bab ii tinjauan pustaka -...

17
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Tidur Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika seseorang sedang tidur bukan berarti bahwa susunan saraf pusatnya tidak aktif melainkan sedang bekerja. Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik (Lanywati, 2001). Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun (Mubarak & Chayatin, 2008). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidur adalah proses fisiologis yang terjadi dalam keadaan bawah sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun, bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Fungsi tidur antara lain untuk melindungi tubuh, konservasi energi, restorasi otak, homeostasis, meningkatkan fungsi immunitas, dan regulasi suhu tubuh (Lumbantobing, 2004). Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak dan organ-organ tubuh manusia. Tidur dalam

Upload: vodan

Post on 31-Jan-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tidur

2.1.1 Pengertian dan Fungsi Tidur

Menurut Harsono (1996), tidur merupakan kegiatan susunan saraf

pusat, dimana ketika seseorang sedang tidur bukan berarti bahwa

susunan saraf pusatnya tidak aktif melainkan sedang bekerja. Tidur

merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik

(Lanywati, 2001).

Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis

yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.

Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi

individu terhadap lingkungan menurun (Mubarak & Chayatin, 2008).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidur adalah proses

fisiologis yang terjadi dalam keadaan bawah sadar dimana persepsi dan

reaksi individu terhadap lingkungan menurun, bersiklus bergantian dengan

periode yang lebih lama dari keterjagaan.

Fungsi tidur antara lain untuk melindungi tubuh, konservasi energi,

restorasi otak, homeostasis, meningkatkan fungsi immunitas, dan regulasi

suhu tubuh (Lumbantobing, 2004). Tidur menggunakan kedua efek

psikologis pada jaringan otak dan organ-organ tubuh manusia. Tidur dalam

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

9

beberapa cara dapat menyegarkan kembali aktifitas normal pada bagian

jaringan otak (Kozier, 2004).

Potter (2005) berpendapat bahwa, selama tidur NREM bermanfaat

dalam memelihara fungsi jantung dan selama tidur gelombang rendah yang

dalam NREM tahap IV tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia

untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel

otak. Selain itu, tubuh menyimpan energi selama tidur dan penurunan laju

metabolik basal menyimpan persediaan energi tubuh.

2.1.2 Fisiologi Tidur

Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa

rotasi bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama

sirkadian bersiklus 24 jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan

terbenamnya matahari, layu dan segarnya tanam-tanaman pada malam dan

siang hari, awas waspadanya manusia dan binatang pada siang hari dan

tidurnya mereka pada malam hari (Harsono, 1996).

Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah

reticular activating system (RAS) dan bulbar synchronizing regional (BSR)

yang terletak pada batang otak (Potter & Perry, 2005).

RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan

susunan saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak

dalam mesenfalon dan bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

10

rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima

stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir.

Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin

seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya

pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang

otak tengah, yaitu BSR (Potter & Perry, 2005).

2.1.3 Tahapan Tidur

Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat

atau Rapid Eye Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat

atau Non Rapid Eye Movement (NREM). Tidur diawali dengan fase NREM

yang terdiri dari empat stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua,

tidur stadium tiga dan tidur stadium empat, lalu diikuti oleh fase REM

(Patlak, 2005). Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4-6

siklus dalam semalam (Potter & Perry, 2005).

2.1.3.1 Tidur stadium satu

Sesuai dengan keadaan seorang yang baru saja terlena. Seluruh otot

skeletal menjadi lemas, kelopak mata menutupi mata dan kedua bola mata

bergerak bolak-balik ke kedua sisi. EEG yang direkam selama tahap tidur

pertama itu memperlihatkan penurunan voltase dengan

gelombanggelombang alfa yang makin menurun frekuensinya

(Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996). Pada tahap ini

seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

11

dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap

pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas otot

melambat (Patlak, 2005).

2.1.3.2 Tidur stadium dua

Keadaan tidur masuk tahap tidur kedua apabila timbul sekelompok

gelombang yang berfrekuensi 14-18 siklus per detik pada aktivitas dasar

yang berfrekuensi 3-6 per detik. Gelombang-gelombang 14-18 siklus per

detik itu dinamakan gelombang tidur atau sleep spindles. Dalam tahap tidur

kedua itu kedua bola mata berhenti bergerak dan tonus otot masih

terpelihara (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996).

Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung

melambat dan suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010). Pada tahap ini

didapatkan gerakan bola mata berhenti (Patlak, 2005).

2.1.3.3 Tidur stadium tiga

Pada tahap tidur yang ketiga EEG memperlihatkan perubahan gelombang

dasar berfrekuensi 3-6 siklus per detik menjadi 1-2 siklus per detik, yang

sekali-sekali diselingi oleh timbulnya gelombang tidur. Keadaan fisik pada

tahap tidur ketiga dicirikan oleh lemah lunglai karena tonus muscular lenyap

sama sekali (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996). Tahap

ini lebih dalam dari tahap sebelumnya (Ganong, 1998). Pada tahap ini

individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

12

dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama

beberapa menit (Smith & Segal, 2010).

2.1.3.4 Tidur stadium empat

Pada tahap tidur keempat ini, EEG memperlihatkan hanya irama gelombang

yang berfrekuensi 1-2 per detik tanpa penyelingan dengan gelombang tidur.

Dalam tahap tidur keempat badan lemah seperti pada tahap tidur ketiga

(Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996). Tahap ini

merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak sangat lambat.

Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan

energi fisik (Smith & Segal, 2010). Kecepatan jantung dan pernafasan turun,

rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan dan mengalami 4 sampai 6

kali siklus tidur dalam waktu 7 – 8 jam (Kozier, 2004).

Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep

sleep, dan sangat restorative karena merupakan bagian dari tidur yang

diperlukan untuk merasa cukup istirahat dan energik di siang hari (Patlak,

2005). Fase tidur NREM ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai

100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM.

Tahap tidur REM terjadi setelah 90–110 menit tertidur ditandai

dengan peningkatan denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah, otot – otot

relaksasi (Maas, 2002) serta peningkatan sekresi gaster (Potter & Perry,

2003; Hidayat, 2006). Selama tidur baik NREM maupun REM, dapat terjadi

mimpi tetapi mimpi dari tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

13

fungsional untuk konsolidasi memori jangka panjang (Potter & Perry, 2005).

Karakteristik tidur REM adalah pernafasan ireguler, mata cepat tertutup dan

terbuka, sulit dibangunkan, sekresi gaster meningkat, metabolisme

meningkat dan biasanya disertai mimpi aktif (Hidayat, 2006).

2.1.4 Siklus Tidur

Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan

NREM terjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang

cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan menunjukkan

kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan

emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang

cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit (Mardjono, 2008).

Gambar 2.1.4 Tahap-tahap siklus tidur (Potter & Perry, 2005)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

14

Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang

merupakan siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama

sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu,

maka fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu (Potter & Perry,

2005). Pada tahap REM aktivitas korteks cukup intensif, sedangkan non-

REM adalah dengan hilangnya aktifitas korteks yang digambarkan dengan

amplitudo yang besar berfrekuensi rendah pada osilasi elektroensefalografi

(EEG). Satu siklus tidur yang lengkap pada orang dewasa berlangsung

sekitar 90 menit, tetapi pada anak, terlebih bayi berlangsung lebih singkat

lagi (Tanjung & Sekartini, 2004).

2.1.5 Pola Tidur Normal

Tidur dengan pola yang teratur ternyata lebih penting jika

dibandingkan dengan jumlah jam tidur itu sendiri. Pada beberapa orang,

mereka merasa cukup dengan tidur selama 5 jam saja pada tiap malamnya

(Kozier, 2004). Secara umum, durasi atau waktu lama tidur mengikuti pola

sesuai dengan tahap tumbuh kembang manusia.

2.1.5.1 Bayi

Pada bayi baru lahir membutuhkan tidur selama 14–18 jam sehari,

pernafasan teratur, gerak tubuh sedikit 50% tidur NREM dan terbagi dalam

7 periode. Dan pada bayi tidur selama 12–14 jam sehari, sekitar 20–30 %

tidur REM, tidur lebih lama pada malam hari dan punya pola terbangun

sebentar (Asmadi, 2008).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

15

2.1.5.2 Toddler

Kebutuhan tidur pada toddler (1-3 tahun) menurun menjadi 10–12 jam

sehari. Sekitar 20–30 % tidurnya adalah tidur REM, banyak. Tidur siang

dapat hilang pada usia 3 tahun, karena sering terbangun pada malam hari

yang menyebabkan mereka tidak ingin tidur pada malam hari (Asmadi,

2008).

2.1.5.3 Anak pra sekolah

Pada usia pra sekolah (4-6 tahun) tahun biasanya memerlukan waktu tidur

11–12 jam semalam. Kebanyakan pada usia ini tidak menyukai waktu tidur.

Bisa jadi anak usia 4–5 mengalami kurang istirahat tidur dan mudah sakit

jika kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi. Sekitar 20 % tidurnya adalah tidur

REM (Asmadi, 2008).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

16

Gambar 2.1.4 Pola tidur berdasarkan usia (Horne J. Images of lost sleep,

2004) dalam (Tanjung & Sekartini, 2004)

2.1.6 Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga

seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah

terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak

mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah,

sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006). Selain

itu, menurut Hidayat kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak

menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah

dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda

fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan apa saja tanda fisik

dan psikologis yang dialami.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

17

2.1.6.1 Tanda fisik

Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata,

konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan

(sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian),

terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.

2.1.6.2 Tanda psikologis

Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas

berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi

penglihatan atau pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan

atau keputusan menurun.

2.1.8 Gangguan Tidur

2.1.8.1 Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur

baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu

insomnia inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau

tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal

atau bangun secara dini dan tidak tidak dapat tidur kembali (Potter, 2005).

2.1.8.2 Hipersomnia

Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia. Hipersomnia

merupakan kelebihan tidur lebih dari 9 jam di malam hari dan biasanya

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

18

berkaitan dengan gangguan psikologis seperti depresi atau kegelisahan,

kerusakan sistem saraf pusat dan gangguan pada ginjal, hati atau

gangguan metabolisme.

2.1.8.3 Parasomnia

Parasomnia merupakan suatu rangkaian gangguan yang

mempengaruhi tidur anak-anak seperti somnabulisme (tidur berjalan),

ketakutan dan enuresis (mengompol). Gangguan ini sering dialami anak

secara bersama, diturunkan dalam keluarga atau genetis dan cenderung

terjadi pada tahap III dan IV tidur NREM.

2.1.9 Efek Tidur Pada Kesehatan

Suatu penelitian eksperimental yang dilakukan pada tahun 1896

yang membiarkan subyek penelitiannya tidak tertidur selama 90 jam. Pada

subyek ini ditemukan penurunaan ketajaman sensoris, reaksi, kecepatan

motorik dan memori. Kurangnya tidur terutama mempengaruhi fungsi

korteks serebral. Perubahan mood, gangguan fungsi kognitif dan performa

motorik serta perubahan hormonal merupakan akibat yang mungkin dari

kurangnya waktu tidur. (Tanjung & Sekartini, 2004).

Hasil penelitian Smaldone et all (2007) di Amerika menunjukkan

bahwa sekitar 15 juta anak di amerika mengalami tidur yang tidak terpenuhi.

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa gangguan tidur pada anak dapat

mempengaruhi fisik dan psikologis, disfungsi keluarga maupun ancaman

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

19

buruk bagi aktifitasnya disekolah maupun komunitas. Penelitian yang

dilakukan Kabadayi (2013) terhadap remaja di Turkey melaporkan bahwa

tidur yang baik dan teratur dapat mengontrol berat badan. Journal Essay

dari Solyom et all (2013) mengenai gangguan tidur yang dirangkum dari

berbagai tinjauan pustaka menunjukkan bahwa gangguan tidur dapat

menjadi pelopor terjadinya penyakit kronis pada anak-anak. Menurut artikel

jurnal oleh Jianghong et all (2012) yang meninjau bukti dari 25 literatur

terpilih 5 tahun terakhir (2006-2011) mengenai hubungan antara durasi tidur

dan kelebihan berat badan atau obesitas anak melaporkan bahwa meskipun

modifikasi gaya hidup untuk mencegah obesitas tidak secara khusus

termasuk kebutuhan akan tidur yang cukup, namun banyak literatur dan

bukti menunjukkan bahwa durasi tidur memang harus dipertimbangkan

sebagai faktor risiko yang dapat menyebabkan obesitas.

2.2 Balita

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu

tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun

(Muaris, 2006). Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010), Balita adalah istilah

umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).

Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk

melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.

Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun

kemampuan lain masih terbatas.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

20

Kemampuan anak untuk menjalankan segala kegiatannya

tergantung dari seberapa banyak tidur yang didapatnya. Bila anak tidak

cukup tidur, dia mudah lelah sehingga rewel, menangis dan sulit mengerti

keadaan disekelilingnya. Setiap anak memerlukan waktu tidur yang

berbeda, jadi berapa banyak waktu tidur yang diperlukan oleh setiap anak

akan bervariasi. Ada anak yang memerlukan waktu tidur lebih banyak

dibandingkan yang lain (Suririnah, 2010).

Umumnya, anak setelah berusia satu tahun membutuhkan waktu

tidur sekitar 13-14 jam sehari yang terbagi menjadi 11-12 jam tidur malam

hari dan 2-3 jam tidur siang. Waktu tidur siang ini biasanya terbagi kembali

menjadi 2 kali waktu tidur, pagi dan sore hari, dengan waktu yang bervariasi

antara 1 sampai 1,5 jam. Namun ada juga anak usia satu tahun yang

menunjukkan bahwa dia siap hanya tidur satu kali di siang hari, biasanya

setelah selesai makan siang dengan waktu yang lebih panjang. Memasuki

usia 2 tahun anak masih memerlukan tidur selama 11-12 jam per hari

dengan satu kali tidur selama 1-2 jam di sore hari. Memasuki usia 3 tahun,

kebutuhan tidur anak semakin berkurang secara bertahap, mereka jarang

tidur siang (Suririnah, 2010). Balita usia 3-5 tahun dan anak usia 6 tahun

memerlukan waktu tidur 10-12 jam per hari. Waktu tidur siang mereka

makin lama makin sedikit dan umumnya pada usia 5 tahun, anak tidak lagi

tidur siang (Benaroch, 2012).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

21

Pada anak terdapat tiga jenis gangguan tidur yakni disomnia,

parasomnia dan gangguan tidur sekunder. Istilah disomnia berhubungan

dengan masalah jumlah tidur, saat mulai dan mempertahankan tidur.

Parasomnia terdiri dari sekelompok masalah yang berhubungan dengan

keadaan terjaga, terjaga sebagian atau transisi tahapan tidur. Masalah ini

dapat mengganggu tidur, tetapi biasanya tidak menyebabkan keadaan

mengantuk yang berlebihan. Gangguan tidur sekunder dihubungkan dengan

gangguan psikiatri, neurologis atau masalah medis lainnya (Tanjung &

Sekartini, 2004). Jurnal Solyom & Baghiu (2013) juga menyebutkan bahwa

gangguan tidur dapat terjadi akibat kondisi medis diantaranya penyakit

psikiatris, penyakit saraf, penyakit lain dan gangguan tidur yang disebabkan

karena mengkonsumsi zat tertentu.

2.3 Terapi Cairan Intravena (Pemasangan Infus)

2.3.1 Pengertian dan Tujuan Terapi Intravena

Pemberian cairan intravena merupakan pemberian cairan melalui

alat intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, obat-obatan,

pemantauan hemodinamik, serta mempertahankan fungsi jantung dan ginjal

(Schaffer, dkk, 2000). Menurut Perry & Potter (2006), pemberian cairan

intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh ke dalam

pembuluh vena untuk memperbaiki atau mencegah gangguan cairan dan

elektrolit, darah, maupun nutrisi.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

22

Terapi intravena adalah salah satu cara atau bagian dari

pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien

(Darmawan, 2008). Menurut Lukman (2007), terapi intravena adalah

memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk

dilewati cairan infus atau pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan

atau obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu

tertentu. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada

kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan

terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar

tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa.

Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi intravena adalah

mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air,

elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan

melalui oral, mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit,

memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi darah,

menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan membantu

pemberian nutrisi parenteral.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

23

2.3.2 Keuntungan dan Kerugian

Menurut Perry dan Potter (2005), keuntungan dan kerugian terapi

intravena adalah :

2.3.2.1 Keuntungan

Keuntungan terapi intravena antara lain : Efek terapeutik segera dapat

tercapai karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat,

absorbsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat

diandalkan, kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik

dapat dipertahankan maupun dimodifikasi, rasa sakit dan iritasi obat-obat

tertentu jika diberikan intramuskular atau subkutan dapat dihindari, sesuai

untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul

yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis.

2.3.2.2 Kerugian

Kerugian terapi intravena adalah : tidak bisa dilakukan “drug recall” dan

mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas

tinggi, kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speed shock”

dan komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu : kontaminasi mikroba melalui

titik akses ke sirkulasi dalam periode tertentu, iritasi vascular, misalnya

flebitis kimia, dan inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat

tambahan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5313/3/T1_462007036_BAB II… · 2.1.2 Fisiologi Tidur ... terbuka, sulit dibangunkan, sekresi

24

Berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian-penelitian

sebelumnya diatas dapat dilihat dan diketahui dengan jelas bahwa

pemenuhan kebutuhan tidur sangatlah penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan manusia khususnya anak baik itu secara fisik maupun

psikis. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa gangguan tidur pada anak

dapat menyebabkan dampak buruk untuk kesehatan maupun aktifitas anak

sehari-hari. Untuk itu pemenuhan kebutuhan tidur anak harus diperhatikan

dengan baik.