bab iiii ks

20
BAB III KEGIATAN LAPANGAN 3.1 PT. Krakatau Steel (PERSERO) Tbk. Kegiatan lapangan dilakukan dengan mengunjungi salah- satu perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan bijih besi yang bertempat di Jl. Jend. Sudirman, Cilegon. Setelah sampainya disana, kegiatan pertama yang dilakukan adalah sambutan-sambutan oleh manajement PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk dan pembimbing kuliah kerja lapangan (KKL), serta pengenalan profil perusaan oleh pihak PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, berdiri pada tahun1956 – 1957 atas gagasan Ir. H Juanda untuk membangun industry baja dan penelitian lokasi oleh biro perancang nasional. Dan kemudian peletakan batu pertama oleh proyek besi baja TRIKORA pada tanggal 20 Mei 1962, dan sempat terhenti pada tahun 1956 – 1967 yang disebabkan terjadinya gejolak politk yaitu meletusnya G30SPKI, dan pada tanggal 28 Desember 1967 dilanjutkan kembali untuk pembangunan industry baja dengan status proyek menjadi PT. Krakatau Steel. Perkembangan Krakatau Steel sebagai perusahaan yang bergerak di bidang industri baja berlangsung cukup maju. Dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun, Perseroan sudah menambah berbagai fasilitas produksi seperti Pabrik Besi Spons, Pabrik Billet Baja, Pabrik Batang Kawat, serta

Upload: nizahabib

Post on 17-Jan-2016

42 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Krakatau Steel

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IIII KS

BAB III

KEGIATAN LAPANGAN

3.1 PT. Krakatau Steel (PERSERO) Tbk.

Kegiatan lapangan dilakukan dengan mengunjungi salah-satu

perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan bijih besi yang bertempat di Jl.

Jend. Sudirman, Cilegon. Setelah sampainya disana, kegiatan pertama yang

dilakukan adalah sambutan-sambutan oleh manajement PT. Krakatau Steel

(Persero) Tbk dan pembimbing kuliah kerja lapangan (KKL), serta pengenalan

profil perusaan oleh pihak PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.

PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, berdiri pada tahun1956 – 1957 atas

gagasan Ir. H Juanda untuk membangun industry baja dan penelitian lokasi oleh

biro perancang nasional. Dan kemudian peletakan batu pertama oleh proyek besi

baja TRIKORA pada tanggal 20 Mei 1962, dan sempat terhenti pada tahun 1956

– 1967 yang disebabkan terjadinya gejolak politk yaitu meletusnya G30SPKI, dan

pada tanggal 28 Desember 1967 dilanjutkan kembali untuk pembangunan

industry baja dengan status proyek menjadi PT. Krakatau Steel.

Perkembangan Krakatau Steel sebagai perusahaan yang bergerak di

bidang industri baja berlangsung cukup maju. Dalam kurun waktu kurang dari

sepuluh tahun, Perseroan sudah menambah berbagai fasilitas produksi

seperti Pabrik Besi Spons, Pabrik Billet Baja, Pabrik Batang Kawat, serta fasilitas

infrastruktur berupa pusat pembangkit listrik, Pusat Penjernihan Air, pelabuhan

khusus Cigading dan sistem telekomunikasi. Dengan perkembangan ini, PT

Krakatau Steel (Persero) menjadi satu-satunya perusahaan baja yang terpadu di

Indonesia.

Tidak berhenti di sana, Perseroan terus mengembangkan produksi

berbagai jenis baja untuk bermacam keperluan, seperti baja lembaran panas,

baja lembaran dingin dan batang kawat. Saat ini, Krakatau Steel memiliki

kapasitas produksi baja kasar sebesar 2,45 juta ton per tahun untuk mendukung

produksi baja tersebut. Dan dengan sepuluh anak perusahaan Krakatau Steel

sanggup mendiversifiasi usahanya pada usaha-usaha penunjang yang

menghasilkan berbagai produk baja bernilai tambah tinggi (seperti pipa spiral,

Page 2: BAB IIII KS

pipa ERW, baja tulangan, baja profil), meyediakan industri utilitas (air bersih,

tenaga listrik), industri infrastruktur (pelabuhan, kawasan industri), industri jasa

teknik (konstruksi, rekayasa), teknologi informasi, serta menyediakan layanan

kesehatan (rumah sakit). Produk- produk baja Krakatau Steel ini tak hanya

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan baja nasional, tetapi juga dipasarkan

secara internasional

Gambar 3.1Korporasi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Setelah progres dari PT. Krakatau Steel berjalan, kemajuan perusahaan

diikuti dengan peresmiannya pabrik–pabrik dan fasilitas-fasilitas lain yang

terdapat di PT. Krakatau Steel, diantaranya :

Diresmikan Pabrik Kawat,Pabrik Baja Tulangan dan Pabrik Baja Profil

pada tahun 1977

Diresmikan Pabrik Besi Spons ( HYL-I),Pabrik Billet Baja,Pabrik Batang

Kawat,dan Fasilitas infrastruktur ( PLTU,Pengadaan Air,Pelsus Cigading

dan Telekomunikasi) pada tahun 1979

Diresmikan Pabrik Slab Baja dan Pabrik Baja LembaranPanas pada

tahun 1983

Page 3: BAB IIII KS

Diresmikan Pabrik Slab Baja dan Pabrik Baja Lembaran Panas pada

tahun 1983

Pabrik Baja Lembaran Dingin diakuisisi ( merger) menjadi unit produksi

PT KS Pabrik Kawat,Pabrik Baja Tulangan dan Pabrik Baja Profil

menjadi PT Krakatau Wajatama pada tahun 1991

Diresmikan Pabrik Besi Spons HYL III dan Pabrik Slab Baja -2 pada

tahun 1993

Restrukturisasi Perusahaan : PLTU, Pengadaan Air Pelabuhan dan

Rumah Sakit pada tahun 1996

Bergabung menjadi anggota PT BPIS ( Bahana Pakarya Industri

Strategis) pada tahun 1999

Pembubaran PT BPIS menjadi BUMN pada tahun 2002

Dan pada tahun 2003 didapatkan :

Optimalisasi Cold Rolling Mill : 950.000 ton/thn

Optimalisasi Hot Rolling Mill : 2.4 juta ton/thn

Pihak dari PT. Krakatau Steel juga memutarkan film tentang profil

perusahaan (Induction PT. Krakatau Steel) serta arahan sebelum dilakukannya

kegiatan kunjungan ke pabrik-pabrik pengolahan (vaints) yang berada di area

PT. Krakatau Steel. Dalam pemaparannya, PT. Krakatau Steel memiliki enam

pabrik produksi dengan produk yang berbeda-beda yang membuat perusahaan

ini sebagai pabrik baja terpadu. perusaan ini memproduksi berbagai jenis produk

baja yang prosesnya dari hulu yang berupa bahan baku sampai ke hilir yang

produknya berupa baja. Dan berikut adalah pembahasan dari keenam pabrik

produksi tersebut yang mengolah bijih besi menjadi beberapa kategori, sekaligus

merupakan hasil dari kunjungan pada ,masing-masing pabrik tersebut.

3.1.1 Proses Produksi Besi Sponge

Proses produksi besi sponge yang dimiliki oleh PT. krakatau Steel adalah

melalui Direct Reduction Proses /DR proses yang memproduksi logam –besi

( Metalic Iron ) dari proses reduksi biji besi atau bentuk besi –oksida lainnya,

misalnya pellet yang berkangsung di bawah suhu lebur ( temperature melting )

dari bahan-bahan yang terlibat,dalam hal ini logam besi.

Proses reduksi yang popoler memakai gas alam sebagai sumber gas

reduktor adalah proses Midrex dan proses Hyl I,III. Proses Hyl I ini terdiri dari

dua bagian utama yaitu proses reduksi bijih besi dan proses pengubahan atau

Page 4: BAB IIII KS

reformasi gas alam. Proses reduksi bijih besi dilakukan dalam suatu bejana

retort, biji besi yang dipakai pada umumnya adalah pellet, besi,oxyda,yang

dimaksud bagian retort. Sedangkan gas reduktor hasil dari reaksi cracking dalam

alat reformer yang terdiri dari campuran H2 dan CO yang juga dimasukan dari

atas retort dan di keluarkan dari bawah retort. Reaksi reduksi berlangsung

selama 5 – 6 jam pada temperature antara 9000 °C s/d 10000 °C.

Gambar 3.1Gas Base Integrated Steel Plant Route

Setelah reaksi reduksi pellet sesuai makan berubah menjadi besi spons

dengan derajat metalisasai antara 85 s/d 90 % langkah selanjutnya adalah

didinginkan dan kemudian dikeluarkan dari dalam rector lewat pintu bawah.

Perbandingan gas reduktor yang umum di gunakan antara 3/1 s/d 6/1 sedangkan

gas yang digunakan pada plant DR kita, perbandingannya antara 5/1 ( 74% H2

dan 14% Co dan selebihnya gas Co2 dan CH4 ). Dan berikut merupakan

penjabaran reaksi kimia yang terjadi.

Fe23 3H2 2Fe + 3H2 O - 72,88 kj

Fe2 O3+3CO2 2Fe + 3CO2 + 42,97 kj

Disamping itu terjadi jug areaksi yang pada akhirnya besi spons akan

mengandung sejumlah unsur carbon, dengan reaksi sebagai berikut:

2CO C + CO2

3Fe + 2CO Fe3C + CO2

Page 5: BAB IIII KS

CH4 C + 2H2

3Fe + CH4 Fe3C + 2H2

Reaksi gas CO berlangsung pada temperature 5000 s/d 6000

C,sedangkan CH4 berlangsung diantara temperature 9000 C. Seperti diketahui

unsure carbon dalam besi spons sangant di perlukan untuk melangsungkan

reaksi didih carbon dengan baik sehingga dihasilkan baja cair yang baik. Untuk

mendapatkan gas reduktor dari gas alam dapat dilakukan dengan udara (21%

O2,79% N2) gas Oxygen ( O2 ) uap air (H2O) dan gas carbon dioksida ( CO2 )

mengikuti reaksi-reaksi sebagai berikut :

2CH4 + O2 + 3,76 N2 4H2 + 2CO + 3,76 N2

2CH4 + O2 4H2 + 2CO

2CH4 + H2O 3H2 + CO

CH4 + CO2 2H2 + 2CO

Dalam proses reaksi reformasi gas alam dengan uap air dihasilkan gas

CO dan gas H2 (reaksi 3) yang juga dihasilkan gas CO2 menurut reaksi sebagai

berikut :

CO + H2O CO2 + H2

Dan karena reaksi gas alam tidak berlangsung sempurna sekali, maka

lazimnya masih ada CH4 tersisa, sehingga gas reduktor akan terdiri dari H2, CO,

CO2 dan CH4. Pada umumnya reaktort retort proses Hyl disusun seri seperti yang

kita miliki 4 tersusun seri dan merupakan satu modul, dari ke 4 ( empat ) reactor

tersebut tidak bersamaan seperti contoh satu reactor dalam posisi

tapping/mengeluarkan material dan secara bersamaan satu reactor dalam posisi

charge/pemasukan pellet, dan saat itu juga satu reactor ada pada posisi

pendinginan sedang dua reactor yang lain dalam proses reduksi awal dan

reduksi akhir/lanjut. Proses Hyl pada dasarnya adalah proses yang tidak continue

( batch proses ) sehingga pemakaian gas lam per ton DRI yang dihasilkan

relative tinggi, yaitu di sekitar 500 s/d 600 m3.

Setelah mempelajari proses dan cara kerja HYL I sebagai basis

pengindungan selanjutnya yang pada akhirnya muncul proses HYL III yang

dilakukan dalam suatu tanur tegak dan prosesnyapun continuos dan produksinya

dapat mencapai 500.000 ton pertanur, dan proses tanur HYL I sebenarnya dapat

juga di gunakan pada HYL III ini. Proses produksi berlangsung pada temperature

9000 C pada tekanan 4,5 atm (gangue), sehingga system klep, baik pada bagian

Page 6: BAB IIII KS

atas maupun dasar, tanur cukup complex dan dalam proses ini di perlukan

peralatan untuk menghilangkan gas CO2 ( CO2 removal equipment ) agar

kemampuan mereduksi dari gas reduktor tetap baik.

Dengan proses Hyl III pemakain gas alam dapat di hemat 20 s/d 30%

perton besi spons dan yang dihasilkan bisa mencapai 380 s/d 400 m3.

sedangkan midrex yang systemnya hampir tidak jauh berbeda memiliki kapasitas

lebih tinggi hingga 800.000 ton DRI pertahun dan hanya mengkonsumsi gas

alam sekitar 400 m3 per ton.

3.1.2 Proses Pembuatan Baja

Dalam proses pembuatan baja terkesan sangat sederhana dan mudah,

mengingat baja jika ditinjau dari segi definiti yaitu Fe dan C, namun baja yang

sesungguhnya dalam konsumsi atau yanag pada umumnya digunakna oleh

masyarakat ternyata komplek dan banyak ragam variasi, seperti untuk pegas/per,

kendaraan bermotor, perlatan rumah tangga hingga konstruksi baik jembatan

maupun gedung. Jika kita perhatikan hal tersebut diatas memang terkesan

begitu kompleks, namun yang akn kami bahas saat ini adalah hanya sebatas

bagaiman memproduksi baja yang berkualitas tinggi/baik. Untuk menghasilkan

baja berkualitas tinggi dan proses yang baik, maka di butuhkan beberapa

persyaratan tertentu seperti berikut :

- Bahan baku yang baik

- Proses penanganan yang baik

- Peralatan yan baik dan manusia/personil yang berkualitas.

3.1.2.1 Bahan Baku Utama

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan baja di

kelompokkan menjadi dua kelompok utama yaitu kelompok bahan poko dan

bahan baku penunjang.

a. Bahan baku utama proses pembuatan baja adalah besi tua yang dikenal

dengan istilah umum besi rongsokan, seperti kapal bekas, mobil

bekas/bekas perkakas. Besi jenis inilah yang terkandung cukup

merepotkan dalam segi control maupun pembersihan dari zat-zat yang

melekat yang bukan saja mengandung unsur-unsur yang tidak kalah

konstribusi downnya kualitas seperti Cu,Cr,Zn,H dan Ni. Bahan lain yang

tidak kalah pentingnya untuk di waspadai adalah skull yang membawa

kotoran cukup tinggi tidak saja berpengaruh terhadap kualitas akan tetapi

Page 7: BAB IIII KS

juga proses itu sendiri yaitu membuat electrode patah karena skull adalah

merupakan barang limbah industri baja yang gagal diproses,yang sengaja

atau tidak di sengaja dibuang sehingga banyak sekali mengandung

bahan pengotor yang ikut mengeras sehingga menjadi pelapis dan

lapisan tersebut termasuk dalam jenis non konduktor,namun masih dapat

dihisap oleh magnit sehingga lolos dan ikut terproses.

b. Skull merupakan bahan limbah metal proses, yang dapat di manfaatkan

untuk dip roses ulang. Bahan baku scrap local atau Home scrap,bahan

baku ini tidak dapat membuat masalah dalam proses produksi, karena

bahan baku ini berasal dari limbah industri roling baik plat maupun Profil

dan billet cacat/reject yang termasuk bahan baku berkualitas tinggi.

Bahan baku buatan yaitu bahan baku yang sengaja diproduksi untuk

dijadikan bahan baku pokok pembuatan baja, yaitu seperti DRI/besi

sponge yang sudah di bahas pada bagian terdahulu, yang kualitasnya

bergantung pada bahan dasar yaitu kualitas biji besi.

c. HBI/Hot Briket Iron yaitu besi sponge yang di cetak dengan ukuran dan

tekanan tertentu.

d. CBI/Cold Briket Iron yaitu debu dari besi sponge yang di beri perekat dan

di masukan kedalam cetakan.

e. Pig Iron yaitu bahan yang berasal dari biji besi yang di lebur dan di

campur unsur carbon dalam blast furnace lalu di tuang pada cetakan

dengan ukuran yang tidak beraturan/tidak seragam berbentuk lempengan

biasa.

3.1.2.2 Bahan Baku Pendukung

a. Bahan baku pendukung dimaksud yang mendukung pencapaian proses

dan produksi baja hingga mencapai apa yang diinginkan dalam upaya

produk akhir, yang di sesuaikan dengan pencapaian klasifikasi grade

produk. Seperti untuk konstruksi jembatan dan gedung bertingkat,

peralatan rumah tangga hingga kendaraan bermotor, yaitu di butuhkan

bahan baku atau material pendukung seperti fero alloy yang di maksud

FeMn,SiMn,FeSi,FeV,FeNb,FeAl,Cu,Cr dan CaSi dimana material

tersebut masih dapat dikelompokan menjadi kelompok additive.

b. Kapur Bakar/batu kapur adalah bahan pembantu ( additive ) dalam

proses pembuatan baja yang berfungsi untuk melindungi refractory dapur

Page 8: BAB IIII KS

listrik dan juga berfungsi mereduksi unsur phospor dan sulfur dari baja

cair.

c. carbon raiser dan gas oksigen

Gambar 3.1Bagan Alir Proses Produksi PT. Krakatau Steel

Proses penanganan yang baik ini tidak saja dilakukan dalam proses

pembuatan baja, namun hampir semua kegiatan usaha di harus harus ditangani

dengan baik jika kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan,baik dalam

proses kehidupan maupun usaha. Namun proses penanganan yang baik dalam

kontek upaya pencapaian produksi baja yang berkualitas dan memiliki daya

saing yang tinggi nampaknya tidak sederhana misalnya di mulai dari penanganan

material sebagai bahan baku harus betul-betul di perhatikan kebersihannya dari

unsur pengotor,unsure kualitas dan distribusi :

a. Unsur pengotor dimaksud dari Lumpur, tanah bahkan hingga kepada

ukuran yang perlu dipatuhi.

b. Unsur kualitas baik di tinjau dari komposisi hingga densitas dan bebas

dari bahan peledak atau mudah meledak sehingga berpengaruh

terjadinya kerawanan produk & alat.

Page 9: BAB IIII KS

c. Distribusi baik dari pengadaan sampai pada pengiriman ke tujuan proses

maupun tujuan produk. Semua tersebut harus ditangani dengan sungguh-

sungguh dan penuh rasa tanggung jawab.

d. Dan yang tidak kalah pentingnya penanganan proses dari mulai proses

persiapan bahan proses peleburan, proses pemurnian, proses

pencetakan/casting hingga proses control quality sebelum produk di kirim

ke konsumen.

3.2 Produk Yang Dihasilkan PT. Krakatau Steel (PERSERO) Tbk.

3.2.1 Hot Rolled Coil / Plate 

Hot rolled coil/plate digulung dalam bentuk coil dan plat merupakan jenis

produk baja yang dihasilkan dari proses hot rolling. Baja ini biasa disebut sebagai

'baja hitam', kata tersebut digunakan untuk membedakannya dengan Hot rolled

coil/plate yang dikenal sebagai 'baja putih'.

Foto 3.Product Hot Rolled Coil / Plate

Krakatau Steel juga memproduksi baja karbon polos dan mikro-paduan

baja yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, dari keperluan umum atau

komersial sampai dengan kualitas tertentu, seperti kerangka kontruksi pabrik

atau gedung-gedung dan baja kerangka kendaraan bermotor. Ketebalan hot

rolled coil/plate berkisar 1,80-25 mm, sedangkan lebar berkisar 600-2060

mm. Produk hot rolled coil/plate panas dapat diberikan dalam bentuk gulungan

dan piring. Kondisi ini dapat berupa kumparan atau produk melalui pengawetan

dan proses meminyaki (hot rolled coil-acar diminyaki atau HRC-PO).

Krakatau Steel mampu untuk menghasilkan hot rolled coil/plate

berkualitas tinggi untuk tujuan tertentu karena telah mengoperasikan kontrol

Page 10: BAB IIII KS

thermomechanic dan proses desulfurisasi menggunakan tungku sendok.

Penggunaan hot rolled coil/plate meliputi aplikasi seperti di bawah ini:

Umum konstruksi dan welding

Pipa dan tabung

Komponen otomotif dan kerangka

Minyak dan gas pipeline

Pipa sumur minyak & tabung

Tabung gas

Cuaca baja bukti korosi

Logam besi hms rerolling

Kapal konstruksi

Boiler & kontainer bertekanan

3.2.2 Cold Rolled Coil / Plate 

Cold rolled coil dikenal sebagai 'baja putih' merupakan jenis produk baja

yang diproduksi dari proses cold rolling. Baja putih ini memiliki tipe berbeda

secara signifikan dari karakteristik dibandingkan dengan 'baja hitam' atau hot

rolled coils. Gulungan cold rolled coil memiliki kualitas permukaan yang lebih

baik, lebih tipis dan dengan ukuran yang lebih tepat, dan juga memiliki sifat

mekanik yang baik dan sifat keterbentukan yang sangat baik.

Foto 3.Product Cold Rolled Coil / Plate 

Baja dalam kategori ini memiliki sifat kemampu bentukan yang lebih baik,

dan kualitas yang cukup bagus. Baja-baja putih juga digunakan untuk aplikasi

dalam galvanizing (zinc-coating) dan enamel (lapisan porselen-) industri, dan

digunakan sebagai bahan dasar dalam pemebuatan kaleng timah mill black plate

dalam industri makanan dan minuman. 

Page 11: BAB IIII KS

Untuk spesifikasi ketebalan, berbagai perusahaan baja memproduksi

baja putih dengan ukuran 0,20-3,00 mm, whilefor unannealed sheet (dalam

bentuk coil) dengan ketebalan maksimum adalah 2,00 mm. Krakatau Steel

memiliki degasser vakum dan fasilitas metalurgi ladle untuk menghasilkan baja

dengan kualitas tertentu, seperti baja low carbo dan Baja Interstitial (IF Steel),

dan cocok untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi. Dalam rangka

memenuhi kebutuhan cold rolled coil dengan formability berkualitas tinggi,

Krakatau Steel menggunakan batch khusus dengan fasilitas tungku yang murni

akan hidrogen atmosfer.

Aplikasi dari cold rolled coil yang diproduksi oleh Krakatau Steel, antara

lain sebagai berikut:

Otomotif 

Galvanis Lembar 

Pipa dan Tabung 

Porcelain Enamel 

Tin Mill Hitam Plat

3.2.3 Wire Rod 

Wire rod merupakan batang kawat terbuat dari baja billet, sehingga

batang kawat dikategorikan sebagai produk bar, untuk membedakannya dari hot

rolled coil dan cold rolled coil yang terbuat dari baja slab. Batang kawat biasanya

diklasifikasikan sesuai dengan isi dari karbon, yaitu kawat batang dengan karbon

rendah, menengah, atau tinggi. 

Foto 3.Product Wire Rod 

Batang kawat dengan karbon rendah dan menengah memiliki contentof

karbon kurang dari 0,25%. jenis baja ini umumnya digunakan untuk kawat, paku,

Page 12: BAB IIII KS

wire mesh, dan material sebagai dasar untuk fabrikasi dilas (jendela atau pintu

kisi, pagar, dan bar). Aplikasi spesifik seperti kawat elektroda berlapis untuk

tujuan pengelasan membutuhkan kontrol yang sangat ketat dalam hal konten

paduan yang disukai oleh pelanggan.

Aplikasi lain membutuhkan kekuatan tarik yang lebih tinggi. Aplikasi ini

memerlukan kandungan karbon tinggi (biasanya lebih dari 0,40%) dengan

penambahan sejumlah paduan, seperti Nb, V, Cr, dan untuk menghasilkan baja

dengan kekuatan tarik bar yang lebih baik dan formability tinggi. Wire rod

biasanya digunakan untuk tempat tidur musim semi, (sepeda motor) sepeda roda

teralis, frame payung, dan konstruksi lainnya. Aplikasi wire rod ini meliputi:

Kawat, Nail, dan Mesh

Bolt dan Screw

Spring Bed, Spoke, dll

Tabel 3.Size And Application Product

PRODUCT SIZE SPECIFICATION MAJOR APPLICATION

HRC/PThickness 1.8 to 25 mmWidth 600 to 2080 mm

Automotive Ship Build

(Hot Rolling Constr. & Fab. Containers

Coil / Plate) Pipe & Tube  

CRC/S

Thickness 0.18 to 3.0 mmWidth 500 to 1250 mm

Appliance Tin Plate

(Cold Rolling Automotive Enamel

Coil / Shet) Drum Pipe

  Galvalum  

Nail Electroda

Wire Rod  Diameter 5.5 to 20 mm Bendrad Bold & Nut

    Wiremesh Spring Bed

    Shafting Bar  

Page 13: BAB IIII KS

Grafik 3.

Grafik Ukuran (Size) Baja dan Jenis Produk Yang Dihasilkan

Page 14: BAB IIII KS

Gambar 3.2Aliran Produk PT. Krakatau Steel