bab iv deskripsi obyek studi -...

12
33 BAB IV DESKRIPSI OBYEK STUDI 4.1 Gambaran umum Kampung Sudiroprajan Sudiroprajan adalah sebuah kampung yang meleburkan dua budaya dari dua etnis, yaitu Jawa dan Tionghoa yang menjadi satu dengan harmonisnya. Kampung yang dikenal dengan sebutan kampung Balong ini termasuk kawasan pusat perdagangan tetapi dilihat dari perkembangan sampai sekarang kampung Balong tetap menjadi Kampung Pecinan yang hanya di tempati orang-orang Tionghoa yang ekonominya menengah kebawah, mungkin dengan tingkat ekonomi menengah kebawah inilah yang menjadikan komunikasi sosial dengan masyarakat Jawa di sekitarnya berlangsung akrab, dan banyak sekali perkawinan campur yang terjadi antara masyarakat Jawa dan etnis keturunan Tionghoa. Gambar 1 Peta Kampung Sudiroprajan Sumber: wikimedia. Diunduh 27 November 2017 pukul 11:42 AM

Upload: trandien

Post on 09-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV DESKRIPSI OBYEK STUDI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15924/4/T1_362014057_BAB IV... · yaitu pernak-pernik seperti lampion, jodang, serta makanan

33

BAB IV

DESKRIPSI OBYEK STUDI

4.1 Gambaran umum Kampung Sudiroprajan

Sudiroprajan adalah sebuah kampung yang meleburkan dua budaya dari dua

etnis, yaitu Jawa dan Tionghoa yang menjadi satu dengan harmonisnya. Kampung yang

dikenal dengan sebutan kampung Balong ini termasuk kawasan pusat perdagangan

tetapi dilihat dari perkembangan sampai sekarang kampung Balong tetap menjadi

Kampung Pecinan yang hanya di tempati orang-orang Tionghoa yang ekonominya

menengah kebawah, mungkin dengan tingkat ekonomi menengah kebawah inilah yang

menjadikan komunikasi sosial dengan masyarakat Jawa di sekitarnya berlangsung

akrab, dan banyak sekali perkawinan campur yang terjadi antara masyarakat Jawa dan

etnis keturunan Tionghoa.

Gambar 1

Peta Kampung Sudiroprajan

Sumber: wikimedia. Diunduh 27 November 2017 pukul 11:42 AM

Page 2: BAB IV DESKRIPSI OBYEK STUDI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15924/4/T1_362014057_BAB IV... · yaitu pernak-pernik seperti lampion, jodang, serta makanan

34

Menurut Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa salah satu pendiri Grebeg

Sudiro,

“Acara Grebeg Sudiro adalah sebuah acara yang diadakan dengan tujuan untuk

mempersatukan budaya, maksudnya adalah untuk mempererat persaudaraan antara

etnis Jawa dan keturunan Tionghoa supaya lebih terjalin kerukunan”1.

Sebenarnya acara Grebeg Sudiro berbeda dengan acara Imlek tetapi

kebanyakan orang mengira acara Grebeg Sudiro adalah acara yang memperingati Hari

Raya Imlek. Acara Grebeg Sudiro sendiri memang secara tidak sengaja diadakan pada

waktu mendekati acara Imlek pada bulan Februari. Acara Grebeg Sudiro sendiri

sebenarnya berbeda dengan Acara Imlek, perbedaan dari kedua acara tersebut terlihat

dari tujuan acara sampai panitia penyelenggara juga sudah berbeda.

Acara Grebeg Sudiro ini sudah terlaksana secara rutin sejak tahun 2008, dan

dengan diadakannya acara Grebeg Sudiro ini menjadi bukti bahwa kerukunan yang

terjalin di kampung Balong yang sudah terjadi sejak dulu hingga sekarang. Acara

Grebeg Sudiro inipun dijadikan sebagai acara tahunan di Kota Solo, hal ini terjadi atas

usulan Dinas Pariwisata Kota Solo.

4.2 Aspek Geografi dan Demografi

4.2.1 Kondisi Geografi

Secara astronomis Kota Surakarta terletak antara 110º 45’ 15” dan 110º 45’

35“ Bujur Timur dan antara 7º 36’ dan 7º 56’ Lintang Selatan. Adapun dari sisi

ketinggian wilayah, Kota Surakarta termasuk kawasan dataran rendah. Ketinggiannya

hanya sekitar 92 meter dari permukaan laut, sedangkan kemiringan lahan di Kota

Surakarta berkisar antara 0-15%. Kota Surakarta rata-rata memiliki suhu udara antara

25,8°C sampai dengan 28,3°C pada tahun 2012. Adapun kelembaban udaranya antara

66% sampai dengan 88%. Pemanfaatan lahan di wilayah Kota Surakarta sebagian besar

1 Wawancara dengan Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa salah satu pendiri Grebeg Sudiro tanggal 19 Agustus 2017 pukul 15:21 PM

Page 3: BAB IV DESKRIPSI OBYEK STUDI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15924/4/T1_362014057_BAB IV... · yaitu pernak-pernik seperti lampion, jodang, serta makanan

35

untuk pemukiman, luasnya mencapai kurang lebih 65% dari total luas lahan, sedangkan

sisanya dimanfaatkan untuk kegiatan perekonomian dan fasilitas umum.

Secara Geografi, Kampung Sudirorajan terletak di dekat kota Surakarta.

Menurut Rusbandinah salah satu pengurus Kelurahan

“Salah satu komponen penting di Kampung Sudiroprajan adalah Pasar Gedhe.

Adanya Pasar Gedhe ini mengakibatkan Kampung Sudiroprajan kental dengan nuansa

perdagangan dan jasa”2.

Dari segi kependudukan, Kelurahan Sudiroprajan dihuni oleh masyarakat

Jawa dan keturunan Tionghoa. Masayarakat Jawa dan keturunan Tionghoa telah sejak

lama berbaur dan berosisalisasi dengan baik sampai sekarang. Masyrakat yang

bersinergis memunculkan budaya yang khas termasuk dalam hal kuliner.

4.2.2 Kondisi Demografi

Kota Surakarta dengan luas wilayah 44,04 memiliki jumlah penduduk

sebanyak 490.214 jiwa yang tersebar ke 5 wilayah kecamatan. Dalam tingkat

pendidikan antara lain TK, SD, SMP, SMA, dan Sarjana. Secara agama sudah

bercampur antara lain Kristen, Katholik, Buddha, Hindu, Islam, dan Khong Hu Cu.

Etnis hanya dua saja antara lain masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa. Jenis

kelamin yaitu laki-laki dan perempuan mulai dari usia dini hingga dewasa. Mata

pencaharian bervariatif antara lain wiraswasta, professional, dan lain-lain. Secara

kepadatan rata-rata adalah 12.594 jiwa/km2.Wilayah dengan penduduk terpadat adalah

Kecamatan Serengan dengan kepadatan 19.394 jiwa/km2. Sedangkan wilayah dengan

kepadatan terendah adalah kecamatan Jebres yaitu 10.127 jiwa/km2. untuk lebih

jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut:

2 Wawancara dengan Menurut Rusbandinah salah satu pengurus Kelurahan

Page 4: BAB IV DESKRIPSI OBYEK STUDI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15924/4/T1_362014057_BAB IV... · yaitu pernak-pernik seperti lampion, jodang, serta makanan

36

Gambar 2

Tabel Kampung Sudiroprajan secara Demografi

Sumber: kota.surakarta. Diunduh 27 November 2017 pukul 12.50 PM

“Luas wilayah Kampung Sudiroprajan sebesar 23 Ha. Dengan luas tersebut

terbagi menjadi 9 RW dan 35 RT dengan 7 bagian kampung kota yang khas”, Rusbandinah salah satu pengurus Kelurahan.

Page 5: BAB IV DESKRIPSI OBYEK STUDI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15924/4/T1_362014057_BAB IV... · yaitu pernak-pernik seperti lampion, jodang, serta makanan

37

Kampung Sudiroprajan didominiasi oleh sector perdagangan dan jasa baik

formal maupun informal. Letak Kampung Sudiroprajan sangat strategis karena dekat

dengan beberapa objek penting di Kota Surakarta.

4.3 Struktur Organisasi Kampung Sudiroprajan

Struktur Organisasi Kampung Sudiroprajan adalah satu sistem dalam

kelembagaan dalam pengaturan tugas dan fungsi serta hubungan kerja. Berikut table

sturktur organisasi di Kampung Sudiroprajan:

Gambar 3

Struktur Organisasi Kampung Sudiroprajan

Sumber: kota.surakarta. Diunduh 27 November 2017 pukul 1:55 PM

4.4 Sejarah Grebeg Sudiro

Grebeg Sudiro merupakan sebuah tradisi baru yang menunjukkan potret

pembauran budaya antara tradisi masyarakat Jawa dengan tradisi keturunan Tionghoa.

Tradisi ini diciptakan tahun 2007 oleh warga Sudiroprajan oleh Event Grebeg Sudiro

Page 6: BAB IV DESKRIPSI OBYEK STUDI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15924/4/T1_362014057_BAB IV... · yaitu pernak-pernik seperti lampion, jodang, serta makanan

38

diciptakan pada tahun 2007 oleh warga Sudiroprajan yaitu Wiharto ketua Kompak

(Komunitas Perdagangan Masyarakat Pasar Gedhe), Henry (Ketua Klenteng), Sigit

(Kelurahan), Jawul, Haryanto Ko Hok Sing, dan Sarjono Lelono Putro yang kemudian

mendapat persetujuan dari Kepala Kelurahan Sudiroprajan beserta jajaran aparatnya,

para budayawan, dan tokoh masyarakat serta LSM (Lembaga Sosial Masyarakat) di

Kelurahan Sudiroprajan yang sungguh-sungguh pantas mendapat apresiasi karena

peran pihak-pihak yang terlibat telah secara aktif mendorong terlaksananya “event

budaya” atau kegiatan budaya baru yang sungguh-sungguh indah dan membangunkan

rasa persatuan.

Grebeg Sudiro berasal dari kata Jawa, gumrebeg yang artinya riuh atau keramain

yang juga dimaknai sebagai iring-iringan atau perayaan. Sedangkan Sudira, merupakan

nama kampung tersebut. Sehingga

“Grebeg Sudiro merupakan keinginan bersama-sama untuk mencapai satu tujuan

dan menyampaikan pesan yaitu kebhinekaan”3, ujar Jawul masyarakat Jawa salah satu

pendiri Grebeg Sudiro.

Grebeg Sudiro sudah berlangsung sampai saat ini dari tahun 2007 memiliki

tema-tema yang berbeda tetapi tetap mempunyai konsep yang sama yaitu kebhinekaan.

Awal mulanya Grebeg Sudiro adalah sebuah event kampung, yang dirayakan

dari kampung ke kampung. Namun karena yang diperkenalkan budaya yang unik

antara masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa ternyata berhasil menyedot perhatian

dari Pemerintah Kota Solo dan mendapat sambutan positif dari Pemkot Solo.

“Terbukti dengan Pemkot Solo langsung mendaulat Grebeg Sudiro sebagai acara

agenda tahunan yang terjadwal di kalender event Dinas Kepariwisataan Kota

Surakarta”4, ujar Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa salah satu pendiri Grebeg

Sudiro.

3 Wawancara dengan Jawul masyarakat Jawa salah satu pendiri Grebeg Sudiro tanggal 22 Agustus 2017 pukul 2:54 PM 4 Wawancara dengan Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa salah satu pendiri Grebeg Sudiro tanggal 22 Agustus 2017 pukul 3:55 PM

Page 7: BAB IV DESKRIPSI OBYEK STUDI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15924/4/T1_362014057_BAB IV... · yaitu pernak-pernik seperti lampion, jodang, serta makanan

39

Dengan adanya Grebeg Sudiro diharapkan masyarakat luas tidak takut untuk

masuk di kampung ini dan mengetahui keberadaan kelurahan Sudiroprajan. Salah

satunya juga menumbuhkan jiwa kreativitas dan inisiatif para warga Sudiroprajan

dalam menarik perhatian masyarakat luas dengan membuat kerajinan khas asal Cina

yaitu pernak-pernik seperti lampion, jodang, serta makanan khas Tionghoa salah

satunya yaitu kue keranjang.

“Kreativitas dan inisiatif yang ditumbuhkan ternyata berhasil merebut perhatian

masyarakat luas yang akhirnya menunjang dan meningkatkan perekonomian warga

Sudiroprajan”5, ungkap Donny Mahesa Widjaja keturunan Tionghoa panitia Grebeg Sudiro.

Terbentuknya Grebeg Sudiro tidak terlepas pula dari pro dan kontra dalam

perbedaan visi dan misi.

“Pro dan kontra itu wajar, namanya manusia memilih ideologi, cara berpikir dan

sudut pandang yang berbeda-beda”6, ujar Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa salah

satu pendiri Grebeg Sudiro.

Perbedaan pro kontra tidak menimbulkan masalah, kenyataan tercapai

kesepakatan yang sama-sama ingin menumbuhkan kerukunan dan kebersamaan antara

masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa. Hal ini terlihat dari pelaksanaan Grebeg

Sudiro dari 2007 hingga sekarang 2017, kerukunan dan keharmonisan antar masyarakat

Jawa dengan keturunan Tionghoa terlihat begitu jelas bersatu dalam perbedaan.

4.5 Makna Grebeg Sudiro

Event Grebeg Sudiro sendiri memiliki makna tersendiri. Grebeg Sudiro untuk

menunjukkan rasa kebhinekaan dengan bersama-sama untuk mencapai kerukunan

tanpa memandang ras, suku , dan agama.

“Untuk mencapai kebhinekaan tersebut, harus memulai dari pesan yang harus

bisa disampaikan ke masyarakat, salah satunya menggunakan simbolisasi, makanya

setiap dilaksanakkan Grebeg Sudiro ada gunungan kue ranjang, di mana ingin

5 Wawancara dengan Donny Mahesa Widjaja keturunan Tionghoa panitia Grebeg Sudiro tanggal 22 Agustus 2017 6 Wawancara dengan Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa salah satu pendiri Grebeg Sudiro tanggal 22 Agustus 2017 pukul 3:55 PM

Page 8: BAB IV DESKRIPSI OBYEK STUDI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15924/4/T1_362014057_BAB IV... · yaitu pernak-pernik seperti lampion, jodang, serta makanan

40

menunjukkan perpaduan, berdasarkan filosofi yang ada bahwa gunungan berasal dari

masyarakat Jawa sedangkan kue ranjang berasal dari keturunan Tionghoa7, ungkap

Jawul masyarakat Jawa salah satu pendiri Grebeg Sudiro.

Grebeg Sudiro sendiri juga menjadi suatu langkah atau terobosan terbaru, karena

dengan adanya Grebeg Sudiro bisa menunjukkan eksistensi, berupa ajang kreatifitas,

salah satunya yaitu jodang, di mana semua individu di kampung Sudiroprajan akan

berlomba-lomba supaya jodang tersebut dipamerkan pada saat puncak event tersebut.

“Selain itu juga merupakan giat budaya, di mana event menyatukan perbedaan-

perbedaaan yang ada di masyarakat suatu adanya keselarasan , dan memiliki dampak

ke positif salah satunya kerukunan”8, ungkap Debora Septina keturunan Tionghoa panitia

Grebeg Sudiro.

Kunci kerukunan masyarakat Sudiroprajan adalah saling menerima dan saling

menjaga. Ketika ada masalah, masyrakat Sudiroprajan memilih untuk menyelesaikan

secara langsung dengan terbuka dan kekeluargaan.

Hal ini sesuai dengan visi yang dituju oleh masyarakat Sudiroprajan, bahwa

yang ingin dicapai melalui Grebeg Sudiro yaitu supaya melalui Grebeg Sudiro ini bisa

menyebar ke seluruh Surakarta dan bisa menjadi percontohan di Kota Surakarta

sebagai festival pembauran. Sedangkan misi yang diemban oleh Grebeg Sudiro adalah

masyarakat Sudiroprajan masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa itu benar-benar

bisa bersatu. Keturunan Tionghoa bisa menerima masyarakat Jawa, masyarakat Jawa

juga bisa menerima keturunan Tionghoa.

4.6 Tujuan Pelaksanaan Grebeg Sudiro

Setiap penyelenggaraan event selalu memiliki tujuan tertentu, demikian juga

terhadap pelaksanaan event Grebeg Sudiro di Sudiroprajan. Tujuan dari pelaksanaan

Grebeg Sudiro di Sudiroprajan dapat ditinjau dari dua sudut pandang, antara lain:

7 Wawancara dengan Jawul masyarakat Jawa salah satu pendiri Grebeg Sudiro tanggal 22 Agustus 2017 pukul 2:54 PM 8 Wawancara dengan Debora Septina keturunan Tionghoa panitia Grebeg Sudiro tanggal 23 Agustus 2017 pukul 10:00 AM

Page 9: BAB IV DESKRIPSI OBYEK STUDI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15924/4/T1_362014057_BAB IV... · yaitu pernak-pernik seperti lampion, jodang, serta makanan

41

a. Lahiriah

Grebeg Sudiro diadakan tiap tahun yang memiliki konsep yang sama tetapi

temanya selalu berbeda-beda. Agenda ini merupakan kegiatan ritual dan budaya dan

event kirab gunungan. Sebelum pelaksanaan puncak acara Grebeg Sudiro pastinya

dilaksanakan kegiatan pra event yang disebut dengan kegiatan sedekah bumi. Dalam

sedekah bumi sebenarnya ingin menunjukkan kearifan lokal yang ada di Sudiroprajan.

Tujuan dari sedekah bumi meliputi dua yaitu sebagai keselamatan bangsa dan bagian

dari filosofi Indonesia, di mana setiap adanya kegiatan hajatan rumah-rumah bersihkan

baik dalam maupun luar dikarenakan malamnya akan dilewati kirap.

“Kirap sendiri merupakan bagian dari leluhur yang memaknai “ngabeki karo ibu

pertiwi menunjukkan sebagai wujud syukur karena sudah memberikan sedekah”9,

ungkap Jawul masyarakat Jawa salah satu pendiri Grebeg Sudiro.

Pra event sedekah bumi sudah menjadi satu paket dalam rangkaian acara

Grebeg Sudiro. Pra event sedekah bumi bertujuan untuk menunjukkan memperingati

dan mengenang Sunan Paku Buwono II yang saat itu tengah melewati sebuah jembatan

di atas sungai kecil di Kampung Mijen. Padaa saat melewati jembatan tersebut, tutup

teko Sunan Paku Buwono II terjatuh dengan tidak sengaja, kemudian dicari-cari

ternyata tidak ditermukan.

“Berawal dari sebuah kejadian itu di atas sungai kecil, tempat itu kemudian oleh

Sunan Pakubuwono II diberi nama jembatan “Bok Teko” yang lambat laun menjadi ikon

dari kampung Sudiroprajan”10 , ungkap Dwi Gendro Suwistino masyarakat Jawa panitia

Grebeg Sudiro.

Banyak orang berdoa di tempat itu karena tutup teko dari Sunan Pakubuwono

II yang dulu terjatuh tidak ditemukan, ternyata setelah dicari-cari yang keluar adalah

seekor ular.

“Hal ini diyakini oleh penduduk setempat, setiap keluarnya ular tersebut dari

jembatan di atas sungai kecil itu sebagai pertanda akan terjadi suatu bencana atau

9 Wawancara dengan Jawul masyarakat Jawa salah satu pendiri Grebeg Sudiro tanggal 22 Agustus 2017 pukul 3:44 PM 10 Wawancara dengan Dwi Gendro Suwistino masyarakat Jawa panitia Grebeg Sudiro tanggal 23 Agustus 2017 pukul 4:25 PM

Page 10: BAB IV DESKRIPSI OBYEK STUDI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15924/4/T1_362014057_BAB IV... · yaitu pernak-pernik seperti lampion, jodang, serta makanan

42

musibah”11 , ungkap Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa salah satu pendiri Grebeg

Sudiro.

b. Batiniah

Dalam hidup bermasyarakat, nilai sosial akan tercemin apabila hubungan antara

dua atau lebih warga masyarakat mempunyai kepentingan yang sama dalam suatu

usaha untuk mewujudukan tujuan yang sama pula. Dengan demikian kepentingan dan

tujuan yang sama tersebut merupakan suatu gejala tertentu yang memiliki nilai sosial.

Sehubungan dengan hal itu, maka dapat dikemukakan bahwa pelaksanaan upacara

tradisi Grebeg Sudiro di Sudiroprajan merupakan kepentingan bersama antara anggota

masyarakat penyelenggara.

“Grebeg Sudiro secara batiniah difungsikan sebagai sarana perekat kerukunan

antar etnis, pluralisme, dan meningkatkan persatuan dan kesatuan”12 ,ungkap Jawul

masyarakat Jawa salah satu pendiri Grebeg Sudiro.

Makna lain dari upacara tradisi Grebeg Sudiro adalah media integrasi dan

memperlihatkan kebhinekaan etnis. Kampung Sudiroprajan dikenal sebagai kampung

pecinan, tetapi di kawasan itu tinggal suku masyarakat Jawa yang akhirnya bercampur

jadi satu dan membaur dalam seni dan budayanya. Pembauran antara masyarakat Jawa

dengan keturunan Tionghoa di Sudiroprajan kemudian dikenal dengan istilah “kue

ampyang” yang muncul akibat proses perkawinan antara masyarakat Jawa dan

keturunan Tionghoa. Ampyang yang terbuat dari kacang dan gula jawa merupakan

bahan makanan ringan yang menonjolkan ciri khas dari masing-masing etnis yaitu

kacang berasal dari Tionghoa sedangkan gula Jawa berasal Jawa.

4.7 Interaksi antara masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa

Grebeg Sudiro adalah hasil cipta, rasa, dan karsa dari masyarakat Sudiroprajan

yang kini mnejadi sebuah budaya baru di Kota Solo. Grebeg Sudiro sendiri merupakan

suatu produk budaya. Pembauran masyarakat Sudiroprajan menyebabkan adanya

11 Wawancara dengan Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa salah satu pendiri Grebeg Sudiro tanggal 22 Agustus 2017 pukul 4:25 PM 12 Wawancara dengan Jawul masyarakat Jawa salah satu pendiri Grebeg Sudiro tanggal 23 Agustus 2017 pukul 1:44 PM

Page 11: BAB IV DESKRIPSI OBYEK STUDI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15924/4/T1_362014057_BAB IV... · yaitu pernak-pernik seperti lampion, jodang, serta makanan

43

pembelajaran budaya dari masyarakat Jawa terhadap keturunan Tionghoa begitu pula

sebaliknya. Dari pembauran tersebut dimulai dari komunikasi atau interaksi satu sama

lain yang ada di Sudiroprajan.

“Dari interaksi sendiri banyak pengalaman yang diperoleh, salah satunya secara

manajemen keuangan bahwa kita harus belajar, selain itu dari interaksi sendiri

munculah rasa persatuan dalam kebhinekaan, dan hal ini bisa memberikan contoh

kepada generasi selanjutnya bahwa dalam sebuah interaksi kita tidak memandang

dalam ras, suku ataupun agama”13, ungkap Didik masyarakat Jawa panitia Grebeg Sudiro.

Proses komunikasi yang berjalan dalam Grebeg Sudiro yaitu masyarakat

Sudiroprajan, yaitu masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa saling berkomunikasi

atau berinteraksi melalui media yaitu Grebeg Sudiro sehingga media penyampaian

pesan tersebut menghasilkan kerukunan/kerharmonisan, yang berterapan dari

kebhinekaan di Sudiroprajan. Grebeg Sudiro sebagai penggerak dalam kebudayaan,

dalam interaksi sosial dapat membangun lebih komunikasi dari pra event sampai

puncaknya event, sehingga mengenal budaya satu sama lain, juga subjektif orang juga

dan memberikan feed back. Grebeg Sudiro mampu dijadikan tempat pembelajaran

komunikasi atau interaksi antarsatu lain (masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa).

Interaksi semakin membaik, karena tujuan utama yaitu ingin menginformasikan sebuah

pesan ke kampung Sudiroprajan dan kota Solo, yaitu keharmonisan sosial. Sehingga

Grebeg Sudiro bisa dijadikan percontohan untuk Kota Surakarta, bahkan kota lain,

harapan yaitu mampu menjadi contoh bagi daerah lain ntuk bisa mengembangkan

kebudayaan masing-masing daerah, bahkan bisa meniru persatuan antaretnis yang

terjadi di Sudiroprajan hingga tercipta persatuan di kota Solo.

4.8 Kebudayaan Grebeg Sudiro di Kampung Sudiroprajan

Budaya Grebeg Sudiro menyimpan potensi sebagai daya tarik wisata unggulan

di Solo, Jawa Tengah. Grebeg Sudiro memiliki potensi menjadi daya tarik wisata

unggulan di Solo. Pasalnya, kegiatan budaya ini memiliki makna yang kuat, yakni

13 Wawancara dengan Didik masyarakat Jawa panitia Grebeg Sudiro tanggal 23 Agustus 2017 pukul 4:22 PM

Page 12: BAB IV DESKRIPSI OBYEK STUDI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15924/4/T1_362014057_BAB IV... · yaitu pernak-pernik seperti lampion, jodang, serta makanan

44

menjaga dan memperkuat pluralisme serta wujud akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa.

Grebeg Sudiro juga melibatkan berbagai komponen masyarakat lintas agama, etnis, dan

budaya.

Biasanya dalam perayaan Grebeg Sudiro ialah saat perebutan hasil bumi,

makanan yang disusun membentuk gunung. Tradisi rebutan didasari oleh falsafah Jawa

ora babah ora mamah yang artinya, jika tidak berusaha tidak makan. Sedangkan, bentuk

gunung memiliki maksud dari masyarakat jawa atas rasa syukur pada sang pencipta.

Dalam Grebeg Sudiro gunungan disusun dari ribuan kue keranjang, kue khas orang

tionghoa saat menyambut imlek. Gunungan ini diarak disekitar kawasan Sudiroprajan,

diikuti pawai dari kesenian Tionghoa dan Jawa.

“Dari kesenian barongsai, liong, wushu, kirab 14 jodang (kotak untuk menyimpan

penganan), gunungan yang berisi kue keranjang, bakpao, onde,onde, atraksi reog

ponorogo, tarian tradisional, pakaian tradisional, adat keraton sampai kesenian

kontemporer akan digelar di sepanjang jalan kawasan Sudiroprajan”14, ungkap Debora

Septiana keturunan Tionghoa panitia Grebeg Sudiro.

Segi pemain dalam kesenian juga sudah terjadi pluralisme antara masyarakat

Jawa dan keturunan Tionghoa, dalam kesenian Barongsai yang memainkan orang

masyarakat Jawa padahal kesenian tersebut merupakan keturunan Tionghoa, dan begitu

sebaliknya.

14 Wawancara dengan Debora Septiana keturunan Tionghoa panitia Grebeg Sudiro tanggal 24 Agustus 2017 pukul 5:44 PM