bab iv - sunan ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (pembatas)...

33
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Bab IV SOSIALISASI NORMA AGAMA PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SLB AL-CHUSNAINI PEKARUNGAN DALAM TINJAUAN TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian. 1. Sejarah SLB Al-Chusnaini. Berdirinya Sekolah Luar Biasa Al-Chusnaini Pekarungan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo ini, Rintisan mulai tahun 1995 pada tanggal 5 november. Berasal dari keinginan seorang guru yang ingin mendirikan sekolah luar biasa di Sukodono. Dulu bu sutiasih ini mencari murid dengan berkeliling ke kampung-kampung dengan bantuan Dinas Pendidikan dan diantar oleh perangkat desa. Zaman dulu tidak semua orang menanggapi bahwa Sekolah Luar Biasa itu bagus, rata-rata Sekolah Luar Biasa itu identik dengan orang gila. Terkadang orang-orang sengaja menyembunyikan anaknya supaya tidak diketahui masyarakat. Data awal ditemukan 56 anak Sekecamatan Sukodono. Tapi yang bersekolah hanya 8 anak dan ditempatkan di SD Sukodono 1. Dan untuk sementara awal bersekolah hanya 4 hari dalam seminggu yakni senin sampai kamis. Dan untuk hari jumad mereka gunakan untuk berkeliling kampung serta bersosialisasi di balai desa. 53

Upload: others

Post on 14-Jan-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

53

Bab IV

SOSIALISASI NORMA AGAMA PADA ANAK TUNAGRAHITA DI

SLB AL-CHUSNAINI PEKARUNGAN DALAM TINJAUAN

TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER

A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian.

1. Sejarah SLB Al-Chusnaini.

Berdirinya Sekolah Luar Biasa Al-Chusnaini Pekarungan

Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo ini, Rintisan mulai tahun

1995 pada tanggal 5 november. Berasal dari keinginan seorang guru

yang ingin mendirikan sekolah luar biasa di Sukodono. Dulu bu

sutiasih ini mencari murid dengan berkeliling ke kampung-kampung

dengan bantuan Dinas Pendidikan dan diantar oleh perangkat desa.

Zaman dulu tidak semua orang menanggapi bahwa Sekolah Luar Biasa

itu bagus, rata-rata Sekolah Luar Biasa itu identik dengan orang gila.

Terkadang orang-orang sengaja menyembunyikan anaknya supaya

tidak diketahui masyarakat. Data awal ditemukan 56 anak

Sekecamatan Sukodono. Tapi yang bersekolah hanya 8 anak dan

ditempatkan di SD Sukodono 1. Dan untuk sementara awal bersekolah

hanya 4 hari dalam seminggu yakni senin sampai kamis. Dan untuk

hari jumad mereka gunakan untuk berkeliling kampung serta

bersosialisasi di balai desa.

53

Page 2: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

54

Pada waktu awal masuk pertama di SD Sukodono 1, mereka

mendapatkan tempat yang tidak terpakai seperti gudang dengan meja

yang sudah tidak layak dipakai. Untuk biaya sekolah awal pertama

mereka membayar dua ribu dan totalnya enam belas ribu habis dipakai

untuk membeli peralatan sekolah. Waktu itu bu Sutiasih tidak

mendapatkan honor sama sekali sampai dengan tahun 1994 (4 tahun).

Hingga pada tahun 1994 mendapatkan yayasan Al-Chusnaini dengan

honor awal empat puluh ribu. Selain itu mereka juga diberikan surat

tugas berkeliling untuk mencari donatur kepala desa. Pada tahun 1994

itu mendapatkan tempat di gunung kueni sukodono, namun tempatnya

juga tidak layak untuk dipakai. Kemudian pada tahun 2000 menempati

rumah dinas camat yang lama tetapi seperti rumah hantu, tidak ada

kamar mandi juga tidak layak dipakai sampai pada tahun 2003 mulai

ada peningkatan dari segi bangku dan bangunan sampai saat ini. Murid

sudah mencapai 70 lebih. Dan sudah tidak bergabung dengan yayasan

lagi. Dulu masyarakat tidak memahami apa itu sekolah luar biasa

namun dengan kerja keras dan pemahaman dari seorang guru yang

ingin memberikan masa depan untuk anak yang berkebutuhan khusus ,

masyarakat menjadi mengerti dan memiliki kesadaran sendiri untuk

menyekolahkan anaknya. Berikut adalah visi dan misi sekolah :

Page 3: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

55

VISI :

1. Terwujudnya pelayanan yang optimal sesuai dengan tingkat

kemampuan

2. Anak sehingga dapat mandiri dan berperan serta dalam

kehidupan

3. Bermasyarakat dan berbangsa .

MISI :

1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkebutuhan khusus.

yang sehat, berbudi pekerti luhur, kreatif dan terampil dalam berkarya

2. Meningkatkan profesionalisme guru.

3. Mampu hidup mandiri dan bersosialisasi dengan masyarakat .

4. Mengoptimalkan kemampuan anak dalam berkarya sesuai dengan

jenis kelainan anak .

5. Meningkatkan kreatifitas guru dengan mengikutsertakan dalam

pelatihan yang relevan .

Dalam jenjang Sekolah Dasar Luar biasa Al-Chusnaini pekarungan

kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo telah tercatat jumlah siswa

45 anak tunagrahita dari 64 siswa. Paling banyak dibanding ketunaan

yang lain.

2. Profil Sekolah.

Sekolah Dasar Luar biasa Al-Chusnaini pekarungan kecamatan

Sukodono Kabupaten Sidoarjo ini d kepalai sendiri oleh ibu Sutiasih.

Page 4: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

Bangunan yang sederhana ini telah memiliki izin dan berakreditasi B.

Dalam ruangannya terdapat beberapa kelas yang di gabung menjadi

satu disebabkan minimnya bangunan yang ada. Kelas lebih seperti

gudang yang memiliki skat atau pembatas ditengahnya yang

membedakan antara kelas SMA dan kelas satu begitupun lainnya.

Keadaan seperti ini memang jauh dari kata layak. Namun bagi anak

tunagrahita tempat ini merupakan tempat mereka bisa belajar dan

bersosial dengan teman-temannya.

Di sisi lain sarana prasarana yang di miliki juga sangat minim. Hal

ini merupakan suatu hambatan yang di hadapi guru dalam

mensosialisasikan norma agama pada anak Tunagrahita. Sarana

seperti peraga dan gambar sangat di butuhkan oleh guru karena

dengan adanya itu anak Tunagrahita lebih bisa memahami dan

mengerti melihat dari kondisinya yang lemah dalam menyerap ilmu

yang di peroleh. Selain dari peraga, buku agama islam juga tidak ada

padahal buku tersebut sangat penting untuk perkembangan anak agar

menjadi anak yang berakhlakul karimah. Namun dari guru selalu

berusaha yang terbaik untuk siswanya dengan mencarikan bahan

materi di online.

Dengan keadaan yang sedemikian rupa pantas saja karena melihat

dari administrasi perbulannya yang bernilai sangat murah dibanding

sekolah yang lain. sehingga untuk memperbaiki kualitas sekolah juga

sangat sulit. Namun di sisi lain, banyak prestasi yang di peroleh oleh

Page 5: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

anak berkebutuhan khusus. Keberhasilan mereka membawa pengaruh

yang besar di mata masyarakat juga berdampak pada sekolah ini.

Karena dengan prestasi yang mereka peroleh berarti sekolah telah

memberikan harapan yang besar terhadap anak uyang berkebutuhan

khusus. Pandangan masyarakat yang negatif menjadi peduli akan

hadirnya anak berkebutuhan khusus termasuk anak tunagrahita.

3. Denah Sekolah Luar Biasa Al-Chusnaini Pekarungan.

Gambar 4.1

Denah Lokasi Penelitian

(Sumber : Observasi Lapangan tahun, 2017)

Data-data di atas menggambarkan lingkungan sekolah yang di gunakan

dalam proses sosialisasi norma agama oleh agen sosialisasi. Dengan halaman

sekolah yang luas anak dapat bersosial dengan teman dan orang tua terutama

Page 6: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

guru dalam ruang lingkup sekolah. Luas sekolah tersebut sekitar 323 m2.

Memang tidak begitu luas di banding dengan sekolahan lain. namun, anak

masih dapat bersosial di lingkungannya.

B. Deskripsi Hasil Penelitian.

Pada subbab ini peneliti akan memaparkan hasil wawancara serta

profil yang telah dilakukan pada saat penelitian berlangsung. Observasi

dan wawancara dilakukan terhadap 3 informan yang dilangsungkan pada

tanggal 17 november 2016 bertempat di Sekolah Dasar Luar Biasa Al-

Chusnaini Desa Pekarungan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

Pagi yang cerah sekitar pukul 07.35 di Sekolah Dasar Luar Biasa

Al-Chusnaini anak tunagrahita mulai bersiap untuk memulai pelajaran. Di

Ruangan yang sempit dan tak begitu luas inilah anak tunagrahita kelas 6

SD belajar bersama menuntut ilmu untuk masa depan mereka. Terlihat

ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk

murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD. Kebetulan Sekali Guru

SMA absen dalam mengajar jadi kelas SMP dan SMA di jadikan satu

menjadi 6 murid. Sedangkan kelas 6 SD berjumlah 3 anak dengan satu

guru dalam kelasnya. Suasana terasa ramai apalagi alumni SMA juga hadir

dalam kelas. Namun, mereka tidak untuk belajar lagi di kelas SMA tapi

kehadiran mereka untuk membuat kreasi seperti belajar menjahit dll.

Page 7: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

1. Ketaatan dan Norma Agama

Awal pertama masuk mereka mengawalinya dengan berdoa.

Seperti membaca Surat AL-Fatihah, doa belajar dan membaca Pancasila

lalu diakhiri dengan salam. Kegiatan ini sangat berpengaruh pada anak

tunagrahita. Kebiasaan ini menimbulkan ketaatan pada diri mereka

terhadap norma agama. Seperti yang dituturkan oleh ibu kepala Sekolah

sebagai berikut

“Memang kita membiasakan berdoa pada awal pelajaran supaya mereka

terbiasa berdoa. Biasanya membaca AL-Fatihah lalu dilanjutkan dengan

membaca surat-surat pendek dan terakhir Pancasila”1

Jadi Anak-anak dibiasakan untuk selalu berdoa dalam mengawali

pelajaran. Apalagi dengan melihat keadaan anak tunagrahita yang lemah

dalam mengingat apapun. Penerapan kebiasaan ini menjadikan mereka

tidak mudah lupa.

Sebelum melakukan proses sosialisasi pada anak Tunagrahita.

Setidaknya agen sosialisasi mengetahui penting tidaknya norma agama

yang akan di sosialisasikan pada anak tunagrahita. Lalu dengan tujuan apa

mereka mensosialisasikan hal tersebut. Dan seberapa penting untuk anak

dapat memahami dan mengaktualisasikan dalam kehidupan sehai-hari.

Seperti yang dituturkan oleh ibu Sutiasih bahwa norma agama,

“Jelas penting, masalahnya itu untuk kehidupannya dimasyarakat,

sekolah dan keluarga. Kalau anak-anak tidak mengenal baik buruk ya

jelas semua dilakukan. Tidak ada dasarnya kalau kita tidak mengajarkan

1 Wawancara pada tanggal 17 november 2016 dengan Ibu Sutiasih selaku Kepala Sekolah di

Sekolah Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pada pukul 10.31 WIB

Page 8: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

norma agama pada mereka. Misalnya anak mencuri dibiarkan ya tetap

dilakukan anak. Dampaknya nanti dirumah atau dimasyarakat. Kalau

kita mengajarkan paling tidak anak itu bisa membedakan boleh atau

tidak boleh di lakukan”2

Jadi maksud dari ibu Sutiasih sosialisasi norma agama ini sangat

penting untuk kehidupan anak tunagrahita karena dengan mereka

mengetahui baik buruk yang dilakukan akan berpengaruh pada

kehidupan mereka di masayarakat nanti. Mereka akan menjadi

anak yang baik dalam berperilaku sesuai dengan norma agama

yang berlaku. Hal yang sama juga dituturkan oleh ibu Linda

bahwa,

“Penting sekali, Mayoritas di sini kan muslim, agamanya kita terapkan

supaya kuat. Selain dirumah juga diajarkan disekolah”3

Jadi, menurutnya norma agama tidak hanya diterapkan dirumah, di

sekolah pun juga di terapkan. Ini sangat penting untuk menambah

religiusitas anak sendiri. Sehingga mereka dapat menerapkannya di

kehidupan sehari-hari. Selanjutnya ibu Adin juga menuturkan

bahwa,

“Sosialisasi norma agama itu penting sekali ya, pergaulan anak kan

tidak hanya disekolah tapi di luar juga. Biar mereka tahu, misalnya

memiliki teman yang suka minum-minuman keras itu tidak boleh

diikuti“4

Jadi, menurutnya sosialisasi norma agama ini penting sebagai

bekal mereka di lingkungan masyarakat. Apalagi jika pergaulan

2 Wawancara pada tanggal 17 november 2016 dengan Ibu Sutiasih selaku Kepala Sekolah di

Sekolah Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pada pukul 10.31 WIB. 3 Wawancara pada tanggal 17 november 2016 dengan Ibu Linda Susanti,23 tahun di Sekolah Dasar

Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 10.02 WIB. 4 Wawancara pada tanggal 17 november 2016 dengan Ibu Adinul Qoyimah,23 tahun di Sekolah

Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 09.32 WIB.

Page 9: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

mereka salah norma agama akan menjadi pembatas mereka untuk

tidak ikut-ikutan dalam perbuatan yang di larang agama.

Pentingnya Norma agama yang diterapkan pada anak, akan

berpengaruh terhadap perilakunya di masyarakat atau di lingkungan

sekitarnya. Norma agama menjadi penting karena didalamnya terdapat

aturan dalam bertingkah laku agar menjadi pribadi yang baik serta

berakhlakul karimah, juga terdapat nilai-nilai yang sudah mengikat dalam

kehidupan sehari-hari. Jika melihat dari kondisi anak tunagrahita yang

rentan terhadap pengaruh buruk dari luar, maka norma agama menjadi

pedoman bagi anak untuk senantiasa membentengi diri dari pergaulan

mereka di masyarakat. Ibu seva juga menuturkan bahwa,

“Sosialisasi norma agama penting sekali karena dasarnya kita sebagai

umat apalagi untuk anak-anak yang seperti ini. Saya pernah bertanya

pada ustdzah juga seorang dosen UNESA, bagaimana hukumnya anak-

anak yang berkebutuhan khusus tidak melaksanakan shalad ? beliau

menjawab, syarat shalad itu baligh, berakal. Sedangkan anak-anak

tunagrahita punya akal tapi susah untuk berfikir jadi konsepnya hanya

pengenalan Tuhan. Yang penting ia tahu Tuhannya, tahu ibadah itu apa

dan untuk hukumnya wallahu a’lam, hanya Allah yang tahu. Karena

pasti Tuhan menciptakan anak-anak seperti ini dengan alasan.”5

Dari penuturan ibu seva tersebut dapat kita ketahui bahwa ibadah

bukan hanya dilakukan oleh orang-orang yang normal saja namun

juga anak-anak yang memiliki kelebihan khusus seperti anak

tunagrahita ini. Apalagi mengingat bahwa kita adalah umat Nabi

Muhammad. Allah tidak memandang dari segi fisik maupun

5 Wawancara pada tanggal 13 Desember 2016 dengan Ibu Nindya Seva K , 21 tahun di Sekolah

Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 09.29 WIB

Page 10: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

kekurangan kita. Namun, dari segi ketaqwaan kita sebagai umat

islam. Ibu kurnia juga berpendapat bahwa,

“Norma agama sangat penting disosialisasikan pada anak ,agar anak itu

tidak sampai melakukan perbuatan dosa seperti mengejek teman,

bertengkar dan agar saling menyayangi sesama teman“6

Dengan demikian, Guru dan kepala sekolah Dasar luar biasa Al-

Chusnaini menyatakan penting sekali dalam mensosialisasikan norma

agama pada anak tunagrahita di lingkungan sekolah. Karena dengan

mereka mengetahui baik dan buruk setiap perbuatan akan menjadi

pedoman mereka agar bertingkah laku baik di lingkungannya. Apalagi

dengan melihat kondisi anak tunagrahita yang tidak senormal dengan

seumurannya. Hal ini sangat dikhawatirkan apabila anak belum mampu

dalam menjalankan norma agama di lingkungan masyarakat.

Pentingnya sosialisasi norma agama tersebut juga dikatakan oleh

orang tua yang selalu mengantar dan menunggu anaknya dalam

lingkungan sekolah. Hal ini terwujud ketika anak bersikap nakal suka

menjaili temannya. Orang tua selalu menegurnya tak hanya itu dalam

lingkungan sekolah orang tua juga ikut andil dalam proses penerapan

norma agama pada anak. Hal ini disebutnya sebagai kerja sama antara

guru dan orang tua dari anak tunagrahita. Sehingga mereka dapat bersama-

sama mengawasi anak. Agar tumbuh kembang anak dapat berkembang

dengan baik. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana proses

penerapan tersebut dilakukan di dalam lingkungan sekolah, serta

6 Wawancara pada tanggal 13 Desember 2016 dengan Ibu Kurnia Mayasari , 31 tahun di Sekolah

Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 10.09 WIB

Page 11: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

bagaimana orang tua dapat ikut serta untuk mengawasi anak dalam proses

tersebut . Ibu Sumarngi berpendapat ,

“pernah anak saya itu omongane saruh, terus pernah meludahi

temannya juga. Ya tindakan saya dengan cara menegur langsung dengan

ucapan. Tapi terkadang anak gak nurut juga terkadang nurut. Ya harus

benar-benar sabar dan tidak boleh bosan karena itu juga untuk masa

depan anak. Agar selalu berbuat baik.“ 7

Maksudnya adalah pernah ada kejadian jika anaknya berkata kotor

dan meludahi temannya. Ibu sumarngi langsung menegurnya

dengan tegas. Agar anak tidak melakukannya lagi. Respon dari

anaknya terkadang nurut dan kadang tidak. Walaupun seperti itu

ibu sumarngi harus tetap sabar dalam menghadapinya.

Sedangkan beberapa penerapan norma agama pada anak

tunagrahita SD oleh guru dan Kepala Sekolah antara lain seperti yang

diutarakan oleh Ibu Adin, 23 tahun

“Dengan cara menerangkan apa yang tidak boleh dilakukan dan

langsung mempraktekkannya. Anak tunagrahita kan IQ nya rendah cara

penerapannya juga menggunakan media gambar-bambar agar anak

memahami. Misal kita menerangkan tentang perilaku yang dilarang

yaitu mencuri, ya kita memperlihatkan gambar seorang pencuri yang

ditangkap polisi, kita praktekkan bahwa prilaku tersebut tidak boleh

dilakukan”8

Jadi, dalam penerapannya guru menggunakan media gambar yang

berisi gambaran tentang apa yang tidak boleh dan boleh dilakukan.

Contoh dalam menerangkan akhlak. Misal perilaku mencuri, maka

guru menyediakan gambar tentang seorang pencuri yang ditangkap

7 Wawancara pada tanggal 17 januari 2017 dengan Ibu Sumarngi , 44 tahun di Sekolah Dasar

Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 08.40 WIB 8 Wawancara pada tanggal 17 november 2016 dengan Ibu Adinul Qoyimah,23 tahun di Sekolah

Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 09.32 WIB.

Page 12: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

polisi dan langsung mempraktekkan. Hal ini lebih memudahkan

mereka untuk memahami apa yang disampaikan oleh gurunya.

Hal yang sama juga dituturkan oleh Ibu Sutiasih, 47 tahun. beliau

menjelaskan proses sosialisasi norma agama yakni, “ Kalau anak

tunagrahita kan bisa mendengar berarti bisa mendengar ucapan guru.

Misalnya menerangkan masalah shalat atau mencuri tidak boleh

mungkin dengan dicontohkan. Bagaimana mencuri itu seperti apa ?

mengambil barang punya teman itu tidak boleh itu jelek. Itu tidak boleh

kita lakukan nanti kalau kita mencuri ditangkap polisi. Dengan

menerangkan anak seperti itu. juga dengan menggunakan gambar atau

praktek langsung”9

Jadi, penuturan beliau mengenai prosesnya lebih diitekankan pada

media gambar dan praktek secara langsung sampai anak bener-

bener memahami. Pada tahap Awal anak mulai mulai diberikan

penjelasan lalu diberikan gambar dan langsung dipraktekkan

terakhir memberikan alasan mengapa hal tersebut tidak boleh

dilakukan dan boleh dilakukan. Ibu seva juga menuturkan ,

“anak tunagrahita kan tidak bisa untuk diajari bersifat abstrak jadi

langsung kepada contoh dan tindakan secara langsung lalu menjelaskan

secara detail apa yang tidak di fahami. Prosesnya dengan metode Drill

atau pengulangan seperti setiap pagi kita membiasakan untuk membaca

surat pendek“10

Dalam proses mensosialisasikan agama yang dituturkan oleh

beberapa guru tersebut dan para orang tua dapat disimpulkan bahwa

kondisi anak tunagrahita untuk memahami perilaku yang baik buruk

disampaikan guru tidaklah sama dengan kondisi anak senormal pada

umumnya. Mereka lebih membutuhkan perhatian khusus untuk bisa

9 Wawancara pada tanggal 17 november 2016 dengan Ibu Sutiasih selaku Kepala Sekolah di

Sekolah Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pada pukul 10.31 WIB. 10

Wawancara pada tanggal 13 Desember 2016 dengan Ibu Nindya Seva K , 21 tahun di Sekolah

Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 09.29 WIB.

Page 13: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

65

menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Caranya pun berbeda,

mereka tak hanya dijelaskan namun juga melalui praktek langsung.

Pembelajaran secara abstrak membuat mereka menjadi bingung karena

kondisi intelektual mereka yang dibawah rata-rata. Maka dari itu guru

dalam menerapkan norma agama pada anak tak hanya dilakukan secara

lisan namun dengan mempraktekkan secara langsung. Seperti yang

dicontohkan tadi mengenai perilaku mencuri. Perilaku tersebut dilarang

oleh agama karena menimbulkan dosa. Dengan mempraktekkannya

langsung kepada anak akan lebih bisa dipahami dan dimengerti.

Sedangkan cara orang tua dengan mencontohkan perilaku yang baik untuk

anaknya serta menegur dengan tegas apabila anak bersikap menyimpang

dari norma agama.

2. Peran Guru dan Orang Tua Pada Anak Tunagrahita

Guru dalam menerapkan norma agama juga saling berkomunikasi

terhadap guru. Mereka sama-sama bekerja sama untuk perkembangan anak

yang lebih baik. Melihat dari terbatasnya guru di lingkungan sekolah

membuat para orang tua turun tangan untuk membantu penerapan norma

agama tersebut. Lebih lagi pada anak tunagrahita yang belum bisa mandiri

sehingga perlu dampingan orang tua untuk selalu bersamannya. Ada yang

menarik dari lingkungan Sekolah di sini. Mereka layaknya seperti keluarga

sendiri. Ketika anak tunagrahita lain bertingkah tidak sopan pada guru

maka orang tua lain juga ikut menegurnya. Tidak perduli bahwa anak

Page 14: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

tersebut bukanlah anaknya. Yang terpenting untuk mereka adalah rasa

kasih sayang terhadap sesama. Ibu Sumarngi berpendapat,

“bukan hanya anak sendiri yang di ingatkan mbak. Ya semuanya

yang perilakunya buruk kita tegur. Kalau dalam sekolah, saling

menjaga, mengawasi, tapi kalau sudah di luar sekolah kita tidak ikut

campur. Sebaliknya, selama dalam lingkungan sekolah kita merasa itu

anak kita juga. Rata-rata semua orang tua disini prinsipnya seperti itu.

tujuannya ya karena kasih sayang.”11

Ibu Rusmi juga berpendapat sama dengan ibu sumarngi’

“di sini kita seperti keluarga mbak, dengan guru guru kita juga saling

berkomunikasi apalagi ketika anak berbuat yang buruk seperti

bertengkar. Bahkan ketika waktu maulid nabi dulu kebersamaan nya

seperti keluarga sendiri. Kita sama-sama mengajari anak mengenal

agamanya ya dengan mengikuti kegiatan maulid nabi yang di adakan di

sekolah. Juga mengajarkan mereka bagaimana kita harus berbagi

dengan sesama. Saling bantu lah”12

Melihat kerja sama antara guru dan murid membuat proses

sosialisasi menjadi mudah. Mereka saling bantu menbantu untuk kebaikan

anak. Walaupun orang tua ikut andil dalam proses penerapan norma

agama terbut. Tetap saja guru dalam lingkungan sekolah bertanggung

jawab atas perilaku anak di sekolah. Guru juga tetap mengawasi anak

walaupun orang tua juga sudah ikut andil dalam menjaga anaknya.

Dalam proses sosialisasi ada beberapa cara yang tepat di lakukan

oleh guru untuk mensosialisasikan norma agama pada anak tunagrahita.

Seperti yang dikatakan oleh Ibu Linda 23 tahun, bahwa

“Cara yang tepat adalah mengajarkannya disekolah juga dirumah. Agar

mereka tidak mudah lupa. Jika tidak ada kerja sama antara orang tua

dan guru maka, anak akan sulit untuk mengingat perilaku baik dan buruk

11

Wawancara pada tanggal 17 januari 2017 dengan Ibu Sumarngi , 44 tahun di Sekolah Dasar

Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 08.40. WIB 12

Wawancara pada tanggal 17 januari 2017 dengan Ibu Rusmi , 43 tahun di Sekolah Dasar Luar

Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 09.27. WIB

Page 15: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

67

yang dilakukan. Tapi dikelas 6 ini anak-anak sudah pandai bagaimana

tatacara shalad juga mengaji karena dirumah juga mengaji. Bahkan ada

anak yang setiap senin dan kamis itu puasa. Mungkin pada dasarnya

orang tuanya sangat religius. Selain diterapkan juga selalu menanyakan

siapa yang shalatnya bolong-bolong. Jadi anak merasa malu apabila

tidak shalat 5 kali sehari. Anak seperti ini kan biasanya jujur” 13

Ibu Sutiasih juga menjelaskan ,

“langsung praktek, kalau diajarkan dengan teori anak-anak masih

bingung. Misal praktek shalat, cara berwudlu bagaimana doannya“14

Jadi, dalam pembelajarannya adalah bukan hanya sekedar

teori namun juga langsung dipraktekkan ke anak agar mereka

memahami. Tak hanya itu peran orang tua juga harus mendukung.

Dengan cara mengajarkanya juga dirumah agar anak tidak mudah

lupa dengan apa yang diajakan guru disekolah.

Disisi lain keberhasilan guru dalam menjelaskan perilaku yang

baik dan buruk adalah melihat respon dan perilaku anak.Dalam hal ini

apakah anak sudah memahami ataukah belum mengerti. Ibu Sutiasih juga

berpendapat,

“Ketika kita memberikan contoh yang bagus kan anak jadi senang.

Seperti ada antusias dari mereka. Sebagian ada yang merespon, terus

ada yang diam saja dan ada anak yang aktif misal ketika kita

menerangkan perilaku buruk mencuri, ada anak yang langsung

menceritakan bahwa temannya kemarin mengambil penghapus tapi

tidak bilang-bilang. Respon anak memang berbeda-beda”15

13

Wawancara pada tanggal 17 november 2016 dengan Ibu Linda Susanti,23 tahun di Sekolah

Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 10.02 WIB. 14

Wawancara pada tanggal 17 november 2016 dengan Ibu Sutiasih selaku Kepala Sekolah di

Sekolah Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pada pukul 10.31 WIB. 15

Wawancara pada tanggal 17 november 2016 dengan Ibu Sutiasih selaku Kepala Sekolah di

Sekolah Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pada pukul 10.31 WIB.

Page 16: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

68

Jadi, menurutnya setiap anak berbeda respon terhadap cara yang

dilakukan. Namun, kebanyakan dari mereka lebih antusias ketika

guru memberi contoh yang menarik

Di lihat dari klasifikasi tunagrahita yang memiliki kategori sedang

dan ringan. Respon mereka jauh berbeda. Jika tunagrahita ringan, respon

mereka seperti yang dituturkan oleh Ibu Linda ,23 tahun

“Di kelas 6 ini, anak tergolong tunagrahita ringan. Jadi, respon anak

baik, mereka nurut sama guru. Namun, juga kadang-kadang malas”16

Jadi, respon anak tunagrahita ringan dikelas 6 ini penurut dengan

gurunya. Namun, tidak setiap harinya mereka selalu nurut, setiap

kali anak merasa bosan anak akan menjadi malas.

Dengan demikian, respon anak berbeda dengan yang lainnya.

Terkadang anak yang lebih aktif belum tentu dapat memahami apa yang

dijelaskan oleh gurunya. Setiap perkembangan anak walaupun sekecil

apapun misalnya dapat berbuat baik dengan temannya atau bersikap sopan,

guru merasa sangat senang. Karena apa yang kita ajarkan pada anak dapat

direspon dengan baik.

Dari sisi orang tua cara memsosialisasikannya yang paling baik

adalah dengan memberikan contoh yang baik kepada anak tunagrahita dan

teguran bagi mereka yang melanggarnya. Melihat dari sikap anak yang

suka meniru perilaku orang lain maka orang tua ketika berperilaku baik

16

Wawancara pada tanggal 17 november 2016 dengan Ibu Linda Susanti,23 tahun di Sekolah

Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 10.02 WIB.

Page 17: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

dengan menunjukkannya pada anak. Ia jadi meniru perilaku tersebut

sehingga menjadi kebiasaan untuk berbuat baik dalam sehari-harinya.

3. Kendala dan Solusi dalam Melakukan Sosialisasi Norma Agama

Dalam mensosialisasikan norma agama pada anak tunagrahita pasti

guru memiliki kendala-kendala dalam prosesnya. Kendala tersebut juga

dapat dikatakan sebagai hambatan dalam proses penerapan nilai agama

pada anak tunagrahita. Ada beberapa kendala yang dialami oleh guru

seperti yang dikatakan oleh Ibu Adin 23 tahun,

“Kendalanya yaitu kurangnya fasilitas, tidak ada buku agama dan

peraga. Jadi kita lihat dan mencari di internet tetapi tetap acuannya

SKKD ( Standar Kompetensi Kompetensi Dasar )”17

Menurutnya, kendala yang dialami yakni minimnya fasilitas yang

ada. Seperti buku agama untuk mereka serta media gambar, peraga

dan lain-lain. seperti yang dituturkan oleh Ibu Sutiasih,

“hambatanya ya dari media ,sarana dan prasarana tidak punya. Buku

penunjang juga tidak ada apalagi peraga”18

Padahal fasilitas itu penting untuk anak dalam mengajarkan norma

agama. Kalau tidak adanya fasilitas yang mendukung seperti itu membuat

mereka kurang dalam menerapkan norma agama. Selain dari fasilitas yang

serba minim. Kondisi anak juga menjadi kendala. Seperti yang dituturkan

oleh Ibu Linda, 23 tahun

17

Wawancara pada tanggal 17 november 2016 dengan Ibu Adinul Qoyimah,23 tahun di Sekolah

Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 09.32 WIB. 18

Wawancara pada tanggal 17 november 2016 dengan Ibu Sutiasih selaku Kepala Sekolah di

Sekolah Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pada pukul 10.31 WIB.

Page 18: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

70

“kalau sudah lama tidak diterapkan pada anak ya lupa, tapi selalu nurut

jika disuruh membaca surat pendek atau shalat”19

Seperti yang dituturkan oleh Ibu Hernik,

“kendalanya harus mengulangi setiap hari, mengingatkannya lagi. Tidak

hanya di pelajaran agama saja. Contoh ketika anak berkata kotor atau

tidak sopan, kita langsung memberi tahu bahwa perkataan tersebut tidak

boleh diucapkan, tidak sopan. Tapi ya agak susah karena besoknya anak

pasti akan lupa lagi.”20

Tak hanya dari fasilitas, kondisi anak yang sering lupa juga

menjadi kendala . Apalagi jika sudah lama tidak dibiasakan membaca doa

atau membaca surat pendek seperti saat liburan sekolah. Mereka lupa lagi

dengan pelajaran yang di ajarkan oleh gurunya. Dan mengulangnya lagi

dari nol. Selain itu , Ibu Seva juga menuturkan kendalanya,

“Untuk anak tunagrahita dia mudah terpengaruh. Jika berada di

lingkungan yang jelek, tidak baik seperti misal minuman keras. Pasti

anaknya ikut-ikutan. Terus kalau temannya atau keluarganya tidak

mendukung seperti dikasih Hp tapi tidak di pantau bisa penyimpangan

sexual. Kalau tidak dibekali agama kan nanti semakin besar pasti

nafsunya ada, tingkat libidonya juga ada. Jadi kendalanya dari

lingkungan yang tidak mendukung. Kalau dirumah tidak mengaji sulit

juga. Harus ada kontrol juga dari keluarga. Kita di sekolah kan hanya

beberapa jam sedangkan dirumah lebih banyak.”21

Selain dari lingkungan, terbatasnya guru di Sekolah Luar Biasa Al-

Chusnaini Pekarungan ini juga menjadi kendala dalam prosesnya. Hal ini

yang dirasakan oleh Ibu Kurnia,

“kendalanya adalah kebanyakan siswa. Terkadang anak lebih memilih

guru yang disukainya untuk belajar, kalau tidak dituruti besoknya tidak

mau sekolah. Jadi saya memegang 10 siswa dengan kelas yang berbeda.

19

Wawancara pada tanggal 17 november 2016 dengan Ibu Linda Susanti,23 tahun di Sekolah

Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 10.02 WIB. 20

Wawancara pada tanggal 13 Desember 2016 dengan Ibu Hernik Susilowati , 46 tahun di

Sekolah Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 09.14 WIB. 21

Wawancara pada tanggal 13 Desember 2016 dengan Ibu Nindya Seva K , 21 tahun di Sekolah

Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 09.29 WIB.

Page 19: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

71

Itu pun dengan dibimbing satu persatu agar anak lebih fokus dan

memahami. Kelasnya kan juga berbeda.”22

Maksudnya adalah Ibu Kurnia mengalami kendala dari segi jumlah

anak didik dalam kelasnya. Ibu Kurnia mengajar 10 siswa dengan

kelas yang berbeda yakni kelas 1,2,3,4 selain itu juga klasifikasi

anak berbeda-beda dalam satu kelas. Maka dari itu, dalam

menerapkan norma agama pada anak, Ibu Kurnia memilih cara

membimbing satu persatu agar anak lebih fokus dan mengerti.

Tak hanya guru saja memiliki kendala dalam proses tersebut.

Namun, para agen sosialisasi dari orang tua juga merasakan hal demikian

yakni ketika anak tidak nurut apa yang dikatakan oleh orang tuannya.

Alhasil anak berbuat sesukanya walaupun itu termasuk perbuatan buruk.

Misalkan Memukul temannya berulang kali. Kalau anak tidak memahami

dan mengingat pemahamannya maka perbuatan tersebut akan terus di

lakukan setiap kali bertemu dengan temannya.

Jadi menurut beberapa agen sosialisasi tersebut memiliki kendala

yang berbeda-beda namun dengan adanya kendala yang demikian. Guru

dan orang tua berusaha untuk sabar dalam mengajari anak-anak walau

banyak beban kendala yang mereka hadapi. Hal tersebut menjadi contoh

untuk siswa agar selalu sabar dalam menghadapi cobaan. Seperti yang

tertuang dalam ayat suci Al-Qur’an surah ke 47 ,Muhammad ayat 31 yang

artinya “ Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga

22

Wawancara pada tanggal 13 Desember 2016 dengan Ibu Kurnia Mayasari , 31 tahun di

Sekolah Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 10.14 WIB.

Page 20: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

72

kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di

antara kamu, dan akan kami uji perihal kamu.”23

Namun, Bagaimana jika Anak Belum Mampu untuk Mengamalkan

Norma Agama dan Bagaimana Solusinya. Menurut Ibu Linda 23 tahun,

menyatakan,

“Kalau belum mampu ya di latih terus. Kita menerapkannya dengan

sabar. Kalau penerapannya terus-terusan kan anak lama-lama sudah

terbiasa“24

Jadi menurutnya bahwa penerapan yang secara terus menerus akan

menjadi kebiasaan anak, jadi anak tidak mudah lupa. Hal tersebut

harus dilakukan dengan sabar. Tindakan tersebut merupakan solusi

agar anak dapat memiliki kebiasaan yang baik. Karena perubahan

pada anak memnbutuhkan proses yang panjang. Seperti yang

diungkapkan oleh Ibu Sutiasih sebagai berikut,

“Ya diajarkan sampai seterusnya, tidak boleh putus asa. Anak

tunagrahita kan mudah lupa jadi guru mengajarkan tidak sekali namun

berkali-kali. Tidak cukup seminggu bahkan tahunan juga ada. Rata-rata

anak-anak sekarang diajarkan besok lupa. Apalagi kalau ada liburan

lama mesti ngenol lagi pelajarannya. Jadi ya harus sabar mengajarkan

sampai anak bisa.“25

Menurutnya mengajari anak adalah dengan cara mengulang

kembali sampai anak itu benar-benar bisa memahami dan dapat

menerapkannya dikehidupan mereka sehari-hari.

23

Abdus sami, Abdul Naeem, Abdul Muin, Tata cara Pembacaan Al-Qur’an dengan kode warna-

warna yang di Blok didalam Al-Qur’an sesuai peraturan tajweed (Jakarta : Lautan Lestari 2010),

510 24

Wawancara pada tanggal 17 november 2016 dengan Ibu Linda Susanti,23 tahun di Sekolah

Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 10.08 WIB. 25

Wawancara pada tanggal 17 november 2016 dengan Ibu Sutiasih selaku Kepala Sekolah di

Sekolah Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pada pukul 10.55 WIB.

Page 21: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

73

Selain dari guru, pendapat yang sama juga di utarakan oleh orang

tua anak yakni Ibu Sumarngi,

“ya di bilangi terus mbak sampai anak dapat berbuat baik. Dari guru

memang sudah mengajari tapi anak-anak seperti ini tidak bisa di omongi

langsung nurut seperti anak normal. Di ajari terus-menerus. Harus

benar-benar sabar. Makanya orang tua juga ikut turun tangan untuk

membantu “26

Lemahnya kondisi anak tunagrahita menyebabkan mereka sulit

dalam menerima setiap pelajaran yang diberikan gurunya termasuk

pemahaman tentang norma agama. Walaupun begitu pemahaman mereka

tentang aturan agama juga penting sebagai pedoman mereka nanti dan

sekarang. Ibu seva juga menuturkan,

“ketika anak belum mampu ya saya ajak ngobrol dan lebih

banyak menanya biar ada respon dari anaknya. Kalau kita tahu respon

dari anaknya kan kita mengerti anaknya seperti apa. Sehingga dapat

jawaban dari dia setelah itu saya jelaskan.”27

Maksud Ibu seva adalah mengajaknya untuk berinteraksi

sseolah sebagai teman dan menanyakan tindakan salah yang di

lakukan oleh anak. Setelah memberikan jawaban maka beliau akan

menasehatinya dengan cara menjelaskan.

Jadi, Cara yang dilakukan agen sosialisasi dalam menerapkan

sosialisasi norma agama adalah dengan cara mengulang-ngulangnya setiap

hari dan mengajaknya mengobrol layaknya seorang teman. Memang

melihat dari kondisi anak yang tidak mudah mengingat. Bahkan 5 menit

26

Wawancara pada tanggal 17 januari 2017 dengan Ibu Sumarngi , 44 tahun di Sekolah Dasar

Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 08.40. WIB. 27

Wawancara pada tanggal 13 Desember 2016 dengan Ibu Nindya Seva K , 21 tahun di Sekolah

Dasar Luar Biasa Al-Chusnaini sukodono pukul 09.29 WIB.

Page 22: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

74

diajarkan sudah lupa. Cara seperti ini merupakan cara yang baik dalam

mengajari anak. Kebiasaan ini akan tertanam pada diri mereka agar dapat

bertingkah laku dengan baik.

Faktor keberhasilan merupakan faktor pendukung untuk

tercapainya sosialisasi norma agama pada anak tunagrahita. Sedangkan

Faktor yang menghambat adalah ketika proses sosialisasi tidak dapat

berjalan dengan lancar, lebih jelasnya belum bisa dipahami oleh anak

tunagrahita.

Menurut beberapa informan Sekolah Dasar Luar Biasa Al-

Chusnaini Pekarungan, Ada beberapa faktor keberhasilan dalam proses

sosialisasi norma agama pada anak tunagrahita. Antara lain :

1. Memberikan Teladan Yang Baik

Anak tunagrahita lebih sering meniru tindakan orang lain dalam

berperilaku. Tindakan tersebut sangat mempengaruhi perilaku anak

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memberikan contoh yang baik

kepada anak akan memberikan dampak positif baginya. Sebaliknya

jika yang dicontohkan adalah perilaku buruk maka, perilaku anak juga

menjadi buruk.

2. Dari Segi Lingkungan Yang Mendukung.

Yang dimaksud lingkungan yang mendukung adalah dimana

pengetahuan agama tidak hanya didapatkan dari lingkungan Sekolah

namun juga lingkungan Keluarga serta lingkungan masyarakat dimana

Page 23: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

75

anak tunagrahita berada. Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila

pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak

bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain.28

3. Pemahaman Anak.

Faktor yang kedua tentang pemahaman anak. informan dalam

menerapkan Norma agama pada anak tidak hanya sekedar memberikan

pengetahuan tentang agama. Namun juga melalui interaksi langsung

dengan cara menanyakan apa yang sudah di jelaskan tadi. Sehingga

dapat mengetahui respon anak terhadap apa yang sudah di ajarkan

apakah mereka sudah memahami dan mengerti .

4. Mengajari Berulang-Ulang (DRILL).

Melihat kondisi anak tunagrahita yang sering lupa karena

intelektualnya yang rendah, tidak bisa hanya sekedar mengajari

langsung dapat memahami. Untuk itu membutuhkan proses. Dan

metode pengulangan menjadi hal terpenting agar anak selalu ingat.

Contohnya dengan membiasakan anak membaca do’a dan membaca

surat pendek sebelum memulai pelajaran. Selain itu anak juga

dibiasakan bersalaman dengan guru tanda menghormati kepada yang

lebih tua.

Selain memiliki faktor keberhasilan. Pasti ada hambatan dalam proses

sosialisasi norma agama.faktor hambatannya antara lain :

1. Dari Segi Lingkungan.

28

Ali Maksum, Sosiologi Pendidikan ( Malang : Madani, 2016 ) , 103

Page 24: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

76

Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan

dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. apa yang diajarkan

keluarga mungkin saja berbeda dan bisa saja jadi bertentangan

dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. misalnya

disekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum

minuman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang ( narkoba

), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman

sebayanya atau media massa.29

2. Anak Mudah Lupa Dan Malas.

Intelektual yang rendah membuat anak seringkali lupa.

Bahkan ketika guru dalam memberikan penjelasan lima menit

sudah lupa. Ini yang menjadi penghambat dalam tercapainya

proses sosialisasi norma agama. Kemudian ketika seorang anak

malas, maka mereka seringkali tidak mau mendengarkan apa yang

disampaikan oleh gurunya. Tindakan anak tersebut juga

menghambat tercapainya sosialisasi norma agama. Maka dalam hal

ini guru harus bersikap kreatif dalam merangsang anak agar

mereka merespon apa yang di jelaskan tersebut.

3. Sarana Dan Prasarana Yang Kurang Memadai.

Kurangnya atau tidak adanya sarana yang memadai seperti

media belajar, peraga dan penunjang laininya dapat menyulitkan

agen sosialisasi untuk menerapkan norma agama pada anak.

29

Ali Maksum, Sosiologi Pendidikan ( Malang : Madani, 2016 ) , 103

Page 25: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

77

Karena anak tunagrahita lebih tertarik dengan media seperti

gambar. Jadi terbatasnya sarana dapat menghambat proses

sosialisasi norma agama pada anak tunagrahita.

C. Sosialisasi Norma Agama Pada Anak Tunagrahita dalam Perspektif

Tindakan Sosial Max Weber.

Teori tindakan sosial dimaksudkan Weber dapat berupa tindakan

yang nyata-nyata di arahkan kepada orang lain. juga dapat berupa

tindakan yang bersifat “membatin” atau bersifat subyektif yang mungkin

terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Teori tindakan sosial

dibagi menjadi empat yaitu Tindakan rasional Instrumental, tindakan yang

berorientasi nilai, tindakan tradisional dan afeksi.

1. Tindakan Sosial yang Pertama yakni Tindakan Rasional Instrumental.

Diman Tingkatan ini meliputi pertimbangan dan pemilihan secara sadar

yang berhubungan dengan tindakan itu dan alat yang dipergunakan dalam

mencapai tujuan.

Tindakan ini sesuai dengan tindakan seorang guru dalam kelas

yang mengajarkan bagaimana sikap mencuri adalah perbuatan buruk yang

harus dihindari. Metode yang di gunakan adalah dengan menggunakan

media gambar seorang pencuri dan langsung mempraktekkannya.

Tindakan tersebut di lakukan karena fokus pada acuannya SKKD (Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar) dalam kurikulum sekolah.

Page 26: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

78

Temuan lain yakni tindakan yang dilakukan oleh guru yang selalu

membiasakan anak membaca do’a, membaca surat-surat pendek pada saat

memulai pelajaran, Karena mengingat kondisi anak yang mudah lupa. jadi,

guru dalam hal ini menggunakan metode Drill (pengulangan) dengan

media pengucapan secara langsung untuk melakukan proses sosialisasi

norma agama pada anak tunagrahita sampai anak benar-benar bisa dan

menerapkannya didalam kesehariannya. Sosialisasi tersebut dapat

dikatakan tindakan rasional karena makna subyektif lebih kepada aturan

dalam sekolah yang mengajak anak untuk selalu berdo’a ketika memulai

pelajaran.

2. Tindakan sosial yang kedua yakni tindakan rasional berorientasi nilai.

Dalam tindakan ini, alat alat hanya merupakan obyek pertimbangan dan

perhitungan yang sadar. Tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya

dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. Tindakan yang paling

mungkin menjadi bentuk dasar dari tindakan ini adalah tindakan religius.30

Ketika seorang guru mensosialisasikan norma agama pada anak

tunagrahita agar mereka memiliki dasar-dasar bagaimana berperilaku yang

baik, memiliki akhak yang baik serta dapat mentaati kewajiban sebagai

seorang muslim adalah termasuk tindakan rasional berorientasi nilai.

Karena disini agen sosialisasi memiliki sebuah tujuan terhadap anak

tunagrahita untuk bisa membimbing anak bagaimana seharusnya bertindak

yang benar sesuai dengan ajaran agama islam.

30

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama, 1986 ), 221

Page 27: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

79

Temuan lain yakni ketika para orang tua mengenalkan anak pada

agamanya dengan mengikuti kegiatan maulid nabi di sekolah. Tindakan

tersebut dengan tujuan agar anak dapat mengenal agamanya lebih dalam.

Ada juga tindakan seorang guru yang mengajarkan anak

tunagrahita untuk bersikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua.

Tindakan tersebut dipilih karena telah mempertimbangkan perilaku anak

yang sering kali selalu menganggap gurunya adalah teman sehingga dapat

berbuat sesuka hati seperti memukul kepala. Dengan acara memberikan

pengetahuan tentang perilaku buruk tersebut maka anak berhenti untuk

berperilaku buruk terhadap guru tersebut.

Temuan lain yang berkaitan dengan tindakan tersebut adalah ketika

seorang agen sosialisasi menganggap penting norma agama dengan alasan

bahwa pergaulan anak tidak hanya disekolah juga di masyarakat dan

keluarga. jika anak-anak tidak mengenal baik buruk suatu perbuatan jelas

semua dilakukan. Tidak ada dasarnya kalau kita tidak mengajarkan norma

agama pada mereka. Misalnya anak mencuri dibiarkan ya tetap dilakukan

anak. Dampaknya nanti dirumah atau dimasyarakat. Kalau kita

mengajarkan paling tidak anak itu bisa membedakan boleh atau tidak

boleh dilakukan. Sehingga dapat dikatakan sebagai tindakan rasional

instrumental karena memiliki tujuan terhadap perilaku untuk mencapai

tujuan yakni menanamkan perilaku yang baik menurut aturan agama.

Untuk anak tunagrahita juga mudah terpengaruh. Jika berada di

lingkungan yang jelek, tidak baik seperti minuman keras. Pasti anaknya

Page 28: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

ikut-ikutan. Terus kalau temannya atau keluarganya tidak mendukung

seperti dikasih Hp tapi tidak di pantau bisa penyimpangan sexual. Kalau

tidak dibekali agama kan nanti semakin besar pasti nafsunya ada, tingkat

libidonya juga ada. Jadi kendalanya dari lingkungan yang tidak

mendukung. Kalau di rumah tidak mengaji sulit juga. Harus ada kontrol

juga dari keluarga. Kita di sekolah kan hanya beberapa jam sedangkan

dirumah lebih banyak. Tindakan tersebut termasuk tindakan berorientasi

nilai karena guru merasa memiliki kewajiban sebagai umat islam untuk

menerapakan norma agama pada anak tanpa memperdulikan bagimana

kedepannya anak tersebut. Yang penting berperilaku baik didalam

masyarakat.

3. Tindakan Sosial yang ketiga yakni tindakan seorang individu

memperlihatkan perilaku karena kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar atau

perencanaan, perilaku seperti itu digolongkan sebagai tindakan

tradisional. Suatu tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan

dalam mengerjakan sesuatu dimasa lalu saja.

Temuan dari tindakan ini adalah ketika guru mengadakan kegiatan

maulid Nabi di sekolah dengan seluruh anak didik. Mereka di ajarkan

bagaimana cara memperingati Maulid Nabi dengan membaca Diba’ ,

mendengarkan ceramah serta berbagi makanan yang di bawanya dari

rumah. Kegiatan tersebut di lakukan karena setiap tahun sekolah terbiasa

mengadakannya. Tindakan ini dapat di katakan sebagai tindakan

tradisional karena di lihat dari makna subyektif guru yang sengaja

Page 29: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

81

mengadakan kegiatan tersebut setiap tahunnya. Dan sudah menjadi

kegiatan sekolah untuk merayakan maulid nabi bersama-sama.

4. Tindakan Sosial yang ke empat yaitu tindakan afeksi yang ditandai dengan

dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual dan perencanaan

yang sadar sebelumnya. Seseorang yang sedang mengalami emosi seperti

cinta, kemarahan, ketakutan atau kegembiraan, dan secara spontan

mengungkapkan perasaan itu tanpa refleksi, berarti sedang

memperlihatkan tindakan afektif. Tindakan ini benar-benar tidak rasional

karena kurangnya pertimbangan logis, ideologi, atau kriteria rasional

lainnya.31 Terdapat temuan yaitu ketika anak tidak mampu melaksanakan

norma agama dengan baik didalam kehidupannya sehari-hari seperti

bertengkar dengan temannya, mengejek temannya ,maka seorang guru

bertindak dengan cara mencurahkan kasih sayangnya terhadap anak

tersebut dengan berperilaku sebagai seorang teman. Mengajaknya ngobrol

dan menanyakan perihal tindakannya tersebut. Agar anak memberikan

respon. Kalau kita mengetahui respon dari anaknya kita akan mengetahui

sifat dari anaknya seperti apa. Sehingga dapat jawaban dari dia setelah itu

agen sosialisasi mulai menasehati dengan cara menjelaskan.

Ada juga agen sosialisasi yang bertindak dengan penuh kesabaran

yakni dengan mengajarkannya sampai bisa. tidak boleh putus asa. Anak

tunagrahita memiliki sifat yang mudah lupa jadi guru mengajarkan tidak

31

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama, 1986 ), 222

Page 30: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

82

hanya sekali namun berkali-kali. Tidak cukup seminggu bahkan tahunan

juga ada. Rata-rata anak-anak sekarang diajarkan besok lupa. Apalagi pada

masa liburan yang lama mesti akan mengenol lagi pembelajarannya.

Dengan pelatihan secara terus-menerus diulang, maka anak akan terbiasa.

Jadi kuncinya harus sabar mengajarkan sampai anak bisa. Tindakan

tersebut merupakan tindakan afeksi dengan dominasi rasa kasih sayang

terhadap anak tunagrahita.

Temuan lain dari orang tua adalah ketika mereka sedang

menunggu anaknya serta mengawasi perilaku anaknya. Saat melihat anak

lain berperilaku buruk dengan mengejek temannya. Tindakan orang tua

lain justru ikut menegur anak tersebut. Mereka perduli dan ikut mengawasi

perilaku anak seperti guru pada muridnya. Tindakan tersebut dilakukan

dengan prinsip saling menjaga sesama di lingkungan sekolah. Dengan

tujuan rasa kasih sayang terhadap anak.

D. Konfirmasi Temuan dengan Data

Pada bagian ini akan dibahas satu persatu temuan-temuan yang di dapat

dari lapangan. Pembahasannya dengan cara mengkonfirmasi temuan yang

di dapat di lapangan dengan teori yang di gunakan oleh peneliti.

Selanjutnya tindakan seorang peneliti adalah melakukan konfirmasi

dengan teori yang ada. Dapat di lihat pada bagan gambar implikasi data

dengan teori di bawah ini :

Page 31: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

83

Temuan dalam kaitannya dengan Teori Tindakan Sosial Max

Weber Dalam Bentuk Gambar

T. RI

Tindakan Sosial

seseorang yang

memiliki tujuan dengan

menggunakan alat-alat

dalam pencapaiannya.

T. RN

Tindakan yang di

lakukan sudah ada

kaitannya dengan nilai-

nilai agama.

T. A

Tindakan yang di

dominasi oleh perasaan

atau emosi

T. T

Tindakan yang sudah

menjadi kebiasaan dari

dulu ( tradisi ).

Membiasakan membaca doa’a

sebelum memulai pelajaran.

Kesadaran seorang guru dan para

orang tua sebagai umat, untuk selalu

memberikan dasar-dasar agama

untuk anak tunagrahita.

Hubungan orang tua dan guru untuk

saling menjaga dan mengawasi anak

dalam lingkungan sekolah.

Tradisi Maulid nabi yang selalu di

adakan oleh sekolah. Yang telah

menjadi tradisi turun-temurun.

Curahan kasih sayang guru terhadap

anak ketik anak bertingkah laku tidak

sopan.

Pengenalan perbuatan baik dan buruk

dengan media gambar dan praktek.

Page 32: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

84

Berikut konfirmasi temuan dengan teori yang di gunakan oleh peneliti

adalah :

1. Kaitannya Pada Perilaku agama yang diajarkan guru dengan tindakan

sosial.

Teori tindakan sosial itu sendiri menjelaskan tentang tindakan individu

yang bertindak memberikan arti subyektif kepada tindakan itu. tindakan itu

di sebut tindakan sosial karena arti subyektif itu di hubungkan oleh individu-

individu yang bertindak memperhitungkan perilaku orang lain dan karena itu

di arahkan ketujuannya.

Dalam hal ini ketika guru membiasakan anak untuk membaca doa sebelum

memulai pelajaran masuk dalam tindakan rasional berorientasi nilai karena

pada dasarnya di sekolah ini menerapkan aturan yang demikian. Dengan

pengucapan secara langsung.

Pengenalan perbuatan baik dan buruk dengan media gambar dan praktek

juga termasuk dalam tindakan Rasional berorientasi nilai karena guru memiliki

tujuan yakni mengimplementasikan sebuah kurikulum pembelajaran untuk anak

Tunarahita di sekolah.

2. Kepedulian Guru dan Orang Tua terhadap Anak Tunagrahita

Kesadaran seorang guru dan para orang tua sebagai umat, untuk selalu

memberikan dasar-dasar agama untuk anak tunagrahita adalah suatu bentuk

tindakan berorientasi nilai karena tujuan mereka menanamkan perilaku baik

dan buruk yang sudah menjadi aturan di dalam agamanya agar senantiasa

anak memiliki akhlak yang baik di lingkungannya kelak.

Page 33: Bab IV - Sunan Ampeldigilib.uinsby.ac.id/15811/7/Bab 4.pdf · ruangan itu memiliki skat (Pembatas) untuk dua kelas yakni kelas untuk murid SMP dan satunya untuk Murid kelas 6 SD

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

85

3. Kaitannya Tradisi Maulid Nabi yang Di Adakan oleh Sekolah dengan

tindakan Tradisional.

Kegiatan maulid nabi yang di selenggarakan oleh sekolah merupakan sebuah

tradisi turun temurun yang tidak bisa lepas dari kehidupan mereka. Tindakan ini

merupakan tindakan tradisional karena mereka selalu meniru dalam kebiasaan-

kebiasaan tentang ajaran agamanya yang selalu memperingati Maulid Nabi

setiap tahunnya.

4. Kaitannya Komunikasi Guru Dan Orang Tua Untuk Saling Mengawasi

Anak Tunagrahita.

Hubungan orang tua dan guru untuk saling menjaga dan mengawasi anak

dalam lingkungan sekolah merupakan tindakan afeksi, dimana tindakan tersebut

di dasarkan atas rasa kasih sayang guru dan orang tua terhadap anak

Tunagrahita.

Dan ketika anak tiba-tiba bertingkah laku tidak sopan terhadap guru seperti

memukul kepala dan guru tersebut tidak membalas malah menasehati adalah

tindakan afeksi yang juga di dominasi oleh rasa sayang guru terhadap anak

Tunagrahita.