bab iv-pengertian agama

23
TERIMA KASIH TUHAN T’rimakasih Tuhan untuk kasih setiaMu Yang kualami dalam hidupku T’rimakasih Yesus untuk kebaikan Mu Sepanjang hidupku Terimakasih Yesusku buat Anug’rah yang Kau b’ri S’bab Hari ini Tuhan adakan syukur Bagimu

Upload: putrirahmimaharani

Post on 15-Jan-2016

285 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

dxhg

TRANSCRIPT

Page 1: Bab IV-pengertian Agama

TERIMA KASIH TUHAN

T’rimakasih Tuhan untuk kasih setiaMuYang kualami dalam hidupku T’rimakasih Yesus untuk kebaikan MuSepanjang hidupkuTerimakasih Yesusku buat Anug’rah yang Kau b’ri S’bab Hari ini Tuhan adakan syukur Bagimu

Page 2: Bab IV-pengertian Agama

PENGERTIAN AGAMA

I. Pengertian Agama Secara EtimologisKata “Agama” berasal dari dua kata “A” dan “GAMA” “A” artinya “Tidak” “GAMA” artinya “Kacau”Agama berarti : Tidak kacau, tersusun rapi dan teratur secara sistematis. Dari etimologi ini, berarti: •Agama menggambarkan suatu suasana yang teratur dan tidak kacau balau. •Agama adalah peraturan yang mengatur keadaan manusia dalam hubungannya dengan alam ghaib maupun sesama menyangkut budi pekerti.•Jika dikaitkan dengan tingkah laku, maka agama adalah Tindakan atau cara hidup yang teratur.

Page 3: Bab IV-pengertian Agama

Beberapa Pendapat Ahli Tentang Pengertian Agama1. Menurut H. Bahrum Rangkuti, agama “A” artinya “cara” dan “GAMA” artinya “jalan” Agama berarti : CARA BERJALAN SUPAYA SAMPAI KEPADA TUHAN.2. Menurut WJS. Purwadarminta (Kamus Bhs. Indonesia) Agama merupakan segenap kepercayaan (kepada Tuhan atau kepada Dewa) serta dengan kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.3. Dalam Ensiklopedi Indonesia : Dengan agama berarti pada umumnya manusia mengakui adanya sesuatu yang “SUCI” terdapat di dalam agama.

Page 4: Bab IV-pengertian Agama

Padam Umumnya, manusia mengakui adanya suatu “KUASA” yang melebihi segala sesuatu, dan dianggap sebagai sumber dan pencipta segala sesuatu yang ada.•“KUASA” yang dimaksud digambarkan dengan aneka fantasi dan mempersonifikasikannya dengan suatu bentuk yang tidak dapat dibayangkan dengan keberadaannya.•“KUASA” tersebut diyakini sebagai suatu tenaga (kekuatan) supranatural dan rohani yang meliputi seluruh alam semseta, dan dengan berbagai sebutan (Allah, Dewa, YHWH, Tuhan, Debata, Dewata, Kurios)

Page 5: Bab IV-pengertian Agama

4. Dalam Bahasa Latin “Agama” diterjemahkan dengan kata RELIGIO (Inggris, Prancis, Spanyol, German : Religion, Belanda : Religare) artinya memperlihatkan dengan seksama.

Jadi, Agama artinya Suatu SIKAP yang memperhatikan dengan seksama bentuk peraturan yang berlaku dalam komunitas-komunitas tertentu (penganutnya).

Sikap seperti ini muncul sebagai akibat dari adanya rasa takut individu dan kelompok terhadap sesuatu daya yang supranatural, yang dipahami sebagai kekuatan ilahi, dewa atau Tuhan.

Page 6: Bab IV-pengertian Agama

5. (Dr. WB. Sijabat) Dalam kata religio itu mencakup pengertian way of life, yaitu “adanya peraturan-peraturan tentang kebaktian dan kewajiban yang merupakan alat untuk mengikat dan mengutuhkan diri individu atau kelompok dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama dan alam sekitar.

6. (Lactanticus) memahami bahwa religi/religare/religio berarti sikap WAJIB seseorang untuk memuja Allah dengan benar.

7. (Cicero) religare berarti membulatkan hati/sikap orang percaya yang berbakti kepada Tuhan dengan setulus hati dan sungguh-sungguh.

Page 7: Bab IV-pengertian Agama

Agama merupakan suatu sarana individu atau kelompok untuk memperoleh ketenangan hidup melalui suatu proses ibadat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Dalam proses ibadah itu terjalin hubungan individu atau kelompok dengan suatua “KUASA” yang statusnya lebih tinggi dari individu atau kelompok tersebut.

Proses ibadat terjadi akibat adanya daya tarik individu atau kelompok pada sesuatu yang dianggap dapat memberikan bantuan atau perlindungan pada setiap yang membutuhkannya.

Ibadat dilakukan berdasarkan criteria yang dituntut oleh “KUASA” yang maha tinggi tersebut.

II. Definisi Agama

Page 8: Bab IV-pengertian Agama

Agama merupakan bentuk keimanan individu atau kelompok kepada yang maha kuasa. Bentuk keimanan itu dipergunakan sebagai pedoman hidup agar terhindar dari kekacauan hidup melalui perlindungan yang maha kuasa. Dengan pemahaman inilah muncul aneka ragam agama yang sesuai dan dilandasi oleh iman individu atau kelompok tertentu.SEBAGAI PERBANDINGANMenurut Shorter Ensiklopedi Of Islam, agama (bahasa Arab disebut din dipahami sebagai suatu lembaga illahi (wad’illah) yang memimpin manusia yang berakal menuju keselamatan dunia dan akhirat.

Page 9: Bab IV-pengertian Agama

Dari segi fungsi, agama berarti suatu pengikat masayarakat, dan dari substansial, agama dipahami sebagai suatu keterkaitan manusia terhadap suatu kuasa lain. E.S. Brigtman dalam bukunya A Philosophy of Religion mengatakan bahwa agama adalah suatu unsur pengabdian pada suatu kekuasaan yang dipercayai sebagai sesuatu yang menjadi asal mula, yang menambahkan dan mempertahankan nilai-nilai, baik dengan jalan melakukan upacara-upacara yang simbolis maupun melalui perbuatan-perbuatan lain secara individual dan sosial.

Page 10: Bab IV-pengertian Agama

Schleiermacher (seorang teolog yang mengembangkan teologi perasaan) mengatakan bahwa agama adalah perasaan serba tergantung dari manusia terhadap “kekuasaan dengan sang penguasa tertinggi”

Kesimpulan :Agama merupakan keprihatinan yang maha luhur dari manusia yang terungkap selaku jawabannyaterhadap panggilan dari yang maha kuasa dan maha kekal. Keprihatinan yang maha luhur (ultimate concern) ini diungkapkan dalam hidup manusia secara pribadi atau kelompok terhadap Tuhan, terhadap manusia dan terhadap alam semesta. Agama adalah sesuatu yang menjadikan manusia mempunyai hubungan dengan Tuhan dan dengan Agama merupakan realitas sosial. -------

Page 11: Bab IV-pengertian Agama

III. Ciri-ciri Agama

Ciri-ciri Umum :1.Kitab atau petunjuk-petunjuk yang dipedomani umatnya. Artinya dalam setiap agama sudah terdapat doktrin (ajaran) yang jelas dan mengikat dalam segala sapek kehidupan umatnya.2.Sebagian agama sudah menuangkan doktrinnya di dalam satu kitab (mis. Kristen, Islam, Budah, Hindu, Yahudi), namun sebagian agama masih dengan cara lisan atau tradisi (mis. Agama suku).

Page 12: Bab IV-pengertian Agama

Ciri-ciri Khusus : 1.Biasanya dipengaruhi oleh konteks awal lahirnya agama tersebut mis : Sebagian agama menekankan ratio atau akal untuk

menganggapi doktrin (ajaran) agama. Ratio atau akal dianggap lebih tinggi dari ajaran yang dianutnya. Ratiolah segala-galanya. Sebagian agama menekankan emosi atau

perasaan (lebih mengutamakan aspek kejiwaan dalam menghayati kehidupan agama), sehingga agama selalu idpahami dari segi kerohanian. Namun, ada juga yang lebih mengutamakan

tuntutan moralitas daripada yang lain.

Page 13: Bab IV-pengertian Agama

IV. Sejarah Terjadinya Agama

R. Maret (ahli kesusteraan Yunani) Agama yang ada di dunia berasal dari emosi atau getaran jiwa manusia.Perasaan kagum akan muncul secara emosional atas berbagai kejadian yang supranatural (diluar kemampuan akal manusia) yang diyakini sebagai akibat pengaruh suatu DAYA di luar manusia. DAYA ini menjadi central perhatian dan dipersonifikasikan menjadi “suatu yang ditakuti dan disembah.

Page 14: Bab IV-pengertian Agama

A.C. Kruyt (seorang Pendeta Belanda 1869-1949) Melalui studi agama Toraja) mengatakan, “manusia purbakala pecaya adanya suatu zat halus yang memberik kekuatan hidup dan gerak kepada banyak hal di dunia. Sehingga dia berpendapat, terjadinya agama adalah sebagai akibat adanya anggapan bahwa di dunia ini terdapat “SUATU KEKUATAN” yang dapat memberikan SESUATU terhadap manusia dan alam semesta. Selain itu, manusia purba meyakini adanya mahkluk halus sebagai penjelmaan dari manusia yang sudah mati, yang mempunyai kuasa untuk memberikan berkat dan kutuk. Karena itu, manusia wajib menyelaraskan hidupnya dengan tuntutan makhluk halus itu dalam bentuk ceremonial.

Page 15: Bab IV-pengertian Agama

Rudolf Otto (1869-1937). Terjadinya agama berkaitan dengan kepercayaan manusia dengan adanya dunia ghaib yang dianggap sebagai suatu kekuatan dahsyat dan keramat. Kekuatan ini mendorong manusia untuk menyatukan (mengikat) diri/hidupnya dengan dunia ghaib tersebut. Penyatuan ini dilakukan dalam bentuk ritual atau upacara ceremonial dan lama kelamaan menjadi kebiasaan dan menjadi agama resmi baginya.

Page 16: Bab IV-pengertian Agama

Edward B Tyler (archeology Inggris 1832-1917). Agama terjadi akibat adanya suatu “kekuatan” yang bergerak dalam diri manusia, kekuatan ini dipahami sebagai jiwa yang lepas dari manusia setelah kematian. Jiwa ini bergerak bebas menurut kehendaknya dan dapat bertindak di luar kemampuan manusia (makhluk halus). Karenanya manusia menjadi takut dan menghormatinya sehingga berupaya menyelarsakan hidupnya (tunduk) kepada makhluk halus tersebut.

Wilhem Schmidt (1868-1954) Seorang guru besar antropologi Austria

Agama terjadi dari adanya Titah Tuhan kepada manusia ketika Dia muncul di dunia ini sebagai dewa pencipta.

Page 17: Bab IV-pengertian Agama

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat kita pahami:

1. Agama terjadi atas keinginan manusia itu sendiri (ide munculnya suatu agama berasal dari pihak manusia, bukan dari Tuhan atau dari kekuatan supranatural itu.

2. Manusia menginginkan hidup yang tenteram dan damai, sehingga manusia mengupayakan jalan dan cara memperolehnya dengan cara meng”iman”i suatu daya yang yang member manfaat keamanan dan kesejahteraan.

Page 18: Bab IV-pengertian Agama

IV. Fungsi Agama (Secara Systematis)1. Agama membimbing umatnya mengenal Penciptanya2. Agama menyadarkan umatnya agar melaksanakan kehendak penciptanya dalam memelihara dan menyelamatkan karya ciptaannya.3. Agama membimbing umatnya ke jalan yang benar4. Agama menyadarkan umatnya memperjuangkan persatuan masyarakat dan mengupayakan harmonisasi seluruh masyarakat yang beraneka suku, bahasa dan kebudayaan.

DARI KEEMPAT FUNGSI INI, AKAN DIPEROLEH KESAN BAHWA FUNGSI AGAMA MERUPAKAN SUATU REALITAS SOSIAL YANG BERKAITAN

DENGAN JAWABAN (RESPON) MANUSIA TERHADAP TUHAN

Page 19: Bab IV-pengertian Agama

Agama ditandai dengan penampakan hubungan antara manusia dengan Tuhan atau suatu kuasa yang status/kuasanya dianggap lebih tinggi dari manusia.

Untuk Kuasa yang lebih tinggi (supranatural) ini, manusia memberi nama : Allah, Yahweh, Dewa/Dewi, Kurios, Debata, dll)

Awal hubungan manusia kepada Tuhan tidak semua sama di dalamSetiap agama.Ada agama yang mengajarkan bahwa awal hubungan manusia dengan Tuhan, karena Tuhan memperkenalkan diriNya kepada manusiamelalui wahyu (penyingkapan)Ada juga agama yang mengajarakan bahwa awal hubungan manusiadengan Allah terjadi akibat kesadaran manusia tentang dirinya dantentang alam semesta.

Page 20: Bab IV-pengertian Agama

Agama wahyu dan agama bukan wahyu memiliki beberapa perbedaan antara lain:1.Agama Wahyu berkonsep kepada ke-esa-an, sementara agama bukan wahyu tidak.2.Agama Wahyu adalah agama Missioner, sementara agama bukan wahyu tidak

Namun yang pasti setiap agama mempunyai hubungan yang mutlak dan langsung kepada Allah. Hal ini ditandai dengan adanya penggambaran antropomorphisme manusia kepada Allah.

penggambaran antropomorphisme, membuat Allah itu konkrit dalam segala aspek hidup dan kehidupan manusia.

Page 21: Bab IV-pengertian Agama

Agama yang lahir, tumbuh dan berkembang di suatu daerah dipengaruhi oleh budaya dan sistem kehidupan masyarakat setempat. Kemudian berkembang secara luas ke berbagai daerah yang tentunya sudah memiliki budaya dan sistem pengaturan tertentu.

Dengan demikian Agama yang pada mulanya sudah memiliki pengaruh dari budaya dan sistem di mana ia lahir, akan berinteraksi dengan budaya dan system kehidupan daerah di mana agama itu berkembang.

Dalam hal mempengaruhi, sulit ditentukan seberapa jauh agama tersebut mempengaruhi budaya dan system masyarakat setempat, atau sebaliknya seberapa jauh budaya dan system masyarakat setempat mempengaruhi Agama.

Page 22: Bab IV-pengertian Agama

Dari penjelasan ini kita dapat melihat bahwa agama merupakan REALITAS SOSIAL, di mana1.Agama dapat berguna untuk memberikan suatu pranata baru atau sedikitnya mengukuhkan nilai-nilai yang sudah ada pada suatu masyarakat tertentu.2.Agama dapat juga melahirkan suatu pranata sosial yang baru yang bertentangan dengan sistem pengaturan masyarakat yang sudah berlaku (kontradiktif).

Agama, baik cepat atau lambat akan menggeser sistem kehidupan masyarakat yang lama karena tidak sesuai dengan misi agam tersebut. 3. Agama dapat juga memadukan (mensintesekan) unsur-unsur agama tersebut dengan sistem pengaturan masyarakat yang ada, serta memodifikasi untuk pembaharuan sistem (tanpa menghilangkan maknanya

Page 23: Bab IV-pengertian Agama

Sebagai Refleksi:

Jika kita berbicara tentang agama-agama di Indonesia, pertanyaannya adalah: seberapa jauh agama itu membantu terwujudnya masyarakat Indonesia yang harmonis, rukun dan sejahtera?

Dengan ajaran, sistem dan corak agama yang berbeda-beda, sebaiknya setiap agama MENYADARI bahwa ia (agama) hidup di dalam suatu masyarakat yang telah mempunyai aturan dan pranata bermasyarakat yang sudah jelas dan mantapdi suatu negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Dengan demikian Agama sebagai realitas sosial tidak harus bertentangan dengan lembaga sosial yang sudah ada, melainkan agama harus mengisi dan memberikan kontribusi positif bagi lembaga tersebut. Agama dalam peran sosialnya harus mengarahkan pranata yang sudah ada agar benar-benar melayani DEMI KESEJAHTERAAN masyarakat secara holistik.