang mau.”

Almasdi Syahza, Kepala Badan KajianKoperasi dan Pemberdayaan EkonomiMasyarakat serta Kepala Badan KajianPendidikan Dasar dan Menengah di FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) takperpanjang SK-nya. Kedua badan kajiannyamasih pakai SK dekan kala itu. SK dekansudah mati tiga tahun lalu. “Sengaja tidakdiperpanjang,” katanya.

Tahun 2007, Almasdi pernah ajukan pro-posal untuk dapat SK rektor. “Ada penertibansemua badan di fakultas harus ada SKrektor,” kenangnya. Namun hingga kini, SKitu belum keluar. Penyebab lain kedua badankajiannya tak lagi aktif, ia kapok bekerjasamadengan pemerintah. “Pembagiannya tidakadil, pernah sampai fifty-fifty. Padahal kitasemua yang kerja. Karena alasan itu saya malasperpanjang SK.” Bila ada proyek, “Saya pakaiLemlit saja.” ...

Muchtar Ahmad, mantan Rektor Univer-sitas Riau, pernah bikin aturan soal penertibanbadan. Ia tuangkan dalam SK nomor 024/J19/KP/2004 tentang ketentuan umumpusat dan badan penelitian dan pengabdiankepada masyarakat di lingkungan UniversitasRiau.

Pasal 12 SK tersebut mengatur, “Jenis danjumlah badan adalah minimal satu badandalam setiap jurusan (sesuai spesifikasijurusannya) dan maksimal dua badan yangbersifat lintas jurusan.” Adnan Kasry, ketuatim evaluasi proposal pembentukan badanatau pusat penelitian di lingkungan Universi-tas Riau bilang, dulu banyak badan yang takjelas. “Di Faperika saja sampai 27, padahaljurusan hanya ada enam,” rincinya.

Berkat aturan itu, badan-badan kajiandiformat ulang. Bagi fakultas yang masih

ingin punya badan, mesti ajukan proposal.Salah satu yang ajukan proposal SriKartikowati. Waktu itu badan kajiannyabernama Pusat Studi Pendidikan Ekonomi.

Tahun 2008 datang surat dari rektorat.Proposalnya mesti direvisi. Ia harusmengganti nama ‘pusat’ jadi ‘badan’.“Katanya kalau di fakultas semuanya bernamabadan. Di tingkat universitas baru pusat,”kata Sri. Hasil revisi proposal itu diserahkanlagi ke rektorat. “Tapi sampai sekarang tidakada jawabannya. Saya tidak tahu bagaimanakejelasannya,” aku Sri.

Walau begitu, hingga kini badan kajianmilik Sri masih jalan. Bahkan mereka berhasilmenjalin kerjasama rutin dengan salah satuinstansi di Amerika. Kegiatannya, melatihguru-guru ekonomi tingkat SMA. “Hampirsetiap tahun diadakan,” katanya.

Bukan hanya Sri Kartikowati. RitaAnugerah, Kepala Badan PengkajianPengembangan Akuntansi dan Keuanganjuga melakukan kegiatan serupa. Bedanya, Ritakerjasama dengan pemerintah Propinsi Riauuntuk bikin pelatihan. Ia didik mahasiswaakuntansi yang baru tamat jadi akuntanhandal. “Setelah lulus, mereka akan diterimadi instansi pemerintah dan berbagaiperusahaan.”

Sistem gelar pelatihan ini juga dipakaiMachasin. Ia bikin kursus perpajakan. Inisalah satu pemasukan Badan KajianManajemen dan Pengembangan Bisnismiliknya. Kursus sudah lima tahun berjalan,muridnya sudah 500-an orang. Kursus akandiadakan lagi dalam waktu dekat. Sumberdana lainnya dari beberapa pelatihan danpembinaan melalui kerjasama denganberbagai pihak. ...

Di tingkat universitas, kedua belas pusatyang ada sudah punya kegiatan, terutamabentuk penelitian. Meski rata-rata jumlahkegiatan tidak sama di setiap pusat pertahunnya. Berdasarkan data Lemlit, pusatyang paling aktif yakni Pusat PenelitianLingkungan Hidup (PPLH) pimpinanMubarak.

Tahun 2010, mereka bisa hasilkan nilaikontrak hingga Rp 7 miliar. Dari jumlah itu,dua persen diberikan ke Universitas Riau dantiga persen ke Lemlit. “Dari sisi itu kita nilaiPPLH terbaik,” kata Usman Tang, Ketua

Lemlit. Semua pusat penelitian berada dibawah koordinasi Lemlit.

Pusat penelitian lain, rata-rata bikin duasampai empat kegiatan per tahun. Caska,Kepala Pusat Penelitian Kependudukan,mengemukakan alasan kekurang aktifanpusatnya. “Anggota yang mengurusadministrasi tidak ada. Saya paling malasngurus begituan.” Sejauh ini, PusatKependudukan meneliti jika turun danapenelitian insidental yang diberikan Lemlit.Setiap pusat dapat Rp 30 juta per tahun.“Sebagai motivasi agar pusat ada kegiatan.Meskipun kita berharap dari Rp 30 juta itumereka bisa menghasilkan lebih untuk uni-versitas,” ujar Usman Tang.

Kepala Sentra HKI, Zulfikar Jayakusumaberikan alasan beda. “Ngurus HKI ini bukangampang. Banyak berkas yang harusdilengkapi dan direvisi. Tidak sekali uruslangsung jadi,” katanya. Sedangkan KepalaPusat Penelitian Peranan Wanita (P3W),Risdayanti bilang, “Untuk tahun 2010 inikami fokus bangun jaringan dulu. Tahundepan baru bikin program kerja.” Risdayantibaru setahun menjabat Kepala P3W.

Pusat Penelitian Kebudayaan danKemasyarakatan (P2KK) mengaku punyabanyak program kerja dalam setahun. “Kitaada penelitian mandiri, pesanan, danpenelitian melalui penawaran kepada pihakluar,” kata Elmustian Rahman, KepalaP2KK. Mereka punya berbagai program ru-tin setiap tahun; penelitian, publikasi danpenerbitan, pelatihan dan kerjasama, sertadatabase kebudayaan melayu dan website....

Tanggal 6 Agustus 2009. Seorang priaberkacamata keluar dari ruangan Kepala SeksiPidana Khusus (Kasi Pidsus) KejaksaanNegeri (Kejari) Tanjung Pinang. Menyadaribanyak wartawan menunggu, spontan iatutupi wajahnya dengan lembaran berita acarapenetapannya. Sebelumnya, lembaran inihanya dipegang saja.

Ia salah seorang dari empat tersangka yangdivonis bersalah. Sore itu, begitu sidang usai,ia langsung dibawa ke mobil tahanan.Sejumlah staf Kejari ikut mengawal. Iaterbukti melakukan korupsi proyekbimbingan belajar (bimbel) SMP dan SMAdi Lingga tahun 2007 senilai Rp 960 juta. Iaditahan 1,5 tahun.

Ia dosen Matematika di FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam(FMIPA) Universitas Riau. Saat itu ia jugaKetua Badan Science Quantitatif (BSQ)FMIPA. Kini ia sudah bebas. Chainulfiffah,Dekan FMIPA saat itu, membenarkan hal ini.“Setelah bebas, dia mengajar lagi seperti biasadi sini,” kata Bu Pit, panggilan akrab

Chainulfiffah.“Saya difitnah,” ujarnya saat dijumpai di

Gedung Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan. Iamenitikkan air mata. “Sedih bila ingat keluargaterlantar gara-gara itu. Sampai sekarang sayamasih trauma,” katanya. Ia bilang, salah satumahasiswanya dulu, telah memalsukan tandatangannya sebagai kepala badan BSQ. “Sayaaja belum pernah ke Tanjung Pinang waktuitu. Tapi ya sudahlah, mungkin itu garis Tuhanyang harus saya jalani. Sekarang saya hanyaingin hidup tenang bersama keluarga,”sambungnya.

Kasus ini sempat hangat saat itu.“Banyak yang takut sejak kasus itu. Mungkinkarena itu banyak badan kajian yang kurangaktif,” duga Erwin, Ketua Jurusan FisikaFMIPA. Kini, ada tiga badan kajian di FMIPAyang sepi kegiatan; BSQ, Badan Kajian InovasiFisika, dan Badan Kajian KonservasiSumberdaya Hayati. Mereka beralasan, SKrektor bukti sah sebagai kepala badan kajianbelum keluar.

“Kasus itu tidak ada kaitannya dengankekurang aktifan badan kajian,” bantah BuPit. Pernyataan Bu Pit dikuatkan Indra,Bendahara FMIPA. Dulu, Indra yang dimintaurus soal pembentukan badan kajian diFMIPA. “Nama-nama kepala badan sudahdiusulkan bersamaan dengan pengajuannama badan. Bulan Mei 2007 sudah keluarSK rektor,” jelas Indra. Namun, SK tidakmenyebutkan kepala badan, hanya namabadan saja. “Setelah SK badan keluar, barudiusulkan untuk pengajuan nama kepalabadannya,” ujar Darussalam, KepalaKepegawaian UR menjelaskan tata carapengajuan badan kajian.

Tak hanya ini. Kasus Panleggate awal 2008silam juga melibatkan banyak badan kajian diUR. Panleggate merupakan kasus korupsi danaAPBD senilai 3,5 miliar untuk kegiatanpengkajian dan penelaahan RancanganPeraturan Daerah (Ranperda). Kasus inimenyebabkan Ikhsan, terbukti bersalah diPengadilan Negeri dan sempat ditahan.Namun, di Pengadilan Tinggi danMahkamah Agung, ia dinyatakan tidakbersalah. Kini ia sudah bebas.

Ikhsan, mantan Dekan Fakultas Hukumdiminta Ruskin Har, sekretariat dewan bikinpusat kajian fiktif sebagai pelaksana kegiatan.Selain bikin pusat kajian, Ikhsan punmelibatkan Meyzi Heryanto, Kepala PusatStudi Pengembangan Bisnis (PSPB) FISIP.Kabarnya lembaga Meyzi ini sudah lama tidakada lagi. “PSPB dulu ada. Tapi saat ini sudahdileburkan. Saya tidak tahu pasti kapandilebur,” aku Meyzi saat diminta jadi saksipersidangan kasus Panleggate, pertengahanFebruari 2008. Dodi Haryono, Ketua PusatKajian Hukum dan Kebijakan Publik(PKPH) dan Emilda Firdaus, Ketua BadanKonsultasi Bantuan Hukum (BKBH) turutdilibatkan Ikhsan.

Anehnya, terkuaknya kedua kasus inibertepatan dengan kurang aktifnya badan-badan kajian di berbagai fakultas. Berdasarkanpantauan BM, dari 27 badan kajian di seluruhfakultas, 18 kepala badan menyatakanbadannya sepi kegiatan selama dua tahunterakhir. ***

Elmustian Rahman

Mereka punya berbagai programrutin setiap tahun; penelitian,publikasi dan penerbitan, pelatihandan kerjasama, serta databasekebudayaan melayu dan website.

Page 6: Bahana edisi Desember 2010

Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa 6

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

6Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa

BEBERAPA tahun lalu, Prof MuchtarAhmad, Rektor UR saat itu, didatangiperwakilan dari tiga kabupaten di PropinsiRiau. Mereka komplain. Penelitian yangdihasilkan salah satu badan penelitian di URtak bermutu. “Kalau begini caranya Pak, kitapakai peneliti dari luar Riau saja,” kataMuchtar menirukan ucapan seorangperwakilan tadi.

Menurut Muchtar, saat itu banyak dosenbikin badan penelitian. Tujuannya hanyauntuk dapat proyek penelitian dari luar.Terutama dari dinas-dinas. “Kebanyakankerjasama penelitian dengan dinas-dinas inikualitasnya rendah,” kata Muchtar. “Bahkan,saat satu dinas mengeluarkan proyekpenelitian soal rawa-rawa, oleh sekelompokdosen dibikin badan penelitian rawa-rawa,ya untuk dapatkan dana itu.”

Prof Adnan Kasry membenarkan pernahterjadi komplain pada rektor soal proyekpeneltian. Banyak, kata Adnan, orang pakaijasa badan atau pusat penelitian di URkomplain karena hasil penelitian danrekomendasi tak sesuai harapan. “Tidakpernah diketahui Lemlit apalagi rektor. Jadirektor terkejut lah saat ada yang komplain.”

Menurut Adnan, ada juga badan danpusat penelitian yang berkantor di luarkampus. “Dulu banyak kantor badan ataupusat itu di rumah masing-masing, macamnenek moyangnya saja yang punya,” kataAdnan. “Ada yang kumpul-kumpul, adaproyek, buat sendiri, kerjasama dengan pihaklain tanpa tahu siapa yang melegalkan.”

Memang dulu rektor sampai dipanggilDewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)Propinsi Riau, soal badan yang tak jelaspayungnya dalam melakukan penelitian. SaatDPRD tanyakan soal badan itu, pihakkampus tak tahu apa-apa. “Itu pernahkejadian di FMIPA, pihak kampus menjawabkami tak ada bikin badan itu,” tambahUsman Tang, Ketua Lembaga Penelitian(Lemlit) UR. ...

Cerita soal pusat dan lembaga penelitianmemang kompleks. Awalnya untukmenjadikan UR jadi universitas riset.“Pertama kan, kita mau jadi universitas apa.

Kita sepakat universitas riset. Makanya iklimakademis harus diciptakan,” kata MuchtarAhmad. Saat itu, lanjut Muchtar, kampusrajin bikin diskusi. “Ini untuk menguatkanorientasi kita agar jelas, mau jadi apa universi-tas kita ini.” Akhirnya, tahun 2001, universi-tas riset masuk statuta UR.

Membangun univeritas riset, harusmelihat unsurnya, untuk apa. Terpentingadalah dosen. Penelitian dosen harus integrasidengan penelitian mahasiswa dan harusbermutu. “Tidak boleh dosen penelitian keBarat, mahasiswa ke Timur,” kata Muchtar.

Munculnya pemikiran penelitian dosenharus bersama mahasiswa, kata Muchtar, agarmahasiswa bisa cepat penelitian dan penelitianitu berguna. “Jadi gak ada mahasiswa rebutjudul, jadi proposal tinggal menambahliteraturnya yang terbaru, masalah sudah ada.”

Setelah konsep itu matang, iklim untukmelakukan penelitian terus meningkat. Saatitu, kata Muchtar, dana penelitian kampusminim. Saat itu dana penelitian untuk dosenhanya Rp 300 ribu. “Sedangkan mahasiswamengajukan dana penelitian sampai Rp 500ribu.”

Melihat kondisi itu, dilakukan perbaikan.UR ketika itu, mengaktifkan biro kerjasama.Fungsinya cari perusahaan dan pemerintahdaerah. “Pak, kami hanya ada dana penelitianRp 240 juta. Kita merasa Unri ini milik Bapak,apa yang dapat kami bantu penelitian untukmenyelesaikan masalah daerah di sini,” itulahcontohnya, kata Muchtar. “Artinyapermasalahan di daerah diteliti, dan dicarikanjalan keluarnya. Saat itu Pemda sangat setuju.”

Jadi strategi itu, akan membuat UR bisadapat dana tak hanya dari pusat dan pihakperusahaan sendiri. “Sekaligus bisamengurangi beban mahasiswa dalam skripsi.Bagaimana Unri dapat pemasukan dalammengejar pengembangannya, dosen sejahterahidupnya, dan mahasiswa lebih ringan bebanuntuk skripsi,” kata Muchtar.

Dibukanya kran kerjasama dengan pihakluar, membuat banyak dosen yang melakukantanpa koordinasi dengan kampus. Bahkanbanyak badan di fakultas main sendiri,mencari dana di daerah-daerah. “Bahkandosen yang siap sekolah di luar, datang ke

UR buat badan sendiri-sendiri. Sebenarnyakalau badan di fakultas itu bukan tanggungjawab universitas,” kata Muchtar.

Tahun 2004 jadi puncaknya. Makanya, kataMuchtar, mulai ada yang komplain, karenabanyak pusat dan badan yang melakukanpakai nama Unri, tapi hasil penelitian tidakmenunjukkan kualitasnya. “Diubah jadikekayaan pribadi, beli rumah dan semuanya,dan penelitian tidak bermutu.” Memang,katanya, saat itu lepas dari kontrol.“Seharusnya Lemlit lebih kuat lagikontrolnya.”

Menurut Prof Aslim Rasyad, KetuaLemlit periode 1998-2002, penelitian di luaruniversitas, yang bekerjasama denganpemerintah dan swasta saat itu memang takada koordinasi sama sekali, hingga banyakpenetitian yang tak terdata di Lemlit.

“Sebenarnya tak ada aturan untuk itu, tapi

jika ada penelitian dari luar administrasinyaharus dari Lemlit, uang administrasilah. Tapikebanyakan para peneliti enggan seperti itu,mereka takut uangnya dibagi dua,” kataAslim. “Kita ini sudah buat aturan, tapiketika ada yang langgar, kita tidak bisamenindak, ini kan sanksi moral,” tambahMuchtar Ahmad. ...

Lihat persoalan ini, pada 14 Januari 2004,senat universitas mulai berembuk. Untukmenertibkan badan dan pusat penelitian jugaregulasinya. Pada 1 Maret 2004, diterbitkanSurat Keputusan (SK) Rektor nomor 024/J19/KP/2004 tentang Ketentuan UmumPusat dan Badan Penelitian dan PengabdianKepada Masyarakat di Lingkungan Univer-sitas Riau (lihat bagan).

Maksudnya, untuk mengaturmekanisme kerja dan eksistensi pusat dan

Agar Tak Dapat Lomang AngekUlah beberapa wadah penelitian, UR sempat dikomplain tiga

kabupaten.Oleh Aang Ananda Suherman

BAB IV soal Prosedur dan MekanismePasal 4Poin a; Pihak luar yang akan bekerjasamadengan Universitas Riau harus melalui Rektor.Poin b; Pihak luar yang akan bekerjasamadengan unit-unit di lingkungan Universitas Riauatau sebaliknya harus sepengetahuan rektor.

BAB VII soal Dana Sumbangan dan FeePasal 11Nomor 2

poin a; Membayar fee sebesar 8 (delapan) persendari nilai proyek atau kegiatan. 5 persen padauniversitas, 1,5 persen pada lembaga atau fakultas,dan 1,5 persen pada jurusan, jika proyek ataukegiatan diperoleh universitas.Poin b; Membayar fee sebesar 6,5 persen dari nilaiproyek atau kegiatan. 2 persen pada universitas, 3persen pada lembaga atau fakultas, dan 1,5 persenpada jurusan, jika proyek atau kegiatan diperolehfakultas atau lembaga atau pusat.Poin c; fee paling lambat dibayar satu bulan usaipenyelesaian proyek atau kegiatan.

BAB II soal Kedudukan dan FungsiPasal 4Nomor 4 dan 5; membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan laporankeuangan, sebagai bentuk pertanggung jawabankepada Rektor. Untuk pusat melalu KetuaLembaga dan Badan melalui Dekan.

BAB V soal Pembukaan dan PenutupanPasal 12Nomor 3; Jenis dan jumlah badan adalah minimalsatu badan dalam setiap jurusan (sesuai spesifikasijurusannya) dan maksimal dua badan yang bersifatlintas jurusan.

SK Rektor nomor 167/J19/KS/2004 tentangKerjasama Universitas Riau dengan Pihak Luar

SK Rektor Nomor 024/J19/KP/2004Tentang Pusat dan Badan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat di

Lingkungan Universitas Riau

Page 7: Bahana edisi Desember 2010

7

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa

badan di lingkungan UR. Agar tak terjadiberbagai akibat yang rugikan nama baik UR.Dalam SK itu, juga dikatakan, tentangpembayaran fee kerjasama akan diatur dalamSK Rektor berikutnya. Pada 5 Mei 2004,Rektor kembali telurkan SK soal kerjasamaUniversitas Riau dengan pihak luar, nomor167/J19/KS/2004 (lihat bagan).

Tak cukup hanya SK, setahun setelahnyadibentuk tim Evaluasi ProposalPembentukan Badan atau Pusat Penelitian diLingkungan Universitas Riau, lewat SK Rektornomor 28/J.19/AK/2005.

Tugas utama tim mengevaluasi pusat ataubadan penelitian yang sudah ada. Kedua,menertibkan pusat atau badan denganmenggunakan ketentuan; di fakultas jenis danjumlah badan sesuai spesifikasinya. Pertama,harus berjumlah satu badan penelitian perjurusan dan maksimal dua badan bersifatlintas jurusan. “Di Faperika saja waktu ituada 27, ditertibkan jadi enam,” kata AdnanKasry, Ketua tim. “Kami hanyamerekomendasikan ke Rektor badan yangsudah layak, tidak menilai kinerjanya.”

***Menurut Usman Tang, Ketua Lemlit,

tujuan pusat-pusat itu adalah hasilkan paten.Dan hasil patennya itu bisa memperkayauniveristas. “Makanya dilakukan penelitian-peneltian,” kata Usman. Tujuannya,menghasilkan dana Penerimaan NegaraBukan Pajak (PNBP). “Bagaimanapemasukan dari penelitian dan jasa konsultasibisa melebihi SPP.”

Usman juga cerita sejak ia pimpin Lemlit,akhir 2007. Pertama, kata Usman, belum adapayung penelitian, “Terserah dosen mau apa.Anggaran kecil juga. Saya masuk danapenelitian baru Rp 300 juta. Dibagi 3000

Mengucapkan Selamat Atas Pelantikan Pembantu RektorUniversitas Riau Periode 2010-2014

lProf. Aras Mulyadi, DEA (Pembantu Rektor I)lDr. Yanuar, M.Si (Pembantu Rektor II)lDrs. Rahmad, MT (Pembantu Rektor III)lDrs. Adhy Prayitno, M.Sc (Pembantu Rektor IV)

Prof. Dr. H. Ashaluddin Jalil, MSRektor

Pusbangdik Universitas RiauMengucapkan Selamat Atas Pelantikan Pembantu Rektor

Universitas Riau Periode 2010-2014

lProf. Aras Mulyadi, DEA (Pembantu Rektor I)lDr. Yanuar, M.Si (Pembantu Rektor II)lDrs. Rahmad, MT (Pembantu Rektor III)lDrs. Adhy Prayitno, M.Sc (Pembantu Rektor IV)

Ir. Gunawan Tabrani

Ttd

Kepala Pusbangdik

Himagrotek dan Hima Kehutanan Universitas RiauMengucapkan Selamat Atas Pelantikan Pembantu Rektor

lProf. Aras Mulyadi, DEA (Pembantu Rektor I)lDr. Yanuar, M.Si (Pembantu Rektor II)lDrs. Rahmad, MT (Pembantu Rektor III)

Ttd

Ketua Himagrotek Ketua Hima KehutananKasrul Akbar Dahlan Anas Ritonga

dosen, hanya Rp 300 ribu. Penelitian apayang bisa Rp 300 ribu, sekali ke Bengkalissaja sudah habis.”

Usman mulai bikin payung penelitiandan kajian penelitian. Jumlah proposal naik,dana pun naik. Pertama Rp 300 ribu jadiRp 700 ribu. Sebelumnya, kata Usman,dana itu tidak dilaporkan. Semua punyarekening. “Pas saya masuk lapor semua.Makanya 2007 dana itu langsung Rp 12miliar.”

Saat Usman menjabat, ia diuntungkandengan sistem satu pintu pengelolaan danadi UR. “Jadi semua harus satu rekening.”Akhirnya, dana bisa dikontrol, dan jadipemasukan universitas. “Soal fee, kita beritahu bahwa itu benar-benar dari rekeninguniversitas, bukan ke rekening Lemlit. Danaitu untuk biaya seminar, reviewer, Monev.”

Tahun 2010, kata Usman, ada dana dariuniversitas untuk tiap pusat penelitiansenilai Rp 30 juta. Tiap pusat penelitianharus buat proposal. “Yang tidak buat tentutak dapat.” Kita, kata Usman, inginpenelitian ini punya satu ikatan, ada tema.Jadi nanti hasilnya jelas dan pertanggungjawabannya juga jelas. “Ada anggaranpenelitian dari rektorat ke Lemlit, dan adaanggaran ke fakultas.”

Soal badan peneltian di fakultas,menurut Usman itu tanggung jawab dekandi fakultas. “Tapi sekarang kita sedangmendata. Kalau bisa tak perlu lagi adabadan-badan, pusat saja cukup.” MenurutAdnan Kasry, penertiban untuk pusat danbadan sangat diperlukan. “Jangan sampaiterjadi lagi komplain dan rektor sendiri tidaktahu. Bahasa saya rektor dapat lomang angek.Tak tahu menahu, tapi dikomplain.” lovina,fadli.

IKLAN

Pada 8 November 2010

Pada 8 November 2010

Pada 8 November 2010

Pada 8 November 2010

Page 8: Bahana edisi Desember 2010

Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa 8

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

8Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa

Semua di Luar KeinginganOleh Lovina

“Bahana sangat membantu saya menjalani profesi sebagai anggota dewan.Begitu pun saat saya masih kerja sebagai wartawan Riau Pos.”

TAHUN 1989. Sofyan Samsir berusia 24tahun. Kebetulan Koran Warta Karya—kini harian Riau Pos—membutuhkanwartawan muda.

Soeripto—saat itu Gubernur Riau—melalui Herman Abdullah—saat itu KetuaDewan Pengurus Daerah Komite NasionalPemuda Indonesia (KNPI) Riau—meminta Sofyan bergabung. “Waktu itusaya masih mahasiswa, tinggal ujiansarjana,” kenangnya. Sayang, Warta Karyatak bertahan lama. Lantaran subsidinya

dihentikan pemerintah daerah.Untung koran itu bangkit lagi setelah

bergabung dengan manajemen Jawa Pos.Alhasil, Sofyan pun diminta bergabungkembali. Tahun 1991—bertepatan denganperang Teluk Meletus—terbitlah KoranRiau Pos edisi perdana.

Rida K. Liamsi—kini chairman Riau PosGroup—amat percaya pada Sofyan.Terbukti, dalam waktu tujuh tahun,berbagai jenjang karir disandang Sofyan.Mulai reporter, redaktur, redaktur

pelaksana, sampai koordinator liputan.Tahun 1998, Sofyan dipercaya menjabat

Pimpinan Redaksi Padang Ekspres—salahsatu grup Riau Pos Group. Dua tahun bekerjadi Padang, ia lalu ditarik lagi ke Pekanbarudan menjabat Pimpinan Redaksi Riau Pos.Satu setengah tahun kemudian, Sofyanditempatkan ke Dumai. Di kota minyak itu,ia ditugaskan menjadi Pimpinan UmumDumai Pos—juga juga grup Riau Pos.

***Tahun yang sama—1989. Sofyan Samsir

masih tercatat sebagaimahasiswa UniversitasRiau (UR) semestersepuluh. Selainmahasiswa, ia pun tercatatsebagai Ketua BadanPerwakilan Mahasiswa(BPM)— kini BadanLegislatif Mahasiswa(BLM).

Selama menjabatKetua BPM, Sofyan dikenalaktif bergaul hingga keorganisasi luar kampus.Salah satunya, ia seringmenghadiri undanganparta Golkar, baik untukkegiatan internal maupuneksternal.

Suatu hari, saat Sofyanmenghadiri kampanyeGolkar di Pekanbaru,Harmoko—saat itu KetuaUmum DPP Golkar danMenteri Penerangan—menyerahkan kartuanggota Golkar padanya.“Sejak itu, saya selalu hadirsaat Golkar ada kegiatan.Tak jarang saya jadipanitia,” akunya. Itulahawal karir suami Dra DenYealta, MA—kini KetuaKomisi Pemilihan UmumDaerah Kepulauan Riau.

Di awal tahun 1990-an,Sofyan sering meliputkegiatan yang ditajaGolkar—saat menjadiwartawan Riau Pos. Selain

itu, ia juga tercatat sebagai salah satu pengurusdi DPD Golkar Riau.

Karir Sofyan di bidang politik terusmenanjak. Tahun 2003, saat MusyawarahDaerah (Musda) Golkar, ia terpilih menjadiWakil Sekretaris DPD I Golkar Riau. “Saatitu ketuanya Darwis Rida Zainuddin,” ujarSofyan. Dan saat kepemimpinan Darwisdigantikan Ramlan Zas DatukTumenggung—saat itu Bupati RokanHulu—Sofyan dipilih menjadi wakil ketua.

Tak terasa, setahun pun berlalu. Tiba saat

pemilihan umum (Pemilu) 2004. Kala ituProvinsi Kepulauan Riau (Kepri) baruterbentuk. “Saya diminta menjadi caleg (calonanggota legislatif) provinsi untuk Dapil(daerah pemilihan) Natuna,” katanya.

Ia berada di urutan pertama. “Pemilu kanmasih pakai sistem nomor urut. Dan Golkardapat satu kursi dari Dapil Natuna,”tambahnya. Alhasil, kursi itu pun jatuh ketangan pria kelahiran 11 Desember 1965.

Lima tahun menjabat, Sofyan kembalidicalonkan Golkar pada Pemilu 2009. Kaliini, ia ditempatkan di urutan empat—urutanterakhir. “Impossible bisa duduk lagi,” ujarnyapesimis. Namun Tuhan berkata lain. Melaluiputusan Mahkamah Konstitusi (MK),Pemilu 2009 dilaksanakan sistem suaraterbanyak. Sofyan pun berhasil mendapatsuara terbanyak. Satu kursi Golkar DapilNatuna-Anambas kembali diraihnya.“Alhamdulillah, berkat dukungan keluarga sertarakyat Natuna-Anambas,” imbuhnya.

***Selama jadi mahasiswa di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UR,Sofyan dikenal aktif di berbagai organisasikampus. Selain BPM, ia juga tercatat sebagaianggota Pramuka dan Bahana.

“Bahana sangat membantu saya menjalaniprofesi sebagai anggota dewan. Begitu punsaat saya masih kerja sebagai wartawan RiauPos,” ujar Sofyan. Ia mengaku, Bahana- lahyang membuatnya lebih percaya diri danberhati-hati. “Ilmu pengetahuan bisa didapatdengan membaca dan belajar di bangkukuliah, sedangkan pengalaman hanya bisadidapat bila kita terjun langsung danbersentuhan dengan profesi atau pekerjaanitu,” pesannya.

Seingat Sofyan, ia masuk Bahana sejakakhir tahun 1986—dua tahun setelah masukkuliah. Uniknya, ia kenal Bahana karena jadianggota Pramuka. “Waktu itu sekretariatPramuka bersebelahan dengan Bahana,”kenangnya. Sofyan sering ngobrol dan diskusidengan para kru Bahana. “Lama-lama saya jaditertarik masuk Bahana,” ujarnya lagi.

Sofyan pun punya kisah sendiri mengapamemilih FKIP jurusan BimbinganKonseling, meski saat itu pilihan utamanyaFakultas Ekonomi. Alasannya, dulu ekonomimerupakan fakultas paling bergengsi.

“Tapi sejak dulu saya memang ingin jadiguru,” imbuh alumnus SMAN 1 Pekanbaruini. Cita-citanya, begitu lulus, ia akan kembalike Midai—kampung halamannya—danmengabdi sebagai guru.

Baginya, guru punya tugas mulia. Ia laluteringat perkataan Djauzak Achmad, mantanKepala Kanwil Depdikbud Riau. “Di duniaini hanya ada satu profesi, yakni guru.Sedangkan profesi lainnya dilahirkan dariprofesi guru,” ujar pria 44 tahun ini menirukanpernyataan Djauzak. Meski ia kini tak jadi

seorang guru, ia tetap menghormati guru.“Kalau bukan karena guru, mungkin sayatidak akan jadi seperti ini,” katanya.

***Sofyan amat suka menulis. Itu

dibuktikan dengan pengalamannya bergelutdi dunia wartawan kurang lebih 17 tahun—termasuk tiga tahun di Bahana. “Itu hanyafaktor keberuntungan saja,” ujarnyamerendah saat ditanya kecintaannya padadunia tulis menulis.

“Waktu itu di Pekanbaru baru adaMingguan Genta,” kisahnya. Iseng, Sofyanlalu mengirim hasil resensi buku dan beberapapuisi karyanya. “Ternyata dimuat,” serunya.Sejak itu, rasa percaya diri timbul. Lalu ia mulaimembuat tulisan lepas dan beberapa tulisanberjenis feature. Tulisan-tulisan itu punsempat dimuat di Harian minggua Merdeka,Harian Haluan Padang, dan beberapa medialokal lainnya.

Sofyan mengaku kini sudah jarangmenulis. Namun, di tengah kesibukansebagai anggota dewan, ia masihmembimbing pengelolaan website http://www.kabarkepri.com.

Bapak empat anak ini meyakinkan belumada prestasi yang fenomenal dan monumen-tal selama bergelut di dunia tulis menulis.“Satu-satunya, juara dua lomba karya tulisPameran Pembangunan Propinsi Riau dalamrangka HUT RI,” akunya seraya tertawa.

***Sofyan punya prinsip hidup mulia.

Baginya, penentu keberhasilan seseorangadalah Allah SWT. “Kita punya rencana. Al-lah juga punya rencana. Dan pastinya rencanaAllah adalah yang terbaik untuk kita,” ujarnyaberfilosofi.

Salah satu rencana Allah yang menjadipengalaman paling berharga dalam hidupSofyan saat naik haji. Saat itu—tepatnya tahun1995— hal ini tak pernah terpikir dalambenaknya. “Saya harus berterima kasih kepadatiga orang pertama: Soeripto, MuhammadSani, dan Rida K. Liamsi.”

Soeripto—saat itu Gubernur Riau—or-ang yang menyetujui permohonannyameliput perjalanan ibadah haji. MuhammadSani— saat itu Kepala Biro Kesra KantorGubernur Riau—kini wakil gubernurKepri—adalah orang yang mendorong danmembimbing hingga namanya munculsebagai salah seorang yang diberangkatkan hajiPemda Riau. Dan Rida K. Liamsi—saat ituPimpinan Umum Riau Pos—memintaSofyan meliput perjalanan ibadah hajimenggantikan dirinya.

Namun, tak berarti ia puas dengan apayang sudah dicapainya kini. “Sebagai politisi,tentu ada hal utama yang belum tercapai, yaknimensejahterakan rakyat,”tutup AnggotaDewan Penasehat Kadin Provinsi Kepri ini.***

Page 9: Bahana edisi Desember 2010

9

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa

cmyk

Page 10: Bahana edisi Desember 2010

Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa 10

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Hari AIDS SeduniaRABU (1/12) di lantai empat gedungRektorat, Badan Eksekutif Mahasiswa(BEM) UR peringati hari AIDS sedunia.Mereka usung tema Jagalah Dirimu Dari AIDS,Ingatlah Orang Tersayang. Coki Randinatama,ketua pelaksana anggap masih banyak orangterbawa pengaruh AIDS beresiko. “Melaluitema ini kami ingin ingatkan semua orangberhati-hati,” ucapnya.

Acara dihadiri SMA se-Pekanbaru danmahasiswa UR. Pemateri dua orang;Burhanudin Agung dari KomisiPenanggulangan AIDS dan Woro SurtiHandayani dari dinas propinsi Riau. PembantuRektor III, Rahmad, diminta buka acara.

Sembari diskusi, sebagian panitiasebarkan brosur dan stiker ke Jalan Soebrantasdan semua fakultas di UR. Melalui acara ini,Coki berharap peserta bisa menjauhkan diridari penyakit berbahaya ini. fadli

Bustari Dilantik JugaSETELAH Bustari Hasan terpilih sebagaidekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan(Faperika) 20 Januari lalu, baru Sabtu (27/11)ia dilantik rektor UR, Ashaluddin Jalil.Pelantikan berlangsung di lantai empatgedung Rektorat. “Selagi sungai dan lautmasih ada, Faperika akan tetap jaya,” ujarAshaluddin saat sampaikan sambutan.Melalui pelantikan ini, ia berharap Faperikajadi fakultas terbaik di UR serta bisamenampung semua keinginan civitas

NouryoushikenProdi Jepang

ROMBONGAN mahasiswa Program StudiPendidikan Bahasa dan Sastra Jepang bersiapberangkat ke Padang, Jumat (5/12). Merekaakan ikuti nouryoushiken (ujian kemampuanbahasa Jepang) di Universitas Bung Hatta,Padang. “Kami akan berangkat pukul 21.00.Istirahat sebentar di Payakumbuh, baru kePadang,” ujar Gustia, mahasiswi BahasaJepang.

Ujian ini serentak di seluruh dunia. Mulaitingkat SMP, SMA, dan perguruan tinggi yangpunya jurusan Bahasa Jepang. Di Indonesia,nouryoukushiken dilakukan di tiga tempat;Universitas Sumatera Utara (USU), Universi-tas Bung Hatta (UBH), dan UniversitasGadjah Mada (UGM). “Yang paling banyakke UBH,” imbuh Gustia.

Ujian terbagi tiga sesi; mojigoi (kata danpersamaan kata), bunpo dokai (tata bahasa), danchokai dokai (mendengarkan). Tiap soal bedajumlah dan bobotnya. “Soal yang buatlangsung orang Jepang, lalu dikirim ke uni-versitas yang melaksanakan nouryoukushikendi Indonesia,” terang Gustia.

Ruang ujian diisi 25 orang dengan duapengawas. Sempitnya jarak waktu istirahatmenjadi kendala tersendiri bagi peserta ujian.“Yang paling sulit itu chokai dokai, karenabanyak jawaban menjebak,” ungkap Gustia.Hasil nouryoukushiken akan diketahui Februari2011. *8

UKMI Ar-Royyan taja Muharam Fair 1432H, 9-11 Desember. Acara berpusat disamping gedung Lembaga Penelitian UR.Temanya Institution Islamic Exhibition. Adatiga lomba digelar; Syarhil Qur’an, KhotilQur’an, dan Kaligrafi. Acara ini juga sempenapersiapan mengikuti Musabaqah TilawatilQur’an (MTQ) di Makassar tahun 2011.

Agenda hari pertama, pawai kelilingkampus dan talk show. Namun hanya talkshow yang terlaksana. Pawai di-pending hinggaSabtu (11/12). “Teman-teman banyakkuliah,” ujar Sadam beralasan.

Sabtu (11/12) pukul 09.00, rombonganpawai sudah berkumpul di MasjidArfaunnas. Mereka dilepas Sadam, KetuaUmum Ar-Royyan. Rombongan terbagi dua,putra dan putri. Putra 17 orang, sedangkanputri 26 orang. Rutenya, diawali dari MesjidArfaunnas, lewat FKIP Bahasa Inggris,FISIP, depan BEM UR, Pustaka UR, danberakhir di panggung utama acara MuharamFair. Sepanjang pawai, peserta menyerukantakbir.

Usai pawai, dilanjutkan acara tabligakbar bersama Ustad Tajuddin Nur, Lc,imam besar Mesjid Arfaunnas. PembantuRektor III, Rahmad, turut hadir. “Semogadengan momentum ini kita jadi lebih baik.Jadikan tahun ini awal kebangkitan umatIslam. Isi tahun ini lebih baik dari kemarin,”katanya.

Tampilan nasyid dari berbagai grupmengiringi rangkaian acara. Muharram Fairditutup dengan pengumuman danpembagian hadiah pemenang lomba Syarhil,Khotil, dan Kaligrafi. Uswatun Zannah,pemenang lomba Syarhil Qur’an, sangatgembira. “Alhamdulillah, tidak menyangkaakan menang. Mudah-mudahan ada follow-up nya setelah acara ini.” *8

Muharram FairAr-Royyan

SIDIK Oleh Al-MadaniLSMI Al-Madani Fakultas Ilmu Sosial danIlmu Politk (FISIP) UR taja Studi IlmiahDinul Islam Konprehensif (SIDIK) di Au-ditorium FISIP, Sabtu-Minggu (27-28/11).Temanya Ciptakan Pemuda Sukses untukMeraih Masa Depan Gemilang.

Beragam materi disajikan. Ada soalwaktu, mahasiswa ideal, gouzhul fikri, bedahfilm, outbond, dan kontemplasi diri. Parapemateri di antaranya Hendra Gunawan,mantan Ketua BEM UR dan AgungNugroho, mantan Ketua BLM UR.

SIDIK agenda tahunan Al-Madani.Pesertanya mahasiswa baru FISIP beragamaislam. Tujuannya, kaderisasi Al-Madani.Khusus tahun ini, SIDIK juga merupakanpengganti ujian mid semester mata kuliahagama Islam mahasiswa 2010. “Merekaditugaskan meringkas tiap materi,” ujar Indra,ketua panitia.

Sepertiga dari jumlah mahasiswa baruFISIP ikut acara ini. Penyebabnya, menurutIndra, mungkin panitia kurang sosialisasi ataumahasiswa yang kurang memahami esensiacara. “Kalau begini, terpaksa ujian mid dibuatlagi oleh pementor masing-masing,” tutupIndra. *4

akademikanya.“Lega. Secara struktural sudah jelas,” ujar

Febri Mayoka, Ketua Badan EksekutifMahasiswa (BEM) Faperika meresponpelantikan Bustari. Yoka, panggilan FebriMayoka berharap, Bustari bisa bekerja lebihbaik. “Kalau ada kesalahan diperbaiki demikemajuan Faperika.”

Soal pelantikan yang molor 10 bulan,“Bukan terlambat. Hanya saja waktunya belum

tepat dan belum siap syaratnya,” tutupmahasiswa Sosial Ekonomi Perikananangkatan 2006 ini. *6

IKLAN

Pada 8 November 2010

Suasana aksi BEM UR peringati Hari Anti Korupsi

Ralat: Pada halaman 20,Bahana edisi majalah 2010,

foto bukan arsip Bahana.Oleh karena itu,

redaksi mohon maaf.

Page 11: Bahana edisi Desember 2010

11

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa

OKTOBER 2010. Bus silver antar propinsimeluncur pelan, menapaki suasana malamdi kawasan Rajabasa, Bandar Lampung. Didepan Kampus Universitas Lampung(Unila), tak jauh dari terminal Rajabasa, sopirbus menginjak rem. “Udah sampe, itutemannya ke sini,” kata sopir. “Saya dijemputAryan.” Aryan kru Unit Kegiatan PersMahasiswa (UKPM) Teknokra. Terlihatgerbang kampus tutup. “Jalan lintasSumatera rawan.”

Bundaran air mancur menyambut begitusaya tiba di depan gedung rektorat. Sisi kananbundaran ada hutan kecil. Di dalamnya adabeberapa ekor rusa. Hewan yang dilindungi,kini hampir punah.

Sebuah gedung dua lantai, bentuknyamelebar. Ini pusat semua sekretariatmahasiswa. “Selamat datang di Teknokra,”kata Supendi, kru Teknokra. Peserta lainmayoritas datang esok hari.

Saya berbincang dengan beberapa kruTeknokra. Mereka bilang, warga Lampungkebanyakan pendatang. Dari Sunda dan Jawa.“Orang asli Lampung sedikit sekali,” kataVirda, juga kru Teknokra. Hasilnya, bahasasehari-hari yang digunakan adalah bahasaSunda dan bahasa Indonesia. BahasaLampung nyaris tak terdengar.

Teknokra Unila tuan rumah PelatihanJurnalistik Mahasiswa Tingkat Lanjut(PJMTL) se-Indonesia. Acaranya bertajukPersma Bernarasi di Bumi Lampung ituberlangsung dari 4-9 Oktober 2010. PJMTLdiadakan di Wisma Semergo Pahoman,Bandar lampung. Jaraknya 40 menit darikampus Unila. Sepanjang jalan menujuwisma, dijumpai beberapa tugu. Yang pal-ing menarik perhatian, tugu bundaran gajah.Hampir setiap sudut jalan terdapat simbolgajah. ...

Hari pertama usai makan siang. Sesipertama dimulai. Juwendra Asdiansyah,alumni Teknokra sampaikan materi Jurnalismedan Propaganda. Ia tegaskan jurnalisme bedadengan propaganda atau gosip. “Propagandabisa benar atau salah dalam memberikaninformasi. Ia bisa melebihkan, mengurangi,bahkan merekayasa fakta.”

Malamnya, perkenalan persma masing-masing utusan dan diskusi bahas masalahpersma serta mencari solusinya. Keluhansemua persma hampir sama; kurangsumberdaya manusia dan minim dana. Adajuga sesi bahas isi tabloid masing-masingutusan. Supendi bilang, Teknokra dulubanyak tulisan panjang. Sekarang sudahberubah bentuk jadi news. “Jadi wadah belajarmenulis panjang kurang,” katanya.

Hari kedua kami berkunjung ke MuseumLampung. Tepat di pintu masuk, ada bedukbesar. Di sisi kiri dan kanannya ada tanggake lantai dua. Bila naik anak tangga sebelahkiri, akan terlihat alat musik Gamelan di lantaidua. Lalu pelaminan Lampung. Jika naik darikanan, akan disambut perlengkapan alattenun di lantai dua.

Pulang dari museum, diskusi berlanjutbahas indepth reporting. Wahyu Muryadi,Pemimpin Redaksi Majalah Tempo beripenjelasan. Sesi ini lebih banyak diskusi.

Wahyu bilang, wartawan harusnya idealis.Tugasnya menyebarkan fakta. Wartawan takbisa dibeli. Dia bedakan wawancara denganngobrol biasa. “Wawancara berbicara yangdiarahkan, sedangkan ngobrol cerita yang takada alurnya,” ujar Wahyu.

Hari ketiga, diskusi soal penulisan featurebersama Fahri Salam. Ia dari Yayasan Pantau.Menurutnya, feature beritanya lebih awet.Enak dibaca walau sudah puluhan tahun.Prinsip feature tulisan bertutur. “Jangankatakan, tapi gambarkan. Jangan pernahmenyimpulkan.” Ia juga sampaikan beda fea-ture dengan narasi. Ibarat film, feature adalahtampilan adegan. Dan narasi keseluruhanfilm. Lalu diskusi berlanjut bahas tulisan fea-ture yang dikirim peserta sebagai syarat ikutPJMTL.  

Esok hari kami meliput lokalisasi diBandar Lampung. Namanya Pemandangan.Hari terakhir, diisi field trip. Berwisata keMenara Siger di ujung pulau Sumatera. Inisalah satu simbol Propinsi Lampung—selaingajah. Setiap bangunan pakai simbol ini.Perjalanan ditutup dengan mengunjungiPantai Merak Belantung....

Bulan berikutnya, Fadli ikuti pelatihanserupa. Kegiatan bernama Salam Ulosbertajuk Jurnalisme Damai; Tak Hanya MenulisTapi Juga Mendamaikan. Acara ini ditaja LPMSuara USU Universitas Sumatera Utara (USU),biasa mereka sebut SU. Selasa pagi, pukul10.00, bus Makmur merapat ke terminal. “Sayadijemput Eka, kru SU.”

Beberapa menit, tiba di komplek BadanPengembangan Pendidikan Non Formal danInformal (BPPNFI) Regional I Kota Medan.Tempat pelatihan digelar. Sehari sebelumnyaacara telah mulai; sesi perkenalan. Sayalangsung ikuti materi pertama soal SejarahDan perkembanagan Jurnalisme Damai .Disampaikan Usman Kamsong dari MediaIndonesia dan Metro TV.

Usman Kamsong katakan, genrejurnalisme damai dibawa Johan Galtung danpara pemikir lainnya tahun 1970-an. Merekaprihatin, kata Usman, melihat pemberitaanPers yang tertarik pada konflik, kekerasan,korban yang tewas dan material. Di In-donesia sendiri jurnalisme damai munculsekitar 1998, saat terjadi berbagai konflik

agama, etnis dan antar kelompok. Malamnya,nonton bareng The Black Road. Film soal konflikdi Aceh. Antar Gerakan Aceh Merdeka (GAM)dan TNI.

Rabu, pukul 08.00, bahas Teknik Peliputandan Penulisan. Materi disampaikan LuziDiamanda. Ia wartawan Majalah Gatra untukRiau. Luzi beri beberapa panduan meliput didaerah konflik. Pertama, jurnalis harus kenalidaerah konflik, berita harus seimbang,melaporkan latar belakang konflik. Terakhir,kata Luzi, penekanan tulisan pada sisikemanusiaan. “Media dewasa ini takmementingkan kepentingan rakyat,melainkan para penguasa.” Sesi pertama usai.Peserta istirahat 15 menit.

Usai jeda, dilanjutkan materi FotografiJurnalisme Damai oleh Hotli Simanjuntak,fotografer The Jakarta Post. Hotli lihatkan hasiljepretannya saat konflik di Aceh. Banyakgambar, kata Hotli, seharusnyadipublikasikan. Salah satunya, saat TNI paksawarga sipil mengaku sebagai anggota GAM.“Sayang gambar itu tak dipublikasikan.”

Kamis, (25/11), hari terakhirpelatihan. Materinya Penerapan JurnalismeDamai Pada Persma. Dipandu Hendra Harahap,alumni Universitas Sumatra Utara (USU).“Tak mudah mengubah genre sebuah suratkabar, karena punya perbedaan dalampemberitaan,” ucap Hendra. “Lagi pula genrejurnalisme damai di Indonesia masih baru.Harus bertahap menyebarkannya.” Setelahitu, peserta istirahat beberapa menit. Lalupersiapan paraktik tugas lapangan dari panitia....

Tugas lapangan di Pajus, singkatan pajakUSU. Pajus tempat pengusaha kecil. Berbagaimacam dijual di sana. Ada aksesoris, VCDbajakan, makanan, minuman, buku pelajarandan rental komputer. Pajus sempat adakonflik. Mulanya saat Pajus terbakar. Sebelumterbakar ada rencana Pajus akan dipindahkanpihak pengelola. Namun, usai kebakaran, parapedagang belum dapat tempat yangdijanjikan. “Kami sudah membayar dua jutauntuk uang sewa, kami hanya ingin kejelasan,”ucap Sardi, seorang pedagang Pajus.

Menurut Wara Sinuhaji, pengelola Pajustelah perjuangkan nasib pedagang. “Tapi yamau gimana lagi kalau tidak diizinkanpemerintah.” Wara menjanjikan akan

mengembalikan uang retribusi pedagang,apabila memperlihatkan kuitansi pelunasan.

Malamnya keliling kota Medan. MelihatMasjid Raya, Istana Maimun, LapanganMerdeka, pemukiman warga keturunan In-dia dan rumah salah satu tokoh Tionghoa.Ia saudagar pertama di Medan. Saat di IstanaMaimun, Hanan Lubis, kru SU, cerita soalbanyak situs sejarah di kota Medandihancurkan, diganti dengan pertokoan.“Seperti Pemandian Kerajaan depan Istanamaimun.”

Dini hari tiba. Pukul 01.00 berangkat keParapat. Tujuanya ke Danau Toba. Ini agendafield trip. Semua ceria. Ada beli kenang-kenangan, foto-foto di patung Sigale-gale,dan kunjungi makam Raja Sidabutar. Ia rajasakti. Tapi kisah asmaranya tak begitu indah.Jelang pernikahannya, si calon istri diguna-guna agar menolak menjadi Istri Sidabutar.

Malam dilanjutkan acara kebersamaan.Sampaikan pesan dan kesan. Ada tertawa, adajuga yang menangis....

Dua kota yang dikunjungi hadirkan duamateri jurnalisme berbeda. Ada jurnalismedamai dan ada narasi. Dua ‘rasa’ yang beda.Kami membawanya ke ruang redaksi Bahana.Diskusi tentu hadir. Soal narasi, jelas genreyang pas bagi penerbitan berkala, seperi LPM.Narasi gabungan dari deskripsi, piramidaterbalik, dan feature. Laporan lengkap,“Panjang dalam dan terasa,” kata LindaCristanty. Ini kekuatan media cetakmengalahkan televisi.

Bahas lagi soal jurnalisme damai. Ia takmenuliskan semua fakta yang ada. Penulisandiarahkan pada sisi humanis, apa akibat darisebuah konflik, hingga orang akan damaisetelah itu ditulis. Tidak lagi soal siapamembunuh siapa, berapa orang yang mati,dan sebagainya. Tapi apa akibat yangditimbulkan.

Tapi, justru ini tak cocok dengan bukuSembilan Elemen Jurnalisme karya Bill Kovachdan Tim Rosenstiel; harus menyampaikanapa fakta-fakta, walau ada masyarakat suka dantidak, selagi ini fakta dan benar, ya ditulis.Biarkan warga mengambil sikapnya sendiri.Jadi, ruang redaksi Bahana anggap jurnalismedamai masih abstrak. ***

Dua Kota, Dua RasaOleh Erliana dan Ahlul Fadli

Dua kru Bahana. Jalan-jalan ke dua kota di Sumatera. Ada dua ‘rasa’ jurnalisme.

FEATURE

Page 12: Bahana edisi Desember 2010

Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa 12

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

TRANSPARENCY Internasional Indone-sia melansir Indeks Persepsi Korupsi (IPK)2010 pada medio November 2010 di HotelPangeran, Pekanbaru. Dari hasil survei 50 kotase-Indonesia—survei ditaja April-0ktober,responden adalah pelaku bisnis sebanyak9.237—Kota Pekanbaru menempati urutanpaling buncit, skor IPK 3,61. Artinya KotaPekanbaru terkorup. TII menulis, kota-kotadengan skor indikasi terendah, menurut parapelaku bisnis, korupsi masih lazim terjadidalam sektor-sektor publik. Sementarapemerintah daerah dan penegak hukumkurang serius berantas korupsi.

Pemerintah kota Pekanbaru, lewat asistensatu, mempertanyakan metode survei. Sebabkatanya, responden untuk kota Pekanbaruhanya 80 orang. Made Ali dan Aang AnandaSuherman, coba menukil kota Pekanbaru kotaterkorup di Indonesia dengan Kumba danDwipoto dari TII. “Ok, gua pribadimenganggap skor rendah menjadi acuanpemerintah daerah untuk terus memperbaikidirinya, dalam hal reformasi birokrasi danpercepatan pemberantasan korupsi,” kataKumba Digdowiseiso, Project Officer TII.

Bagaimana tren korupsi Indonesia pada2010?

Secara over all, skor kita kan rata-rata masih4,73, meningkat dari tahun 2008 yang 4,42.Ibarat rapor tetap saja nilai segitu gak lulus.Nah kota Pekanbaru kalah dari tingkatnasional, ya ini kayak cambuk bagipemerintah daerah untuk terus memperbaikidiri, gak lebih. Secara umum hasil survei ini,korupsinya bisa dibilang sudah hampirsetengah lazim, karena gimana ya... dari skor4,42 ke 4,73, artinya masih di bawah lima.Jadi masih perlu usaha keras dari pemerintahkota untuk memberantas korupsi.

Jika skornya tinggi, biasanya pemerintahdaerah diam ya?

Ya... umumnya begitu. Orang selalumempertanyakan metodologi, kenapa takdisurvei pemerintah daerah? Tentu kalaupemerintah daerah disurvei, mereka akanmelindungi resiko mereka kan, dan skor yangdidapat akan tinggi. Artinya kita mencariresponden yang benar-benar objektif. Diaakan memaparkan pengalaman di lapangan.Contoh Perda, kita tak bicara Riau. Misal diSurabaya, mereka menerapkan pungutanuntuk corporate social responcibility 10 persen,kemudian pajak BMM 20 persen. Ini kansesuatu yang menyalahi aturan.Kenapa mereka tidak menerima jikaskornya rendah?

Saya tidak tahu, memang di tiap daerahbegitu. Contoh tahun lalu, Kupang urutan49, hard reaksi mereka juga sama. Nah,kebanyakan pemerintah daerah tak punyarencana kerja jangka pendek dan jangkapanjang. Biasanya mereka jawab, “Kita sudahya.” Sudahnya yang mana, mereka tidak bisamenunjukkan. Impact-nya ke masyarakatbagaimana, apakah visible gak, itu aja.

Saya tidak mau diskusikan propinsi Riau

dengan kota-kota terkorup. Ini semuatergantung usaha keras dari pemerintah kota.Percuma pertumbuhan ekonomi tinggi tapikalau korupsinya juga tinggi. Ya, TII menilaikorupsi itu faktor budaya. Gak ada yang salahdengan beberapa aparat pemerintah daerahsudah melakukan reform ini-ini, tapi kitamelihat mereka mencoba melindungi, merekatak mau berfikir out side the box.

Dengan IPK 3,61, kenapa responden hanya80 pengusaha? Itu yang korup oknum ataupemerintah daerah?

Aparat pemerintah daerahnya. Itu kan adatiga variabel komponen. Pertama, persepsisuap, persepsi tentang pelanggaran dipemerintah daerah, dan persepsi usahapemerintah daerah dalam memberantas kasuskorupsi. Ini tak terlepas dari, misalnya dinastenaga kerja dan sebagainya. Dan ini terkaitdengan pemerintah kota. Kita mensurveipengusaha yang berinteraksi langsung denganpelayanan publik. Nah, kenapa kok usaha kecilsedikit? Pada prinsipnya simple aja, pengusahakecil tak punya interaksi lebih ke pemerintahdaerah. Kalau kuisioner itu mau dibuka, kitapunya beberapa syarat. Mayority perusahaankecil itu punya tiga interaksi, taroklah denganpemerintah kota dalam hal KTP, SIUPP, hal-hal yang kecil gitu. Mereka untuk attack itubelum tentu punya interaksi. Misal untuk bayarpajak nasional atau daerah. Para respondenpunya interaksi lang-sung ke layanan publik,setid-aknya mereka punya peng-alaman rilterhadap pelayanan pemerintah daerah.

Artinya, fakta yang terjadi di lapangan?Yap. Karena persepsi itu kan

perkembangan yang terlihat. “Oh iya, di Riaumenurutmediapemer-intahanR i a usepertii n i . ”T a p ik a l a uperusa-h a a nmene-n g a hsepertiyang langsung mengalami akan bilang, “Sayapernah diminta.” Perusahaan kecil tidak akansampai pada titik itu. Paling, “Menurut saya,kata teman saya.” Itu jadi bias. Kitamenghindari itu. Ya.. narasumber yangmemang punya pengalaman ril. Merekadiperas, disuap dan sebagainya. Ya, itu ran-dom aja. Sebenarnya itu hak mereka juga. Adajuga narasumber yang gak mau ngomong, gakmau jawab, menutup diri. Pokoknya begitukita interview surveinya cepat selesai. Ada jugayang lepas bicaranya.

Dari 80 responden, bisa dikatakanmewakili pengusaha di Pekanbaru?

Ya... berdasarkan pantauan kami, untuk

Riau sendiri, dengan mempert-imbangkanAPBD, tingkat pengangguran, danpertumbuhan ekonomi, idealnya 120 orang.Akan tetapi sampai hari penutupan, yangmau diwawancarai hanya 80 orang. Yangtidak mau, menghindar. Awalnya dia setuju.Responden yang mau mengungkap korupsiitu sedikit sekali. Itulah kejadiannya.

Bagaimana metoda verifikasi?Kita memper-cayakan kepada perusahaan

(TII kerjasama dengan PT Karya UtamaIntegr i t a s ,p e l a k s a n as u r v e il a p a n g a n ,red). Katanyam e r e k amenerapkans t a n d a rk u a l i t a skontrol yangketat. Begituk u i s i o n e rm a s u k ,mereka ceka p a k a hterjadi cheat-ing atau gak.Itu bisadilihat darikartu namay a n gd ibe r i k an ,n o m o rt e l e p o nsesuai apagak. Pernahjuga surveyor

nakal di beberapa kota. Ada juga surveyorbuat kartu nama sendiri, di telepon gaknyambung. Nah, itu kan indikasi, harus dicek.

Prosedurnya, dari surveyor ke riset agency.Kita hadirkan konsultan untuk melakukanpenelitian ini. Kalau ada indikasi cheating, kitacreate tim baru untuk kota tertentu. Indikasicheating kemarin banyak terjadi di kotaTenggarong. Mereka pada umumnya capek.Pernah saya tanyakan, apa gak b isadimaksimalkan. “Aduh Pak, saya sudahkeliling gak ada orang mau dengan surveibegini.” Awalnya kita masuk baik-baik, tapiketika bicara korupsi orang sudah gak mauaja. Kayak gitu komentar di lapangan, “JarangPak orang yang mau.” Mereka mungkin

Pekanbaru Kota Terkoruptakut mengungkapkan. Mereka takut akanmengganggu usaha mereka ke depan.Padahal kita sudah jelaskan, ini off the record,tapi mereka sudah takut duluan.

Satu lagi, kemarin disinggung olehkementerian PAN, bahwa IPK ini tidak bisadiperbandingkan. Saya koreksi, IPK ini bisadiperbandingkan. Tidak seperti CPI (Corrup-tion Perception Indeks). Karena CPI padadasarnya gabungan survei dengan survei, dariWorld Bank, Asian Development, dansebagainya.

Artinya IPK Indonesia perlu dibedakandengan pengukuran korupsi global yangdilakukan sekretariat Tranparency Interna-tional Berlin atau disebut CPI. Mereka, setiaptahun ada penambahan dan perubahannegara-negara yang disurvei. Tidak konsisten.Misal Indonesia, mereka menggunakan 9basis survei, dan bila ada negara yang top five,hanya menggunakan 4 basis survei. Itu kangak konsisten. Kita dari tahun ke tahun, mulai2004 ke 2010, tetap menjaga responden pelakubisnis.

Adapun perubahan yang kami lakukanadalah menambah responden, untukmemperkecil marginal of error . Karenamembuat survei terlihat nyata, skor inisetidaknya merefleksikan seperti nyata. Itusaja. ***

Skor ini setidaknyamerefleksikan seperti

nyata. Itu saja.Kumba Digdowiseiso

Page 13: Bahana edisi Desember 2010

13

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa

MAHASISWA telah menggoreskantinta emas dalam sejarah perjalananbangsa Indonesia. Mahasiswa

merupakan salah satu kekuatan pelopordalam setiap perubahan. Keberadaanmahasiswa di tanah air, terutama sejak awalabad ke dua puluh, dilihat tidak saja dari segieksistensi mereka sebagai sebuah kelas sosialterpelajar yang akan mengisi peran-peranstrategis dalam masyarakat. Tetapi, lebih dariitu mereka telah terlibat aktif dalam gerakanperubahan jauh sebelum Indonesia merdeka. Tumbangnya Orde Lama tahun 1966,Peristiwa  Lima Belas Januari (MALARI)tahun 1974, dan terakhir runtuhnya Orde barutahun 1998 adalah tonggak sejarah gerakanmahasiswa di Indonesia.  Sepanjang itu pulamahasiswa telah berhasil mengambil peranyang signifikan dengan terus menggelorakanenergi ‘perlawanan’ dan bersikap kritismembela kebenaran dan keadilan.

Sepintas uraian di atas merupakan sejarahpara mahasiswa tempo dulu atau cerita parasesepuh Anda yang telah lebih dulumenyandang status ‘mahasiswa’. Mereka(mahasiswa tempo dulu) telah

menggoreskan kegagahan serta keberanianmereka karena kesadaran menyandang status‘mahasiswa’. Lantas bagaimana dengan kita,mahasiswa yang banyak berasal dari rantau?Adakah kesadaran itu? Atau hanya sekedarkuliah, kantin, kos, kongkow-kongkow? Maudibawa kemana esensi ‘mahasiswa’ yang Andasandang, Anda yang menentukan. Tapi satuhal yang mesti diingat para ‘mahasiswa rantau’ialah wajah kedua orang tua di kampunghalaman yang menanti keberhasilan anaknya.

Saya sebagai penulis hanya akan memberipemahaman. Jadilah seorang ‘mahasiswasejati’ yang menjiwai nilai kemahasiswaan,tidak sekedar kuliah orang kuliah awak. Apayang mesti dilakukan? Pertama sekali yangharus dilakukan menumbuhkan kesadaranpentingnya menjadi mahasiswa. Peran danfungsi selama menyandang status mahasiswa.Menjalankan apa yang mesti dilakukandengan penuh kesadaran dan tanggung jawabmoral sebagai mahasiswa.

Untuk lebih menyadarkan, lihatlah kisahinspirasi sejarah para mahasiswa tempo dulu,seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Tan Malaka,Natsir, Muhammad Yamin, Sugondo

J o y o p u s p i t o ,Lafran Pane,N u r c h o l i sMadjid, AkbarTanjung, AnasU r b a n i n g r u mdan lain-lain.Mereka semuam a h a s i s w arantau namunm a m p umengukir sejarah.Immanuel Kantpernah berkata,sejarah bukanlahsesuatu yangterjadi, tapisesuatu yangterjadi danmemiliki arti.

Mereka sadartugasnya tak sajam e s t imenyelesaikantugas akademik dikampus, namunjuga mestimenyelesaikanproblem sosialkemasyarakatan

Anak Rantau JadilahMahasiswa Sejati

Ary NugrahaDirjen Kajian Strategis Departemen Sosial

dan Politik, BEM Universitas RiauPeriode 2010-2011

Jadilah seorang‘mahasiswa sejati’

yang menjiwai nilaikemahasiswaan,

tidak sekedar kuliah orangkuliah awak

yang jauh lebih rumit daripada belajar.Keseimbangan teori dan praktik setidaknyamembentuk pemahaman yang utuh. Teoritanpa praktik adalah omong kosong, danpraktik tanpa teori dikhawatirkan akan asal-asalan.

Tak dipungkiri dalam kehidupankemahasiswaan terdapat berbagai karaktermahasiswa yang menghiasi perannya. Ada yangcenderung oportunis, berpolitik praktis,bertaktik, acuh tak acuh, berlandasan, dan idealis.

Agar menjadi mahasiswa rantau yangsejati dan tak mengecewakan orang tua,sebaiknya: prestasi akademik baik, basicorganisasi kuat, santun bertingkah cerdas

berpikir, mampu mengatur waktu, danmampu menuangkan pokok pikiran dalamtulisan.

Hidup Mahasiswa. Semoga tulisan sayaberguna bagi Anda yang ingin menjadimahasiswa sejati. ***

“Mengucapkan Selamat Atas Pelantikan Pembantu Rektor

Universitas RiauPeriode 2010-2014

lProf. Aras Mulyadi, DEA (Pembantu Rektor I)lDr. Yanuar, M.Si (Pembantu Rektor II)lDrs. Rahmad, MT (Pembantu Rektor III)lDrs. Adhy Prayitno, M.Sc (Pembantu Rektor IV)

Prof. Dr. H. Isjoni Ishaq, M.SiDekan

Drs. Wan Syafi’i, M.SiPembantu Dekan I

Drs. Auzar, MSPembantu Dekan II

Drs. Zulkarnain, M.PdPembantu Dekan III

Drs. H. M. Nur Mustafa, M.PdPembantu Dekan IV

Ttd

IKLAN

Pada 8 November 2010

Page 14: Bahana edisi Desember 2010

Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa 14

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

SEJAK wisuda dan terima ijazah, rutinitasSarjan hanya berdiri di depan papan tulisdengan kapur di tangan. Goresan-goresanputih itu tak terasa telah melahirkan sarjanabagi muridnya yang bernasib baikmelanjutkan kuliah. Namun tak dipungkiriada pula yang jadi preman pasar, polisi,tentara, pegawai negeri sipil, atau lonte.

Pak Sarjan—begitu ia biasa disapa—tidakmengajarkan murid-muridnya jadi sepertiyang mereka jalani sekarang. Entah polisi,tentara, sarjana, atau lonte. Yang diajarkan,bagaimana muridnya bisa berbicara, menulis,menyimak, dengan baik. Menggunakanbahasa Indonesia yang baik dan benar.Soalnya, Sarjan, SP adalah guru Bahasa danSastra Indonesia. Bahkan, kadang dia jugaajarkan muridnya berpuisi, menulis cerpen,atau bermain teater. Meski dia sendiri tak tahu,apakah ada di antara muridnya, di kemudianhari, bisa menerima ajarannya danmenerapkannya.

Sarjan tipe guru pendidik. Tidak macam-macam. Kepandaiannya hanya mengajar.Tidak bisa jual buku, tidak bisa berbisnisdalam penerimaan siswa baru. Sekolahnyajuga sekolah swasta. Apa ada yang maumemberi duit agar bisa diterima di sekolahini? Perkawinan Sarjan pun tak neko-neko.Setahun tamat kuliah, masih berstatus guruhonor, sampai sekarang setelah 15 tahunmengajar masih berstatus guru honor, dia

melamar gadis tetangga.Paini, nama gadis yang dinikahinya, anak

seorang tukang sampah. Hasil perkawinandengan Paini telah lahir tiga anak. Merekamensyukuri hidup. Meski tak bisa foya-foya,kehidupan keluarganya lumayan. Kontrakrumah berkamar satu, dindingnya dari kayudan atapnya dari seng, tak pernah nunggak.Begitu juga bayaran listrik.

Ada satu hal yang jadi pertanyaan di benakSarjan. Ketika anak sulungnya sudah tamattaman kanak-kanak, ternyata umurnya belumcukup masuk sekolah dasar. Kalau sajatetangganya tak ada yang cerita bahwa duluada anak lain yang sama seperti anak Sarjandan bisa diterima di SD, barangkali si sulung,Parman, masih tidak bersekolah. “Bisa.Datangi saja guru yang rumahnya di ujunglorong sana. Beri dia amplop, tak usah banyak-banyak, nanti tanpa dites pun anakmu bisamasuk kelas 1,” ujar si tetangga.

Awalnya Sarjan tak mau. Apalagi, dia tahusyarat masuk SD mestinya 6 tahun. Isterinyayang ngotot. Sampai ambil keputusan sendiri.Sarjan tak marah ketika tahu anaknya ternyatamemang bisa masuk SD. Begitupun ketikadisodori tagihan uang buku dari sekolah.Jumlahnya ternyata lebih besar dari yang mestidikeluarkan murid-murid di SMA tempatnyamengajar. Sudahlah, pikir Sarjan, mungkinitu nasib orang tua.

Seperti itu pula ketika di sekolahnya

masuk guru kontrak baru. Padahal, Sarjansendiri sudah tiga kali ikut tes guru kontrak,tak pernah lulus sejak tahun 1999. Sementara,guru kontrak baru itu, setahunya, belumpernah honor. Persyaratan ikut tes gurukontrak mestinya memiliki suratrekomendasi dari kepala sekolah tempatnyahonor. Tapi Sarjan tak mau susahmemikirkan. Yang penting baginya,bagaimana dia berhemat seirit-iritnya.Soalnya, dengan masuknya dua guru kontrakbaru, sementara jumlah siswa tak seberapa,berarti jumlah jam mengajarnya berkurang.Artinya, honor yang diterimanya jugaberkurang. Memang lima tahun terakhirsekolahnya semakin kurang diminati muridbaru. Soalnya fasilitas sekolah tergolongkurang. Kini, dengan hanya mengajar duakelas 1, Sarjan hanya mengajar 10 jamseminggu. Honor yang diterimanya Rp 7 ribuper jam. Jika dikali 10 jam, berarti dia hanyaterima Rp 70 ribu seminggu.

Beruntung dia masih dapat honor daritugasnya mengurus siswa dan sanggar teater.Kalau digenap-genapkan, dapatlah Rp 150ribu. Sementara anak keduanya kini jugasudah masuk SD. Kalau dulu masih lumayankarena mengajar kelas 1, 2 dan 3. Beban tugas,dengan berkurangnya jam mengajar, tentusaja berkurang. Dengan begitu, kini Sarjanpunya banyak waktu luang. Dia lebih banyakdi kantor. Namun banyak waktu luang takmembuatnya senang, justru pusing. Apalagikalau pulang, Paini selalu ngomel. Soal jajananak, bayaran sekolah, duit beli buku, beliberas.

Suatu hari Sarjan bertemu bekastetangganya, Iman. Dia diajak naik motor.Motor baru. Masih mengkilat. Ternyata itumotor ojek. Terpikirlah untuk ngojek.“Gimana caranya ngojek?” tanya Sarjan.“Kamu kan ngajar. Gengsi, nanti ketemumurid,” jawab si teman yang buta huruf.Sarjan tak bergeming. Akhirnya dia pun resmijadi pengojek.

Hari pertama, tak sengaja diamembonceng seorang pegawai negeri sipil(PNS) yang mengenakan seragam Korpri.Tampaknya terburu-buru. Begitu tiba ditempat tujuan, Sarjan membuka helm, sangpenumpang pun mengenali Sarjan. “Bapak,guru saya dulu kan?” tanya penumpang yangternyata kini sudah jadi PNS di kantorwalikota. Ongkos pun tak perludikembalikan. Uang Rp 20 ribu masuk kekantong.

Sekali waktu, saat ada razia, Sarjan kenatilang. Maklum, penumpangnya tak pakaihelm. Dia juga belum punya Surat IzinMengemudi (SIM). Seorang komandanpolisi mendekatinya. “Anda melakukanbanyak kesalahan. Silahkan lanjutkanperjalanan. Ini saya pinjamkan helm untukpenumpang Anda. Besok temui saya dikantor,” ujar si komandan yang tidakmengembalikan surat-surat motornya. Sarjansama sekali tak tahu dan tak mengerti kalau sikomandan itu bekas muridnya. Esoknya,dengan bantuan bekas siswanya itu, Sarjanpun mengantongi SIM. Surat tilangnya punbisa ditebus tanpa sidang. Dengan SIM ditangan, Sarjan pun kian giat. Bahkan kini diasering ngojek sampai larut malam.

Hingga suatu ketika dari sebuah hotel adawanita yang menghentikan laju sepedamotornya. Seorang wanita berpakaian seksi.

Ketika sepeda motor sudah jalan, baru wanitaitu menyebut alamat yang ditujunya.Terdengar isak tangis. Tanpa diminta, wanitaitu pun bercerita bahwa dia wanita panggilan.Tetapi harga dirinya terkoyak ketika lelakipelanggannya meminta layanan yang takmasuk akal. Dia terpaksa melayani. Lelaki itulalu ditinggalkannya.

Tak terasa sepeda motor sudah tiba ditempat tujuan. Sarjan ingat, di sini, beberapatahun lalu, dia pernah mengantar siswinyayang pingsan saat pelajaran olahraga denganmenumpang becak. Ketika wanita  yangdiboncengnya mau membayar, terlihat jelassiapa wanita itu. Bekas muridnya. Uang Rp50 ribu tak disentuhnya. Sarjan cepat memacusepeda motornya. Tinggallah sang wanitamelongo sembari mengelap air matanya yangterus mengalir.

Punya tambahan penghasilan, membuatPaini, isteri Sarjan, kini lebih ramah. Setiaphari bisa menerima uang sisa setoran. Anak-anaknya tak perlu lagi menangis kalau mintauang jajan. Saban Sabtu, setiap minggu,keluarga ini bisa cuci mata keliling kota naikmotor.

Di benak Sarjan, nanti dia akan beli lagidua atau tiga sepeda motor. Lalu, motor ituakan dipercayakan pada temannya. Dia tinggalterima setoran. Naik pangkat jadi juragan ojek.Tentunya waktu mengajar akan semakinbanyak. Lalu Paini akan diberi modal untukbuka warung di rumah. Dari warung akanberkembang jadi mini market.

Belum lagi dia beli motor, isterinya belumjualan, seorang penumpangnya sudah keburumelilitkan kawat ke lehernya setelah diantarke tempat yang sepi sesudah magrib. Sarjanpun terkapar, motornya berpindah tangan.Ketika ada penemuan mayat yang sudahmembusuk, rekan-rekan guru dan pihaksekolah tak percaya kalau yang menjadi korbanpenumpang ojek itu adalah Sarjan. Merekabaru sadar setelah melayat dan menghadiripemakaman, siapa sesungguhnya Sarjan itu.***

Diilhami dari tewasnya seorang tukang ojekkorban perampokan dengan kondisi

mengenaskan pada bulan Ramadhan tahun 2009lalu di Stadion Mini Universitas Riau.

Mohd. AdhliMahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra

IndonesiaBergiat di UKM Teater Batra

Ketika Sang GuruMengojek

“Gimana caranya ngojek?”tanya Sarjan. “Kamu kanngajar. Gengsi, nanti ketemumurid,” jawab si teman yangbuta huruf. Sarjan takbergeming. Akhirnya dia punresmi jadi pengojek.

Page 15: Bahana edisi Desember 2010

15

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa

Pusat Komputer Universitas RiauMengucapkan Selamat Atas Pelantikan Pembantu Rektor

Universitas Riau Periode 2010-2014

lProf. Aras Mulyadi, DEA (Pembantu Rektor I)lDr. Yanuar, M.Si (Pembantu Rektor II)lDrs. Rahmad, MT (Pembantu Rektor III)lDrs. Adhy Prayitno, M.Sc (Pembantu Rektor IV)

Ttd

Defrianto DEAKepala Puskom

Fakultas Teknik Universitas RiauMengucapkan Selamat Atas Pelantikan Pembantu Rektor

Universitas Riau Periode 2010-2014

lProf. Aras Mulyadi, DEA (Pembantu Rektor I)lDr. Yanuar, M.Si (Pembantu Rektor II)lDrs. Rahmad, MT (Pembantu Rektor III)lDrs. Adhy Prayitno, M.Sc (Pembantu Rektor IV)

Dr. Syaiful Bahri, M.SiDekan

Padil, ST, MTPembantu Dekan I

Ttd

Ir. Alfian Kamaldi, MTPembantu Dekan II

Mujiatko, ST, MTPembantu Dekan III

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Riau

Mengucapkan Selamat Atas Pelantikan Pembantu RektorUniversitas Riau Periode 2010-2014

lProf. Aras Mulyadi, DEA (Pembantu Rektor I)lDr. Yanuar, M.Si (Pembantu Rektor II)lDrs. Rahmad, MT (Pembantu Rektor III)lDrs. Adhy Prayitno, M.Sc (Pembantu Rektor IV)

Unit Pelayanan dan Pengembangan Bahasa(UP2B) Universitas Riau

Drs. Masyhur, M.EdKepala UP2B

Ttd

Mengucapkan Selamat Atas Pelantikan Pembantu RektorUniversitas Riau Periode 2010-2014

lProf. Aras Mulyadi, DEA (Pembantu Rektor I)lDr. Yanuar, M.Si (Pembantu Rektor II)lDrs. Rahmad, MT (Pembantu Rektor III)lDrs. Adhy Prayitno, M.Sc (Pembantu Rektor IV)

Mengucapkan Selamat Atas Pelantikan Pembantu RektorUniversitas Riau Periode 2010-2014

lProf. Aras Mulyadi, DEA (Pembantu Rektor I)lDr. Yanuar, M.Si (Pembantu Rektor II)lDrs. Rahmad, MT (Pembantu Rektor III)lDrs. Adhy Prayitno, M.Sc (Pembantu Rektor IV)

Ttd

NurhayatiKepala perpustakaan

Mengucapkan Selamat Atas Pelantikan Pembantu RektorUniversitas Riau Periode 2010-2014

lProf. Aras Mulyadi, DEA (Pembantu Rektor I)lDr. Yanuar, M.Si (Pembantu Rektor II)lDrs. Rahmad, MT (Pembantu Rektor III)lDrs. Adhy Prayitno, M.Sc (Pembantu Rektor IV)

Gusliana HB, SH, M.HumDekan/PD I

Dodi Haryono, SH

Pembantu Dekan II

Rika Gusmelda, SH, MHPembantu Dekan III

Pada 8 November 2010

Pada 8 November 2010

Pada 8 November 2010

Pada 8 November 2010

Pada 8 November 2010

Pada 8 November 2010

Page 16: Bahana edisi Desember 2010

Edisi Akhir Tahun 2010Bahana Mahasiswa 16

Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Riau Bahana Mahasiswa

Darmasiswa Chevron Riau (DCR)DCR berkembang sebagai salah satu ajang bergengsibagi siswa-siswi terbaik Riau untuk mendapatkan beasiswaperguruan tinggi. Tahun ini, DCR menginjak usia satudasawarsa. Pemenangnya dipilih berdasarkan hasil seleksisecara komprehensif, mulai dari tingkat kabupaten/kotahingga level provinsi.

Penerima manfaat DCR berhak atas beasiswa selamaempat tahun di berbagai perguruan tinggi ternama diIndonesia. Program DCR merupakan salah satu bentukkontribusi kami dalam peningkatan kualitas SDM di Riaumelalui pendidikan tinggi. Sejak diluncurkan pada 2001,tercatat lebih dari 500 siswa yang menerima programtahunan ini.

Kerja Sama dengan Perguruan TinggiPerguruan tinggi berperan strategis dalam membentukmental, pola pikir, serta wawasan generasi penerusbangsa.

Kami berpartisipasi dalam proses tersebut melalui berbagaiprogram, di antaranya, beasiswa dan sponsor untuk dosenguna mengikuti seminar tertentu, peningkatan standar-prosedur dan kelengkapan laboratorium, prakarsapendirian jurusan maupun fakultas di beberapa kampus diRiau, serta penugasan karyawan yang kompeten untukmenjadi dosen tamu.

lGedung PCR

Partisipasi PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) dalam pengembangan sektor pendidikan di Provinsi Riau kembali mendapatkan pengakuannasional. Kementeriaan Pendidikan Nasional memberikan Anugerah Peduli Pendidikan (APP) kepada CPI atas kontribusi dan konsistensinyadalam turut mencerdaskan kehidupan bangsa. APP diserahkan secara langsung oleh Mendiknas Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA kepadaPresiden Direktur CPI Abdul Hamid Batubara dalam sebuah acara di Kantor Kemendiknas di Jakarta pada 23 September lalu.

Penghargaan ini tak lepas dari dukungan dan kemitraan dengan berbagai pihak di Provinsi Riau sehingga program yang dirancang dapatberjalan baik. Anugerah tersebut sejatinya bukan kebanggaan kami semata, Karena ini merupakan buah kemitraan kami dengan pemerintah danmasyarakat Riau.

Pendidikan merupakan salah satu area fokus program pengembangan masyarakat yang selama ini kami jalankan, selain kebutuhan dasarmanusia dan pemberdayaan usaha kecil-menengah. Kami percaya bahwa pendidikan merupakan fondasi menuju kesejahteraan dan kemajuanbangsa melalui terciptanya masyarakat yang kreatif dan mandiri.

Pembiayaan program-program kami berasal dari CPI - BPMIGAS sesuai koridor Kontrak Bagi Hasil, dan bersumber dari Chevron Corporationsebagai perusahaan induk CPI, serta kontribusi karyawan melalui Yayasan Dana Bakti Karyawan Chevron.

Kami menyadari masih banyak ruang untuk perbaikan program-program kami ke depan untuk masyarakat Riau. Kami berharap agar niat tulusdan keikhlasan kami dapat menorehkan sesuatu yang berarti bagi peningkatan kemampuan anak-anak negeri menuju masa depan yang lebihbaik.

Anugerah Peduli Pendidikan

Akses Pendidikan untuk Warga SakaiPendidikan adalah hak setiap Warga Negara Indonesia.Sebagai Kontraktor Kontrak Kerja Sama kegiatan hulu migasdi Indonesia, kami berupaya memberikan akses bagi putra-putri daerah berkualitas untuk tumbuh menjadi calonpemimpin masa depan melalui pendidikan yang layak.

Bantuan pendidikan untuk Warga Sakai mencakupbeasiswa untuk jenjang SD, SMP, SMA, hingga S2. Saat ini,tercatat lebih dari 1.300 warga Sakai yang mendapatkanbantuan pendidikan sebagai pijakan awal untuk meraih cita-cita setinggi mungkin.

Untuk daerah terpencil, kami menjalankan programPembangunan Sekolah Marjinal. Ini merupakan terobosanuntuk memberikan akses pendidikan dasar bagi masyarakatyang berada jauh dari pusat kota dan memerlukanpeningkatan kualitas fasilitas pendidikan.

Politeknik Caltex Riau (PCR)PCR merupakan salah satu langkah monumental danstrategis untuk menjawab kebutuhan SDM yang terampil,profesional, dan siap pakai. Politeknik yang mulaiberoperasi pada 31 Agustus 2001 ini meraih peringkatketiga Kontes Robot Indonesia 2005. PCR juga pernahdipercaya sebagai tuan rumah Olimpiade Fisika Asia(AphO) VI.

PCR kini mempunyai delapan program studi dengan totalsekitar 1.000 mahasiswa, di mana 60 persen di antaranyadiperuntukkan bagi siswa-siswi asal Riau. Hingga saat ini,PCR telah mewisuda lebih dari 700 mahasiswa denganketerampilan tinggi. Para lulusan kini tersebar di berbagaiperusahaan terkemuka nasional maupun multinasional.

Pionir PendidikanSejak 1950-an, kami menjadi pionir dalam programpengembangan masyarakat di sekitar wilayah operasi.Tonggak sejarah tersebut ditandai dengan penyerahanbangunan SMA pertama di Pekanbaru pada 8 Oktober1957. Sekolah yang kini bernama SMA Negeri 1Pekanbaruitu tumbuh sebagai sekolah favorit dan sudah banyakmelahirkan tokoh masyarakat dan pemerintahan di Riau.

Kami juga bermitra dengan pemerintah daerah dalampendirian ratusan sekolah SD, SMP, dan SMA lainnya diRiau. Yang termutakhir adalah pembangunan SMKNpertama di Kecamatan Kandis dan Tapung.

Pada 2001, kami juga menjadi motor penyaluran donasilebih dari 2.000 komputer aset negara ke berbagai SMA diRiau dan Kepulauan Riau. Tahun ini, lebih dari 3.000komputer didonasikan kepada sekolah maupun lembagapendidikan di Riau melalui kemitraan dengan DinasPendidikan Provinsi.

Pelatihan Keterampilan KerjaTidak hanya jalur formal, kami juga memperhatikan jalurinformal untuk meningkatkan kualitas SDM lokal. Kamimemberikan pelatihan keterampilan kerja (vocationaltraining) untuk meningkatkan keterampilan dan jiwakewirausahaan para pemuda pencari kerja dan putussekolah guna memacu kegiatan usaha mandiri.

Pelatihan yang diberikan antara lain keterampilan las,elektronik, dan mekanik sepeda motor. Selama satu bulanmasa pelatihan, peserta tidak hanya dibekali teori danpraktik, tapi juga diberi bimbingan motivasi untukpembentukan diri dan kedisiplinan.

Belajar Bekerja Terpadu (BBT)Program ini merupakan program kemitraan yang sangatstrategis karena melibatkan perguruan tinggi, mahasiswa,dan dunia usaha. BBT didesain untuk meningkatkankemampuan serta kompetensi mahasiswa asal Riaumenjembatani dunia pendidikan dengan dunia kerja.

Selama enam bulan, para mahasiswa terpilih akanmenjalani magang kerja di berbagai tim di CPI, sesuai latarbelakang jurusan mereka.

Tidak hanya BBT, kami juga berbagi ilmu dan pengalamankepada ribuan siswa dan mahasiswa dari berbagaipenjuru negeri melalui Program Sistem Ganda (PSG), kerjapraktik, maupun penyusunan tugas akhir.

Energy CornerFasilitas yang berlokasi di lantai 4 Perpustakaan SoemanHS, Pekanbaru, ini dirancang sebagai sentra layanan dansumber informasi dan pengetahuan seputar energi,khususnya minyak dan gas bumi. Energy Cornermenyajikan informasi berbasis teknologi elektronik yangramah pengguna, menggunakan komputer yangterhubung ke jaringan internet, dan file-file elektronik.Fasilitas ini juga dilengkapi ruang audio visual, ruangkomputer, ruang diskusi, serta ruang baca.

Peresmian fasilitas ini sekaligus menjadi kado spesial bagiProvinsi Riau yang merayakan hari jadi ke-53 pada Agustuslalu. Energy Corner diharapkan menjadi salah satu ikonProvinsi Riau yang merupakan salah satu provinsipenyumbang terbesar produksi minyak nasional.

Communications PT. Chevron Pacific Indonesia - Sumatra Operations. 2010

lPelatihan mekanik pada 2008 lPeserta BBT tahun 2009 lBeasiswa S3 untuk Dosen lPeresmian Energy Corner

lSMKN di Kandis lGedung Sekolah di Minas Barat lDCR Tahun 2009