bab iv perhitungan struktur 4.1. gambar 4.2. untuk tampak

215
76 BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Perhitungan Atap Dalam perencanaan sebuah struktur bangunan gedung, perencanaan struktur atap adalah perencanaan yang harus dihitung pertama kali pada perencanaan sebuah struktur bangunan gedung. Pada perencanaan atap ini menggunakan kuda-kuda baja dengan menggunakan bentuk limasan untuk bagian penutup atap yang dapat dilihat pada Gambar 4.1., Gambar 4.2. dan Gambar 4.3. untuk tampak atas rangka atap. Perhitungan struktur atap didasarkan pada panjang bentang kuda-kuda. Selain itu harus diperhitungkan juga terhadap beban yang bekerja, yaitu meliputi beban mati, beban hidup, beban angin, dan lainnya. Setelah diperoleh pembebanannya, kemudian dilakukan perhitungan serta perencanaan ukuran profil batang kuda-kuda yang akan digunakan. Adapun pemodelan struktur atap adalah sebagai berikut: Gambar 4.1. Perspektif Rangka Atap Sumber: Dokumen Pribadi AutoCAD 2007

Upload: others

Post on 04-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

76

BAB IV

PERHITUNGAN STRUKTUR

4.1. Perhitungan Atap

Dalam perencanaan sebuah struktur bangunan gedung, perencanaan struktur atap

adalah perencanaan yang harus dihitung pertama kali pada perencanaan sebuah

struktur bangunan gedung. Pada perencanaan atap ini menggunakan kuda-kuda baja

dengan menggunakan bentuk limasan untuk bagian penutup atap yang dapat dilihat

pada Gambar 4.1., Gambar 4.2. dan Gambar 4.3. untuk tampak atas rangka atap.

Perhitungan struktur atap didasarkan pada panjang bentang kuda-kuda. Selain itu

harus diperhitungkan juga terhadap beban yang bekerja, yaitu meliputi beban mati,

beban hidup, beban angin, dan lainnya. Setelah diperoleh pembebanannya, kemudian

dilakukan perhitungan serta perencanaan ukuran profil batang kuda-kuda yang akan

digunakan. Adapun pemodelan struktur atap adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Perspektif Rangka Atap

Sumber: Dokumen Pribadi AutoCAD 2007

Page 2: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

77

Gambar 4.2. Tampak Atas Rangka Atap

Sumber: Dokumen Pribadi AutoCAD 2007

Gambar 4.3. Pemodelan Kuda-Kuda

Sumber: Dokumen Pribadi AutoCAD 2007

Page 3: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

78

4.1.1. Pedoman Perhitungan Atap

Dalam perencanaan atap, adapun pedoman yang dipakai, sebagai berikut:

1. Gunawan, Rudy. 1998. Tabel Profil Konstruksi Baja. Penerbit Kanisius :

Yogyakarta.

2. Pedoman Perencanaan Pmbebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG 1987)

3. Setiawan, Agus. 2008. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD.

Penerbit Erlangga : Jakarta.

4. SNI 03-1729-2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan

Gedung.

4.1.2. Perencanaan Gording

Pada perencanaan gording, perencanaan yaitu meliputi beberapa tahapan: data-

data teknis, pembebanan gording, kombinasi dan kontrol kekuatan profil pada

gording.

4.1.2.1. Data-data Perencanaan Gording

Bentang kuda-kuda = 13,5 m

Jarak kuda-kuda = 2,9 m

Jarak gording = 1,8 m

Sudut kemiringan atap = 20°

Sambungan = Baut

Profil gording = Hollow Structural Tube

= 125.125.4,5

Berat gording = 16,60 kg/m

Dalam perencanaan kuda-kuda, gording menggunakan profil baja Hollow

Structural Tube. Adapun data dari profil baja Hollow Structural Tube dengan

ukuran 125.125.4,5 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Profil Hollow Structural Tube

Page 4: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

79

Sumber : Tabel Profil Konstruksi Baja, hal 54 dan 55

Modulus Elastisitas (E) = 200.000 Mpa

Modulus geser ( G ) = 80.000 Mpa

Poisson ratio ( m ) = 30 %

Koefisien muai ( at ) = 1,2 x10-6

/ ºC

(pasal 5.1.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 9)

Mutu baja = BJ 37

Berat per Unit Volume Baja = 7850 kg/m3

Tegangan leleh ( fy ) = 240 Mpa

Tegangan Ultimit ( fu ) = 370 Mpa

Peregangan minimum = 20 %

Adapun data dari profil baja dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Sifat Mekanis Baja Struktural

Sumber : tabel 5.3, SNI 03- 1729- 2002, hal11

Penutup atap Genteng = 50 kg/m2

Plafond eternit + penggantung = 11+7 = 18 kg/m2

(PPPURG 1987, hal 6 )

Beban hidup gording = 100 kg

Beban air hujan = (40 – 0,8 x 20°) = 24 kg/m2

(PPPURG 1987, hal 7 )

Tekanan tiup angin = 25 kg/m2

Page 5: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

80

(PPPURG 1987, hal 18 )

4.1.2.2. Perhitungan Gording

Dalam perhitungan gording ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan,

adapun dalam perhitungannya harus sesuai dengan syarat dan peraturan-peraturan

yang berlaku. Berikut ini adalah beberapa tahapan dalam perhitungan gording.

Gambar 4.4. Gording Hollow Structural Tubings

Sumber: Tabel Konstruksi Baja Rudy Gunawan

Profil gording Hollow Structural Tubings 125.125.4,5

Sectional area 21,17 cm2

= 2117 mm2

Weight 16,60 kg/m

Position of centre of gravity Cx = 0 cm

Cy = 0 cm

Geometrical moment of Inertia Ix = 506,0 cm4

= 50,6 x 105

mm4

Iy = 506,0 cm4

= 50,6 x 105

mm4

Radius of gyration ix = 4,890 cm

= 4,89 x 10 mm

iy = 4,890 cm

= 4,89 x 10 mm

Elastic modulus of section Zx = 80,90 cm3

= 80,9 x 103 mm

3

Zy = 80,90 cm3

= 80,9 x 103 mm

3

( Tabel Profil Konstruksi Baja, Rudy Gunawan, hal 51)

4.1.2.3. Pembebanan Gording

a. Beban Mati (q)

Page 6: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

81

Beban mati adalah beban merata yang terjadi akibat beban gording itu

sendiri dan beban-beban tetap permanen, adapun pembebanan sebagai berikut:

Gambar 4.5. Pemodelan Beban Mati

Sumber: Dokumen Pribadi AutoCAD 2007

Beban Penutup Atap = 50 kg/m2 x 1,8 m = 90,00 kg/m

Berat Gording = 16,60 kg/m

Berat trackstang (10% x 16,60 kg/m) = 1,66 kg/m

Jadi total beban mati (q) = 108,26 kg/m

b. Beban Hidup (p)

Beban hidup adalah beban terpusat yang berasal dari beban air hujan dan

beban manusia yang bekerja pada atap, dengan berat P = 100 kg. Adapun

pembebanannya sebagai berikut :

Gambar 4.6. Pemodelan Beban Hidup

Sumber: Dokumen Pribadi AutoCAD 2007

Beban Hidup Pekerja = 100 kg

Beban Air Hujan = (40 – 0,8 x 200) = 24 kg/m

2

= 24 kg/m2

x 2,9 m x 1,8 m

+

Page 7: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

82

= 125,28 kg

c. Beban Angin (w)

Beban angin adalah beban yang timbul dari hembusan atau terpaan angin

yang terdiri dari dua jenis, yaitu angin tekan dan angin hisap dengan arah

pembebanannya tegas lurus bidang atap. Besaran tekanan positif dan negatif

dapat ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dengan koefisien angin.

Adapun beban angin yang terjadi diakibatkan angin tekan dan angin hisap pada

atap dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7. Gambar Angin Tekan dan Angin Hisap

Sumber : Dokumen Pribadi

Diasumsikan pada daerah yang jauh dari tepi laut maupun pantai dengan

besaran :

Tekanan tiup angin = 25 kg/m2

Koefisien angin:

Angin tekan = 0,02 α - 0,4 = 0,02 x 20º - 0,4 = 0

Angin hisap = - 0,40

(pasal 2.1.3.3,PPPURG1987, hal 20)

Beban angin :

Beban angin tekan (Wty) = 0 x 1,8 m x 25 kg/m2

= 0 kg/m

Beban angin hisap (Why) = - 0,4 x 1,8 m x 25 kg/m2

= - 18 kg/m

4.1.2.4. Momen Akibat Pembebanan Gording

a. Beban Mati (D)

q = 108,26 kg/m

Jarak Antar Kuda Kuda (L) = 2,9 m

Page 8: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

83

qx = q sin α = 108,26 . sin 20º = 37,028 kg/m

qy = q cos α = 108,26 . cos 20º = 101,732 kg/m

b. Beban Hidup (L)

Beban Hidup Pekerja

P = L = 100 kg

Jarak Antar Kuda Kuda (L) = 2,9 m

Px = P sin α = 100 .sin 20º = 34,202 kg/m

Py = P cos α = 100 .cos 20º = 93,97 kg/m

Mx = (1/4 .Px .L)

= (1/4 x 34,202 x 2,9)

= 24,797 kg.m

My = (1/4 .Py .L)

= (1/4 x 93,97 x 2,9 )

= 68,129 kg.m

Beban Hidup Air Hujan

P = L = 125,28 kg

Px = P sin α = 125,28. sin 20º = 42,849 kg

Py = P cos α = 125,28. cos 20º = 117,725 kg

Mx = (1/4 .Px .L)

= (1/4 x 42,849 x 2,9)

= 31,066 kg.m

My = (1/4 .Py .L)

= (1/4 x 117,725 x 2,9)

= 85,351 kg.m

Jadi jumlah beban hidup pekerja dan beban hidup air hujan adalah:

Px total = 34,202 + 42,849 = 77,051 kg.m

Py total = 93,97 + 117,725 = 211,695 kg.m

Mx total = 24,797 + 31,066 = 55,863 kg.m

My total = 68,129 + 85,351 = 153,48 kg.m

c. Beban Angin (W)

MWty = (1/8 .Wty . L2) MWhy = (1/8 .Why . L

2)

Mx = (1/8 . qx . L2)

= (1/8 x 37,028 x 2,92 )

= 38,926 kg.m

My = (1/8 . qy . L2)

= (1/8 x 101,732 x 2,92 )

= 106,946 kg.m

Page 9: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

84

= (1/8 x 0 x 2,92)

= 0 kg.m ( tekan )

= (1/8 x -18 x 2,92)

= -18,923 kg.m ( hisap )

4.1.2.5. Kombinasi Pembebanan Gording

Berdasarkan beban-beban yang ada diatas maka struktur baja harus mampu

memikul semua kombinasi pembebanan. Adapun kombinasi pembebanan yang

digunakan yaitu sebagai berikut :

a. U = 1,4 D

Ux = 1,4 . 38,926 kg.m = 54,4964 kg.m

Uy = 1,4 . 106,946 kg.m = 149,7244 kg.m

b. U = 1,2 D + 0,5 La

Ux = 1,2 . 38,926 kg.m + 0,5 . 55,863 kg.m = 74,6427 kg.m

Uy = 1,2 . 106,946 kg.m + 0,5 . 153,48 kg.m = 205,0752 kg.m

c. U = 1,2 D + 1,6 La + 0,8 W

Ux = 1,2 . 38,926 kg.m + 1,6 . 55,863 kg.m + 0,8 .(0)

= 136,092 kg.m

Uy = 1,2 . 106,946 kg.m + 1,6 . 153,48 kg.m + 0,8.(-18,923 kg.m)

= 358,7648 kg.m

d. U = 1,2 D + 1,3 W + 0,5 La

Ux = 1,2 . 38,926 kg.m + 1,3 (0) + 0,5 . 55,863 kg.m

= 74,6427 kg.m

Uy = 1,2 . 106,946 kg.m + 1,3 (-18,923 kg.m) + 0,5 . 153,48 kg.m

= 180,4753 kg.m

e. U = 0,9 D ± 1,3 W

Ux = 0,9 . 38,926 kg.m + 1,3 (0) = 35,0334 kg.m

= 0,9 . 38,926 kg.m - 1,3 (0) = 35,0334 kg.m

Uy = 0,9 . 106,946 kg.m + 1,3 (-18,923 kg.m) = 71,6515 kg.m

= 0,9 . 106,946 kg.m - 1,3 (-18,923 kg.m) = 120,8513 kg.m

(pasal 6.2.2, SNI 03- 1729- 2002, hal 13)

Jadi Mux max = 136,092 kg.m = 136,092 x 104

N.mm

Muy max = 358,7648 kg.m = 358,7648 x 104 N.mm

Page 10: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

85

4.1.2.6. Kontrol Kekuatan Profil

a. Kontrol Kelangsingan Penampang

Asumsi : Penampang Kompak bila λ < λp

Penampang Tidak Kompak bila λp < λ ≤ λr

Penampang Langsing λ > λr

Sayap =

Badan =

Sayap = λ = = 32,275

λ = = 40,344

Badan = λ = = 108,444

λ = = 164,602

Sayap = λ < λp “Penampang Kompak”

Badan = λ < λp “Penampang Kompak”

(Tabel 7.5-1 SNI 03 – 1729 – 2002, hal 31)

Sayap = λ

= λ

= 32,332

λ

= λ

= 40,415

Badan =λ

= λ

= 69,859

λ

= λ

= 164,545

Sayap = λ < λp “Penampang Kompak”

Badan = λ < λp “Penampang Kompak”

(Tabel B4.1b SNI – 1729 – 2015, hal 20)

b. Kontrol Terhadap Lendutan

E = 2,0 x 105 Mpa. = 2,0 x 10

6 kg/cm

2

menggunakan asumsi 1 Mpa = 1 N/mm2

= 10 kg/cm2,

Momen inersia yang berada pada profil Hollow Structular Tube,

Ix = 506,0 cm4, Iy = 506,0 cm

4.

(Tabel Profil Kontruksi Baja, hal 55)

Page 11: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

86

Akibat Beban Mati

fx =

=

= 0,034 cm

fy =

=

= 0,093 cm

Akibat Beban Hidup

fx =

=

= 0,00039 cm

fy =

=

= 0,0011 cm

Akibat Beban Angin

fx = 0

fy =

=

= -0,017 cm

(Perencanaan Struktur Baja Dengan Methode LRFD, Hal 88)

Kombinasi Lendutan

Fx total = 0,034 + 0,00039 + 0 = 0,03439 cm

Fy total = 0,093 + 0,0011 + (-0,017) = 0,0771 cm

Syarat Lendutan

f timbul < f izin

f timbul

f timbul = = 0,085 cm

f ijin =

=

=1,209 cm

(SNI 03 – 1729 – 2002, hal 15)

f ijin > f yang timbul 1,209cm > 0,085 cm……… (OK)

(tabel 6.4-1, SNI 03- 1729- 2002, hal 15)

c. Kontrol kuat nominal lentur penampang dengan pengaruh tekuk lokal

Dari hasil analisis kelangsingan penampang pada sub bab sebelumnya

diketahui bahwa profil yang digunakan merupakan penampang kompak, maka

berlaku :

Mn = Mp Mp = Z x Fy

(Pasal 8-2.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 36)

Page 12: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

87

Mencari Momen Nominal yang Bekerja pada Profil

Mnx = Zx . Fy

= 80,90 .(103) mm

3. 240 N/mm

2

= 19416000 N.mm

Mny = Zy . Fy

= 80,90 .(103) mm

3. 240 N/mm

2

= 19416000 N.mm

(Pasal 8-2-1.b, SNI 03- 1729- 2002, hal 35)

Kontrol Terhadap Tegangan Lentur

Mux max = 136,092 kg.m = 136,092 x 104 N.mm

Muy max = 358,7648 kg.m = 358,7648 x 104 N.mm

Faktor reduksi ( ) = 0,9

≤ 1,0

≤ 1,0

0,0779 + 0,2054 ≤ 1,0

0,2833 ≤ 1,0 (Aman Terhadap Tegangan Lentur)

(Pasal 11.3.1 , SNI 03-1729-2002, hal 76)

d. Mendimensi Trackstang

Beban Mati qx = 37,028 kg/m

Beban Hidup Px = 34,202 + 42,849 = 77,051 kg.m

Jarak Kuda-Kuda = 2,90 m

Total beban = (37,028 kg/m x 2,90 m) + 77,051 kg/m

= 184,4322 kg

Penggunan 2 trackstang, maka :

P/3 184,4322 / 3 = 61,4774 kg

Fbr = 1,25 fn

= 1,25 x = 0,0325 cm2

Page 13: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

88

Fbr =

. . d²

d =

=

= 0,2035 cm 2,035 mm 8 mm

Maka dalam perencanaan kuda-kuda ini menggunakan trackstang dengan

diameter minimal = 8 mm.

4.1.3. Perencanaan Kuda-kuda

Pada perencanaan kuda-kuda, tahapan dalam perencanaan meliputi : data-data

teknis, pembebanan kuda-kuda, dan kontrol kekuatan profil pada kuda-kuda.

4.1.3.1. Data-data Kuda-kuda

Bentang kuda-kuda = 13,50 m

Jarak kuda-kuda = 2,90 m

Jarak gording = 1,8 m

Sudut kemiringan atap = 20°

Penutup atap = Genteng metal

Plafond = Eternit

Sambungan = Baut

Berat gording = 21,7 kg/m

Modulus Elastisitas (E) = 200.000 Mpa

Modulus geser ( G ) = Mpa

Poisson ratio ( m ) = 30 %

Koefisien muai ( at ) = 1,2 * 10-6

(SNI 03- 1729- 2002, hal 9)

Mutu baja = BJ 37

Tegangan leleh ( fy ) = 240 Mpa

Tegangan Ultimit ( fu ) = 370 Mpa

Peregangan minimum = 20 %

(SNI 03- 1729- 2002, hal 11)

Penutup atap genteng = 50 kg/m2

Plafond eternit + penggantung = 11+7 = 18 kg/m2

(PPPURG 1987, hal 6 )

Page 14: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

89

Berat baja per Unit Volume = 7850 kg/m3

(tabel 1,PPPURG 1987, hal 5)

Beban hidup gording = 100 kg

Tekanan tiup angin = 25 kg/m2

(PPPURG 1987, hal 7&13)

4.1.3.2. Pembebanan Kuda-Kuda

Data berat bangunan dan komponen gedung yang digunakan sebagai berikut :

Penutup atap genteng = 50 kg/m2

Berat per unit volume baja = 7850 kg/m3

Plafond eternit = 11 kg/m2

Penggantung = 7 kg/m2

(PPPURG 1987, hal 5 dan 6)

Data beban hidup pada atap gedung yang digunakan sebagai berikut :

Beban hidup pekerja = 100 kg

Beban air hujan = (40 – 0,8 x 20o) =24 kg/m

2

Tekanan tiup angin = 25 kg/m2

(PPPURG 1987, hal 7 dan 8)

Koefisien angin :

Angin tekan = 0,02α – 0,4

Angin hisap = - 0,40

a. Akibat Berat Atap

Beban permanen yang bekerja pada kuda-kuda akibat dari benda yang

berada diatasnya, berupa atap yang diasumsikan dengan menggunakan penutup

genteng. Dan penginputan beban atap dengan program SAP 2000 dapat dilihat

pada Gambar 4.8. dan Gambar 4.9.

BA = Berat Atap Genteng x Jarak Gording x Jarak Kuda-Kuda

BA = 50 x 1,8 x 2,9

BA = 261 kg

Page 15: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

90

Gambar 4.8. Input Beban Mati Atap

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Gambar 4.9. Display Beban Mati Atap

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

b. Akibat Berat Sendiri Kuda-Kuda

Beban permanen yang timbul dari berat profil baja yang difungsikan sebagai

kuda-kuda. Dalam perencanaan ini, kuda-kuda menggunakan profil baja

Double Angle Shape. Dan beban terhitung secara manual dalam program SAP

2000.

c. Akibat Berat Sendiri Gording

Beban permanen yang ditimbulkan dari berat profil baja yang difungsikan

sebagai gording. Dalam perencanaan ini, gording menggunakan profil baja

Hollow Structural Tube. Dan beban terhitung secara manual dalam program

SAP 2000.

Page 16: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

91

d. Akibat Berat Plafond

Beban ini adalah beban yang ditimbulkan akibat adanya berat dari plafond

yang digantungkan pada dasar kuda-kuda. Dan dalam penginputannya dalam

program SAP 2000 dapat dilihat pada Gambar 4.10. dan Gambar 4.11.

BP = Beban Plafond x Jarak Kuda-Kuda x Panjang Kuda-Kuda

BP =

= 58,725 kg

Gambar 4.10. Input Beban Mati Plafond

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Gambar 4.11. Display Beban Mati Plafond

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

e. Beban Hidup

Beban hidup yaitu beban terpusat yang terjadi karena beban pekerja yang

bekerja pada saat pekerjaan kuda-kuda pada atap dan beban yang disebabkan

air hujan pada atap. Dan dalam penginputannya dalam program SAP 2000

dapat dilihat pada Gambar 4.12. dan Gambar 4.13.

PPekerja = 100 kg

Page 17: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

92

Gambar 4.12. Input Beban Hidup Pekerja

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Gambar 4.13. Display Beban Hidup Pekerja

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

PAir Hujan = (40 – 0,8 x 200) = 24 kg/m

2

= 24 kg/m2

x 2,9 m x 1,8 m = 125,28 kg

Gambar 4.14. Input Beban Hidup Hujan

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Page 18: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

93

Gambar 4.15. Display Beban Hidup Hujan

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

f. Beban Angin

Beban angin yaitu beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung

yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara (PPPURG 1987). Pada

konstruksi ini diasumsikan nilai W = 25 kg/m2.

Koefisien angin:

1. Angin tekan

Cq = 0,02 α - 0,4 = 0,02 x 20º - 0,4 = 0

(pasal 2.1.3.3, PPPURG, hal 21)

Angin tekan vertikal

W = Cq x sin α x W x jarak gording x jarak kuda-kuda

= 0 x sin 20º x 25 kg/m2 x 1,8 x 2,9

= 0 kg

Angin tekan horisontal

W = Cq x cos α x W x jarak gording x jarak kuda-kuda

= 0 x cos 20º x 25 kg/m2 x 1,8 x 2,9

= 0 kg

2. Angin hisap

Cq = - 0,40

(pasal 2.1.3.3, PPPURG, hal 21)

Angin hisap vertikal

W = Cq x sin α x W x jarak gording x jarak kuda-kuda

= -0,4 x sin 20º x 25 kg/m2 x 1,8 x 2,9

= -17,854 kg

Page 19: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

94

Angin hisap horisontal

W = Cq x cos α x W x jarak gording x jarak kuda-kuda

= -0,4 x cos 20º x 25 kg/m2 x 1,8 x 2,9

= - 49,052 kg

Dalam penginputannya di program SAP2000 pada beban angin

khususnya untuk beban angin hisap dapat dilihat pada Gambar 4.16.,

sedangkan untuk penginputan beban angin tekan adalah 0 (nol).

Gambar 4.16. Display Beban Angin

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

4.1.3.3. Input Data Pada Program SAP2000

Dalam penginputan data pada program SAP2000 perlu memperhatikan

beberapa langkah sebagai berikut:

a. Menentukan Geometri Koordinat

Model geometri koordinat dipakai apabila ada salah satu sumbu memakai

ukuran yang tidak sama, serta mendesain ukuran (jarak) yang digunakan untuk

menentukan koordinat pada atap. Adapun koordinat yang digunakan pada

perencanaan atap dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Page 20: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

95

Gambar 4.17. Define Grid Data

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

b. Menginput Data Pada Material Properties

Penginputan data material pada program SAP2000 harus sesuai dengan

material-material yang digunakan. Pada perencanaannya, atap didesain

menggunakan material baja dengan mutu baja BJ 37. Adapun proses

penginputan material properties pada program SAP2000 dapat dilihat pada

Gambar 4.18. dengan data sebagai berikut:

1. Berat jenis baja = 7850 kg/ m3

2. Sifat dari mekanis baja, terdiri dari :

Modulus Elastisitas (E) = 200000 Mpa

Modulus Geser (G) = 80000 Mpa

Poisson Ratio () = 0,3

Koefisien Muai (α) = 12 x 10-6

(pasal 5.1.3, SNI 03-1729-2002, hal 9)

3. Mutu baja yang digunakan adalah BJ 37, Mempunyai nilai sebagai berikut:

Fy = Fye = 240 Mpa

Fu = Fue = 370 Mpa

(tabel 5.3, SNI 03-1729-2002, hal 11)

Page 21: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

96

Gambar 4.18. Material Properties Data

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

c. Menginput Data Pada Define Load Patterns

Pada define load patterns ini digunakan untuk menentukan jenis beban yang

bekerja pada struktur (atap). Pada beban mati diisi angka 1 (satu), dengan

maksud program SAP2000 secara otomatis akan menghitung sendiri beban

mati (berat profil baja) yang bekerja pada atap, sedangkan angka 0 (nol)

menunjukkan bahwa beban tersebut diinput secara manual. Penginputan define

load patterns dapat dilihat pada Gambar 4.19.

Gambar 4.19. Define Load Patterns

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Page 22: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

97

d. Menentukan Profil Baja

Penginputan profil baja pada program SAP 2000 dapat dilihat pada

Gambar 4.20. Baja yang akan digunakan dalam perencanaan kuda-kuda

adalah jenis Double Angle Shape dan profil baja yang akan digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Batang Diagonal Luar = 2L 90.90.9

2. Batang Diagonal Dalam = 2L 75.75.12

3. Batang Horisontal = 2L 75.75.8

4. Batang Vertikal = 2L 80.80.10

Gambar 4.20. Profil Baja Kuda-Kuda

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

e. Menentukan Kombinasi Pembebanan Kuda-Kuda

Berdasarkan beban-beban yang bekerja pada struktur, maka struktur baja

harus mampu memikul semua kombinasi pembebanan. Adapun kombinasi

pembebanan pada struktur atap adalah sebagai berikut :

1. U = 1,4 D

2. U = 1,2 D + 0,5 La

3. U = 1,2 D + 1,6 La + 0,8 W

4. U = 1,2 D + 1,3 W + 0,5 La

5. U = 0,9 D ± 1,3 W

(pasal 6.2.2, SNI 03-1729-2002, hal 13)

Dalam penginputan beban kombinasi pada atap di program SAP2000 dapat

dilihat pada Gambar 4.21. dan Gambar 4.22. Kombinasi (1,2 D + 1,6 L + 0,8

W) mengartikan bahwa 1,2 Beban Mati ditambah 1,6 Beban Hidup ditambah

0,8 Beban Angin.

Page 23: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

98

Gambar 4.21. Define Load Combinations

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Gambar 4.22. Load Combinations Data

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

f. Menentukan Jenis Pembebanan

Beban yang bekerja pada struktur atap adalah sebagai berikut:

1. Beban Mati :

BAtap = 261 kg

BPlafond = 58,725 kg

Page 24: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

99

2. Beban Hidup :

BPekerja = 100 kg

BAir hujan = 125,28 kg

3. Beban Angin :

Angin Tekan :

- Angin Tekan Vertikal = 0 kg

- Angin Tekan Horizontal = 0 kg

Angin Hisap :

- Angin Hisap Vertikal = -17,854 kg

- Angin Hisap Horizontal = - 49,052 kg

4.1.3.4. Perhitungan Profil Kuda-Kuda

Dalam perhitungan kuda-kuda dengan menggunakan program SAP 2000 dan

didapat data-data sebagai berikut, data lengkap terlampir:

1. Gaya aksial yang dihasilkan data terlampir.

2. Gaya momen yang dihasilkan data terlampir.

3. Gaya geser yang dihasilkan data terlampir.

4. Kontrol kekuatan baja yang dihasilkan data terlampir.

5. Baja yang digunakan yaitu jenis Double Angle Shape:

Batang Diagonal Luar = 2L 90.90.9

Batang Diagonal Dalam = 2L 75.75.12

Batang Horisontal = 2L 75.75.8

Batang Vertikal = 2L 80.80.10

Material Baja yang Digunakan

Mutu baja = BJ 37

Tegangan leleh (fy) = 240 Mpa

Tegangan Ultimit (fu) = 370 Mpa

Peregangan minimum = 20 %

(tabel 5.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 11)

Modulus Elastisitas (E) = 200000 Mpa

Modulus geser (G) = 80000 Mpa

Poisson ratio () = 0,3

Page 25: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

100

Koefisien muai (α) = 12 x 10-6

(pasal 5.1.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 9)

Profil kuda kuda = Double Angle Shape

1. Perhitungan Batang Tekan

Berdasarkan perhitungan analisa pada program SAP2000 didapatkan gaya

tekan maksimal pada batang 124 dengan nilai gaya tekan maksimal sesuai

dengan Gambar 4.23.

Batang 124 dengan profil baja 2L 90. 90. 9

P maks = Nu = 12563,93 kg = 12,564 ton ( hasil output program SAP2000)

L Bentang = 1,79842 m = 1798,42 mm

Gambar 4.23. Diagram of Frame

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Berdasarkan gaya tekan maksimal yang bekerja pada batang 124 dengan

profil baja yang digunakan 2L 90. 90. 9. Data dari profil baja adalah sebagai

berikut:

Profil Baja 2L 90. 90. 9

A (satu profil) = 15,5 cm2 = 1550 mm

2

(A profil) = 2 x 1550 = 3100 mm2

Page 26: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

101

ex = ey = 2,54 cm = 25,4 mm

Ix = Iy = 116 cm4

= 1160000 mm4

Rx = Ry = 2,74 cm = 27,6 mm

Rmin = 1,76 cm = 17,6 mm

Tp = 9 mm

(Tabel Profil Kontruksi Baja, hal 38 dan 39)

a. Menghitung Momen Inersia dan Jari-jari Girasi Komponen Struktur

Profil Baja 2L 90. 90. 9

Gambar 4.24. Momen Inersia Penampang

Sumber : Data Pribadi AutoCAD 2007

Keterangan:

h = 90 mm

b = 90 mm

a = 10 mm

t = 9 mm

Titik Berat Komponen:

Lx (s) = 25,4 mm

Ly = 90 mm

Page 27: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

102

b. Periksa Terhadap Kelangsingan Elemen Penampang

(tabel 7.5-1, SNI 03- 1729- 2002, hal 30)

Page 28: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

103

(penampang tak kompak)

(pasal 8.2.4, SNI 03- 1729- 2002, hal 36)

c. Periksa Terhadap Kelangsingan dan Kestabilan Komponen

Digunakan pelat kopel 5 (lima) buah → Pembagian batang

minimum adalah 3 (tiga).

(pasal 9.3.3b, SNI 03- 1729- 2002, hal 59)

Jarak antar pelat kopel

Keterangan:

r min adalah jari-jari girasi minimal dari girasi komponen struktur

terhadap sumbu yang memberikan nilai terkecil

(persamaan 9.3-4, SNI 03- 1729- 2002, hal 58)

Syarat kestabilan komponen

< 50.......... (OK)

(persamaan 9.3-7, SNI 03- 1729- 2002, hal 59)

Kondisi tumpuan sendi-sendi, maka faktor tekuk k = 1

(tabel 7.6-1, SNI 03- 1729- 2002, hal 32)

Kelangsingan arah sumbu bahan (sumbu x)

(persamaan 9.3-1, SNI 03- 1729- 2002, hal 57)

Syarat kestabilan arah sumbu bahan (sumbu x)

Page 29: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

104

> 1,2.

> 30,6550....... (OK)

(persamaan 9.3-7, SNI 03- 1729- 2002, hal 59)

Kelangsingan arah sumbu bebas bahan (sumbu y)

(persamaan 9.3-1, SNI 03- 1729- 2002, hal 57)

Kelangsingan ideal

Nilai m untuk profil 2L = 2

(persamaan 9.3-2, SNI 03- 1729- 2002, hal 57)

Syarat kestabilan arah sumbu bebas bahan (sumbu y)

> 1,2.

> 30,6550....... (OK)

(persamaan 9.3-7, SNI 03- 1729- 2002, hal 59)

d. Menghitung Daya Dukung Tekan Nominal Komponen

1. Menghitung koefisien tekuk arah sumbu bahan (sumbu x)

Parameter kelangsingan komponen

(persamaan 7.6-2, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)

Page 30: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

105

Karena 0,25 < < 1,2

maka,

(persamaan 7.6-5c, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)

Daya dukung komponen arah sumbu bahan (sumbu x)

(persamaan 7.6-3, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)

2. Menghitung koefisien tekuk arah sumbu bebas bahan (sumbu y)

Parameter kelangsingan komponen

(persamaan 7.6-2, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)

Karena 0,25 < < 1,2

maka,

(persamaan 7.6-5c, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)

Daya dukung komponen arah sumbu bahan (sumbu y)

Page 31: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

106

(persamaan 7.6-3, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)

e. Periksa Terhadap Tekuk Lentur Torsi

Modulus geser

(Perencanaan Struktur Baja Dengan Methode LRFD, hal 72)

Konstanta torsi

(Perencanaan Struktur Baja Dengan Methode LRFD, hal 159)

f. Koordinat Pusat Geser Terhadap Titik Berat

Koordinat pusat geser yang terjadi pada profil baja 2L 90. 90. 9 yaitu

seperti pada gambar berikut:

Gambar 4.25. Titik Pusat Geser Penampang

Sumber : Data Pribadi AutoCAD 2007

xo = 0

t

b

h

ex

titik pusat massa

titik pusat geser

Page 32: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

107

Keterangan:

= Koordinat pusat geser terhadap titik berat, xo = 0

untuk siku ganda dan profil T (sumbu y – sumbu

simetris)

= jari-jari girasi polar terhadap pusat geser

(pasal 9.2, SNI 03- 1729- 2002, hal 55 dan 56)

Daya dukung komponen diambil yang terkecil

ton

(persamaan 6.4-2, SNI 03- 1729- 2002, hal 18)

…….. (OK)

(Profil 2L 90 x 90 x 9 Aman dan Dapat Digunakan)

Page 33: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

108

2. Perhitungan Batang Tarik

Berdasarkan perhitungan analisa pada program SAP2000 didapatkan gaya

tarik maksimal pada batang 109 dengan nilai gaya tarik maksimal sesuai

dengan Gambar 4.26.

Batang 109 dengan profil baja 2L 75. 75. 8

P maks = Nu = 2004,74 kg = 2,0048 ton ( hasil output program SAP2000)

L Bentang = 1,690 m = 1690 mm

Gambar 4.26. Diagram of Frame

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Berdasarkan gaya tarik maksimal yang bekerja pada batang 109 dengan

profil baja yang digunakan 2L 75. 75. 8. Data dari profil baja adalah sebagai

berikut:

Profil Baja 2L 75. 75. 8.

A (satu profil) = 11,5 cm2 = 1150 mm

2

(A profil) = 2 x 1150 = 2300 mm2

ex = ey = 2,13 cm = 21,3 mm

Ix = Iy = 58,9 cm4

= 589000 mm4

Rx = Ry = 2,26 cm = 22,6 mm

Rmin = 1,46 cm = 14,6 mm

Tp = 8 mm

Page 34: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

109

(Tabel Profil Kontruksi Baja, hal 36 dan 37)

a. Periksa Terhadap Tarik

Syarat penempatan baut

Model penempatan baut pada penampang profil 2L 75. 75. 8 adalah

seperti gambar berikut:

Gambar 4.27. Pemodelan Jarak Baut Profil

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program AutoCAD 2007

Spesifikasi baut yang digunakan:

Tipe baut = A325

Diameter = 12,7 mm (1/2”)

Fu (kuat tarik min) = 825 Mpa

Fy (proof stress) = 585 Mpa

Permukaan baut = tanpa ulir pada bidang geser ( r = 0,5 )

Diameter lubang baut (dl)

(dl) = 12,7 + 1 = 13,7 mm

(Perencanaan Struktur Baja Dengan Methode LRFD, hal 110)

Jarak antar baut

Jarak baut ke tepi plat

Page 35: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

110

(pasal 13.4.2 dan 13.4.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 104)

Spesifikasi pelat buhul

Tebal pelat = 10 mm

Mutu baja = BJ 37

Fy = 240 Mpa

Fu = 370 Mpa

Luas penampang netto:

Direncanakan menggunakan tipe baut A325

Baut ukuran 1/2” = 12,7 mm (satu lajur)

n = 1

(pasal 10.2.1, SNI 03- 1729- 2002, hal 71)

Luas penampang efektif

Untuk pemodelan letak baut dalam menentukan luas penampang

efektif pada profil baja 2L 75. 75. 8 yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.28. Pemodelan Letak Baut Profil

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program AutoCAD 2007

Keterangan:

b = lebar penampang profil baja

L = jarak terjauh kelompok baut

x = eksentrisitas sambungan

t

b

h et

b

h

Pelat buhul

Pelat kopel

Page 36: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

111

(pasal 10.2, SNI 03- 1729- 2002, hal 70)

Daya dukung tarik murni

Kondisi leleh

(persamaan 10.1-2a, SNI 03- 1729- 2002, hal 70)

Kondisi faktur

(persamaan 10.1-2b, SNI 03- 1729- 2002, hal 70)

Daya dukung geser murni

Untuk pemodelan area geser pada penampang profil baja 2L 75. 75. 8

setelah diberi baut yaitu seperti berikut:

Gambar 4.29. Pemodelan Area Geser

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program AutoCAD 2007

Av = Luas penampang kotor geser

Page 37: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

112

Daya dukung kombinasi tarik dan geser

Untuk pemodelan area kombinasi geser dan tarik pada penampang

profil baja 2L 75. 75. 8 setelah diberi baut yaitu seperti berikut:

Gambar 4.30. Pemodelan Area Geser dan Tarik

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program AutoCAD 2007

Geser

Anv = Luas penampang bersih geser

Tarik

At = Luas penampang kotor tarik

= 859,2 mm2

Ant = Luas penampang bersih tarik

Nn geser > Nn tarik, maka : Geser leleh – Tarik fraktur

Page 38: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

113

(Perencanaan Struktur Baja Dengan Methode LRFD, hal 41)

Diambil nilai daya dukung batang tarik terkecil

(persamaan 6.4-2, SNI 03- 1729- 2002, hal 18)

2,0048 ton < 0,85 x

………(OK)

(Profil 2L 75. 75. 8 Aman dan Dapat Digunakan)

3. Perhitungan Sambungan

Berdasarkan perhitungan analisa pada program SAP2000 didapatkan gaya

pada batang 124 dengan nilai gaya sesuai dengan Gambar 4.31.

Batang 124 dengan profil baja 2L 90. 90. 9

P maks = Nu = 12563,93 kg = 12,564 ton ( hasil output program SAP2000)

L Bentang = 1,79842 m = 1798,42 mm

Gambar 4.31. Diagram of Frame

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Page 39: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

114

Spesifikasi baut yang digunakan:

Tipe baut = A 325

Diameter = 12,7 mm (1/2”)

Fu = 825 Mpa

Fy = 585 Mpa

Permukaan baut = tanpa ulir pada bidang geser ( r = 0,5 )

(Perencanaan Struktur Baja Dengan Methode LRFD, hal 110)

Spesifikasi pelat buhul:

Tebal pelat = 10 mm

Mutu baja = BJ 37

Fy = 240 Mpa

Fu = 370 Mpa

Tahanan geser baut

Nilai r untuk baut tanpa ulir pada bidang geser = 0,5

ϕ Vd = ϕ .r .fub. Ab

(persamaan 13.2-2, SNI 03-1729-2002, hal 100)

Tahanan tumpu baut

fu = nilai tegangan tarik putus terendah dari baut dan pelat buhul

(persamaan 13.2-8, SNI 03-1729-2002, hal 101)

Diambil nilai terkecil dari tahanan geser baut dan tahanan tumpu baut

Jumlah baut =

≈ 4 baut

jumlah baut yang dipakai = 4 baut (jumlah baut minimum)

Jarak antar baut

Page 40: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

115

Jarak baut ke tepi plat

(pasal 13.4.2 dan 13.4.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 104)

4. Perhitungan Pelat Kopel

Berdasarkan perhitungan analisa pada program SAP2000 didapatkan gaya

pada batang 124 dengan nilai gaya sesuai dengan Gambar 4.32.

Batang 124 dengan profil baja 2L 90. 90. 9

P maks = Nu = 12563,93 kg = 12,564 ton ( hasil output program SAP2000)

L Bentang = 1,79842 m = 1798,42 mm

Gambar 4.32. Diagram of Frame

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Digunakan pelat kopel 5 buah

Jarak antar pelat kopel

Page 41: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

116

Menghitung tinggi pelat kopel

Pada perencanaan kuda-kuda baja digunakan pelat kopel sebagai media

penyambung antar profil baja.

Gambar 4.33. Model Pelat Kopel

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program AutoCAD 2007

Detail pelat kopel:

Tebal = 10 mm

Lebar = 130 mm

Mutu baja = BJ 37

Fy = 240 Mpa

Fu = 370 Mpa

σ = 160 Mpa

Profil Baja 2L 90. 90. 9

A (satu profil) = 15,5 cm2 = 1550 mm

2

(A profil) = 2 x 1550 = 3100 mm2

ex = ey = 2,54 cm = 25,4 mm

Ix = Iy = 116 cm4

= 1160000 mm4

Rx = Ry = 2,74 cm = 27,6 mm

t

b

h

Pelat kopel

b

h pelat

l pelat

t pelat

Page 42: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

117

Rmin = 1,76 cm = 17,6 mm

Ii = moment inersia elemen komponen struktur terhadap sumbu l-l, mm4

Ii = 47,8 cm4

= 478000 mm4

Tp = 9 mm

(Tabel Profil Kontruksi Baja, hal 38 dan 39)

Syarat kekakuan pelat kopel

(persamaan 9.3.5, SNI 03-1729-2002, hal 59)

2

≈ h = 100 mm

Periksa terhadap geser

Gaya lintang yang dipikul pelat kopel

Gaya lintang yang dipikul 1 pelat kopel

Tahanan geser pelat kopel

Page 43: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

118

………... (OK)

(persamaan 8.8-2 , SNI 03-1729-2002, hal 45)

Maka tahanan geser nominal pelat:

= 28,8 ton

(persamaan 8.8-3a , SNI 03-1729-2002, hal 46)

………... (OK)

5. Perhitungan Pelat Landasan dan Baut Angkur

Tegangan tumpu pelat landasan

Mutu beton (fc’) = 30 Mpa

σ beton = 0,3 . fc’

= 0,3 . 30 = 9 Mpa

Digunakan tebal pelat = 10 mm

P horizontal maks pada tumpuan (2L 75. 75. 8.)

PH Object 109 = 2004,74 kg

= 2,0048 ton

= 20048 N (hasil output SAP2000)

P vertikal maks pada tumpuan (2L 80. 80. 10.)

PV Object 113 = 3981,45 kg

= 3,9815 ton

= 39815 (hasil output SAP2000)

Page 44: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

119

Gambar 4.34. Diagram of Frame Horizontal

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Gambar 4.35. Diagram of Frame Vertikal

Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Menghitung lebar pelat landasan efektif

Dalam perencanaan kuda-kuda baja digunakan pelat landasan atau base

plate yang berfungsi untuk menghubungkan struktur atas (kuda-kuda baja)

dengan struktur di bawahnya agar dapat menyalurkan gaya ke beton.

Page 45: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

120

Gambar 4.36. Pemodelan Pelat Landasan

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program AutoCAD 2007

Lebar efektif pelat landasan

σ beton = σ pelat landasan

Gambar 4.37. Tampak Atas Pelat Landasan

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program AutoCAD 2007

a

L pelat

l pelat

t

a

h t pelat Pelat landasan

b

L pelat

l pelat

Page 46: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

121

Spesifikasi baut yang digunakan:

Tipe baut = A 325

Diameter = 12,7 mm (1/2”)

Fu = 825 Mpa

Fy = 585 Mpa

Periksa terhadap geser baut

Nilai r untuk baut tanpa ulir pada bidang geser = 0,5

ϕ Vd = ϕ .r .fub. Ab

(persamaan 13.2-2, SNI 03-1729-2002, hal 100)

≈ Dipakai 2 Baut

Page 47: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

122

4.2. Perencanaan Struktur Pelat Atap

Pada perencanaannya, pelat atap direncanakan dengan 4 (empat) model bentuk

pelat yaitu model I-2, I-3, I-4 dan I-5. Pelat atap terdiri dari lantai 6 (enam) dan lantai

dak yang memiliki bentuk dan ukuran pelat lantai yang disesuaikan dengan jenis

pelat lantainya.

4.2.1. Pelat Atap

Sistem penulangan pelat atap direncanakan sama dan dibagi setiap segmen.

Gambar 4.37. Denah Pelat Atap

Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

4.2.2. Pedoman Perhitungan Pelat Atap

1. Kusuma, Gideon. 1993. Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang. Penerbit

Erlangga : Jakarta.

2. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung 1987

(PPPURG 1987).

3. SNI 03-2847-2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan

Gedung.

4. Sunggono. 1984. Teknik Sipil Penerbit Nova : Bandung.

4.2.3. Perhitungan Pelat Atap

Data Teknis Pelat Atap Rencana:

1. Material Beton

Mutu Beton (Fc) = fc 30 Mpa

Page 48: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

123

Berat per unit volume = 2400 Kg/m3

Modulus Elastisitas (Ec) = 4700 4700 = 25742,9602 Mpa

(SNI-03-2487-2002, pasal 10.5 (1), hal 54)

2. Material Baja

Fy = 400 Mpa

Berat per unit volume = 7850 Kg/m3

(Tabel 1. PPPURG 1987, Hal 5)

Modulus elastisitas = 200000 Mpa

(pasal 5.1.3. SNI-03-1729-2002, Hal 9)

3. Menentukan Syarat-syarat Batas dan Bentang Pelat Atap

Langkah pertama dalam perhitungan pelat lantai atap adalah dengan

menentukan tipe pelat berdasarkan perletakannya. Berikut ini adalah jenis

tipe pelat seperti yang diterangkan pada Buku Struktur Beton Bertulang Jilid

4 Gideon Kusuma :

Keterangan :

= Tumpuan bebas (garis tunggal)

= Tumpuan terjepit penuh (garis ganda)

Gambar 4.38. Tipe Pelat

Sumber : Buku Struktur Beton Bertulang Jilid 4 Gideon Kusuma

Page 49: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

124

Gambar 4.39. Denah Pelat Atap

Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

Gambar 4.40. Denah Pelat Dak

Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

Page 50: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

125

Gambar 4.41. Detail Pelat Atap

Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

a. Model Pelat (I - 2)

Kode Pelat A

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β =

=

= 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

Kode Pelat A”

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 150 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β =

=

= 1,67 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

Kode Pelat B

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm

β =

=

= 1,6 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

Kode Pelat B”

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 150 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm

β =

=

= 2,67 > 2 menggunakan pelat lantai satu arah (one way slab)

b. Model Pelat (I - 3)

Kode Pelat C

Page 51: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

126

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β =

=

= 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

Kode Pelat C”

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 150 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β =

=

= 1,67 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

Kode Pelat D

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 350 cm

β =

=

= 1,4 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

Kode Pelat D”

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 180 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β =

=

= 1,39 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

Kode Pelat E

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 200 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm

β =

=

= 2,0 = 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

c. Model Pelat (I - 4)

Kode Pelat F

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β =

=

= 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

Kode Pelat G

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm

β =

=

= 1,6 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

d. Model Pelat (I - 5)

Kode Pelat H

Page 52: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

127

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 200 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm

β =

=

= 2,0 = 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

Kode Pelat I

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β =

=

= 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

Kode Pelat J

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 350 cm

β =

=

= 1,4 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

Kode Pelat J”

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 180 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β =

=

= 1,39 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

4.2.4. Menentukan Tebal Pelat Lantai

Dalam perencanaan pelat, menentukan tebal diambil dari bentang pelat yang

lebih pendek (Lx) dari luasan pelat terbesar. Berdasarkan data diatas, pada lantai

dasar sampai dengan lantai atas memiliki jenis maupun tipe pelat dengan luasan

yang berbeda-beda. Tebal pelat minimum yang memenuhi syarat lendutan

ditentukan dari peraturan SNI 03-2847-2002 pasal.11.5.3.3 halaman 6. Pelat

lantai digunakan dua arah, asumsi :

Tebal pelat asumsi awal (hf) = 120 mm

h =

dan ≥ 90 mm

β =

=

= 1,6

hmin =

= 8,47 cm

hmak =

= 11,86 cm ≈ 12 cm (tebal pelat minimum)

Page 53: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

128

Maka tebal pelat atap yang digunakan adalah 12 cm

β1 = 0,85 (fc’ ≤ 30 Mpa)

Dari hasil perhitungan syarat tebal pelat atap, maka disimpulkan tebal pelat

atap asumsi awal = 12 cm memenuhi syarat hmin = 8,47 cm. Keseluruhan tipe

pelat menggunakan tebal h = 12 cm.

4.2.5. Data Beban yang Bekerja Pada Pelat

4.2.5.1. Beban Mati

Berat jenis beton bertulang = 2400 Kg/m3

Berat jenis Baja = 7850 Kg/m3

Lapisan kedap air = 5 cm

Berat jenis lapisan kedap air = 200 Kg/m2

Tinggi air tergenang = 5 cm

Berat jenis air hujan = 1000 Kg/m3

Dinding pasangan ½ bata = 250 Kg/m2

Berat plafond 11+7 = 18 Kg/m2

( PPPURG 1987, hal 5 dan 6 )

4.2.5.2. Beban Hidup

Lantai minimal = 250 Kg/m2

Beban Atap (DAK) = 100 Kg/m2

( PPPURG 1987, hal 12 )

4.2.6. Pembebanan

1. Beban Mati (WD)

Berat pelat lantai = 2400 x 0,12 = 288 Kg/m2

Berat lapisan kedap air = 0,05 x 200 = 10 Kg/m2

Berat air hujan = 0,05 x 1000 = 50 Kg/m2

Dinding pasangan ½ bata = 24 Kg/m2

Berat plafon = 18 Kg/m2

Total Pembebanan (WD) = 390 Kg/m2

2. Beban Hidup (WL)

Beban pelat lantai = 250 Kg/m2

Beban Atap (DAK) = 100 Kg/m2

3. Kombinasi Pembebanan

a. Sebagai Lantai Utama Kantor

+

Page 54: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

129

Wu = 1,2 WD + 1,6 WL

= 1,2 (390) + 1,6 (250)

= 868 Kg/m2 8,68 KN/m

2

b. Sebagai Atap DAK

Wu = 1,2 WD + 1,6 WL

= 1,2 (390) + 1,6 (100)

= 628 Kg/m2 6,28 KN/m

2

4.2.7. Perhitungan Momen pada Tumpuan dan Lapangan

Dalam perencanaan penulangan pelat, model pelat yang digunakan adalah

model I – 2, model I – 3, model I- 4 dan model I- 5 dengan skema dari diagram

momen penulangan. Momen penulangan persatuan panjang terhadap beban

terbagi rata. Adapun model pelatnya seperti gambar berikut:

Gambar 4.42. Tipe Pelat Lantai

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 27

Perhitungan pelat atap tipe A, A”, B dan B” menggunakan model pelat lantai

I – 2 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.43. dan

nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Page 55: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

130

Gambar 4.43. Skema dari Diagram Model Penulangan Pelat Model I – 2

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 29

Tabel 4.3. Koefisien Untuk Momen Penulangan Pelat Model I- 2

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 29

Untuk perhitungan pelat lantai tipe C, C”, D, D” dan E menggunakan model

pelat lantai I – 3 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar

4.44. dan nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Page 56: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

131

Gambar 4.44. Skema dari Diagram Model Penulangan Pelat Model I – 3

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 30

Tabel 4.4. Koefisien Untuk Momen Penulangan Pelat Model I- 3

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 30

Untuk perhitungan pelat lantai tipe F dan G menggunakan model pelat lantai

I – 4 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.45. dan

nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Page 57: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

132

Gambar 4.45. Skema dari Diagram Model Penulangan Pelat Model I – 4

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 31

Tabel 4.5. Koefisien Untuk Momen Penulangan Pelat Model I- 4

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 31

Untuk perhitungan pelat lantai tipe H, I, J dan J” menggunakan model pelat

lantai I – 5 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.46.

dan nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Page 58: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

133

Gambar 4.46. Skema dari Diagram Model Penulangan Pelat Model I – 5

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 32

Tabel 4.6. Koefisien Untuk Momen Penulangan Pelat Model I- 5

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 32

4.2.7.1. Momen Yang Dihasilkan

Perhitungan pada pelat Tipe A dengan dimensi 250 cm x 250 cm dengan

model pelat I-2.

Page 59: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

134

1. Momen arah x (1)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

2. Momen arah x (2)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

3. Momen arah x (3)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

4. Momen arah x (4)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

5. Momen arah x (5)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

Page 60: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

135

6. Momen arah x (6)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

7. Momen arah x (7)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

8. Momen arah x (8)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

9. Momen arah x (9)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

10. Momen arah y (a)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

Page 61: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

136

11. Momen arah y (b)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

12. Momen arah y (c)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

13. Momen arah y (d)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

14. Momen arah y (e)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

15. Momen arah y (f)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

Page 62: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

137

16. Momen arah y (g)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

17. Momen arah y (h)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

18. Momen arah y (i)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

Untuk perhitungan momen pelat dengan tipe A, A”, B dan B”

menggunakan model pelat I-2 dapat dilihat pada Tabel 4.7, Tabel 4.8.

Tabel 4.9. dan Tabel 4.10. dengan perhitungan momen secara manual dan

dibantu dengan program Microsoft Excel.

Page 63: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

138

Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe A Model I- 2

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe A” Model I- 2

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Page 64: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

139

Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe B Model I- 2

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe B” Model I- 2

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Untuk perhitungan momen pelat dengan tipe C, C”, D, D” dan E

menggunakan model pelat I-3 dapat dilihat pada Tabel 4.11, Tabel 4.12.

Tabel 4.13, Tabel 4.14. dan Tabel 4.15. dengan perhitungan momen secara

manual dan dibantu dengan program Microsoft Excel.

Page 65: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

140

Tabel 4.11. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe C Model I- 3

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe C” Model I- 3

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Page 66: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

141

Tabel 4.13. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe D Model I- 3

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.14. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe D” Model I- 3

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Page 67: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

142

Tabel 4.15. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe E Model I- 3

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Untuk perhitungan momen pelat dengan tipe F dan G menggunakan

model pelat I-4 dapat dilihat pada Tabel 4.16. dan Tabel 4.17. dengan

perhitungan momen secara manual dan dibantu dengan program Microsoft

Excel.

Tabel 4.16. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe F Model I- 4

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Page 68: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

143

Tabel 4.17. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe G Model I- 4

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Untuk perhitungan momen pelat dengan tipe H, I, J dan J” menggunakan

model pelat I-5 dapat dilihat pada Tabel 4.18, Tabel 4.19, Tabel 4.20. dan

Tabel 4.21. dengan perhitungan momen secara manual dan dibantu dengan

program Microsoft Excel.

Tabel 4.18. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe H Model I- 5

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Page 69: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

144

Tabel 4.19. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe I Model I- 5

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.20. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe J Model I- 5

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.21. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe J” Model I- 5

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Page 70: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

145

4.2.8. Perhitungan Penulangan Pelat

Perhitungan pelat atap harus ditentukan tebal selimut betonnya, tinggi

penulangan baik arah x maupun arah y, serta tulangan yang akan digunakan.

Adapun perhitungannya adalah seperti berikut:

Tebal Pelat (h) = 12 cm 120 mm

Mutu Beton (fc) = 30 Mpa 300 Kg/cm2

Mutu Baja (fy) = 400 Mpa 4000 Kg/cm2

ρmin =

=

= 0,0035

(Buku Gideon jilid 1, table 6, hal 51)

Tebal Selimut Beton = p = 20 mm

(Buku Gideon jilid 1, table 3, hal 44)

Gambar 4.47. Desain Penulangan Pelat Atap

Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

Fc < 30 = = 0,85

Fc < 30 = = 0,85 –

ρmin = 0,0035

ρb =

=

= 0,0326

ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,0326 = 0,02445

Syarat = 1. ρ < ρmin = Dipakai ρmin

2. ρmin < ρ < ρmax = Dipakai ρ

Diameter tulangan arah x = Ø 10 10 mm

Tinggi efektif arah x

Dx = h – p – ½ ØDx

= 120 – 20 – ½ 10

= 95 mm

Diameter tulangan arah y = Ø 10 10 mm

Page 71: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

146

Tinggi efektif arah y

Dy = h – p - ØDx – ½ ØDy

= 120 – 20 – 10 – ½ 10

= 85 mm

4.2.8.1. Tulangan Yang Dihasilkan

Perhitungan tulangan pada pelat atap secara manual dengan dibantu

program microsoft excel. Perhitungan tulangan untuk menentukan rasio

penulangan (ρ). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Dimana:

Ø = Faktor Reduksi = 0,8

(SNI 2847:2002, pasal 11.3 hal 61 )

Mn = Kuat nominal penampang akibat lentur

Gambar 4.48. Penentuan ρ Pada Mutu Beton F C 30

Sumber : Grafik Dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang (Gideon Kusuma) halaman 47

Mn =

Rn =

m =

Ρ =

Page 72: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

147

Sedangkan untuk mencari tulangan yang akan digunakan pada pelat atap

dibantu dengan Tabel 4.22.

Tabel 4.22. Diameter Batang Dalam Mm2

Per Meter Lebar Plat

Sumber : Grafik Dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang (Gideon Kusuma)

halaman 15

Dalam menentukan diameter maupun jumlah tulangan harus disesuaikan

dengan perencanaan yang dibuat. Adapun hasil dari perhitungan tulangan,

yaitu sebagai berikut:

Perhitungan Penulangan Pada Pelat Tipe A 250 x 250 cm Model Pelat

I-2

Momen Penulangan Arah X

1. Penulangan Tumpuan Arah X ( 4 )

Momen Tumpuan (Mtx) = - 1,727 KN.m

Mn =

=

= 2,158750 x 10 KN.m

2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m =

=

= 15,687

Rn =

=

= 0,24

ρ =

=

= 0,0006 < min, Dipakai min = 0,0035

As = ρ min × b × dx

= 0,0035 × 1000 × 95

= 332,5 mm2

Page 73: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

148

Didapat dari Table 4.22. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349

mm2)

(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

2. Penulangan Lapangan Arah X ( 5 )

Momen Lapangan (Mlx) = 0,667 KN.m

Mn =

=

= 0,8340625 x 10 KN.m

2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m =

=

= 15,687

Rn =

=

= 0,092

ρ =

=

= 0,0002 < min, Dipakai min = 0,0035

As = ρ min × b × dx

= 0,0035 × 1000 × 95

= 332,5 mm2

Didapat dari Table 4.22. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349

mm2)

(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

3. Penulangan Tumpuan Arah X ( 6 )

Momen Tumpuan (Mtx) = - 1,727 KN.m

Mn =

=

= 2,158750 x 10 KN.m

2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m =

=

= 15,687

Rn =

=

= 0,24

ρ =

Page 74: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

149

=

= 0,0006 < min, Dipakai min = 0,0035

As = ρ min × b × dx

= 0,0035 × 1000 × 95

= 332,5 mm2

Didapat dari Table 4.22. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349

mm2)

(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

Momen Penulangan Arah Y

4. Penulangan Tumpuan Arah Y ( F )

Momen Tumpuan (Mty) = - 1,727 KN.m

Mn =

=

= 2,158750 x 10 KN.m

2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m =

=

= 15,687

Rn =

=

= 0,299

ρ =

=

= 0,0008 < min, Dipakai min = 0,0035

As = ρ min × b × dy

= 0,0035 × 1000 × 85

= 297,5 mm2

Didapat dari Table 4.22. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349

mm2)

(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

5. Penulangan Tumpuan Arah Y ( E )

Momen Tumpuan (Mty) = 0,667 KN.m

Mn =

=

= 0,8340625 x 10 KN.m

2

Page 75: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

150

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m =

=

= 15,687

Rn =

=

= 0,115

ρ =

=

= 0,0003 < min, Dipakai min = 0,0035

As = ρ min × b × dy

= 0,0035 × 1000 × 85

= 297,5 mm2

Didapat dari Table 4.22. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349

mm2)

(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

6. Penulangan Tumpuan Arah Y ( D )

Momen Tumpuan (Mty) = - 1,727 KN.m

Mn =

=

= 2,158750 x 10 KN.m

2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m =

=

= 15,687

Rn =

=

= 0,299

ρ =

=

= 0,0008 < min, Dipakai min = 0,0035

As = ρ min × b × dy

= 0,0035 × 1000 × 85

= 297,5 mm2

Didapat dari Table 4.22. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349

mm2)

Page 76: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

151

(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

Dan untuk perhitungan penulangan pada tipe pelat atap lainnya dapat

dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel dibawah ini berdasarkan perhitungan

manual dibantu dengan program Microsoft Excel:

Tabel 4.23. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe A

, A”, B dan B” dengan model pelat I-2.

Tabel 4.24. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe

C, C”, D, D” dan E dengan model pelat I-3.

Tabel 4.25. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe F

dan G dengan model pelat I-4.

Tabel 4.26. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe

H, I, J dan J” dengan model pelat I-5.

Page 77: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

152

Tabel 4.23. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-2

Page 78: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

153

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.24. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-3

Page 79: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

154

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Page 80: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

155

Tabel 4.25. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-4

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.26. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-5

Page 81: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

156

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Page 82: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

157

4.3. Perencanaan Struktur Pelat Lantai

Pada perencanaannya, pelat lantai direncanakan dengan 4 (empat) model bentuk

pelat lantai yaitu model lantai I-2, I-3, I-4 dan I-5. Dari lantai 1 (satu) sampai lantai 5

(lima) memiliki bentuk dan ukuran pelat lantai yang disesuaikan dengan jenis pelat

lantainya.

4.3.1. Pelat Lantai

Sistem penulangan pelat lantai direncanakan sama dan dibagi setiap segmen.

Gambar 4.49. Denah Pelat Lantai 1

Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

4.3.2. Pedoman Perhitungan Pelat Lantai

1. Kusuma, Gideon. 1993. Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang. Penerbit

Erlangga : Jakarta.

2. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung 1987

(PPPURG 1987).

3. SNI 03-2847-2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan

Gedung.

4. Sunggono. 1984. Teknik Sipil Penerbit Nova : Bandung.

4.3.3. Perhitungan Pelat Lantai

Data Teknis Pelat Lantai Rencana:

1. Material Beton

Mutu Beton (Fc) = fc 30 Mpa

Page 83: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

158

Berat per unit volume = 2400 Kg/m3

Modulus Elastisitas (Ec) = 4700 4700 = 25742,9602 Mpa

(SNI-03-2487-2002, pasal 10.5 (1), hal 54)

2. Material Baja

Fy = 400 Mpa

Berat per unit volume = 7850 Kg/m3

(Tabel 1. PPPURG 1987, Hal 5)

Modulus elastisitas = 200000 Mpa

(pasal 5.1.3. SNI-03-1729-2002, Hal 9)

3. Menentukan Syarat-syarat Batas dan Bentang Pelat Lantai

Langkah pertama dalam perhitungan pelat lantai adalah dengan

menentukan tipe pelat berdasarkan perletakannya. Berikut ini adalah jenis

tipe pelat seperti yang diterangkan pada Buku Struktur Beton Bertulang Jilid

4 Gideon Kusuma :

Keterangan :

= Tumpuan bebas (garis tunggal)

= Tumpuan terjepit penuh (garis ganda)

Gambar 4.50. Tipe Pelat

Sumber : Buku Struktur Beton Bertulang Jilid 4 Gideon Kusuma

Page 84: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

159

Gambar 4.51. Denah Pelat Lantai 1

Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

Gambar 4.52. Denah Pelat Lantai 2 Sampai 5

Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

Page 85: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

160

Gambar 4.53. Detail Pelat Lantai

Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

a. Model Pelat (I - 2)

Kode Pelat A

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β =

=

= 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

Kode Pelat B

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm

β =

=

= 1,6 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

b. Model Pelat (I - 3)

Kode Pelat C

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β =

=

= 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

Kode Pelat D

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 350 cm

β =

=

= 1,4 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

c. Model Pelat (I - 4)

Kode Pelat F

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm

Page 86: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

161

Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β =

=

= 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

Kode Pelat G

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm

β =

=

= 1,6 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

d. Model Pelat (I - 5)

Kode Pelat I

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β =

=

= 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

Kode Pelat J

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm

Ly (sisi bentang panjang) = 350 cm

β =

=

= 1,4 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

4.3.4. Menentukan Tebal Pelat Lantai

Dalam perencanaan pelat, menentukan tebal diambil dari bentang pelat yang

lebih pendek (Lx) dari luasan pelat terbesar. Berdasarkan data diatas, pada lantai

dasar sampai dengan lantai atas memiliki jenis maupun type pelat dengan luasan

yang berbeda-beda. Tebal pelat minimum yang memenuhi syarat lendutan

ditentukan dari peraturan SNI 03-2847-2002 pasal.11.5.3.3 halaman 6. Pelat

lantai digunakan dua arah, asumsi :

Tebal pelat asumsi awal (hf) = 120 mm

h =

dan ≥ 90 mm

β =

=

= 1,6

hmin =

= 8,47 cm

hmak =

Page 87: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

162

= 11,86 cm ≈ 12 cm (tebal pelat minimum)

Maka tebal pelat lantai yang digunakan adalah 12 cm

β1 = 0,85 (fc’ ≤ 30 Mpa)

Dari hasil perhitungan syarat tebal pelat lantai, maka disimpulkan tebal pelat

lantai asumsi awal = 12 cm memenuhi syarat hmin = 8,47 cm. Keseluruhan tipe

pelat menggunakan tebal h = 12 cm.

4.3.5. Data Beban yang Bekerja Pada Pelat

4.3.5.1. Beban Mati

Berat jenis beton bertulang = 2400 Kg/m3

Berat jenis Baja = 7850 Kg/m3

Berat jenis lantai kerja (spesi) = 21 Kg/m2

= 21 x 10-4

Kg/cm2

Penutup lantai ubin = 24 Kg/m2

Tebal lantai kerja = 3 cm

Dinding pasangan ½ bata = 250 Kg/m2

Berat plafond 11+7 = 18 Kg/m2

( PPPURG 1987, hal 5 dan 6 )

4.3.5.2. Beban Hidup

Lantai minimal = 250 Kg/m2

Beban Atap (DAK) = 100 Kg/m2

( PPPURG 1987, hal 12 )

4.3.6. Pembebanan

1. Beban Mati (WD)

Berat pelat lantai = 2400 x 0,12 = 288 Kg/m2

Berat space lantai = 3 x 21 x 10-4

Kg/cm2

= 63 x 10-4

Kg/cm2 = 63 Kg/m

2

Penutup lantai = 24 Kg/m2

Berat plafon = 18 Kg/m2

Total Pembebanan (WD) = 393 Kg/m2

2. Beban Hidup (WL)

Beban pelat lantai = 250 Kg/m2

Beban Atap (DAK) = 100 Kg/m2

+

Page 88: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

163

3. Kombinasi Pembebanan

a. Sebagai Lantai Utama Kantor

Wu = 1,2 WD + 1,6 WL

= 1,2 (393) + 1,6 (250)

= 871,6 Kg/m2 8,716 KN/m

2

b. Sebagai Atap DAK

Wu = 1,2 WD + 1,6 WL

= 1,2 (393) + 1,6 (100)

= 631,6 Kg/m2 6,316 KN/m

2

4.3.7. Perhitungan Momen pada Tumpuan dan Lapangan

Dalam perencanaan penulangan pelat, model pelat yang digunakan adalah

model I – 2, model I – 3, model I- 4 dan model I- 5 dengan skema dari diagram

momen penulangan. Momen penulangan persatuan panjang terhadap beban

terbagi rata. Adapun model pelatnya seperti gambar berikut:

Gambar 4.54. Tipe Pelat Lantai

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 27

Perhitungan pelat lantai tipe A dan B menggunakan model pelat lantai I – 2

dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.55. dan nilai

untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.27.

Page 89: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

164

Gambar 4.55. Skema dari Diagram Model Penulangan Pelat Model I – 2

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 29

Tabel 4.27. Koefisien Untuk Momen Penulangan Pelat Model I- 2

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 29

Untuk perhitungan pelat lantai tipe C, dan D menggunakan model pelat lantai

I – 3 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.56. dan

nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.28.

Page 90: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

165

Gambar 4.56. Skema dari Diagram Model Penulangan Pelat Model I – 3

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 30

Tabel 4.28. Koefisien Untuk Momen Penulangan Pelat Model I- 3

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 30

Untuk perhitungan pelat lantai tipe F dan G menggunakan model pelat lantai

I – 4 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.57. dan

nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.29.

Page 91: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

166

Gambar 4.57. Skema dari Diagram Model Penulangan Pelat Model I – 4

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 31

Tabel 4.29. Koefisien Untuk Momen Penulangan Pelat Model I- 4

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 31

Untuk perhitungan pelat lantai tipe I dan J menggunakan model pelat lantai I

– 5 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.58. dan

nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.30.

Page 92: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

167

Gambar 4.58. Skema dari Diagram Model Penulangan Pelat Model I – 5

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 32

Tabel 4.30. Koefisien Untuk Momen Penulangan Pelat Model I- 5

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 32

4.3.7.1. Momen Yang Dihasilkan

Perhitungan pada pelat Tipe A dengan dimensi 250 cm x 250 cm dengan

model pelat I-2.

Page 93: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

168

1. Momen arah x (1)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

2. Momen arah x (2)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

3. Momen arah x (3)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

4. Momen arah x (4)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

5. Momen arah x (5)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

Page 94: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

169

6. Momen arah x (6)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

7. Momen arah x (7)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

8. Momen arah x (8)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

9. Momen arah x (9)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

10. Momen arah y (a)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

Page 95: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

170

11. Momen arah y (b)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

12. Momen arah y (c)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

13. Momen arah y (d)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

14. Momen arah y (e)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

15. Momen arah y (f)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

Page 96: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

171

16. Momen arah y (g)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

17. Momen arah y (h)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

18. Momen arah y (i)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

Untuk perhitungan momen pelat dengan tipe A dan B menggunakan

model pelat I-2 dapat dilihat pada Tabel 4.31. dan Tabel 4.32. dengan

perhitungan momen secara manual dan dibantu dengan program Microsoft

Excel.

Page 97: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

172

Tabel 4.31. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe A Model I- 2

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.32. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe B Model I- 2

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Untuk perhitungan momen pelat dengan tipe C dan D menggunakan

model pelat I-3 dapat dilihat pada Tabel 4.33. dan Tabel 4.34. dengan

perhitungan momen secara manual dan dibantu dengan program Microsoft

Excel.

Page 98: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

173

Tabel 4.33. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe C Model I- 3

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.34. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe D Model I- 3

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Page 99: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

174

Untuk perhitungan momen pelat dengan tipe F dan G menggunakan

model pelat I-4 dapat dilihat pada Tabel 4.35. dan Tabel 4.36. dengan

perhitungan momen secara manual dan dibantu dengan program Microsoft

Excel.

Tabel 4.35. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe F Model I- 4

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.36. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe G Model I- 4

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Untuk perhitungan momen pelat dengan tipe I dan J menggunakan model

pelat I-5 dapat dilihat pada Tabel 4.37. dan Tabel 4.38. dengan perhitungan

momen secara manual dan dibantu dengan program Microsoft Excel.

Page 100: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

175

Tabel 4.37. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe I Model I- 5

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.38. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe J Model I- 5

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

4.3.8. Perhitungan Penulangan Pelat

Perhitungan pelat lantai harus ditentukan tebal selimut betonnya, tinggi

penulangan baik arah x maupun arah y, serta tulangan yang akan digunakan.

Adapun perhitungannya adalah seperti berikut:

Tebal Pelat (h) = 12 cm 120 mm

Mutu Beton (fc) = 30 Mpa 300 Kg/cm2

Mutu Baja (fy) = 400 Mpa 4000 Kg/cm2

ρmin =

=

= 0,0035

(Buku Gideon jilid 1, table 6, hal 51)

Page 101: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

176

Tebal Selimut Beton = p = 20 mm

(Buku Gideon jilid 1, table 3, hal 44)

Gambar 4.59. Desain Penulangan Pelat Lantai

Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

Fc < 30 = = 0,85

Fc < 30 = = 0,85 –

ρmin = 0,0035

ρb =

=

= 0,0326

ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,0326 = 0,02445

Syarat = 1. ρ < ρmin = Dipakai ρmin

2. ρmin < ρ < ρmax = Dipakai ρ

Diameter tulangan arah x = Ø 10 10 mm

Tinggi efektif arah x

Dx = h – p – ½ ØDx

= 120 – 20 – ½ 10

= 95 mm

Diameter tulangan arah y = Ø 10 10 mm

Tinggi efektif arah y

Dy = h – p - ØDx – ½ ØDy

= 120 – 20 – 10 – ½ 10

= 85 mm

4.3.8.1. Tulangan Yang Dihasilkan

Perhitungan tulangan pada pelat lantai secara manual dengan dibantu

program microsoft excel. Perhitungan tulangan untuk menentukan rasio

penulangan (ρ). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Page 102: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

177

Dimana:

Ø = Faktor Reduksi = 0,8

(SNI 2847:2002, pasal 11.3 hal 61 )

Mn = Kuat nominal penampang akibat lentur

Gambar 4.60. Penentuan ρ Pada Mutu Beton F C 30

Sumber : Grafik Dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang (Gideon Kusuma) halaman 47

Sedangkan untuk mencari tulangan yang akan digunakan pada pelat

lantai dibantu dengan Tabel 4.39.

Mn =

Rn =

m =

Ρ =

Page 103: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

178

Tabel 4.39. Diameter Batang Dalam Mm2

Per Meter Lebar Plat

Sumber : Grafik Dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang (Gideon Kusuma)

halaman 15

Dalam menentukan diameter maupun jumlah tulangan harus disesuaikan

dengan perencanaan yang dibuat. Adapun hasil dari perhitungan tulangan,

yaitu sebagai berikut:

Perhitungan Penulangan Pada Pelat Tipe A 250 x 250 cm Model Pelat

I-2

Momen Penulangan Arah X

1. Penulangan Tumpuan Arah X ( 4 )

Momen Tumpuan (Mtx) = - 2,397 KN.m

Mn =

=

= 2,996250 x 10 KN.m

2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m =

=

= 15,687

Rn =

=

= 0,332

ρ =

=

= 0,0008 < min, Dipakai min = 0,0035

As = ρ min × b × dx

= 0,0035 × 1000 × 95

= 332,5 mm2

Didapat dari Table 4.39. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349

mm2)

Page 104: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

179

(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

2. Penulangan Lapangan Arah X ( 5 )

Momen Lapangan (Mlx) = 0,926 KN.m

Mn =

=

= 1,157500 x 10 KN.m

2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m =

=

= 15,687

Rn =

=

= 0,128

ρ =

=

= 0,0003 < min, Dipakai min = 0,0035

As = ρ min × b × dx

= 0,0035 × 1000 × 95

= 332,5 mm2

Didapat dari Table 4.39. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349

mm2)

(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

3. Penulangan Tumpuan Arah X ( 6 )

Momen Tumpuan (Mtx) = - 2,397 KN.m

Mn =

=

= 2,996250 x 10 KN.m

2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m =

=

= 15,687

Rn =

=

= 0,332

ρ =

=

= 0,0008 < min, Dipakai min = 0,0035

Page 105: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

180

As = ρ min × b × dx

= 0,0035 × 1000 × 95

= 332,5 mm2

Didapat dari Table 4.39. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349

mm2)

(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

Momen Penulangan Arah Y

4. Penulangan Tumpuan Arah Y ( F )

Momen Tumpuan (Mty) = - 2,397 KN.m

Mn =

=

= 2,996250 x 10 KN.m

2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m =

=

= 15,687

Rn =

=

= 0,415

ρ =

=

= 0,0010 < min, Dipakai min = 0,0035

As = ρ min × b × dy

= 0,0035 × 1000 × 85

= 297,5 mm2

Didapat dari Table 4.39. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349

mm2)

(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

5. Penulangan Tumpuan Arah Y ( E )

Momen Tumpuan (Mty) = 0,926 KN.m

Mn =

=

= 1,157500 x 10 KN.m

2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m =

=

= 15,687

Page 106: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

181

Rn =

=

= 0,160

ρ =

=

= 0,0004 < min, Dipakai min = 0,0035

As = ρ min × b × dy

= 0,0035 × 1000 × 85

= 297,5 mm2

Didapat dari Table 4.39. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349

mm2)

(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

6. Penulangan Tumpuan Arah Y ( D )

Momen Tumpuan (Mty) = - 2,397 KN.m

Mn =

=

= 2,996250 x 10 KN.m

2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m =

=

= 15,687

Rn =

=

= 0,415

ρ =

=

= 0,0010 < min, Dipakai min = 0,0035

As = ρ min × b × dy

= 0,0035 × 1000 × 85

= 297,5 mm2

Didapat dari Table 4.39. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349

mm2)

(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

Page 107: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

182

Dan untuk perhitungan penulangan pada tipe pelat lantai lainnya dapat

dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel dibawah ini berdasarkan perhitungan

manual dibantu program Microsoft Excel:

Tabel 4.40. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe A

dan B dengan model pelat I-2.

Tabel 4.41. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe

C, dan D dengan model pelat I-3.

Tabel 4.42. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe F

dan G dengan model pelat I-4.

Tabel 4.43. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe I

dan J dengan model pelat I-5.

Page 108: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

183

Tabel 4.40. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-2

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.41. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-3

Page 109: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

184

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.42. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-4

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Page 110: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

185

Tabel 4.43. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-5

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Page 111: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

186

4.4. Perhitungan Tangga

Berdasarkan fungsi dan kegunaan gedung berlantai ini, maka struktur bangunan

gedung ini direncanakan menggunakan tangga sebagai alternatif lain yang berfungsi untuk

menghubungkan antar lantai sehingga dapat mempermudah orang untuk mengakses atau

mobilisasi orang ke atas maupun ke bawah. Dalam perencanaan tangga pada gedung ini

hanya terdapat 1 tipe tangga : Tangga penghubung antar lantai

Analisa Momen pada tangga dilakukan dengan bantuan program SAP2000. Beban

yang diperhitungkan yaitu beban mati akibat berat sendiri dan beban hidup untuk fungsi

perkantoran. Beban mati dihitung langsung oleh program SAP2000 dengan memasukkan

nilai 1 untuk self weight multiplier pada saat pembebanan (load case). Kombinasi

pembebanan yang diperhitungkan berdasarkan SK SNI 03-2847-2002 adalah : 1,2 DL+1,6

LL.

4.4.1. Perhitungan Tangga

Gambar 4.61. Permodelan Tangga (Tampak Samping)

Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program Autocad 2007)

Page 112: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

187

Gambar 4.62. Permodelan Tangga (Tampak Atas)

Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program Autocad 2007)

a. Data Perencanaan Tangga

Tinggi antar lantai = 400 cm

Lebar tangga (l) = 500 cm

Lebar bordes = 123 cm

Panjang bordes = 128 cm

Tebal pelat tangga (h) = 15 cm

Tebal pelat bordes = 15 cm

Mutu beton (fc) = 30 Mpa

Mutu baja (fy) = 240 Mpa

Berat jenis beton = 2400 kg/m3

Tebal spesi = 3 cm

b. Menentukan Tinggi Optrade dan Panjang Antrede

Untuk menghasilkan struktur tangga yang memenuhi standar, maka

untuk Optrede dan Antrede tangga yang digunakan pada konstruksi memakai

perkiraan acuan angka dibawah ini :

O = Optrede ( langkah tegak ) = 15 cm – 20 cm

Page 113: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

188

16

28,0577

°

A = Antrede ( langkah datar ) = 20 cm – 35 cm

Digunakan : O = 16 cm A = 30 cm

2 x O + A = 61-65 ( ideal)

2 x 16 + 30 = 62...... ( OK)

Pengecekan kemiringan :

Tg α = 16 / 30 = 0,533

α = 28,0577º

Syarat kemiringan 25º < 28,0577º < 45º..... ( OK)

Gambar 4.63. Dimensi Tangga

Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program Autocad 2007)

c. Menentukan Ekivalen Tebal Anak Tangga

Tebal pelat tangga (h) = 15 cm = 0,15 m

= 0,2206 m

Maka ekivalen tebal anak tangga = 0,2206 - 0,15 = 0,071 m

4.4.2. Perhitungan Pembebanan Tangga

1. Pelat Tangga ( h = 0,15 m )

a. Beban Mati ( WD )

Berat anak tangga = 0,15 x 2400 = 360 kg/m2

Penutup lantai = 1 x 24 = 24 kg/m2

Spesi (t = 3 cm) = 3 x 21 = 63 kg/m2

Handrill = (asumsi) = 15 kg/m2 +

= 462 kg/m2

(PPPURG 1987, hal 5 dan 6)

1

z

Page 114: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

189

b. Beban Hidup ( WL )

WL = 300 kg/m2

(PPPURG 1987, hal 12)

c. Kombinasi Pembebanan

Wu = 1,2 WD + 1,6 WL

= 1,2 x 462 + 1,6 x 300

= 1034,4 kg/m2

2. Pelat Bordes ( h = 0,15 m )

a. Beban Mati ( WD )

Berat bordes = 0,15 x 2400 = 360 kg/m2

Penutup Lantai = 1 x 24 = 24 kg/m2

Spesi (t = 3 cm) = 3 x 21 = 63 kg/m2

Handrill = (asumsi) = 15 kg/m2 +

= 462 kg/m2

(PPPURG 1987, hal 5 dan 6)

b. Beban Hidup ( WL )

WL = 300 kg/m2

(PPPURG 1987, hal 12)

c. Kombinasi Pembebanan

Wu = 1,2 WD + 1,6 WL

= 1,2 x 462 + 1,6 x 300

= 1034,4 kg/m2

3. Input Beban Tangga Pada SAP 2000

Penginputan beban tangga baik pada pelat tangga maupun pelat bordes

sebagai berikut :

a. Beban mati pada pelat tangga = 462 kg/m2

b. Beban hidup pada pelat tangga = 300 kg/m2

c. Beban mati pada pelat bordes = 462 kg/m2

d. Beban hidup pada pelat bordes = 300 kg/m2

4.4.3. Analisa Perhitungan Pelat Pada Struktur Tangga

Dalam perhitungan analisa struktur dilakukan dengan menggunakan

bantuan program SAP2000. Beban yang dimasukkan sebagai beban merata

Page 115: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

190

1,2 DL + 1,6 LL

(Uniform Shell) dalam progam SAP2000, sedangkan tebal pelat akan dihitung

otomatis oleh program SAP2000 dengan memasukkan angka 1 untuk self weight

multipler pada saat pembebanan (load case). Untuk pemodelan tangga pada

SAP2000 dapat dilihat pada Gambar 4.63. Sedangan display momen M11 dan

M22 pada pelat lantai dan pelat bordes dapat dilihat pada Gambar 4.64. dan

Gambar 4.65. Kombinasi pembebanan yang digunakan adalah :

Keterangan :

DL : Dead Load (beban mati)

LL : Live Load (beban hidup)

Gambar 4.64. Pemodelan Analisa Struktur Tangga

Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program SAP)

Page 116: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

191

Gambar 4.65. Pemodelan Analisa Struktur Tangga (M11)

Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program SAP)

Gambar 4.66. Pemodelan Analisa Struktur Tangga (M22)

Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program SAP)

Berdasarkan hasil analisa dari progam SAP2000 didapat Momen maksimal pada

arah X (M11) dan arah Y (M22) yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Page 117: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

192

Tabel 4.44. Momen Pelat Tangga Dan Bordes

Sumber : Dokumentasi Pribadi (Microsoft Excel)

4.4.3.1.Perhitungan Tulangan Pelat Tangga

Gambar 4.67. Tinggi Efektif Pada Pelat Tangga

Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program Autocad)

Tebal pelat (h) = 150 mm

Tebal penutup beton ( = 20 mm

Diameter tulangan utama (Ø) = 10 mm

Mutu beton (fc) = 30 Mpa

Mutu baja (fy) = 240 Mpa

Tinggi efektif sumbu x (dx) = h – – ½.Dx

= 150 – 20 – ½ . 10

= 125 mm = 0,125 m

Tinggi efektif sumbu y (dy) = h – – Dx ½.Dy

= 150 – 20 – 10 – ½ . 10

= 115 mm = 0,115 m

1. Perhitungan Pelat Tangga M11 (arah X)

a) Perhitungan Tulangan Tumpuan Arah X

Mu = -3,0576 KN.m = -3,0576 x 106

Nmm

M.tump M.lap M.tump M.lap

KN.m KN.m KN.m KN.m

Tangga 32 -3,0576 31 2,6974 9 -8,7987 29 8,8683

Bordes 42 -3,0464 40 0,3941 42 -2,3616 37 0,5580

Mmax (M11) Arah X Mmax (M22) Arah Y

Jenis Plat Area Area Area Area

Page 118: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

193

Mn =

=

= -3,822 x 10 Nmm

m =

=

= 9,4118

Rn =

=

= 0,2446

min =

=

= 0,0058

b =

=

= 0,0645

max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0645 = 0,0484

ρ =

=

= 0,0010 < min, Dipakai min = 0,0058

As = ρmin × b × dx

= 0,0058 × 1000 × 125

= 725 mm2

Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,

(Tulangan yang dipakai 10 – 100 (As = 785 mm2)

b) Perhitungan Tulangan Lapangan Arah X

Mu = 2,6974 KN.m = 2,6974 x 106 Nmm

Mn =

=

= 3,3717 x 10 Nmm

m =

=

= 9,4118

Rn =

=

= 0,2158

min =

=

= 0,0058

b =

=

= 0,0645

max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0645 = 0,0484

ρ =

=

Page 119: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

194

= 0,0009 min > < max, Dipakai min = 0,0058

As = ρmin × b × dx

= 0,0058 × 1000 × 125

= 725 mm2

Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,

(Tulangan yang dipakai 10 – 100 (As = 785 mm2)

2. Perhitungan Pelat Tangga M22 (arah Y)

a) Perhitungan Tulangan Tumpuan Arah Y

Mu = -8,7987 KN.m = -8,7987 x 106

Nmm

Mn =

=

= -10,9984 x 10 Nmm

m =

=

= 9,4118

Rn =

=

= 0,8316

min =

=

= 0,0058

b =

=

= 0,0645

max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0645 = 0,0484

ρ =

=

= 0,0035 min > < max, Dipakai min = 0,0058

As = ρmin × b × dy

= 0,0058× 1000 × 115

= 667 mm2

Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,

(Tulangan yang dipakai 10 – 100 (As = 785 mm2)

b) Perhitungan Tulangan Lapangan Arah Y

Mu = 8,8683 KN.m = 8,8683 x 106 Nmm

Mn =

=

= 8,8683 x 10 Nmm

Page 120: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

195

m =

=

= 9,4118

Rn =

=

= 0,6706

min =

=

= 0,0058

b =

=

= 0,0645

max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0645 = 0,0484

ρ =

=

= 0,0028 min > < max, Dipakai min = 0,0058

As = ρmin × b × dy

= 0,0058 × 1000 × 115

= 667 mm2

Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,

(Tulangan yang dipakai 10 – 100 (As = 785 mm2)

4.4.3.2.Perhitungan Tulangan Pelat Bordes

Gambar 4.68. Tinggi Efektif Pada Pelat Bordes

Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program Autocad)

Tebal pelat (h) = 150 mm

Tebal penutup beton ( = 20 mm

Diameter tulangan utama (Ø) = 10 mm

Mutu beton (fc) = 30 Mpa

Mutu baja (fy) = 240 Mpa

Tinggi efektif sumbu x (dx) = h – – ½.Dx

= 150 – 20 – ½ . 10

Page 121: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

196

= 125 mm = 0,125 m

Tinggi efektif sumbu y (dy) = h – – Dx ½.Dy

= 150 – 20 – 10 – ½ . 10

= 115 mm = 0,115 m

1. Perhitungan Pelat Bordes M11 (arah X)

a) Perhitungan Tulangan Tumpuan Arah X

Mu = -3,0464 KN.m = -3,0464 x 106

Nmm

Mn =

=

= -3,808 x 10 Nmm

m =

=

= 9,4118

Rn =

=

= 0,244

min =

=

= 0,0058

b =

=

= 0,0645

max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0645 = 0,0484

ρ =

=

= 0,0010 < min, Dipakai min = 0,0058

As = ρmin × b × dx

= 0,0058× 1000 × 125

= 725 mm2

Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,

(Tulangan yang dipakai 10 – 100 (As = 785 mm2)

b) Perhitungan Tulangan Lapangan Arah X

Mu = 0,3941 KN.m = 0,3941 x 106 Nmm

Mn =

=

= 0,4926 x 10 Nmm

m =

=

= 9,4118

Rn =

=

= 0,0315

Page 122: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

197

min =

=

= 0,0058

b =

=

= 0,0645

max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0645 = 0,0484

ρ =

=

= 0,00013 min > < max, Dipakai min = 0,0058

As = ρ × b × dx

= 0,0058 × 1000 × 125

= 725 mm2

Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,

(Tulangan yang dipakai 10 – 100 (As = 785 mm2)

2. Perhitungan Pelat Bordes M22 (arah Y)

c) Perhitungan Tulangan Tumpuan Arah Y

Mu = -2,3616 KN.m = -2,3616 x 106

Nmm

Mn =

=

= -2,952 x 10 Nmm

m =

=

= 9,4118

Rn =

=

= 0,2232

min =

=

= 0,0058

b =

=

= 0,0645

max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0645 = 0,0484

ρ =

=

= 0,0009 < min, Dipakai min = 0,0058

As = ρmin × b × dy

= 0,0058× 1000 × 115

Page 123: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

198

= 667 mm2

Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,

(Tulangan yang dipakai 10 – 100 (As = 785 mm2)

d) Perhitungan Tulangan Lapangan Arah Y

Mu = 0,5580 KN.m = 0,5580 x 106 Nmm

Mn =

=

= 0,6975 x 10 Nmm

m =

=

= 9,4118

Rn =

=

= 0,0527

min =

=

= 0,0058

b =

=

= 0,0645

max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0645 = 0,0484

ρ =

=

= 0,0002 min > < max, Dipakai min = 0,0058

As = ρ × b × dy

= 0,0058 × 1000 × 115

= 667 mm2

Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,

(Tulangan yang dipakai 10 – 100 (As = 785 mm2)

4.4.3.3. Rekap Perhitungan Tulangan Pelat Tangga dan Bordes

Berikut rekap hasil perhitungan tulangan pelat tangga dan pelat bordes

disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini :

Page 124: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

199

Tabel 4.45. Daftar Tulangan Pelat Tangga dan Bordes

Sumber : Dokumentasi Pribadi (Microsoft Excel)

Ø10 - 100

Ø10 - 100

Ø10 - 100

Ø10 - 100

Ø10 - 100

Ø10 - 100

Ø10 - 100

Ø10 - 100

Jenis Pelat Tulangan (mm

2) (mm

2)

Tulangan As Tulangan As Perhitungan

Tumpuan Arah Y

Lapangan Arah X

Tumpuan Arah X

Pelat Tangga

Pelat Bordes

Lapangan Arah Y

Tumpuan Arah Y

Lapangan Arah X

Tumpuan Arah X

Lapangan Arah Y

725,00

667,00

667,00

725,00

667,00

667,00

725,00

725,00 785

785

785

785

785

785

785

785

Page 125: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

200

4.5. Perencanaan Balok dan Kolom (Portal)

Gambar 4.69. Prespektif Rangka Portal Struktur Beton

Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

4.5.1. Pedoman Perhitungan Balok dan Kolom

Dalam perencanaan balok dan kolom, beberapa pedoman yang digunakan adalah:

1. Kusuma, Gideon. 1993. Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang. Penerbit

Erlangga : Jakarta.

2. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG 1987)

3. SNI 03-1726-2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur

Bangunan Gedung dan Non Gedung.

4. SNI 03-2847-2002.Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.

5. Sunggono. 1984. Teknik Sipil. Penerbit Nova : Bandung.

6. Vis, W. C dan Kusuma, Gideon. 1993. Grafik Dan Tabel Perhitungan Beton

Bertulang. Penerbit Erlangga : Jakarta.

4.5.2. Perhitungan Balok dan Kolom

4.5.2.1. Data Teknis

1. Material beton

Berat per unit volume = 2400 Kg/m3

F.c ( kolom, balok, dan pelat ) = 30 Mpa

Modulus elastisitas =

(SNI -03 -2847 -2002, pasal 10.5(1), hal 54 )

Page 126: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

201

2. Material tulangan

Besi ulir BJTD 40

( Fy ) = 400 Mpa, ( Fu ) = 520 Mpa

Besi polos BJTP 24

( Fy ) = 240 Mpa, ( Fu ) = 370 Mpa

Berat per unit volume = 7850 kg/m3

Modulus elastisitas = 200000 Mpa

4.5.3. Menentukan Syarat-syarat Batas dan Panjang Bentang

Balok dianggap ditumpu bebas pada kedua tepinya, dengan panjang bentang

350, 400, 500 cm dan 800 cm.

4.5.4. Menentukan Dimensi

1. Pada perencanaan dimensi balok menggunakan acuan dengan asumsi awal:

Balok induk (BI) = 1/10 dari jarak kolom.

Balok anak (BA) = 1/12 dari jarak kolom

BI1 = 40 x 80 cm, BI2 = 25 x 50 cm

BI3 = 20 x 40 cm, BI4 = 18 x 35 cm

BA1 = 35 x 70 cm, BA2 = 25 x 45 cm

BA3 = 20 x 35 cm,

2. Pada perencanaan dimensi kolom dengan menyesuaikan beban yang terjadi

dengan asumsi awal kolom yang digunakan pada perencanaan adalah sebagai

berikut:

K 1 = 80 x 80 cm (Lantai dasar-4)

K 2 = 50 x 50 cm (Lantai 5-6)

4.5.5. Pembebanan Portal

Pada perencanaan pembebanan portal, sesuai dengan Peraturan Perencanaan

Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPPURG 1987), ada empat pembebanan

yang ditinjau dalam portal, yaitu beban mati, beban hidup, beban angin dan beban

gempa. Sesuai dengan kegunaan dan pemanfaatan bangunan gedungnya, diperoleh

beban sebagai berikut :

4.5.5.1. Beban Pada Pelat Lantai

1. Beban mati (WD)

Berat sendiri pelat = 2400 Kg/m3x 0,12 m = 288 Kg/m

2

Berat space lantai = 21 x 10-4

Kg/cm2 x 3 cm

Page 127: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

202

= 63 x 10-4

Kg/cm = 63 Kg/m2

Penutup lantai = 24 Kg/m2

Berat plafon dan penggantung = 18 Kg/m2

Total pembebanan (WD) = 393 Kg/m2

2. Beban Hidup (WL)

Beban hidup bangunan kantor = 250 Kg/m2

Beban hidup atap dak = 100 Kg/m2

Gambar 4.70. Display Beban Hidup Pada Pelat

Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

+

Page 128: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

203

Gambar 4.71. Display Beban Mati Pada Pelat

Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

4.5.5.2. Beban Pada Balok

Berat dinding ( batu bata merah) = 4 m x 0,15 m x 1700 Kg/m3

= 1020 Kg/m

Berat kuda-kuda = Untuk beban atap langsung didistibusikan

pada pembebanan portal sesuai kordinat dari

tumpuan pada atap.

Gambar 4.72. Beban Mati Pada Balok

Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

Page 129: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

204

Gambar 4.73. Beban Mati Atap Pada Balok

Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

4.5.5.3. Beban Angin Pada Portal

Oleh karena data kecepatan angin tidak diketahui, maka diambil tekanan

minimal sebesar p = 25 kg/m2, sesuai dengan data pembebanan pada buku

PPPURG 1987. Angin sebagai beban merata pada bangunan, pada pemodelan

rangka angin dikenakan pada setiap joint sebagai beban terpusat.

Mengubah beban angin menjadi beban terpusat:

Panjang dinding = 8 m

Tinggi dinding = 4 m

Tekanan angin minimun = 25 kg/m2

P = 25 x 8 x 4 = 800 Kg

Pada setiap dinding memiliki 4 sudut (joint) dimana beban angin akan

disalurkan. Maka di setiap sudutnya (joint) adalah :

P = 800 : 4 = 200 Kg

1. Angin Tekan

Koefisien tekan 0,9 maka: 200 x 0,9 = 180 Kg

2. Angin Hisap

Koefisien hisap -0,4 maka: 200 x -0,4 = - 80 Kg

Page 130: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

205

Gambar 4.74. Beban Angin

Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

4.5.5.4. Beban Gempa

Beban gempa yaitu beban yang bekerja pada suatu struktur akibat dari

pergerakan tanah yang disebabkan karena adanya gempa bumi, baik itu gempa

tektonik maupun gempa vulkanik yang mempengaruhi struktur tersebut. Gempa

mengakibatkan beban pada struktur karena interaksi tanah dengan struktur dan

karakteristik respons struktur.

4.5.5.4.1. Perhitungan Gempa

Dalam perhitungan dan analisis struktur terhadap beban gempa atau

respons spectrum yang terjadi, harus disesesuaikan dengan data yang

berlaku, yaitu mengacu pada Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk

Rumah dan Gedung (SNI-1726-2012). Analisis struktur terhadap beban

gempa pada gedung dilakukan dengan metode analisis respon spectrum

yang berlaku. Berdasarkan parameter respons percepatan perioda pendek

(SDS) dan perioda 1 detik (SD1), dapat diketahui jenis Kriteria Desain

Seismik bangunan gedung, sehingga dapat mengetahui sistem penahan gaya

gempa yang diijinkan.

4.5.5.4.2. Perencanaan Beban Gempa

1. Menentukan Lokasi Bangunan

Berdasarkan pada peta Google Maps, lokasi perencanaan Gedung

Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang terletak pada Jl. Jolotundo

Semarang dengan koordinat lintang -6.9850690 dan bujur 110.4437488.

Page 131: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

206

Gambar 4.75. Peta Koordinat Lokasi Gedung Kantor Dirjen Pajak

Semarang

Sumber: Google Maps, 2018

2. Menentukan Kategori Resiko Struktur Bangunan (I-IV)

Menentukan kategori resiko pada struktur bangunan gedung dan non

gedung harus ditentukan sesuai dengan pemanfaatan fungsi gedung itu

sendiri. Berdasarkan kategori resiko bangunan pada SNI 03-1726-2012,

Gedung Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang termasuk dalam

kategori II yang memiliki fungsi sebagai gedung perkantoran.

Tabel 4.46. Kategori Resiko Gedung Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota

Semarang Untuk Beban Gempa

Pemanfaatan Kategori

Resiko

Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap

jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak

dibatasi untuk, antara lain :

a. Fasilitas pertanian, perkebunan, pertemuan, dan perikanan

b. Fasilitas sementara

c. Gudang penyimpanan

d. Rumah jaga dan struktur kecil lainnya

I

Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam

Page 132: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

207

kategori risiko I,II,II,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :

a. Perumahan

b. Rumah toko dan rumah kantor

c. Pasar

d. Gedung perkantoran

e. Gedung apartemen / rumah susun

f. Pusat perbelanjaan / mall

g. Bangunan Industri

h. Fasilitas manufaktur

i. Pabrik

II

Gedung dan non gedung yang dimiliki risiko ini tinggi

terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk,

tapi tidak dibatasi untuk :

a. Bioskop

b. Gedung pertemuan

c. Stadion

d. Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit

gawat darurat

e. Fasilitas penitipan anak

f. Penjara

g. Bangunan untuk orang jompo

Gedung dan non gedung, yang tidak termasuk kedalam

kategori IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan

dampak eonomi yang besar dan / atau gangguan massal

terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi

kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :

a. Pusat pembangkit listrik biasa

b. Fasilitas penanganan air

c. Fasilitas penanganan limbah

d. Pusat telekomunikasi

Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori

risiko IV, ( termasuk tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas

manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan,

III

Page 133: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

208

Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI

1726:2012

atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia

berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah

meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di

mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang

disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup

menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.

Gedung dan non gedung yang ditunjukan sebagai fasilitas

yang penting, termasuk tetapi tidak dibatasi untuk :

a. Bangunan-bangunan monumental

b. Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan

c. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki

fassilitas bedah dan unit gawat darurat

d. Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi,

serta garasi kendaraan darurat

e. Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai,

dan tempat perlindungan darurat lainnya

f. Fasiltas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan

fasilitas lainnya untuk tanggap darurat

g. Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang

dibutuhkan saat keadaan darurat

h. Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi,

tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin,

struktur stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau

struktur rumah atau struktur pendukung air mineral atau

peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan untuk

beroperasi pada saat keadaan darurat

Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk

mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke

dalam kategori risiko IV.

IV

Page 134: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

209

3. Menentukan Faktor Keutamaan Gempa (Ie)

Dengan menghubungkan kategori resiko bangunan dengan faktor

keutamaan gempa (Ie), Gedung Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota

Semarang, gedung yang direncanakan berupa gedung perkantoran dengan

resiko II, didapat faktor keutamaan gempa adalah Ie = 1,0.

Tabel 4.47. Hubungan Kategori Resiko dengan Faktor Keutamaan Gempa (Ie)

Gedung Kantor Dirjen Pajak Kota Semarang

Kategori resiko Faktor keutamaan gempa, Ie

I atau II 1,0

III 1,25

IV 1,5

Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI

1726:2012

4. MenentukanParameter Percepatan Gempa (SS dan S1)

Berdasarkan dari gambar respon spektra pada Tabel 4.3.3, Gambar

4.3.1 dan Gambar 4.5.2 yang disesuaikan dengan lokasi gedung yaitu pada

koordinat lintang -6.9850690 dan bujur 110.4437488, didapat nilai

parameter Ss dan S1, dimana parameter Ss (percepatan batuan dasar pada

perioda pendek) dan parameter S1 (percepatan batuan dasar pada perioda 1

detik) : Ss = 1.042 g dan S1 = 0.350 g.

Tabel 4.48. Data Yang Diperlukan Untuk Menghitung Respon Spectrum

Variabel Nilai Jenis Tanah

PGA (g) 0.465

Tanah Lunak

SS (g) 1.042

S1 (g) 0.350

CRS 0.888

CR1 0.000

FPGA 0.900

FA 0.900

FV 2.602

PSA (g) 0.419

SMS (g) 0.937

SM1 (g) 0.909

SDS (g) 0.625

Page 135: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

210

SD1 (g) 0.606

T0

(detik) 0.194

TS

(detik) 0.970

Sumber: http://www.pu.go.id/desain_spektra_indonesia_2011

Gambar 4.76. Respons Spektra Percepatan Pendek Yaitu Percepatan 0,2 Detik

Gedung Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang

Sumber : http://puskim.pu.go.id/aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

Gambar 4.77. Respons Spektra Percepatan Pendek Yaitu Percepatan 1 Gedung

Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang

Sumber : http://puskim.pu.go.id/aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

Page 136: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

211

5. Menentukan Kelas Situs (SA-SF)

Dalam menentukan klasifikasi kelas situs tanah lokal, maka dapat

dilakukan dengan menguji nilai penetrasi standar rata-rata. N Profil tanah

yang mengandung beberapa lapisan tanah dan/atau batuan yang nyata

berbeda, dan harus dibagi menjadi lapisan-lapisan yang diberi nomor ke-1

sampai ke- n dari atas ke bawah, sehingga ada total N-lapisan tanah yang

berbeda pada lapisan 30 m paling atas tersebut. Nilai untuk lapisan tanah

30 m paling atas ditentukan sesuai dengan perumusan berikut :

ti = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter;

Ni = tahanan penetrasi standar 60 persen energi (N60) yang terukur

langsung di lapangan tanpa koreksi.

Berdasarkan hasil uji tanah yang telah dilakukan di lapangan, didapat

hasil uji penetrasi standar rata-rata tersebut. Berikut adalah hasil uji nilai

penetrasi standar rata-rata di lokasi proyek pembangunan Gedung Kantor

Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang.

Tabel 4.49. Nilai Tes Penetrasi Standar Rata-Rata (N) Log No. DB1

No. t (m) N t/N

1 0 - 2 12 0.167

2 2 - 4 11 0.182

3 4 - 6 2 1.000

4 6 - 8 2 1.000

5 8 - 10 2 1.000

6 10 - 12 2 1.000

7 12 - 14 2 1.000

8 14 - 16 3 0.667

9 16 - 18 5 0.400

10 18 - 20 20 0.100

11 20 - 22 23 0.087

12 22 - 24 22 0.091

Page 137: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

212

13 24 - 26 20 0.100

14 26 - 28 22 0.091

15 28 - 30 20 0.100

16 30 - 32 18 0.111

17 32 - 34 21 0.095

18 34 - 36 20 0.100

19 36 - 38 40 0.050

20 38 - 40 43 0,046

Jumlah 40 7.387

Sumber : Standard Penetrasi Test bore Log

= 5.415

Tabel 4.50. Hubungan Parameter Kemampuan Tanah Dengan Klasifikasi

Situs Gedung Kantor Dirjen Pajak Kota Semarang

Kelas situs vs (m/detik) N atau Nch su (kPa)

SA (Batuan Keras) 1500 N/A N/A

SB (Batuan) 750 – 1500 N/A N/A

SC (Tanah keras,

sangat padat dan

batuan lunak)

350 – 750 >50 >100

SD (Tanah sedang) 175 – 350 15 – 50 50 - 100

SE (tanah lunak) < 175 < 15 < 50

Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih

dari 3 m tanah dengan karateristik sebagai

berikut :

1. Indeks plastisitas, PI > 20,

2. Kadar air, w > 40%

3. Kuat geser niralir su <25 kPa

SF (Tanah khusus, Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah

Page 138: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

213

yang membutuhkan

investigasi geoteknik

spesifik dan analisis

respons spesifik situs)

satu atau lebih dari karakteristik berikut:

Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh

akibat beban gempa seperti mudah likuifaksi,

lempung sangat sensitif, tanah tersementasi

lemah

Lempung sangat organik dan/atau gambut

(ketebalan H > 3 m)

Lempung berplastisitas sangat tinggi

(ketebalan H > 7,5 m dengan Indeks

Plasitisitas PI > 75) Lapisan lempung

lunak/setengah teguh dengan ketebalan H >

35 m dengan su < kPa

Catatan: N/A = tidak dapat dipakai

Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung

SNI 1726:2012

Berdasarkan klafisikasi situs diatas, untuk kedalaman 30 meter dengan

nilai Standard Penetrasi Test rata-rata adalah berada pada nilai

= <15, maka tanah dilokasi tersebut termasuk dalam kelas situs SE

(tanah lunak).

6. MenentukanKoefisien-Koefisien Situs dan Parameter-Parameter

Respon Spektral Percepatan Gempa Maksimum yang diperhitungkan

Resiko Tertarget (MCER)

Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di

permukaan tanah, maka diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada

perioda 0,2 detik dan perioda 1 detik. Faktor amplifikasinya meliputi faktor

amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek (Fa) dan

faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik

(Fv) :

SMS = Fa SS

SM1 = Fv S1

Page 139: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

214

Dengan didapatnya nilai parameter spectrum respon percepatan pada

periode pendek (SMS), dan periode satu detik (SM1), maka langkah

selanjutnya adalah mencari harga SDS , SD1 menggunakan rumus empiris

sebagai berikut:

SDS = 2/3 SMS

SD1 = 2/3 SM1

Tabel 4.51. Koefisien Situs (Fa) Gedung Kantor Dirjen Pajak Kota Semarang

Kelas Situs

Ss (Percepatan Respons Spektra Periode pendek,

T = 0,2 detik)

Ss < 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1 Ss > 1,25

SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

SB 1 1 1 1 1

SC 1,2 1,2 1,1 1 1

SD 1,6 1,4 1,2 1.1 1

SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9

SF

Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan

Gedung SNI 1726:2012

Tabel 4.52. Koefisien Situs (Fv) Gedung Kantor Dirjen Pajak Kota Semarang

Kelas Situs

Ss (Percepatan Respons Spektra Periode pendek,

T = 1 detik)

S1< 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1> 0,5

SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

SB 1 1 1 1 1

SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3

SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5

SE 3,5 3,2 2,6 2,4 2,4

SF

Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan

Gedung SNI 1726:2012

Page 140: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

215

Dari Tabel 4.51. dan Tabel 4.52. maka untuk SS = 1,042 g dan S1 =

0,350 g, diperoleh nilai Fa an Fv (interpolasi):

Fa = 0,9 -

x ( 0,9 – 0,9 ) = 0,90

Fv = 2,6 –

x ( 2,6 – 2,4 ) = 2,50

Sehingga dapat dicari nilai SMS dan SM1 dengan menggunakan rumus

empiris:

SMS = Fa SS

= 0,90 x 1,042 = 0,938 g

SM1 = Fv S1

= 2,50 x 0,350 = 0,875 g

Maka, selanjutnya dapat menghitung nilai SDS dan SD1:

SDS = 2/3 SMS

= 2/3 x 0,938 = 0,626 g

SD1 = 2/3 SM1

= 2/3 x 0,875 = 0,583 g

7. Menentukan Spektrum Respon Desain, Sa

Apabila sprektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan

prosedur gerak tanah dari spesifik situs tidak digunakan, maka kurva

sprektrum respons desain harus dikembangkan dengan mengacu pada

gambar sprektrum respon gempa desain dan ketentuan dibawah ini :

T0 = 0,2

Ts =

= 0,2

=

= 0,186 detik = 0,931 detik

Dalam menentukan periode fundamental struktur T dapat diperoleh dari

hasil analisis struktur yang akan ditinjau. Namun didalam peraturan SNI

Gempa 2012 memberi persyaratan bahwa periode fundamental yang akan

dipakai sebagai perhitungan tidak boleh melebihi dari batas atas periode

fundamental pendekatan yang mana nilainya adalah perkalian dari koefisien

periode batas atas (Cu) dengan periode pendekatan (Ta). Dan dalam

Page 141: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

216

memudahkan pelaksanaan, periode alami fundamental T ini boleh langsung

digunakan periode pendekatan Ta.

Periode pendekatan ditentukan berdasarkan persamaan berikut ini:

Ta = Ct .hnx

Tabel 4.53. Koefisien Batas Atas Periode, Gedung Kantor Dirjen Pajak

Kota Semarang

SD1 Koefisien Cu

> 0.4 1.4

0.3 1.4

0.2 1.5

0.15 1.6

< 0.1 1.7

Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan

Gedung SNI 1726:2012

Tabel 4.54. Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct Dan x, Gedung

Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang

Tipe Struktur Ct x

Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen

gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau

dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan

mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa:

Rangka baja pemikul momen 0.0724 0.8

Rangka beton pemikul momen 0.0466 0.9

Rangka baja dengan bresing eksentris 0.0731 0.75

Rangka baja dengan bresing

terkekang terhadap tekuk 0.0731 0.75

Semua sistem struktur lainnya 0.0488 0.75

Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan

Gedung SNI 1726:2012

Ta = Ct . hnx

= 0,0466 x 28,000,9

Page 142: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

217

= 0,936 detik

Dengan nilai SD1= 0,583 g, maka didapat nilai koefisien Cu = 1,4

T maks = Cu . Ta

= 1,4 x 0,936

= 1,310 detik

Gambar 4.78. Spektrum Respon Desain SNI 03-1726-2012

Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur

Bangunan Gedung SNI 1726:2012

a. Untuk perioda yang lebih kecil dari To, maka spektrum respons percepatan

desain, harus diambil dari persamaan:

Sa = SDS (0,4 + 0,6

)

= 0,626 (0,4 + 0,6

)

= 0,452

b. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0; dan lebih kecil dari

atau sama dengan Ts, maka spektrum respons percepatan desain, Sa sama

dengan SDS

c. Untuk perioda lebih besar dari Ts. Maka, spektrum respons percepatan

desain, Sa , diambil berdasarkan persamaan:

Page 143: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

218

Sa =

=

= 0,4450

Keterangan :

SDS = parameter respons spectral percepatan desain pada perioda pendek

SD = parameter respons spectral percepatan desain pada perioda 1 detik

T = periodagetar fundamental struktur

Tabel 4.55. Spektrum Respon Desain Gedung Kantor Kantor Direktorat Jenderal

Pajak Kota Semarang

T (detik) T(detik)2 SA (g)

0 0 0.250

T0 0.625 0.625

TS 0.625 0.625

TS+0 0.625 0.567

TS+0.1 0.725 0.518

TS+0.2 0.825 0.477

TS+0.3 0.925 0.443

TS+0.4 1.025 0.412

TS+0.5 1.125 0.386

TS+0.6 1.225 0.363

TS+0.7 1.325 0.343

TS+0.8 1.425 0.324

TS+0.9 1.525 0.308

TS+1 1.625 0.293

TS+1.1 1.725 0.279

TS+1.2 1.825 0.267

TS+1.3 1.925 0.256

TS+1.4 2.025 0.245

TS+1.5 2.125 0.236

TS+1.6 2.225 0.227

Page 144: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

219

TS+1.7 2.325 0.219

TS+1.8 2.425 0.211

TS+1.9 2.525 0.204

TS+2 2.625 0.197

TS+2.1 2.725 0.191

TS+2.2 2.825 0.185

TS+2.3 2.925 0.180

TS+2.4 3.025 0.175

TS+2.5 3.125 0.170

TS+2.6 3.225 0.165

TS+2.7 3.325 0.161

TS+2.8 3.425 0.157

TS+2.9 3.525 0.153

4 4 0.152

Sumber: http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

Gambar 4.79. Spektrum Respon Desain Detik Gedung Kantor Direktorat Jenderal

Pajak Kota Semarang

Sumber: http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

8. Menentukan Kategori Desain Seismik (KDS)

Dalam menentukan suatu Kategori Desain Seismik (KDS) pada struktur

harus ditetapkan mengikuti ketentuan seperti berikut:

Page 145: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

220

a. Struktur dengan kategori resiko I, II, atau III dengan nilai S1> 0,75

harus ditetapkan sebagi struktur dengan Kategori Desain Seismik E.

b. Struktur dengan kategori resiko IV dengan nilai S1> 0,75 harus

ditetapkan sebagi struktur dengan Kategori Desain Seismik F.

c. Struktur yang memiliki ketentuan diluar ketentuan tersebut, jenis

Kategori Desain Seismiknya ditetapkan berdasarkan hubungan nilai SDS

dan SD1

Tabel 4.56. Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan

Pada Periode Pendek, Detik Gedung Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota

Semarang

Nilai SDS Kategori Resiko

I II III IV

SDS< 0,167 A A A A

0,167< SDS< 0,33 B B B C

0,33 < SDS< 0,5 C C C D

SDS> 0,5 D D D D

Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan

Gedung SNI 1726:2012

Tabel 4.57. Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan

Pada Periode 1 Detik Gedung Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang

Nilai SD1 Kategori Resiko

I II III IV

SD1< 0,067 A A A A

0,067< SD1< 0,133 B B B C

0,133 < SD1< 0,2 C C C D

SD1> 0,2 D D D D

Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan

Gedung SNI 1726:2012

Page 146: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

221

Berdasarkan data-data di atas maka diperoleh :

SDS = 0,626 (SDS> 0,5) = Kategori Desain Seismik D (KDS D)

SD1 = 0,583 (SD1> 0,2) = Kategori Desain Seismik D (KDS D)

9. Menentukan Sistem Struktur dan Parameter Sistem (R, Cd, dan Ω0 )

Dalam mendesain, sistem penahan gaya gempa harus disesuaikan

dengan persyaratan khusus yang berlaku bagi sistem tersebut. Dan dalam

pendesainannya diambil berdasarkan dokumen acuan yang berlaku, sesuai

dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.58. Faktor R, Ω0, Dan Cd Untuk Sistem Penahan Gaya Gempa Gedung

Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang

Sistem Struktur Beton

Bertulang Penahan

Gaya Gempa

R Ω0 Cd

Batasan Sistem Struktur

Dan Batasan Tinggi

Struktur (M)

B C D E F

A Sistem Dinding Penumpu

1 Dinding geser beton

bertulang khusus 5 2.5 5 TB TB 48 48 30

2 Dinding geser beton

bertulang biasa 4 2.5 4 TB TB TI TI TI

3 Dinding geser beton

polos didetail 2 2.5 2 TB TI TI TI TI

4 Dinding geser beton

polos biasa 1.5 2.5 1.5 TB TI TI TI TI

5 Dinding geser

pracetak menengah 4 2.5 4 TB TB 12 12 12

6 Dinding geser

pracetak biasa 3 2.5 3 TB TI TI TI TI

B Sistem Rangka

1 Dinding geser beton

bertulang khusus 6 2.5 5 TB TB 48 48 30

Page 147: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

222

2 Dinding geser beton

bertulang biasa 5 2.5 4.5 TB TB TI TI TI

3 Dinding geser beton

polos detail 2 2.5 2 TB TI TI TI TI

4 Dinding geser beton

polos biasa 1.5 2.5 1.5 TB TI TI TI TI

5 Dinding geser

pracetak menengah 5 2.5 4.5 TB TB 12 12 12

6 Dinding geser

pracetak biasa 4 2.5 4 TB TI TI TI TI

C Sistem Rangka Pemikul Momen

1

Rangka beton

bertulang pemikul

momen khusus

8 3 5.5 TB TB TB TB TB

2

Rangka beton

bertulang pemikul

momen menengah

5 3 4.5 TB TB TI TI TI

3

Rangka beton

bertulang pemikul

momen biasa

3 3 2.5 TB TI TI TI TI

D Sistem Ganda Dengan Rangka Pemikul Momen Khusus

1 Dinding geser beton

bertulang khusus 7 2.5 5.5 TB TB TB TB TB

2 Dinding geser beton

bertulang biasa 6 2.5 5 TB TB TI TI TI

E Sistem Ganda Dengan Rangka Pemikul Momen Menengah

1 Dinding geser beton

bertulang khusus 6.5 2.5 5 TB TB 48 30 30

2 Dinding geser beton

bertulang biasa 5.5 2.5 4.5 TB TB TI TI TI

F Sistem Interaktif Dinding Geser Rangka Dengan Rangka Pemikul

Momen Beton Bertulang Biasa Dan Dinding Geser Beton Bertulang

Page 148: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

223

Biasa

4.5 2.5 4 TB TI TI TI TI

G Sistem Kolom Kantilever Didetail Untuk Memenuhi Persyaratan

1

Rangka beton

bertulang pemikul

momen khusus

2.5 1.25 1.5 10 10 10 10 10

2

Rangka beton

bertulang pemikul

momen menengah

1.5 1.25 1.5 10 10 TI TI TI

3

Rangka beton

bertulang pemikul

momen biasa

1 1.25 1 10 TI TI TI TI

Sumber: SNI 03-1726-2012 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur

Bangunan Gedung dan Non Gedung

Maka sistem penahan gaya gempa yang digunakan adalah Sistem

Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen Khusus (SRPMK), dari pemilihan

sistem gedung diketahui :

Koefisien modifikasi respons (R) = 8

Faktor kuat lebih sistem (Ω0) = 3

Faktor pembesaran defleksi (Cd) = 5,5

Faktor reduksi untuk perhitungan beban gempa gedung

Scale factor = 1/R x 9,81

= 1/8 x 9,81

= 1,22625

10. Kombinasi Pembebanan

a. Kombinasi T = 1,2 D + 1,6 La

b. Kombinasi P = 1 D + 1 La

c. Kombinasi W = 1,2 D + 1 La + 1,6 W

d. Kombinasi Gx = 1,2 D + 0,5 La + 1 Quake X + 0,3 Quake Y

Quake x = 1 (

) = 0,125

Quake y= 0,3(

) = 0,0375

Page 149: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

224

e. Kombinasi Gy = 1,2 D + 0,5 La + 0,3 Quake X + 1 Quake Y

Quake x = 0,3(

) =0,0375

Quake y= 1(

) = 0,125

f. Kombinasi berat bangunan = 1 D + 0,3 La

4.5.5.4.3. Output Modal Dan Respon Spektrum

1. Base Shear

Analisis respons spektrum harus diketahui bahwa gaya geser dasar

(base shear) dinamik yang disyaratkan dalam SNI 1726-2012 yaitu sebesar

85% dari gaya geser dasar statik.

Gambar 4.80. Tabel Output Base Reaction Beban Mati dan Beban Hidup

Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

Pada kolom Global FZ menunjukkan nilai:

W beban mati total = 7652845,23 Kg

W beban hidup total = 991050 Kg

W total = W mati total + 30% W hidup total

= 7652845,23 + 0,3 x 991050

= 7950160,23 Kg

Pada pemeriksaan gaya geser dasar statik ekiuvalen, dihitung dengan rumus:

V = Cs x W

Dengan:

Cs =

Dimana:

Page 150: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

225

SDS = 0,626 g

I = 1 (Faktor keutamaan)

R = 8,0 (Faktor reduksi gempa)

Nilai Cs tidak boleh kurang dari persamaan 1 dan tidak lebih dari persamaan

2

Cs =

=

= 0,0783

Cs min = 0,044. SDS. Ie

= 0,044. 0,626. 1 = 0,0276

V =

x 7950160,23

= 622100,038 Kg

Gambar 4.81. Tabel Output Base Shear Response Spectrum

Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

Arah X :

V Dinamik (Gempa X) = 1414,68 Kg

85% V Statik = 1414,68 x 85% = 1202,478 kg

V Dinamik (Gempa X) > 85% V Statik (Memenuhi syarat)

Arah Y :

V Dinamik (Gempa Y) = 1414,68 Kg

85% V Statik = 1414,68 x 85% = 1202,478 kg

V Dinamik (Gempa Y) > 85% V Statik (Memenuhi syarat)

Page 151: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

226

Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa gaya geser dasar

respon spektrum memenuhi syarat yaitu lebih besar dari 85% gaya geser

dasar statik.

4.5.5.4.4. Pemeriksaan Simpangan antar Lantai (Story Drift)

Faktor pembesaran defleksi (Cd) = 5,5

Faktor keutamaan gempa (Ie) = 1,0

Simpangan antar lantai yang diijinkan untuk gedung dengan kategori

res ko II ∆a = 0,025.hsx

Keterangan :

hsx = Tinggi Antar Lantai

∆x δx-δx-1).Cd

Untuk batasan simpangan antar lantai yang diijinkan, harus sesuai dengan

kategori resiko, yang dapat dilihat pada Tabel 4.59.

Tabel 4.59. Simpangan Antar Lantai Ijin

Struktur Kategori Resiko

I dan II III IV

Struktur, selain dari struktur dinding

geser batu bata, 4 tingkat atau kurang

dengan dinding interior, partisi, langit-

langit dan sistem dinding eksterior

yang telah didesain untuk

mengakomodasi simpangan antar

lantai tingkat

0,025 hsx 0,020 hsx 0,015 hsx

Struktur dinding geser kantilever batu

bata 0,010 hsx 0,010 hsx 0,010 hsx

Struktur dinding geser batu bata

lainnya 0,007 hsx 0,007 hsx 0,007 hsx

Semua struktur lainnya 0,020 hsx 0,015 hsx 0,010 hsx

Keterangan : hsx adalah tinggi tingat antar lantai

Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung kategori resiko II

adalah:

∆a = 0,025 hsx

= 0,025 . 400 = 10

Page 152: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

227

Gambar 4.82. Deformasi Gempa Arah X

Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

Gambar 4.83. Tabel Output Joint Displacement Gempa X

Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

Tabel 4.60. Perhitungan Simpangan Antar Lantai Arah X

Lantai δx (cm) hsx

(cm) Cd Ie (ρ) ∆ (cm) ∆a Check

7 0,316016 400 5,5 1,0 1,3 0,5863495 < 10 OK

6 0,209407 400 5,5 1,0 1,3 0,223179 < 10 OK

Page 153: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

228

5 0,168829 400 5,5 1,0 1,3 0,234784 < 10 OK

4 0,126141 400 5,5 1,0 1,3 0,2821665 < 10 OK

3 0,074838 400 5,5 1,0 1,3 0,278729 < 10 OK

2 0,02416 400 5,5 1,0 1,3 0,13288 < 10 OK

1 0 400 5,5 1,0 1,3 0 < 10 OK

Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

Gambar 4.84. Deformasi Gempa Arah Y

Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

Gambar 4.85. Tabel Output Joint Displacement Gempa Y

Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

Page 154: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

229

Tabel 4.61. Perhitungan simpangan antar Lantai Arah Y

Lantai δy (cm) hsx

(cm) Cd Ie (ρ) ∆ (cm) ∆a Check

7 0,316016 400 5,5 1,0 1,3 0,5863495 < 10 OK

6 0,209407 400 5,5 1,0 1,3 0,223179 < 10 OK

5 0,168829 400 5,5 1,0 1,3 0,234784 < 10 OK

4 0,126141 400 5,5 1,0 1,3 0,2821665 < 10 OK

3 0,074838 400 5,5 1,0 1,3 0,278729 < 10 OK

2 0,02416 400 5,5 1,0 1,3 0,13288 < 10 OK

1 0 400 5,5 1,0 1,3 0 < 10 OK

Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V14

4.5.6. Perhitungan Tulangan Balok

Desain pada balok dilakukan secara otomatis oleh program SAP2000. Program

SAP2000 hanya akan memberikan kebutuhan luas tulangan yang diperlukan,

sedangkan untuk pemilihan diameter, jumlah atau jarak tulangan dilakukan secara

manual berdasarkan hasil hitungan luas tulangan dilakukan secara manual yang

berasal dari hasil hitungan luas tulangan oleh program.

1. Balok Tipe BI1 40 cm x 80 cm ( Balok Induk )

a. Data balok :

Panjang bentang (L) = 8000 mm

Tinggi balok (h) = 800 mm

Lebar balok (b) = 400 mm

Selimut beton (p) = 40 mm

Tulangan pokok = D 19 mm

Tulangan sengkang = Ø 12 mm

β = 0,85

fy = 400 MPa (tulangan pokok)

fy = 240 MPa (tulangan sengkang)

fc' = 30 Mpa

d = h – p – Øs - × Dp

= 800 – 40 – 12 - × 19

Page 155: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

230

= 738,5 mm = 0,7385 m

d’ = p + s + × Dp

= 40 + 12 + × 19

= 61,5 mm

pmin =

= 0,0035

b =

=

= 0,0325

max = 0,75 x b

= 0,75 x 0,0325 = 0,02438

Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14

V2 = 201,597 KN

T = 5,9852 KN.m

M3 Momen Tumpuan = 329,8214 KN.m

M3 Momen Lapangan = 303,9479 KN.m

b. Tulangan Tumpuan

Mmax = 329,8214 KN.m

Mn =

=

= 412,277 KN.m = 412,277. 10

6 Nmm

m =

=

= 15,686

Rn =

=

= 1,89

ρ =

=

= 0,00491

min < < max,

0,0035 < 0,00491< 0,02438 Dipakai = 0,00491

As ρ × b × d

= 0,00491 × 400 × 738,5

= 1450,414 mm2

Page 156: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

231

Menentukan jumlah tulangan

n =

=

= 5,12 ≈ 6 tulangan

Jadi As yang digunakan :

As = ¼ . π . D2 . n

= ¼ π 2 . 6 = 1700,31 mm

2

Dipakai Tulangan 6 D 19 (As = 1701 mm2)

Cek Mu < Ø Mn

a =

=

= 66,706 mm

z = d -

= 738,5 -

= 705,147 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z

= 0,8 x 1701 x 400 x 705,147 x 10-6

= 383,826 KN.m

Mu (329,8214 KN.m) < Ø Mr (383,826 KN.m) AMAN

c. Tulangan Lapangan

Mmax = 303,9479 KN.m

Mn =

=

= 379,934 KN.m = 379,934. 10

6 Nmm

m =

=

= 15,686

Rn =

=

= 1,742

ρ =

=

= 0,00451

min < < max,

0,0035 < 0,00451< 0,02438 Dipakai = 0,00451

As ρ × b × d

= 0,00451× 400 × 738,5

= 1332,254 mm2

Menentukan jumlah tulangan

n =

=

= 4,70 ≈ 5 tulangan

Page 157: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

232

Jadi As yang digunakan :

As = ¼ . π . D2 . n

= ¼ π 2 . 5 = 1416,925 mm

2

Dipakai Tulangan 5 D 19 (As = 1418 mm2)

Cek Mu < Ø Mn

a =

=

= 55,608 mm

z = d -

= 738,5 -

= 710,696 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z

= 0,8 x 1418 x 400 x 710,696 x 10-6

= 322,486 KN.m

Mu (303,9479 KN.m) < Ø Mr (322,486 KN.m) AMAN

d. Tulangan Sengkang

V2 = Vu = 201,597 KN

= 201597 N

= 0,75

Tegangan geser yang terjadi akibat beton :

Vc = 1/6 . . bw . d

= 1/6 . . 400 . 738,5

= 269662,07 Nmm

Vc = 0,75 x Vc

= 0,75 x 269662,07

= 202247 Nmm

Vu < Vc,

201597 N < 202247 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)

Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :

Av = 2. 1/4 . π . S2

= 2. / π 2

= 226,195 mm

2

Jarak yang dibutuhkan sengkang :

S max = d/2 = 738,5/2 = 369,3 mm

Dipakai S = 200 mm

Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Page 158: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

233

Vs =

=

= 200454,01 Nmm

Va = (Vc + Vs )

= 0,75 (269662,07 + 200454,01)

= 352587,06 Nmm

Vu < Va

201597 N < 352587,06 Nmm ....................(OK)

Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 200

e. Penulangan Torsi

ɸ = 0,6

T = 5,9852 kN.m

Tu =

= 5,9852

= 23,9408 kN.m

= 23940800 N.mm

Tc =

=

= 46738991,57 N.mm

ɸ Tc = 0,6 x 46738991,57 = 28043394,94 N.mm

Tu < ɸ Tc (maka tidak perlu tulangan torsi)

23940800 N.mm < 28043394,94 N.mm

2. Balok Tipe BAI 35 cm x 70 cm ( Balok Anak )

a. Data Balok :

Panjang bentang (L) = 5000 mm

Tinggi balok (h) = 700 mm

Lebar balok (b) = 350 mm

Selimut beton (p) = 40 mm

Tulangan pokok = D 19 mm

Tulangan sengkang = Ø 12 mm

β = 0,85

fy = 400 MPa (tulangan pokok)

fy = 240 MPa (tulangan sengkang)

Page 159: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

234

fc' = 30 Mpa

d = h – p – Øs - × Dp

= 700 – 40 – 12 - × 19

= 638,5 mm = 0,6385 m

d’ = p + s + × Dp

= 40 + 12 + × 19

= 61,5 mm

pmin =

= 0,0035

b =

=

= 0,0325

max = 0,75 x b

= 0,75 x 0,0325 = 0,02438

Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14

V2 = 75,532 KN

T = 0,0101 KN.m

M3 Momen Tumpuan = 76,7511 KN.m

M3 Momen Lapangan = 82,6964 KN.m

b. Tulangan Tumpuan

Mmax = 76,7511 KN.m

Mn =

=

= 95,939 KN.m = 95,939. 10

6 Nmm

m =

=

= 15,686

Rn =

=

= 0,672

ρ =

=

= 0,00170

min < < max,

0,0035 > 0,00170 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035

Page 160: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

235

As ρ × b × d

= 0,0035 × 350 × 638,5

= 782,1625 mm2

Menentukan jumlah tulangan

n =

=

= 2,76 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :

As = ¼ . π . D2 . n

= ¼ π 2 . 4 = 1133,54 mm

2

Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)

Cek Mu < Ø Mn

a =

=

= 50,823 mm

z = d -

= 638,5 -

= 613,089 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z

= 0,8 x 1134 x 400 x 613,089 x 10-6

= 258,766 KN.m

Mu (76,7511 KN.m) < Ø Mr (258,766 KN.m) AMAN

c. Tulangan Lapangan

Mmax = 82,6964 KN.m

Mn =

=

= 103, 371 KN.m = 103, 371. 10

6 Nmm

m =

=

= 15,686

Rn =

=

= 0,724

ρ =

=

= 0,00183

min < < max,

0,0035 < 0,00183< 0,02438 Dipakai min = 0,0035

As ρ × b × d

= 0,0035× 350 × 638,5

= 782,17 mm2

Page 161: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

236

Menentukan jumlah tulangan

n =

=

= 2,76 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :

As = ¼ . π . D2 . n

= ¼ π 2 . 4 = 1133,54 mm

2

Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)

Cek Mu < Ø Mn

a =

=

= 50,823 mm

z = d -

= 638,5 -

= 613,089 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z

= 0,8 x 1134 x 400 x 613,089 x 10-6

= 222,48 KN.m

Mu (82,6964 KN.m) < Ø Mr (222,48 KN.m) AMAN

d. Tulangan Sengkang

V2 = Vu = 75,532 KN

= 75532 N

= 0,75

Tegangan geser yang terjadi akibat beton :

Vc = 1/6 . . bw . d

= 1/6 . . 350 . 638,5

= 204003,8309 Nmm

Vc = 0,75 x Vc

= 0,75 x 204003,8309

= 153002,88 Nmm

Vu < Vc,

75532 N < 153002,88 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)

Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :

Av = 2. 1/4 . π . S2

= 2. / π 2

= 226,195 mm

2

Jarak yang dibutuhkan sengkang :

Page 162: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

237

S max = d/2 = 638,5/2 = 319,3 mm

Dipakai S = 200 mm

Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Vs =

=

= 200454,01 Nmm

Va = (Vc + Vs )

= 0,75 (235954,3134 + 200454,01)

= 327306,243 Nmm

Vu < Va

75532 N < 327306,243 Nmm ....................(OK)

Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 200

e. Penulangan Torsi

ɸ = 0,6

T = 0,0101 kN.m

Tu =

= 0,0101

= 0,026 kN.m

= 2600 N.mm

Tc =

=

= 31311472,87 N.mm

ɸ Tc = 0,6 x 31311472,87 = 18786883,72 N.mm

Tu < ɸ Tc (maka tidak perlu tulangan torsi)

2600 N.mm < 18786883,72 N.mm

3. Balok Tipe BI2 25 cm x 50 cm ( Balok Induk )

a. Data balok :

Panjang bentang (L) = 5000 mm

Tinggi balok (h) = 500 mm

Lebar balok (b) = 250 mm

Selimut beton (p) = 40 mm

Tulangan pokok = D 19 mm

Tulangan sengkang = Ø 12 mm

Page 163: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

238

β = 0,85

fy = 400 MPa (tulangan pokok)

fy = 240 MPa (tulangan sengkang)

fc' = 30 Mpa

d = h – p – Øs - × Dp

= 500 – 40 – 12 - × 19

= 438,5 mm = 0,4385 m

d’ = p + s + × Dp

= 40 + 12 + × 19

= 61,5 mm

pmin =

= 0,0035

b =

=

= 0,0325

max = 0,75 x b

= 0,75 x 0,0325 = 0,02438

Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14

V2 = 104,467 KN

T = 1,4117 KN.m

M3 Momen Tumpuan = 114,5395 KN.m

M3 Momen Lapangan = 97,8684 KN.m

b. Tulangan Tumpuan

Mmax = 114,5395 KN.m

Mn =

=

= 143,1743 KN.m = 143,1743. 10

6 Nmm

m =

=

= 15,686

Rn =

=

= 2,979

ρ =

=

Page 164: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

239

= 0,00794

min < < max,

0,0035 < 0,00794< 0,02438 Dipakai = 0,00794

As ρ × b × d

= 0,00794 × 250 × 438,5

= 870,4225 mm2

Menentukan jumlah tulangan

n =

=

= 3,08 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :

As = ¼ . π . D2 . n

= ¼ π 2 . 4 = 1133,54 mm

2

Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)

Cek Mu < Ø Mn

a =

=

= 71,153 mm

z = d -

= 438,5 -

= 402,924 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z

= 0,8 x 1134 x 400 x 402,924 x 10-6

= 146,213 KN.m

Mu (114,5395 KN.m) < Ø Mr (146,213 KN.m) AMAN

c. Tulangan Lapangan

Mmax = 97,8684 KN.m

Mn =

=

= 122,336 KN.m = 122,336. 10

6 Nmm

m =

=

= 15,686

Rn =

=

= 2,545

ρ =

=

= 0,00672

min < < max,

0,0035 < 0,00672< 0,02438 Dipakai = 0,00672

Page 165: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

240

As ρ × b × d

= 0,00672 × 250 × 438,5

= 736,68 mm2

Menentukan jumlah tulangan

n =

=

= 2,59 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :

As = ¼ . π . D2 . n

= ¼ π 2 . 4 = 1133,54 mm

2

Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)

Cek Mu < Ø Mn

a =

=

= 71,152 mm

z = d -

= 438,5 -

= 402,924 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z

= 0,8 x 1134 x 400 x 402,924 x 10-6

= 146,213 KN.m

Mu (97,8684 KN.m) < Ø Mr (146,213KN.m) AMAN

d. Tulangan Sengkang

V2 = Vu = 104,467 KN

= 104467 N

= 0,75

Tegangan geser yang terjadi akibat beton :

Vc = 1/6 . . bw . d

= 1/6 . . 250 . 438,5

= 100073,48 Nmm

Vc = 0,75 x Vc

= 0,75 x 100073,48

= 75055,107 Nmm

Vu < Vc,

104467 N < 75055,107 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)

Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :

Av = 2. 1/4 . π . S2

Page 166: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

241

= 2. / π 2

= 226,195 mm

2

Jarak yang dibutuhkan sengkang :

S max = d/2 = 438,5/2 = 219,25 mm

Dipakai S = 200 mm

Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Vs =

=

= 119023,809 Nmm

Va = (Vc + Vs )

= 0,75 (100073,48 + 119023,809)

= 164322,97 Nmm

Vu < Va

104467 N < 164322,97 Nmm ....................(OK)

Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 200

e. Penulangan Torsi

ɸ = 0,6

T = 1,4117 kN.m

Tu =

= 1,4117

= 3,5293 kN.m

= 352930 N.mm

Tc =

=

= 11410886,61 N.mm

ɸ Tc = 0,6 x 11410886,61 = 6846531,969 N.mm

Tu < ɸ Tc (maka tidak perlu tulangan torsi)

352930 N.mm < 6846531,969 N.mm

4. Balok Tipe BA2 25 cm x 45 cm ( Balok Anak )

a. Data Balok :

Panjang bentang (L) = 8000 mm

Tinggi balok (h) = 450 mm

Lebar balok (b) = 250 mm

Page 167: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

242

Selimut beton (p) = 40 mm

Tulangan pokok = D 19 mm

Tulangan sengkang = Ø 12 mm

β = 0,85

fy = 400 MPa (tulangan pokok)

fy = 240 MPa (tulangan sengkang)

fc' = 30 Mpa

d = h – p – Øs - × Dp

= 450 – 40 – 12 - × 19

= 388,5 mm = 0,3885 m

d’ = p + s + × Dp

= 40 + 12 + × 19

= 61,5 mm

pmin =

= 0,0035

b =

=

= 0,0325

max = 0,75 x b

= 0,75 x 0,0325 = 0,02438

Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14

V2 = 16,285 KN

T = 0,0782 KN.m

M3 Momen Tumpuan = 23,7361 KN.m

M3 Momen Lapangan = 15,4581 KN.m

b. Tulangan Tumpuan

Mmax = 23,7361 KN.m

Mn =

=

= 29,670 KN.m = 29,670. 10

6 Nmm

m =

=

= 15,686

Rn =

=

= 0,787

Page 168: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

243

ρ =

=

= 0,002

min < < max,

0,0035 > 0,002 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035

As ρ × b × d

= 0,0035 × 250 × 388,5

= 339,938 mm2

Menentukan jumlah tulangan

n =

=

= 1,2 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :

As = ¼ . π . D2 . n

= ¼ π 2 . 4 = 1133,54 mm

2

Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)

Cek Mu < Ø Mn

a =

=

= 71,153 mm

z = d -

= 388,5 -

= 352,923 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z

= 0,8 x 1134 x 400 x 352,923 x 10-6

= 128,069 KN.m

Mu (23,7361 KN.m) < Ø Mr (128,069 KN.m) AMAN

c. Tulangan Lapangan

Mmax = 15,4581 KN.m

Mn =

=

= 19,322 KN.m = 19,322. 10

6 Nmm

m =

=

= 15,686

Rn =

=

= 0,512

ρ =

Page 169: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

244

=

= 0,00129

min < < max,

0,0035 > 0,00129 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035

As ρ × b × d

= 0,0035× 250 × 388,5

= 339,938 mm2

Menentukan jumlah tulangan

n =

=

= 1,2 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :

As = ¼ . π . D2 . n

= ¼ π 2 . 4 = 1133,54 mm

2

Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)

Cek Mu < Ø Mn

a =

=

= 71,153 mm

z = d -

= 388,5 –

= 352,923 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z

= 0,8 x 1134 x 400 x 352,923 x 10-6

= 128,069 KN.m

Mu (15,4581 KN.m) < Ø Mr (128,069 KN.m) AMAN

d. Tulangan Sengkang

V2 = Vu = 16,285 KN

= 16285 N

= 0,75

Tegangan geser yang terjadi akibat beton :

Vc = 1/6 . . bw . d

= 1/6 . . 250 . 388,5

= 88662,589 Nmm

Vc = 0,75 x Vc

= 0,75 x 88662,589

Page 170: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

245

= 66496,941 Nmm

Vu < Vc,

75532 N < 66496,941 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)

Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :

Av = 2. 1/4 . π . S2

= 2. / π 2

= 226,195 mm

2

Jarak yang dibutuhkan sengkang :

S max = d/2 = 388,5/2 = 194,25 mm

Dipakai S = 100 mm

Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Vs =

=

= 210904,218 Nmm

Va = (Vc + Vs )

= 0,75 (235954,3134 + 210904,218)

= 335143.90 Nmm

Vu < Va

16285 N < 335143.90 Nmm ....................(OK)

Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 100

e. Penulangan Torsi

ɸ = 0,6

T = 0,0782 kN.m

Tu =

= 0,0782

= 0,3128 kN.m

= 31280 N.mm

Tc =

=

= 10269797,95 N.mm

ɸ Tc = 0,6 x 10269797,95 = 6161878,772 N.mm

Tu < ɸ Tc (maka tidak perlu tulangan torsi)

31280 N.mm < 6161878,772 N.mm

Page 171: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

246

5. Balok Tipe BI3 20 cm x 40 cm ( Balok Induk )

a. Data balok :

Panjang bentang (L) = 4000 mm

Tinggi balok (h) = 400 mm

Lebar balok (b) = 200 mm

Selimut beton (p) = 40 mm

Tulangan pokok = D 19 mm

Tulangan sengkang = Ø 12 mm

β = 0,85

fy = 400 MPa (tulangan pokok)

fy = 240 MPa (tulangan sengkang)

fc' = 30 Mpa

d = h – p – Øs - × Dp

= 400 – 40 – 12 - × 19

= 338,5 mm = 0,3385 m

d’ = p + s + × Dp

= 40 + 12 + × 19

= 61,5 mm

pmin =

= 0,0035

b =

=

= 0,0325

max = 0,75 x b

= 0,75 x 0,0325 = 0,02438

Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14

V2 = 24,071 KN

T = 0,4199 KN.m

M3 Momen Tumpuan = 20,6260 KN.m

M3 Momen Lapangan = 22,8508 KN.m

b. Tulangan Tumpuan

Mmax = 20,6260 KN.m

Page 172: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

247

Mn =

=

= 25,7825 KN.m = 25,7825. 10

6 Nmm

m =

=

= 15,686

Rn =

=

= 1,126

ρ =

=

= 0,00288

min < < max,

0,0035 > 0,00288 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035

As ρ × b × d

= 0,0035 × 200 × 338,5

= 236,95 mm2

Menentukan jumlah tulangan

n =

=

= 0,83 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :

As = ¼ . π . D2 . n

= ¼ π 2 . 4 = 1133,54 mm

2

Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)

Cek Mu < Ø Mn

a =

=

= 88,941 mm

z = d -

= 338,5 -

= 294,03 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z

= 0,8 x 1134 x 400 x 294,03 x 10-6

= 106,698 KN.m

Mu (20,6260 KN.m) < Ø Mr (106,698 KN.m) AMAN

c. Tulangan Lapangan

Mmax = 22,8508 KN.m

Mn =

=

= 28,5635 KN.m = 28,5635. 10

6 Nmm

m =

=

= 15,686

Page 173: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

248

Rn =

=

= 1,246

ρ =

=

= 0,00319

min < < max,

0,0035 > 0,00319< 0,02438 Dipakai min = 0,0035

As ρ × b × d

= 0,0035× 200 × 338,5

= 236,95 mm2

Menentukan jumlah tulangan

n =

=

= 0,85 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :

As = ¼ . π . D2 . n

= ¼ π 2 . 4 = 1133,54 mm

2

Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)

Cek Mu < Ø Mn

a =

=

= 88,941 mm

z = d -

= 338,5 -

= 249,03 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z

= 0,8 x 1134 x 400 x 249,03 x 10-6

= 90,368 KN.m

Mu (22,8508 KN.m) < Ø Mr (90,368 KN.m) AMAN

d. Tulangan Sengkang

V2 = Vu = 24,071 KN

= 24071 N

= 0,75

Tegangan geser yang terjadi akibat beton :

Vc = 1/6 . . bw . d

= 1/6 . . 200 . 338,5

Page 174: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

249

= 61801,361 Nmm

Vc = 0,75 x Vc

= 0,75 x 61801,361

= 46351,021 Nmm

Vu < Vc,

24071 N < 46351,021Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)

Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :

Av = 2. 1/4 . π . S2

= 2. / π 2

= 226,195 mm

2

Jarak yang dibutuhkan sengkang :

S max = d/2 = 338,5/2 = 169,25 mm

Dipakai S = 100 mm

Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Vs =

=

= 183760,818 Nmm

Va = (Vc + Vs )

= 0,75 (61801,361 + 183760,818)

= 184171,63 Nmm

Vu < Va

24071 N < 184171,63 Nmm ....................(OK)

Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 100

e. Penulangan Torsi

ɸ = 0,6

T = 0,4199 kN.m

Tu =

= 0,4199

= 0,8398 kN.m

= 83980 N.mm

Tc =

Page 175: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

250

=

= 5842373,947 N.mm

ɸ Tc = 0,6 x 5842373,947 = 3505424,368 N.mm

Tu < ɸ Tc (maka tidak perlu tulangan torsi)

83980 N.mm < 3505424,368 N.mm

6. Balok Tipe BA3 20 cm x 35 cm ( Balok Anak )

a. Data Balok :

Panjang bentang (L) = 8000 mm

Tinggi balok (h) = 350 mm

Lebar balok (b) = 200 mm

Selimut beton (p) = 40 mm

Tulangan pokok = D 19 mm

Tulangan sengkang = Ø 12 mm

β = 0,85

fy = 400 MPa (tulangan pokok)

fy = 240 MPa (tulangan sengkang)

fc' = 30 Mpa

d = h – p – Øs - × Dp

= 350 – 40 – 12 - × 19

= 288,5 mm = 0,2885 m

d’ = p + s + × Dp

= 40 + 12 + × 19

= 61,5 mm

pmin =

= 0,0035

b =

=

= 0,0325

max = 0,75 x b

= 0,75 x 0,0325 = 0,02438

Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14

V2 = 2,495 KN

Page 176: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

251

T = 0,2630 KN.m

M3 Momen Tumpuan = 2,8963 KN.m

M3 Momen Lapangan = 4,7383 KN.m

b. Tulangan Tumpuan

Mmax = 2,8963 KN.m

Mn =

=

= 3,620 KN.m = 3,620. 10

6 Nmm

m =

=

= 15,686

Rn =

=

= 0,217

ρ =

=

= 0,000544

min < < max,

0,0035 > 0,000544 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035

As ρ × b × d

= 0,0035 × 200 × 288,5

= 201,95 mm2

Menentukan jumlah tulangan

n =

=

= 0,71 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :

As = ¼ . π . D2 . n

= ¼ π 2 . 4 = 1133,54 mm

2

Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)

Cek Mu < Ø Mn

a =

=

= 88,941 mm

z = d -

= 288,5 -

= 244,03 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z

= 0,8 x 1134 x 400 x 244,03 x 10-6

= 88,554 KN.m

Mu (2,8963 KN.m) < Ø Mr (88,554 KN.m) AMAN

Page 177: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

252

c. Tulangan Lapangan

Mmax = 4,7383 KN.m

Mn =

=

= 5,923 KN.m = 5,923. 10

6 Nmm

m =

=

= 15,686

Rn =

=

= 0,356

ρ =

=

= 0,0009

min < < max,

0,0035 > 0,0009 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035

As ρ × b × d

= 0,0035× 200 × 288,5

= 201,95 mm2

Menentukan jumlah tulangan

n =

=

= 0,713 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :

As = ¼ . π . D2 . n

= ¼ π 2 . 4 = 1133,54 mm

2

Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)

Cek Mu < Ø Mn

a =

=

= 88,941 mm

z = d -

= 288,5 –

= 244,03 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z

= 0,8 x 1134 x 400 x 244,03 x 10-6

= 88,554 KN.m

Mu (4,7383 KN.m) < Ø Mr (88,554 KN.m) AMAN

d. Tulangan Sengkang

V2 = Vu = 2,495 KN

= 2495 N

Page 178: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

253

= 0,75

Tegangan geser yang terjadi akibat beton :

Vc = 1/6 . . bw . d

= 1/6 . . 200 . 288,5

= 52672,653 Nmm

Vc = 0,75 x Vc

= 0,75 x 52672,653

= 39504,49 Nmm

Vu < Vc,

2495 N < 39504,49 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)

Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :

Av = 2. 1/4 . π . S2

= 2. / π 2

= 226,195 mm

2

Jarak yang dibutuhkan sengkang :

S max = d/2 = 288,5/2 = 144,25 mm

Dipakai S = 100 mm

Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Vs =

=

= 156617,418 Nmm

Va = (Vc + Vs )

= 0,75 (52672,653 + 156617,418)

= 156967,553 Nmm

Vu < Va

2495 N < 156967,553 Nmm ....................(OK)

Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 100

e. Penulangan Torsi

ɸ = 0,6

T = 0,2630 kN.m

Tu =

= 0,2630

Page 179: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

254

= 1,052 kN.m

= 105200 N.mm

Tc =

=

= 5112077,203 N.mm

ɸ Tc = 0,6 x 5112077,203 = 3067246,322 N.mm

Tu < ɸ Tc (maka tidak perlu tulangan torsi)

105200 N.mm < 3067246,322 N.mm

7. Balok Tipe BI4 18 cm x 35 cm ( Balok Induk )

a. Data balok :

Panjang bentang (L) = 3500 mm

Tinggi balok (h) = 350 mm

Lebar balok (b) = 180 mm

Selimut beton (p) = 40 mm

Tulangan pokok = D 19 mm

Tulangan sengkang = Ø 12 mm

β = 0,85

fy = 400 MPa (tulangan pokok)

fy = 240 MPa (tulangan sengkang)

fc' = 30 Mpa

d = h – p – Øs - × Dp

= 350 – 40 – 12 - × 19

= 288,5 mm = 0,2885 m

d’ = p + s + × Dp

= 40 + 12 + × 19

= 61,5 mm

pmin =

= 0,0035

b =

=

= 0,0325

max = 0,75 x b

Page 180: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

255

= 0,75 x 0,0325 = 0,02438

Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14

V2 = 24,145 KN

T = 0,0685 KN.m

M3 Momen Tumpuan = 14,6556 KN.m

M3 Momen Lapangan = 6,1346 KN.m

b. Tulangan Tumpuan

Mmax = 14,6556 KN.m

Mn =

=

= 18,3195 KN.m = 18,3195. 10

6 Nmm

m =

=

= 15,686

Rn =

=

= 1,223

ρ =

=

= 0,00314

min < < max,

0,0035 > 0,00314 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035

As ρ × b × d

= 0,0035 × 180 × 288,5

= 181,755 mm2

Menentukan jumlah tulangan

n =

=

= 0,64 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :

As = ¼ . π . D2 . n

= ¼ π 2 . 4 = 1133,54 mm

2

Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)

Cek Mu < Ø Mn

a =

=

= 98,824 mm

z = d -

= 288,5 -

= 239,088 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z

Page 181: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

256

= 0,8 x 1134 x 400 x 239,088 x 10-6

= 86,760 KN.m

Mu (14,6556 KN.m) < Ø Mr (86,760 KN.m) AMAN

c. Tulangan Lapangan

Mmax = 6,1346 KN.m

Mn =

=

= 7,669 KN.m = 7,669. 10

6 Nmm

m =

=

= 15,686

Rn =

=

= 0,512

ρ =

=

= 0,0013

min < < max,

0,0035 > 0,0013< 0,02438 Dipakai min = 0,0035

As ρ × b × d

= 0,0035× 180 × 288,5

= 181,755 mm2

Menentukan jumlah tulangan

n =

=

= 0,64 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :

As = ¼ . π . D2 . n

= ¼ π 2 . 4 = 1133,54 mm

2

Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)

Cek Mu < Ø Mn

a =

=

= 98,824 mm

z = d -

= 288,5 -

= 239,088 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z

= 0,8 x 1134 x 400 x 239,088 x 10-6

= 86,760 KN.m

Mu (6,1346 KN.m) < Ø Mr (86,760 KN.m) AMAN

Page 182: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

257

d. Tulangan Sengkang

V2 = Vu = 24,145 KN

= 24145 N

= 0,75

Tegangan geser yang terjadi akibat beton :

Vc = 1/6 . . bw . d

= 1/6 . . 180 . 288,5

= 47405,388 Nmm

Vc = 0,75 x Vc

= 0,75 x 47405,388

= 35554,041 Nmm

Vu < Vc,

24145 N < 35554,041 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)

Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :

Av = 2. 1/4 . π . S2

= 2. / π 2

= 226,195 mm

2

Jarak yang dibutuhkan sengkang :

S max = d/2 = 288,5/2 = 144,25 mm

Dipakai S = 100 mm

Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Vs =

=

= 156617,418 Nmm

Va = (Vc + Vs )

= 0,75 (47405,388 + 156617,418)

= 153017,10 Nmm

Vu < Va

24145 N < 153017,10 Nmm ....................(OK)

Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 100

e. Penulangan Torsi

ɸ = 0,6

Page 183: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

258

T = 0,0685 kN.m

Tu =

= 0,0685

= 0,1199 kN.m

= 11990 N.mm

Tc =

=

= 4140782,535 N.mm

ɸ Tc = 0,6 x 4140782,535 = 2484469,521 N.mm

Tu < ɸ Tc (maka tidak perlu tulangan torsi)

11990 N.mm < 2484469,521 N.mm

4.5.7. Perhitungan Tulangan Kolom

Desain dalam kolom ini dilakukan secara otomatis oleh SAP 2000. Program

SAP 2000 hanya akan memberikan kebutuhan luas tulangan yang diperlukan,

sedangkan untuk pemilihan diameter, jumlah atau jarak tulangan dilakukan secara

manual berdasarkan hasil hitungan luas tulangan oleh program.

1. Kolom 80 x 80 cm

Ukuran Kolom = 800 x 800 mm

Ø tul pokok (D) = 25 mm

Ø tul sengkang (Øs) = 14 mm

Selimut beton (p) = 40 mm

Mutu beton (Fc) = 30 Mpa

Mutu baja (Fy) = 400 Mpa

Pu = 394866,43 kg (Frame 1774)

= 3872,317 KN

= 3872317 N

Mu = 107,1157 KNm ( Frame 1774)

= 107115733,4 Nmm

Vu = 39,216 KN (Frame 1774)

= 39215,72 N

M22=Mu1= Mx = 12534,34 kg.cm

M33=Mu2= My = 1092276,48 kg.cm

Agr = 800 x 800

= 640000 mm2

Page 184: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

259

d = h – p – Øs - ØD

= 800 – 40 – 14 – 25

= 733,5 mm

d’ = h – d

= 800 – 733,5

= 66,5 mm

Beban mati pada struktur = 0,1 x 2400

= 240 kg/m2

Beban hidup pada struktur = 250 kg/m2

min = 0,0035 (tabel 6 Gideon seri 1 hal 50)

max = 0,0484 (tabel 8 Gideon seri 1 hal 52)

βd = 1,2D/(1,2D + 1,6L)

= 1,2 x 240/(1,2 x 240 + 1,6 x 250 )

= 0,419

a. Tulangan Utama

Dari analisis program SAP 2000 didapat:

Pu = 3872,317 KN = 3872317 N

Mu = 107,1157 KNm = 107115733,4 Nmm

Luas Penampang Kolom :

Ag = b x h = 800 mm x 800 mm = 640000 mm2

Persyaratan eksentrisitas minimal dari kolom :

emin = 0,1 x h = 0,1 x 800 = 80 mm

Eksentrisitas Beban :

et =

=

= 27,662 mm

cb =

=

= 440,1

ab = β1 x cb

= 0,85 x 440,1

= 374,085

Page 185: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

260

Pnb = 0,85 x fc x ab x b

= 0,85 x 30 x 374,085 x 800

= 7631334 N

Pn = 0,1 x fc x Ag

= 0,1 x 30 x 640000

= 1920000 N

Karena Pu = 3872317 N > 1920000 N, maka Ø = 0,65

Pn perlu =

=

= 5957410,769 N

Karena Pn perlu < Pnb analisis keruntuhan tarik

a =

=

= 292,03

Luas memanjang minimum

As =

=

= 3884,933 mm²

Ast = 1% x Ag

= 1% x 640000

= 6400 mm²

Sehingga, As yang digunakan adalah As = 6400 mm²

Jumlah tulangan yang digunakan :

n =

=

3, ≈ ula ga

Jadi As yang digunakan :

As = ¼ . π . D2 . n = ¼ . π . 25

2 . 14 = 6872 mm

2

Jadi tulangan yang dipasang pada Kolom 80 cm x 80 cm adalah

14 D 25 Dengan As = 6872 mm2

b. Tulangan Sengkang

Dari analisis program SAP 2000 didapat:

Page 186: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

261

Vu = 39,216 KN = 39215,72 N

Pu = 3872,317 KN = 3872317 N

Tegangan geser yang terjadi akibat beton :

Vc =

=

= 170370,228 Nmm

Vc = 0,75 x 170370,228 = 127777,671 Nmm

Vu (39215,72 N) < Vc (127777,671 Nmm)

Maka Tidak Diperluhkan Tulangan Geser

Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 14 mm ), maka :

Av = 2. 1/4 . π . S2

2 / π 2

= 307,72 mm

2

S max = d/2 = 733,5 /2 = 366,75 mm

Dipakai S = 200 mm

Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Vs =

=

= 270855,144 Nmm

Va = (Vc + Vs )

= 0,75 (170370,228 + 270855,144)

= 330919,029 Nmm

Vu < Va

39215,72 N < 330919,029 Nmm ....................(OK)

Maka Tulangan Geser yang Digunakan adalah 14 - 200

c. Pengaruh Tekuk Pada Kolom

Perhitungan Pengaruh Tekuk

Ec = 4700

= 4700

= 25742,9602 MPa

Page 187: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

262

= 257429,602 kg/cm2

Ig = 1/12 b h3

= 1/12 x 80 x 803

= 3413333,333 cm4

EIk =

EIk =

= 2,477 x 10

11

Momen Inersia Balok

Ig = 1/12 b h3

= 1/12 x 40 x 803

= 1706666,667 cm4

EIb =

EIb =

= 6,193 x 10

10

A = (EIk / lk) / (EIb / lb)

= (2,477 x 1011

/ 4) / (6,193 x 1010

/ 8)

= 8,0

Kekakuan relatif pada ujung bawah kolom

B = 0 ( Terjepit Pondasi )

Struktur portal diasumsikan sebagai portal tidak bergoyang, sehingga faktor

panjang efektif kolom (k) adalah,

K = 0,7 + 0,05 x (Ψa + ΨB)

= 0,7 + 0,05 x (8,0 + 0)

= 1,1

K = 0,85 + 0,05 x ΨB

= 0,85 + 0,05 x 0

= 0,85

Jadi faktor panjang efektif kolom yang dipergunakan untuk perhitungan adalah:

k = 0,85

Panjang tekuk kolom, Lc = k x Lu = 0,85 x 4 = 3,4 m

Page 188: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

263

Untuk kolom persegi,jari-jari inersia

( r ) = 0,3 h

= 0,3 x 80 = 24 cm

= 0,24 m

Rasio kelangsingan kolom, = Lc / r = 3,4 / 0,24 = 14,17

Lengkungan yang terjadi pada kolom adalah lengkung ganda

Mu1= -12534,34 kg.cm

Mu2 = 1092276,48 kg.cm

Batas kelangsingan kolom adalah :

34 – 12

=34 – 12

= 34,138

Pemeriksaan kelangsingan kolom

= Lc/r = 14,17 ≤ 34 - 12

= 34,138

Maka pengaruh tekuk tidak perlu ditinjau pada perhitungan penulangan kolom (

kolom termasuk kolom pendek )

2. Kolom 50 x 50 cm

Ukuran Kolom = 500 x 500 mm

Ø tul pokok (D) = 25 mm

Ø tul sengkang (Øs) = 14 mm

Selimut beton (p) = 40 mm

Mutu beton (Fc) = 30 Mpa

Mutu baja (Fy) = 400 Mpa

Pu = 12575,06 kg (Frame 1795)

= 123,319 KN

= 123319,20 N

Mu = 71,5585 KNm ( Frame 1774)

= 71712542,46 Nmm

Vu = 26,650 KN (Frame 1774)

= 26650,49 N

M22=Mu1= Mx = 299050,56 kg.cm

M33=Mu2= My = 731264,41 kg.cm

Page 189: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

264

Agr = 500 x 500

= 250000 mm2

d = h – p – Øs - ØD

= 500 – 40 – 14 – 25

= 433,5 mm

d’ = h – d

= 500 – 433,5

= 66,5 mm

Beban mati pada struktur = 0,1 x 2400

= 240 kg/m2

Beban hidup pada struktur = 250 kg/m2

min = 0,0035 (tabel 6 Gideon seri 1 hal 50)

max = 0,0484 (tabel 8 Gideon seri 1 hal 52)

βd = 1,2D/(1,2D + 1,6L)

= 1,2 x 240/(1,2 x 240 + 1,6 x 250 )

= 0,419

a. Tulangan Utama

Dari analisis program SAP 2000 didapat:

Pu = 123,319 KN = 123319,20 N

Mu = 71,5585 KNm = 71712542,46 Nmm

Luas Penampang Kolom :

Ag = b x h = 500 mm x 500 mm = 250000 mm2

Persyaratan eksentrisitas minimal dari kolom :

emin = 0,1 x h = 0,1 x 500 = 50 mm

Eksentrisitas Beban :

et =

=

= 581,52 mm

cb =

=

= 260,1

ab = β1 x cb

Page 190: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

265

= 0,85 x 260,1

= 221,085

Pnb = 0,85 x fc x ab x b

= 0,85 x 30 x 221,085 x 500

= 2818833,75 N

Pn = 0,1 x fc x Ag

= 0,1 x 30 x 250000

= 750000 N

Karena Pu = 123319,20 N < 750000 N, maka Ø = 0,80

Pn perlu =

=

= 154149 N

Karena Pn perlu < Pnb analisis keruntuhan tarik

a =

=

= 12,090

Luas memanjang minimum

As =

=

– –

= 203,67 mm²

Ast = 1% x Ag

= 1% x 250000

= 2500 mm²

Sehingga, As yang digunakan adalah As = 2500 mm²

Jumlah tulangan yang digunakan :

n =

=

= 5,095 ≈ 8 tulangan

Jadi As yang digunakan :

As = ¼ . π . D2 . n = ¼ . π . 25

2 . 8 = 3925 mm

2

Jadi tulangan yang dipasang pada Kolom 50 cm x 50 cm adalah

8 D 25 Dengan As = 3927 mm2

Page 191: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

266

b. Tulangan Sengkang

Dari analisis program SAP 2000 didapat:

Vu = 26,650 KN = 26650,49 N

Pu = 123,319 KN = 123319,20 N

Tegangan geser yang terjadi akibat beton :

Vc =

=

= 76968,89 Nmm

Vc = 0,75 x 76968,89 = 57726,668 Nmm

Vu (26650,49 N) < Vc (57726,668 Nmm)

Maka Tidak Diperluhkan Tulangan Geser

Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 14 mm ), maka :

Av = 2. 1/4 . π . S2

2 / π 2

= 307,72 mm

2

S max = d/2 = 433,5 /2 = 216,75 mm

Dipakai S = 150 mm

Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Vs =

=

= 213434,592 Nmm

Va = (Vc + Vs )

= 0,75 (76968,89 + 213434,592)

= 217802,612 Nmm

Vu < Va

26650,49 N < 217802,612 Nmm ....................(OK)

Maka Tulangan Geser yang Digunakan adalah 14 - 150

c. Pengaruh Tekuk Pada Kolom

Perhitungan Pengaruh Tekuk

Ec = 4700

Page 192: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

267

= 4700

= 25742,9602 MPa

= 257429,602 kg/cm2

Ig = 1/12 b h3

= 1/12 x 50 x 503

= 520833,33 cm4

EIk =

EIk =

= 3,78 x 10

10

Momen Inersia Balok

Ig = 1/12 b h3

= 1/12 x 40 x 803

= 1706666,667 cm4

EIb =

EIb =

= 6,193 x 10

10

A = (EIk / lk) / (EIb / lb)

= (3,78 x 1010

/ 4) / (6,193 x 1010

/ 8)

= 1,221

Kekakuan relatif pada ujung bawah kolom

B = 0 ( Terjepit Pondasi )

Struktur portal diasumsikan sebagai portal tidak bergoyang, sehingga faktor

panjang efektif kolom (k) adalah,

K = 0,7 + 0,05 x (Ψa + ΨB)

= 0,7 + 0,05 x (1,221 + 0)

= 0,761

K = 0,85 + 0,05 x ΨB

= 0,85 + 0,05 x 0

= 0,85

Page 193: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

268

Jadi faktor panjang efektif kolom yang dipergunakan untuk perhitungan adalah:

k = 0,761

Panjang tekuk kolom, Lc = k x Lu = 0,761 x 4 = 3,04 m

Untuk kolom persegi,jari-jari inersia

( r ) = 0,3 h

= 0,3 x 50

= 15 cm

= 0,15 m

Rasio kelangsingan kolom, = Lc / r = 3,04 / 0,15 = 20,27

Lengkungan yang terjadi pada kolom adalah lengkung ganda

Mu1= -12534,34 kg.cm

Mu2 = 1092276,48 kg.cm

Batas kelangsingan kolom adalah :

34 – 12

=34 – 12

= 34,138

Pemeriksaan kelangsingan kolom

= Lc/r = 20,27 ≤ 34 - 12

= 34,138

Maka pengaruh tekuk tidak perlu ditinjau pada perhitungan penulangan kolom (

kolom termasuk kolom pendek )

Page 194: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

269

4.6. Perhitungan Pondasi

Dalam perencanaannya, pondasi pada suatu struktur bangunan

diperhitungkan terhadap gaya aksial, gaya geser, dan terhadap momen lentur.

Pada perencanaan akan menggunakan pondasi tiang pancang dengan jenis spun

pile atau pancang bundar, dengan kapasitas daya dukung diperhitungkan

berdasarkan tahanan ujung (end Bearing), dan gesekan tiang dengan tanah

(friction). Dalam pemilihan jenis pondasi dapat dilihat berdasarkan:

1. Kondisi dan karakteristik tanah

2. Beban yang diterima pondasi

3. Biaya pelaksanaan

4. Letak geografis proyek

Gambar 4.86. Pemodelan Pondasi

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Autocad 2007

4.6.1. Pedoman Perhitungan Pondasi

1. SNI 03-2847-2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk

Bangunan Gedung Perkantoran.

4.6.2. Perencanaan Pondasi

Perhitungan pondasi direncanakan berdasarkan gaya maksimum pada

kombinasi pembebanan yang ada. Dalam perencanaan ini, pondasi yang

digunakan adalah jenis tiang spun pile dan untuk semua tiang harus

Page 195: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

270

bertumpu pada tanah keras. Penggunaan pondasi tiang kelompok

direncanakan dengan jarak antar tiang tidak lebih kecil dari 3 kali diameter

tiang dengan perencanaan pile cape dikelompokkan berdasarkan jumlah

tiang pancang dan dimensi kolom.

4.6.2.1. Data Tanah dan Daya Dukung Tanah

Dalam menentukan data tanah dan daya dukung tanah yang akan

digunakan pada perencanaan pondasi, data tanah didapat berdasarkan

penyelidikan tanah dari data Standart Penetrasion Test sebagai

berikut:

Tabel 4.62. Nilai SPT Pada Lokasi Pembangunan Gedung Kantor Dirjen Pajak

Kota Semarang

No Lapisan Konsisitensi Kedalaman N

1 Pasir Kelanauan Lepas 0,00 - 6,00 11 - 12

2 Pasir Halus Kelempungan Sangat Lepas 6,00 - 9,00 2

3 Lempung Campur Kerang Sangat Lunak 9,00 - 13,00 2

4 Lempung Sedikit Kerang Sangat Lunak 13,00 - 18,00 2 - 3

5 Lempung Lunak 18,00 - 20,00 5

6 Lempung Kelanauan Teguh 20,00 - 23,00 20 - 23

7 Lempung Kelanauan Kaku 23,00 - 26,00 22

8 Lempung Kepasiran Kaku 26,00 - 29,00 20 - 22

Sumber : Data Tanah Pada Pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang

Halaman 16

Pondasi spun pile yang direncanakan menggunakan diameter 50

cm dengan kedalaman 28 m. Dengan data sondir mesin berdasarkan

penyelidikan tanah dapat dihitung daya dukung tanah per 1 (satu)

pancang sebagai berikut:

Page 196: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

271

Tabel 4.63. Data Sondir Tanah Kedalaman 28 m Dengan Daya Dukung Tanah

No Titik Kedalaman

(m) D Pancang (cm)

Nilai Daya Dukung

(ton)

1 BH 2 28 50 71,93

Sumber : Data Tanah Pada Pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang

Halaman 21

4.6.2.2. Perencanaan Jumlah Spun Pile

Berdasarkan perhitungan, dipilih daya dukung tiang tunggal

terkecil yaitu: Qu = 71,93 ton dan direncanakan jumlah tiang pancang

dengan perhitungan awal gaya aksial pada joint yang mewakili untuk

perhitungan, dalam pengambilan data diambil dari data pada joint

terbesar dan didapat data sebagai berikut:

Tabel.4.64. Jumlah Tiang Pancang Perlu

Joint F3 Ptiang N

Type

Pancang Text Tonf Ton

1 108,5202 142,95 2 P - 2

2 158,5469 261,72 4 P - 4

3 203,2491 261,72 4 P - 4

4 203,3509 261,72 4 P - 4

5 157,878 261,72 4 P - 4

6 212,3263 261,72 4 P - 4

7 192,9608 261,72 4 P - 4

9 91,6799 142,95 2 P - 2

10 135,4737 142,95 2 P - 2

11 292,7853 380,49 6 P - 6

12 318,3369 380,49 6 P - 6

13 231,0471 261,72 4 P - 4

14 289,5416 380,49 6 P - 6

15 289,6336 380,49 6 P - 6

16 230,9389 261,72 4 P - 4

Page 197: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

272

17 158,356 261,72 4 P - 4

18 158,2154 261,72 4 P - 4

19 230,4764 261,72 4 P - 4

20 291,2395 380,49 6 P - 6

21 291,1173 380,49 6 P - 6

22 230,5667 261,72 4 P - 4

23 321,0206 380,49 6 P - 6

24 285,0674 261,72 4 P - 4

25 116,2071 142,95 2 P - 2

26 95,535 142,95 2 P - 2

27 330,9533 380,49 6 P - 6

28 271,355 261,72 4 P - 4

29 252,8454 261,72 4 P - 4

30 323,3659 380,49 6 P - 6

31 323,4913 380,49 6 P - 6

32 254,2739 261,72 4 P - 4

33 166,4885 261,72 4 P - 4

34 110,2986 142,95 2 P - 2

35 166,9049 261,72 4 P - 4

36 222,1156 261,72 4 P - 4

37 222,1096 261,72 4 P - 4

38 165,9871 261,72 4 P - 4

39 224,7534 261,72 4 P - 4

40 191,9513 261,72 4 P - 4

41 72,2017 142,95 2 P - 2

42 12,6832 142,95 2 P - 2

43 12,6818 142,95 2 P - 2

44 12,6839 142,95 2 P - 2

45 12,6802 142,95 2 P - 2

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel

Berdasarkan jumlah tiang pancang direncanakan pile cape dengan

beberapa tipe sebagai berikut :

Page 198: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

273

Gambar 4.87. Tampak Atas Pile Cape Tipe P-2

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Autocad 2007

Gambar 4.88. Tampak Atas Pile Cape Tipe P-4

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Autocad 2007

Page 199: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

274

Gambar 4.89. Tampak Atas Pile Cape Tipe P-6

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Autocad 2007

1. Menghitung efisiensi kelompok tiang pancang adalah dengan

rumus :

Keterangan :

m = jumlah baris x

n = jumlah baris y

d = jarak antar pancang

s = jarak pancang ke tepi pile cape

Hasil perhitungan nilai efisiensi kelompok tiang pancang (pile

cape) pada tipe P-2, P-4, dan P-6 yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.65. Efisiensi Pile Cape Group

No Type d s arc tan

m n Epg (cm) (cm) d/s

1 P-2 50 150 18,43 2 1 0,90

2 P-4 50 150 18,43 2 2 0,80

3 P-6 50 150 18,43 3 2 0,76

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel

Page 200: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

275

2. Pemeriksaan daya dukung kelompok pancang terhadap beban

yang bekerja

Untuk pemeriksaan daya dukung kelompok pancang terhadap

beban yang bekerja, diambil dari data joint pada tiap tipe dengan

nilai tertinggi, didapat seperti berikut:

Tabel 4.66. Pemeriksaan Daya Dukung Spun Pile Group

No Type Epg

P

Tiang Jumlah F3

Daya Dukung Check

(Ton) Tiang (Ton) Group (Ton)

1 P-2 0,90 142,95 2 135,474 < 256,627 Aman

2 P-4 0,80 261,72 4 285,067 < 832,450 Aman

3 P-6 0,76 380,49 6 330,953 < 1737,376 Aman

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel

Untuk gaya aksial dan momen di joint pada tipe P-2, P-4, dan

P-6 yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.67. Gaya Aksial Dan Momen Pada Joint

No Joint Type Pu Mx My

(Ton) (Ton.m) (Ton.m)

1 10 P-2 135,474 -0,0274 -0,5832

2 24 P-4 285,067 0,55866 -6,0246

3 27 P-6 330,953 0,01316 3,96802

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel

3. Pemeriksaan daya dukung per pancang :

Untuk tipe P-2 Check pada joint 10

Pu = 135,474 ton.m

Mu x = -0,0274 ton.m Mu y = -0,5832 ton.m

Keterangan :

My = momen pada sumbu y

Mx = momen pada sumbu x

Page 201: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

276

Xi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu X

Yi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu Y

n = jumlah tiang pancang

Untuk hasil pemeriksaan daya dukung pada tipe P-2 di joint 10

yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.68. Pemeriksaan Daya Dukung per Spun Pile Tipe P-2

No x y x² y² Pu/n Mx*y My*x P (Ton) Qu (Ton) Check

1 -0,75 0 0,563 0 67,7369 0 0,43739 68,1256 < 142,95 Aman

2 0,75 0 0,563 0 67,7369 0 -0,4374 67,3481 < 142,95 Aman

Total (∑) 1,125 0

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel

Untuk tipe P-4 Check pada joint 24

Pu = 285,067 ton.m

Mu x = 0,55866 ton.m Mu y = -6,0246 ton.m

Keterangan :

My = momen pada sumbu y

Mx = momen pada sumbu x

Xi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu X

Yi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu Y

n = jumlah tiang pancang

Tabel 4.69. Pemeriksaan Daya Dukung per Spun Pile Tipe P4

No x y x² y² Pu/n Mx*y My*x P (Ton)

Qu

(Ton) Check

1 -0,75 0,75 0,563 0,563 71,2669 0,4190 4,5184 73,461 < 261,72 Aman

2 0,75 0,75 0,563 0,563 71,2669 0,4190 -4,5184 69,445 < 261,72 Aman

3 -0,75 -0,75 0,563 0,563 71,2669 -0,4190 4,5184 73,089 < 261,72 Aman

4 0,75 -0,75 0,563 0,563 71,2669 -0,4190 -4,5184 69,072 < 261,72 Aman

Total (∑) 2,25 2,25

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel

Page 202: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

277

Untuk tipe P-6 Check pada joint 27

Pu = 330,953 ton.m

Mu x = 0,01316 ton.m Mu y = 3,96802 ton.m

Keterangan :

My = momen pada sumbu y

Mx = momen pada sumbu x

Xi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu X

Yi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu Y

n = jumlah tiang pancang

Tabel 4.70. Pemeriksaan Daya Dukung per Spun Pile Tipe P-6

No x y x² y² Pu/n Mx*y My*x P (Ton)

Qu

(Ton) Check

1 -0,75 0,75 0,563 0,563 82,7383 0,0099 -2,9760 81,419 < 380,49 Aman

2 0 0,75 0 0,563 82,7383 0,0099 0,0000 82,741 < 380,49 Aman

3 0,75 0,75 0,563 0,563 82,7383 0,0099 2,9760 84,064 < 380,49 Aman

4 -0,75 -0,75 0,563 0,563 82,7383 -0,0099 -2,9760 81,413 < 380,49 Aman

5 0 -0,75 0 0,5625 82,73833 -0,0099 0 82,735 < 380,49 Aman

6 0,75 -0,75 0,5625 0,5625 82,73833 -0,0099 2,9760 84,058 < 380,49 Aman

Total (∑) 2,25 3,375 82,7383

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel

4. Pemeriksaan Terhadap Geser Pons dan Geser Lentur Pons

Check geser pons untuk tipe P-2 pada joint 10

Beban Pondasi

Tebal Efektif Pile Cap

Page 203: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

278

Lebar Penampang Kritis (B’)

B’= Lebar Kolom + 2 (1/2) d

B’= 80 cm + 2 x ½ x 92,5 cm

B’= 172,5 cm

Gaya Geser yang bekerja

SNI-03-2847-2002 Pasal 13.123.2.1

= 3450 mm

Karena > Vu, maka Tulangan Geser Tidak Diperluhkan

Check geser pons untuk tipe P-4 pada joint 24

Beban Pondasi

Tebal Efektif Pile Cap

Page 204: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

279

Lebar Penampang Kritis (B’)

B’= Lebar Kolom + 2 (1/2) d

B’= 80 cm + 2 x ½ x 92,5 cm

B’= 172,5 cm

Gaya Geser yang bekerja

SNI-03-2847-2002 Pasal 13.123.2.1

= 3450 mm

Karena > Vu, maka Tulangan Geser Tidak Diperluhkan

Check geser pons untuk tipe P-6 pada joint 27

Beban Pondasi

Tebal Efektif Pile Cap

Page 205: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

280

Gaya Geser yang bekerja

SNI-03-2847-2002 Pasal 13.123.2.1

= 3450 mm

Karena > Vu, maka Tulangan Geser Tidak Diperluhkan

4.6.2.3. Perhitungan Penulangan Pile Cape

1. Perhitungan Momen Pada Pile Cape

Momen tipe P-2 pada joint 10

Momen tipe P-2 arah x = Mux maks P-2 = -0,0274 ton.m

Momen tipe P-2 arah y = Muy maks P-2 = 0,5832 ton.m

Momen tipe P-4 pada joint 24

Momen tipe P-4 arah x = Mux maks P-4 = 0,55866 ton.m

Momen tipe P-4 arah y = Muy maks P-4 = 6,0246 ton.m

Momen tipe P-6 pada joint 27

Momen tipe P-6 arah x = Mux maks P-6 = 0,01316 ton.m

Momen tipe P-6 arah y = Muy maks P-6 = 3,96802 ton.m

2. Perhitungan Tulangan Pile Cape

Pile Cap Tipe P-2

Perhitungan tulangan direncanakan

Tebal pile cape (h) = 100 cm

= 1000 mm

Dimensi Kolom = 80 x 80 cm

Page 206: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

281

Selimut Beton (p) = 75 mm

Diameter tulangan pokok = D 22

Tinggi efektif arah x

d = h – p ½ D tul.

= 1000 – 75 – ½ x 22

= 914 mm

Tinggi efektif arah y

d = h – p - D tul + ½ D tul

= 1000 – 75 - 22 - ½ x 22

= 892 mm

Mutu beton (f’c) = 30 Mpa 300 kg/cm2

Mutu tulangan (fy) = 400 Mpa 4000 kg/cm2

=

=

= 0,0035

b =

=

= 0,0325

= 0,75 x b

= 0,75 x 0,0325 = 0,02438

a. Tulangan Arah X

Moment = -0,0274 ton.m

Faktor tahanan momen maksimal

N.mm

Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,80

(pasal 11.3.2.1, SNI -03 -2847 -2002, hal 61 )

Moment nominal rencana

Faktor tahanan momen

Page 207: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

282

Rasio tulangan perlu

Rasio tulangan yang digunakan

Luas tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan dipakai

Digunakan

Luas tulangan dipakai

>

b. Tulangan Arah Y

Moment = 0,5832 ton.m

Faktor tahanan momen maksimal

N.mm

Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,80

Page 208: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

283

(pasal 11.3.2.1, SNI -03 -2847 -2002, hal 61 )

Moment nominal rencana

Faktor tahanan momen

Rasio tulangan perlu

Rasio tulangan yang digunakan

Luas tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan dipakai

Digunakan

Luas tulangan dipakai

>

Pile Cap Tipe P-4

Page 209: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

284

Perhitungan tulangan direncanakan

Tebal pile cape (h) = 100 cm

= 1000 mm

Dimensi Kolom = 80 x 80 cm

Selimut Beton (p) = 75 mm

Diameter tulangan pokok = D 22

Tinggi efektif arah x

d = h – p ½ D tul.

= 1000 – 75 – ½ x 22

= 914 mm

Tinggi efektif arah y

d = h – p - D tul + ½ D tul

= 1000 – 75 - 22 - ½ x 22

= 892 mm

Mutu beton (f’c) = 30 Mpa 300 kg/cm2

Mutu tulangan (fy) = 400 Mpa 4000 kg/cm2

=

=

= 0,0035

b =

=

= 0,0325

= 0,75 x b

= 0,75 x 0,0325 = 0,02438

a. Tulangan Arah X

Moment = 0,55866 ton.m

Faktor tahanan momen maksimal

N.mm

Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,80

(pasal 11.3.2.1, SNI -03 -2847 -2002, hal 61 )

Moment nominal rencana

Page 210: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

285

Faktor tahanan momen

Rasio tulangan perlu

Rasio tulangan yang digunakan

Luas tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan dipakai

Digunakan

Luas tulangan dipakai

>

b. Tulangan Arah Y

Moment = -6,0246 ton.m

Faktor tahanan momen maksimal

Page 211: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

286

N.mm

Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,80

(pasal 11.3.2.1, SNI -03 -2847 -2002, hal 61 )

Moment nominal rencana

Faktor tahanan momen

Rasio tulangan perlu

Rasio tulangan yang digunakan

Luas tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan dipakai

Digunakan

Luas tulangan dipakai

>

Page 212: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

287

Pile Cap Tipe P-6

Perhitungan tulangan direncanakan

Tebal pile cape (h) = 100 cm

= 1000 mm

Dimensi Kolom = 80 x 80 cm`

Selimut Beton (p) = 75 mm

Diameter tulangan pokok = D 22

Tinggi efektif arah x

d = h – p ½ D tul.

= 1000 – 75 – ½ x 22

= 914 mm

Tinggi efektif arah y

d = h – p - D tul + ½ D tul

= 1000 – 75 - 22 - ½ x 22

= 892 mm

Mutu beton (f’c) = 30 Mpa 300 kg/cm2

Mutu tulangan (fy) = 400 Mpa 4000 kg/cm2

=

=

= 0,0035

b =

=

= 0,0325

= 0,75 x b

= 0,75 x 0,0325 = 0,02438

a. Tulangan Arah X

Moment = 0,01316 ton.m

Faktor tahanan momen maksimal

N.mm

Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,80

(pasal 11.3.2.1, SNI -03 -2847 -2002, hal 61 )

Page 213: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

288

Moment nominal rencana

Faktor tahanan momen

Rasio tulangan perlu

Rasio tulangan yang digunakan

Luas tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan dipakai

Digunakan

Luas tulangan dipakai

>

b. Tulangan Arah Y

Moment = 3,96802 ton.m

Page 214: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

289

Faktor tahanan momen maksimal

N.mm

Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,80

(pasal 11.3.2.1, SNI -03 -2847 -2002, hal 61 )

Moment nominal rencana

Faktor tahanan momen

Rasio tulangan perlu

Rasio tulangan yang digunakan

Luas tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan dipakai

Digunakan

Luas tulangan dipakai

Page 215: BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR 4.1. Gambar 4.2. untuk tampak

290

>

Dan untuk rekap hasil perhitungan penulangan pile cape tipe P-2, P-4 dan P-6

adalah sebagai berikut

Tabel 4.71. Hasil Perhitungan Penulangan Pile Cape

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel