bab ii.doc

47
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP DASAR PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENGLIHATAN 1. Pengertian a. Persepsi sensori Adalah proses diterimanya rangsangan sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti penginderaan sensori : proses penerimaan rangsang. Jadi gangguan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal. Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara fantasi dengan kenyataan. 9

Upload: achmar-saja

Post on 16-Sep-2015

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

PAGE 32

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENGLIHATAN

1. Pengertian

a. Persepsi sensori

Adalah proses diterimanya rangsangan sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti penginderaan sensori : proses penerimaan rangsang. Jadi gangguan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal. Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari luar dirinya.

Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara fantasi dengan kenyataan. Mereka dalam menggunakan proses pikir yang logis, membedakan dengan pengalaman dan dapat memvalidasikan serta mengevaluasinya secara akurat. Jika ego diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realitas dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor sensori terhadap stimulus eksternal. Misalnya sensori terhadap rangsangan, pengenalan dan pengertian akan perasaan seperti : ucapan orang, objek atau pemikiran. Persepsi melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensori dari pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Gangguan ini dapat bersifat ringan, berat, sementara atau lama. (http://urbani.USU.ac.id)

b. Halusinasi

1) Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi , merasakan sensori palsu atau stimulus yang sebetulnya tidak ada, berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, dan penghidu. (Depkes, RI. 2006).

2) Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah atau palsu yang dijumpai adanya rangsangan dari luar, tampak sebagai suatu yang khayal dan merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang tersepsi. (Iyus Yosep, 2007).

3) Halusinasi adalah gangguan atau persepsi panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. (http://www.Library.USU.ac.id).

2. Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adaptif

Respon Maladaptif

- Pikiran logis - Pikiran kadang - Gangguan pikiran atau

- Persepsi akurat menyimpang ilusi waham

- Emosi konsisten - Reaksi emosional - Halusinasi dengan berlebihan atau - Kesulitan untuk mem

Pengalaman kurang proses emosi

- Perilaku sesuai - Perilaku aneh tak - Ketidak teraturan

hubungan sosial lazim perilaku

- Menarik diri - Isolasi sosial

Perilaku yang berhubungan dengan masalah-masalah persepsi berawal dari respon adaptif yaitu : pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten dengan pengalaman, perilaku sesuai dengan hubungan sosial.

Apabila terjadi ketidakmampuan untuk memproses informasi, hubungan interpersonal, serta tidak dapat memecahkan masalah, sehingga fikiran kadang menyimpang, ilusi, reaksi emosional berlebihan atau kurang, perilaku aneh tak lazim, dan bahkan menarik diri.

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. klien mangalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat sesuai stimulus yang diterima. Gejala psikosis dikelompokkan dalam lima kategori utama fungsi otak yang juga saling berhubungan. (Stuart, 2006) :a. KognisiPerilaku yang berhubungan dengan masalah proses informasi yang berkaitan dengan skizofrenia sering disebut sebagai defisit kognitif. Prilaku ini termasuk masalah pada semua aspek memori, perhatian, bentuk, dan isi bicara, pengambilan keputusan dan isi pikir.

b. Persepsi

Mengacu pada identifikasi dan interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Perilaku yang berhubungan dengan masalah-masalah persepsi sensori yang mencakup dalam halusinasi.

c. Emosi

Diekspresikan secara berlebihan (hiperekskresi) atau kurang (Hipoekskresi) dengan sikap yang tidak sesuai. Individu mengalami skizofrenia biasanya mempunyai masalah yang berhubungan dengan hipoekskresi. Pasien ini juga sering mengalami emosi yang berkaitan dengan kesulitan yang disebabkan oleh penyakit mereka seperti frustasi dalam mengatasi rintangan untuk mencapai tujuan personalnya.

d. Gerakan dan perilakuRespon neurobiologis maladaptif menimbulkan perilaku yang aneh, tidak enak dipandang, membingungkan, sulit diatsi, dan sulit dipahami orang lain.

e. Sosialisasi

Sosialisasi adalah kemampuan untuk menjalani hubungan kerja sama dan saling bergantung dengan orang lain. Perilaku yang terkait dengan konsekuensi hubungan pada respons neurobiologis yang maladaptif.

3. PenyebabFaktor-faktor penyebab halusinasi (http://www.LibraryUSU.ac.id)

a. Faktor predisposisi

1) Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan saraf-saraf pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah ; hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri.

2) Psikologis

Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons psikologi klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

3) Sosial budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realitas seperti ; kemiskinan, konflik sosial budaya (perangi keresahan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b. Faktor presipitasi

Secara mutakhir yang menyebutkan bahwa perubahan-perubahan pada neurotransmitter dan reseptor di sel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia dopamin dan serotinin, ternyata mempengaruhi alam pikir, perasaan,dan perilaku yang menjelma dalam bentuk gajala-gajala positif dan negatif skizofrenia.4.Psikopatologi dan Patofisiologi

Penelitian mutakhir yang menyebutkan bahwa perubahan-perubahan pada neurotransmitter dan reseptor di sel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi zat neurokimia dopamin dan serotinin, ternyata mempengaruhi alam pikir, perasaan, dan perilaku yang menjelma dalam bentuk gejala-gejala positif dan negatif skizofrenia.

Selain perubahan-perubahan yang sifatnya neurokimia di atas, dalam penelitian dengan menggunakan CT Scan otak, ternyata ditemukan pada perubahan pada anatomi otak pasien, terutama pada penderita kronis. Perubahan ada pada pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks bagian depan, dan atrofi otak kecil (cerebellum). (Iyus Yosep, 2007).

5.Jenis-jenis Halusinasi

Menurut : (Stuart, 2006)

a. Halusinasi pendengaran (Auditorius)

Mendengarkan suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh melakukan sesuatu yang kadang dapat membahayakan.

b. Halusinasi Penglihatan (Visual)

Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar geometris, gambaran kartun, panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau menkutkan seperti melihat monster.

c.Penghidu (olfaktorius)

Pemberi bau-bauan seperti amis, darah, urine, atau feses. Kadang-kadang memberi bau harum. Halusinasi penghidu biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang atau dimensia.d.Pengecapan (Gustatorius)

Merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikkan seperti darah, urine, atau feses.e. Peraba (Taktil)

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang terlihat. Merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati, atau orang lain.f. Senestetik

Merasakan tubuh seperti darah mengalir, vena dan arteri, makanan dicerna, atau pembentukan urine.

g. Kinestetik

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa gerak.

h. Halusinasi Viseral

Timbul perasaan tertentu didalam tubuhnya.

6. Gejala dan Karakteristik Perilaku Halusinasi

Menurut (http://www.LibraryUSU.ac.id)

a. Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan

b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas, seperti tersenyum, tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respons verbal yang lambat, dan bahkan diam dan berkonsentrasi.

c. Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran, nonpsikotik.

d. Pengalaman sensori menakutkan sehingga terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan, dan tekanan darah.

e. Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut mengakibatkan perhatian klien dengan lingkungan kurang, konsentrasi terhadap pengalaman sensori kerja.

f. Mulai merasa kehilangan kontrol, kemudian menarik diri dari orang lain, kehilangan kemampuan dan membedakan halusinasi dengan realita.g. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensori (halusinasi). Perintah halusinasi ditaati, dan sulit berhubungan dengan orang lain.

h. Kesepian dari pengalaman sensori berakhir psikotik, klien tidak mampu lagi mengikuti perintah.

i. Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah halusinasi, bisa berlangsung dan beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik. Hal ini akan mengakibatkan klien panik, resiko tinggi mencederai diri sendiri dan orang lain, agitasi tidak mampu berespon terhadap lingkungan.

7. Tahap-tahap Halusinasi

Tahap-tahap halusinasi menurut (Iyus Yosep, 2007)

a. Tahap Comforting

Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya mengkompensasikan stressornya dengan koping imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.

b.Tahap Condeming

timbul kecemasan moderat, cemas biasanya semakin meninggi yang menyebabkan terjadinya halusinasi, klien merasa takut apabila orang lain mengetahui apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri (With Drawl).

c.Tahap Controling

Timbul kecemasan berat, halusinasi tidak dapat ditolak lagi, klien berusaha menerangi karena merasa terganggu dan merasa terus-menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan dengan orang lain, dan apabila perasaan itu hilang, klien merasa sangat kesepian dan sedih.

d.Tahap Ceonguering

Klien merasa panik, ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti, perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.

8. Penatalaksanaan Medis

Pemberian obat-obatan dan tindakan yaitu :

a.PsikofarmakologisKELAS KIMIANAMA GENERIK

(DAGANG)DOSIS HARIAN

FenotiazinAsetofenazin (Tindal)

Klorpromazin (Thorazine)

Flufenazin (Prolixine, Permitil)

Mesoridazin (Serentil)

Perfenazin (Trilafon)

Proklorperazin (Compazine)

Promazin (Sparine)

Tioridazin (Mellaril)

Trifluoperazin (Stellazine)

Trifluopromazin (Vesprin)60-120 mg

30-800 mg

1-40 mg

30-400 mg

12-64 mg

15-150 mg

40-1200 mg

150-800 mg

2-40 mg

60-150 mg

TioksantenKlorprotiksen (Taractan)Tiotiksen (Navane)75-600 mg8-30 mg

ButirofenonHaloperidol (Haldol)1-100 mg

DibenzodiazepinKlozapin (Clorazil)300-900 mg

DibenzokasazepinLoksapin (Loxitane)20-150 mg

DihidroindolonMolindone (Moban)15-225 mg

b. Terapi kejang listrik (Electro Compulsiv Theraphy (ECT)c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Menurut (http://www.Library USU.ac.id)

a. Faktor Predisposisi

1). Faktor perkembangan terlambat

a). Usia bayi, tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman

b). Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi

c). Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan

2). Faktor komunikasi dalam keluarga

a). Komunikasi peran ganda

b). Tidak ada komunikasi

c). Tidak ada kehangatan

d). Komunikasi dengan emosional berlebihan

e). Komunikasi tertutup.

f). Orang tua yang membandingkan anak-anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik orang tua.

3). Faktor sosial budaya

Isolasi sosial budaya yang usia lanjut, cacat, sakit krois, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.

4). Faktor psikologis

Faktor kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif

5). Faktor biologis

Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrifi otak, pembesaran vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbic.

6). Faktor genetik

Adanya pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota keluarga terdahulu yang mengalami schizoprenia dan kembar monozigot.b. Perilaku

Bibir komat kamit, tertawa sendiri, bicara sendiri, mata menunjuk-nunjuk sesuatu, tiba-tiba menutup mata, gelisah, bergerak seperti mengambil atau membuang sesuatu, tiba-tiba marah dan menyerang, duduk terpaku, memandang satu arah, menarik diri.

c. Fisik

1). ADL

Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi memerintahkanuntuk tidak makan, tidur terganggu karena ketakutan, kurang kebersihan diri atau tidak mandi, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas isik yang berlebihan, agitasi gerak atau kegiatan ganjil.

2). Kebiasaan

Berhenti dari minuman keras, penggunaan obat-obatan dan zat halusinogen dari tingkah laku merusak diri.

3). Riwayat kesehatan

Schizofrenia, delirium berhubungan dengan riwayat demam dan penyalahgunaan obat.4). Riwayat schizofrenia dalam keluarga.

5). Fungsi sistim tubuh

a). Perubahan berat badan, hipertermi (demam).

b). Neurologikal perubahan mood, disorientasi.

c). Ketidak efektifan endokrin oleh peningkatantemperatur.

d. Status emosi

Efek tidak sesuai, perasaan bermasalah atau malu, sikap negatif dan bermusuhan, kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.

2. Pohon Masalah

Berdasarkan Masalah keperawatan di atas,maka pohon masah Budi Anna Keliat, 2005, dapat digambarkan sebagai berikut :

3. Diagnosa KeperawatanBerdasarkan panduan diagnosa keperawatan Nanda, 2005-2006 yang menggunakan diagnosa tunggal yang mengacu pada data fokus. Diagnosa keperawatan yang di temukan pada klien dengan halusinasi antara lain menurut Budi Abba Keliat, 2005.

a. Perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan

b. Isolasi sosial

c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

d. Defisit perawatan diri : mandi dan berhias

4. Perencanaan

Rencana tindakan perilaku terdiri atas tiga aspek yaitu : Tujuan umum, Tujuan khusus dan intervensi keperawatan. Berdasarkan diagnosa keperawatan diatas, maka rencana keperawatan adalah sebagai berikut :

a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi

1). Tujuan Umum (TUM)

Tujuan umum pada diagnosa keperawatan ini adalah halusinasi tidak terjadi.

2). Tujuan Khusus (TUK)

Tujuan khusus berdasarkan diagnosa keperawatan di atas sesuai petunjuk asuhan keperwatan oleh Budi Anna Keliat, dalam buku proses keperawatan jiwa (2005), terdir atas :

a). TUK 1 :Klien dapat membina hubungan saling percaya

b). TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya

c). TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya

d). TUK 4 : Klien dapat dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasinya.3). Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan dirumuskan berdasarkan tujuan khusu (TUK) yang akan dicapai oleh klien untuk mengatasi masalah utama. Makan berdasarkan pedoman proses keperawatan kesehatan jiwa oleh Budi Anna Kliet (2005), dapat dirumuskan intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan diatas yaitu :

a). TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya :Intervensi keperawatan :

1.1 Bina hubungan saling percaya

1.2 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupunnon verbal

1.3 Perkenalkan diri dengan sopan

1.4 Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai

1.5 Jelaskan tujuan pertemuan

1.6 Jujur dan menepati janji

1.7 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

1.8 Beri perhatian kepada klien dan p[erhatikan kebutuhan dasar klienb). TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya

Intervensi keperawatan :

1.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap

1.2 Observasi perilaku (verbal dan non verbal) yang berhubungan dengan halusinasi.

1.3 Menerima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi pasien dan tidak nyata bagi perawat

1.4 Identifikasi dengan klien tentang waktu munculnya halusinasi, dan frekwensi munculnya halusinasi

1.5 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi muncul

c). TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya

Intervensi keperawatan :

1.1 Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan bila halusinasi muncul

1.2 Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan klien yang pisitif

1.3 Bersama klien merencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi

1.4 Diskusikan cara mencegah timbulnya halusinasi dan mengontrol halusinasi, misalnya menghardik atau mengusir, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan

1.5 Dorong klien untuk memilih cara yang digunakannya dalam menghadapi halusinasi

1.6 Dorong klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan cara yang telah di pilih dalam menghadapi halusinasi

1.7 Diskusikan dengan klien tentang jenis, dosis dan waktu minum obat serta manfaat obat tersebut.

d). TUK 4 : Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasinya.

Intervensi keperawatan :

1.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga

1.2 Diskusikan dengan keluarga tentang gejala halusinasi yang dialami klien, cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutuskan halusinasi di rumah dan berikan informasi tentang waktu tindak lanjut

1.3 Diskusikan dengan keluarga tentang jenis, dosis, waktu pemberian, manfaat dan efek samping obat

1.4 Diskusikan akibat dari berhenti minum obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu.

b. Isolasi Sosial

1). Tujuan Umum (TUM)

Tujuan umum pada diagnosa keperawatan ini adalah klien dapat berinteraksi dengan orang lain.2) Tujuan Khusus (TUK)

Berdasarkan diagnosa keperawatan diatas sesuai petunjuk asuhan keperawatan oleh Budi Anna Keliat, dalam buku proses keperawatan jiwa (2005), terdiri atas :1.1. TUK 1 : Bina hubungan saling percaya

1.2. TUK 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

1.3. TUK 3 : Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi

dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi

dengan orang lain

1.4. TUK 4 : Klien dapat melaksanakan interaksi sosial secara

bertahap

1.5. TUK 5 : Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah

berinteraksi dengan orang lain

1.6. TUK 6 : Memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

3). Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan dirumuskan berdasarkan dengan tujuan khusus (TUK) yang akan dicapai oleh klien untuk mengatasi masalah utama, maka berdasarkan pedoman proses keperawatan jiwa oleh Budi Anna Keliat (2005), dapat dirumuskan intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan diatas yaitu;

TUK 1 : Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :

a). Sapa klien dengan nama, baik verbal maupun non verbalb). Perkenalkan diri dengan sopanc). Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukaid). Jelaskan tujuan pertemuane). Jujur dan menepati janjif). Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanyag). Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien TUK II : Menyebutkan penyebab menarik diri

a). Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandanya:

1.1 Di rumah, tinggal dengan siapa1.2 Siapa yang paling dekat dengan anda1.3 Apa membuat anda dekat dengannya1.4 Dengan siap anda tidak dekat1.5 Apa yang membuat anda tidak dekatb). Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan yang menyebabkan klien tidak mau bergaulc). Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.TUK III : Menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.

a). Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan memiliki teman.b). Beri kesempatan kepada klien untuk berinteraksi dengan orang lainc). Diskusikan bersama klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.d). Beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.e). Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain.f). Diskusikan bersama klien tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain.g). Beri penguatan positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.TUK IV : Melaksanakan interaksi sosial secara bertahap

a). Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.b). Bermain peran tentang cara berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain.c). Dorong dan bantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain melalui tahap: Klien-Perawat, Klien-Perawat-Perawat lain, Klien-Perawat-Perawat lain-Klien lain, Klien-Keluarga atau Kelompok/Masyarakat.d). Beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.e). Bantu klien untuk mengevaluasi keuntungan menjalin hubungan sosial.f). Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu, yaitu berinteraksi dengan orang lain.g). Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.

TUK V : Mengungkapkan perasaan setelah berinteraksi dengan orang lain.

a). Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi dengan orang lain.b). Diskusikan dengan klien tentang perasaan keuntungan berinteraksi dengan orang lain.c). Beri penguatan positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan keuntungan berhubungan dengan orang lain.

TUK VI : Mendapat dukungan dari keluarga

a). Bina hubungan saling percaya dengan keluarga

1.1. Salam, perkenalan diri1.2. Jelaskan tujuan1.3. Buat kontrak1.4. Eksplorasi perasaan klienb). Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

1.1. Perilaku menarik diri1.2. Penyebab perilaku menarik diri1.3. Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi1.4. Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

c). Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien dalam berkomunikasi dengan orang lain.d). Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu.e). Beri penguatan positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah1) Tujuan Umum (TUM)

Tujuan umum pada diagnosa keperawatan ini adalah dapat mengaktualisasi dirinya.2) Tujuan Khusus (TUK)

Tujuan khusus berdasarkan diagnosa keperawatan diatas sesuai petunjuk asuhan keperawatan oleh suliswati S, dkk 2005 terdiri atas:1.1 TUK 1 : Bina hubungan saling percaya1.2 TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.1.3 TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.1.4 TUK 4: Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.1.5 TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.1.6 TUK 6 : Memberdayakan sistem pendukung atau keluarga4). Intervensi keperawatan

TUK 1 : Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :

a). Sapa klien dengan nama, baik verbal maupun non verbalb). Perkenalkan diri dengan sopanc). Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukaid). Jelaskan tujuan pertemuane). Jujur dan menepati janjif). Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanyag). Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien TUK II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.a). Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

b). Setiap bertemu klien dihindari memberi penilaian negatif.

c). Utamakan memberi pujian yang realistik. TUK III : Menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.

a). Diskusikan dengan klien yang masih dapat digunakan selama sakit.

b). Diskusikan kemampuan yang dapat digunakan penggunaannya.

TUK IV : Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.

a). Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan.1.1. Kegiatan mandiri

1.2. Kegiatan dengan bantuan sebagian 1.3. Kegiatan yang membutuhkan bantuan total

b). Bantu klien melakukannya jika perlu berikan contoh

c). Beri pujian atas keberhasilan klien.

d). Diskusikan jadwal harian atas kegiatan yang telah dilatih.

TUK V : Mengungkapkan perasaan setelah berinteraksi dengan orang

lain.

a). Beri kesempatan kepada klien mencoba yang telah direncanakan.

b). Beri pujian atas keberhasilan klien.

c). Diskusikan kemungkinan pelaksanaan rumah.

TUK VI : Mendapat dukungan dari keluarga

a). Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah

b). Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat .c). Bantu klien menyiapkan dukungan di rumah.

d.Defisit Perawatan diri

1). Tujuan Umum (TUM)

Pasien mampu menjaga dan memelihara kesehatan dengan melakukan perawatan diri.

2). Tujuan Khusus (TUK)

Tujuan khusus berdasarkan diagnosa keperawatan diatas sesuai petunjuk keperawatan oleh Linda Carman Copel, (2007), terdiri atas :a). TUK 1 : Klien dapat mengenal tentang pentingnya kesehatan khususnya dalam kebersihan diri mandi dan berhias.

b). TUK 2 : Klien dapat melakukan kebersihan diri mandi dan berhias dengan bantuan perawat.

c). TUK 3 : Klien dapat melakukan perawatan diri mandi dan berhias secara mandiri.

d). TUK 4 : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri mandi dan berhias secara mandiri.

e). TUK 5 : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kesehatan kebersihan diri mandi dan berhias.

3). Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan dirumuskan berdasarkan dengan tujuan khusus (TUK) yang akan dicapai oleh klien untuk mengatasi masalah utama, maka dapat dirumuskan intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan diatas yaitu;

TUK 1 : Klien dapat mengenal tentang pentingnya kesehatan khususnya dalam kebersihan diri mandi dan berhias.

a). Diskusikan bersama klien tentang pentingnya kesehatan dengan cara menjelaskan tentang arti kebersihan diri dan cara-cara mandi, makan, berpakaian yang sesuai, dan berhias.b). Dorong klien untuk menyebutkan tiga dari lima tanda kebersihan

TUK 2 : Klien dapat melakukan kebersihan diri mandi dan berhias dengan bantuan perawat.

Intervensi keperawatan

a). Motivasi klien untuk mandi1.1. Ingatkan caranya, evaluasi hasilnya dan beri umpan balik1.2. Bimbing klien dengan bantuan minimal1.3. Jika hasilnya kurang kaji hambatan yang adab). Bimbing klien untuk mandi. Beri kesempatan untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.1.1. Ingatkan dan anjurkan untuk mandi dua kali sehari dengan menggunakan sabun

1.2. Anjurkan klien untuk meningkatkan cara mandi yang benar.

c). Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari1.1. Anjurkan klien untuk mempertahankan dan meningkatkan penampilan diri setiap hari

1.2. Dorong klien untuk mencuci pakaiannya sendiri

1.3. Demonstrasikan cara mencuci pakaian yang benar dengan sabun dan dibilas.

d). Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut

1.1. Beri kesempatan kepada klien untuk melakukannya sendiri

1.2. Ingatkan potong kuku dan keramas

e). Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.

f). Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampo, pakaian ganti, handuk, dan sandal.

TUK 3 : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiria). Monitor klien dalam melaksanakan kebersihan diri secara teratur ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju, dan pakai sandal.TUK 4 : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri. Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri

Intervensi keperawatan

a). Beri informasi positif jika klien berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK 5 : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.

a). Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri

b). Diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah dilakukan dirumah sakit dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami dirumah sakitc). Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulus terhadap kemajuan yang telah dialami di rumah sakit.

5. Implementasi

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Dengan memperhatikan masalah utama yang aktual dan mengancam integritas klien dan lingkungannya.6. Evaluasi (hasil akhir yang diharapkan)

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP sebagai pola pikir atau acuan:

S = Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang

diberikan

O = Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

A = Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah

masalah masih tetap muncul masalah baru atau ada data yang terkontradiksi dengan masalah yang ada.

P = Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon

klien

a. Hasil yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien dengan halusinasi adalah :

1) Klien mampu memutuskan halusinasi dengan berbagai cara yang telah diajarkan.

2) Melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan jadwal yang dibuat klien

3) Meminta bantuan atau partisipasi keluarga

4) Mampu berhubungan dengan orang lain.

5) Menggunakan obat dengan benar

b. Hasil yang diharapkan pada keluarga klien adalah :1) Keluarga mampu mengidentifikasi gejala halusinasi

2) Mampu merawat klien di rumah tentang cara mengatasi cara halusinasi dan mendukung kegiatan klien.Resiko perilaku kekerasan

Akibat

Gangguan pemeliharaan kesehatan

Perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan

Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah

Penyebab

Penyebab

Defisit perawatan diri : Mandi dan berhias

Masalah Utama

Isolasi sosial

PAGE