bab iv hasil penelitian dan pembahasan · 2013. 4. 26. · ruangan kelas 2 dan 2 ruangan kelas 3...

27
66 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang adalah salah satu rumah sakit YAKKUM (Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum) terletak di Jl. Citarum 98, kelurahan Mlatiharjo, Kecamatan Semarang Timur, kota Semarang. RS. Panti Wilasa Citarum adalah salah satu rumah sakit yang memiliki bangsal perawatan khusus untuk anak yang disebut Ruang Dahlia. Ruangan tersebut memiliki 2 ruang VIP, 2 ruang kelas 1, 6 ruangan kelas 2 dan 2 ruangan kelas 3 dengan jumlah perawat anak yang bekerja ada 14 orang yang bergantian shift setiap hari yaitu pagi, siang dan malam. a. Alasan Mendasar mengapa penulis mengambil sampel di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang adalah: 1. RS. Panti Wilasa Citarum Semarang merupakan salah satu rumah sakit yang bergelut dalam pendidikan 2. RS. Panti Wilasa Citarum Semarang merupakan salah satu tempat praktek yang sering digunakan oleh Fakultas Ilmu

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 66

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum

    Semarang

    Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang adalah salah satu

    rumah sakit YAKKUM (Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum)

    terletak di Jl. Citarum 98, kelurahan Mlatiharjo, Kecamatan Semarang

    Timur, kota Semarang.

    RS. Panti Wilasa Citarum adalah salah satu rumah sakit yang

    memiliki bangsal perawatan khusus untuk anak yang disebut Ruang

    Dahlia. Ruangan tersebut memiliki 2 ruang VIP, 2 ruang kelas 1, 6

    ruangan kelas 2 dan 2 ruangan kelas 3 dengan jumlah perawat anak

    yang bekerja ada 14 orang yang bergantian shift setiap hari yaitu pagi,

    siang dan malam.

    a. Alasan Mendasar mengapa penulis mengambil sampel di RS.

    Panti Wilasa Citarum Semarang adalah:

    1. RS. Panti Wilasa Citarum Semarang merupakan salah satu

    rumah sakit yang bergelut dalam pendidikan

    2. RS. Panti Wilasa Citarum Semarang merupakan salah satu

    tempat praktek yang sering digunakan oleh Fakultas Ilmu

  • 67

    Kesehatan Universitas kristen Satya Wacana, sehingga

    memudahkan peneliti mengumpulkan data

    3. Berdasarkan pengalaman praktik di rumah sakit tersebut,

    peneliti melihat bahwa RS. Panti Wilasa Citarum Semarang

    adalah salah satu rumah sakit yang memiliki bangsal

    perawatan khusus untuk anak yang menyediakan fasilitas

    bermain untuk anak-anak yang dirawat di rumah sakit tersebut.

    4. Lokasi RS. Panti Wilasa Citarum Semarang mudah dijangkau

    sehingga memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data.

    Berdasarkan data yang diperoleh peneliti terkait jumlah anak

    usia 3 – 6 tahun selama 2 tahun terakhir yang dirawat di Ruang

    Dahlia RS. Panti Wilasa Citarum Semarang yaitu tahun 2010

    berjumlah 540 orang, tahun 2011 berjumlah 468 orang, dengan

    jumlah anak setiap bulannya yang dirawat di ruang tersebut

    bervariasi mulai dari ± 24 orang sampai ± 55 orang anak yang

    berusia 3 – 6 tahun. Lama anak-anak yang di rawat di rumah sakit

    tersebut berkisar ± 3 hari – 1 minggu tergantung dari jenis penyakit

    anak.

    Ruang Dahlia juga memiliki fasilitas bermain bagi anak-anak

    yang sakit dan dirawat di rumah sakit tersebut. Anak-anak dapat

    bermain rumah-rumahan, mobil-mobilan, ada taman bermain untuk

    anak-anak bisa bermain bersama orang tuanya, tembok-temboknya

    diberi gambar-gambar menarik, lingkungan rumah sakit tersebut

  • 68

    dibuat seperti di rumah, sehingga membuat peneliti tertarik untuk

    melakukan penelitian di ruang tersebut.

    4.2 Prosedur Penelitian

    Didalam melaksanakan penelitian, sebelumnya peneliti

    mempersiapkan tahap-tahap penelitian yang meliputi tahap persiapan,

    tahap pengumpulan data dan tahap analisa data.

    a. Tahap Persiapan

    Sebelum peneliti melakukan penelitian di rumah sakit,

    peneliti melakukan persiapan penelitian yang terdiri dari

    penyusunan alat ukur dan persiapan untuk memperoleh perijinan

    penelitian.

    1. Penyusunan alat ukur

    Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    kuesioner/angket. Kuesioner ini terdiri dari dua skala yaitu skala

    frekuensi bermain dan skala kecemasan. Kedua skala tersebut

    mempunyai alternatif jawaban yang sama yaitu selalu

    melakukan, sering melakukan, jarang melakukan dan tidak

    pernah melakukan.

    Pada skala frekuensi bermain terdiri atas 11 item

    pertanyaan, terdiri dari tiga aspek yaitu aspek permainan fiksi,

    aspek permainan reseptif atau apresiatif, dan aspek permainan

  • 69

    membentuk (konstruksi). dengan skor terendahnya 1 dan

    tertingginya 4 dan tidak terdapat pernyataan unfavourable.

    Pada skala kecemasan anak terdiri atas 39 item yang

    terdiri atas aspek cemas akibat perpisahan yaitu fase protes,

    putus asa dan pelepasan, aspek kehilangan kendali dan aspek

    cedera tubuh dan nyeri dengan skor terendahnya 1 dan

    tertingginya 4 dan tidak terdapat pernyataan unfavourable.

    2. Persiapan Perijinan Penelitian

    Perijinan penelitian adalah salah satu syarat yang harus

    dipenuhi peneliti untuk melaksanakan penelitian pada suatu

    perusahaan/instansi. Dalam hal ini peneliti lebih dahulu

    mengajukan permohonan surat ijin dari dekan Fakultas Ilmu

    Kesehatan UKSW dengan surat ijin No: 054/FIK/D/II/2012

    disampaikan langsung oleh peneliti pada tanggal 28 Februari

    2012 kepada bagian DIKLAT Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum

    Semarang dan mendapatkan jawaban dari pihak instansi pada

    tanggal 5 Maret 2012 yang memberitahukan bahwa peneliti

    dapat melakukan penelitian di tempat tersebut.

    b. Pelaksanaan Penelitian

    Dalam penelitian ini menggunakan penelitian try-out

    terpakai. Try-out terpakai adalah istilah yang digunakan untuk

  • 70

    proses penelitian yang menggunakan sampel yang sama dengan

    sampel yang digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas alat

    ukur. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, biaya dan jumlah

    pasien yang terbatas.

    Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yaitu dimulai dari

    tanggal 5 Maret 2012 – 5 April 2012 yang bertempat di Ruang

    Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang dengan

    jumlah sampel yaitu 35 orang.

    Peneliti mengambil semua anggota populasi menjadi

    sampel, karena mengingat jumlah anak usia 3-6 tahun yang sakit

    dan dirawat di ruang tersebut berbeda-beda jumlahnya setiap

    bulan, sehingga populasi dijadikan sebagai sampel yang

    merupakan anak-anak usia 3-6 tahun yang sedang dirawat di

    Ruang Dahlia.

    Peneliti mengalami kendala yaitu partisipan yang dibutuhkan

    sangat terbatas, berdasarkan jumlah pasien khusus anak berusia 3-

    6 tahun setiap bulannya berkisar ± 22-55 anak setiap bulannya, itu

    pun tidak setiap harinya ada pasien usia 3-6 tahun yang baru

    masuk, terkadang satu hari tidak ada anak usia 3-6 tahun yang

    sakit dan harus dirawat di ruang tersebut, oleh sebab itu peneliti

    harus menunggu sampai adanya partisipan berusia 3-6 tahun yang

    masuk dan di rawat di ruangan dahlia.

  • 71

    c. Analisa Data

    Analisa yang dilakukan oleh penulis terdiri atas beberapa

    kegiatan yaitu sebagai berikut:

    a. Penulis mengecek kembali data-data yang telah terkumpul

    b. Penulis kemudian melakukan input data kedalam komputer

    dan kemudian menjadi data mentah sebelum dianalisis

    c. Penulis melakukan perhitungan uji validitas, uji reliabilitas, uji

    normalitas, uji linearitas dan uji korelasi

    d. Menafsirkan hasil analisa data.

    Perhitungan uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, uji

    linearitas dan uji korelasi menggunakan bantuan program komputer

    yaitu SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16.0.

    1. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Frekuensi Bermain

    Uji coba alat ukur penelitian menggunakan uji validitas

    dan reliabilitas. Uji validitas digunakan untuk mengetahui

    seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsi

    sedangkan uji reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan

    sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan dapat

    diandalkan. Untuk menguji validitas dan reliabilitas alat, peneliti

    melakukan uji coba kuisioner (angket) tujuannya adalah untuk

    mengetahui sejauh mana ketepatan alat ukur tersebut dalam

    mengukur hasil. Untuk uji validitas dan reliabilitas alat ukur

  • 72

    secara statistik, menggunakan Alpha Cronbach Coefficients

    dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkah-

    langkah menggunakan Corrected Item-Total Correlation

    Uji validitas pada skala frekuensi bermain dengan jumlah

    pernyataan 11 butir atau item, untuk uji satu sisi pada taraf

    kepercayaan 95% atau signifikansi 5% (p = 0.05) nilai r tabel

    yaitu 0.344. Jadi dinyatakan tidak valid jika nilai corrected item-

    total correlation ≤ nilai r tabel. Uji validitas yang dilakukan dari 11

    item, semuanya VALID karena nilai corrected item-total

    correlation ≥ nilai r tabel. Korelasi bergerak dari 0.548 – 0.554.

    Tabel 3. Sebaran Item Angket Bermain

    Setelah Uji validitasnya, kemudian item-item dari angket

    frekuensi bermain diuji reliabilitasnya. Hasil pengujian angket

    frekuensi bermain didapatkan Alpha Cronbach adalah 0.909,

    Aspek Item Jumlah Valid Favourable Unfavourable

    Permainan fiksi (permainan

    gerak)

    1, 2, 3, - 3

    Permainan reseptif atau

    apresiatif

    4, 5, 6, 7, 8,

    9, 10

    - 7

    Permainan membentuk

    (konstruksi)

    11 - 1

    Jumlah 11 0 11

  • 73

    sehingga menurut tabel reliabilitas berdasarkan Alpha Cronbach,

    nilai ini termasuk dalam golongan sangat reliabel dan layak.

    2. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Kecemasan Pada Anak

    Uji validitas pada skala kecemasan anak yang dirawat di

    rumah sakit dengan jumlah pernyataan 39 butir atau item. Untuk

    uji satu sisi pada taraf kepercayaan 95% atau signifikansi 5% (p

    = 0.05). Nilai r tabel yaitu 0.344. Jadi dinyatakan tidak valid jika

    nilai corrected item-total correlation ≤ nilai r tabel. Uji validitas

    yang dilakukan dari 39 item, 34 item dinyatakan VALID dengan

    hasil korelasi bergerak dari 0.667 – 0.517, sedangkan 5

    pernyataan dinyatakan gugur karena nilai corrected item-total

    correlation < nilai r tabel.

    Tabel 4. Sebaran Item Angket Kecemasan

    Aspek Item Jumlah Valid Favourable Unfavourable

    Cemas akibat perpisahan:

    - fase protes

    - putus asa

    - pelepasan

    1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

    -

    9

    10,11,12,13*,14*,15,

    16*,17*

    4

    18,19,20,21,22,23* 5

    Kehilangan kendali 24,25,26,27 - 4

    Cedera tubuh dan nyeri 28,29,30,31,32,33,34

    ,35,36,37,38,39

    - 12

    Jumlah 39 0 34

    Ket : * = item gugur

  • 74

    Setelah uji validitasnya kemudian dilakukan pengujian

    reliabilitas alat ukur kecemasan anak yang dirawat di rumah sakit

    dengan 34 pernyataan yang VALID didapatkan Alpha Cronbach

    0.932, sehingga berdasarkan tabel, nilai ini berarti sangat reliabel

    dan layak untuk diberikan kepada partisipan.

    3. Uji Normalitas

    Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas data

    dalam penelitian ini adalah shapiro wilk karena sampelnya sedikit

    ≤ 50 (Dahlan 2009).

    Tabel 5. Uji Normalitas Frekuensi Bermain

    Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai shapiro wilk pada

    frekuensi bermain adalah 0.947 dengan probabilitas (sig.) 0.567,

    oleh karena probabilitas > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa

    data berdistribusi normal berdasarkan uji shapiro wilk.

    Tests of Normality

    Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

    Statistic df Sig. Statistic df Sig.

    Frek_bermain .108 35 .200* .974 35 .567

    a. Lilliefors Significance Correction

    *. This is a lower bound of the true significance.

  • 75

    Tabel 6. Uji Normalitas Kecemasan Anak

    Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai shapiro wilk pada

    kecemasan anak adalah 0.966 dengan probabilitas (sig.) 0.351,

    oleh karena probabilitas > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa

    data kecemasan pada anak berdistribusi normal berdasarkan uji

    shapiro wilk.

    Kesimpulan dari perhitungan normalitas frekuensi

    bermain dan kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat

    di Ruang Dahlia dengan menggunkan shapiro wilk didapatkan

    hasil kedua variabel tersebut berdistribusi normal.

    4. Uji Linearitas

    Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F sebesar 1.016

    dengan tingkat signifikan > 0.05 yaitu 0.498 yang menunjukkan

    hubungan antara frekuensi bermain dengan kecemasan adalah

    linear dan memenuhi asumsi klasik linearitas sebagai prasyarat

    analisis regresi linear.

    Tests of Normality

    Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

    kecmasan_ank .119 35 .200* .966 35 .351

    a. Lilliefors Significance Correction

    *. This is a lower bound of the true significance.

  • 76

    5. Deskripsi Data Hasil Penelitian

    Analisis deskriptif adalah cara analisis dengan

    mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

    terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan

    yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Noor, 2011).

    Hasil pengukuran deskriptif masing-masing variabel

    disajikan pada tebel berikut:

    1. Analisa Data Demografi

    Penelitian ini dilakukan terhadap 35 anak yang

    sedang sakit dan dirawat di Ruang Dahlia rumah sakit Panti

    Wilasa Citarum Semarang. Pada bagian ini peneliti akan

    mendeskripsikan data penelitian yang mencakup aspek

    umur, jenis kelamin dan lama dirawat di rumah sakit.

    Tabel 7. Distribusi Frekuensi Umur Partisipan

    Variabel Mean Std. Deviation Minimum Maximum Umur 4.20 1.256 3 6

    Usia Frekuensi Persen (%)

    3 tahun 15 42.9

    4 tahun 7 20

    5 tahun 4 11.4

    6 tahun 9 25.7

    total 35 100

  • 77

    Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata usia partisipan

    yaitu 4.20% dengan frekuensi usia terbanyak yaitu usia 3 tahun

    42.9.% (15 orang).

    Tabel 8. Distribusi Frekuensi Jenis kelamin Partisipan

    Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)

    Laki-laki 19 54.3%

    Perempuan 16 45.7%

    Total 35 100

    Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dijelaskan bahwa

    partisipan terbanyak yaitu berjenis kelamin laki-laki 54.3% (19

    orang).

    Tabel 9. Distribusi Lama Dirawat Di Rumah Sakit

    Descriptive Statistics

    N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

    Lama_dirawat 35 2 6 2.60 1.006

    Valid N (listwise) 35

    Lama Dirawat Frekuensi Persen (%)

    2 hari 26 74.3%

    3 hari 5 14.3%

    4 hari 1 2.9%

    5 hari 2 5.7%

  • 78

    Tabel di atas menunjukkan bahwa lamanya partisipan usia 3-

    6 tahun yang dirawat di rumah sakit saat diberikan kuisioner adalah

    2 hari (74.3%).

    2. Analisa Deskriptif

    Memaparkan hasil analisa deskriptif variabel frekuensi

    bermain dan variabel kecemasan pada anak usia 3-6 tahun

    yang dirawat di rumah sakit.

    Tabel 10. Deskripsi Statistik frekuensi Bermain dan Kecemasan pada Anak

    Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui tinggi rendahnya

    hasil pengukuran variabel frekuensi bermain dan kecemasan pada

    anak. Pengukuran variabel frekuensi bermain dapat dihitung dengan

    menggunakan skor dari item frekuensi bermain yang valid, jumlah

    6 hari 1 2.9%

    Total 35 100

    Descriptive Statistics

    N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Frek_bermain 35 11 41 24.14 7.585 kecmasan_ank 35 34 111 63.40 16.751

  • 79

    item yang diuji cobakan sebanyak 11 item dan semuanya valid

    dengan kategori skor pilihan 1,2,3,4 dengan demikian untuk variabel

    frekuensi bermain memiliki skor terendah 1 x 11 = 11 dan skor

    tertinggi 4 x 11 = 44.

    Ada 5 kategori yang digunakan yaitu sangat tinggi, tinggi,

    sedang, rendah, sangat rendah. Intervalnya adalah sebagai berikut:

    Jumlah Skor Tertinggi – Jumlah Skor Terendah

    Jumlah Kategori

    Hasil perhitungan di atas, didapatkan intervalnya sebesar 6.6

    dengan demikian kategori tingkat frekuensi bermain di rumah sakit

    pada usia 3-6 tahun yaitu :

    Sangat Rendah : 11 ≤ x < 17.6

    Rendah : 17.6 ≤ x < 24.2

    Sedang : 24.2 ≤ x < 30.8

    Tinggi : 30.8 ≤ x < 37.4

    Sangat Tinggi : 37.4 ≤ x < 44

    Tabel 11. Kategorisasi Variabel Frekuensi Bermain

    Kriteria N Prosentase (%)

    Min Max Mean

    11 ≤ x < 17.6 Sangat Rendah 8

    22.9% 11

    I =

  • 80

    17.6 ≤ x < 24.2 Rendah 8 22.9%

    24.2 ≤ x < 30.8 Sedang 13 37.1% 24.14

    30.8 ≤ x < 37.4 Tinggi 4 11.4%

    37.4 ≤ x < 44 Sangat Tinggi 2 5.7% 41

    Jumlah 35 100 Std = 7.585

    Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi

    bermain pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di rumah sakit

    memiliki rata-rata 24.14% dengan standar deviasi 7.585. tingkat

    frekuensi bermain yang paling tinggi yaitu 37.1% yang paling

    rendah 5.7% jadi dapat dikatakan bahwa tingkat frekuensi bermain

    pada anak yang dirawat di rumah sakit masuk dalam kategori

    sedang.

    Pengawasan frekuensi bermain pada anak-anak yang

    dilakukan ketika studi pendahuluan melalui observasi, didapatkan

    bahwa rata-rata waktu bermain saat sakit dan dirawat di rumah sakit

    selama 12 jam sehari, maka anak memiliki efektif bermain ± 5 jam.

    Frekuensi bermain yang peneliti hitung berdasarkan hasil observasi

    yang dilihat dari waktu efektif anak bermain, maka anak-anak yang

    dikatakan selalu bermain jika frekuensi bermainnya sehari ± 8-10

    kali, sering bermain jika frekuensinya ± 4-7 kali, sedangkan anak

    yang jarang bermain frekuensinya ± 4-1 kali, dan jika tidak pernah

    bermain frekuensinya 0.

    Mengetahui tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel

    kecemasan pada anak yang dirawat di rumah sakit juga dapat

  • 81

    dihitung dengan menggunakan skor dari item kecemasan yang valid.

    Jumlah item yang diuji cobakan sebanyak 39 item dan yang valid 34

    item dengan kategori skor pilihan 1,2,3,4 dengan demikian untuk

    variabel kecemasan memiliki skor terendah 1x34 = 34 dan skor

    tertinggi 4 x 34 =136.

    Ada 5 kategori yang digunakan seperti pada variabel

    frekuensi bermain yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan

    sangat rendah. Intervalnya adalah sebagai berikut:

    Jumlah Skor Tertinggi – Jumlah Skor Terendah

    Jumlah Kategori

    Berdasarkan hasil perhitungan di atas, didapatkan

    intervalnya sebesar 20.4 dengan demikian, kategori tingkat

    kecemasan pada anak yang dirawat di rumah sakit yaitu:

    Sangat Rendah : 34 ≤ x < 54.4

    Rendah : 54.4 ≤ x < 74.8

    Sedang : 74.8 ≤ x < 95.2

    Tinggi : 95.2 ≤ x < 115.6

    Sangat Tinggi : 115.6 ≤ x < 136

    I =

  • 82

    Tabel 12. Kategorisasi Variabel Kecemasan pada Anak

    Kriteria N Prosentase

    (%)

    Min Max Mean

    34 ≤ x< 54.4 Sangat Rendah 8 22.9% 34

    54.4≤ x< 74.8 Rendah 21 60%

    74.8≤ x< 95.2 Sedang 4 11.4%

    95.2≤x< 115.6 Tinggi 2 5.7% 111 63.40

    115.6≤x< 136 Sangat Tinggi 0 0

    Jumlah 35 100% Std = 16.751

    Tabel di atas menunjukkan bahwa kecemasan anak yang

    di rawat di rumah sakit memiliki rata-rata 63.40% dengan standar

    deviasi 16.751. Tingkat kecemasan anak yang paling tinggi 60%

    dan yang paling rendah adalah 5.7%, jadi dapat dikatakan

    bahwa tingkat kecemasan anak yang dirawat di rumah sakit

    masuk dalam kategori rendah.

    6. Uji Hipotesis

    Uji hipotesis dilakukan untuk menguji hasil penelitian

    yang dilakukan untuk diuji keberartiannya (uji signifikansi).

    Hipotesis penelitian ini yaitu:

    Ho : tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi

    bermain terhadap kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang

    dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum

    Semarang, berarti sebenarnya r = 0

  • 83

    Ha : ada hubungan yang signifikan antara frekuensi bermain

    terhadap kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat

    dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum

    Semarang, jadi memang ≠0

    Uji hipotesis dilakukan berdasarkan pengolahan data

    yang menggunakan program SPSS version 16.0 dan

    diperoleh hasil korelasi frekuensi bermain dan kecemasan

    atau r = 0.020 dengan signifikansinya adalah 0.910. Syarat

    yang harus dipenuhi bila hasil suatu penelitian dikatakan

    mempunyai hubungan yang signifikan jika nilai koefisien

    korelasi yang mendekati -1 sampai 1 dan nilai signifikansi

    hubungan yang bernilai < 0.05

    Hasil analisa ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada

    hubungan yang signifikan antara frekuensi bermain terhadap

    kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang

    Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang karena

    Ho > 0.05 jadi Ho diterima.

    Correlationsa

    Frek_bermain kecmasan_ank Frek_bermain Pearson

    Correlation 1 .020

    Sig. (2-tailed) .910

  • 84

    T

    a

    b

    el 13. Uji Korelasi

    4.3 Pembahasan

    Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tidak ada

    hubungan yang signifikan antara frekuensi bermain terhadap

    kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang Dahlia

    Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.

    Tujuan utama asuhan keperawatan bagi anak yang dirawat di

    rumah sakit adalah meminimalkan munculnya masalah pada

    perkembangan anak. Perkembangan anak disesuaikan dengan usia

    mereka, misalnya perkembangan anak usia 3-6 tahun atau usia

    prasekolah dalam hal perkembangan adaptasi sosial yaitu dapat

    bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi,

    membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan

    peningkatan kecemasan terhadap perpisahan dan mengenali

    anggota keluarga.

    Salah satu hal yang dapat mempengaruhi perkembangan

    anak adalah kecemasan selama dirawat di rumah sakit. Kecemasan

    yang timbul selama proses dirawat di rumah sakit yaitu perpisahan

    dengan orang tua, kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri.

    kecmasan_ank Pearson Correlation .020 1

    Sig. (2-tailed) .910 a. Listwise N=35

  • 85

    Berdasarkan hasil deskripsi yang didapatkan frekuensi

    bermain pada anak yang dirawat di rumah sakit Panti Wilasa Citarum

    masuk dalam kategori sedang 37.1% dengan rata-rata 24.14% berarti

    ada 13 anak dari 35 responden yang frekuensi bermainnya sedang,

    sedangkan untuk kecemasan yang dialami oleh anak-anak usia

    prasekolah yang dirawat di rumah sakit tersebut masuk dalam

    kategori rendah yaitu 60% atau 21 anak dari 35 responden

    mengalami kecemasan rendah.

    Penelitian yang dilakukan oleh Suryanti Marasaoly (2009)

    yang dipublikasikan melalui http://www.garuda.dikti.go.id tentang

    pengaruh terapi bermain puzzle terhadap dampak hospitalisasi pada

    anak usia prasekolah di ruang anggrek I Rumah Sakit Kepolisian

    Pusat R.S. Sukanto, dengan menggunakan desain Quasi

    eksperimen dengan post test only design dan proses analisis statistik

    menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan sebesar

    95% dan α : 5% didaptkan hasil yaitu p value : 0.020 α : 0.05 jadi,

    ada pengaruh yang bermakna antara intervensi terapi bermain puzzle

    dengan dampak hospitalisasi.

    Dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryanti

    Marasaoly (2009), maka peneliti melihat bahwa bermain mempunyai

    pengaruh dalam menurunkan kecemasan anak, tetapi bermain yang

    direncanakan atau diarahkan. Sebuah jurnal keperawatan yang ditulis

    oleh Alfiyanti D. (2007) tantang pengaruh terapi bermain terhadap

  • 86

    tingkat kecemasan anak usia prasekolah selama tindakan

    keperawatan di ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang, hasil

    dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan

    antara tingkat kecemasan anak usia prasekolah selama tindakan

    keperawatan sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain.

    Terapi bermain adalah bentuk-bentuk pengalaman bermain

    yang direncanakan sebelum anak menghadapi tindakan keperawatan

    untuk membantu strategi koping mereka terhadap kemarahan,

    ketakutan, kecemasan, dan mengajarkan kepada mereka tentang

    tindakan keperawatan yang dilakukan selama dirawat, sehingga

    bermain yang diarahkan pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit

    lebih efektif menurunkan kecemasan pada anak sedangkan frekuensi

    bermain yang anak-anak lakukan selama dirawat di rumah sakit

    terbukti tidak mempunyai hubungan terhadap kecemasan anak.

    Frekuensi bermain bukanlah satu-satunya tindakan dalam

    meminimalkan munculnya masalah pada perkembangan anak dalam

    hal proses perawatan di rumah sakit.

    Berdasarkan hasil observasi selama penelitian, peneliti

    melihat bahwa kecemasan pada anak itu juga bersifat insidensial

    karena anak-anak mengalami kecemasan saat dirawat di rumah sakit

    jika ia mengalami trauma dengan dokter/perawat yang menurutnya

    telah menyakitinya, atau anak memiliki pengalaman yang buruk

  • 87

    terhadap dokter/perawat, selain itu cemas juga terjadi ketika anak

    merasa terancam karena akan di suntik, atau diinfus.

    Hal ini dibuktikan dengan pengujian hasil deskripsi

    kecemasan didapatkan angka tertinggi 60% masuk kategori rendah,

    tertinggi kedua 22.9% masuk kategori sangat rendah, 11.4% kategori

    sedang dan 5.7% kategori tinggi. Jadi tidak semua anak-anak

    mengalami kecemasan saat dirawat di rumah sakit.

    Anak-anak yang mengalami kecemasan selama dirawat di

    rumah sakit perlu diminimalkan agar tidak berpengaruh terhadap

    perkembangannya. Ada beberapa kemungkinan variabel yang lebih

    berpengaruh terhadap penurunan kecemasan anak yang dirawat di

    rumah sakit yaitu:

    1. Kehadiran orang tua.

    Kecemasan terbesar akibat dirawat di rumah sakit adalah

    cemas akibat perpisahan dengan orang tua. Wong (2009)

    mengatakan bahwa dalam meminimalkan kecemasan akibat

    perpisahan pada anak adalah dengan melibatkan orang tua

    dalam perawat anak, sehingga orang tua merasa berpatisipasi

    dalam perawatan anak. Di rumah sakit, jika orang tua tidak dapat

    berkunjung, orang dekat lainnya dapat memberikan rasa nyaman

    pada anak yang dirawat di rumah sakit.

    Anak-anak usia 3-6 tahun yang dirawat di rumah sakit hanya

    ingin dekat dengan orang tua atau orang terdekat mereka ketika

  • 88

    akan dilakukan prosedur keperawatan atau saat perawat ingin

    mendekatinya. Hal ini dilihat dari hasil pengisian kuisioner oleh

    orang tua pada skala II, yaitu pernyataan No. 7 dan 8, ada ± 28

    orang tua yang mengisi anak selalu dan sering menahan orang

    tua secara fisik untuk tetap tinggal dekatnya dan anak meminta

    untuk dipeluk ketika akan dilakukan tindakan keperawatan.

    Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian

    anak-anak cenderung ingin orang tuanya atau orang terdekatnya

    tetap berada dekat dengan anak selama dirawat di rumah sakit.

    Kecemasan terbesar selama dirawat di rumah sakit adalah

    cemas akibat perpisahan dengan orang tua, untuk itu kehadiran

    orang tua akan lebih besar pengaruhnya dalam menurunkan

    kecemasan anak, dengan adanya orang tua atau orang terdekat

    di samping anak akan mengurangi kecemasan terbesar anak

    akibat dirawat di rumah sakit yaitu perpisahan.

    2. Pengalaman dirawat di rumah sakit.

    Pengalaman dirawat di rumah sakit juga mempengaruhi

    tingkat kecemasan anak. Anak yang sudah pernah dirawat

    sebelumnya memiliki tingkat kecemasan lebih rendah

    dibandingkan anak yang baru pertama kali masuk dan dirawat

    dirumah sakit. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Putri Windari

    (2009) yang dipublikasikan melalui http://garuda.dikti.go.id yang

    menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara

  • 89

    pengalaman hospitalisasi pada anak dengan tingkat kecemasan

    akibat perpisahan dengan orang tua (p-value 0,021).

    3. Lamanya berada di rumah sakit

    Anak-anak yang sudah dirawat di rumah sakit ± 3 hari akan

    mulai menyesuaikan dirinya dengan lingkungan disekitar dia.

    Perhitungan distribusi lamanya dirawat di rumah sakit

    menunjukkan bahwa lamanya partisipan usia 3-6 tahun yang

    dirawat di rumah sakit saat diberikan kuisioner adalah terbanyak 2

    hari (74,3%).

    Anak-anak yang dirawat di rumah sakit sebelum hari ketiga

    tingkat kecemasannya masih tinggi, karena anak belum terbiasa

    dengan keadaan sekitar dan lingkungan barunya.

    4. Kualitas Permainan

    Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas bermain pada anak

    salah satunya adalah alat dan jenis permainan (Supartini, 2004).

    Alat dan jenis permainan yang dipilih harus sesuai dengan

    tumbuh kembang anak, selain sesuai dengan tumbuh kembang

    anak, permainan yang digunakan juga harus berkualitas.

    Permainan yang berkualitas yang harusnya dilakukan di

    rumah sakit adalah:

    a. permainan yang digunakan dalam penyuluhan untuk

    ekspresi perasaan, atau sebagai metode untuk mencapai

    tujuan terapeutik (Wong, 2009). Salah satu contoh

  • 90

    permainannya adalah saat akan dilakukan prosedur injeksi

    dalam dilakukan permainan seperti membiarkan anak

    memegang spuit dan kapas alkohol dan memberikan

    injeksi kepada boneka. Bentuk permainan seperti ini bisa

    membantu mengurangi kecemasan pada anak.

    b. Bentuk permainan yang digunakan untuk terapi juga dapat

    menurunkan kecemasan anak. Terapi bermain ini

    dilakukan oleh perawat saat akan dilakukan tindakan

    keperawatan pada anak.

    Berdasarkan hasil observasi saat penelitian, peneliti melihat

    bahwa anak-anak-anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang

    Dahlia bermain permainan yang hanya untuk kesenangan tanpa

    mempertimbangkan manfaat bermain tersebut seperti boneka,

    kapal-kapalan, robot-robotan, membaca buku cerita,

    mendengarkan cerita dari orang tua atau orang terdekat.

    Permainan yang berkualitas akan lebih efektif terhadap

    penurunan kecemasan anak, dibandingkan anak bermain

    permainan yang tidak mempertimbangkan manfaat permainan

    tersebut.

    Frekuensi bermain bukanlah satu-satunya cara yang dapat

    digunakan untuk meminimalkan kecemasan anak, dan tanpa bermain

    secara teratur selama dirawat di rumah sakit kecemasan anak pun

    dapat diminimalkan dengan adanya kehadiran orang tua atau orang

  • 91

    terdekat disampingnya, oleh sebab itu kita tidak perlu memaksakan

    anak untuk meningkatkan frekuensi bermain anak selama dirawat di

    rumah sakit.

    Penelitian ini juga membuktikan bahwa frekuensi bermain

    yang banyak namun tidak berkualitas permainannya tidak

    mengurangi kecemasan pada anak sedangkan frekuensi bermain

    dengan menggunkan permainan yang berkualitas akan lebih efektif

    dalam menurunkan kecemasan anak.

    Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa

    frekuensi bermain tidak mempunyai hubungan yang signifikan

    terhadap kecemasan anak usia 3-6 tahun, kemungkinan variabel-

    variabel di atas lebih mempengaruhi kecemasan anak dibandingkan

    frekuensi anak mengikuti bermain.

    4.4 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian menunjukkan kepada suatu keadaan

    yang tidak dapat dihindari dalam penelitian. Keterbatasan dalam

    penelitian ini adalah usia partisipan yaitu anak-anak berusia 3-6

    tahun. Pada usia ini anak belum dapat mengungkapkan perasaannya

    dan belum mengerti mengenai keadaannya sendiri, sehingga

    pengumpulan data primer tidak langsung didapat dari partisipan itu

    sendiri, tetapi melalui orang tua partisipan.

  • 92

    Penelitian ini juga mengalami kendala dalam

    mengkategorisasikan jenis penyakit yang dialami oleh partisipan.

    Keragaman penyakit yang diderita oleh populasi penelitian, membuat

    peneliti tidak dapat mengkaji kecemasan dan frekuensi bermain

    sesuai dengan spesifikasi penyakit tertentu.