bab v analisis sarana komunikasi simbolik untuk si anak...

37
BAB V ANALISIS 5.1 Makna Pertunjukan Burok 5.1.1 Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak Sunat Struktur pertunjukan seni Burok pada prosesi khitanan adalah sebuah proses komunikasi antara manusia dengan sang Pencipta dalam bentuk tanda dan simbol. Komunikasi tersebut sebagai bentuk sarana yang terjadi terhadap si anak sunat dalam proses inisiasi ketika akan memasuki masa remaja atau dewasa muda, dengan demikian si anak sunat harus sudah siap memasuki lingkungan di mana dia berada. Selain itu pula, ketika Burok topeng Rahwana pada atraksi pertunjukan terakhir di tempat yang punya hajat dengan mengambil bantal kemudian dilempar ke atas rumah tuan hajat, hal ini mengandung makna dimaksudkan untuk membuang sial atau malapetaka. Oleh karena itu, bantal diartikan sebagai tempat imajinasi atau dunia mimpi dengan harapan bahwa segala bentuk malapetaka dan khayalan yang tidak diharapkan menjauh dari yang punya hajat khususnya si anak sunat. Memahami pertunjukan seni Burok pada prosesi khitanan pada dasarnya seni Burok semacam hiburan anak yang diperuntukkan sebagai hiburan bagi anak yang hendak dikhitan dengan tujuan ngalap berkah dengan menunggangi kendaraan Burok kaitannya nama kendaraan Nabi Muhammad SAW ketika peristiwa Isra Miraj.

Upload: truongkiet

Post on 07-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

BAB V

ANALISIS

5.1 Makna Pertunjukan Burok

5.1.1 Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak Sunat

Struktur pertunjukan seni Burok pada prosesi khitanan adalah sebuah

proses komunikasi antara manusia dengan sang Pencipta dalam bentuk

tanda dan simbol. Komunikasi tersebut sebagai bentuk sarana yang terjadi

terhadap si anak sunat dalam proses inisiasi ketika akan memasuki masa

remaja atau dewasa muda, dengan demikian si anak sunat harus sudah siap

memasuki lingkungan di mana dia berada. Selain itu pula, ketika Burok

topeng Rahwana pada atraksi pertunjukan terakhir di tempat yang punya

hajat dengan mengambil bantal kemudian dilempar ke atas rumah tuan

hajat, hal ini mengandung makna dimaksudkan untuk membuang sial atau

malapetaka. Oleh karena itu, bantal diartikan sebagai tempat imajinasi atau

dunia mimpi dengan harapan bahwa segala bentuk malapetaka dan khayalan

yang tidak diharapkan menjauh dari yang punya hajat khususnya si anak

sunat.

Memahami pertunjukan seni Burok pada prosesi khitanan pada

dasarnya seni Burok semacam hiburan anak yang diperuntukkan sebagai

hiburan bagi anak yang hendak dikhitan dengan tujuan ngalap berkah

dengan menunggangi kendaraan Burok kaitannya nama kendaraan Nabi

Muhammad SAW ketika peristiwa Isra Miraj.

Page 2: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

5.1.2 Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Orang Tua

Kasih sayang yang diberikan orang tua terhadap si anak sunat dalam

bentuk ritus khitanan memperlakukan anak sunat dengan dua cara yaitu

fisik dan psikis. Secara psikis anak yang dikhitan diperlakukan dengan

penuh kasih sayang, di manja, dikabulkan segala permintaannya, dilayani

segala kehendaknya seolah raja sehari. Secara fisik anak sunat dijajakan di

sebuah tempat yang relatif tinggi tampak jelas pada pandangan mata seluruh

hadirin yang hadir dalam pesta. Puncak perlakuan fisik terhadap anak yang

dikhitan dalam upacara prosesi khitanannya adalah menaikkan ke atas

pundak boneka Burok, kemudian diusung oleh dua orang penari Burok dan

diiringi tetabuhan, diarak keliling kampung beramai-ramai dengan

menggunakan seni Burok sebagai medianya. Nampak dari kejauhan sosok

raja kecil yang berpakaian tokoh wayang kesatria. Anak yang sedang

menjalani upacara inisiasi dianalogikan dengan wujud-wujud boneka-

boneka binatang yang terdapat dalam iring-iringan prosesi. Mereka adalah

harapan, angan-angan serta impian para orang tua atas masa depan anaknya.

5.1.3 Sarana Komunikasi Simbolik Bagi Seniman

Makna yang terkandung dalam pertunjukan seni Burok bagi sang

seniman sebagai wujud sarana komunikasi yang mengekspresikan perasaan

manusia guna memperhalus dan memperluas komunikasi menjadi sebagai

persentuhan rasa yang akrab dengan menyampaikan pesan dan pengalaman

sang seniman kepada penonton.

Page 3: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

Komunikasi yang disampaikan seni adalah pengalaman yang

berharga bermula dari imajinatif kreatif. Seni Burok sangat bermakna atau

dapat diresapkan pada dirinya karena mengandung kekuatan pesan yang

komunikatif. Dalam proses komunikasi tingkat hubungan antara makna

pribadi yang dipancarkan oleh si seniman pada hasil karyanya dengan

makna umum sangat memungkinkan dan menentukan karyanya diterima

oleh masyarakat.

5.1.4 Sarana Komunikasi Simbolik Bagi Masyarakat

Kehadiran seni Burok bagi masyarakat Desa Pakusamben

mengandung makna komunikasi simbolis diantaranya bentuk makna

syukuran yakni masyarakat Desa Pakusamben sebagai komunitas biasanya

dan umumnya masyarakat kalangan menengah ke atas dengan cara syukuran

khitanan anak mereka berdasarkan cara yang diwariskan yaitu menanggap

seni Burok sebagai media seninya untuk mengkomunikasikan hubungan

mereka dengan Yang Maha Kuasa. Kegiatan menanggap seni Burok untuk

khitanan dijadikan suatu tradisi bagi lingkungan mereka, selain itu makna

spiritual dipercaya oleh masyarakat lingkungannya untuk keselamatan. Oleh

karena itu simbol pertunjukan seni Burok sebagai media untuk menjaga

keseimbangan hidup dan menghubungkan manusia dengan penguasa alam.

5.2 Simbol Pertunjukan Burok

5.2.1 Simbol Burok

Penampilan topeng Burok termasuk kategori topeng besar dan secara

umum topeng dapat diartikan sebagai tiruan wajah, tokoh yang digambarkan

Page 4: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

pada Burok sebagai makhluk berparas cantik dan bercitra menyerupai

manusia. Topeng Burok dalam pertunjukan seni Burok kaitannya dengan

prosesi khitanan merupakan sarana simbolis untuk mewujudkan konsep-

konsep agama terutama yang berhubungan dengan kekuatan gaib tertentu

dan topeng merupakan ungkapan perlambang untuk menyalurkan tanggapan

kesan dan sifat-sifat serta konsep-konsep budaya manusia. Bila melihat

penampilan topeng-topeng boneka saat prosesi khitanan pada pertunjukan

seni Burok terdapat beberapa topeng yang bisa dibedakan adanya memiliki

penampilan yang sangat berbeda, yaitu: (1) makhluk demonik yang

menakutkan, (2) mirip dengan wajah manusia, (3) distilasi dengan merujuk

pada wajah-wajah nama wayang, (4) bentuk wajah manusia sakit atau cacat.

Topeng yang bentuknya menakutkan (demonik) banyak terdapat pada

masyarakat yang melestarikan budaya prasejarah misalnya topeng-topeng

yang sering ditampilkan pada pertunjukan rakyat. Topeng-topeng tersebut

umumnya menggambarkan wajah roh-roh nenek moyang serta binatang

totem yang berfungsi sebagai pelindung masyarakat (Narawati, 2003:74).

Citra Burok sebagai makhluk mitologi yang memiliki kekuatan besar

yang digambarkan bisa terbang menembus langit adalah makhluk ideal yang

diharapkan dapat membawa terbang anak sunat menuju sesuai harapan

orang tuanya.

Gambaran di atas nampak pada wujud topeng boneka Burok.

Pertunjukan seni Burok Desa Pakusamben yang diciptakan oleh masyarakat

biasa sebagai seni pertunjukan rakyat yang lahir pada ciri-ciri kebebasan

Page 5: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

tanpa adanya aturan-aturan atau patokan-patokan yang mengikat dan

berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai budaya

daerah kerakyatan.

Nama topeng Burok yaitu Dewi Anjani berdasar sumber cerita

Ramayana mengisahkan Dewi Indradi yang menikah dengan Batara Gotama

serta melahirkan Subali, Sugriwa, dan Anjani. Anjani menikah dengan

Batara Guru kemudian dibawa ke langit oleh Batara Guru dan mempunyai

anak Hanoman. Jika ditafsirkan bahwa Anjani adalah seorang Dewi dari

Bumi, sedangkan Batara Guru sebagai Dewa dari Langit maka, topeng

Burok nama Dewi Anjani adalah penjelmaan Dewi dari khayangan yang

bersayap yang dianggap penjelmaan kekuatan-kekuatan baik pelindung

desa. Kekuatan maha gaib seorang tokoh Dewi Anjani melalui topeng besar

mampu memberi daya tarik penonton yang sangat besar pada saat arak-

arakan khitanan. Kostum yang biasa dipakai oleh anak sunat adalah busana

tokoh pewayangan yang memiliki karakter yang baik seperti Hanoman,

Arjuna, Gatot Kaca, Kresna, mereka adalah kesatria tokoh yang memiliki

citra kesatria ideal. Anak sunat memakai kostum Hanoman yang menaiki

binatang mitologi yang bersayap adalah simbol penyatuan antara langit dan

bumi. Jelaslah bahwa Burok menjaga keseimbangan alam, juga Burok

dimaknai sebagai kendaraan yang dijadikan simbol-simbol kekuatan dan

kesatriaan. Dari semua tradisi di dunia ini upacara yang bertujuan untuk

menjaga keseimbangan alam merupakan upacara kesuburan sebagai penolak

bala.

Page 6: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

Melihat proses awal dengan adanya ritual Burok, para penari,

sesajen, hari yang terpilih, memandikan topeng-topeng boneka Burok Dewi

Anjani setiap malam Jumat Kliwon memberikan dampak kondisi anak sunat

benar-benar sangat suci.

5.2.2 Simbol Pendewasaan Si Anak Sunat

Masa memasuki usia aqil baligh bagi anak laki-laki Islam umumnya

menempuh rangkaian kegiatan keagamaan yakni harus dikhitan. Khitanan

adalah sebuah upacara inisiasi sebagai sebuah langkah menuju kedewasaan

seorang anak laki-laki. Setiap anak laki-laki yang dikhitan di Desa

Pakusamben dan sekitarnya sudah menjadi tradisi menanggap pertunjukan

seni Burok. Simbol nama Burok sebagai nama kendaraan suci Nabi

Muhammad SAW ketika Isra Miraj sehingga orang tua si anak berharap

mengambil hikmah dari peristiwa Isra Miraj. Dari gambaran ketika sedang

naik Burok tersebut harapannya agar si anak sunat bisa terbang dalam arti

kelak si anak jika sudah dewasa mempunyai jabatan, kedudukan yang

tinggi, pemimpin, dan mempunyai kesaktian seperti yang disimbolkan oleh

pemakaian kostum dari tokoh pewayangan yang dipakai anak sunat.

5.2.3 Simbol Status Tuan Hajat

Umumnya penanggap pertunjukan seni Burok pada prosesi khitanan

di Desa Pakusamben, kondisi ekonomi mereka adalah golongan menengah

ke atas. Kondisi ekonomi tuan hajat seperti di atas tidak hanya terjadi di

Desa Pakusamben saja karena pertunjukan seni Burok sudah memasyarakat

dan diminati oleh sebagian besar di wilayah Cirebon Timur, maka seringkali

Page 7: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

status tuan hajat di pandang oleh masyarakat sekitarnya sebagai orang yang

berada. Kepuasan bathin dan rasa bangga yang diberikan kepada anaknya

ketika melihat anaknya menaiki Burok diarak keliling kampung, dilihat oleh

orang banyak sepanjang rute yang dilalui akan tampak dan didapat dari

setiap tatapan dan sikap para penonton untuk menghormati tuan hajat,

sehingga hasil dari pertunjukan tersebut dapat mempertegas kedudukan dan

martabat seseorang di masyarakat.

5.2.4 Simbol Identitas Masyarakat

Sudah menjadi tradisi seni Burok merupakan seni budaya masyarakat

Desa Pakusamben khususnya, umumnya masyarakat Cirebon Timur yang

pada saat ini sebagai sarana simbolis dalam pesta upacara mengarak

pengantin sunat sebagai bentuk komunikasi dengan Yang Maha Kuasa.

Biasanya pada pesta prosesi tersebut oleh masyarakat setempat selalu

dirayakan secara besar-besaran. Dalam pertunjukannya melibatkan beberapa

unsur seni dan merupakan simbol yang merujuk pada pola budaya

masyarakat Desa Pakusamben dan sekitarnya. Bagian-bagian yang terjadi

dari kegiatan pertunjukan dari seni Burok terdapat simbol sebagai sarana

keterjalinan, kebersatuan sosial sesama dan tidak mengenal perbedaan status

sosial.

Masyarakat Desa Pakusamben percaya bahwa jiwa kesenian rakyat

yang terdapat dalam seni Burok sangat berperan dalam diri mereka.

Kehidupan mereka (masyarakatnya) terkondisi oleh lingkungan budaya

agraris yang senantiasa menyimbolkan dari kegiatan-kegiatan ibadahnya

Page 8: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

dengan melibatkan seni Burok demi menjaga keseimbangan dan

keselamatan alam. Mereka sangat menjungjung tinggi nilai keagamaan yang

melekat pada simbol Burok.

5.3 Fungsi Pertunjukan Burok

5.3.1 Fungsi Bagi Si Anak Sunat Sebagai Ritual

Khitanan adalah sebuah upacara inisiasi dalam jenjang kehidupan

manusia. Sebagai kegiatan ritual yang berhubungan dengan daur hidup

manusia terutama anak laki-laki Islam tradisinya masyarakat Desa

Pakusamben, jika mengkhitankan anaknya senantiasa dikaitkan dengan seni

Burok. Fungsi Burok itu sendiri adalah alat atau kendaraan untuk

mengusung anak sunat pada prosesi arak-arakan. Arak-arakan itu sendiri

merupakan pertunjukan helaran yang digelar untuk menghibur roh-roh yang

turun ke bumi untuk bergabung bersama masyarakat. Selain itu dalam

memfungsikan di masyarakat tidak terlepas nilai-nilai religi seperti maksud

pengantin sunat menaiki punggung Burok dan diarak keliling kampung

adalah untuk mengambil hikmah dari peristiwa Isra Miraj dan meminta

keselamatan bagi si anak sunat. Pemahaman mengenai ritual fungsinya

sangat mendasar dalam tata kehidupan manusia. Adanya fungsi ritual yang

tampak dalam pertunjukan seni Burok dapat dilihat dari: (1) Adanya sesajen,

tujuannya untuk mendukung kepercayaan mereka terhadap kekuatan

makhluk-makhluk halus yang berdiam di tempat-tempat tertentu agar tidak

menganggu keselamatan, ketentraman, dan kebahagiaan si anak sunat. (2)

Waktu yang dipilih, penetapan hari/waktu yang dipilih sebagai hari yang

Page 9: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

dianggap keramat atau suci oleh tuan hajat biasanya mereka menentukan

setelah mempertimbangkan dan menghubungkan hari kelahiran (weweton)

si anak sunat dengan hitungan berdasarkan pada primbon Jawa. (3)

Rute/tempat yang dianggap suci, rute perjalanan yang ditempuh dalam arak-

arakan pertunjukan seni Burok dimaksudkan dan dimaknai tujuannya untuk

membersihkan jalan-jalan dari roh-roh jahat yang dilalui oleh iring-iringan

Burok dengan tujuan memagari rumah anak sunat (tuan hajat) dari tolak

bala. (4) Pemain yang dipilih, bahwa setiap orang yang akan menjadi penari

Burok khususnya penari boneka Burok itu sendiri harus mempunyai

pengalaman khusus (memainkan, menarikan) Burok dengan baik, dan ritual

pribadi. (5) Topeng Burok dinamai Dewi Anjani, Anjani adalah Dewi dari

Bumi yang dinikahi Batara Guru (Dewa dari Angkasa). Bersatunya Dewi

Bumi dengan Dewa Langit, maka antara langit dan bumi terjadi penyatuan

yang harmonis antara dua alam. Akibatnya keseimbangan alam artinya alam

dan isinya sejahtera. Dari Ibu Bumi dan Bapak Angkasa sebagai upacara

kesuburan. Walau samar-samar, tetapi maknanya bisa dipahami bahwa

topeng Burok dahulunya berfungsi sebagai penolak bala agar warga

kampung terbebas dari pengaruh buruk alam, hal ini merupakan sebuah

kepercayaan lama (mitos).

Sinkretisme yang terjadi dengan masuknya pengaruh Islam dilihat

dari instrumen pengiring juga seperti lagu-lagu yang awalnya bernafaskan

Islam dan Burok menjadi tunggangan anak sunat dengan memakai busana

tokoh pewayangan. Walaupun sudah terjadi perubahan penampilan akan

Page 10: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

tetapi maknanya masih tetap sebagai sebuah ritual yang memiliki makna

bahwa seorang anak sunat adalah harapan orang tua agar menjadi ideal

bagaikan tokoh pewayangan (Arjuna, Kresna, Gatot Kaca, dan lain-lain).

5.3.2 Bagi Penonton Sebagai Hiburan Pribadi

Prinsipnya yang penting pribadi merasa senang dan terhibur adalah

bagian dari fungsi hiburan. Pengalaman keterlibatan dalam seni pertunjukan

melibatkan antara pemain dan penonton sebagai interaksi emosional, ketika

pertunjukan dilaksanakan. Sebagai seorang penonton atau pemain seringkali

mengungkapkan perasaannya melalui menari bersama. Mereka secara

spontan bersatu melibatkan perasaannya melalui pertunjukan seni Burok

sebagai hiburan pribadi. Seni Burok sebagai sarana seni penghibur bagi

penanggap dan penonton secara merakyat tercipta atas kebebasan, tanpa

adanya aturan yang mengikat baik melalui bentuk personal, gerakan-

gerakan tarian, emosional, ataupun yang lainnya memberikan ciri bentuk

hiburan rakyat. Dalam pelaksanaannya keterlibatan emosi penonton atau

penanggap sebagai pribadinya secara langsung mereka menjadi bagian dari

prosesi arak-arakan seni Burok. Mereka menari mengikuti irama musik

sepuasnya, memberikan saweran untuk permintaan lagu, memberikan

saweran untuk menaikkan anaknya ke punggung Burok. Begitupula

gerakan-gerakan tarian yang spontanitas dilakukan para pejoget mampu

memberikan kemeriahan suasana arak-arakan. Dengan demikian seni Burok

merupakan sebagai seni pertunjukan rakyat yang berfungsi memberikan

hiburan kepada penonton atau masyarakatnya.

Page 11: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Seni Burok adalah seni pertunjukan rakyat tradisional Cirebon yang

memiliki fungsi yang berarti bagi masyarakatnya. Fungsi Burok itu sendiri adalah

alat atau kendaraan untuk mengusung anak sunat pada prosesi arak-arakan.

Pertunjukan seni Burok memiliki ciri keagamaan dan bercampur unsur magis.

Dalam tubuh pertunjukan Burok terdapat unsur-unsur peninggalan seni

pertunjukan masa pra-Hindu di Jawa sehingga terjadinya sinkretisme.

Seni Burok merupakan seni tradisional yang memiliki unsur tari, musik

dan rupa didalamnya. Burok dalam seni ini adalah visualisasi bentuk seekor Kuda

Sembrani yang bersayap, berkepala seorang wanita berparas cantik. Nama Burok

diambil dari kata Buraq kendaraan Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra

Miraj. Hal ini dimaknai untuk ngalap berkah dari peristiwa tersebut. Dalam

struktur pertunjukan seni Burok adanya sebuah proses komunikasi antara manusia

dengan sang pencipta, interaksi emosional antara pemain dan penonton dalam

bentuk tanda atau simbol sebagai bagian dari prosesi. Isi dalam prosesi khitanan

adalah proses inisiasi seorang anak laki-laki menuju ke tingkat dewasa.

Komunikasi antara manusia dengan dunia gaib pun melalui topeng Burok bersifat

sementara hanya terjadi pada waktu yang dianggap suci. Maka, Burok merupakan

penjelmaan kekuatan baik pelindung desa.

Page 12: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

Topeng Burok melukiskan makhluk dongeng maupun lambang dari mitos

binatang yang dianggap sebagai sumber perlindungan bagi masyarakat yang

memelihara budaya purba. Secara samar-samar tetapi maknanya bisa dipahami

bahwa topeng Burok dahulunya sebagai penolak bala agar warga kampung

terbebas dari pengaruh buruk alam, hal ini sebagai kepercayaan lama. Oleh karena

itu, sinkretisme yang terjadi dengan masuknya pengaruh ajaran Islam dilihat dari

instrumen pengiring seperti lagu-lagu yang awalnya bernafaskan Islam, namun

sekarang Burok menjadi tunggangan anak sunat dengan memakai busana tokoh

pewayangan. Walaupun sudah terjadi perubahan penampilan akan tetapi

maknanya masih tetap sebagai sebuah ritual yang memiliki makna, bahwa seorang

anak sunat adalah harapan orang tua agar menjadi ideal bagaikan tokoh

pewayangan. Meskipun ada nafas-nafas agama Islam di dalam pertunjukan Burok

namun secara perlahan-lahan masih dapat dilihat bahwa Burok sebagai tradisi

masa lalu pada budaya totemisme. Dengan demikian sudah terjadi sinkretisme

antara budaya Islam, Hindu, dan agama Asli.

Kini seni Burok tidak saja digemari masyarakat Cirebon, akan tetapi juga

oleh masyarakat di luar Cirebon. Hal ini sudah barang tentu akan mengangkat

martabat serta eksistensi daerah pemiliknya di forum yang lebih luas. Tidak dapat

dipungkiri bahwa seni Burok kini menjadi karya seni baru sekaligus sebagai

identitas daerah pemiliknya. Bila kita mendengar kata seni Burok maka asosiasi

orang khususnya Jawa Barat akan tertuju pada prosesi khitanan di Cirebon.

Sebaliknya bila mendengar kalimat upacara inisiasi sunatan di daerah Cirebon

asosiasi masyarakat akan tertuju pada seni Burok sebagai sarana media seninya.

Page 13: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

6.2 Saran

Seni Burok sebagai seni yang memiliki nilai estetis dan ritual yang positif

perlu dikaji dan didokumentasikan sebagai salah satu kekayaan budaya bangsa

Jawa Barat khususnya Cirebon. Seni Burok semakin lama perkembangannya bisa

saja semakin punah akibat ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya, tetapi

dalam kedudukannya sebagai seni dan sangat digemari oleh masyarakat Cirebon

pada masa sekarang perlu didokumentasikan untuk diambil makna, simbol dan

fungsi sebagai kajian penciptaan dan pengembangan seni Burok.

Difungsikannya seni Burok sebagai media seni pada prosesi khitanan

menjadi perhatian masyarakat banyak dalam rangka pengembangan budaya

daerah, untuk itu perlu dilestarikan keberadaannya. Pelestarian, pembinaan,

pengembangan menjadi kata kunci yang perlu diperhatikan oleh masyarakat

umum tetapi perlu adanya uluran tangan dan perhatian dari pihak pemerintah

daerah khususnya untuk mau terbuka dan menyadari keberadaan seni Burok.

Page 14: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

DAFTAR PUSTAKA

Aart Van Zoest (Penyunting Panuti Sudjiman). (1992). Serba-serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia.

Adang Kusnara. (1998). Kapita Selekta Tari. Bandung: STSI Press. Alo Liliweri. (2003). Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: LKIS. Budiono Heru Sutanto. (2003). Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Harindita Graha

Widia. Clifford Geertz. (1992). Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius. Depdiknas. (2005). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Bandung. Edi Sedyawati. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. ___________. (2002). Indonesia Heritage Seni Pertunjukan. Jakarta: Grolier Internasional. Elin Masriah. (2002). “Fungsi Upacara Adat Parebut Seeng Bagi Masyarakat Desa Kutajaya

Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi”. Skripsi S1 Prodi Tari Jurusan Sendratasik, UPI Bandung.

Endo Suanda. (2005). Topeng. Jakarta: LPNS Jakarta. Ernst Cassier. (1998). Manusia dan Kebudayaan, Sebuah Esai tentang Manusia. Diterjemahkan

oleh Alois A. Nugroho. Jakarta: Gramedia Cetakan Kedua. James P. Spradley. (1997). Metode Etnografi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana. Kasim Ahmad. (1980-1981). Teater Rakyat di Indonesia dalam Analisis Kebudayaan. Jakarta;

Depdikbud. Kiki Sukanta. (2006). Sisingaan sebagai Sarana Simbolis Dalam Upacara Sarana Inisiasi

Sunatan pada Masyarakat Subang. Bandung: Ritme FPBS UPI Bandung. Koentjaraningrat. (1987). Sejarah Teori Antroplogi. Jakarta: PN. Universitas Indonesia. Kuntowijoyo. (1987). Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Mahdi Rizqullah Ahmad. (2006). Biografi Rasulullah. Jakarta: Qisthi Press. Mudji Sutrisno & Hendar Putranto. (2005). Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Page 15: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

Panitia Kamus Lembaga Basa dan Sastra Sunda. (1980). Kamus Umum Basa Sunda. Bandung:

Tarate Bandung. Pemda. (2005). Profil Kesenian Tradisional Cirebon. Pemda Kabupaten Cirebon. Rokhmin Dahuri, dkk. (2004). Budaya Bahari (Sebuah Apresiasi di Cirebon). Jakarta: PNRI. Saliman dan Sudarsono. (1993). Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum. Jakarta: Renika

Cipta. Sinta Gusfiany. (1999). “Kesenian Genjring Burok di Desa Pakusamben Kec. Babakan Kab.

Cirebon”. Skripsi S1 Jurusan Tari, STSI Bandung. Soedarsono. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Universitas

Gajah Mada. Surakhmad Winarno. (1985). Pengantar Penelitan Ilmiah. Bandung: Tarsito. Talcot Person. (1967). The Sociology of Religion Transl. By. Ephraim Fis. Tati Narawati. (2003). Wajah Tari Sunda dari Masa ke Masa. Bandung: P4ST UPI Bandung. T.O. Ihromi. (2006). Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Umar Kayam. (1981). Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan. W.J.S. Poerwadarminta. (2005). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Edisi

Ketiga. Y. Sumandiyo Hadi. (2006). Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Balai Pustaka.

Lampiran 1

DAFTAR ISTILAH

Adikodrati : Supernatural atau diluar kodrat alam.

Page 16: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

Animisme : Kepercayaan kepada roh-roh yang mendiami sekalian benda.

Arak-arakan : berjalan bersama-sama dan beriring-iringan.

Badawangan : Orang-orangan, berpostur tinggi besar, tidak memiliki bentuk jelas,

sering dipakai dalam acara arak-arakan

Bedug : Gendang berukuran besar di mesjid.

Burok : berasal dari kata Buraq sebangsa hewan berwarna putih, dipergunakan

sebagai kendaraan oleh Nabi Muhammad SAW ketika melakukan Isra

Mi’raj.

Cikal-Bakal : Pertama yang akan dijadikan.

Diarak : Di ombang-ambing.

Dinamisme : Kepercayaan dimana semua benda atau makhluk mempunyai kekuatan

gaib.

Dogdog : Instrumen alat musik sejenis bedug berukuran kecil.

Fenomena : Keadaan yang dapat diamati, fakta, gejala, peristiwa, dan lain-lain.

Genjringan : Instrumen alat musik sejenis rebana berukuran kecil.

Helaran : Barjalan bersama beriring-iringan mengarak pengantin atau anak sunat.

Interaksi : Suatu yang saling mempengaruhi dan berhubungan.

Kasatmata : Nyata (dapat dilihat); konkret.

Khataman : Tamat menyelesaikan bacaan Alquran.

Konotasi : Tambahan

Konsentrasi : Pemusatan, penyatuan.

Konsep : Rancangan.

Konsepsi : Pengertian, paham, rancangan yang telah ada dalam pikiran.

Page 17: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

Magis : Ilmu gaib, ilmu sihir.

Marhaban : Pujian pada perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Mitologi : Ilmu tentang kepercayaan dongeng yang isinya berhubungan dengan

roh-roh halus.

Prosesi : Pawai atau perarakan dengan upacara.

Religi : Agama, kepercayaan.

Religius : Yang bersifat keagamaan.

Representatif : Mewakili.

Ritus : Upacara suci dalam keagamaan.

Semiotik : Suatu studi mengenai gejala yang berupa tanda-tanda.

Sinkretisme : Ajaran yang terdiri dari berbagai unsur yang diambil dari ajaran-ajaran

lain di campur menjadi satu tanpa adanya suatu kritikan.

Sugestif : Dorongan batin yang menimbulkan kepercayaan.

Tahlilan : Kumpulan orang-orang sambil mengucapkan “laa ilaaha illallah” dan

membaca surat al ikhlas dan seterusnya.

Topeng : 1) Penutup muka yang dibuat dari kayu/kertas yang berupa muka orang

(binatang dan sebagainya).

2) Pertunjukan tari kesenian Cirebon yang menggunakan muka (topeng).

Totem : Pemuja benda dan hewan yang dianggap suci.

Totemisme : Suatu kepercayaan pada bangsa-bangsa primitif yang didasarkan atau

anggapan bahwa ada hubungan antara satu keluarga dengan salah satu

jenis binatang.

Tradisional : Bersifat turun-temurun/menurut adat.

Page 18: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

Visualisasi : Penjelasan dengan menggunakan alat peraga yang dapat dilihat.

Volume : Isi atau besarnya benda dalam ruang.

Lampiran 2

NARA SUMBER

1. Nama : Sukarno

Umur : 45 tahun

Jabatan : Pimpinan Group Gita Remaja

Alamat : Desa Pakusamben Kec. Babakan Kab. Cirebon

2. Nama : Muari

Umur : 40 tahun

Jabatan : Sekretaris/Penasehat Group

Alamat : Desa Pakusamben Kec. Babakan Kab. Cirebon

3. Nama : Ruswa

Page 19: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

Umur : 50 tahun

Jabatan : Penari Burok Dewi Anjani arak-arakan

Alamat : Desa Pakusamben Kec. Babakan Kab. Cirebon

4. Nama : Walim

Umur : 52 tahun

Jabatan : Penari Burok Dewi Anjani atraksi.

Alamat : Desa Pakusamben Kec. Babakan Kab. Cirebon

5. Nama : Jono

Umur : 55 tahun

Jabatan : Penari Burok Rahwana.

Alamat : Desa Pakusamben Kec. Babakan Kab. Cirebon

Lampiran 3

INSTRUMEN WAWANCARA BERSTRUKTUR

1. Untuk mengungkap asal mula lahirnya seni Burok

1) Apakah pertunjukan Burok berkaitan dengan peristiwa khusus, seperti pengobatan

penyakit, perayaan pernikahan, khitanan dan lain-lain?

2) Apakah pertunjukan Burok dilaksanakan berkaitan dengan pertanian?

3) Kenapa warna kedok/topeng Burok putih?

4) Apakah makna warna putih itu?

5) Bagaimana bentuk Buroknya?

6) Bagaimana sejarahnya pertunjukan Burok?

Page 20: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

7) Apakah pertunjukan Burok berasal dari sebuah tradisi?

8) Apakah Burok ada hubungannya dengan kesejarahan dengan tradisi budaya lain?

9) Adakah makna, simbol warna kain-kain sebagai busana boneka-boneka pada rombongan

Burok?

10) Dari manakah ide gerak Burok?

11) Mengapa Burok yang dipakai pada saat atraksi setelah berkeliling kampung diberi nama

Dewi Anjani? Sebagai simbol apa? Lalu Burok yang satu lagi diberi nama siapa? Dan

simbol serta fungsinya sebagai apa?

12) Mengapa alat musik yang digunakan masih mempertahankan genjring, terbong, klenong

dan bedug? Bukankah sekarang banyak alat musim yang lebih modern diterima oleh

masyarakat?

2. Tatacara pelaksanaan Prosesi Pertunjukan seni Burok

1) Kapan pertunjukan Burok dilaksanakan?

2) Apakah pertunjukan Burok bersifat musiman?

3) Apakah ada persiapan khusus yang diperlukan untuk memulai pertunjukan Burok?

4) Aktivitas apa saja yang disiapkan untuk pertunjukan Burok?

5) Apakah ada persembahan yang dibuat? Siapa yang membacakan doa ketika pertunjukan

akan dimulai?

6) Apakah konstum/pakaian yang dipakai pada saat pertunjukan Burok dimulai?

7) Adakah kostum/pakaian khusus atau yang lainnya, yang digunakan selama pertunjukan?

Kalau ada kostum/pakaian apa? Kapan dan bagaimana perubahan kostum/pakaian dapat

terjadi?

Page 21: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

8) Bagaimana cara menjelaskan kepada pelaku pertunjukan agar dapat mentransformasi

tokoh yang diperankannya?

9) Seberapa sering pertunjukan Burok dilaksanakan?

10) Pada waktu apa pertnjukan Burok dilaksanakan (Pagi, Siang atau Malam)?

11) Kapan pertunjukan Burok dimulai?

12) Berapa lama pertunjukan Burok diperkirakan berlangsung?

13) Adakah waktu maya (khayal) dipertunjukan Burok itu?

14) Apakah ada simbol-simbol tertentu dari tokoh-tokoh yang terdapat dalam pertunjukan

Burok?

15) Apakah di dalam pertunjukan Burok terdapat elemen ‘ketegangan’?

16) Apakah pelaku pertunjukan menggunakan Gesture (gerak isyarat) khas dalam

pertunjukan? (misalnya menggunakan kata, kalimat, irama bicara)

17) Apakah pelaku pertunjukan bisa masuk ke dalam trace atau possecion? Jika ya,

bagaimana dan kapan keadaan ini terjadi? Bagaimana kondisinya bisa digambarkan dan

dijelaskan?

18) Bagaimana sikap pelaku pertunjukan terhadap penonton selama pertunjukan

berlangsung?

19) Apakah di dalam pertunjukan Burok ada ‘alur cerita’?

20) Apakah makna bentuk Burok pada pertunjukan Burok?

21) Mengapa anak sunat dinaikkan ke punggung Burok? Kemudian diarak berkeliling

kampung, apakah ada maksud tertentu?

22) Apakah simbol Burok pada pertunjukan Burok?

23) Apakah makna dari sebuah arak-arakan dalam berkeliling kampung?

Page 22: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

24) Kenapa diakhir pertunjukan Burok, muncul Rahwana? Sebagai simbol apa? Fungsi

Rahwana sebagai apa?

25) Mengapa Rahwana memasuki pintu rumah dan meminta bantal? Maksudnya apa? Bantal

sebagai simbol apa?

26) Bagaimana anda memandang fungsi pertunjukan Burok?

27) Kriteria apa yang digunakan pelaku pertunjukan untuk mengevaluasi pertunjukan?

3. Hubungan seni Burok dengan Masa Sekarang

1) Apakah tradisi pertunjukan Burok berhubungan dengan agama dan kepercayaan dalam

budaya?

2) Apakah pada waktu sekarang dikehidupan sehari-hari roh nenek moyang dari tokoh

tersebut suka mengunjungi?

Page 23: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

Lampiran 4

FOTO KEGIATAN PADA SAAT WAWANCARA

(Foto: Dokumentasi Pribadi, 2006

FOTO KEGIATAN PADA SAAT WAWANCARA

Dokumentasi Pribadi, 2006)

Gambar 14 Wawancara dengan bapak Sukarno

Pimpinan Group Seni Burok Gita Remaja

FOTO KEGIATAN PADA SAAT WAWANCARA

Page 24: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

(Foto: Dokumentasi Pribadi, 2006

Wawancara dengan ibu Kartini (istri alm. Bpk. Ali Mustofa)Lanjutan Foto Kegiatan Pada Saat Wawancara

(Foto: Dokumentasi Pribadi, 2006

Dokumentasi Pribadi, 2006)

Gambar 15 Wawancara dengan ibu Kartini (istri alm. Bpk. Ali Mustofa)

Lanjutan Foto Kegiatan Pada Saat Wawancara

Dokumentasi Pribadi, 2006)

Gambar 16 Topeng Burok Dewi Anjani

Wawancara dengan ibu Kartini (istri alm. Bpk. Ali Mustofa)

Page 25: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

(Foto: Dokumentasi Pribadi, 2006

Topeng Burok Lanjutan Foto Kegiatan Pada Saat Wawancara

(Foto: Dokumentasi Pribadi, 2006

Topeng Burok pelengkapSisingaan

Dokumentasi Pribadi, 2006)

Gambar 17 Burok Dewi Anjani (kiri) dan Topeng Burok pelengkap (kanan)

Lanjutan Foto Kegiatan Pada Saat Wawancara

Dokumentasi Pribadi, 2006)

Gambar 18 pelengkap (kiri atas), topeng Burok Dewi Anjani (kanan atas),

Sisingaan (kiri bawah), dan topeng Rahwana (kanan bawah)

pelengkap (kanan)

Dewi Anjani (kanan atas), (kiri bawah), dan topeng Rahwana (kanan bawah)

Page 26: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

Lampiran 4

FOTO PERTUNJUKAN SENI

(Foto: Dokumentasi Pribadi, 2006

FOTO PERTUNJUKAN SENI BUROK

Dokumentasi Pribadi, 2006)

Gambar 19 Arak-Arakan di perjalanan

Page 27: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

(Foto: Dokumentasi Pribadi, 2006

Lanjutan Foto Pertunjukan Seni

(Foto: Dokumentasi Pribadi, 2006

Dokumentasi Pribadi, 2006)

Gambar 20 Arak-Arakan musik pengiring

Lanjutan Foto Pertunjukan Seni Burok

Dokumentasi Pribadi, 2006)

Gambar 21 Arak-Arakan saweran di perjalanan

Page 28: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

Lampiran 5

DATA PERTUNJUKAN SENI BUROK GITA REMAJA

Bulan Tanggal Waktu Main/Tempat/Desa

Pagi Sore Malam

Page 29: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

Januari 2006 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

Kubangdeleg

Karangmalang

Kertawana

-

Panongan

Hulubanteng

-

-

-

Pakusamben

Dompyong

Kalimaro

Silih Asih

Sasak

Waled

-

-

-

-

Babakan

-

-

Gemongan

Sasak

-

-

Cihowe

Ciwalanda

Kertawana

Mekarsari

Kertawana

Pabuaran

-

Bojong Gebang

Kudu Keras

Karangwuni

Cigedog

Jatiseeng

Wanasaba

Gebang

Nagrak

Pabedilan

-

Sarajaya

Karang Malang

Babakan

Sukaraja

Simbing

Sumber

Sindang

-

Kalibuntu

-

-

-

-

Kertawana

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Nagrak

-

-

-

-

-

Sukaraja

-

-

-

-

-

Bulan Tanggal Waktu Main/Tempat/Desa

Pagi Sore Malam

27

28

29

-

Gegunung

-

Rawa Urip

Gegunung

Samben

-

-

-

Page 30: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

30

31

-

-

-

-

-

-

Februari 2006 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

Kuningan

Kalimanggis

Kadipaten

-

-

-

-

-

Cibogo

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Samben

Ciroke

Kadipaten

Ender

Tambelang

Kalimekar

-

-

Sasak

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Bulan Tanggal Waktu Main/Tempat/Desa

Pagi Sore Malam

24

25

26

27

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Page 31: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

28

29

-

-

-

-

-

-

Maret 2006 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Gn. Karung

-

-

Lebakwangi

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

G. Karung

Babakan

-

-

-

Ancaran

Cihirup

Tambelang

-

Samben

-

Negle

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Bulan Tanggal Waktu Main/Tempat/Desa

Pagi Sore Malam

24

25

26

27

28

-

Kaligawe

Brebes

Sidaresmi

-

Sindang

Samben

Brebes

Bojong

Cigobang

-

-

-

-

-

Page 32: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

29

30

31

Kalimaro

-

-

Gunung Sari

-

-

-

-

-

April 2006 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

-

-

Baok

Waled

-

-

-

Jatiwangi

-

Pengabean

Luragung

Samben

-

-

-

-

Cirebon

-

-

-

-

-

-

Larangan

Baok

Dukuhsinjang

Gebang

Sumurkondang

Karangsari

-

-

Pengabean

-

Karangmalang

-

-

-

-

-

-

-

-

Sindang

Pangenan

-

-

-

Dukuhsinjang

-

-

-

-

Samben

-

-

-

-

-

-

-

-

Kalimaro

-

-

-

-

Bulan Tanggal Waktu Main/Tempat/Desa

Pagi Sore Malam

23

24

25

26

27

-

Luwung Gede

Ciledug

-

-

Getrakmoyan

Luwung Gede

Tojong

Gerba

-

-

-

-

Gerba

-

Page 33: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

28

29

30

31

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Mei 2006 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

Sasak

-

-

Cibulan

-

-

-

Ciwaru

-

Kalimanggis

-

-

-

-

-

-

-

-

Samben

-

-

Kalimekar

Gunungsari

Legok

Babakan

Buntet

Waled Kota

-

-

Karangwuni

Pabuaran

Serang

-

-

-

-

-

Kalibuntu

-

Losari

Cisaat

Getrakmoyan

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Serang

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Bulan Tanggal Waktu Main/Tempat/Desa

Pagi Sore Malam

22

23

24

25

26

Cidahu

Pengambiran

Caracas

Tegal

-

Sukadana

Sukadana

Gebang

-

Tegal

-

-

-

-

-

Page 34: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

27

28

29

30

31

-

-

Waruduwur

Cigedang

-

-

Samben

Buntet

Sumber

-

-

Samben

-

-

-

Juni 2006 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

-

Baok

Hulubanteng

-

-

-

-

Kudukeras

-

Ciawi Gebang

-

-

-

-

Beber

-

-

Silih Asih

-

-

-

Bojong

Gembongan

-

-

Karangmekar

Bendungan

Karangsambung

Sasak

Ciawigebang

-

Pangenan

-

Sasak

Karangsambung

-

-

Silih Asih

Kudukeras

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Sumber

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Bulan Tanggal Waktu Main/Tempat/Desa

Pagi Sore Malam

21

22

23

24

25

26

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Karangwuni

-

-

-

-

-

-

Page 35: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

27

28

29

30

31

-

-

-

-

-

-

-

Sasak

-

-

-

-

Sasak

-

-

(Sumber: Sukarno, wawancara 25 Mei 2006)

Lampiran 6

TOKOH-TOKOH SENIMAN GENJRING BUROK

Selain tokoh pak Taal yang di kenal sebagai perintis Seni Genjring Burok dan pak

Mustafa selaku penerusnya, masih banyak lagi tokoh-tokoh Seniman Genjring Burok yang

tersebar dibeberapa daerah di dalam wilayah Kabupaten Cirebon antara lain:

1. Tohari, desa Sumber Kidul Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon.

Page 36: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

2. Karim, desa Kalimaro Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon.

3. Arsam, desa Kudu Mulya Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon.

4. Rasju, desa Kudu Mulya Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon.

5. Asmawi, desa Sumber Lor Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon.

6. Kisut, desa Cangkuang Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon.

7. Amar Toha, desa Gembongan Kecamatan babakan Kabupaten Cirebon.

8. Maslihan, desa Kudu Kuat Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon.

9. Sarnadi, Sokari, Karso, dkk, Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon.

10. Atim S. Sukana, E. Suhendi, Kanta, dkk, Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon.

11. Rohanta, Tono, dkk, desa Tanjung Anom Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon.

12. Sali, Said, Didi, Raswan, Rukman, Darsan, Turdi, dkk, desa Kalimeang Kecamatan

Karangsembung Kabupaten Cirebon.

13. Suradi ES, Ubari, Sukari, Nata, Misnan, Sutrisno, dkk, desa Wangunraja Kecamatan

Klangenan Kabupaten Cirebon.

14. Waska, Sunardi, dkk, desa Bayalangu Kidul Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon.

15. Sakim, Dasta, Mustari, Samad, dkk, Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon.

16. Rusja, Awi, dkk, desa Sendang Kecamatan Cirebon selatan Kabupaten Cirebon, dan tokoh-

tokoh lainnya yang belum tercatat.

(Rokhmin Dahuri, dkk, 2004:157)

Page 37: BAB V ANALISIS Sarana Komunikasi Simbolik Untuk Si Anak ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_057028_chapter5.pdf · berpola pada kultur budaya masyarakat Desa Pakusamben sebagai

RIWAYAT HIDUP

Dilahirkan di Cirebon, 24 Januari 1970. Lulus Diploma III Seni Tari IKIP

Bandung Tahun 1993 hingga sekarang sebagai Staf Pengajar di sebuah SMP

Negeri di Kabupaten Cirebon dalam Mata Pelajaran Kesenian. Ketika

duduk di kelas V Sekolah Dasar tahun 1982 memperkuat Tim Seni tingkat

Kecamatan dalam rangka PORSENI di tingkat Kabupaten. Tahun 1986

memasuki Sekolah Menengah Karawitan Bandung mengambil Program Seni Tari. Pada tahun

1990 melanjutkan pendidikan ke IKIP Bandung melalui jalur PMDK. Beberapa pengalaman di

bidang seni baik sebagai pelaku maupun pencipta selama ketika masih kuliah tahun 1990 sampai

dengan 1993. Pada tahun 1992 mengikuti kegiatan Duta Seni sebagai perwakilan mahasiswa dari

IKIP Bandung ke Negara Jepang.

Penulis adalah anak kelima dari enam bersaudara pasangan Bapak H. Karsan (alm)

dan Ibu Hj. Tusmi. Bakat seni yang penulis miliki berasal dari Bapak. Dari bakat yang dimiliki

penulis, pola pikiran mulai berkembang betapa kaya budaya kita khususnya kebudayaan Jawa

Barat yang masih perlu untuk digali dan kita jaga seiring hebatnya persaingan budaya asing yang

masuk tanpa sadar telah meresap dalam kehidupan masyarakat.