bahan fistum acara 2 dan 3

Upload: muhammad-darussalam-t

Post on 11-Oct-2015

68 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Jurnal : Laporan Kuoesien Respirasi

Jurnal : Laporan Kuoesien Respirasi

PENDAHULUANLatar Belakang Kuesien respirasi (KR) merupakan angka perbandingan antara volume CO2 dan dibebaskan dengan volume O2 yang di absorbsi secara stimulan oleh jaringan dalam periode tertentu. Pada suhu dan tekanan tertentu. KR dari glukosa adalah 1, lemak 0,7 dan protein adalah lebih besar dari 0,7 dan lebih kecil dari 1 (Miller, 1991).

Pengurangan kecepatan respirasi pada titik kompensasi pengikatan karbondioksida untuk fotosintesis sama dengan kehilangan karena respirasi. Karena itu, suatu pengurangan didalam respirasi akan menurunkan titik kompensasi tetapi respirasi mempunyai suatu tujuan dan suatu pengurangan. Nampaknya adalah untuk mendapatkan pertumbuhan yang dapat menurunkan kemampuan bersaing dari tanaman dalam kaitannya dengan spesies yang pertumbuhannnya lebih cepat. Pengurangan kecil pada kecepatan respirasi kemudian merupakan respon yang umum terhadap berkurangnya intensitas cahaya, tetapi sebagai suatu respon positif adaptif utama. Hal itu hanya akan terjadi bagi tanaman yang mengetahui penurunan yang sangat berat (Fitter dan Hay, 1991)

Sel tumbuhan dan sel hewan menggunakan energi untuk membangun dan memelihara protoplasma, membrane protoplasma, dan dinding sel. Mereka mendapatkan energi ini seperti halnya mesin mobil dari oksidasi (Pembakaran) senyawa kimia. Bila kayu dibakar, pertama-tema kayu harus dibakar hingga suhu 204-280 C. Respirasi sangat berbeda dengan pembakaran. Disamping karena kecepatan, respirasi berbeda karena energy yang direspirasikan diubah menjadi energy yang berguna untuk sel, bukan dilepaskan untuk panas. Didalam respirasi molekul gula biasanya gliukosa diubah menjadi molekul yang lebih sederhana dengan disertai pembebasan energi. Proses ini digambarkan dengan persamaan : C6H12O6+6O2->6O2+6H2O+energy (Tjitrosomo, 1980)

Tanaman jagung menghendaki penyinaran matahari penuh. Di tempat- tempat yang teduh, pertumbuhan tanaman jagung akan merana dan tidak mampu membentuk buah (Najiyati dan Danarti, 1999).

Tanaman kacang hijau termasuk tanaman golongan C3. Artinya, tanaman ini tidak menghendaki radiasi dan suhu yang terlalu tinggi. Fotosintesis tanaman kacang hijau akan mencapai maksimum pada sekitar pukul 10.00. Radiasi yang terlalu terik tidak diinginkan oleh tanaman kacang hijau. Panjang hari yang diperlukan minimum 10 jam/hari (Purwono dan Hartono, 2008).

Kuosien Respirasi adalah Pengukuran CO2 dan O2 memungkinkan pengevaluasian sifat proses respirasi. Perbandingan CO2 terhadap O2 dinamakan kuosien respirasi (RQ). RQ berguna untuk menentukan apakah proses bersifat aerobik atau anaerobik (Pantastico, 1984).

Cahaya matahari pada kaitannya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap respirasi. Bukan hanya itu, matahari juga merupakan faktor yang memiliki fungsi lain dalam pemanfaatan kehidupan. Berbagai ragam pemanfaatan cahaya matahari adalah untuk kehidupan, manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan dan pada kenyataannya nilai kuosien respirasi berfluktuatif. Adapun faktor-faktor penyebabnya adalah : 1) Suhu. Mempengaruhi penyerapan Oksigen (O2) dan produksi karbondioksida (CO2). Nilai KR akan meningkat dengan kenaikan suhu dan akan menurun juga dengan penurunan suhu. 2) Asam Organik yang diserap oleh tanaman, digunakan pula untuk proses sintesis asam organik disamping untuk respirasi. 3) Faktor lain. Dalam hal ini, CO2 banyak dibentuk pada proses respirasi namun tidak diimbangi dengan tersedianya O2 dalam jumlah cukup. Keadaan ini terjadi pada tempat anaerob. Tanaman berdaun merah meiliki nilai KR yang lebih rendah dibandingkan dengan yang berdaun hijau (Gabriel, 2001).

Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kuosien respirasi pada kecambah jagung (Zea mays L.) dan kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)

Kegunaan Penulisan Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Fisiologi tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara serta sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA Respirasi merupakan proses oksidasi bahan organik yang terjadi di dalam sel, berlangsung secara aerobik maupun aneorobik. Dalam repirasi aerobik ini diperlukan CO2 serta energi, sedangkan dalam proses respirasi secara aerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa lebih CO2 di ketahui nilai KR untuk karbohidrat = 1 , protein < 1 (0,8 0,9) lemak 1 (1,33) (Pandey dan Sinha ,1995).

Pada dasarnya respirasi memiliki 2 fungsi utama , yang pertama adalah sebuah proses yang menghasilkan produksi senyawa reaktif atau penyusun-penyusun khusus yang penting dalam hal konstituensi pembentukan sel. Yang kedua adalah sebuah proses dimana energi dilepaskan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menghasilkan pembentukan struktur sel serta dalam melakukan kerja (Curtis and Clark, 1950).

Proses respirasi diawali oleh adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Proses-proses transport yang dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung dengan cara difusi, melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma, dan membrane sel. Demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi keluar sel dan masuk kedalam ruang antar sel. Kemudian dinding dalam respirasi respirasi tersebut dalam beberapa tahapan diantaranya yaitu dekarboksilase, oksidasi, siklus asam sitrat, dan transportasi elektron (Najiyanti dan Danarti, 1999).

Pada respirasi, oksigen digunakan dan karbondioksida dibebaskan. Oleh karena didalam cahaya kedua proses itu berlangsung dalam waktu yang sama di dalam sel-sel tumbuhan, maka akan diketahui sejauh mana pula produk tersebut dimanfaatkan. Bukti menunjukkan bahwa karbondioksida yang dibentuk dalam respirasi dapat digunakan dalam proses fotosintesis, sedangkan oksigen yang dibebaskan dalam fotosintesis dapat dimanfaatkan dalam respirasi. Pada intensitas cahaya yang rendah, kedua proses itu tetap seimbang, sehingga baik oksigen maupun karbondioksida tidak ada yang masuk maupun yang keluar dari daun. Intensitas cahaya yang memungkinkan tercapainya keseimbangan dinamakan titik kompensasi (Tjitrosomo, 1980).

Respirasi merupakan reaksi dari 50 atau lebih reaksi komponen. Masing masing dikatalis oleh komponen berbeda. Respirasi merupakan oksidasi yang berlangsung dalam medium air, dengan pH mendekati netral. Pada saat suhu sedang dan bertahap menyebabkan energi menjadi ATP (Salisbury dan Ross, 1995).

Perbandingan antara respirasi dan fotosintesis dapat dilihat dari beberapa perbedaan. Respirasi terjadi pada seluruh sel yang hidup , bahan baku utama adalah glukosa dan oksigen, berlangsung setiap waktu ( baik siang dan malam), merupakan proses pelepasan/penggunaan energi, menghasilkan karbondioksida dan air. Sedangkan fotosintesis terjadi hanya pada organisme yang memiliki klorofil yang berisi sel-sel, bahan baku utama adalah karbondioksida dan air, berlangsung hanya jika tersedia cahaya matahari, merupakan proses menghasilkan energi, menghasilkan glukosa dan juga oksigen (Brimble, 1960).

Pada kebanyakan tanaman, karbohidrat dengan komposisi utama [CH2O]n secara kuantitatif, substrat yang paling penting dalam metabolisme pernafasan. Kerusakan aerobik yang lengkap akan karbohidrat dapat dirumuskan sebagai kebalikan dan produksi fotosintesis glukosa (Mohr and Schopfer, 1995).

Metabolisme pernafasan dijelaskan terjadi ketika Oksigen tersedia yang disebut dengan aerobik. Ketika Oksigen kurang (tidak tersedia) proses respirasi akan menjadi anaerobik. Dalam proses tersebut, asam piruvat akan dirubah menjadi alkohol atau asam laktat. Respirasi anaerob terjadi pada bagian akar adalah ketika akar kehilangan Oksigen karena tanah tergenang air maupun banjir (Poincelot, 1979).

Untuk tujuan yang lebih penting, tingkat respirasi dapat dinilai dan diprediksikan sebagai konsep penggunaan pertumbuhan dan pemeliharaan respirasi. Dalam proses ini (lebih dari proses biokimia) secara perbedaannya dapat mengetahui proporsi dalam fotosintesis yang digunakaTingkat respirasi yang rendah telah dilaporkan terdapat pada benih yang kering meskipun diartikan sebagai relatif karena benih tersebut memiliki kadar air. Contohnya benih/biji yang sedang dalam penyimpanan keringmempunyai kadar air 10-15% (Bewley and Black, 1983).

Gas CO2 langsung bereaksi dengan larutan NaOH sedangkan CH4 tidak. Dengan berkurangmya konsentrasi CO2 sebagai akibat reaksi dengan NaOH, maka perbandingan konsentrasi CH4 dengan CO2 menjadi lebih besar untuk konsentrasi CH4. Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan karena bikarbonat bereaksi dengan OH- membentuk CO32- (Bhat, 1999).Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi terbagi dua, yaitu: 1) Faktor internal . Semakin tinggi tingkat perkembangan organ, semakin banyak jumlah CO2 yang dihasilkan. Susunan kimiawi jaringan mempengaruhi laju respirasi, pada buah-buahan yang banyak mengandung karbohidrat, maka laju respirasi akan semakin cepat. Produk yang lebih kecil ukurannya mengalami laju respirasi lebih cepat daripada buah yang besar, karena mempunyai permukaan yang lebih luas yang bersentuhan dengan udara sehingga lebih banyak O2 berdifusi ke dalam jaringan. Pada produk-produk yang memiliki lapisan kulit yang tebal, laju respirasinya rendah, dan pada jaringan muda proses metabolisme akan lebih aktif 2) Faktor eksternal . Umumnya laju respirasi meningkat 2-2,5 kali tiap kenaikan 10C. Pemberian etilen pada tingkat pra-klimaterik, akan meningkatkan respirasi buah klimaterik. Kandungan oksigen pada ruang penyimpanan perlu diperhatikan karena semakin tinggi kadar oksigen, maka laju respirasi semakin cepat. Konsentrasi CO2 yang sesuai dapat memperpanjang umur simpan buah-buahan dan sayuran karena terjadi gangguan pada respirasinya (Pantastico, 1993).

Mutu benih mencakup mutu fisik, fisiologis dan genetis, serta memenuhi persyaratan kesehatan benih. Mutu fisik benih diukur dari kebersihan benih, bentuk, ukuran, dan warna cerah yang homogen serta benih tidak mengalami kerusakan mekanis atau kerusakan karena serangan hama dan penyakit. Mutu fisiologis diukur dari viabilitas benih, kadar air maupun daya simpan benih. Mutu genetik dapat diukur dari tingkat kemurniannya(Mugnisyah dkk., 1994) .

Respirasi merupakan pemecahan bahan-bahan kompleks dalam sel, seperti gula dan asam-asam organik menjadi molekul sederhana seperti karbon dioksida dan air, bersamaan dengan terbentuknya energi dan molekul lain yang dapat digunakan sel untuk reaksi sintesa (Wills dkk., 1981).

Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh ketesediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat (Pradana, 2008).

Laju respirasi menunjukan pentunjuk yang baik untuk daya simpan buah setelah dipanen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya metabolisme dan oleh karena itu sering dianggap sebagai petunjuk mengenai potensi daya simpan buah. Besar kecilnya respirasi dapat diukur dengan pengukuran perbandingan CO2 terhadap O2, dinamakan Kuosien Respirasi(RQ). Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai dengan umur yang pendek. Hal ini merupakan petunjuk laju kemunduran mutu dan nilainya sebagai bahan pangan (Phan dan Muchtadi , 1993).

Koefisien respirasi (KR) merupakan perbandingan antara CO2 yang diproduksi dan O2 yang dikonsumsi, yang menggambarkan jenis nutrien yang dipakai dan dimanfaatkan pada proses metabolisme untuk menghasilkan energi. Nilai KR untuk metabolisme karbohidrat adalah 1,0; protein 0,8 dan lemak 0,7 (Eckert, 1989).

Respirasi terjadi pada seluruh sel yang hidup, khususnya di Mitokondria. Proses ini bertujuan untuk membangkitkan energi kimia (ATP). ATP dibentuk dari penggabungan ADP + Pi (fosfat anorganik) dengan bantuan pompa H+-ATP-ase, dalam rantai transfer elektron yang terdapat pada membran mitokondria. Peristiwa aliran elektron dan atau proton (H+) dalam rantai tranfer elektron pada dasarnya adalah peristiwa Reduksi Oksidasi (Redoks) (Suyitno, 2006).

Kecambah melakukan pernafasan untuk mendapatkan energi yang dilakukan dengan melibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap atau diperlukan dalam menghasilkan karbondioksida (CO2), air (H2O) dan sejumlah energi (Putra, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Bewley, J.D. and M.Black.1983.Physiology and Biochemistry of Seeds. SpringerVerlag Berlin Heidelberg.New York.

Bhat,V.1999.Mass Transfer with Complex Chemical Reaction in Gas Liquid system. Two step Reversible Reaction with unit stoichiometric and Kynetic Orders.Chemical Enggineering.

Brimble, L.J.F.1960.Intermediate Botany.Mc.Millan and Company Limited.ST Martins Press Inc.New York.

Curtis,O.F. and D.G. Clark.1950.An Introduction to plant Physiology.Mc.Graw Hill Book Company Inc.New York.

Eckert,R.,R.David and A.George.1989.Physiology.Mechanisme and Adaptation Third edition.Prentice and Hall.New York.

Fitter,A.H. dan R.K.M. Hay. 1991.Fisiologi Lingkungan Tanaman.Gadjah mada University Press.Yogyakarta.

Gabriel,J.F.2001.Fisika Lingkungan.Hiprokates.Jakarta.

Miller, E.C.1991.Plant Physiology With Reference to The Green Plant.Tata Mc Grrow.Hill Book Company Inc.New York

Milthorpe,F.L. and J.Moorby.1998. An Introduction crop PhysiologySeed Second Edition. Cambridge University Press. Sydney.

Mohr,H. And P. Schopfer.1995.Plant Physiology. Springer-Verlag Berlin Heidelberg.Berlin.

Mugnisyah,W.Q.,A.Setiawan,Suwarto,C.Santiwa.1994.Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang ilmu dan teknologi Benih. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Njiyati,S. Dan Danarti.1999.Palawija Budidaya dan Analisa Usaha Tani.Penebar swadaya.Jakarta.

Pandey, S.N dan Sinha, B.K.1995. Plant Physiology. Vikas Publishing Pvt Ltd.New delhi.

Pantastico, E.R.B. 1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Penerjemah Kamariyani. UGM-Press. Yogyakarta.

Pantastico, E.R.B. 1984. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Penerjemah Kamariyani. UGM-Press. Yogyakarta.

Pradana. 2008. Respirasi. \Phan, L. dan D.Muchtadi.1993.Fisiologi Tanaman.Gadjah mada University Press.Yogyakarta.

Poincelot,R.P.1979.Horticulture Principles and Practical Aplication. Prentice-Hall.Inc Englewood Cliffs.New Jersey.

Purwono dan R.Hartono.2008.Kacang Hijau.Penebar Swadaya.Jakarta.

Putra,I.2010.Penetapan Kuosien Respirasi jaringan Tumbuhan.Diaksesmemalui

Salisbury dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung

Suyitno.2006. Respirasi Pada Tumbuhan. Diakses

[23 November 2013]

Tjitrosomo,S.S.1980.Botani Umum.Angkasa.Bandung.

Wills, R.B.H., T.H. Lee, P. Graham, W.B. McGlasson and E.G. Hall. 1981. Post Harvest : an Introduction to The Physiology and Handling of Fruit and Vegetable. New South Wales University-Press. Australia.

Acara 3

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup memerlukan air, dan semua yang hidup memerlukan air. Sekitar 80% berat tubuh organisme adalah air. Hampir semua reaksi kimia dalam tubuh berlangsung dalam keadaan terlarut. Molekul air bermuatan, dengan atom oksigen yang lebih negatif (-) dan atom hidrogen yang lebih positif (+). Akibat muatan yang berlawanan tersebut, molekul air satu dengan lainnya terhubung melalui ikatan hidrogen. Ikatan tersebut lemah dan sangat penting dalam biologi Organisme unisel tidak dapat bertahan hidup dalam lungkungan yang berubah-ubah karena memiliki sedikit atau hampir tidak memiliki mekanisme perlindungan terhadap lingkungannya. Namun organisme multisel yang kompleks, seperti manusia, dapat hidup di lingkungan yang berubah-ubah karena mempunyai kemampuan untuk mempertahankan keadaannya. Berdasarkan hal diatas maka dilakukannya praktikum Fisiologi Hewan mengenai Homeostasis Sel untuk mengetahui keadaan larutan yang bersifat isotonis, hipotonis, dan hipertonis, dan dapat mengamati peristiwa osmosis pada kulit katak dan usus ayam. Di sekitar lingkungan kita, sejumlah besar air bergerak dengan cara difusi yang tidak bisa kita lihat. Untuk menggambarkan aspek yang tidak begitu dikenal dalam dunia nyata tersebut, dibutuhkan usaha, kita harus melihat sejumlah molekul air, yang melayang-layang dan melenting beribu juta kali setiap detiknya dalam bentuk uap, dalam bentuk cair, molekul tersebut saling mengait dengan ikatan hidrogen. Berdasarkan hal diataslah sehingga kami melakukan praktikum Fisiologi Tumbuhan mengenai pengukuran potensial air jaringan tumbuhan untuk mengetahui lebih lanjut tentang potensial air pada tumbuhan. B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah mengukur nilai potensial air jaringan umbi kentang.

C. Manfaat Praktikum Adapun manfaat diperoleh dengan melakukan praktikum ini adalah mahasiswa akan lebih memahami tentang fisiologi tumbuhan khususnya pada pengykuran nilai potensial air pada jaringan tumbuhan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensial kimia air atau potensial air (PA) merupakan konsep yang sangat penting dalam fisiologi tumbuhan. Ralph O. Slatyer (Australia) dan Sterling A Taylor (Utah State University) pada tahun 1960, mengusulkan bahwa potensial air digunakan sebagai dasar untuk sifat air dalam sistem tumbuhan-tanah-udara. Potensial air merupakan sesuatu yang sama dengan potensial kimia air dalam suatu sistem, dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada tekanan atmosfir dan suhu yang sama. Mereka menganggap bahwa PA air murni dinyatakan sebagai (0) nol (merupakan konvensi) dengan satuan dapat berupa tekanan (atm, bar) atau satuan energi (Ismail, 2006). Salah satu ciri yang membedakan antara sel hewan dan sel tumbuhan adalah adanya dinding sel. Dinding sel terdiri atas dinsing primer dan dinding sekunder, diantara dinding primer dari suatu sel dengan dinding primer dari sel tetangganya, terdapat lamella tengah. Lamella tengah merupakan perekat yang mengikat sel-sel secara bersama-sama untuk membentuk jaringan dan oleh sebab itu dijumpai diantara sel-sel primer yang berdekatan (Adnan, 2008). Karena air begitu sangat penting dan jumlahnya sangat banyak (konsentrasi sekitar 50M), difusi air melintasi membran semipermeabel dinamakan osmosis. Molekul air dapat berdifusi secara bebas melintasi membran, dari larutan dengan gradien konsentrasi larutan rendah ke larutan dengan gradien konsentrasi larutan tinggi (Ismail, 2006). Tumbuhan banyak mengandung air dalam sel-selnya. Hal ini menyebabkan suhu tumbuhan relatif stabil walaupun menerima atau kehilangan energi. Panas laten vaporisasi dan fusi yang tinggi. Panas laten vaporisasi molekul air merupakan energi yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 gram air pada suhu 20oC, sedangkan panas laten fusi , merupakan energi yang dibutuhkan untuk mencairkan 1 gr es pada suhu 0oC.

besarnya energi panas laten vaporisasi air adalah 586 cal dan untuk panas laten fusi adalah 80 cal (Lakitan, 2004). Potensial air memiliki dua komponen yaitu, potensial tekanan dan potensial osmotik. Potensial tekanna timbul karena adanya tambahan tekanan dan sama dengan tekanan nyata di bagian sistem tertentu. Potensial osmotik disebut juga potensial linarut, yang terjadi karena adanya unsur terlarut. Karena potensial tekanan merupakan tekanan nyata untuk mudahnya kita sebut tekanan (Salisbury, 1992). Membran sel memungkinkan molekul air melintas lebih cepat daripada unsur terlarut. Dinding sel primer biasanya sangat permiabel terhadap keduanya. Membran sel tumbuhan memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah yang meninbulkan tekanan di dalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti yang terjadi saat sel darah merah dimasukkan ke dalam air (Salisbury, 1992). Osmosis merupakan proses gerak air pelarut melewati membran yang bersifat permiabel selektif, bebrapa partikel yang terlarut (substansi dalam cairan tubuh dan cairan sel) seperti protein tidak dapat melewati mebran. Pada keadaan tersebut, supaya kedua sisi membran mempunyai tekana seimbang, air harus bergerak melewati membran untuk memperbaiki perbedaan kadar yang disebabakan substansi yang tidak dapat melewati membran. Sebagai contoh, bila sel mempunyai kadar partikel yang lebih tinggi dari pada cairan intertisial di sekeliling sel, maka air dari cairan intertisial akan bergerak masuk ke dalam sel sampai tercapai keseimbangan tekanan di kedua sisi membran. Karena adanya gerak air, maka volume sel akan meningkat, dengan demikian tekanannya meningkat (Frandson, 1996). Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif, dimana molekul air berdifusi melewati membran yang bersifat selektif permeabel. Dalam sistem osmosis, dikenal larutan hipertonik (larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut tinggi), larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi terlarut rendah), dan larutan isotonik (dua larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut sama). Jika terdapat dua larutan yang tidak sama konsentrasinya, maka molekul air melewati membran sampai kedua larutan seimbang. Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik, sebagian besar molekul air

terikat (tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik, memiliki lebih banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut), sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Oleh sebab itu, dalam osmosis aliran netto molekul air adalah dari larutan hipotonik ke hipertonik (Anonim, 2009).

POTENSIAL AIR PADA JARINGAN TUMBUHAN

1. I. JUDUL PRAKTIKUM POTENSIAL AIR PADA JARINGAN TUMBUHAN

1. II. DASAR TEORIDi dalam suatu sel, potensial air memiliki dua komponen, yaitu potensial tekanan dan potensial osmosis. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi potensial air, sedangkan potensial osmosis menujukkan setatus larutan di dalam sel tersebut. Dengan memasukkan suatu jaringan tersubut ke dalam seri larutan yang telah di ketahui potensial airnya, maka potensial air jaringan tersebut dapat diketahui.

Air merupakan 85 95 % berat tumbuhan herba yang hidup di air. Dalam sel, air diperlukan sebagai pelarut unsur hara sehingga dapat digunakan untuk mengangkutnya; selain itu air diperlukan juga sebagai substrat atau reaktan untuk berbagai reaksi biokimia misalnya proses fotosintesis; dan air dapat menyebabkan terbentuknya enzim dalam tiga dimensi sehingga dapat digunakan untuk aktivitas katalisnya. Tanaman yang kekurangan air akan menjadi layu, dan apabila tidak diberikan air secepatnya akan terjadi layu permanen yang dapat menyebabkan kematian Adanya potensial osmosis cairan sel air murni cenderung untuk memasuki sel, sedangkan potensial turgor yang berada di dalam sel mengakibatkan air untuk cenderung meninggalkan sel. Penentuan nilai osmotic cairan sel dapat pula dilakukan dengan metode Chardakov. Penentuan nilai osmotik ini sudah sejak lama dikenal oleh V.S Chardakov yang berasal dari Rusia. Cara ini relative lebih mudah, akurat, dan mudah diterapkan dilapangan. Perhitungan nilai potensial osmotic cairan sel dengan metode Chardakov ini didasarkan pada perubahan konsentrasi larutan akibat adanya penyerapan larutan oleh jaringan yang direndam atau adanya pengeluaran cairan dari jaringan yang direndam di dalam larutan. Dalam metode Chardakov, gerakan partikel-partikel zat terlarut ked an dari dalam jaringan/larutan diabaikan.1. III. TUJUAN PRAKTIKUMMengukur potensial air jaringan dengan cara Chardakov.1. IV. ALAT dan BAHANAlat:Tabung reaksi

6buahPengebor gabus berdiameter 1 cm1buahPengaduk

1buahSilet

1buahPipet tetes

1buahPinset

1buahBahan :Sansiviera ( lidah mertua )

4lembar

Larutan sukrosa 0,1 M; 0,2 M; 0,3 M; 0,4 M; 0,5 M; dan 0,6 M1. V. CARA KERJAa. Sediakan 6 tabung reaksi yang bersih dan kering, dan isi masing-masing tabung reaksi dengan larutan 0,1 M; 0,2 M; 0,3 M; 0,4 M; 0,5 M; dan 0,6 M sebanyak 5 ML.b. kemudian potongan daun dari lidah mertua ( Sansiviera) yang akan diukur potensial airnya dibuat dengan pengebor gabus dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi 20 potongan jaringan

c. kemudian ditutup dan biarkan selama 60 menit.

d. Setiap 20 menit tabung reaksi digoyang perlahanlahan untuk mempercepat terjadinya kesetimbangan

e. Setelah 60 menit potongan daun dikeluarkan dengan mengunakan pinset lalu larutan sisa diberi metilen blue dengan mengunakan pipet tetes dan pergerakan larutan tersebut diamati.

f. Hasil yang akan di peroleh Tetesan biru akan mengambang di permukaan, artinya larutan yang di uji telah menjadi lebih pekat karena adanya air yang masuk kedalam sel-sel daun dari larutan sukrosa Tetesan biru tenggelam kedalam permukaan tabung, artinya larutan sukrosa yang di uji telah menjadi lebih encer karena adanya air yang masuk kedalam sel-sel daun Tetesan biru melayang kemudian tersebar keseluruh larutan yang di uji, artinya konsentrasi larutan cendrung tidak berubah.1. VI. HASILTabung No Kel Kons12345

10,1 M+++++++

20,2 M+++++++++++

30,3 M++ }++++++++

40,4 M++ }+++++++++

50,5 M++ }++++++

60,6 M+++++++++++

Ket: + = mengambang; ++: melayang; +++ = tenggelam.}Kelompok 1. Menggunakan daun lidah mertua (sensiviera)2. 3. Menggunakan daun tanduk rusa4. Menggunakan daun lidah mertua (sensiviera)5. Menggunakan daun Rhoeo discolor

Tentukan potensial air jaringan dari daun yang diuji berdasarkan data berikut:larutanPotensial air (atm)

0,1 M-2,6

0,2 M-5,3

0,3 M-8,1

0,4 M-11,1

0, 5 M14,3

1. VII. PEMBAHASANPada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,1 M yang diuji menggunakan larutan metilen blue 0,1 M, ternyata larutan metilen blue berada di permukaan air (terapung). Hal ini menunjukkan bahwa larutan sukrosa 0,1 M tersebut telah menjadi pekat karena ada air dari larutan yang masuk ke dalam daun. Dengan kata lain, potensial air larutan sukrosa 0.1 M lebih besar dibandingkan dengan potensial air daun lidah mertua Selanjutnya, pada larutan sukrosa 0,2 ; 0,5 M larutan metilen blue melayang larutan sukrosa (melayang). Hal ini menunjukan bahwa larutan sukrosa tidak berubah ini merupakan potensial air dari jaringan daun yang di ukur. pada rumus w = s + p, potensial tekanan turgor yang dihasilkan sama dengan nol dikarenakan tidak adanya aliran masa air ke dalam sel yang mengakibatkan membran sel terdorong ke luar. Jadi, untuk mencari potensial air dari jaringan, cukup dengan menggunakan persamaan umum untuk gas sempurna (fluida) yang dikemukakan oleh JH vant Hoff (1887) (cit Salisbury, 1995) bahwa nilai potensial air adalah

w = s = -M.i.R.T

Diketahui semakin besar konsentrasi sukrosa, perubahan berat jaringan sample akan semakin kecil. Ini membuktikan bahwa konsentrasi zat terlarut dan tekanan yang ada akan menurunkan potensial air. Hal ini disebabkan karena adanya larutan lain di luar jaringan sample atau larutan eksternal yaitu larutan sukrosa. Karena larutan eksternal memiliki potensial air yang lebih kecil (lebih negatif), air akan meninggalkan sel itu dengan cara osmosis, sehingga sel itu akan mengalami plasmolisis, atau mengkerut dan menjauh dari dindingnya. Untuk daun jagung dan daun Rhoeo discolor yang mungkin fotosintesis, air cenderung ditarik dari sel sel daun dengan menghasilkan reduksi tekanan dalam turgor sel dan dalam potensial air sel. Dalam larutan sukrosa pekat, sel mulanya memiliki potensial air yang lebih besar dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sel akan kehilangan air dan mengalami plasmolisis. Setelah plasmolisis selesai, potensial air sel di sekitarnya akan menjadi sama. Plasmolisis mematikan sebagian besar sel tumbuhan. Hal ini menyebabkan berat akhir jaringan sample berkurang setelah dilakukan pencelupan. Pada potensial air berlawanan ini air akan mengalir melewati suatu membran pada arah dari potensial air yang lebih rendah (lebih negatif).

1. VIII. KESIMPULANPenurunan Potensial air dari sel atau pada jaringan tumbuhan disebabkan naiknya potensial osmosis, proses terjadinya hal tersebut disebabkan atau dipengaruhi oleh zat-zat terlarut yang ada pada jaringan sel tumbuhan.

IX. DAFTAR PUSTAKAGoldworthy, R. dan N.M. Fisher, 1992. Fisiologi Tanaman Budidya Tropik. Universitas Gadjah Mada Press. YogyakartaAnonimous . 2001 . fisiologi tumbuhan . diakses tanggal 30 oktober 2011http://id.shvoong.com/exact-sciences/bioengineering-and-biotechnology/2063665-hubungan-penambahan-zat-pelarut-terhadap/#ixzz1cICUB1nbPenentuan Potensial Air Jaringan Tumbuhan

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPernahkah kita memikirkan bagaimana caranya udara dan air masuk ke dalam tubuh tumbuhan? Semua sel tumbuhan dikelilingi oleh selaput atau membran. Membran sel tidak dapat dilalui oleh semua zat. Membran sel berfungsi seperti tirai kasa di jendela rumahmu yang dapat dilalui udara tetapi tidak dapat dilalui benda-benda yang besar seperti serangga atau kerikil bahkan nyamuk. Bagaimana zat-zat tertentu dapat melalui membran sel? Sel-sel tumbuhan dapat dilewati air, zat-zat makanan yang terlarut, oksigen dan karbondioksida baik ke dalam atau ke luar sel. Sel tumbuhan memerlukan oksigen dan karbondioksida, serta bagaimana zat-zat tersebut bergerak melewati membran sel? Bagian-bagian penyusun zat di alam ini selalu dalam keadaan bergerak. Bagian-bagian penyusun zat yang ukurannya sangat kecil disebut partikel. Partikel tersebut menyebar merata ke segala arah. Zat-zat bergerak dari tempat yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi ke tempat yang konsentrasinya lebih rendah. Proses perpindahan zat seperti tersebut disebut difusi. Konsentrasi suatu zat adalah ukuran yang menunjukkan jumlah suatu zat dalam volume tertentu. Difusi partikel zat itu akan berhenti jika konsentrasi zat di kedua tempat tersebut sudah sama. Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel terjadi jika terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama. Banyak hewan-hewan laut, seperti bintang laut (Echinodermata) dan kepiting (Arthropoda) cairan selnya bersifat isotonik dengan lingkungannya. Jika sel terdapat pada larutan yang hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga bisa menyebabkan lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan). Sebaliknya, jika sel berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel menjadi kecil dan dapat menyebabkan kematian. Pada hewan, untuk bisa bertahan dalam lingkungan yang hipo- atau hipertonik, maka diperlukan pengaturan keseimbangan air, yaitu dalam proses osmoregulasi. Pada praktikum ini kita akan melakukan pengamatan terhadap potensial kimia air untuk mengetahui pergerakan kimia air dalam tumbuhan yang mengalami kelebihan ataupun kekurangan cairan. Kita akan mengamati pergerakan air yang terjadi pada wortel dan larutan sukrosa. Caranya yaitu dengan merendam potongan jaringan dalam suatu seri larutan yang diketahui konsentrasinya. Dari sini kita akan mengetahui apakah wortel yang memiliki Potensial air tinggi ataupun larutan suksrosa. Namun dalam percobaan ini kita juga harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyimpangan hasil dari teori yang ada sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, maka praktikum Fisiologi Tumbuhan ini dilaksanakan. B. Rumusan Masalah1. Bagaimanakah pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan wortel ?2.Pada konsentrasi larutan sukrosa berapakah yang dapat menyebabkan perubahan panjang irisan jaringan wortel ?3.Berapakah nilai potensial air jaringan wortel tersebut?

C. Tujuan1.Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa perubahan panjang potongan jaringan wortel.

2.Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan perubahan panjang irisan jaringan wortel.

3.Menghitung nilai potensial air jaringan wortel.

BAB IIKAJIAN PUSTAKASistem yang menggambarkan tingkah laku air dan pergerakan air dalam tanah dan tubuh tumbuhan didasarkan atas suatu hubungan energy potensial. Air mempunyai kapasitas untuk melakukan kerja, yaitu akan bergerak dari daerah dengan energy potensial tinggi ke daerah dengan energy potensial rendah. Energy potensial dalam sistem cairan dinyatakan dengan cara membandingkannya dengan energy potensial air murni. Karena air dalam tumbuhan dan tanah biasanya secara kimia tidak murni, disebabkan oleh adanya bahan terlarut dan secara fisik dibatasi oleh berbagai gaya, seperti gaya tarik-menarik yang berlawanan, gravitasi, dan tekanan, maka energy potensialnya lebih kecil dari pada energi potensial air murni (Gardner, 1991).

Potensial kimia air atau potensial air (PA) merupakan konsep yang sangat penting dalam fisiologi tumbuhan. Ralph O. Slatyer (Australia) dan Sterling A Taylor (Utah State University) pada tahun 1960, mengusulkan bahwa potensial air digunakan sebagai dasar untuk sifat air dalam sistem tumbuhan-tanah-udara. Potensial air merupakan sesuatu yang sama dengan potensial kimia air dalam suatu sistem, dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada tekanan atmosfir dan suhu yang sama. Mereka menganggap bahwa PA air murni dinyatakan sebagai (0) nol (merupakan konvensi) dengan satuan dapat berupa tekanan (atm, bar) atau satuan energi. Karena air begitu sangat penting dan jumlahnya sangat banyak (konsentrasi sekitar 50M), difusi air melintasi membran semipermeabel dinamakan osmosis. Molekul air dapat berdifusi secara bebas melintasi membran, dari larutan dengan gradien konsentrasi larutan rendah ke larutan dengan gradien konsentrasi larutan tinggi (Ismail, 2006).

Potensial air adalah suatu pernyataan dari status energy bebas air, suatu ukuran daya yang menyebabkan air bergerak kedalam suatu sistem, seperti jaringan tumbuhan, seperti jaringan tumbuhan, tanah atau atmosfir, atau suatu bagian dari suatu bagian lain dalam suatu sistem. Potensial air mungkin merupakan parameter yang paling bermanfaat untuk diukur dalam hubungan dengan sistem tanah, tanaman dan atmosfir (Ismail, 2009).

Osmosis merupakan difusi air melintasi membran semipermeabel dari daerah dimana air lebih banyak ke daerah dengan air yang lebih sedikit . Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air , yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit, di bawah kondisi yang sama. Energi bebas zuatu zat per unit jumlah, terutama per berat gram molekul (energi bebas mol-1) disebut potensial kimia. Potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang berpotensial kimia lebih kecil (Ismail, 2006). Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel. Masuknya larutan ke dalam sel-sel endodermis merupakan contoh proses osmosis. Dalam tubuh organisme multiseluler, air bergera dari satu sel ke sel lainnya dengan leluasa. Selain air, molekul-molekul yang berukuran kecil seperti O2 dan CO2 juga mudah melewati membran sel. Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Proses Osmosis akan berhenti jika konsentrasi zat di kedua sisi membran tersebut telah mencapai keseimbangan (Anonim, 2009). Struktur dinding sel dan membran sel berbeda. Membran memungkinkan molekul air melintas lebih cepat daripada unsur terlarut; dinding sel primer biasanya sangat permeable terhadap keduanya. Memang membran sel tumbuhan memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah yang menimbulkan tekanan. Sel hewan tidak mempunyai dinding, sehingga bila timbul tekanan didalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti yang terjadi saat sel darah merah dimasukkan dalam air. Sel yang turgid banyak berperan dalam menegakkan tumbuhan yang tidak berkayu (Salisbury, 1995). Metode plasmolisis dapat ditempuh dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa berapakah yang mengakibatkan jumlah sel yang terplasmolisis mencapai 50%. Pada kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui, maka tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:TO sel = 22,4 x M x T 273Dengan :TO = Tekanan OsmotikM = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis

T = Temperatur mutlak (273 + tC)Jika tekanan sel bernilai positf, maka nilai potensial osmotic akan bernilai negative sehingga:PO = - TO(Tim Fisiologi Tumbuhan, 2010).BAB IIIMETODE PENELITIANA. Jenis PenelitianJenis penelitian yang kami gunakan adalah eksperimen karena menggunakan beberapa variable yaitu variable kontrol, variable manipulasi dan variable respon. Selain itu juga menggunakan pembanding dalam penelitian.

B. Variabel Penelitiana) Variabel kontrol:

- Jenis umbi sama, yaitu wortel.- Jumlah potongan silinder wortel yaitu 4 potongan.- Panjang awal potongan wortel yaitu 2 cm.- Perbesaran mikroskop 10x

- Waktu perendaman potongan wortel dalam larutan sukrosa yaitu 1,5 jam.

b) Variabel manipulasi: konsentrasi larutan sukrosa.

c) Variabel respons:

- Panjang akhir potongan wortel.

- Pertambahan panjang potongan wortel.

- Rata-rata pertambahan panjang potongan wortel.

- Nilai potensial osmosis

- Nilai potensial air

C. Alat dan Bahan1. Wortel

2. Larutan sukrosa 0 M, 0,2 M, 0,4 M, 0,6 M, 0,8 M dan 1 M.3. Gelas kimia 100 ml sebanyak 6 buah.4. Gelas ukur 50 ml 1 buah.

5. Alat pengebor gabus.

6. Penggaris, pisau tajam, pinset, plastik dan karet gelang/tali.7. StopwacthD. Langkah Kerja1. Mengisi gelas kimia ke-1 dengan larutan sukrosa 0 M, gelas kimia ke-2 dengan larutan sukrosa 0,2 M dan seterusnya sampai gelas kimia ke-6, masing-masing 25 ml. Beri label pada masing-masing gelas kimia tersebut.

2. Memilih umbi wortel yang cukup besar dan baik, buatlah silinder umbi dengan alat pengebor gabus. Potong-potong silinder umbi wortel tersebut sepanjang 2 cm.

3. Memasukkan potongan umbi wortel tersebut ke dalam gelas kimia yang telah diisi dengan larutan sukrosa pada berbagai konsentrasi, masing-masing 4 potongan. Catat waktu pada saat memasukkan potongan umbi wortel ke dalam gelas kimia. Bekerjalah dengan cepat untuk mengurangi penguapan, dan tutup rapat gelas kimia selama percobaan dilakukan.4. Mengamati dan mengukur. Setelah 1,5 jam, kemudian setiap potongan umbi wortel tersebut dan mengukur kembali panjangnya.5. Menghitung nilai rata-rata pertambahan panjang umbi wortel untuk setiap konsentrasi larutan sukrosa.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil PengamatanTabel Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa Terhadap Pertambahan Panjang Jeringan Wortel Konsentrasi

Sukrosa (M)Panjang awal

(cm)Panjang akhir

(cm)Pertambahan panjang (cm)Rata-rata

02,02,30,30,225

2,02,20,2

2,02,20,2

2,02,20,2

0,22,02,20,20,175

2,02,20,2

2,02,10,1

2,02,20,2

0,42,02,10,10,200

2,02,20,2

2,02,20,2

2,02,30,3

0,62,02,20,20,225

2,02,20,2

2,02,20,2

2,02,30,3

0,82,02,10,10,125

2,02,10,1

2,02,10,1

2,02,20,2

12,01,9-0,10,000

2,01,9-0,1

2,02,10,1

2,02,10,1

B. Analisis DataBerdasarkan data yang telah diperoleh dapat dianalisa sebagai berikut:- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0 M, rata-rata pertambahan panjang potongan silinder wortel sepanjang 0,225 cm.- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,2 M, rata-rata pertambahan panjang potongan silinder wortel sepanjang 0,175 cm.- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,4 M, rata-rata pertambahan panjang potongan silinder wortel sepanjang 0,200 cm.- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,6 M, rata-rata pertambahan panjang potongan silinder wortel sepanjang 0,225 cm.- Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,8 M, rata-rata pertambahan panjang potongan silinder wortel sepanjang 0,125 cm.- Pada konsentrasi larutan sukrosa 1 M, rata-rata pertambahan panjang potongan silinder wortel sepanjang 0 cm.Analisis Grafik :- Pada konsentrasi larutan sukrosa 1 M sel wortel tidak mengalami pertambahan panjang

C. PembahasanSetelah diketahui bahwa pada konsentrasi 1 M, sel wortel tidak mengalami pertambahan panjang. maka dapat dihitung nilai potensial osmosis yang ada pada sel wortel :

PO = - TO = - 22,4 x M x T

273

= 22,4 x 1 x (273 +28C) 273

= 24,69 atmNilai potensial air pada sel wortel :PA = PO + PT= PO + 0= 24,69 atmPada konsentrasi larutan sukrosa 1 M, rata-rata pertambahan panjangnya 0 (nol). Hal tersebut menandakan bahwa dalam kondisi tersebut tidak mengalami perubahan panjang, dimana dalam kondisi tersebut nilai potential air sama dengan nilai potensial osmosis.

Grafik tidak linear dan hasil percobaan tidak sesuai dengan teori dikarenakan kekurang telitian kami dalam pengukuran panjang potongan wortel, dan pada saat perendaman masing-masing potongan wortel ke dalam konsentrasi yang berbeda tidak dalam waktu tepat bersamaan. D. DiskusiPerlu dicari nilai konsentrasi larutan sukrosa yang tidak penyebabkan pertambahan panjang potongan wortel dalam menentukan nilai potensial air karena untuk mencari nilai potensial osmosisnya tanpa adanya potensial turgor.

Nilai potensial air wortel yang tidak berubah panjangnya sama dengan nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan panjang potongan wortel karena kondisinya isotonis dan tidak ada potensial turgor.

BAB VSIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum adalah konsentrasi larutan sukrosa berpengaruh terhadap perubahan panjang potongan jaringan tumbuhan yaitu konsentrasi larutan sukrosa berbanding terbalik terhadap pertambahan panjang potongan silinder umbi (wortel). Nilai potensial air sel wortel yang tidak berubah panjangnya sama dengan nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan panjang potongan silinder umbi (wortel) yaitu 24,69 atm.

B. saran 1. Sebaiknya waktu praktikum lebih diperpanjang, agar kegiatan yang dilakukan tidak terburu-buru, sehingga hasil yang didapatkan juga maksimal.

2. sebaiknya peralatan praktikum ditambah, sehingga tiap kelompok tidak perlu menunggu dan meminjam peralatan pada kelompok lain setelah kelompok lain menggunakannya.

DAFTAR PUSTAKATim fisiologi tumbuhan. 2010. Penuntun Praktikum FISIOLOGI TUMBUHAN. Surabaya : Jurusan Biologi FMIPA UNESA.Anonim. 2009. Air Dalam Tumbuhan.http:// id.kli mato logi.w ordpres s .com/ tag/a ir- dalam-tumbuhan.html. Diakses Pada Tanggal 28 September 2010.

Gardner, Franklin P., R. Brent Pearce, dan Roger L. Mitchell. 1992.Fis iologi Tanaman Budidaya. Jakarta: UI Press.

Ismail. 2006. Fisiologi Tanaman. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM Makassar.

Ismail dan Abdul Muis. 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM Makassar.

Salisbury, Frank B. dan Clean W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Wibosono. 2009.Os m os is.http://w ibos ono1981.blogs pot. com/os mos is .ht ml. Diakses Pada Tanggal 27 September 2010.