bab ii tinjauan pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. sedangkan sampah anorganik...

23
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pencemaran Air Sungai Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup lainnya. Saat ini masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Gambar II.1. Sumber-Sumber Pencemaran Air Sungai (Sumber: Millichap,1995) 5

Upload: dotram

Post on 28-Jul-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

Bab II Tinjauan Pustaka

II.1 Pencemaran Air Sungai

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang

banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus

dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk

hidup lainnya. Saat ini masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air

meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus

meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun.

Kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber

daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat

menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang

bergantung pada sumber daya air.

Gambar II.1. Sumber-Sumber Pencemaran Air Sungai

(Sumber: Millichap,1995)

5

Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

Sungai sebagai salah satu sumber daya air sekarang ini sudah banyak yang

tercemar. Sehingga tidak dapat digunakan secara normal untuk keperluan tertentu,

misalnya untuk keperluan air minum, berenang/ rekreasi, keberlangsungan

kehidupan hewan air, pengairan dan keperluan industri. Ciri-ciri sungai yang

mengalami pencemaran antara lain adalah bau yang menyengat, jumlah populasi

hewan air yang terus berkurang, minyak yang terlihat terapung pada permukaan

air sungai, dll.

Pencemaran air sungai diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan)

yang dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut dan partikulat. Polutan memasuki

sungai dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah, limpasan (run off)

air hujan maupun pertanian, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah

industri, dan lain-lain.

II.1.1 Sumber Pencemar Air Sungai

Pencemaran air sungai dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain sebagai

berikut:

1. Industri

Limbah industri sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran

air. Pada umumnya limbah industri mengandung limbah B3, yaitu bahan

berbahaya dan beracun. Limbah industri yang berbahaya antara lain yang

mengandung logam dan cairan asam. Misalnya limbah yang dihasilkan

industri pelapisan logam, yang mengandung tembaga dan nikel serta cairan

asam sianida, asam borat, asam kromat, asam nitrat dan asam fosfat. Limbah

ini bersifat korosif, dapat mematikan tumbuhan dan hewan air. Pada manusia

menyebabkan iritasi pada kulit dan mata, mengganggu pernafasan dan

menyebabkan kanker.

2. Kegiatan Pemukiman/ Domestik

Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik

dan sampah anorganik serta buangan rumah tangga seperti dari mandi, cuci

dan kotoran manusia. Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan

atau dibusukkan oleh bakteri. Contohnya sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan

6

Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau

kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah ini tidak

dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegradable). Sampah organik yang

dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut,

karena sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya.

Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat

terhalang dan menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga,

yang menghasilkan oksigen.

3. Pertanian

Pupuk dan pestisida biasa digunakan para petani untuk merawat tanamannya.

Namun pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air.

Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan

gulma air seperti ganggang dan eceng gondok. Limbah pestisida mempunyai

aktifitas dalam jangka waktu yang lama dan ketika terbawa aliran air keluar

dari daerah pertanian, dapat mematikan hewan yang bukan sasaran seperti

ikan, udang dan hewan air lainnya. Pestisida mempunyai sifat relatif tidak

larut dalam air, tetapi mudah larut dan cenderung konsentrasinya meningkat

dalam lemak dan sel-sel tubuh mahluk hidup.

4. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah

Timbulan sampah di TPA akan menghasilkan lindi (leachate). Apabila

penanganan dan pengolahan lindi sampah tidak dilakukan secara optimal,

lindi sampah ini akan masuk ke dalam tanah ataupun ikut terbawa dalam

aliran air sungai sehingga dapat menimbulkan pencemaran air sungai. Pada

umumnya lindi mengandung beberapa logam berat. Selain itu lindi juga

merupakan golongan pencemar yang menyebabkan penurunan kadar oksigen

terlarut dalam suatu perairan.

II.1.2 Bahan Pencemar (Pollutant) Air Sungai

Bahan pencemar/ polutan adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau

bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem

sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut. Polutan yang memasuki

7

Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

perairan terdiri atas campuran berbagai jenis polutan. Rao (1992)

mengelompokkan bahan pencemar di perairan menjadi beberapa kelompok yaitu:

1. Limbah Penyebab Penurunan Kadar Oksigen Terlarut

Semua limbah yang dioksidasi terutama limbah domestik termasuk dalam

kategori limbah penyebab penurunan kadar oksigen terlarut. Selain itu

bahan-bahan buangan dari industri pengolahan pangan, pabrik kertas,

industri penyamakan kulit, industri pemotongan daging, pembekuan ikan

serta udang, dan sebagainya. Oksigen sangat penting bagi kelangsungan

hidup organisme pada ekosistem perairan. Kadar oksigen terlarut

minimum 5 mg/liter yang diperlukan bagi kelangsungan hidup ikan di

perairan.

2. Senyawa Organik

Berbagai bahan organik baik bahan alami maupun sintetis masuk ke dalam

badan air sebagai hasil dari aktivitas manusia. Beberapa contoh bahan

organik yang yang bersifat toksik terhadap organisme akuatik adalah

minyak, fenol, PCBs, surfaktan, dll. Sumber limbah organik di perairan

adalah limbah domestik baik rumah tangga maupun perkotaan, limbah

industri kimia, tekstil, plastik, dan lain-lain.

3. Pestisida

Pestisida masuk ke badan air melalui limpasan dari daerah pertanian yang

banyak menggunakan pestisida. Pestisida bersifat toksik dan

bioakumulasi. Selain itu pestisida juga bersifat persisten atau bertahan

dalam waktu yang lama di perairan.

4. Senyawa Anorganik

Senyawa anorganik terdiri atas logam dan logam berat yang pada

umumnya bersifat toksik. Davis dan Cornwell dalam Effendi (2003)

mengemukakan bahan anorganik yang dianggap toksik adalah arsen (As).

Barium (Ba), kadmium (Cd), Kromiun (Cr), merkuri (Hg), dan timbal

(Pb). Logam berat seperti kadmium banyak digunakan dalam industri

metalurgi, pelapisan logam, baterai, peralatan elektronik, keramik, tekstil

dan plastik (Eckenfelder dalam Effendi, 2003)

8

Page 5: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

II.2 Kualitas Air Sungai

Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau

komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter,

yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, warna, bau, rasa), parameter kimia (pH,

oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan sebagainya), dan parameter biologi

(keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya).

Adanya penggunaan air yang bermacam-macam seperti misalnya untuk air

minum, irigasi pertanian, industri, dan rekreasi, maka tidak cukup bila hanya

merujuk pada satu parameter kualitas air saja. Setiap penggunaan air memiliki

persyaratan kualitas air tertentu. Penggunaan air sebagai air minum akan

memerlukan kualitas tingkat sedimen yang rendah. Sedangkan penggunaan air

untuk rekreasi seperti memancing akan membutuhkan kuantitas air dan oksigen

terlarut yang baik. Oleh karena itu pada umumnya kualitas air ditunjukkan dengan

adanya beberapa kombinasi parameter kualitas air seperti karakteristik fisik, kimia

dan biologi (Koteen, 2002).

II.2.1 Karakteristik Fisika

Karakteristik fisika yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air meliputi

suhu, warna dan bau, kekeruhan, padatan.

II.2.1.1 Suhu

Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai proses industri.

Air pendingin tersebut setelah digunakan akan mendapatkan panas dari bahan

yang didinginkan, kemudian dikembalikan ke tempat asalnya yaitu sungai atau

sumber air lainnya. Air buangan tersebut mungkin mempunyai suhu lebih tinggi

daripada air asalnya. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat

sebagai berikut:

• Jumlah oksigen terlarut di dalam sungai menurun.

• Kecepatan reaksi kimia meningkat.

• Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.

9

Page 6: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan mengalami

kenaikan kecepatan respirasi, di samping itu suhu yang relatif tinggi akan

menurunkan jumlah oksigen yang terlarut di dalam air, akibatnya ikan dan hewan

air akan mati karena kekurangan oksigen.

II.2.1.2Warna dan Bau

Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan bahan anorganik,

karena keberadaan plankton, humus dan ion-ion logam misalnya besi dan mangan.

Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida

mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman. Warna dapat

menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya

proses fotosintesis.

Air sungai biasanya berwarna kuning kecoklatan karena mengandung lumpur.

Sedangkan air sungai yang bau dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia,

ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan air, baik yang hidup maupun yang

sudah mati.

II.2.1.3 Sedimen

Sedimen adalah padatan yang dapat langsung mengendap jika air didiamkan tidak

terganggu selama beberapa waktu. Padatan yang mengendap tersebut terdiri dari

partikel-partikel padatan yang mempunyai ukuran relatif besar dan berat sehingga

dapat mengendap dengan sendirinya. Sedimen yang terdapat di dalam sungai

biasanya terbentuk sebagai akibat dari erosi. Adanya sedimen dalam jumlah tinggi

di dalam sungai akan sangat merugikan karena:

1. Sedimen dapat menyebabkan penyumbatan saluran air dan selokan,

sehingga akan mengurangi volume air yang dapat ditampung di dalam

sungai. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya banjir karena pendangkalan

sungai oleh sedimen.

2. Sedimen yang mengendap di dasar sungai dapat mengurangi populasi ikan

dan hewan-hewan air lainnya karena telur-telur ikan dan sumber-sumber

makanan mungkin terendam di dalam sedimen.

10

Page 7: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

3. Sedimen dapat mengurangi penetrasi sinar ke dalam sungai, sehingga

mengurangi kecepatan fotosintesis oleh tanaman air.

4. Sedimen menyebabkan air menjadi keruh sehingga akan menambah biaya

penjernihan air jika air sungai tersebut akan digunakan untuk keperluan

industri maupun sebagai sumber air baku.

II.2.2. Karakteristik Kimia

II.2.2.1Nilai pH

Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral yaitu antara pH 6 sampai 8. pH

mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Sebagian besar biota akuatik

sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH

sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi

akan berakhir jika pH rendah. Toksisitas logam memperlihatkan peningkatan pada

pH rendah (Effendi, 2003). Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena

tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah.

II.2.2.2 Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan

hewan di dalam air. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung

dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang

dibutuhkan untuk kehidupannya. Ikan merupakan makhluk air yang memerlukan

oksigen tertinggi, kemudian invertebrata dan yang terkecil kebutuhan oksigennya

adalah bakteri.

Oksigen terlarut (DO) dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana

jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya dan dari atmosfer

(udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas. Di perairan tawar,

kadar DO berkisar antara 15 mg/liter pada suhu 0º C dan 8 mg/liter pada suhu 25º

C.

Air dikatakan tercemar jika konsentrasi oksigen terlarut menurun di bawah batas

yang dibutuhkan untuk kehidupan biota air. Penyebab utama berkurangnya DO di

11

Page 8: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

dalam air adalah adanya bahan-bahan buangan yang mengkonsumsi oksigen.

Bahan-bahan tersebut adalah bahan yang mudah dibusukkan atau dipecah oleh

bakteri dengan adanya oksigen. Oksigen yang tersedia di dalam air dikonsumsi

oleh bakteri yang aktif memecah bahan-bahan tersebut. Oleh karena itu semakin

tinggi kandungan bahan-bahan tersebut maka akan semakin berkurang konsentrasi

DO di dalam sungai. Pada umumnya bahan-bahan tersebut merupakan bahan-

bahan organik yang berasal dari berbagai sumber seperti kotoran hewan maupun

manusia, tanaman-tanaman yang mati, limbah industri, dan sebagainya.

Keadaan sungai dengan konsentrasi DO yang sangat rendah berbahaya bagi

organisme akuatik. Semakin rendah kadar DO semakin tinggi toksisitas zinc,

tembaga, timbal, sianida, hidrogen sulfida dan amonia (Effendi, 2003).

II.2.2.3Biochemical Oxygen Demand (BOD)

BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme

hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air. jadi

nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi

hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang

ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti

kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi. Sebagai

akibat menurunnya oksigen terlarut di dalam air adalah menurunnya kehidupan

hewan dan tanaman air. Hal ini disebabkan karena makhluk-makhluk hidup

tersebut banyak yang mati atau melakukan migrasi ke tempat lain yang

konsentrasi oksigennya masih cukup tinggi.

II.2.3 Karakteristik Biologi

Air mudah tercemar oleh mikroorganisme berbahaya/ patogen yang masuk

melalui limbah. Berbagai metode untuk mengidentifikasikan bakteri patogen di

perairan telah banyak dikembangkan. Akan tetapi penentuan semua jenis bakteri

patogen ini membutuhkan waktu dan biaya yang besar, sehingga penentuan grup

bakteri coliform dianggap sudah cukup baik dalam menilai tingkat higienitas

12

Page 9: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

perairan. Escherichia coli adalah salah satu bakteri coliform total yang ditemukan

dalam tinja manusia. Keberadaan E. Coli di perairan secara berlimpah

menggambarkan bahwa perairan tersebut tercemar oleh kotoran manusia, yang

mungkin juga disertai dengan cemaran bakteri patogen.

Fecal coliform adalah anggota dari coliform total yang mampu memfermentasi

laktosa pada suhu 44,5º C. Sekitar 97% dari total kandungan bakteri coliform tinja

manusia merupakan fecal coliform, yang terdiri atas Escherichia dan beberapa

spesies Klebsiella. Bakteri fecal coliform ini juga banyak ditemukan dalam tinja

hewan, sehingga untuk mengetahui adanya pencemaran tinja binatang lebih sesuai

digunakan bakteri fecal coliform.

II.3. Hubungan Ekonomi dan Lingkungan

Sumber daya alam merupakan faktor input dalam kegiatan ekonomi. Namun

demikian pengertian sumber daya tersebut tidak terbatas sebagai faktor input saja

karena proses produksi juga akan menghasilkan output misalnya limbah yang

kemudian menjadi faktor input bagi kelangsungan dan ketersediaan sumber daya

alam. Keterkaitan antara sumber daya alam dan aktivitas ekonomi dapat dilihat

pada Gambar II.2

Sumber Daya Alam &

Lingkungan

Produksi

Residual

Limbah

Konsumsi

I1 I2

I3

D1D2

D3

Gambar II.2. Keterkaitan antara Sumber Daya Alam dan Aktivitas Ekonomi

(Sumber: Fauzi, 2004 )

13

Page 10: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

Pada Gambar II.2 dapat dilihat bahwa sumber daya alam menghasilkan barang

dan jasa untuk proses industri yang berbasis sumber daya alam (I1) maupun yang

langsung dikonsumsi oleh rumah tangga (I2). Dari proses industri dihasilkan

barang dan jasa yang kemudian dapat digunakan oleh rumah tangga untuk

konsumsi (I3). Kegiatan produksi oleh industri dan konsumsi oleh rumah tangga

menghasilkan limbah (waste) yang kemudian dapat didaur ulang (D1 dan D2).

Proses daur ulang ini ada yang langsung kembali ke alam dan lingkungan, juga

ada yang kembali ke industri (D2) seperti pendaur ulangan kertas, botol plastik

dan lain sebagainya. Dari limbah ini sebagian komponen ada yang dapat didaur

ulang dan menjadi residual (D3) yang akan kembali ke lingkungan tergantung dari

kemampuan kapasitas penyerapan atau asimilasinya.

Kegiatan ekonomi memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap manusia

maupun makhluk hidup lainnya. Kegiatan ekonomi biasanya dilakukan melalui

peningkatan proses produksi ataupun proses industrialisasi. Proses industrialisasi

mempunyai efek positif bagi manusia melalui terpenuhinya jumlah barang dan

jasa yang harus dikonsumsi manusia untuk kebutuhan hidupnya. Tapi di sisi lain

proses industrialisasi mempunyai dampak negatif bagi manusia. Pertama, melalui

menipisnya cadangan sumber daya alam, karena dengan menipisnya cadangan

sumber daya alam akan menyebabkan harga barang meningkat. Selain itu juga

akan mengakibatkan kerugian bagi generasi yang akan datang karena tidak bisa

menikmatinya. Kedua, proses industrialisasi akan menyebabkan pencemaran

lingkungan. Semakin meningkatnya pencemaran lingkungan akan mengganggu

keseimbangan lingkungan yang pada gilirannya akan mengancam hidup manusia

dan makhluk hidup lainnya.

14

Page 11: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

Gambar II.3. Hubungan Pencemaran Lingkungan dengan Kegiatan Ekonomi (Sumber: Fauzi, 2004)

Gambar II.3 tersebut menunjukkan hubungan antara kegiatan ekonomi

dengan pencemaran lingkungan mempunyai hubungan yang positif. Sumbu

vertikal menunjukkan tingkat pencemaran, sedangkan sumbu horisontal

menunjukkan tingkat kegiatan ekonomi. Apabila kegiatan ekonomi meningkat

misalnya dari Y1 ke Y2 akan diikuti dengan meningkatnya tingkat pencemaran

lingkungan dari P1 ke P2. Jadi di satu pihak kegiatan ekonomi selain menghasilkan

barang dan jasa juga menghasilkan sesuatu yang negatif yaitu polusi atau limbah.

II.4 Barang Publik, Eksternalitas dan Kegagalan Pasar

II.4.1 Barang Publik

Barang publik (public goods) secara umum dapat didefinisikan sebagai barang di

mana jika diproduksi, produsen tidak memiliki kemampuan mengendalikan siapa

yang berhak mendapatkannya (Fauzi, 2004). Masalah dalam barang publik timbul

karena produsen tidak meminta konsumen untuk membayar atas konsumsi barang

tersebut. Sebaliknya dari sisi konsumen, mereka tahu bahwa sekali diproduksi,

produsen tidak memiliki kendali sama sekali siapa yang mengkonsumsinya.

Berdasarkan ciri-cirinya, barang publik memiliki dua sifat dominan berikut :

15

Page 12: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

1. Tidak ada Ketersaingan (Non-rivalry) atau Tidak habis (non-divisible).

Barang publik memiliki sifat non-rivalry dalam hal mengkonsumsinya.

Artinya, konsumsi seseorang terhadap barang publik tidak mengurangi

konsumsi orang lain terhadap barang yang sama. Udara yang kita hirup,

dalam derajat tertentu tidak berkurang bagi orang lain untuk

menghirupnya.

2. Tidak ada Larangan (Non-Excludable).

Sifat kedua dari barang publik adalah non-excludable, artinya sulit untuk

melarang pihak lain untuk mengkonsumsi barang yang sama. Pada saat

kita menikmati pemandangan laut yang indah di pantai misalnya, kita

tidak bisa atau sulit melarang orang lain untuk tidak melakukan hal yang

sama karena pemandangan adalah public good.

II.4.2 Eksternalitas dan Kegagalan Pasar

Konsumsi terhadap barang publik sering menimbulkan apa yang disebut sebagai

eksternalitas atau dampak eksternal. Secara umum eksternalitas dapat

didefinisikan sebagai dampak baik positif maupun negatif, atau dalam bahasa

formal ekonomi sebagai net cost atau benefit, dari tindakan satu pihak terhadap

pihak lain. Eksternalitas terjadi jika kegiatan produksi atau konsumsi dari satu

pihak mempengaruhi kegunaan atau utilitas dari pihak lain secara tidak

diinginkan, dan pihak pembuat eksternalitas tidak menyediakan kompensasi

terhadap pihak yang terkena dampak. Dalam kaitannya dengan sumber daya alam

dan lingkungan, eksternalitas sangat penting untuk diketahui karena eksternalitas

akan menyebabkan alokasi sumber daya yang tidak efisien. Friedman dalam Fauzi

(2004) menyatakan bahwa eksternalitas dan barang publik adalah dua cara

pandang yang berbeda dalam melihat masalah yang sama.

Sumber daya alam dalam beberapa hal tidak ditransaksikan dalam mekanisme

pasar atau mekanisme pasar bekerja secara tidak sempurna (incomplete).

Pencemaran udara misalnya adalah contoh bagaimana transaksi pasar tidak terjadi

karena jika mekanisme pasar bekerja secara sempurna, pelaku penyebab

pencemaran udara tersebut seharusnya membayar kompensasi terhadap

16

Page 13: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

masyarakat yang terkena pencemaran. Kegagalan pasar adalah cerminan sifat

sumber daya alam yang dalam beberapa hal menjadi barang publik. Jadi barang

publik, eksternalitas dan kegagalan pasar (market failure) adalah mata rantai yang

sering timbul dalam pengelolaan sumber daya alam.

II.5 Valuasi Non Pasar (Non Market Valuation)

Manusia memerlukan barang dan jasa dalam kehidupan sehari-harinya. Dilihat

dari kepemilikan, barang kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi 2 kelompok,

yaitu barang pribadi dan barang publik. Lingkungan dilihat dari kepemilikan

adalah merupakan barang publik, karena menyangkut banyak orang dan bukan

milik perseorangan (Bromley, 1995).

Lingkungan sebagai barang bebas adalah barang yang secara fisik-kuantitatif

tidak terukur. Dengan demikian sulit untuk menilai secara langsung dengan uang,

tetapi jelas merupakan suatu komoditi yang banyak dibutuhkan. Barang demikian

ini disebut sebagai barang yang tidak memiliki pasar (non market goods). Antara

lain seperti misalnya, keindahan alam, kejernihan air sungai dan danau, udara

bersih dan ketenangan lingkungan. Manfaat ini lebih sering terasa dalam jangka

panjang. Manfaat sungai misalnya, baru kita sadari justru setelah kita menghadapi

banjir atau dalam kondisi dimana ikan habis akibat Sungai yang tercemar karena

adanya aktivitas pembuangan sampah maupun limbah cair ke dalam sungai.

Manfaat-manfaat di atas yang dapat disebut sebagai manfaat fungsi ekologis

(ecological function) sering tidak terkuantifikasi dalam perhitungan menyeluruh

terhadap nilai dari lingkungan. Mengingat pentingnya fungsi-fungsi ekonomi dan

non ekonomi dari lingkungan, tantangan yang dihadapi oleh penentu kebijakan

adalah bagaimana memberikan nilai yang komprehensif terhadap lingkungan itu

sendiri. Dalam hal ini nilai tersebut tidak saja nilai pasar (market value) barang

yang dihasilkan dari lingkungan melainkan juga nilai jasa lingkungan yang

dihasilkan oleh lingkungan tersebut.

Penggunaan metode analisis biaya dan manfaat (Cost Benefit Analysis) yang

konvensional sering tidak mampu menjawab permasalahan di atas karena konsep

17

Page 14: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

CBA yang konvensional sering tidak memasukkan manfaat ekologis di dalam

analisisnya (Fauzi, 2004). Demikian juga meskipun kita mengetahui kerusakan

lingkungan akibat aktivitas ekonomi, pengambil kebijakan sering tidak mampu

mengkuantifikasi kerusakan tersebut dengan metode ekonomi yang konvensional.

Permasalahan-permasalahan di atas kemudian menjadi dasar pemiliran lahirnya

konsep valuasi ekonomi, khususnya valuasi non pasar (non market valuation).

Secara umum nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum

seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan

jasa lainnya. Secara formal konsep ini disebut keinginan membayar (willingness

to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya

alam dan lingkungan (Fauzi, 2004). Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai

ekologis ekosistem bisa diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan

mengukur nilai moneter barang dan jasa. Menurut Fauzi (2004) WTP juga dapat

diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari

terjadinya penurunan terhadap sesuatu.

II.5.1 Teknik Valuasi Non Pasar

Secara umum teknik valuasi ekonomi lingkungan yang tidak dapat dipasarkan

(non market valuation) dapat digolongkan ke dalam 2 kelompok. Kelompok

pertama adalah teknik valuasi tidak langsung dan kelompok kedua adalah teknik

valuasi langsung.

18

Page 15: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

Gambar II.4. Teknik Valuasi Non Pasar

(Sumber: Fauzi,2004)

II.5.1.1Teknik Valuasi Tidak Langsung (Indirect Valuation)

Teknik valuasi tidak langsung adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga

implisit dimana Willingness To Pay (WTP) terungkap melalui model yang

dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan keinginan

membayar yang terungkap (revealed WTP). Beberapa teknik yang termasuk ke

dalam kelompok ini adalah travel cost, hedonic pricing, dan teknik yang relatif

baru yang disebut random utility model (Fauzi, 2004).

a. Travel Cost Method (TCM)

Travel Cost Method (TCM) dapat dikatakan sebagai metode yang tertua

untuk pengukuran nilai ekonomi secara tidak langsung. Metode ini menurut

Fauzi (2004) diturunkan dari pemikiran yang dikembangkan oleh Hotelling

pada tahun 1931, yang kemudian secara formal diperkenalkan oleh Wood

dan Trice pada tahun 1958 serta Clawson dan Knetsch pada tahun 1966.

Metode ini kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap

rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, berburu,

hiking, dan sebagainya. Secara prinsip metode ini mengkaji biaya yang

dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi di atas.

Misalnya untuk menyalurkan hobi memancing di sungai, seorang konsumen

akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi

19

Page 16: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

tempat tersebut. Dengan mengetahui pola dari konsumen ini, maka bisa

dikaji beberapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada lingkungan.

b. Hedonic Pricing

Menurut Fauzi (2004) Teknik Hedonic Pricing dikembangkan dari teori

atribut atau karakteristik yang dikemukakan oleh Lancaster pada tahun 1966.

Teknik ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Griliches (1971) dan

Rosen (1974). Prinsip utama dari teknik ini adalah mengestimasi nilai

implisit karakteristik atau atribut yang melekat pada suatu produk dan

mengkaji hubungan antara karakteristik yang dihasilkan tersebut dengan

permintaan barang dan jasa. Misalnya permintaan rumah yang dibangun di

tepi danau akan banyak ditentukan oleh karakteristik yang ada dari danau

tersebut (keindahan, kebersihan, dan sebagainya). Di sisi lain nilai properti

atau perumahan juga banyak ditentukan oleh kualitas lingkungan dan

diasumsikan bahwa semakin buruk kualitas lingkungan akan semakin

menurun nilai properti tersebut.

II.5.1.2Teknik Valuasi Langsung (Direct Valuation)

Berbeda dengan pendekatan tidak langsung, pada pendekatan pengukuran secara

langsung, nilai ekonomi sumber daya dan lingkungan dapat diperoleh secara

langsung dengan menanyakan kepada individu atau masyarakat mengenai

keinginan mereka membayar (willingness to pay) barang dan jasa yang dihasilkan

oleh lingkungan. Salah satu teknik yang cukup populer dalam valuasi secara

langsung ini adalah Contingent Valuation Method (CVM).

II.6 Contingent Valuation Method (CVM)

II.6.1 Tujuan dan Pendekatan CVM

Menurut Fauzi (2004) pendekatan CVM pertama kali dikenalkan oleh Davis

(1963) dalam penelitian mengenai perilaku perburuan (hunter) di Miami.

Pendekatan ini baru populer sekitar pertengahan 1970-an ketika pemerintah

Amerika Serikat mengadopsi pendekatan ini untuk studi-studi sumber daya alam.

Pendekatan ini disebut “tergantung” (contingent) karena pada prakteknya

20

Page 17: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

informasi yang diperoleh sangat bergantung pada hipotesis yang dibangun.

Menurut Randall (1982) CVM merupakan salah satu metode survai untuk

mengungkapkan sikap, pandangan dan penilaian masyarakat serta merespon

kesanggupan membayarnya terhadap suatu komoditas lingkungan atau terhadap

suatu sumber daya yang tidak memiliki pasar (non marketable) seperti udara

bersih, air di badan perairan, ketenangan lingkungan, dll.

CVM menggunakan pendekatan secara langsung yaitu dengan cara menanyakan

secara langsung kepada seseorang mengenai kemauan membayar atas manfaat

(WTP) atau kemauan untuk menerima kompensasi sehingga memberikan toleransi

terhadap biaya kerusakan (WTA). Pendekatan CVM ini secara teknis dapat

dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan teknik eksperimental melalui

simulasi dan permainan. Kedua, dengan teknik survei. Pendekatan pertama lebih

banyak dilakukan melalui simulasi komputer sehingga penggunaannya di

lapangan sangat sedikit.

Prinsip dari CVM adalah mengetahui penilaian personal dari responden untuk

peningkatan/ penurunan kuantitas atau kualitas suatu barang dan jasa, yang

tergantung (contingent) dengan kondisi pasar hipotesisnya. Responden akan

memberikan jawaban mengenai kemauan mereka untuk membayar atau menerima

kompensasi atas suatu barang dan jasa yang ditanyakan jika pasarnya ada.

Secara teknis salah satu kelebihan CVM yang paling atraktif adalah kemungkinan

penerapannya untuk segala situasi dan kondisi. Hal ini sangat kontras dengan

metode-metode lain seperti misalnya pendekatan hedonic price atau travel cost.

Secara umum CVM memiliki dua keistimewaan yaitu:

1. CVM merupakan teknik yang sering digunakan untuk mengukur

manfaat.

2. CVM biasanya diterapkan dalam konteks penilaian kebijakan

lingkungan.

21

Page 18: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

Tujuan dari CVM adalah untuk memperoleh penilaian atau penawaran yang

mendekati nilai barang atau jasa jika terdapat pasar yang nyata dari barang atau

jasa tersebut. Pasar hipotesis, pertanyaan yang ditanyakan dan responden haruslah

sedekat mungkin dengan kemungkinan pasar nyata. Oleh karena itu responden

harus terbiasa dengan barang dan jasa yang ditanyakan dalam kuesioner.

Valuasi lingkungan dengan menggunakan CVM saat ini semakin banyak

dilakukan untuk menilai manfaat kebijakan lingkungan dan biaya kerusakan yang

terjadi. Di Indonesia teknik CVM ini sudah pernah digunakan beberapa kali.

Teknik CVM digunakan oleh Edy (1998) dalam melakukan valuasi ekonomi

tingkat bising operasi pesawat udara di kawasan perumahan sekitar Bandara

Sukarno-Hatta. Teknik CVM juga pernah dilakukan oleh Riauaty (1999) dalam

mengukur manfaat peningkatan kualitas udara di Jakarta. Selain itu teknik CVM

juga dapat digunakan dalam menganalisis manfaat dari pengendalian pencemaran

air sungai, seperti yang pernah dilakukan oleh Ma’ruf (2002) pada Sungai

Kalibaru Timur Jakarta.

II.6.2 Metode-Metode CVM

Pengumpulan data pada survei langsung CVM dilakukan melalui wawancara.

Pada wawancara tersebut diharapkan responden dapat mengungkapkan

preferensinya terhadap public goods dengan menggunakan kesanggupan

membayarnya (WTP) yang dinyatakan dengan sejumlah uang. Untuk

mendapatkan hasil maksimal dan tepat sasaran dari penggunaan metode ini, maka

diperlukan desain kuesioner yang baik. Untuk mencapai tujuan tersebut ada 4

macam desain pertanyaan yang dapat dikembangkan yaitu:

a. Direct Question Method (Open Ended)

Metode ini cukup sederhana, yaitu hanya berupa pertanyaan berapa harga

yang sanggup dibayar oleh responden bila kebijakan harga ditetapkan

sebagai upaya pengendalian pencemaran lingkungan. Cara ini banyak

mengandung kelemahan dan menimbulkan bias, karena kesulitan dan

ketidaktahuan responden memperkirakan berapa harga yang dianggap

wajar. Kesulitan ini akan banyak ditemukan terutama di negara

22

Page 19: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

berkembang yang belum terbiasa berfikir mengenai harga barang publik.

Selain itu karena tawar menawar ini berlangsung bukan pada pasar

sesungguhnya (hypothetical market) sehingga tidak ada dorongan yang

kuat dari konsumen untuk memberikan harga yang sesungguhnya.

b. Permainan Penawaran (Bidding Game)

Metode ini lebih baik dan merupakan penyempurnaan dari metode

sebelumnya. Pada metode ini harga tertentu telah ditetapkan oleh

pewawancara, kemudian ditanyakan kepada responden. Bila responden

setuju pada harga yang ditawarkan maka harga dinaikkan dan terus

dinaikkan sampai responden menjawab tidak. Sebaliknya bila responden

menjawab tidak pada penawaran pertama, maka harga diturunkan dan

terus diturunkan sampai responden menjawab ya. Pada saat terjadi

kesepakatan harga dengan konsumen/ responden, maka harga tersebut

dianggap sebagai nilai lingkungan yang sanggup dibayarkan oleh

responden.

Walaupun metode ini lebih baik dibandingkan dengan metode pertama

tetapi juga memiliki kekurangan. Kekurangan dari metode penawaran

(bidding game) ini adalah adanya kesulitan di dalam menentukan harga

awal. Harga awal yang ditawarkan bisa terlalu murah atau terlalu mahal.

c. Payment Card

Metode ini diterapkan dengan bantuan kartu yang berisi daftar harga yang

dimulai dari nol sampai pada suatu harga tertentu yang relatif tinggi.

Kemudian ditanyakan kepada responden harga maksimum WTP untuk

suatu nilai lingkungan tertentu.

d. Take It or Leave It

Bagi responden metode ini sangatlah mudah karena hanya ditawari sebuah

harga. Kemudian ditanya apakah setuju dengan harga tersebut. Metode ini

tepat untuk survei melalui surat.

Pada dasarnya pendekatan yang dilakukan dari setiap metode tersebut adalah

sebagai berikut:

23

Page 20: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

a. Kepada sejumlah sampel dari suatu populasi diajukan pertanyaan tentang

valuasi benda-benda atau suatu kondisi lingkungan.

b. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan informasi untuk

melakukan estimasi kesanggupan membayar (WTP) responden terhadap

benda-benda atau kondisi lingkungan tersebut.

c. Kesanggupan membayar (WTP) responden diekstrapolasi untuk mewakili

WTP populasi.

II.6.3 Tahap Operasional Penerapan Pendekatan CVM

Di dalam tahap operasional penerapan pendekatan CVM terdapat lima tahap

kegiatan atau proses. Tahapan tersebut antara lain sebagai berikut (Fauzi, 2004):

1. Membuat Hipotesis Pasar

Pada awal proses CVM, seorang peneliti harus terlebih dahulu membuat

hipotesis pasar terhadap sumber daya yang akan dievaluasi. Dalam hal ini

bisa dibuat suatu kuesioner yang berisi informasi lengkap mengenai

bagaimana kondisi lingkungan yang bagus. Selain itu juga perlu dijelaskan

bagaimana pemerintah akan memperoleh dana, misalnya melalui pajak,

pembayaran langsung dan sebagainya.

2. Mendapatkan Nilai Lelang (Bids)

Tahap berikutnya dalam melakukan CVM adalah memperoleh nilai lelang.

Hal ini dapat dilakukan melalui survei, baik survei wawancara melalui

kuesioner, wawancara melalui telepon maupun lewat surat. Dari ketiga cara

tersebut survei wawancara langsung melalui kuesioner akan memperoleh

hasil yang lebih baik. Tujuan dari survei ini adalah untuk memperoleh nilai

maksimum keinginan membayar (WTP) dari responden terhadap suatu

proyek, misalnya perbaikan lingkungan. Nilai lelang ini bisa dilakukan

dengan metode-metode CVM seperti: direct question method (open ended),

permainan penawaran (bidding game), payment card, take it or leave it.

3. Menghitung Rataan WTP dan WTA

Setelah survei dilaksanakan, tahap berikutnya adalah menghitung nilai rataan

WTP setiap individu. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai lelang (bid) yang

24

Page 21: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

diperoleh pada tahap dua. Perhitungan ini biasanya didasarkan pada nilai

rataan (mean) dan nilai tengah (median).

4. Memperkirakan Kurva Lelang (Bid Curve)

Kurva lelang atau bid curve diperoleh misalnya dengan meregresikan WTP/

WTA sebagai variabel tidak bebas (dependent variable) dengan beberapa

variabel bebas. Variabel bebas (independent variable) tersebut antara lain

adalah pendapatan (I), pendidikan (E), pengeluaran (O), jumlah anggota

keluarga (F) dan faktor-faktor lainnya (Xij).

Wi = f (I,E,O,F, Xij)

5. Mengagregatkan Data

Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengagregatkan rataan lelang yang

diperoleh pada tahap tiga. Proses ini melibatkan konversi data rataan sampel

ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengkonversi

ini adalah mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga dalam

populasi.

II.7 Manfaat Ekonomi dari Kualitas Air Sungai

Kualitas air sungai akan memberikan manfaat secara ekonomi. Manfaat ekonomi

dari kualitas air sungai tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok

(Dumas ,2005):

1. Withdrawal Benefits

Withdrawal benefits adalah keuntungan atau manfaat yang dapat diperoleh

melalui pengambilan air sungai. Misalnya pemanfaatan air sungai untuk

kebutuhan air bersih kota maupun untuk penggunaan domestik/ rumah

tangga (memasak, mencuci, mandi). Selain itu withdrawal benefits dari

kualitas air sungai adalah penggunaan air sungai untuk irigasi pertanian,

tempat memandikan hewan ternak, dan juga pemanfaatan air sungai untuk

kebutuhan industri. Jika kualitas air sungai rendah, maka sebelum air

sungai tersebut diambil/ digunakan, maka air sungai harus diolah terlebih

dahulu sebelum dapat dimanfaatkan. Hal ini akan mengurangi besarnya

manfaat ekonomi yang dapat diperoleh karena adanya biaya pengolahan

air tersebut sebelum air sungai dapat/ layak untuk digunakan.

25

Page 22: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

2. Instream Benefits

Instream benefits adalah manfaat yang dapat diperoleh dari kualitas air

sungai yang ada di hilir sungai, yang bukan berasal dari kegiatan

pengambilan air sungai. Instream benefits ini terdiri dari 2 kategori:

a. Instream Use Benefits

Instream use benefits adalah manfaat yang diperoleh dari adanya

interaksi langsung antara manusia dengan air sungai yang ada di

hilir. manfaat/ keuntungan air sungai ini antara lain adalah

pemanfaatan air sungai untuk berenang, memancing, olah raga air,

estetika, dll. Estetika akan berpengaruh terhadap kenyamanan para

pengunjung sungai seperti misalnya orang yang berpiknik atau

sekedar berjalan-jalan di sungai.

b. Instream Non Use Benefits

Instream non use benefit dari kualitas air sungai antara lain

meliputi stewardship value, bequest value dan existence value. Non

use benefits mempertimbangkan pendapat/ pandangan dari masing-

masing individu tanpa melihat apakah individu tersebut memiliki

interaksi secara langsung dengan sungai.

• Stewardship value muncul dari adanya keyakinan secara moral

maupun agama yang menyatakan bahwa manusia bertanggung

jawab untuk memelihara/ menjaga kualitas air meskipun tidak

ada keuntungan dari pengambilan sungai (withdrawal benefits)

atau instream benefits yang diperoleh.

• Bequest value muncul dari adanya anggapan bahwa kita yang

hidup saat ini memiliki kewajiban untuk menjaga kualitas air

sebagai warisan bagi generasi yang akan datang.

• Existence value timbul dari kenyamanan seseorang saat

mengetahui bahwa masih ada beberapa komponen lingkungan

yang masih ada. nilai ini menekankan sungai sebagai habitat

bagi makhluk hidup air seperti ikan.

26

Page 23: Bab II Tinjauan Pustaka - digilib.itb.ac.id · daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah

Dampak dari pencemaran sungai terhadap manfaat yang diperoleh dari kualitas air

dapat dilihat melalui perantara ekosistem perairan. Meningkatnya level nutrien

yang memicu terjadinya blooming alga akan dapat mengurangi manfaat berenang

dan berlayar. Berkurangnya kadar oksigen terlarut (DO) akan berdampak pada

kematian ikan, sehingga hal ini akan mempengaruhi manfaat dalam memancing/

mencari ikan. Meningkatnya bakteri-bakteri patogen akibat dari buangan

domestik ke sungai akan meningkatkan biaya pengolahan air serta mengurangi

manfaat berenang, memancing dan manfaat untuk berlayar. Berkurangnya

populasi ikan serta menurunnya keaneka ragaman lingkungan akuatik akibat dari

adanya sedimentasi maupun buangan bahan kimia ke dalam sungai akan

mengurangi nilai stewardship, bequest dan existence value atau dengan kata lain

jika kualitas air sungai itu buruk maka nilai-nilai manfaat di atas tidak akan

tercapai/ terpenuhi.

Gambar II.5 di bawah ini menunjukkan secara jelas, pembagian kelompok

manfaat ekonomi dari kualitas air berdasarkan kriteria Dumas (2005).

Gambar II.5. Manfaat Ekonomi dari Kualitas Air Sungai

(Sumber: Dumas, 2005)

27