bab ii tinjauan pustaka -...

16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Kecemasan Gangguan ansietas menurut Stuart & Sundeen (1998) adalah sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi lemas untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan. Kecemasan adalah sesuatu keadaan dimana individu atau kelompok mengalami perasaan yang sulit dan aktivasi sistem syaraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan(Carpenito,1998). Banyak ahli menganggap kecemasan sebagai sumber segala macam nerosa.Kecemasan mengganggu dan mengancam ketenangan setiap orang.Kecemasan menghilangkan rasa aman dan merupakan suatu tanda bahaya. Reaksi manusia ialah menghilangkan kecemasan (Maramis,1998) Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan memperingatkan adanya bahaya dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi kecemasan. Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui internal samar- samar dan konflik. Pada teori biologis sistim neurotransmitter gamma aminobutyric acid (GABA ) berperan kuat dalam

Upload: dangnga

Post on 18-Mar-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Kecemasan

Gangguan ansietas menurut Stuart & Sundeen (1998) adalah sangat berkaitan

dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan ini tidak memiliki objek yang

spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan

interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian

intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional

terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi lemas untuk bertahan hidup,

tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.

Kecemasan adalah sesuatu keadaan dimana individu atau kelompok

mengalami perasaan yang sulit dan aktivasi sistem syaraf otonom dalam berespon

terhadap ketidakjelasan(Carpenito,1998). Banyak ahli menganggap kecemasan

sebagai sumber segala macam nerosa.Kecemasan mengganggu dan mengancam

ketenangan setiap orang.Kecemasan menghilangkan rasa aman dan merupakan suatu

tanda bahaya. Reaksi manusia ialah menghilangkan kecemasan (Maramis,1998)

Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan memperingatkan adanya

bahaya dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

kecemasan. Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak

diketahui internal samar- samar dan konflik. Pada teori biologis sistim

neurotransmitter gamma aminobutyric acid (GABA ) berperan kuat dalam

kecemasan. Penelitian pada primata menemukan bahwa gejala sistim syaraf otonomi

bisa timbul jika diberikan agunis kebalikan benzodiasepin. Data tersebut di atas

mewujudkan bahwa pasien dengan gangguan kecemasan memiliki fungsi reseptor

gaba yang abnormal walaupun hubungan tersebut belum terbukti secara langsung (

Kaplan dan Sadock ,1997 ). Menurut Layarus (1991 ) Kecemasan adalah sesuatu

yang tidak jelas, hal ini sebagai kunci pengembangan ketelitian bentuk perilaku untuk

mengatur sistim yang kurang efektif.

2. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah Penyampaian pesan kepada orang lain dengan

menyertakan kode atau lambang penyampaian melalui suatu proses dengan adanya

berbagai komponen diantaranya pembawa berita dan penerima berita sehingga terjadi

umpan balik ( Kariyoso ,1994 )

3. Pengertian Komunikasi Terapeutik

Hubungan terapeutik adalah hubungan antara perawat dan klien dalam

bertukar pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang

terapeutik dengan tujuan mengidentifikasi masalah dan membantu memecahkan

masalah. Komunikasi terapeutik adalah.hubungan antara perawat dan klien dalam

proses komunikasi sehingga terjadi penyampaian informasi, pertukaran perasaan dan

pikiran dengan mempengaruhi perilaku orang lain yang tujuannya merubah perilaku

dalam pencapain kesehatan yang optimal dengan beberapa elemen pada proses

komunikasi yaitu adanya pengiriman pesan , penerima pesan ,pesan media dan

adanya umpan balik. ( Keliat. B, 1996 ).

Dalam berkomunikasi perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

hakikat kecakapan, sikap perawat dalam berkomunikasi ,pengetahuan dalam

berkomunikasi sangat mendukung peranan penting. Sikap perawat dalam komunikasi

menyangkut lima sikap diantaranya : berhadapan, pertahankan kontak mata,

membungkuk kearah pasien, pertahankan sikap kukuh, tetap rileks. Sedangkan dalam

rangkaian komunikasi seorang perawat mempunyai keharusan yaitu : Pengetahuan

tentang penjelasan dari masalah pasien, Ketulusan seorang perawat dalam

berkomunikasi, Semangat dalam pemberian penjelasan, Praktek dalam pelaksanaan

penjelasan komunikasi.(Kariyoso ,1994 )

Penelitian tentang kecemasan telah mewujudkan bahwa intervensi psikologi

menjadi terpenting dalam perawatan pasien menghadapi masalah utama untuk

diidentifikasikan. Masalah ini dapat menyebabkan ancaman serius ( Yasmin Asih

,1996)

Kecemasan dapat dikurangi dengan tindakan perawat yang berfokus pada

komunikasi terapeutik dan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga.

Pembedahan selalu dipandang sebagai krisis hidup dan menimbulkan kecemasan

serta ketakutan. Tindakan dari komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat

diberikan pada fase pre operasi diantaranya bagaimana manajemen nyeri ,kegiatan

fisik untuk turunkan komplikasi dan proses penyembuhannya. Hal ini dilakukan 1

sampai 2 hari sebelum pasien menjalani operasi. Komunikasi terapeutik pada pasien

pre operasi telah terbukti bermanfaat untuk turunkan komplikasi post operasi

berdampak positif untuk penyembuhan (Taylor. C ; Lillis. C; Le Mone. P, 1997 )

Kecemasan bisa diatasi dengan Komunikasi Terapeutik melalui dimensi

respon perawat yang sangat penting pada awal berhubungan dengan kllien untuk

membina hubungan saling percaya dengan tindakan atau sikap keiklasan yaitu

perawat menyatakan ketulusan, kejujuran, keterbukaan dan berespon aktif. Perawat

tidak berpura-pura harus berespon dengan tulus dan mengekspresikan dengan

perasaan yang sebenarnya.Selanjutnya perawat harus bisa menghargai dan menerima

klien apa adanya, sikap tidak menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek atau

menghina. Empati merupakan cara membina hubungan terapeutik untuk

mempengaruhi kecemasan klien yaitu perawat masuk dalam kehidupan dan perasaan

klien, perawat memandang melalui pandangan klien kemudian mengidentifikasi

masalah tersebut. ( Keliat,1998 ).

Dalam hubungan komunikasi antara perawat dan klien melalui berbagai

hubungan fase yaitu fase pra interaksi dimana tugas perawat menggali perasaan yang

memungkinkan untuk menganalisa data keterbatasan diri sendiri serta rencanakan

untuk pertemuan pertama dengan klien, sedang fase kedua yaitu perkenalan darimana

perawat menggali perasaan serta mencari alasan mengapa pasien mencari bantuan

dari tetapkan tujuan. Pada fase ini juga perawat bisa merumuskan kontrak yang saling

menguntungkan dengan tanggung jawab dan bisa menjaga kerahasiaan pasien.Fase

selanjutnya yaitu fase dimana perawat bisa menggali stressor yang relevan dan

meningkatkan pengembangan penghayatan dari penggunakan mekanisme mekanisme

koping pasien yang konstruktif. Fase terakhir dalam komunikasi terpeutik adalah

terminasi dimana perawat bisa mengungkap perasaan pasien secara timbal balik yang

meliputi penolakan, kehilangan, ketersediaan ,dan kemarahan serta perilaku yang

terkait lainnya ( Keliat, 1998 )

Teknik – teknik yang digunakan dalam komunikasi terapeutik yang harus

kerjakan oleh seorang perawat meliputi 2 persyaratan, komunikasi yang efektif yaitu

komunikasi menghormati baik pasien perawat dalam komunikasi tentang penerimaan

dan informasi yang lebih spesifik ( Stuart & Sundeen , 1998 ).

Komunikasi terapeutik dipengaruhi oleh kondisi fisiologis dan psikologis dari

partisipan. Jika perawat mengevaluasi proses komunikasi terapeutik, maka sangat

berpengaruh pada kecemasan pasien dan masalah – masalah spesifik atau kesalahan

yang potensial dapat teridentifikasi karena keterbukaan antara pasien perawat dan

klien dapat menurunkan tingkat kecemasan klien ( Keliat,1998 )

Hubungan komunikasai terapeutik dilakukan dengan interaksi sosial untuk

menciptakan hubungan saling percaya yang lebih akrab, tahapan ini sebagai tahapan

awal dari proses keperawatan.Dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan kesehatan

dalam menentukan prioritas dan tindakan keperawatan serta menentukan apa yang di

inginkan pasien berkaitan dengan keperawatan ( Arwani, 2003 )

Adapun bentuk komunikasi terapeutik ada 2 cara yaitu: komunikasi verbal dan

non verbal dimana bentuk dari komunikasi verbal dilakukan dengan menggunakan

kata – kata yang dilakukan dengan lisan dan bahasa yang terpenting dalam proses

komunikasi ini. Karena dengan bahasa lisan dapat mewakili kenyataan konkrit dalam

dunia sekeliling dan juga dapat mewakili hal – hal yang abstrak .Pada komunikasi

non verbal perawat bisa mengungkapkan dengan sikap gerak – gerik ekspresi wajah

dan penampilan. (Kariyoso , 1998 )

B. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pre Operasi

Terdapat beberapa teori yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan

berhubungan dengan pre operasi dilihat dari faktor :

1. Predisposisi antara lain :

a. Teori Psikoanalisa oleh Sigmund Freud

Kecemasan terjadi karena adanya konflik yang emosional antara Id dan super ego

dalam emosional elemen kepribadian

b. Teori Interpersonal menurut (Stuart dan Sundeen , 1998 )

Kecemasan timbul karena adanya rasa takut terhadap tidak adanya penerimaan

dan penolakan yaitu dengan tindakan pembedahan pasien merasa cemas.

c. Teori Behavior

Mengatasi kecemasan merupakan produk frustasi, dikaitkan dengan tindakan

pembedahan, tindakan ini sebagai sesuatu yang mengganggu dan diinginkan pada

pencapaian yang diinginkan.

d. Teori Fisiologis

Operasi adalah merupakan stressor pada tubuh yng memicu pada

neuroendokrine.Respon terdiri dari syaraf simpatik dan respon hormonal yang

bertugas melindungi menjaga tubuh dari ancaman cedera ( Long ,1996 ).

2. Faktor faktor presipitasi:

Menurut Stuart & Sundeen 1998,faktor-faktor disini terdiri dari:

1. Eksternal :

Faktor yang dapat terjadi dan menyebabkan gangguan fisik yaitu

misalnya:masuknya kuman ,virus,polusi udara,bahaya lingkungan.

2. Internal :

Kegagalan dari organ tubuh fisiologi, misal:jantung,sistem imun,pengaturan

suhu,dll.

Faktor-faktor penyebab timbulnya kecemasan menurut ( Fattah Nur Aeni, 2002

),faktor penyebab kecemasan masih belum jelas, yang sangat mendukung dari penyebab

ini adalah faktor biologi dan psikologi bekerja sama sebagai faktor pencetus.

C. Deskripsi Kecemasan Pasien Pre Ope Operasi.

Tindakan pembedahan akan menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada

pasien walaupun respon individu terhadap tindakan tersebut berbeda-beda.Beberapa

pasien menyatakan takut dan menolak dilakukan tindakan pembedahan ,tapi klien

mengatakan tidak tahu yang jadi penyebabnya,namun ada beberapa pasien yang

menyatakan ketakutannya dengan lebih jelas dan spesifik ( Long,1998 ).

Sedangkan menurut ( Smeltzer & Bare, 2002 ) segala bentuk prosedur

pembedahan selalu didahului dengan reaksi emosional klien baik tersembunyi atau

jelas,normal dan abnormal , kecemasan pasien pre operasi merupakan suatu respon

antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dianggap pasien sebagai suatu ancaman

terhadap perannya dalam hidup. Integritas tubuh bahkan kehidupannya , kecemasan

sangat mempengaruhi fungsi tubuh pada tindakan operasi , oleh karena itu perawat

perlu mengidentifikasi kecemasan yang dialami pasien. Kecemasan dan reaksi ini

bisa didasarkan pada banyak faktor yang meliputi :ketidaknyamanan dan perubahan

–perubahan yang diantisipasi baik fisik , finansial psikologi spiritual,sosial dan akhir

dari pembedahan tersebut.

Sedang menurut seorang peneliti , kecemasan adalah keadaan tak

menyenangkan yang meliputi interprestasi subyektif atau respon fisiologis yang bisa

diketahui dengan tanda –tanda : nafas cepat , jantung berdebar-debar , keringat dingin

(Ollendick, 1985 ).

D. Gejala Kecemasan

Kecemasan mempunyai gejala baik secara fisiologis,emosional maupun

kognitif.Gejala secara fisiologis meliputi peningkatan denyut nadi,peningkatan

tekanan darah,peningkatan frekwensi nafas,mata bergetar gemetar,palpitasi, mual,

sering kencing, badan terasa sakit, pusing, panas dingin, parastesia. Gejala cemas

secara emosional ditandai dengan : individu mengatakan merasa takut, kehilangan

rasa percaya diri, kehilangan kontrol ,tegang , tidak dapat rilek dan antisipasi

kemalangan .Selain itu individu juga memperlihatkan peka rangsang tidak sabar ,

marah meledak-ledak ,menangis , cenderung menyalahkan orang lain ,reaksi terkejut ,

mengkritik diri sendiri dan orang lain.Sedangkan berdasarkan reaksi kognitif

kecemasan ditandai dengan tidak mampu konsentrasi, disorientasi lingkungan,

pelupa, termenung, orientasi masa lalu, dan pada saat ini serta masa yang akan

datang, memblok pemikiran dan perhatian yang berlebihan.

Reaksi fisiologis terhadap kecemasan merupakan reaksi yang pertama timbul

pada sistem saraf otonom, meliputi peningkatan frekuensi nadi dan pernafasan,

pergerakan tekanan darah dan peningkatan suhu tubuh, relaksasi otot polos pada

kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab, peningkatan respirasi dan dilatasi

pupil dan mulut kering ( Smeltzer. & Bare, 2002 )

Fisiologi cemas dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

a. Interpretasi stimuli oleh otak

Respon fisiologi terhadap stressor merupakan mekanisme protektif dan adaptif

untuk pelihara keseimbangan oleh hipotalamus yang berpusat diotak dan

dikelilingi oleh sistem limbik dan hemisfer serebri, hipotalamus ini

mengitegrasikan mekanisme sistem saraf otonom yang memelihara kestabilan

kimia internal tubuh. Hipotalamus ini mengatur emosi dan beberapa kegiatan

viseral yang diperlukan untuk bertahan hidup.

b. Respon neuroendokrin

Jalur neural dan neuroaendokrin dibawah kontrol hipotalamus akan diaktifkan

dalam respon stress,akan disekresi oleh saraf simpati diikuti oleh sekresi simpati

adrenal medular dan sistem hipotalamus pituitary akan diaktifkan. Respon ini

bersifat cepat dan singkat, kerjanya Norepineprin akan dikeluarkan pada ujung

saraf yang berhubungan langsung dengan ujung organ yang dituju. Akibatnya

fungsi organ vital frekuensi jantung meningkat, terjadi vasokonstrisi perifer

sehingga tekanan darah meningkat. Glukosa meningkat dan sumber energi yang

siap lebih banyak , pupil berdilatasi , aktifitas mental meningkat. Secara subyektif

akan merasa kaki dingin , kulit dan tangan lembab , menggigil, berdebar dan

kejang perut. Secara khas kita akan merasa tegang dengan otot leher, punggung

atas dan bahu menegang,nafas dangkal dan cepat dengan diagfragma yang

menegang ( Brunner & Suddarth ,2001).

c. Stres dan sistem imun

Glukosa akan mendepresi sistem imun. Bila konsentrasi cukup tinggi akan

terjadi penurunan respon inflamasi terhadap infeksi. Tahap infeksi akan

terhambat, limposit akan dihancurkan dalam jaringan limpoid dan produksi

antibody akan menurun,akibatnya seseorang akan menahan infeksi berkurang

( Smeltzer.& Bare, 2002 ).

E. Tingkat Kecemasan

Menurut (Long,1996) tingkat kecemasan pada pasien dapat diklasifikasikan :

Tingkatan Pola perilaku

Kecemasan Ringan Waspada, gerakan mata, ketajaman bertambah, dan kesadaran meningkat

Kecemasan Sedang Berfokus pada dirinya (penyakitnya) menurunnya perhatian terhadap lingkungan secara terperinci.

Kecemasan Berat Perubahan pola pikir, Ketidakselarasan pikiran, tindakan dan perasaan lapang persepsi menyempit.

Panik Persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi ketidakmampuan memahami situasi, Respon tidak dapat diduga, Aktivasi motorik yang tidak menentu.

Gambar 2.1 Tingkat Kecemasan ( Long,1996)

Sedangkan menurut ( Stuart & Sundeen 1998 ) kecemasan dibagi dalam

beberapa klasifikasi yaitu:

a. Kecemasan ringan

Kecemasan yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsinya yang dapat memotivasi minat belajar dan menghasilkan pertumbuhan-

pertumbuhan kreatifitas.

b. Kecemasan sedang.

Seseorang dimungkinkan untuk mengesampingkan yang lain sehingga

seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang

lebih terarah. Manifestasi pada kecemasan ini : kelelahan meningkat ,bicara dengan

volume tinggi dan cepat ,lahan persepsi menyempit , irama jantung cepat dan

pernafasan meningkat ,ketegangan otot meningkat,bisa belajar tapi tidak optimal

,mudah tersinggung , mudah lupa , marah dan menangis

c. Kecemasan panik.

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang ,cenderung untuk memusatkan

sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak berpikir tentang hal lain. Orang tersebut

biasanya mondar-mandir dan melamun.

d. Panik.

Berhubungan dengan ketakutan yang terus menerus dan mengalami

kehilangan kendali, pasien ini tidak dapat melakukan sesuatu walaupun dengan

pengarahan.

Menurut ( Hawari, 2001 ), tingkat kecemasan yang tinggi dapat merupakan

respon mal adaptif yang dapat terganggunya fungsi fisiologis , intelek menurun dan

mengganggu konsentrasi. Pasien yang mengalami pembedahan minor dengan cemas

sedang lebih berhasil saat post operasinya bila dibanding dengan cemas berat dan

cemas ringan. Halminton Rating Scala for Anxiety , mempunyai parameter masing-

masing memberi skort 0-100, adapun parameter tersebut yaitu tidak cemas, tidak

tegang, tidak takut, bisa tidur, konsentrasi baik dan tidak depresi. Kemudian skor

tingkat kecemasan adalah :

<150 : tidak ada cemas

150 - 200 : Cemas ringan

200 – 300 : Cemas sedang

300 – 400 : Cemas berat

> 400 : Cemas Panik

Analog Anxiety Scala ( AAS ) merupakan skala kecemasan yang standar dan dapat di

terima secara internasional(Iskandar,1984), skala ini merupakan modifikasi

Halminton Rating scala for Anxiety yang mencakup 6 gejala psikis dari kecemasan

yang disebutkan diatas

F. Proses Terjadinya Kecemasan Pre Operasi

Proses terjadinya kecemasan pada pasien pre operasi adalah ketika penyakit tidak

kunjung sembuh dan kecemasan meningkat ketika tim medis menginformasikan tindakan

pembedahan sebagai therapy medis yang harus dijalani. Dalam keadaan ini peran orang

terdekat sangat penting termasuk perawat mengingat salah satu faktor pendukung yang

mempengaruhi tingkat kecemasan adalah sistem pendukung(Long, 1996). Meski

demikian kecemasan pasien pre operasi mungkin terjadi dan bila kecemasan ini berlanjut

sampai detik-detik operasi akan berdampak yang signifikan terhadap keberhasilan

tindakan pembedahan .Tetapi lain halnya dengan pasien yang memiliki kemantapan yang

baik selama proses dan paska operasi memungkinkan memperoleh tingkat keberhasilan

yang lebih dibandingkan dengan pasien yang dilanda kecemasan sehingga kecemasan

yang seharusnya timbul dapat ditanggulangi sebagai motivasi karena keinginan untuk

seluruh tubuh dan terbebas dari penyakit.

G. Dampak Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi

Pada tingkat-tingkat kecemasan pada pasien pre operasi akan sangat berpengaruh

pada keberhasilan pembedahan sehingga kesiapan mental pasien sebagai tolak ukur yang

penting bagi keberhasilan pembedahan baik dari tim medis sendiri maupun perawat

dalam pemberian asuhan keperawatan.

Penelitian tentang kecemasan pasien telah menunjukkan bahwa intervensi

psikologi menjadi bagian terpenting dalam perawatan pasien menghadapi masalah utama

untuk diidentifikasi masalah ini dapat menyebabkan ancaman serius terhadap persiapan

pasien dalam pembedahan dan setelah paska operasi.. Dalam masalah komunikasi ini

perawat memerlukan waktu khusus untuk menanyakan dan mendengarkan ketakutan

,kekawatiran,keyakinan mengenai kesehatan dan keadaan pasien sendiri. Kekhawatiran

atau kecemasan mengenai apa yang akan terjadi dan dirasakan sebelum dan setelah

tindakan operasi dapat dikurangi dengan komunikasi terapeutik. Kecemasan ini bisa

terjadi karena kurangnya informasi dan akan menjadi lebih buruk dari pada kenyataan

yang sebenarnya ( Yasmin Asih,1996 )

Informasi ini meliputi :

1. Informasi prosedur ,yang diharapkan pasien tahu dan pas apa yang sebenarnya terjadi

secara prosedur berjalan

2. Informasi sensasi, yang membantu pasien mengantisipasi bagaimana atau apa yang

akan dirasakan sebenarnya selama prosedur atau sesudah suatu prosedur

3. Informasi relaksasi,membantu mengurangi ketegangan otot dan membantu rilek

secara perlahan lahan

4. Latihan penanggulangan kognitif, membuat pasien mengantisipasi dan menghargai

respon respon psikologi (Yasmin Asih,1996 )

H. Kerangka Teori

Faktor faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik • Persepsi • Keyakinan sesorang • Latar belakang pendidikan • Pola hubungan • Emosi • Pengetahuan

- Pengetahuan penjelasan masalah klien - Praktek dalam pelaksanaan penjelasan

komunikasi

Komunikasi terapeutik • Pendidikan • Sensasi • Manajemen nyeri • Kegiatan fisik

menurunkan komplikasi

Gambar 2.2: Kerangka Teori

Referensi : (Arwani , 2003 )

(Long , 1996 )

( Stuart & Sunndeen ,1998)

I. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan a. Predisposisi

- Emosi - Tipe Kepribadian - Ras takut - Frustasi

b. Presipitasi - Eksternal (Masuknya kuman

,virus ,polusi udara, bahaya lingkungan )

- Internal (Kegagalan dari organ fisiologi, misal sistem kardiovaskuler,sistem immune)

Tingkat Kecemasan pasien Pre operasi

Komunikasi terapeutik

Gambar 2.3: Kerangka Konsep

Area yang diteliti yaitu Pemberian k

dan tingkat kecemasan pasien pre op

design penelitian sebagai berikut:

Pre test

Kelompok Eksperimen K

Kelompok kontrol X2 KK

Gambar 2.4: Design Penelitian

J. Hipotesa

Berdasarkan teori yang telah diur

adalah adanya perbedaan tingka

dilakukan komunikasi terapeutik d

Definisi Operasional

DO Kriteria

Komunikasi

Terapeutik

Adalah hubunga

klien dengan

sehingga ter

- - - - -

Usia Tingkat Pendidikan Pengetahuan Pengalaman masa laluSosek

Variabel Penganggu

Penelitian

omunikasi terapeutik sebagai variabel independent

erasi sebagai variabel dependen. Adapun kerangka

Post test

omunikasi Terapeutik 02

uesioner I uesioner II

X2

Pre dan Post test quasi eksperimen

aikan diatas maka rumusan hipotesa penelitian ini

t kecemasan pada pasien preoperasi antara yang

an yang tidak dilakukan Komunikasi terapeutik

Skala

n antara perawat dan

proses komunikasi

jadi penyampaian

Nominal

- Kelompok kontrol

diberikan

informasi, pertukaran perasaan dan

pikiran dengan maksud mempengaruhi

perilaku orang lain

komunikasi

terapeutik

- Kelompok

Eksperimen tidak

dilakukan

komunikasi

terapeutik

Kecemasan Adalah reaksi emosional yang tidak

spesifik dan tidak mempunyai obyek

yang pasti serta dirasakan sebagai

suatu ancaman terhadap integritas

tubuh yang dinilai berdasarkan

Anxiety Analog Scale

Ordinal

< 150: Tidak ada cemas

150-200: Cemas ringan

200-300:Cemas sedang

300- 400: Cemas berat

> 400 : Cemas panik

Gambar 2.5: Definisi Operasional