bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. gambaran...

39
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah berdiri sejak tahun 1983. Tanjung Desa Batu Merah adalah bagian dari Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Letak titik koordinat Desa Batu Merah berada pada 3 0 41’6 LS dan 128 0 11’10 BT. Salah satu bagian dari desa ini dikenal dengan nama Batu Merah Dalam, karena letaknya di lembah yang diapit oleh lereng Batu Merah (Utara), lereng Karang Panjang (Selatan), Asrama ABRI AD (Barat) dan Kampung Geser (Timur). Penduduk Desa Batu Merah mayoritas beragama Islam (90%). Sedangkan di Desa bagian Selatan Batu Merah dalam dan Tanjung Batu Merah (Desa Batu Merah bagian Utara) mayoritas masyarakat beragaman beragama Kristen Prostestan. Tempat Lokalisasi Desa Batu Merah ditempati oleh Pekerja Seks Komersial (PSK) yang tercatat sampai tahun 2015 sebanyak 187-200 orang. Disekitar daerah lokalisasi tersebut, ada beberapa rumah warga yang tinggal dekat dengan tempat prostitusi. Para PSK tinggal di 46 kos dan terbagi dalam 3 kompleks besar yang masih ada dalam lokasi yang sama. Dalam satu kos terdapat 5-10 kamar yang digunakan sebagai tempat

Upload: doque

Post on 02-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah

Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah berdiri sejak tahun

1983. Tanjung Desa Batu Merah adalah bagian dari Kecamatan

Sirimau Kota Ambon. Letak titik koordinat Desa Batu Merah

berada pada 3041’6 LS dan 128011’10 BT. Salah satu bagian dari

desa ini dikenal dengan nama Batu Merah Dalam, karena

letaknya di lembah yang diapit oleh lereng Batu Merah (Utara),

lereng Karang Panjang (Selatan), Asrama ABRI AD (Barat) dan

Kampung Geser (Timur). Penduduk Desa Batu Merah mayoritas

beragama Islam (90%). Sedangkan di Desa bagian Selatan Batu

Merah dalam dan Tanjung Batu Merah (Desa Batu Merah bagian

Utara) mayoritas masyarakat beragaman beragama Kristen

Prostestan.

Tempat Lokalisasi Desa Batu Merah ditempati oleh

Pekerja Seks Komersial (PSK) yang tercatat sampai tahun 2015

sebanyak 187-200 orang. Disekitar daerah lokalisasi tersebut,

ada beberapa rumah warga yang tinggal dekat dengan tempat

prostitusi. Para PSK tinggal di 46 kos dan terbagi dalam 3

kompleks besar yang masih ada dalam lokasi yang sama. Dalam

satu kos terdapat 5-10 kamar yang digunakan sebagai tempat

2

tinggal sekaligus tempat melayani pelanggan. Sebelum

melakukan pelayanan, terjadi transaksi antara pelanggan dan

para PSK yang berlangsung di lorong–lorong tempat tinggal para

PSK. Kegiatan ini dimulai di malam hari sekitar pukul 19.00 WIB.

Oleh karena itu, peneliti melakukan wawancara di siang hari agar

tidak mengganggu aktivitas para PSK.

4.2. Karakteristik Partisipan

Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah PSK

yang sedang aktif bekerja dan tinggal di Lokalisasi Tanjung Desa

Batu Merah Kota Ambon.Dari Tiga partisipan yang diteliti oleh

peneliti, dua Partisipan yaitu Partisipan 1 (P1) Ny. E berusia 38

tahun dan Partisipan 2 (P2) Nn. I berusia 28 tahun berasal dari

daerah yang sama yaitu jawa. Kedua partisipan ini

menghabiskan tingkat pendidikannya pada bangku Sekolah

Dasar (SD). Status perkawinan kedua partisipan berbeda

Partisipan 1 (P1) bercerai dan Partisipan 2 (P2) belum menikah.

Lama bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) pada

Partisipan 1 (P1) 10 Tahun dan Partisipan 2 (P2) 8 Tahun.

Sedangkan untuk Partisipan 3 (P3) Sdr. O berusia 26 tahun

mengahabiskan masa pendidikan pada Sekolah Menengah Atas

(SMA) belum menikah dan bekerja sebagai Pekerja Seks

Komersial (PSK) selama 5 tahun.

3

4.3. Hasil Penelitian

4.3.1. Riset Partisipan 1 Ny. E (P1)

Gambar 1.1 Partisipan 1

Ny. E terlahir sebagai anak kedua dari dua orang

bersaudara.Ny. E menikah di usia 18 tahun, dengan alasan telah

mengandung 4 bulan. Hal ini yang mendorong Ny. E untuk

mengambil keputusan untuk menikah di usia muda. Setelah

menikah, Ny. E dibawa ke Sorong menikah, tempat suaminya

bekerja. Pekerjaan Ny E. setelah menikah adalah mengurus

anak dan suaminya. Beberapa waktu berselang, rumah tangga

Ny. E mengalami masalah ekonomi, sehingga suami Ny. E

memaksanya untuk mencari pekerjaan dengan tujuan membantu

keuangan keluarga mereka. Namun keinginan suaminya ini tidak

segera dilaksanakan oleh Ny. E. Hal ini dinilai sebagai

ketidakpatuhan oleh suami Ny E yang kemudian menimbulkan

4

konflik didalam rumah tangga mereka. Ny E selalu dimarahi oleh

suaminya karena permasalahan ini.

Ny. E menuturkan kepada peneliti bahwa, alasannya

belum mencari pekerjaan karena anak–anak masih

membutuhkan pendampingan Ny E, sedangkan mereka tidak

mampu untuk menggaji seorang pegasuh anak. Oleh karena itu,

Ny. E lebih memilih untuk tinggal di rumah dan mengurus anak.

Suami Ny. E tidak setuju dengan alasan yang disampaikan. Bagi

suami Ny. E, itu hanya alasan Ny. E untuk tidak bekerja. Masalah

ini menjadi alasan bagi suaminya untuk mencari wanita lain.

Setelah kejadian itu, suami Ny. E jarang pulang ke

rumah.Ny. E tidak lagi mendapatkan nafkah seperti bulan-bulan

sebelumnya. Dengan rasa cemas Ny.E secara diam-diam

mencari tahu alasan mengapa suaminya jarang pulang ke

rumah. Dari informasi yang didapatkan dari teman-teman kerja

suaminya bahwa, suami Ny. E sering dijumpai bersama dengan

wanita lain. Sejak saat itu, Ny. E hanya memendam rasa

kecurigaan terhadap perilaku suaminya. Hal ini berlangsung

setiap hari saat suaminya pulang ke rumah. Namun, pada suatu

saat Ny. E tidak lagi mampu menahan rasa kesal dan sakit hari

dengan sikap suaminya yang jarang pulang ke rumah dan tidak

memperhatikan keluarganya. Dengan tidak sabar Ny. E

mengatakan kepada suaminya “Saya tahu sekarang kamu punya

5

wanita lain dan tidak seperti biasanya kamu jarang pulang rumah”.

Suami Ny. E tidak hanya diam dan mendengarkan apa yang

dikatakann Ny. E melainkan suaminya membalas dengan

mengatakan bahwa bukan hanya berselingkuh saja tetapi

sayasudah menikahi wanita lain dan sekarang saya ingin untuk

kita bercerai saja. Lagi pula apa yang bisa kamu lakukan untuk

menghidupi kedua anakmu.

Mendengarkan apa yang dikatakan suaminya Ny. E

sangat sedih dan tidak percaya dengan kenyataan ini. Tetapi Ny.

E berusaha menegaskan kembali pernyataan suaminya. Hal ini

dibalas dengan permintaan cerai dari Suami Ny. E dan

menyerahkan hak pengasuh anak-anak kepada Ny. E Hal ini

membuat Ny. E terpukul dan mengalami kekecewaan yang

mendalam. Sejak kejadian itu, suami Ny E. tidak pernah pulang

ke rumah.

Ny. E memilih untuk kembali ke kampung halaman

orangtuanya bersama kedua anak. Kehidupan sehari-hari dari

Ny. E di kampung hanya membantu kedua orangtuanya

mengurus sawah setiap harinya.Setiap kali bekerja, Ny E. selalu

mendapat cibiran dan tekanan dari para tetangga, karena

menganggap orang yang merantau seharusnya telah menjadi

sukses dan memperoleh harta yang berlimpah. Awalnya, sindiran

ini tidak dipedulikan oleh Ny. E, namun diam-diam timbul rasa

6

malu dan bersalah kepada kedua orangtuanya karena Ny. E

merasa belum mampu membahagiakan kedua orangtua.

Ocehan para tetangga menjadi motivasi bagi Ny. E untuk

mencari pekerjaan lain untuk mendapatkan uang demi

memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan dirinya, anak-anak

maupun kedua orangtuanya. Suatu ketika, Ny. E mendapatkan

tawaran dari temannya untuk bekerja di Ambon sebagai pelayan

kafe. Temannya ini menjelaskan bahwa dengan pekerjaan

seperti itu, Ny. E akan mendapatkan banyak uang dengan

mudah. Teman Ny. E ini mengatakan hal tersebut untuk

mengajak Ny. E sekaligus membantu mencari pekerjaan yang

menurutnya mudah untuk mendapatkan uang dengan cepat.

Tidak ada alasan lain untuk menolak tawaran ini karena Ny. E

sangat membutuhkan pekerjaan dan uang demi memenuhi

segala kebutuhan kehidupannya. Dengan bermodalkan

kepercayaan kepada temannya, yang dibuktikan dengan gaya

hidup yang mewah yang ditunjukan temannya ini, maka Ny. E

lalu mengambil tawaran pekerjaan sebagai pelayan kafe.

Kenyataan tak seindah mimpi, pekerjaan yang akan

dijalaninya ini bukan hanya sebagai pelayan kafe saja namun

akan melayani setiap pelanggan laki-laki yang datang jika ingin

melakukan hubungan seksual. Pertama kali bekerja Ny. E

bingung dan terkejut saat melihat temannya melayani pelanggan

7

dan langsung masuk ke kamar untuk melakukan hubungan

seksual layaknya profesi pekerja seks komersial (PSK). Awalnya

Ny. E ragu untuk melakukan hal yang sama. Namun, besarnya

pendapatan setelah melakukan pekerjaan ini, maka Ny E

terbiasa untuk melakukan profesi barunya sebagai PSK.

Pengetahuan Ny. E tentang HIV/AIDS terkait definisi,

penyebab, cara penularan, tanda dan gejala dan cara

pencegahan masih kurang. Hal ini didukung dengan hasil

wawancara dengan partispan Ny.E, bahwa:

”HIV/AIDS itu penyakit menular mba diakibatkan dari virus

HIV yang lama-kelamaan bisa menjadi AIDS. Penyebabnya

karena tidak menggunakan kondom saat berhubungan,

menularnya itu melalui darah, sperma, cairan vagina, air

susu dan penggunaan jarum suntik yang dipakai berganti-

ganti. Pencegahannya jangan sampai terkenal darah dan

sperma dari pelanggannya “P1W1 31”.

4.3.1.1. Faktor Pendorong Perilaku Beresiko HIV/AIDS

a. Faktor Biologis

Menurut Ny. E kebutuhan seks harus

dipenuhinya setiap hari. Kebutuhan seks dipenuhinya

dengan melayani para pelanggan yang datang setiap

8

malam. Biasanya dalam semalam Ny. E melayani

pelanggan 2-3 orang. Kegiatan ini dianggap sebagai

rutinitas yang dapat menghasilkan uang demi

memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini dipertegas

dengan pernyataan Ny.E, sebagai berikut:

“Kalau menurut saya kebutuhan seks itu sangat

penting dan harus dipenuhi setiap hari “P1W2 55”.

“Sekarang pelanggannya sudah berkurangpaling

tinggi 2-3 orang dalam semalam yang datang”P1W2

34”.

b. Faktor Psikologis

Rasa kekecewaan yang mendalam terhadap

sikap suaminya membuat Ny. E mengambil

keputusan untuk pulang kepada kedua orang tuanya

dengan membawah kedua anaknya. Dengan rasa

sakit hati Ny. E juga berjanji untuk berusaha

menghidupi kedua anaknya dan membuktikan

kepada suaminya bahwa Ny. E mampu

menghidupkan kedua anaknya tanpa mengemis

sepeser uang pun dari suaminya. Hal ini yang

melatarbelakangi sehingga Ny. E menerima

pekerjaan dari temannya menjadi seorang Pekerja

9

Seks Komersial (PSK). Hal ini dipertegas dengan

pernyataan Ny.E, bahwa:

“Sejujurnya saya kecewa dan sakit hati karena suami

saya berbuat seperti itu. Saya sangat marah karena

dia tahu benar akan kondisi yang menghambat

sampai saya tidak bisa bekerja “P1W1 24”.

“Aduh mba, gimana ya semua perempuan pasti akan

merasakan hal yg sama seperti apa yang saya

rasakan. Suami saya menikah sebelum kami

berpisah. Hal itu yang membuat saya tidak menerima

bahkan sepertinya dia tidak menghargai saya.

Karena dipikirnya selama ini saya hanya

mengharapkannya untuk mencari uang “P1W1 25”.

“Semua urusan terkait anak suami saya sudah lepas

tangan dan saya sendiri yang harus mengurusnya

“P1W1 27”.

c. Faktor Ekonomi

Status ekonomi rendah dapat mempengaruhi

seseorang berperilaku. Hal ini terjadi pada Ny. E,

untuk bertahan hidup demi mendapatkan apa yang

dinginkan dan dibutuhkan Ny. E

10

harusmempertahankan profesinya sebagai Pekerja

Seks Komersial (PSK) dengan berperilaku beresiko.

Melakukan hubungan seks dengan para pelanggan

sudah menjadi kebiasaan dari Ny. E untuk

menghasilkan uang. Hal ini dipertegas dengan

pernyataan Ny.E, bahwa:

“Kalau pelanggannya baik saya dapat banyak

mba.Biasanya 500-700 ribu satu malam “P1W2 70”.

“Bagi saya pekerjaan ini lebih mudah untuk

mendapatkan uang “P1W2 69”.

“Kalau tidak ada pelanggan saya merasa sedikit sulit

mba, kan saya juga membutuhkan uang untuk dikirim

buat anak sekolah “P1W2 6”.

d. Faktor Lingkungan Sosial

Lingkungan tempat tinggal Ny. E memberikan

penilaian negatif terhadap keputusan yang diambil

oleh Ny. E untuk kembali kepada kedua orang tuanya

dan membantu mengelolah sawah. Keadaan

lingkungan tempat tinggal seseorang menjadi sangat

penting terkait nyaman atau tidaknya seseorang

berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

pada Ny.E, masyarakat disekitar tempat tinggal Ny. E

11

menganggap bahwa seharusnya Ny. E itu pulang ke

kampung membawah harta yang melimpah karena

sudah lama pergi dan merantau bukan kembali

kepada orang tuanya dan menyusahkan mereka.

Kondisi ini berpengaruh terhadap keputusan yang

diambil oleh Ny. E untuk berusaha mencari pekerjaan

lain dan mampu menunjukan kepada lingkungan

tempat tinggalnya bahwa Ny. E mampu memberikan

yang terbaik kepada kedua orang tuanya. Hal ini

dipertegas dengan pernyataan Ny.E, bahwa:

“Lingkungan saya itu orangnya suka memperhatikan

orang lain. Kalau ada apa-apa yang aneh pasti

diceritakan ke tetangga. Waktu saya diketahui cerai

sama suami dan pulang ke kampung para tetangga

suka sibuk sendiri tanya-tanya kenapa harus pulang

ke kampung. Lebih sakitnya lagi mereka bilang ke

saya kok balik kampung dan kerjanya garap

sawahP1W2 62”.

“Saya sangat marah mba saat di kata-katain oleh

mereka tapi saya diamkan saja “P1W2 63”.

4.3.1.2. Perilaku Beresiko Tertular HIV/AIDS

a. Perilaku Seksual Berganti-Ganti Pasangan

12

Hasil wawancara dengan Ny. E bahwa, dalam

sehari Ny. E mendapatkan 2-3 pelanggan bahkan

itupun ada yang lebih. Banyaknya pelanggan yang

datang sama sekali Ny. E tidak mengetahui kondisi

kesehatan dari pelanggannya seperti riwayat

penyakit menular yang pernah dialami. Kegiatan

berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan

seksualterus dilakukan setiap hari. Hal ini dipertegas

dengan pernyataan Ny.E, bahwa:

“Dulu di sini rame sekali mba bisa sampe 10 orang

lebih dalam semalam, ya kalau sekarang

pelanggannya sudah berkurang mba paling tinggi 2-3

orang yang datang dalam semalam“P1W1 15”.

b. Perilaku seksual melalui vaginal, anus dan seks oral

Dalam melakukan hubungan seksual dengan

para pelanggan kebiasan yang dilakukan oleh Ny. E

yaitu melakukan hubungan seksual melalui lubang

anus dan vagina. Kebiasaan ini tidak menentu

berapa lama berhubungan dan berapa kali dalam

semalam melakukan hubungan seksual. Hal ini dapat

dipertegas dengan pernyataan Ny.E, bahwa:

13

“Biasanya kamiduduk berdekatan dulu,

ciuman,pegang-pegangan setelah itu masuk kamar

dan kami melakukan hubungan seksual selayaknya

suami dan istri “P1W1 46”.

“Gaya yang dipakai teragantung pelanggan yang

meminta. Sering diminta lewat lubang anus dan

vagina “P1W1 47”.

4.4.1. Riset Partisipan 2 Nn.I (P2)

Gambar 1.2 Partisipan 2

Nn.I berusia 28 tahun adalah anak kedua yang lahir dan

dibesarkan dari latar belakang keluarga yang status ekonominya

rendah. Nn. I lahir dan dibesarkan oleh saudara perempuan dari

ibu kadung partisipan yang telah dianggap oleh Nn. I sebagai ibu

kandungnya. Sebelum Nn. I lahir, kedua orang tuanya telah

berpisah karena hubungan yang tidak direstui oleh keluarga. Nn.I

14

mengatakan kepada peneliti bahwa sepertinya saya adalah

korban atas kesalahan dari kedua orangtua saya. Sampai-

sampai saya harus berhenti bersekolah dan membantu ibu untuk

mencari uang. Namun bagi Nn. I itutelah menjadi hal biasa untuk

dijalaninya.

Dengan latar belakang kehidupan yang status

ekonominya rendah menuntut Nn. I harus mencari pekerjaan

demi bertahan hidup. Saat diwawancara Nn. I mengatakan

bahwa menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) bukanlah suatu

keinginan ataupun cita-cita yang diharapkannya. Baginya

terjerumus dalam dunia prostitusi bukanlah suatu kesalahan

terbesar yang harus dihadapi. Baginya ini adalah sebuah pilihan

untuk seseorang mendapatkan apa yang diinginkan. Semua

usaha yang telah dilakukan Nn. I untuk mendapatkan pekerjaan

yang baik tidak pernah berhasil. Sebelum mengenal akan dunia

prostitusi ini Nn. I sudah berusaha mencari pekerjaan lain seperti

mendaftarkan diri di beberapa perusahan dan kantor namun

yang didapatkannya ialah kegagalan. Ketika kegagalan itu terus

dirasakannya, Nn. I mulai berkecil hati dan merasa bahwa

memang tidak selayaknya ia mendapatkan pekerjaan seperti

yang telah ia inginkan. Karena pekerjaan tersebut membutuhkan

status pendidikan yang lebih tinggi sedangkan status pendidikan

yang dimiliki oleh Nn. I tidaklah sama.

15

Nn.I ditinggalkan oleh ibu kandungnya saat berusia 5

bulan kejadian ini diceritakan oleh ibu angkatnya. Semenjak saat

itu Nn.I diurus dan dibesarkan oleh ibu angkatnya. Kehidupan ibu

angkat dari Nn. I sangat sederhana. Untuk memenuhi kehidupan

sehari-hari saja sangat sulit. Ibu angkatnya harus menjual jasa

untuk mendapatkan uang membeli bahan-bahan makanan

maupun kebutuhan sehari-hari. Hal ini yang membuat Nn. I tidak

dapat menyelesaikan sekolahnya, ia hanya bersekolah sampai

pada usia 9 tahun. Setelah berhenti dari sekolah Nn.I hanya

membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah.

Waktu terus berjalan tanpa disadari Nn.I tumbuh menjadi

seorang anak yang dewasa. Tanpa di sengaja sang ibu

mengatakan kepada Nn. I bahwa saat ini kehidupan dan

kebutuhanmu tidak lagi sepenuhnya bergantung dari ibu. Sudah

cukup ibu membesarkanmu dan saat ini ibu merasa bahwa

tanggung jawab untuk mengasuh dan membesarkanmu telah

selesai. Sekarang saatnya kamu harus bisa hidup mandiri

mencari pekerjaan yang layak dan sepantasnya dapat menolong

masa depan kamu. Dengan kata-kata seperti itu yang keluar dari

mulut sang ibu membuat Nn. I sadar dan harus mampu hidup

mandiri memenuhi segala kebutuhannya. Dengan niat yang baik

Nn.I berkeinginan mencari pekerjaan namun usahanya selalu

gagal.Semangatnya mulai hilang segala usaha yang

16

dilakukannya dianggap sia-sia. Kegagalan yang dialami Nn. I

membuatnya berpikir dengan mencari cara lain yang menurutnya

mudah untuk mendapatkan uang. Akhirnya Nn. I mulai mencari-

cari informasi tentang dunia pelacuran dari beberapa temannya

yang sudah berpengalaman.

Setelah semua informasi didapatkannya, Nn. I kemudian

diajak oleh temannya ke salah satu tempat yang sering

dikunjungi oleh para lelaki yang sering mencari perempuanuntuk

melakukan hubungan seksual. Awalnya Nn. I hanya ingin

mencoba-coba, setiap kali Nn. I mendapatkan pelanggan ia

selalu mendapatkan uang, hal ini membuat Nn. I merasa

keenakan karena baginya sudah sangat mudah untuk

mendapatkan uang.Menurutnya berprofesi sebagai Pekerja Seks

Komersial (PSK) sangatlah mudah, hanya membutuhkan

kecantikan dan keberanian untuk membawa diri dalam pekerjaan

yang dijalani.

Nn.I sudah menjalani profesi ini selama 7 tahun di Kota

Surabaya dan mendapatkan sebuah tawaran dari salah satu

pelanggannya untuk melanjutkan pekerjaannya di Ambon.Nn. I

menyetujui akan kemauan dari pelanggannya dengan tujuan Nn.

I bisa mendapatkan uang yang lebih banyak lagi.Sampai saat ini

hubungan Nn. I dengan pelanggannya masih terjalin baik dan

17

sudah setahun Nn. I beradadi Ambon bekerja sebagai Pekerja

Seks Komersial (PSK).

Pengetahuan Nn. I tentang HIV/AIDS terkait definisi,

penyebab, cara penularan, tanda dan gejala dan cara

pencegahan masih kurang. Saat ditanya Nn. I hanya menjawab

proses penularan HIV/AIDS saja. Hal ini didukung dengan hasil

wawancara dengan Nn. I, bahwa:

“Yang saya tahu HIV/AIDS itu menular dan menularnya

melalui darah dan sperma “P2W1 33”.

4.4.1.1. Faktor Pendorong Perilaku Beresiko HIV/AIDS

a. Faktor Biologis

Kebutuhan seks telah menjadi faktor utama

untuk mencapai suatu tujuan terkait dengan hasil

yang ditemukan dari Nn.I yang mengatakan bahwa,

kebutuhan seks merupakan kebutuhan yang harus

dipenuhi setiap hari. Melakukan hubungan seks

dapat menghasilkan uang dari hasil melayani para

pelanggan. Hal ini didukung dengan hasil wawancara

dengan Nn. I, bahwa:

“Kalau saya seks merupakan kebutuhan yang sangat

penting dan harus dipenuhi setiap hari “P2W2 57”.

“Sudah kebiasaan melayani pelanggan dengan

18

melakukan hubungan seks untuk mendpatkan uang

“P2W2 58”.

“Rasanya tidak enak kalau pelanggan tidak ada. Saya

butuhkan uang setiap hari untuk makan.Kalau ngga

ada pelanggan ya susah “P2W2 60”.

b. Faktor Psikologis

Setiap orang mempunyai latar belakang masalah

yang berbeda-beda seperti halnya dengan Nn. I

dengan keterbatasan pendidikan yang dimilikinya

membuat Nn. I merasa bahwa kegagalan yang di

alaminya disebabkan karena pendidikannya yang

rendah. Hal ini dianggap oleh Nn. I sebagai

kesalahan dari kedua orang tuanya yang

menterlantarkannya. Sehingga Nn. I harus

merasakan pahitnya hidup dengan bekerja sebagai

Pekerja Seks Komersial (PSK). Hal ini membuat Nn.

I sangat kecewa dan sedih. Ditambah lagi dengan

sang ibu yang mengharuskannya untuk hidup mandiri

hal ini yang membuatnya harus tetap

mempertahankan pekerjaannya sebagai Pekerja

Seks Komersial(PSK). Dapat didukung dengan hasil

wawancara dengan Nn. I, bahwa:

19

“Memilih bekerja seperti ini karena saya tidak diterima

bekerja “P2W2 17”.

“Hampir 7 bulan lebih saya berusaha mencari

pekerjaan tapi sama saja yang saya usahakan selalu

gagal “P2W2 18”.

“Yang saya rasakan sakit hati, putus asa bahkan

sedih. Saya sempat merasa kecewa, apa mungkin

saya tidak memiliki latar belakang pendidikan yang

baik sehingga pekerjaan pun sulit saya dapatkan

“P2W2 19”.“Karena selalu gagal saya teraksa menjual

diri “P2W2 21”.

c. Faktor Ekonomi

Terlihat jelas Nn. I mengatakan bahwa, alasan

Nn. I bekerja sebagai PSK hanya karena untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya setiap hari. Hal ini

didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. I,

bahwa:

“Pertama saya kesulitan mendapatkan uang dan

berusaha mencari pekerjaan yang baik tapi yang saya

dapatkan adalah kegagalan “P2W1 27”.

“Ibu angkat saya merasa tanggung jawabnya dia ke

saya sudah selesai. Sehingga ibu mengatakan pada

saya bahwa saatnya kamu harus hidup mandiri dan

20

berusaha mencari pekerjaan yang dapat menolong

masa depanmu. Saat saya mendengarkan hal itu

saya kemudian berusaha mencari uang dengan

sendirinya “P2W1 29”.

d. Faktor Lingkungan Sosial

Melihat faktor lingkungan sosial sebagai

pengaruh terhadap perilaku maupun sikap dari Nn.I,

yang dimana Nn.I tinggal dan hidup dalam

lingkungan yang berbeda yaitu di daerah perkotaan.

Perilaku seseorang dapat saja berubah dengan cepat

jika lingkungan tersebut memberikan dampak yang

mendukungnya berperilaku. Dimana Nn. I mulai

terpengaruh dengan informasi yang didapatkannya

mengenai pelacuran dan mulai mencoba

memberanikan dirinya masuk dalam kegiatan

prostitusi. Hal ini didukung dengan hasil wawancara

dengan Nn. I, bahwa:

“Dapat informasi dari teman saya. Lalu saya diajak ke

satu tempatdimana tempat itu sering dikunjungi om-

om nakal yang seringnya berhubungan seksual

dengan kami“P2W1 22”.

21

4.4.1.2. Perilaku Beresiko Tertular HIV/AIDS

a. Perilaku seksual berganti-ganti pasangan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Nn. I

bahwa, dalam semalam Nn.I dapat melayani

pelanggan 5 orang bahkan lebih. Kegiatan akan

melakukan hubungan seksual tidak menentu kapan

waktunya dan berapa lama melakukan hubungan

seksual. Setiap harinya kegiatan seperti ini terus

dilakukan. Nn. I sama sekali tidak menyadari akan

bahaya dan resiko dari perilaku yang dilakukan. Hal

ini dipertegas dengan pernyataan Nn. I, bahwa:

“5 orang tapi terkadang lebih “P2W1 36”. “Paling

tinggi satu jam tergantung juga kalau pelanggannya

minta pake berhari-hari ya saya terima aja mba

“P2W1 49”.

b. Perilaku seksual melalui vaginal, anus dan seks oral

Perilaku Nn. I terkait dengan perilaku beresiko,

dalam melakukan hubungan seksual dengan cara

yang seringnya dilakukan yaitu melakukan hubungan

seks anal, oral maupun melalui vaginal. Nn. I tidak

hanya langsung berhubungan seksual namun

melakukan beberapa cara untuk memancing

22

pelanggannya seperti berciuman dan pegang-

pegangan. Hal ini didukung dengan hasil wawancara

dengan Nn. I, bahwa:

“Seperti biasanya pasangan suami istri melakukan

hubungan seks. Seringnya sebelum mulai kami

ciuman dulu, pegang-pegangan setelah itu barulah

kami melakukan hubungan seksual. “P2W1 47”.

“Paling sering lewat lubang anus dan vagina

terkadang ada pelanggan yang maunya seks oral

itupun jarang saya dapatkan “P2W1 48”.

4.5.1 Riset Partisipan 3 Nn.O (P3)

23

Gambar 1.3 Partisipan 3

Nn. O berusia 26 tahun, anak kedua dari tiga orang

bersaudara dan berasal dari daerah sulawesi. Nn. O terjerumus

dan masuk dalam dunia prostitusi semenjak berada pada bangku

SMA.Hal ini disebabkan karena kedua orang tua dari Nn. O ingin

bercerai, namun Nn. O ini belum siap untuk menerima keputusan

dari kedua orang tuanya.Masalah perceraian kedua orang tua

dari Nn. O secara langsung dibicarakan kepada anak-

anaknya.Dari kejadian tersebut membuat Nn. O sangat tertekan,

sehingga Nn. O ini mulai bersikap tidak wajar dengan

melampiaskan segala kemarahannya ke beberapa hal seperti,

mabuk-mabukan dan pergaulan bebas. Ayah dan ibu dari Nn. O

tidak peduli akan nasib anaknya seperti apa, dilihat dari cara Nn.

O berperilaku yang seringnya sesuka hati pulang ke rumah.

Nn. O sudah tidak lagi menghargai kedua orang tuanya

akibat rasa kecewa yang dirasakannya sehingga dibuatnya hal

seperti itu. Nn. O mengambil satu keputusan untuk tidak tinggal

di rumah, keputusan ini disetujui saja oleh kedua orang

tuanya.Nn. O lebih memilih tinggal bersama teman-temannya di

kos-kosan dengan alasan agar Nn. O bisa terhibur dan tidak

membuatnya begitu tertekan. Soal keuangan masih diperhatikan

oleh kedua orang tuanya sebelum bercerai, setelah bercerai Nn.

24

O tidak lagi mendapatkan uang dari kedua orang tuanya.

Kehidupan keluarga dari Nn. O mulai hancur, sehingga masing-

masing dari mereka mengatur akan kehidupannya sendiri.

Dua saudara dari Nn. O ini memilih untuk tidak mengikuti

kedua orang tuanya.Semenjak kejadian itu Nn. O mulai

membiasakan hidup mandiri dengan mencari uang sendiri untuk

memenuhi segala kebutuhannya.Kaka pertama dari Nn. O ini

sudah menikah dan tinggal bersama istri dan anaknya,

sedangkan adiknya yang bungsu masih berada pada bangku

kuliah.Nn. O sangat menyayangi adik bungsunya sehingga uang

yang didapatkan dari hasil kerjanya sering disisipkan untuk biaya

perkuliahan adiknya. Harapanya, adiknya dapat memiliki masa

depan yang lebih baik darinya. Namun, semua harapannya tidak

sesuai dengan kenyataan yang diterima. Karena adiknya telah

mengandung sehingga menghambat proses perkuliahannya. Hal

ini juga membuat Nn. O merasa kecewa karena adiknya telah

berbuat hal seperti itu.

Saat kejadian itu terjadi Nn. O sudah tidak lagi peduli

akan kehidupan adiknya, karena baginya selama ini Nn. O sudah

mencoba membantu memberikan yang terbaik.Semenjak

kejadian itu Nn. O mulai hidup sendiri, komunikasi dengan

adiknya semakin berkurang. Nn. O semakin merasa tertekan

dengan segala masalah dan keadaan yang dialaminya, sehingga

25

membuat Nn. O berpikir bahwa tidak ada jalan keluar lain selain

mempertahankan pekerjaannya menjadi seorang Pekerja Seks

Komersial (PSK) demi untuk mendapatkan uang memenuhi

segala kebutuhannya. Awalnya kejadian ini sampai Nn. O

menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) dikarenakan Nn. O

merasa tertekan dengan perceraian dari kedua orang tuanya,

dan menurutnya menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah

pelampiasannya, namun seiring berjalannya waktu kondisi Nn. O

mulai berubah, Nn. O harus mampu mencari uang demi

melangsungkan hidupnya sendiri. Baginya menjadi seorang

pelacur bukanlah satu kemauan melainkan pelampiasan akibat

stress dan emosi yang tidak dapat dikontrol.Kegiatannya sebagai

Pekerja Seks Komersial (PSK) mulai tidak terkontrol, dimana Nn.

O mulai melayani banyak pelanggan yang datang, berbeda

dengan sebelumnya saat Nn. O masih bersekolah, pelanggan

yang datang tidak sebanyak seperti sekarang, baginya dulu

menjadi PSK hanya untuk menghilangkan stress saja, sampai

saat ini dalam semalam Nn. O mampu mengumpulkan uang 700

ribu sampai 1 juta rupiah setiap malamnya.

Kegiatan menjual diri dilakukannya dimana saja,

seringnya Nn. O mendapatkan tawaran dari orang-orang

terdekatnya yang sudah mengetahui akan pekerjaannya.

Sebagian dari mereka berprofesi sebagai pekerja kantoran

26

maupun Pegawai Negeri Sipil (PNS). Mereka memakainya jika

ada pekerjaan di luar kota. Nn. O sering diajak ikut di tempat

mereka bertugas.Sampai saat ini Nn. O masih melakukannya

setelah selesai dipakai Nn. O tetap balik lagi ke Ambon untuk

melanjutkan pekerjaanya sebagai Pekerja Seks Komersial.

Pengetahuan Nn. O tentang HIV/AIDS terkait definisi,

penyebab, cara penularan, tanda dan gejala dan cara

pencegahan masih sangat kurang partisipan hanya menyebutkan

definisi dan ciri-ciri orang yang terkenal HIV/AIDS. Hal ini

didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. O, bahwa:

“HIV/AIDS itu penyakit menular mba. Tertularnya melalui

darah dan sperma. Pencegahannya yaitu, jauhi kontak

dengan darah dan sperma yamg sudah terinfeksi hiv/aids.

Biasanya mereka yang sudah kenal hiv/aids itu pada kurus

“P3W1 28”.

4.5.1.1. Faktor Pendorong Perilaku Beresiko

HIV/AIDS

a. Faktor Biologis

Nn. O memiliki jawaban yang relatif sama

dengan partisipan satu dan dua yaitu Nn. O juga

mengutamakan kebutuhan seks setiap hari karena

menurutnya dengan melayani para pelanggan yang

datang dapat menghasilkan uang dan uang tersebut

27

dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini

didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. O,

bahwa:

“Saya sangat mengutamakan kebutuhan seks dan

buat saya itu sangat penting dan harus dipenuhi

setiap hari“P3W2 53”.

“Kalau tidak ada pelanggan raasanya tidak enak mba

karena saya membutuhkan uang untuk makan dan

pakai “P3W3 55”.

b. Faktor Psikologis

Nn. O merasa tertekan dengan kehidupan

keluargannya dimana kedua orangtua dari Nn. O

telah bercerai semanjak Nn. O berada di bangku

SMA. Keputusan kedua orang tuanya belum diterima

oleh Nn. O secara langsung, sehingga Nn. O

berperilaku yang tidak sewajarnya dengan

melakukan pergaulan bebas seperti, mabuk-

mabukan dan bahkan menjual dirinya, sebagai akibat

dari pelampiasan atas masalah yang dihadapi oleh

Nn. O. Kedua orang tua Nn. O juga sama sekali tidak

mengambil peran untuk menjaga atau mendidik

anak-anaknya. Sehingga dengan kejadian tersebut

28

memberikan dampak bagi Nn. O dalam mengambil

keputusan maupun berperilaku sebagai Pekerja Seks

Komersial (PSK). Hal ini didukung dengan hasil

wawancara dengan Nn. O, bahwa:

“Iya, jadi kami semua dikumpulkan dan orang tua

saya langsung mengatakan bahwa papa dan mama

akan bercerai “P3W2 8”.

“Semenjak kejadian itu saya sangat marah dan

membenci kedua orang tua saya “P3W1 9”.

“Kami sering mabuk-mabukan dan sering mencoba

main sama om-om “P3W1 10”.

“Tidak pernah dicari, saya yang memutuskan untuk

keluar dari rumah dan mereka diam saja. Buktinya

mereka tidak pernah menyuruh atau memaksakn

saya pulang “P3W1 12”.

“Biar dapat hiburan, di rumah stress malah biking

emosi lihat mama dan papa “P3W1 13”.

c. Faktor Ekonomi

Terkait dengan permasalah yang dihadapi

oleh Nn. O setelah perceraian kedua orang tuanya

yang awalnya menjadi Pekerja Seks Komersial

adalah salah satu pelampiasan atas kemarahannya,

29

kini pekerjaan tersebut menjadi kebutuhan utama

untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan

hidupnya. Hal ini disebabkan karena kedua orang

tuanya tidak pernah memeberikan uang kepada Nn.

O setelah perceraian itu terjadi. Sehingga Nn. O

harus bisa hidup mandiri mencari uang demi

memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini didukung

dengan hasil wawancara dengan partispan Nn. O,

bahwa:

“Kalau butuh uang pulang minta sama ibu tapi saat

bercerai saya tidak lagi mendapatkan uang sepeser

pun dari mereka “P3W1 10”.

“Karena susah uang buat penuhi kebutuhan setiap

hari, makanya saya jual diri sama om-om “P3W1 21”.

d. Faktor Lingkungan Sosial

Nn. O mengenal pekerjaan sebagai PSK

sejak berada pada bangku SMA yang dilakukan

bersama dengan teman-temannya. Keadaan Nn. O

sedemikian terjadi karena kondisi keluarga Nn. O

sedang dalam masalah, sehingga berdampak pada

keputusan dan cara berperilaku dari Nn. O. Hal ini

30

didukung dengan hasil wawancara dengan Nn. O,

bahwa:

“Saya menjadi PSK bukan karena keinginan saya.

Sebenarnya kejadian ini terjadi karena kedua oarng

tua saya memutuskan untuk bercerai “P3W1 7”.

“Saya jarang pulang rumah, main di kos teman

berhari-hari “P3W1 10”.

“Diajak teman saya, kami sering sama-sama main

dengan om-om di hotel atau kos-kosan. Biasanya

teman saya yang menawarkan ke om-om kalau

mereka mau bisa dijemput dan kalau pulang bisa

diantar lagi ke kos“P3W1 14”.

4.5.1.2. Perilaku beresiko tertular HIV/AIDS

a. Perilaku seksual berganti-ganti pasangan

Nn. O seringnya melakukan hubungan seksual

dengan banyak pelanggan. Dalam semalam Nn. O

dapat melakukan hubungan seksual dengan 3

pelanggan bahkan lebih. Nn. O tidak lagi memikiran

bahaya dan resiko yang akan terjadi kedepannya.

Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan

Nn. O, bahwa:

“Iasaya tahu resiko dari kebiasaan saya ini“P3W1 28”.

“Paling banyak 3 orang dalam semalam “P3W2 32”.

31

b. Perilaku seksual melalui Vagianal, Anus dan Seks

oral

Perilaku seksual yang sering dilakukan oleh Nn.

O, yaitu melakukan hubungan seks melalui melalui

anus, vaginal, maupun oral seks semua kegiatan

seksual ini dilakukan dan dipenuhi sesuai kemauan

pelanggan. Seperti halnya juga Nn. O tidak langsung

melakukan hubungan seksual saat mendapatkan

pelanggan melainkan memberikan rangsangan

berupa sentuhan ataupun ciuman. Hal ini didukung

dengan hasil wawancara dengan Nn. O, bahwa:

“Biasanya kami basa-basi dulu, cerita sambil pegang-

pegangan, ciuman, setelah itu barulah kami

melakukan hubungan seksual. “P3W2 44”.

“Kalau melakukan hubungan seks seringnya melalu

lubang vagina, anus maupun oral seks “P3W2 45”.

4.6 Pembahasan

4.6.1. Faktor Pendorong Perilaku Beresiko HIV/AIDS dan

Perilaku Beresiko Tertular HIV/AIDS

Kajian terhadap ketiga partisipan PSK di

Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah Kota Ambon,

32

dapatmenunjukan bahwa terdapat empat faktor

pendorong yang melatarbelakangi partisipan berperilaku

beresiko diantaranya faktor biologis, faktor psikologis,

faktor lingkungan sosial dan faktor ekonomi. Hal ini

sejalan dengan pernyataan dari Koentjoro (2004) yang

mengatakan bahwa, secara umum terdapat lima alasan

yang paling mempengaruhi dalam menuntun seorang

perempuan menjadi seorang Pekerja Seks

Komersial(PSK) diantaranya adalah kebutuhan hidup,

cara meniru, dukungan orangtua, lingkungan tempat

tinggal, dan faktor ekonomi. Hal ini sangat berpengaruh

terhadap keputusan yang diambil oleh partisipanuntuk

menjalani profesinya sebagai Pekerja Seks Komersial

(PSK) guna mempertahankan hidup dan memenuhi

segala kebutuhan. Keputusan yang diambil dianggap

dapat menyelesaikan setiap masalah yang dialami oleh

partisipan sehingga sampai saat ini ketiga

partisipanmasih menjalani profesinya sebagai Pekerja

Seks Komersial.

Empat faktor pendorong yang menjadi alasan para

Pekerja Seks Komersial (PSK) berperilaku beresiko

diantaranya,

1. Faktor biologis

33

Keadaan biologis yang bersifat alami dan dimilki

setiap individu sejak dilahirkan sangat berkaitan erat

dengan proses kelangsungan hidup yang bersifat

biologis misalnya makan, minum, pakai dan

pemenuhan kebutuhan seksual.Hal ini sejalan dengan

teori dari Abu Ahmadi (1999) bahwa, berperilaku yang

menimbulkan resiko diakibatkan karena adanya

ketidakseimbangan dalam diri seseorang sehingga hal

ini menimbulkan kebutuhan untuk segera dipenuhi.

Kebutuhan dipandang sebagai kekurangan adanya

sesuatu sehingga menuntut setiap orang untuk

berperilaku agar terjadi keseimbangan.

Ketiga partisipan ini mengakui bahwa kebutuhan

seksual merupakan kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi setiap hari. Melakukan hubungan seksual

dengan berganti-ganti pasang adalah kewajiban dari

ketiga partisipan demi memenuhi kebutuhan mereka.

Berdasarkan pada pemahaman ini pun, maka ketiga

partispan menjadikan hal ini sebagai salah satu

peluang untuk mendapatkan uang dengan menjual

jasa pelayanan seksual melalui profesi sebagai PSK.

2. Faktor Psikologis

34

Masalah yang dihadapi oleh ketiga partisipan ini

sangat mempengaruhi keadaan psikologi dari masing-

masing partisipan baik mekanisme koping maupun

keputusan yang diambil. Keadaan yang tidak stabil ini

memicu seseorang untuk berpikir dan mencari jalan

keluarguna menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Seperti halnya dengan kejadian-kejadian yang

dirasakan ketiga partisipan ini yaitu, kekecewaan

perceraian, status ekonomi keluarga yang kurang serta

pengalaman sebagai anak broken home. Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian Hawari (2001) bahwa

masalah yang terjadi dapat menimbulkan stres

terhadap psikologi seseorang (tekanan mental atau

beban hidup).

Keadaan sosio kultural dalam kaitannya dengan

faktor yang mempengaruhi stres timbul dari adanya

pengalaman-pengalaman hidup yang menyakitkan

atau kondisi lain yang mempengaruhi seperti yang

dinyatakan Jajuli, (2010) bahwa dari sisi psikologis,

ada berbagai faktor yang merupakan penyebab

perempuan bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial

(PSK) diantaranya mempunyai kehidupan seksual

yang abnormal, misalnya hieperseksual dan sadis,

35

kepribadian yang lemah misalnya cepat meniru terlihat

pada ketiga partisipan dengan mendapatkan pekerjaan

sebagai PSK ketiga partisipan ini meniru perilaku dari

temanya sebagai contoh untuk mendapatkan uang,

moralitas rendah dan kurang berkembang misalnya

kurang dapat membedakan baik dan buruk, benar dan

salah, boleh dan tidak boleh dan lainnya, dan memiliki

motif kemewahan yaitu menjadikan kemewahan

sebagai tujuan utamanya.

3. Faktor Ekonomi

Tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan

sandang, pangan dan papan, menjadi alasan para

PSK untuk melakukan perilaku beresiko HIV/AIDS.

Hal ini dijadikan alasan dari ketiga partisipan untuk

membenarkan pekerjaan mereka sebagai Pekerja

Seks Komersial (PSK) akibat situasi ekonomi yang

sulit. Hal ini dipengaruhi juga oleh pendidikan yang

rendah, sehingga partisipan sulit untuk mendapatkan

pekerjaan dengan imbalan yang diinginkan untuk

memenuhi tuntutan pemenuhan kebutuhan sehari –

hari. Selain itu, status ekonomi keluarga yang rendah,

sehingga partisipan tidak memiliki dukungan secara

36

finansial dari lingkungan terdekat. Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewa

(2014), bahwa sebagian besar alasan PSK masuk ke

dalam dunia prostitusidiakibatkan karena tekanan

ekonomi. Hal ini telah menjadi alasan utama dimana

keadaan ekonomi memaksa seseorang untuk

menjalani prostitusi.

Termasuk dalam faktor ini antara lain berasal

darikeluarga dengan sosial ekonomi rendah,

kebutuhan mendesak untuk mendapatkan uang guna

membiayai diri sendiri maupun keluarganya, tidak

mempunyai sumber penghasilan lain dan tingkat

pendidikan rendah. Hal tersebut dialami oleh ketiga

partisipan sehingga untuk lepas dari pekerjaannya

sebagai PSK adalah hal yang tersulit.

4. Faktor Lingkungan Sosial.

Kondisi lingkungan sosial dapat menentukan

seseorang berperilaku, hal ini terjadi pada ketiga

partisipan dengan hasil wawancara yang peneliti temui

bahwa ketika partisipan ini kurang mendapatkan

perhatian atau dukungan dari orang-orang terdekatnya

seperti keluarga ataupun lingkungan tempat tinggal

37

dari ketiga partisipan. Hal ini berpengaruh terhadap

proses penyelesaian masalah sehingga ketiga

partisipan tersebut mencari jalan keluar lain dengan

menerima tawaran untuk bekerja sebagai PSK yang

informasinya di dapatkan dari teman dekatnya. Hal ini

sejalan dengan pernyataan dari Dewa (2014) bahwa

lingkungan sosial merupakan tempat berlangsungnya

berbagai kegiatan, interaksi sosial antara berbagai

kelompok. Pengaruh lingkungan sosial terhadap

perilaku seseorang sangat bervariasi sumbernya.

Semua Informasi yang didapat baik dari media masa,

lingkungan tempat tinggal, teman kerja, maupun

orang-orang terdekatnya menjadi sumber utama

sebagai satu contoh untuk diikuti.

4.6.2. Perilaku beresiko HIV/AIDS Para PSK Lokalisasi

Tanjung Desa Batu Merah KotaAmbon.

Kelompok seksual berperilaku beresiko tinggi

antara lain Commercial Sex Workers (CSWs) (Arifianti,

dkk, 2008). Perilaku seksual yang sering dilakukan relatif

sama dari ketiga partisipan ini yang melakukan hubungan

seks dengan berganti-ganti pasangan lebih dari 3-5 orang

dalam satu malam dengan batas waktu dan frekuensi

38

yang tidak menentu. Pengunaan kondom menjadi

persoalan yang penting bagi para PSK dalam

pencegahan virus HIV. Dari hasil penelitian ditemukan

bahwa partisipan saat melayani pelanggan sering

menggunakan kodom tetapi salah satu dari partisipan ini

tidak tergantung pada pengunaan kodom melainkan

disesuaikan dengan situasi yang dialaminya seperti

keadaan mendesak saat membutuhkan uang partisipan

menerima pelanggan dengan melayani tanpa

menggunakan kondom. Saat sebelum ketiga partisipan ini

dipakai para pelanggan mereka telah menginformasikan

terlebih dahulu pengunaan kondom demi mencegah

terjadinya penularan virus HIV. Pengetahuan yang baik

dimiliki ketiga partisipan ini dalam upaya pencegahan

virus HIV baik untuk informasi yang disampaikan kepada

pelangan maupun pengetahuan bagi mereka sendiri.

Hal ini dapat diperjelas dengan pendapat yang

dikemukan oleh Mathers and loncar : Laksana dkk, 2010),

bahwa seseorang dikatakan beresiko HIV jika orang

tersebut berada pada suatu kesempatan untuk terkena

virus karena perilaku seksualnya. Adapun faktor lain

penularan HIV/AIDS yang terutama adalah adalah

perilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan lebih

39

dari satu orang serta perilaku seks melalui anal yang

memudahkan tertularnya HIV/AIDS.