bahan makalah,,,,.docx

23
Pembelajaran sebagai Proses Pemberdayaan Diri Ditulis oleh siriusjack pada 10/27/2011 06:31:00 PM Pandangan yang sudah berlangsung lama yang menempatkan pembelajaran sebagai proses transfer informasi atau transfer of knowledge dan guru kepada siswa semakin banyak mendapat kritikan. Penempatan guru sebagai satu-satunya sumber informasi menempatkan siswa atau peserta didik tidak sebagai individu yang dinamis, akan tetapi lebih sebagai obyek yang pasif sehingga potensi¬- potensi keindividualannya tidak dapat berkembang secara optimal. Ketidaktepatan pandangaan ini juga semakin terasa jika dikaji dan pesatnya perkembangan arus informasi dan media komunikasi yang sangat memungkinkan siswa secara aktif mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan. Dalam keadaan ini guru hendaknya dapat memberikan dorongan dan arahan kepada siswa utuk mencari berbagai sumber yang dapat membantu peningkatan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang aspek-aspek yang dipelajari. Karena sesuai dengan UUD 1945, pendidikan seharusnya mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini berarti pendidikan adalah usaha untuk memberdayakan manusia. Manusia yang berdaya adalah manusia yang dapat berpikir kreatif, yang mandiri, dan yang dapat membangun dirinya dan masyarakatnya (Tilaar, 2000: 21). Di samping persoalan-persoalan khusus pembelajaran di kelas, dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, setiap individu selalu dihadapkan pada berbagai persoalan. Seorang siswa atau mahasiswa menghadapi masalah kehidupan berkaitan dengan aktivitas atau tugas-tugas belajarnya. Kelak, bilamana dia telah menjadi pekerja (karyawan), ia juga akan berhadapan dengan berbagai masalah

Upload: edwin-maryoel

Post on 26-Sep-2015

23 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Pembelajaran sebagai Proses Pemberdayaan Diri Ditulis oleh siriusjack pada 10/27/2011 06:31:00 PM

Pandangan yang sudah berlangsung lama yang menempatkan pembelajaran sebagai proses transfer informasi atau transfer of knowledge dan guru kepada siswa semakin banyak mendapat kritikan. Penempatan guru sebagai satu-satunya sumber informasi menempatkan siswa atau peserta didik tidak sebagai individu yang dinamis, akan tetapi lebih sebagai obyek yang pasif sehingga potensi-potensi keindividualannya tidak dapat berkembang secara optimal. Ketidaktepatan pandangaan ini juga semakin terasa jika dikaji dan pesatnya perkembangan arus informasi dan media komunikasi yang sangat memungkinkan siswa secara aktif mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan. Dalam keadaan ini guru hendaknya dapat memberikan dorongan dan arahan kepada siswa utuk mencari berbagai sumber yang dapat membantu peningkatan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang aspek-aspek yang dipelajari. Karena sesuai dengan UUD 1945, pendidikan seharusnya mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini berarti pendidikan adalah usaha untuk memberdayakan manusia. Manusia yang berdaya adalah manusia yang dapat berpikir kreatif, yang mandiri, dan yang dapat membangun dirinya dan masyarakatnya (Tilaar, 2000: 21).

Di samping persoalan-persoalan khusus pembelajaran di kelas, dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, setiap individu selalu dihadapkan pada berbagai persoalan. Seorang siswa atau mahasiswa menghadapi masalah kehidupan berkaitan dengan aktivitas atau tugas-tugas belajarnya. Kelak, bilamana dia telah menjadi pekerja (karyawan), ia juga akan berhadapan dengan berbagai masalah berkaitan dengan pekerjaannya. Tidak hanya itu saja, bahkan hampir setiap orang seringkali memiliki masalah dengan kepribadiannya sendiri. Sebut saja contoh yang sering kita dengar atau bahkan pernah kita ucapkan, misalnya seseorang yang mengatakan; saya tidak memiliki semangat, saya seringkali merasa malas, saya merasa kurang percaya diri, saya merasa sulit untuk menyesuaikan diri, saya yakin saya tidak mampu dan tidak kuat melakukannya, saya tidak yakin saya akan sukses, dan sebagainya.

Timbangan suatu masalah, seringkali tidak terletak pada eksistensi masalah yang dihadapi, akan tetapi lebih banyak terletak pada persepsi seseorang tentang masalah tersebut. Sebagai contoh, ada seorang karyawan (berinisial A) yang bekerja pada salah satu perusahaan. Dalam waktu yang sudah cukup lama dia merasakan beban yang berat berkenaan dengan tugasnya, lantaran pimpinannya kurang ramah sehingga ia merasa suasana kerja sangat tidak enak. Hal tersebut membuat dirinya merasa tidak betah lagi dan merasakan beban psikologis yang semakin berat. Karyawan lain (berinisial B) yang kebetulan sama dengannya juga berada di bawah seorang pimpinan yang sama, dan diperlakukan sama dengan dirinya. Akan tetapi karyawan ini tidak melihat masalah tersebut sebagai masalah besar, apalagi sebagai beban. Bagi dirinya yang terpenting bekerja dengan baik, dan berusaha mencapai hasil terbaik sesuai kemampuannya. Ilustrasi lain, misalnya terjadi pada dua orang guru yang sama-sama mengajar di sekolah dasar. Seorang guru bernama X merasa sangat berat bebannya menghadapi keragaman prilaku anak-anak sehari-hari. Dia bahkan seringkali tidak bisa tidur nyenyak karena beban yang dia alami telah merubah keceriaan dirinya menjadi pemurung dan bahkan stres. Guru yang lain bernama Y, juga mengajar di sekolah dasar, dan pada prinsipnya menghadapi masalah yang relatif sama dengan guru X. Namun dia menganggap hal-hal seperti itu sebagai sesuatu yang lumrah, dan bahkan dianggapnya sebagai dinamika yang harus ia hadapi.

Ilustrasi yang dikemukakan di atas penting untuk membiasakan siswa agar mampu mengenal dan menyikapi suatu masalah. Dengan pengenalan masalah ini siswa harus dilatih untuk mampu menempatkan posisi diri dan ketika menghadapi suatu masalah. Apakah kepribadian kita lebih identik dengan seorang, karyawan berinisial "A" seperti juga seorang guru bernama "X", atau lebih indentik dengan seorang karyawan berinisial "B" seperti juga seorang guru bernama "Y". Atau mungkin juga tidak indentik dengan kedua-keduanya. Hal itu sesungguhnya sangat erat dengan kepribadian diri sendiri yang seharusnya dapat dipahami dalam rangka mengenal dan memahami kekuatan dan kelemahan diri. Guru memiliki peran penting dalam hal ini, karena keberadaan guru tidak terbatas mengajar bidang studi tetapi memfasilitasi berkembangnya potensi-potensi siswa secara menyeluruh, termasuk mendorong mereka agar mampu memberdayakan dirinya dalam menghadapi berbagai masalah seperti dikemukakan di atas. Parkey dalam salah satu bagian tulisannya membahas peran guru sebagai pemimpin pendidikan. Dalam tugas ini guru memiliki tanggung jawab untuk menumbuhkan kepemimpinan di dalam diri siswa, terutama dalan menumbuhkan rasa percaya diri, kemampuan mengatasi masalah dan membangun sinergisitas dengan individu dan kelompok-kelompol lain (Parkay, 1998).

Dalam proses pembelajaran, pengenalan terhadap diri sendii atau kepribadian diri merupakan hal yang sangat penting dalan upaya-upaya pemberdayaan diri (self empowering). Pengenalan terhadap diri sendiri berarti pula kita mengenal kelebihan-kelebiha atau kekuatan yang kita miliki untuk mencapai hasil belajar yang kita harapkan. Pada sisi lain juga berarti kita mengenal kelemahan kelemahan pada diri kita sendiri sehingga kita dapat berupaya mencapai cara-cara yang konstruktif untuk mengatasi kelemahan-kelemaha tersebut. Jika kelemahan-kelemahan pribadi diri tidak kita pahami dengan baik, maka akan berpotensi membawa kita pada ketidakberhasilan.

Dalam sebuah buku yang berjudul The seven Habits of Effective People, 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif yang ditulis oleh Steven R. Covey, diketengahkan teori "Proses Kematangan Berkelanjutan" (Continum Maturity Process). Berdasarkan teori tersebut, manusia berkembang dari "tahap ketergantungan" (dependence) ke "tahap kemandirian (independence) sampai mencapai tahap "kesalingtergantungan" (interdependence). Menurut teori ini pula pada masa usia dini (bayi, balita), individu sangat tergantung pada bantuan orang lain atau "tidak berdaya", dan menginjak usia lebih tua (usia sekolah, remaja) dapat melakukan sendiri "mandiri", dan menginjak usia dewasa, tidak hanya sendiri melainkan dapat membantu orang lain, atau sebaliknya "saling tergantung". Dalam perjalanan hidup individu dari usia dini ke masa remaja, dewasa sampai tua, terjadi proses kematangan yang berkesinambungan (Covey, 1994: 38).

Dalam mengembangkan pendidikan sebagai proses pemberdayaan anak didik, secara filsafati, harus berpijak pada fakta dan realita. Proses pendidikan melalui pelaksanaan kegiatan pembelajaran harus memberikan kesempatan yang seluasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sense of interest, sense of curiosity, sense of reality, dan sense of discovery dalam mempelajari fakta untuk mencari kebenaran (Sumaatmadja, 2002: 49).

Untuk dapat mencapai keberhasilan atau sukses yang didambakan oleh setiap individu, maka diperlukan upaya-upaya sistematik dan intensif untuk memberdayakan diri sendiri. Pemberdayaan diri, menurut kajian psikologi sebaiknya dimulai dengan membangun "konsep diri positif'. Konsep diri positif mengandung arti bahwa individu harus mampu meletakkan atau memposisikan dirinya sebagai diri yang berdaya, tidak memandang diri pribadinya dari perspektif negatif. Konsep diri positif diantaranya ditandai beberapa hal:1. Pengetahuan yang luas tentang diri sendiri2. Memahami kelebihan dan kelemahan diri3. Memiliki keinginan yang kuat untuk berubah4. Mampu menghargai orang dan mampu menerima orang lain apa adanya.5. Mampu secara terbuka menerima kritikan orang lain6. Memiliki sistem pertahanan diri yang kuat7. Memiliki kontrol internal diri.

Sebaliknya seseorang harus terus berupaya menghindari konsep diri negatif, yang memiliki beberapa ciri, diantaranya:1. Pengetahuan tentang diri sendiri sempit2. Memiliki pemahaman diri yang parsial3. Tidak memiliki keinginan yang kuat untuk berubah4. Kurang dapat menghargai dan menerima orang lain apa adanya 5. Tidak mau dikritik6. Mudah terpengaruh oleh lingkungan negatif7. Pengendalian/kontrol diri eksternal

Jika seseorang mampu membentuk citra diri atau konsep diri positif maka secara bertahap ia dapat mengembangkan diri menjadi pribadi unggul. Irmim dan Suharyo (2004:57) mengemukakan beberapa ciri pribadi unggul, yaitu: (a) memiliki fisik dan mental yan kuat, (b) memiliki kepercayaan diri yang kuat, (c) tidak mudah putus asa. (d) memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, (e) bisa melayani bawahan, teman dan atasan, (f) selalu berpikir ke masa depan, (g) memiliki kepercayaan diri yang kuat, (h) memiliki motivasi kerja yang tinggi, (i) senantiasa mengembangkan potensi diri, (j) banyak inisiatif dan kreatif, (k) memiliki gairah hidup yang tinggi, (1) bisa berkomunikasi dengan baik, (m) memiliki loyalitas yang tinggi.

Melalui proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi siswa agar mereka dapat memaham kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki, untuk selanjutnya memberikan motivasi agar siswa terdorong untuk bekerja atau belajar sebaik mungkin untuk mewujudkan keberhasilan berdasarkar kemampuan yang mereka miliki. Untuk dapat memfasilitasi agar siswa dapat lebih mengenal kemampuannya, maka langkah awal yang perlu dilakukan guru adalah berusaha mengenal siswanya dengan baik. Guru perlu mengenal lebih mendalam tentang bakat, minat, motivasi, harapan-harapan siswa serta beberapa dimensi khusus kepribadiannya. Dalam kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk memiliki sikap terbuka dan sabar agar dengan hati yang jernih dan rasional dapat memahami siswanya. Drost (2000: 52) mengemukakan bahwa selayaknya guru tidak secara gegabah melihat kesalahan siswa, akan tetapi lebih baik mencari sisi positif dan berusaha memberikan pujian. Seandainya teguran diperlukan, hal itu hendaknya tidak dilakukan dengan nada membenci.

Secara lebih spesifik, beberapa dimensi kemampuan siswa yang perlu didorong dalam upaya pemberdayaan diri melalui proses belajar ini adalah;a. Mengetahui kekuatan dan keterbatasan dirib. Meningkatkan rasa percaya diric. Dapat meningkatkan kemampuan menghargai diri dan orang laind. Meningkatkan kemandirian dan inisiatif untuk memulai perubahane. Meningkatkan komitmen dan tanggung jawab,f. Meningkatkan motivasi internalg. Meningkatkan kemampuan mengatasi masalah secara kreatif dan positifh. Meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan tugas secara profesionali. Mendorong kemampuan pengendalian diri, dan tidak mudah menyalahkan orang lainj. Meningkatkan kemampuan membina hubungan interpersonal yang baikk. Meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan.Pembelajaran sebagai Pilar Utama Pendidikan Ditulis oleh siriusjack pada 10/27/2011 06:13:00 PM

Komisi Pendidikan untuk Abad XX1 (Unesco 1996: 85) melihat bahwa hakikat pendidikan sesungguhnya adalah belajar (learning). Selanjutnya dikemukakan bahwa pendidikan bertumpu pada 4 pilar, yaitu (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to live together, larning to live with other, dan (4) larning to be.

Learning to know adalah upaya memahami instrumen-instrumen pengetahuan baik sebagai alat maupun sebagai tujuan. Sebagai alat, pengetahuan tersebut diharapkan akan memberikan kemampuan setiap orang untuk memahami berbagai aspek lingkungan agar mereka dapat hidup dengan harkat dan martabatnya dalam rangka mengembangkan keterampilan kerja dan berkomunikasi dengan berbagai pihak yang diperlukan.

Sebagai tujuan, maka pengetahuan terseubt akan bermanfaat dalam rangka peningkatan pembahaman, pengetahuan serta penemuan di dalam kehidupannya. Upaya-upaya ke arah pemerolehan pengetahuan ini tidak akan pernah ada batasnya, dan masing-masing individu akan secara terus menerus memperkaya pengetahuan dirinya dengan bebagai pengalaman yang diteimukan dalam kehidupannya. Upaya-upaya ini akna berlangsung secara terus-meneru yang pada gilirannya melahirkan kembali konsep belajar sepanjang hayat.Learning to know adalah upaya memahami instrumen-instrumen pengetahuan baik sebagai alat maupun sebagai tujuan. Sebagai alat, pengetahuan tersebut diharapkan akan memberikan kemampuan setiap orang untuk memahami berbagai aspek lingkungan agar mereka dapat hidup dengan harkat dan martabatnya dalam rangka mengembangkan keterampilan kerja dan berkomunikasi dengan berbagai pihak yang diperlukan. Sebagai tujuan, maka pengetahuan terseubt akan bermanfaat dalam rangka peningkatan pembahaman, pengetahuan serta penemuan di dalam kehidupannya. Upaya-upaya ke arah pemerolehan pengetahuan ini tidak akan pernah ada batasnya, dan masing-masing individu akan secara terus menerus memperkaya pengetahuan dirinya dengan bebagai pengalaman yang diteimukan dalam kehidupannya. Upaya-upaya ini akna berlangsung secara terus-meneru yang pada gilirannya melahirkan kembali konsep belajar sepanjang hayat.

Learning to do lebih ditekankan pada bagaimana mengajarkan anak-anak untuk mempraktikkan sega sesuaut ynag telah dipelajarinya dan dapat mengadaptkasikan pengetahuan-pengetahuan yang telha diperolehnya tersebut dengan pekerjaan-pekerjaan yang telah diperolehnya tesebut dengan pekerjaan-pekerjaan di masa depan. Memperhatikan secara cermat kemajuan-kemajuan serta perubahan-perubahan yang terjadi, maka pendidikan tidak cukup hanya dipandang sebagai transmisi atau melaksanakan tugas-tugas rutin, akan tetapi harus mengarah pada pemberian kemampuan untuk berbuat menjangkau kebutuhan-kebutuhan dinamis masa mendatang, karena lapangan kerja masa mendatang akan sangat tergantung pada kemampuan untuk mengubah kemajuan dalam pengetahuan yang melahirkan usaha atau pekerjaan-pekerjaan baru . hal ini akan mejadi tonggak penting untuk membentuk kemapuan, kemampuan serta kesadaran atas berkembagnnya ekonomi baru yang berbasis pengetahuan. Sebagaiman ajuga pada pilar pertama, maka belajar menerapkan sesuaut yang telah diketahui juga harus dilakukan secar terus-menerus, karena proses perubahan juga akan berjalan tanpa hentinya. Dengan keinginan yang kuat untuk belajar melakukan sesuatu, maka setiap orang kaan terlepas dari tindakan-tindakan yang tidak memiliki nilai-nilai posifit bagi kehidupannya, dan hal ini memiliki arti sangat peting bagi kehidupannya, dan hal ini memiliki arti sangat penting dalam memelihara proses dan lingkungan kehidupan yang meberikan ketentraman bagi diri orang lain.

Learning to live together, learning to live with other, pada dasarnya adalh mengajarkan, melatih dan membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi yang baik, menjauhi prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain serta menjauhi dan menghindari terjadinya perselisian dan konflik. Persaingan dalam misi ini harus dipandang sebagi upaya-upaya yang sehat untuk mencapai keberhasilan, bukan sebaliknya bahwa persaingan justru mengalahkan nilai-nilai kebersamaan bahwakn pengehancuran terhadap orang lain atau pihak lain untuk kepentingan sendiri. Dengan demikian diharapkan kedamaian dan keharmonisan hidup benar-benar dapat diwujudkan.

Dalam proses pembelajaran, pengembangan kemampuan berkomunikasi yang baik dengan guru dan sesama siswa yang dilandasi sikap saling menghargai harus perlu secara terus menerus dikembangakan di dalam setiap even pembelajaran. Kebiasaan-kebiasaan untuk bersedia seringkali kurang mendapat perhatian oleh guru, karena dianggap sebagai hal rutin yang berlangsung saja pada kegiatan sehari-hari. Padahal kemampuan ini tidak dapat berkembangan dengan baik begitu saja, akan tetapi membutuhkan latihan-latihan yang terbimbing dari guru. Kebiasaan-kebiasaan saling menghargai yang diprakteikkan di ruang-ruang kelas dan dilakukan secara terus-meneru akan menjadi bekal bagi siswa untuk dapat dikembangakan secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat.

Learning to be, sebagaimana diungkapkan secara tegas oleh komisi pendidikan, bawhwa prinsip fundamental pendidikan handaknya mampu memberikan kontribusi untuk perkembangan seutuhnya setiap orang, jiwa dan raga, intelegensi, kepekaan, rasa etika, tanggung jawab pribadi dan nilai-niali spiritual. Semua manusia hendaklah diberdayaan untuk berfikir mandiri dan kritis dan mampu membuat keputusan sendiri dalam rangka menentukan sesuatu yang harus dilakukan (Komisi Internasional Pendidikan untuk Abad XX1 1996: 94). Kehawatiran yang mendalam terhadap terjadinya dehumanisasi sebagai akbiat terjadinya perubahan, merupakan salah satu peritmbangan mendasar untuk pentingnya penekanan kembali belajar untuk menjadi diri sendiri. Oleh sebab itu, melalui kegaitan pembelajaran, setiap siswa harus terus didorng agar mampu memberdayakan dirinya melalui laithan-latihan pemecahan masalah-masalahnya sendiri, mengambil keputusan sendiri dan memikul tanggun jawab sendiri. Dalam keadaan ini pendidikan dan pembelajaran hendaknya dapat memberikan kekuatan, membekali strategi dan cara agar siswa mampu memahami dunia sekitarnya serta mampu mengembangkan talenta yang dimiliknya untuk dapat hidup secara layak di tengah-tengah berbagai dinamika dan gejolak kehidupan maysarakat.

Keempat pilar pendidikan sebagaimana dipaparkan di atas, sekaligus merupakan misi dan tanggung jawab yang harus diemban oleh pendidikan. Melalui kegiatan belajar mengetahui, belajar berbuat, belajar hidup bersama dan belajar menjadi sesorang atau belajar menjadi diri sendiri yang didasari keinginnan secara sungguh-sunguh maka akan semakin luas wawasan seseorang tentang pengetahuan, tentang nilai-nilai posifit, tentang orang lain serta tentang berbagai dinamika perubahan yang terjadi. Kesemuanya ini diharpkan menjadi modal fundamental bagi seseorang untuk mampu mengarahkan dirinya dalam berprilaku posifit berpijak pada nilai-nilai yang dia yakini kebenarannya, dan pada gilirannya akan semakin terbuka pikiran untuk melihat fakta-fakta yang benar dan yang salah, sesautu tindakan yang sesungguhnya merugikan ataupun membawa kemajuan bagi diri dan orang lain. Kemampuan-kemampuan tersebut juga akan membekali invidiu untuk mampu melihat secara nyata betapa konflik dan pertikaian-pertikaian telah memberikan banyak kerugian di dalam tatanan kehidupan masyarakat dan bangsa, dan merugikan diri serta lingkungannya. Pada sisi lain seseorang juga akan mampu melihat bagaimana suasana yang harmoni dapat memberikan kenyamanan dan ketentraman dalam hidup, sehingga memberikan banyak kesempatan bagi suatu masyarakat dan bangsa mencapai kemajuan-kemajuan yang lebih berarti bagi semua orang. EMPAT PILAR PENDIDIKAN MENURUT UNESCO

EMPAT PILAR PENDIDIKAN MENURUT UNESCODi susun oleh:Titin Saniah10.0401.0067Asmirohati 10.0401.0081A. PENDAHULUANDalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa depan. Manusia yang dapat bergumul dalam masa dimana dunia semakin sengit tingkat kompetensinya adalah manusia yang berkualitas. Manusia demikianlah yang diharapkan dapat bersama-sama manusia yang lain turut bepartisipasi dalam percaturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka-teki (Isjoni, 2008:vii). Berangkat dari pemikiran tersebut, Persarikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan, yakni: (1) Learning to know, (2) Learning to do, (3) Learning to live together, dan (4) Learning to be. Berikut ini akan kami sampaikan ulasan mengenai ke empat pilar pendidikan tersebut.B. MAKNA EMPAT PILAR PENDIDIKAN MENURUT UNESCO

1. Learning to Know (belajar untuk menguasai) Tidak hanya memperoleh pengetahuan tapi juga menguasai teknik memperoleh pengetahuan tersebut. Pilar ini berpotensi besar untuk mencetak generasi muda yang memiliki kemampuan intelektual dan akademik yang tinggi.Secara implisit, learning to know bermakna belajar sepanjang hayat (Life long education). Asas belajar sepanjang hayat bertitik tolak atas keyakinan bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup, baik didalam maupun diluar sekolah. Sehubungan dengan asas pendidikan seumur hidup berlangsung seumur hidup, maka peranan subjek manusia untuk mendidik dan mengembangkan diri sendiri secara wajar merupakan kewajiban kodrati manusia.Dengan kebijakan tanpa batas umur dan batas waktu untuk belajar, maka kita mendorong supaya tiap pribadi sebagai subjek yang bertanggung jawab atas pedidikan diri sendiri menyadari, bahwa: 1) Proses dan waktu pendidikan berlangsung seumur hidup sejak dalam kandungan hingga manusia meninggal.2) Bahwa untuk belajar, tiada batas waktu. Artinya tidak ada kata terlambat atau terlalu dini untuk belajar.3) Belajar/ mendidik diri sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian integral/ totalitas kehidupan (Burhannudin Salam, 1997:207).Menurut Isjoni (2008:47), guru adalah orang yang identik dengan pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Di tangan gurulah tunas-tunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitasnya, sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini di masa yang akan datang.Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatkan kemampuan belajar bagi siswanya, dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar-mengajar. Guru bisa dikatakan unggul dan profesional bila mampu mengembangkan kompetensi individunya dan tidak banyak bergantung pada orang lain. Konsep learning to know ini menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu berperan sebagai berikut:a. Guru berperan sebagai sumber belajar Peran ini berkaitan penting dengan penguasaan materi pembelajaran. Dikatakan guru yang baik apabila ia dapat menguasai materi pembelajaran dengan baik, sehingga benar-benar berperan sebagi sumber belajar bagi anak didiknya.b. Guru sebagai FasilitatorGuru berperan memberikan pelayanan memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.c. Guru sebagai pengelolaGuru berperan menciptakan iklim blajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan guru dalam pengelolaan pembelajaran, yaitu:a) Sesuatu yang dipelajari siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri.b) Setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing-masing. c) Siswa akan belajar lebih banyak, apabila setiap selesai melaksanakan tahapan kegiatan diberikan reinforcement. d) Penguasaan secara penuh.e) Siswa yang diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar.d. Guru sebagai demonstratorGuru berperan untuk menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.e. Guru sebagai pembimbingSiswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap perbedaan. Perbedaan inilah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing.a. f.Guru sebagai mediator Guru selain dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang media pendidikan juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan media dengan baik.g. Guru sebagai EvaluatorYakni sebagai penilai hasil pembelajaran siswa. Dengan penilaian tersebut, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan/ keefektifan metode mengajar (Fakhruddin, 2010:49-61).

Kiat-kiat Agar Menjadi Guru Favorit menurut Fakhruddin (2010:97) yaitu:a) Sabarb) Bisa menjadi sahabatc) Konsisten dan komitmen dalam bersikapd) Bisa menjadi pendengar dan penengahe) Visioner dan misionerf) Rendah hatig) Menyenangi kegiatan mengajarh) Memaknai mengajar sebagai pelayanani) Bahasa cinta dan kasih sayangj) Menghargai proses

2. Learning to do (belajar untuk menerapkan)Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat/ mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. Sasaran dari pilar kedua ini adalah kemampuan kerja generasi muda untuk mendukung dan memasuki ekonomi industry (Soedijarto, 2010). Dalam masyarakat industri tuntutan tidak lagi cukup dengan penguasaan keterampilan motorik yang kaku melainkan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan seperti controlling, monitoring, designing, organizing. Peserta didik diajarkan untuk melakukan sesuatu dalam situasi konkrit yang tidak hanya terbatas pada penguasaan ketrampilan yang mekanitis melainkan juga terampil dalam berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain, mengelola dan mengatasi suatu konflik. Melalui pilar kedua ini, dimungkinkan mampu mencetak generasi muda yang intelligent dalam bekerja dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi.Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar Learning to do dapat terealisasi. Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sedangkan minat adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.Meskipun bakat dan minat anak dipengaruhi factor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan . Lingkungan disini dibagi menjadi dua yaitu: 1) Lingkungan socialYang termasuk dalam lingkungan social siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri.2) Lingkungan nonsosialFactor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, dan keadaan cuaca. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa (Muhibbin Syah, 2004:138).Sekolah juga berperan penting dalam menyadarkan peserta didik bahwa berbuat sesuatu begitu penting. Oleh karena itulah peserta didik mesti terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Tujuannya adalah agar peserta didik terbiasa bertanggung jawab, sehingga pada akhirnya, peserta didik terlatih untuk memecahkan masalah.3. Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama)Kemajuan dunia dalam bidang IPTEK dan ekonomi yang mengubah dunia menjadi desa global ternyata tidak menghapus konflik antar manusia yang selalu mewarnai sejarah umat manusia. Di zaman yang semakin kompleks ini, berbagai konflik makin merebak seperti konflik nasionalis, ras dan konflik antar agama. Apapun penyebabnya, semua konflik itu didasari oleh ketidakmampuan beberapa individu atau kelompok untuk menerima suatu perbedaan. Pendidikan dituntut untuk tidak hanya membekali generasi muda untuk menguasai IPTEK dan kemampuan bekerja serta memecahkan masalah, melainkan kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, dan pengertian. Dalam kaitan ini adalah tugas pendidikan untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bahwa hakekat manusia adalah beragam tetapi dalam keragaman tersebut terdapat persamaan. Itulah sebabnya Learning to live together menjadi pilar belajar yang penting untuk menanamkan jiwa perdamaian.

4. Learning to be (belajar untuk menjadi)Tiga pilar pertama ditujukan bagi lahirnya generasi muda yang mampu mencari informasi dan/ menemukan ilmu pengetahuan, yang mampu melaksanakan tugas dalam memecahkan masalah, dan mampu bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleran terhadap perbedaan. Bila ketiganya berhasil dengan memuaskan akan menimbulkan adanya rasa percaya diri pada masing-masing peserta didik.Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be) (Atika, 2010). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapain aktualisasi diri. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan menurut Djamal (2007:101) yaitu: 1) Motivasi Yaitu kondisi fisiologi dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan/ kebutuhan2) Sikap Sikap yaitu suatu kesiapan mental atau emosional dalam berbagai jenis tindakan pada situasi yang tepat.

3) Minat 4) Kebiasaan belajar Berbagai hasil penelitian menunjukkan, bahwa hasil belajar mempunyai kolerasi positif dengan kebiasaan atau study habit. Kebiasan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis. 5) Konsep diri Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain.Makna pilar ke empat ini adalah muara akhir dari tiga pilar pendidikan diatas. Dengan pilar ini , peserta didik berpotensi menjadi generasi baru yang berkepribadian mantap dan mandiri (Aezacan, 2011).

C. Garis Besar Mengenai ke Empat Pilar Pendidikan UNESCOa. KekuatanKe empat pilar pendidikan tersebut dirancang sangat bagus, dengan tujuan yang bagus pula, dan sesuai dengan keadaan zaman sekarang yang menuntut pesera didik tidak hanya diajarkan IPTEK, kemudian dapat bekerja sama dan memecahkan masalah, akan tetapi juga hidup toleran dengan orang lain ditengah-tengah maraknya perbedaan pendapat dimasyarakat. Dengan ke kempat pilar ini akan bisa tercapai pendidikan yang berkualitas.b. KelemahanMeskipun ke empat pilar pendidikan ini dirancang sedemikian bagusnya, namun perlu diingat, masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut, seperti kurangnya SDM guru yang benar-benar mumpuni, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau daerah dalam memandang arti penting pendidikan, kemudian ada lagi fasilitas, fasilitas yang masih minim akan sangat menghambat kemajuan proses belajar mengajar, dan kendala-kendala lain.c. PeluangApabila pendidikan di Indonesia diarahkan pada ke empat pilar pendidikan ini, maka pada gilirannya masyarakat Indonesia akan menjadi masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia.d. AncamanKe empat pilar pendidikan UNESCO ini bisa menjadi bumerang bagi peserta didik dan pengajar apabila tujuan atau keinginan yang hendak dicapai tidak kunjung terwujud. Bisa jadi akan muncul sikap pesimis dan putus asa kehilangan kepercayaan diri.D. KESIMPULANPilar-pilar pendidikan tersebut dirancang dengan sangat bagus dan dengan tujuan yang sangat bagus pula. Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan yang berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih baik. Namun masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut, baik mengenai SDM nya, fasilitasnya, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau daerah dalam memandang arti penting pendidikan, dan kendala-kendala lain. Persoalan pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama, karenanya tentu secara bersama-sama pula kita mencari alternative pemecahannya. Mudah-mudahan ke empat pilar tersebut dapat kita realisasikan dan akan nampak hasinya. Mari melakukan introspeksi diri sejauh mana kita sudah melakukan yang terbaik untuk perubahan dan perbaikan terhadap persoalan pendidikan yang melilit negeri ini. Satu harapan kita semua, agar dunia pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik dan berkualitas.Majulah pendidikan indonesiaku..

DAFTAR PUSTAKADjamal. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Fakhrudin. (2010). Menjadi Guru Faforit. Yogyakarta: Diva Press.Isjoni.(2008). Guru Sebagai Motifator Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Isjoni.(2008). Memajukan Bangsa dengan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Salam, B. (1997). Pengantar Pedagogik. Jakarta: PT Rineka Cipta.Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Atika Aziz (2010) 4 Pilar Pendidikan Menurut UNESCO (online) tersedia: Http://Atikatikaaziz.Blogspot.com.2010/09/4-pilar-pendidikan-menurut-unesco.html?m=1 (12 Maret 2012)Aezacan (2011) 4 Pilar Pendidikan Menurut UNESCO (online) tersedia: http://aezacan.wordpress.com (15 Maret 2012)Soedijarto (2010) Paradigma Pembelajaran Menjawab Tantangan Jaman (online) tersedia: http://www.ilmupendidikan.net/2010/03/16/paradigma-pembelajaran-menjawab-tantangan-jaman.php (12 Maret 2012)

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik denganpendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaranmerupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi prosespemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan katalain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapatbelajar dengan baik.Sedangkan dalam konsep Islam, Ahmad Tafsir menyatakanbahwa pembelajaran (pendidikan) dalam Islam14 merupakan sebuahrangkaian proses pemberdayaan manusia menuju takli>f (kedewasaan),baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba ('abd) dihadapanpencipta (Kha>liq) nya dan sebagai 'pemelihara' (khali>fah) padasemesta.Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip denganpengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam kontekspendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar danmenguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu obyektif yang ditentukan(aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspekafektif), serta ketrampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitupekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanyainteraksi antara guru dengan peserta didikAdapun menurut Oemar Hamalik, Pembelajaran adalah suatukombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material,fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untukmencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat dalamsistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, materimeliputi; buku-buku, papan tulis dan lain-lainnya. Fasilitas danperlengkapan terdiri dari ruang kelas dan audiovisual. prosedur meliputijadwal dan metode penyampaian informasi, praktek belajar, ujian dansebagainya Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi formal yang secarasengaja diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransformasikanilmu kepada peserta didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendakdicapai.Melalui pembelajaran peserta didik melakukan proses belajarsesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. Dengandemikian, unsur kesengajaan melalui perencanaan oleh pihak gurumerupakan ciri utama pembelajaran. Upaya pembelajaran yang berakarpada pihak guru dilaksanakan secara sistematis yaitu dilakukan denganlangkah-langkah teratur dan terarah secara sistematik. yaitu secara utuhdengan memperhatikan berbagai aspek. Maka konsep belajar danpembelajaran merupakan dua kegiatan yang berproses dalam suatusistem.Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi pembelajaran secara umumadalah merangsang dan menyukseskan proses belajar dan untuk mencapaitujuan, Sedangkan fungsi belajar adalah dapat memanfaatkan semaksimalmungkin sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar, yaitu terjadinyaperubahan dalam diri peserta didik.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2244250-pengertian-proses-pembelajaran/#ixzz2PTgjGQqC