bab ii tinjauan pustaka - · pdf filebagian bawah daun (stomata). air yang tetahan di...

43
II-1 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, kemudian jatuh ke permukaan tanah, dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Siklus tersebut sebenarnya tidaklah sesederhana defenisi di atas karena: 1. siklus itu dapat berupa siklus pendek, yaitu hujan yang segera dapat mengalir kembali ke laut, 2. tidak adanya keseragaman waktu yang diperlukan oleh suatu siklus. Selama musim kemarau kelihatannya siklus seolah-olah berhenti, sedangkan dalam musim hujan berjalan kembali, 3. intensitas dan frekuensi siklus tergantung letak geografi dan keadaan iklim suatu lokasi, siklus ini berjalan karena sinar matahari yang posisinya berubah setiap saat menurut meridiannya, 4. berbagai bagian siklus dapat menjadi sangat kompleks sehingga hanya dapat diamati pada bagian akhir saja terhadap suatu curah hujan di atas permukaan tanah yang kemudian kembali ke laut. Gambaran sederhana dari siklus hidrologi dapat dilihat pada Gambar II.1.

Upload: phamquynh

Post on 05-Mar-2018

228 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-1

Bab II

Tinjauan Pustaka

II.1 Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, kemudian jatuh ke permukaan

tanah, dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Siklus tersebut sebenarnya tidaklah

sesederhana defenisi di atas karena:

1. siklus itu dapat berupa siklus pendek, yaitu hujan yang segera dapat mengalir

kembali ke laut,

2. tidak adanya keseragaman waktu yang diperlukan oleh suatu siklus. Selama

musim kemarau kelihatannya siklus seolah-olah berhenti, sedangkan dalam

musim hujan berjalan kembali,

3. intensitas dan frekuensi siklus tergantung letak geografi dan keadaan iklim

suatu lokasi, siklus ini berjalan karena sinar matahari yang posisinya berubah

setiap saat menurut meridiannya,

4. berbagai bagian siklus dapat menjadi sangat kompleks sehingga hanya dapat

diamati pada bagian akhir saja terhadap suatu curah hujan di atas permukaan

tanah yang kemudian kembali ke laut.

Gambaran sederhana dari siklus hidrologi dapat dilihat pada Gambar II.1.

Page 2: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-2

Gambar II.1. Siklus Hidrologi

Air laut menguap karena radiasi matahari menjadi awan, kemudian awan yang

terjadi oleh penguapan air bergerak di atas daratan karena tertiup angin.

Presipitasi yang terjadi karena adanya tabrakan antara butir-butir uap air karena

akibat desakan angin, dapat berbentuk hujan atau salju. Setelah jatuh ke

permukaan tanah, akan menimbulkan limpasan (runoff) yang mengalir kembali ke

laut. Dalam usahanya untuk mengalir kembali ke laut beberapa diantaranya masuk

ke dalam tanah (infiltrasi) dan bergerak terus ke bawah (perkolasi) ke dalam

daerah jenuh (saturated zone) yang terdapat di bawah permukaan air. Air dalam

daerah ini bergerak perlahan-lahan melewati akuifer masuk ke sungai atau

kadang-kadang langsung masuk ke laut.

Air yang masuk ke dalam tanah (infiltrasi) memberi hidup kepada tumbuhan,

namun ada diantaranya naik ke atas lewat akuifer diserap akar dan batangnya,

sehingga terjadi transpirasi, yaitu evaporasi (penguapan) lewat tumbuhan melalui

bagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface

detention) sebagian besar mengalir masuk ke sungai-sungai sebagi limpasan

permukaan (surface runoff) ke dalam palung sungai.

Page 3: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-3

Permukaan sungai dan danau juga mengalami penguapan, sehingga masih ada lagi

air yang dipindahkan menjadi uap. Akhirnya, air yang tidak menguap ataupun

mengalami infiltrasi tiba kembali ke laut lewat palung-palung sungai. Air tanah

yang bergerak jauh lebih lambat mencapai laut dengan jalan ke luar melewati

alur-alur masuk ke sungai atau langsung merembes ke pantai-pantai. Dengan

demikian seluruh siklus telah dijalani, kemudian akan berulang kembali.

II.2 Daerah Aliran Sungai

Berbagai analisa hidrologi seperti analisa hujan limpasan dan analisa ketersediaan

air, dilakukan untuk suatu cakupan Daerah Aliran Sungai (DAS). Secara umum,

DAS merepresentasikan suatu daerah dimana hujan yang jatuh atau aliran

permukaan yang terjadi di dalam daerah tersebut akan mengalir menuju outlet

DAS. Dengan kata lain, hujan atau aliran permukaan yang terjadi di luar DAS

yang bersangkutan, tidak akan memberikan kontribusi debit terhadap outlet DAS

yang ditinjau tersebut. Batas DAS dapat ditentukan berdasarkan peta topografi,

dimana secara umum limpasan bergerak dari lahan dengan elevasi tinggi menuju

lahan dengan elevasi rendah, dengan arah pergerakan tegak lurus garis kontur

elevasi.

Karakteristik dasar DAS yang memiliki pengaruh terhadap besarnya limpasan

antara lain adalah luas DAS, bentuk, panjang saluran, kemiringan, jenis tanah, dan

jenis tutupan lahan.

Luas DAS (A) merupakan parameter dasar bagi perhitungan volume limpasan

yang diakibatkan oleh suatu kejadian hujan. Secara umum, semakin besar luas

DAS, semakin besar pula debit limpasan pada outlet DAS tersebut akibat suatu

kejadian hujan. Panjang saluran (L) pada umumnya dihitung berdasarkan panjang

saluran utama mulai dari titik outlet hingga ke ujung saluran di sebelah hulu.

Panjang saluran hingga ke titik berat DAS (length to centroid = Lc) dihitung

berdasarkan panjang saluran utama hingga ke titik berat DAS. Parameter L dan Lc

banyak digunakan dalam proses perhitungan hidrogaf.

Page 4: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-4

Kemiringan saluran (S) atau kemiringan lahan (So) merefleksikan tingkat

perubahan elevasi terhadap jarak. Parameter ini juga banyak digunakan dalam

perhitungan hidrograf dan perhitungan waktu tempuh (time travel). Jenis tanah

merupakan parameter yang berpengaruh dalam penentuan infiltrasi. Jenis tutupan

lahan berpengaruh terhadap respon DAS terhadap suatu kejadian hujan. Sebagai

contoh, Metode Rasional menggunakan nilai C untuk merefleksikan potensi

besarnya limpasan yang terjadi pada suatu DAS. Secara umum, semakin tinggi

intensitas bangunan pada suatu luasan lahan, semakin tinggi pula potensi limpasan

yang mungkin terjadi akibat suatu kejadian hujan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran permukaan dapat dikelompokkan ke

dalam faktor yang berhubungan dengan curah hujan, dan faktor yang berhubungan

dengan karakteristik daerah aliran aliran sungai.

Lama waktu hujan, intensitas, dan penyebaran hujan mempengaruhi laju dan

volume aliran permukaan. Pada hujan dengan intensitas yang tinggi, kapasitas

infiltrasi akan terlampaui dengan selisih yang cukup besar dibandingkan pada

hujan dengan intensitas yang rendah, meskipun total curah hujan untuk kedua

hujan tersebut sama besar.

Dalam hubungannya dengan penyebaran hujan, secara umum volume aliran

permukaan terbesar terjadi ketika hujan turun merata di seluruh wilayah DAS

yang ditinjau. Bentuk dan ukuran DAS, kondisi topografi, dan tata guna lahan

mempengaruhi bentuk hidrograf aliran permukaan. Bentuk DAS yang memanjang

dan sempit cenderung menurunkan laju aliran permukaan dibandingkan dengan

DAS yang melebar.

Kerapatan sungai juga merupakan faktor penting yang menentukan kecepatan

aliran permukaan. Kerapatan sungai adalah jumlah panjang saluran dibagi dengan

luas DAS. Secara umum, makin tinggi kerapatan sungai, makin besar kecepatan

aliran permukaan pada DAS tersebut.

Page 5: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-5

Secara umum, vegetasi di permukaan tanah mengakibatkan meningkatnya

kapasitas intersepsi dan detensi, serta mengurangi kecepatan aliran permukaan.

Faktor pengaruh tutupan lahan sering direpresentasikan sebagai koefisien C yang

menunjukkan perbandingan antara besarnya hujan yang berubah menjadi aliran

permukaan dengan hujan yang jatuh. Koefisien ini sering disebut sebagai

koefisien pengaliran.

II.3 Curah Hujan Wilayah

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air

dan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang

bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut

curah hujan wilayah/regional. Untuk mencari curah hujan rata-rata suatu wilayah,

salah satu metoda yang dipakai yaitu Poligon Thiessen.

Cara Poligon Thiessen ini berdasarkan rata-rata timbang (weighted average).

Masing-masing penakar mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan

menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung

diantara dua pos penakar Gambar II.2. .

Gambar II.2. Mengukur tinggi curah hujan dengan Poligon Thiessen (Soemarto, C.D., 1995)

Page 6: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-6

Curah hujan wilayah suatu DAS dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

(II-1) Poligon Thiessen berikut ini:

n21

nn2211

A...AAdA....dAdAd

++++++

= ....................................................... persamaan (II-1)

dimana:

A1, A2, ...., An = luas daerah pengaruh pos penakar 1,2, dan seterusnya

A = jumlah luas seluruh areal yang dicari tinggi hujan

rata-ratanya.

d1, d2, ...., dn = tinggi hujan pos penakar 1, 2, dan seterusnya

d = tinggi hujan rata-rata areal

II.4 Infiltrasi dan Curah Hujan Efektif

Infiltrasi adalah proses air masuk dari permukaan tanah ke dalam tanah. Banyak

faktor mempengaruhi laju infiltrasi, termasuk kondisi permukaan tanah dan

penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

hidraulik, dan kelengasan tanah pada saat itu.

Dalam beberapa hal tertentu, infiltrasi berubah-ubah sesuai dengan intensitas

curah hujan. Akan tetapi setelah mencapai limitnya, banyaknya infiltrasi akan

berlangsung terus sesuai kecepatan absorsi maksimum setiap tanah yang

bersangkutan. Kecepatan infiltasi yang berubah-ubah sesuai dengan variasi

intensitas hujan umumnya disebut laju infiltrasi. Laju infiltasi maksimum yang

terjadi pada suatu kondisi tertentu disebut kapasitas infiltrasi (f). Kapasitas

infiltrasi berbeda-beda tergantung dari kondisi permukaan tanah, struktur tanah,

tumbuh-tumbuhan, suhu dan lain-lain.

Page 7: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-7

Metoda φ index merupakan metoda yang paling sederhana untuk menghitung

besarnya infiltrasi. Besarnya infiltrasi dihitung dengan mencari selisih antara

presipitasi total dengan hasil pengamatan aliran permukaan (surface run off) yang

diamati secara hidrograf. Metoda ini mengasumsikan bahwa selisih antara

presipitasi total dengan surface run off ini terdistribusi secara uniform melewati

daerah curah hujan.

Metoda ini merupakan laju konstan (mm/jam) dimana volume curah hujan sama

dengan volume limpasan yang diamati (sama dengan hujan netto atau efektif)

metoda ini menggambarkan semua kehilangan permukaan (intersepsi, cadangan

depresi permukaan, cadangan detensi dan evapotranspirasi) dan infiltrasi.

tQP −

=φ ...................................................................................... persamaan (II-2)

Dimana:

P = hujan total (mm)

Q = limpasan permukaan total

t = lamanya hujan (jam)

II.5 Hidrograf Satuan Observasi

Menurut Soemarto (1995), S-Curve adalah suatu hidrograf limpasan langsung

yang dihasilkan oleh hujan menerus dengan intensitas efektif konstan dan durasi

tidak terhingga.

S-Curve suatu watershed diperoleh dari suatu hidrograf satuan watershed tesebut

dengan periode tertentu. Hujan menerus tersebut terdiri atas deretan hujan dengan

intensitas konstan dengan durasi tertentu yang jumlahnya tidakterhingga, maka

efek dari hujan menerus tersebut dapat dicari dengan menjumlahkan ordinat-

ordinat deretan hidrograf yang banyaknya tidak terhingga. Setiap ordinat digeser

satu periode.

Page 8: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-8

Gambar II.3. Metoda S-Curve hydrograph (Bedient dan Huber, 1992)

S-Curve dapat dipakai untuk mengubah hidrograf satuan dengan durasi t1 menjadi

hidrograf satuan dengan durasi t2. Hal tersebut didapat dari S-Curve yangberasal

dari hidrograf satuan tertentu (S-Curve1) dan dengan menggambarkan S-Curve

yang lain (S-Curve2) yang berasal dari hidrograf satuan yang sama yang digeser t2

jam ke kanan. Beda ordinat S-Curve1 dengan S-Curve2 pada garis vertikal yang

sama merupakan ordinat hidrograf satuan dengan periode t2, yang tingginya sama

dengan (t1/t2)d. dimana d adalah tinggi hidrograf satuan dengan periode t1.

II.6 Hidrograf Satuan Sintetik

Menurut Chow (1998), Unit hidrograf didefenisikan sebagai aliran keluar lembah

yang dihasilkan dari satu inchi (satu centimeter) dalam direct runoff yang

dibangkitkan dalam area drainase yang seragam pada curah hujan yang seragam

untuk perioda dari durasi hujan tertentu.

Unit hidrograf adalah unit fungsi respon dari sistem hidrologi linear. Unit

hidrograf didefenisikan sebagai sebuah direct runoff hidrograph (DRH) sebagai

resultan dari curah hujan yang merata pada area drainase pada waktu yang

konstan dari durasi effektif.

Page 9: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-9

Beberapa asumsi yang digunakan pada model unit hidrograf adalah:

• Intensitas curah hujan konstan terhadap durasi effektif,

• Curah hujan terdistribusi secara merata pada area drainase,

• Waktu dasar dari DRH merupakan hasil dari curah hujan yang diberikan

secara konstan pada durasi tertentu,

• Ordinat dari semua DRH pada waktu tertentu adalah proporsional

terhadapnjumlah total dari direct run off yang direpresentasikan oleh setiap

hidrograf, dan

• Pada sebuah watersheed, hidrograf dihasilkan dari curah hujan tidak akan

merubah karakteristik dari watersheed tersebut.

Tahun 1932, Sherman mengembangkan konsep unit hidrograf untuk menentukan

direct runoff hidrograph dari effektif rainfall hiteograf, yang banyak digunakan

dalam aplikasi hirologi. Unit hidrograf dari sebuah DAS dapat didefenisikan

sebagai direct runoff hidrograf yang merupakan hasil dari 1 cm atau 1 inchi

effektif rainfall yang terjadi secara merata pada DAS tersebut selama unit periode

waktu tertentu.

Beberapa asumsi yang digunakan pada teori unit hidrograf:

• Kelebihan curah hujan pada waktu tertentu diasumsikan untuk menghasilakan

hidrograf dengan time bases yang sama mengacu pada intensitas curah hujan,

• Ordinat dari direct run off suatu kejadian hujan dengan durasi tertentu

diasumsikan berbanding lurus terhadap volume kelebihan curah hujan, maka

curah hujan akan menghasilkan dua unit hidrograf,

• Waktu distribusi dari direct run off diasumsikan tidak bergantung pada

kejadian hujan, dan

• Distribusi curah hujan diasumsikan sama untuk semua kejadian hujan dengan

durasi, area serta waktu yang sama.

Page 10: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-10

Hidrograf dikarakteristikkan oleh rising limb, crest segmen dan recession curve.

Aspek waktu pada hidrograf dikarakteristikkan oleh parameter berikut ini:

• Lag time (Tp): waktu dari pusat massa kelebihan curah hujan dari hidrograf,

• Time of rise (tR): waktu dari permulaan naiknya curah hujan sampai puncak

pada hidrograf,

• Time of concentratiton (tc): waktu dari equilibrium watershed dimana outflow

seimbang dengan inflow, time of concentratiton juga diartikan sebagai waktu

untuk sebuah gelombang untuk menjalar dari titik terjauh dari watershed

menuju outlet, dan

• Time base (tb): durasi total dari direct run off (DRO) hidrograf.

Menurut Chow (1998) unit hidrograf dikembangkan dari data hujan dan aliran

sungai pada suatu watershed yang hanya digunakan untuk watershed tersebut dan

untuk titik pada aliran dimana data aliran sungai tersebut sudah terukur. Unit

hidrograf sintetik digunakan untuk mengembangkan unit hidograf untuk lokasi

lainnya pada suatu aliran sungai di dalam watershed yang sama atau didekatnya

dengan karakteristik yang sama. Pada bab ini dikaji tiga metode perhitungan unit

hidrograf sintetik, yaitu: Snyder-Alexejev, Nakayasu, dan SCS.

II.6.1 Hidrograf Satuan Sintetik Snyder-Alexejev

Cara pertama yang digunakan dalam perhitungan debit banjir yang digunakan

dalam studi ini adalah perhitungan hidrograf satuan cara Snyder-Alexesejev,

dimana rumus dari hidrograf satuan sintetik Snyder-Alexesejev adalah sebagai

berikut:

Page 11: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-11

Gambar II.4. Hidrograph satuan sintetis menurut Snyder (Soemarto, C. D., 1995)

Menentukan lag-time

tp = 0.75 (L.Lc) 0.3 (jam) ......................................................... persamaan (II-3)

dimana :

tp = waktu antara titik berat curah hujan hingga puncak (time lag) dalam jam

L = panjang aliran utama (km)

Lc = jarak antara titik berat daerah pengaliran dengan pelepasan (outlet) yang

diukur sepanjang aliran utama

Lama hujan efektif

te = tp/5.5 ................................................................................ persamaan (II-4)

Rise to peak

Tp = waktu dari permulaan naiknya hujan sampai puncak pada hidrograf

Bila nilai te>tr:

te > tr → t’p = tp + 0.25 (tr-te) → Tp = tp +0.5.tr ............... persamaan (II-5)

Bila nilai te<tr :

te < tr → Tp =tp + 0.5 ............................................................ persamaan (II-6)

Peak discharge (l/det), untuk hujan efektif 1 mm pada 1 km2

tpC.275

q pp =

............................................................................ persamaan (II-7)

Page 12: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-12

Peak discharge untuk hujan efektif 1 inci (25.4 mm) pada daerah seluas A

km2, dalam m2/det

det)/m(.A.1000

4.25.qQ 2pp =

.................................................. persamaan (II-8)

Bentuk Unit Hydrograph.

Snyder hanya membuat rumus empirik untuk menghitung debit puncak Qp dan

waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak dari suatu hidrograf saja, sehingga

untuk mendapatkan lengkung hidrografnya memerlukan waktu untuk

mengkalibrasi parameter-parameternya. Untuk mempercepat pekerjaan tersebut

diberikan rumus Alexejev, yang memberikan bentuk hidrograf satuannya.

Persamaan Alexejev adalah sebagai berikut:

Q = f(t) .......................................................................................... persamaan (II-9)

Untuk koordinat nilai Y dan X:

PQQY = dan

pTtX = ................................................................ persamaan (II-10)

( )xx1a

2

10Y−

−= ............................................................................... persamaan (II-11)

dengan nilai a diperoleh dari persamaan (II-12) berikut :

a = 1.32 λ2 + 0.15 λ + 0.045 ....................................................... persamaan (II-13)

hATQ pp=λ .................................................................................... persamaan (II-14)

Dimana : h = excess rain (run-off) dalam mm.

A = luas daerah pengaliran dalam km2.

Tp = rise to peak dalam detik.

Page 13: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-13

II.6.2 Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Cara kedua yang digunakan dalam perhitungan unit hidrograf yang digunakan

dalam penelitian ini adalah perhitungan hidrograf satuan sintetik Nakayasu,

dimana rumus dari hidrograf satuan sintetik Nakayasu adalah sebagai berikut:

Gambar II.5. Hidrograph Satuan Sintetis menurut Nakayasu (Soemarto, C. D., 1995)

Debit Puncak untuk hujan efektif 1 mm pada daerah seluas A km2

).3,0(6,3..

3,0

0

TTRAC

Qp

p += ......................................................... persamaan (II-15)

dimana :

Qp = Debit puncak banjir (m3/det)

R0 = Hujan satuan (mm)

Tp = waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)

T0,3 = Waktu penurunan debit, dari puncak sampai 30%

A = Luas daerah pengaliran sampai outlet

C = Koofisien pengaliran

Untuk menentukan Tp dan T0,3 digunakan pendekatan rumus sebagai berikut :

Tp = tg + 0.8 tr ..................................................................... persamaan (II-16)

T0.3 = α tg .............................................................................. persamaan (II-17)

tr = (0.5 – 1) ........................................................................ persamaan (II-18)

Page 14: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-14

Menentukan Lag-time

tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (jam)

dimana tg dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :

Sungai dengan panjang alur L > 15 km : tg = 0,4 + 0,058

Sungai dengan panjang alur L < 15 km : tg = 0,21 L0,7

Tr = Satuan waktu hujan (jam)

α = Parameter hidrograf, untuk

α = 2 → Pada daerah pengaliran biasa

α = 1,5 → Pada bagian naik hidrograf lambat dan turun cepat

α = 3 → Pada bagian naik hidrograf cepat dan turun lambat

Pada waktu kurva naik : 0 < t < Tp

( )4,2

ppt )

Tt.(QQ = .................................................................. persamaan (II-19)

dimana :

Q(t) = Limpasan sampai dengan debit puncak (m3)

t = Waktu (jam)

Pada waktu kurva turun

a) Selang nilai : )( 3,0TTt p +≤

3,0

)(

)( 3,0. TTt

pt

p

QQ−

= ........................................................... persamaan (II-20)

b) Selang nilai : )5,1()( 3,03,03,0 TTTtTT pp ++≤≤+

3.0

3,0

5,1)5,0(

)( 3,0. TTTt

pt

p

QQ+−

= ................................................... persamaan (II-21)

c) Selang nilai : t > (Tp+2,5 T0,3)

3,03,0

2

)5,0(

)( 3,0. T

TTt

pt

p

QQ+−

= ................................................... persamaan (II-22)

Page 15: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-15

Rumus tersebut di atas merupakan rumus empiris, maka penerapannya terhadap

suatu daerah aliran harus didahului dengan suatu pemilihan parameter-parameter

yang sesuai yaitu Tp dan α, dan pola distribusi hujan agar didapatkan suatu pola

hidrograf yang realistik.

II.6.3 Hidrograf Satuan Sintetik SCS

Menurut Chow, V. T., (1998) SCS dimensionless hidrograf adalah unit hidrograf

sintetik dimana debitnya dinyatakan sebagai perbandingan dari debit q dengan

debit puncak qp dan waktu sebagai dari perbandingan waktu t dengan waktu dari

permulaan hujan ke puncak unit hidrograf (time rise), Tp. Debit puncak dan time

lag untuk durasi hujan efektif yang diketahui, unit hidrograf bisa ditentukan dari

hidrograf sintetik dimensionless untuk sebuah DAS. Gambar II.6.(a)

menunjukkan sebuah hidrograf dimensionless, yang disediakan untuk berbagai

jenis DAS. Nilai dari qp dan Tp bisa diperkirakan dengan menggunakan model

penyederhanaan dari sebuah unit hidrograf trianggular seperti yang ditunjukkan

oleh Gambar II.6.(b), dimana waktu dalam jam dan debit dalam m3/dt/cm (Soil

Concervation Service,1972).

SCS menganjurkan time recession bisa didekati dengan 1.67 Tp, sebagai daerah

dibawah unit hidrograf yang harus sama dengan direct runoff 1 cm (atau 1 inch),

yang dinyatakan pada persamaan (II-25).

TpA08.2qp = ............................................................................... persamaan (II-23)

tp ≈ 0.6 Tc ................................................................................... persamaan (II-24)

Pada Gambar II.6.(b), time rise Tp bisa dinyatakan dalam hubungan lag time tp

dan durasi hujan efektif tr sebagai berikut:

tp2trTp += ................................................................................ persamaan (II-25)

Page 16: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-16

Gambar II.6. (a) UH SCS Dimensionless dan (b) SCS Triangular (Chow, V. T., 1998)

II.7 Klasifikasi Model DAS

Berbagai tipe model matematika dikembangkan untuk berbagai tujuan yang

berbeda. Menurut Singh (1995), model matematika untuk DAS dapat

diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, seperti:

1. Deskripsi Proses

2. Variabilitas terhadap ruang/waktu

3. Metode penyelesaian persamaan matematis

II.7.1 Klasifikasi Model DAS berdasarkan Deskripsi Proses

Secara umum, process-based model terdiri dari beberapa komponen, seperti:

karakteristik geometris DAS

input

persamaan pengatur

nilai awal dan syarat batas

output

Process-based model dapat diklasifikasikan menjadi model Lumped dan

Distributed.

Page 17: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-17

Model lumped secara umum diekspresikan oleh persamaan-persamaan tanpa

mempertimbangkan variabilitas spasial dari proses, input, syarat batas, dan

karakteristik geometris DAS. Pada sebagian besar model lumped, proses-proses

dituangkan dalam persamaan diferensial biasa berdasarkan persamaan hidraulik

sederhana, dan proses lainnya diekspresikan oleh persamaan empiris.

Model distributed secara umum mengakomodir adanya variabilitas spasial dari

proses, input, syarat batas, dan karakteristik DAS. Pada kebanyakan model,

karakteristik DAS, proses, input, dan syarat batas berupa parameter lumped,

namun sebagian proses yang langsung berhubungan dengan output berupa

parameter distributed. Model seperti ini dapat diklasifikasikan sebagai quasi-

distributed model.

Model deterministik didasarkan pada persamaan matematik untuk menjelaskan

proses yang berperan di dalam model dengan memperhitungkan berbagai prinsip

fisik yang berlaku, seperti kontinuitas, konservasi massa, dan lain-lain.

Model stokastik didasarkan atas pengembangan urutan sintetik data yang berasal

dari sifat statistik data yang tersedia. Perhitungan stokastik dapat digunakan untuk

menghasilkan input berupa time series bagi model deterministik jika data

pengamatan hanya tersedia dalam rentang waktu yang relatif pendek.

Model campuran merupakan sintetis antara model deterministik dan stokastik.

Menurut Arsyad (1989), diantara model deterministik dan model stokastik,

terdapat model parametrik. Penyusunan model parametrik misalnya meliputi

pengembangan dan analisa hubungan antara sifat yang menyebabkan terjadinya

erosi secara numerik dengan besarnya erosi. Terdapat informasi mengenai faktor-

faktor yang berpengaruh dan proses yang terjadi sehingga pendekatan stokastik

tidak diperlukan, akan tetapi informasi tersebut belum cukup untuk menyusun

model deterministik.

Page 18: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-18

II.7.2 Klasifikasi Model DAS berdasarkan Variabilitas Ruang dan Waktu

Time scale dapat didefinisikan sebagai kombinasi input dan output yang masing-

masing dapat terdiri dari interval waktu yang berbeda. Berdasarkan klasifikasi ini,

model dapat dibedakan menjadi: a) continuous time atau event based; b) harian; c)

bulanan; d) tahunan. Klasifikasi ini ditentukan oleh selang waktu komputasi

perhitungan.

Space scale dapat digunakan sebagai kriteria untuk mengklasifikasikan model

menjadi model untuk DAS kecil, DAS sedang, atau DAS besar. Namun demikian,

belum terdapat definisi yang pasti mengenai ukuran besar-kecilnya DAS. Pada

umumnya, DAS < 100 km2 dikategorikan sebagai DAS kecil, dan DAS > 1000

km2 dikategorikan sebagai DAS besar. Hal penting dari pengklasifikasian ini

adalah konsep homogenitas dan perata-rataan proses hidrologis. Sebagai contoh,

pada DAS besar yang sudah terbangun dengan banyak saluran buatan, aliran

dalam saluran (channel flow) lebih dibandingkan dengan overland flow.

Sementara itu, untuk DAS kecil yang belum terbangun, overland flow lebih

dominan dibandingkan dengan aliran dalam saluran.

II.7.3 Model yang dibangun

Dari klasifikasi model di atas, model yang dibangun pada studi ini adalah Model

Distributed – Deterministik – Continuous Time.

Termasuk Model Distributed karena model ini mengakomodasi adanya

variabilitas spasial proses dan karakteristik DAS. Secara umum, pada model ini

DAS dibagi menjadi grid-grid dengan ukuran tertentu. Parameter seperti elevasi,

kemiringan lahan, jenis tutupan lahan, dan lebar saluran/sungai, dimasukkan

sebagai input pada tiap grid. Perhitungan proses hidrologi pada tiap grid

diharapkan dapat memberikan keluaran yang merefleksikan adanya perbedaan

karakter dari tiap bagian DAS.

Page 19: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-19

Termasuk Model Deterministik karena model ini menggunakan persamaan-

persamaan empiris dan analitis tanpa mengakomodasi adanya variasi keluaran

terhadap suatu masukan data yang sama. Model ini tidak menggunakan

perhitungan stokastik untuk menyusun time series sebagai input.

Termasuk Continuous Time karena model ini bisa melakukan perhitungan untuk

beberapa kejadian hujan (miltiple storm). Model ini menggunakan time series data

baik sebagai masukan maupun keluaran.

Model yang dibangun pada studi mengaplikasikan teori kinematic wave pada

routing overland flow dan routing channel flow pada anak sungai serta teori

routing dynamic wave pada routing channel flow.

II.8 Penurunan Rumus

II.8.1 Overland Flow

Dalam hidraulik saluran terbuka, aliran permukaan merupakan aliran tak tunak

(unsteady flow), dan diteliti pertama kali oleh Keulegan yang kemudian diikuti

dengan penelitian oleh Izzard. Penelitian lain juga dilakukan oleh Richey, Behlke,

Woo dan Brater, serta Yu dan McNown. Untuk analisa hidrologi praktis, metoda

Izzard sudah cukup mumpuni. Menurut Izzard, rising segment pada hidrograf

dapat diwakilkan oleh satu curva tanpa dimensi seperti yang ditunjukkan pada

Gambar II.7. Dimensionless hidrograf dari aliran permukaan.

Page 20: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-20

Gambar II.7. Dimensionless hidrograf dari aliran permukaan

Dimana :

q = debit dari aliran permukaan, dalam satuan kubik feet per feet lebar, pada

waktu t sejak hujan efektif dimulai.

qe = debit dari aliran permukaan, dalam satuan kubik feet per feet lebar pada

kondisi seimbang, intensitas dari hujan efektif sama dengan debit outflow.

Jika I adalah intensitas hujan efektif dalam inch per hari dan L adalah

panjang dari aliran permukaan dalam feet, maka:

43200LIqe =

Kondisi seimbang (equilibrium) dicapai secara asymptotically.

t = waktu dalam menit, mulai dari hujan efektif dimulai.

te = waktu pada kondisi seimbang (equilibrium) dalam menit. Karena kondisi

equilibrium didapat secara pendekatan asimtot maka te harus didapatkan

ketika q mencapai 0,97qe, atau q/qe = 0,97. Hal ini dibuktikan dengan

volume air yang diberi notasi De dalam ft3 pada aliran permukaan pada satu

satuan lebar di saat seimbang (area di atas kurva pada Gambar II.7.) pada

dasarnya sama dengan volume air yang telah dikeluarkan dalam waktu yang

diperlukan untuk mencapai keseimbangan (area di bawah kurva). Oleh

karena itu, waktu equilibrium dapat dihitung dengan rumus:

e

ee q

Dt

602

=

Page 21: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-21

D = air yang tertahan (detention) dalam ft3 adalah volume air aliran permukaan

pada satu satuan lebar pada waktu t dari dimulainya hujan efektif.

De = air yang tertahan (detention) dalam ft3 pada saat seimbang (equilibrium). 3/1

ee KLqD =

Hasilnya berkisar antara 0,2 untuk permukaan yang sangat halus sampai 0,4

untuk tanah berumput. Harga K bergantung pada intensitas hujan efektif I,

kemiringan permukaan S, dan faktor kekasaran c.

3/1

0007,0S

cIK +=

Persamaan di atas diperuntukkan untuk kemiringan yang lebih curam dari

0,04. Harga c dapat diperoleh dari tabel sebagai berikut :

Tabel II.1. Koefisien kekasaran c untuk overland flow Izzard

Ketika hujan berhenti, aliran pun berkurang. Waktu tr mulai dari awal segment

turunnya hidrograf sampai titik di mana q/qe = r adalah:

er q

rFDt

60)(0=

Dimana D0 adalah air yang tertahan yang berhubungan De setelah berhentinya

hujan, yang mana air yang tertahan pada saat I = 0; dan dimana:

F(r) = 0,5 (r-2/3 – 1).

Sementara itu untuk perhitungan numerik overland flow maupun channel flow

dalam pemodelan ini menggunakan pendekatan control volume untuk

pendapatkan persamaan kontinuitas dan momentum. Penurunan rumusnya

disajikan pada sub-bab berikut.

Page 22: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-22

II.8.1.1 Persamaan Kontinuitas

Gambar II.8. Control volume sepanjang ruas Δx untuk overland flow

CV = Control Volume

Laju massa air masuk CV - laju massa air keluar CV = laju akumulasi massa

air dalam CV.

Massa air masuk:

Min = ( )2

uh xuh e xx

ρρ ρ

∂ Δ− + Δ

∂ ................................................. persamaan (II-26)

Massa air keluar:

Mout = ( )2

uh xuhx

ρρ

∂ Δ+

∂ ........................................................... persamaan (II-27)

Laju massa air netto dalam CV:

Mnet = ( )uhx

xρ∂

− Δ∂

.................................................................... persamaan (II-28)

q in

h (t+Δt) h (t)

ρuh

u q out

t

t+Δt

e = hujan efektif α

( )2

uh xuhx

ρρ

∂ Δ+

∂( )2

uh xuhx

ρρ

∂ Δ−

( )ht

tρ∂

Δ∂

2xΔ

2xΔ

Page 23: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-23

Pada saat t, tinggi aliran di tengah CV adalah h(t), sedangkan pada saat t+Δt,

tinggi air menjadi h(t+Δt). Maka akumulasi massa air dalam CV adalah:

MT = ( )hx

tρ∂

− Δ∂

....................................................................... persamaan (II-29)

Merumuskan kembali persamaan (II-26) sampai dengan persamaan (II-29) akan

diperoleh:

( ) ( )h uhe

t xρ ρ

ρ∂ ∂

+ =∂ ∂

................................................................ persamaan (II-30)

Dengan mengasumsikan fluida air tidak mampu mampat dan mempunyai

kerapatan massa yang sama, serta q=u.h, sehingga persamaan (II-30) dapat ditulis

kembali menjadi:

h q et x

∂ ∂+ =

∂ ∂ .................................................................................. persamaan (II-31)

II.8.1.2 Persamaan Momentum

Kekekalan Momentum Linier

CV = Control Volume.

α = arah hujan terhadap arah aliran.(lihat Gambar II.8. ).

Laju netto momentum masuk CV + Jumlah gaya pada CV = Laju akumulasi

massa dalam CV.

Momentum masuk:

Mm = ( ) ( )( ) 2 cos2

u uh xu uh e xxρ

ρ ρ α⎛ ⎞∂ Δ

− + Δ⎜ ⎟⎜ ⎟∂⎝ ⎠ ....................... persamaan (II-32)

Momentum keluar:

Mk = ( ) ( )( )2x

xuhuuhu Δ

∂∂

+ρρ ..................................................... persamaan (II-33)

Page 24: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-24

Laju momentum netto masuk CV:

Mn = Mm - Mk

= ( ) ( )( ) 2 cos2

u uh xu uh e xxρ

ρ ρ α⎛ ⎞∂ Δ

− + Δ⎜ ⎟⎜ ⎟∂⎝ ⎠- ( ) ( )( )

2x

xuhuuhu Δ

∂∂

+ρρ

= ( )2

2 cosu h

x e xx

ρ ρ α∂

− Δ + Δ∂

....................................... persamaan (II-34)

Laju akumulasi momentum arah x dalam CV per satu satuan lebar

Mp = ( )uhx

∂Δ

∂ .................................................................. persamaan (II-35)

Gambar II.9. Control volume dan gaya-gaya yang bekerja

Gravity Force (Gaya Gravitasi)

Fg = W.sin θ

= ρgh.Δx.So ..................................................................... persamaan (II-36)

Pressure Force (Gaya Hidrostatis)

Fp = Fpl – Fpr + Fpb

Fg=wsin θ

Fr

So

Fpl

Fpr

2xΔ

2xΔ θ

θ

Fpb

Page 25: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-25

Fpl = ( )∫ −h

dwwhg0

ρ

Fpr = xx

FF pl

pl Δ∂

∂+

Dengan menggunakan Leibnitz rule didapat

xFpl

∂ = ( )

∫∫ ∂−

+∂∂ hh

dwxwhgdw

xhg

00ρρ

= ( )∫ ∂

−+

∂∂ h

dwxwhg

xhgh

0ρρ

Fpb = ( ) xdwxwhg

hΔ⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

∂−

∫0ρ

Fp = Fpl – ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛Δ

∂+ x

xF

F plpl + Fpb

= xx

Fpl Δ∂

∂− + Fpb

= ( ) xdwxwhg

xhhg

hΔ⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

∂−

+∂∂

− ∫0. ρρ + ( ) xdw

xwhg

hΔ⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

∂−

∫0ρ

= xxhhg Δ

∂∂

− .ρ ................................................................ persamaan (II-37)

Friksi (Gaya Gesekan)

Fr = 0P xτ− Δ ; τ0 = fRSγ = fgRSρ , untuk overland flow R=h dan P=1

= fghS xρ− Δ

Empiris:

Sf = 2

3/2 ⎥⎦⎤

⎢⎣⎡h

un = 3/4

22

hun ; c = 6/11 h

n c = kekasaran chezy

n = kekasaran manning

= 3/42

22

hhqn

Page 26: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-26

= 2

2

3/42

22

cc

hhqn ; c2 = 3/1

2

1 hn

= 23/1

23/42

22 11.c

hnhh

qn

= 32

2

hcq

Fr = xhc

qhg Δ− ... 32

2

ρ

= 22

2 ..hc

xqg Δ−

ρ ................................................................... persamaan (II-38)

Merumuskan persamaan (II-34), (II-35), (II-36), (II-37), dan (II-38) akan

diperoleh:

( )22 cos

u he

xρ ρ α

∂− +

∂+ 0ghSρ hgh

xρ ∂

−∂

2

2 2

gqc hρ

− = ( )uht

ρ∂

∂ .. persamaan (II-39)

Dengan mengasumsikan fluida air tidak mampu mampat dan mempunyai

kerapatan massa yang sama, hujan datang dari arah tegak lurus aliran (α=90°),

dan q=u.h, sehingga persamaan (II-39) dapat ditulis kembali menjadi:

( )2

0 2 2

/0

q h g q qq hghS ght x x c h

∂∂ ∂+ − + + =

∂ ∂ ∂ ................................ persamaan (II-40)

Page 27: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-27

II.8.2 Channel Flow

II.8.2.1 Persamaan Kontinuitas

Gambar II.10. Control volume sepanjang ruas Δx untuk channel flow

Laju massa air masuk CV - laju massa air keluar CV = laju akumulasi massa

air dalam CV.

Massa air masuk:

Min = ( )2

uh xuh q xx

ρρ ρ

∂ Δ− + Δ

∂ ................................................. persamaan (II-41)

Massa air keluar:

Mout = ( )2

uh xuhx

ρρ

∂ Δ+

∂ ........................................................... persamaan (II-42)

Laju massa air netto dalam CV:

Mnet = ( )uhx

xρ∂

− Δ∂

.................................................................... persamaan (II-43)

q in

h (t+Δt) h (t)

ρuh

u q out

t

t+Δt

q α

( )2

uh xuhx

ρρ

∂ Δ+

∂( )2

uh xuhx

ρρ

∂ Δ−

( )ht

tρ∂

Δ∂

2xΔ

2xΔ

Page 28: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-28

Pada saat t, tinggi aliran di tengah CV adalah h(t), sedangkan pada saat t+Δt,

tinggi air menjadi h(t+Δt). Maka akumulasi massa air dalam CV adalah:

MT = ( )hx

tρ∂

− Δ∂

....................................................................... persamaan (II-44)

Merumuskan kembali persamaan (II-41) sampai dengan persamaan (II-44) akan

diperoleh:

( ) ( )h uhq

t xρ ρ

ρ∂ ∂

+ =∂ ∂

................................................................ persamaan (II-45)

Dengan mengasumsikan fluida air tidak mampu mampat dan mempunyai

kerapatan massa yang sama, serta untuk mendapatkan persamaan kontinuitas yang

berlaku pada penampang basah saluran, sehingga persamaan (II-45) dapat ditulis

kembali menjadi:

A Q qt x

∂ ∂+ =

∂ ∂ ................................................................................ persamaan (II-46)

II.8.2.2 Persamaan Momentum

Kekekalan Momentum Linier

α = arah inflow lateral terhadap arah aliran.(lihat Gambar II.8. ).

Laju netto momentum masuk CV + Jumlah gaya pada CV = Laju akumulasi

massa dalam CV.

Momentum masuk:

Mm = ( ) ( )( )cos

2u uh xu uh qv x

ρ ρ α⎛ ⎞∂ Δ

− + Δ⎜ ⎟⎜ ⎟∂⎝ ⎠ ....................... persamaan (II-47)

Momentum keluar:

Mk = ( ) ( )( )2x

xuhuuhu Δ

∂∂

+ρρ ..................................................... persamaan (II-48)

Page 29: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-29

Laju momentum netto masuk CV:

Mn = Mm - Mk

= ( ) ( )( )cos

2u uh xu uh qv x

ρ ρ α⎛ ⎞∂ Δ

− + Δ⎜ ⎟⎜ ⎟∂⎝ ⎠- ( ) ( )( )

2x

xuhuuhu Δ

∂∂

+ρρ

= ( )2

cosu h

x qv xx

ρ ρ α∂

− Δ + Δ∂

...................................... persamaan (II-49)

Untuk seluruh penampang saluran, persamaan (II-49) dapat ditulis kembali

menjadi:

Mn = ( )2 /

cosQ A

x qv xx

ρ ρ α∂

− Δ + Δ∂

.................................. persamaan (II-50)

Laju akumulasi momentum arah x dalam CV per satu satuan lebar

Mp = ( ) xx

uhΔ

∂∂ρ ................................................................... persamaan (II-51)

Untuk seluruh penampang saluran, persamaan (II-51) dapat ditulis kembali

menjadi:

Mp = Q xt

ρ ∂Δ

∂ ...................................................................... persamaan (II-52)

Gravity Force (Gaya Gravitasi)

Fg = Wsin θ

= ρghΔxSo ....................................................................... persamaan (II-53)

Untuk seluruh penampang saluran, persamaan (II-53) dapat ditulis kembali

menjadi:

Fg = ρgAΔxSo ....................................................................... persamaan (II-54)

Page 30: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-30

Pressure Force (Gaya Hidrostatis)

Fp = Fpl – Fpr + Fpb

Fpl = ( )∫ −h

dwwhg0

ρ

Fpr = xx

FF pl

pl Δ∂

∂+

Dengan menggunakan Leibnitz rule didapat

xFpl

∂ = ( )

∫∫ ∂−

+∂∂ hh

dwxwhgdw

xhg

00ρρ

= ( )∫ ∂

−+

∂∂ h

dwxwhg

xhgh

0ρρ

Fpb = ( ) xdwxwhg

hΔ⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

∂−

∫0ρ

Fp = Fpl – ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛Δ

∂+ x

xF

F plpl + Fpb

= xx

Fpl Δ∂

∂− + Fpb

= ( ) xdwxwhg

xhhg

hΔ⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

∂−

+∂∂

− ∫0. ρρ + ( ) xdw

xwhg

hΔ⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛

∂−

∫0ρ

= xxhhg Δ

∂∂

− .ρ ................................................................ persamaan (II-55)

Untuk seluruh penampang saluran, persamaan (II-55) dapat ditulis kembali

menjadi:

Fp = hgA xx

ρ ∂− Δ

∂ ................................................................. persamaan (II-56)

Friksi (Gaya Gesekan)

Fr = 0P xτ− Δ ; τ0 = fRSγ− = fAg SPρ−

= fgAS xρ− Δ

Page 31: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-31

Empiris:

Sf = 2

2/3

nuR

⎡ ⎤⎢ ⎥⎣ ⎦

; c = 1/ 61 Rn

c = kekasaran chezy

n = kekasaran manning

= 2

2 2

QA c R

Fr = 2

2 2

QgA xA c R

ρ− Δ

= 2

Q Qg x

Ac Rρ− Δ ............................................................... persamaan (II-57)

Merumuskan persamaan (II-50), (II-52), (II-54), (II-56), dan (II-57) akan

diperoleh:

( )2 /cos

Q Aqv

xρ ρ α

∂− +

∂+ 0gASρ hgA

xρ ∂

−∂ 2

Q Qg

Ac Rρ− = Q

tρ ∂

∂ persamaan (II-58)

Dengan mengasumsikan fluida air tidak mampu mampat dan mempunyai

kerapatan massa yang sama, inflow lateral datang dari arah tegak lurus aliran

(α=90°), sehingga persamaan (II-58) dapat ditulis kembali menjadi: 2

0 2 0

QA Q QQ hgAS gA g

t x x Ac R

⎛ ⎞∂ ⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠+ − + + =∂ ∂ ∂

........................... persamaan (II-59)

Page 32: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-32

II.9 Routing Debit

II.9.1 Routing Overland Flow

Persamaan aliran yang digunakan dalam perhitungan routing overland flow adalah

persamaan dari kinematic wave. Persamaan kontinuitas untuk overland flow, yaitu

persamaan (II-31) dapat ditulis kembali menjadi:

h q i ft x

∂ ∂+ = −

∂ ∂ (kontinuitas) ...................................................... persamaan (II-60)

dimana:

i = hujan (m/s)

f = losses (m/s)

e = i – f (m/s)

Persamaan momentum untuk overland flow, yaitu persamaan (II-40) dapat ditulis

kembali menjadi bentuk unit width element:

( ) 0o fu u hu g g S St x x

∂ ∂ ∂+ + − − =

∂ ∂ ∂ (momentum) ........................ persamaan (II-61)

(Kinematic Wave)

(Diffusion Wave)

(Dynamic Wave)

Persamaan momentum terdiri dari beberapa ruas: percepatan lokal, percepatan

konveksi, gaya tekan, gaya gravitasi, dan gaya gesek. Kinematic wave adalah

bentuk bentuk paling sederhana, dimana suku akselerasi lokal, akselerasi

konvektif, dan gaya tekan diabaikan.

Dengan demikian, persamaan momentum yang digunakan dalam Metoda

Kinematic Wave adalah sebagai berikut:

So = Sf .......................................................................................... persamaan (II-62)

Page 33: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-33

Sebagai contoh, persamaan Manning untuk overland flow dimana So = Sf adalah

sebagai berikut:

q hβα= ....................................................................................... persamaan (II-63)

Dengan demikian, persamaan (II-60) dapat dituliskan sebagai berikut:

1h hh et x

βαβ −∂ ∂⎛ ⎞+ =⎜ ⎟∂ ∂⎝ ⎠ ................................................................. persamaan (II-64)

dimana:

oSn

α = ; β = 5/3 ............................................................ persamaan (II-65)

persamaan (II-64) dapat diselesaikan menggunakan backward difference sebagai

berikut:

Gambar II.11. Ilustrasi solusi numerik untuk kinematic wave overland flow

(j+1)Δt

jΔt

Δt

Δx 1j

ih +

11

jih ++ 1j

ih +

jih

h ht

∂∂

hx

∂∂

(i+1)Δx iΔx

Known value Unknown value

Page 34: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-34

1 11

j ji ih hh

x x

+ ++ −∂

≈∂ Δ

........................................................................... persamaan (II-66)

11 1

j ji ih hh

t t

++ +−∂

≈∂ Δ

............................................................................ persamaan (II-67)

Untuk membentuk persamaan linear, harga h pada ruas αβhβ-1 didapatkan dari

nilai rata-rata sebagai berikut: 1

1

2

j ji ih hh

+++

≈ .............................................................................. persamaan (II-68)

Harga e juga didapatkan dari nilai rata-rata sebagai berikut: 1

1

2

j ji ie ee

+++

≈ ............................................................................... persamaan (II-69)

Substitusi persamaan (II-66), (II-67), (II-68), dan (II-69) ke persamaan (II-64)

menghasilkan: 11 1 1 1 1

1 1 1 1 1

2 2

j j j j j j j ji i i i i i i ih h h h h h e e

t x

β

αβ−+ + + + +

+ + + + +⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞− + − ++ =⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟Δ Δ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠

........ persamaan (II-70)

dengan penyederhanaan: 11 1 1 1

1 1 1 11 1 2 2

j j j j j jj j i i i i i i

i ie e h h h hh h t

x

β

αβ−+ + + +

+ + + ++ +

⎡ ⎤⎛ ⎞ ⎛ ⎞+ + −= + Δ −⎢ ⎥⎜ ⎟ ⎜ ⎟Δ⎢ ⎥⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎣ ⎦

.... persamaan (II-71)

e = i – f, hujan dikurangi infiltrasi (m/s),

h = tinggi overland flow (m),

II.9.2 Routing Channel Flow

II.9.2.1 Kinematic Wave

Persamaan aliran yang digunakan dalam perhitungan routing channel flow di anak

sungai adalah persamaan dari kinematic wave.

Page 35: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-35

Persamaan kontinuitas untuk channel flow, digunakan persamaan (II-46).

Persamaan momentumnya adalah persamaan (II-59) dengan mengambil bentuk

persamaan kinematic wave yang paling sederhana dengan mengabaikan suku

akselerasi lokal, akselerasi konvektif, dan gaya tekan.

Gambar II.12. Ilustrasi solusi numerik untuk kinematic wave channel flow

Bentuk persamaan (II-71) untuk channel flow akan menghasilkan: 11 1 1 1

1 1 1 11 1 2 2

j j j j j jj j i i i i i i

i iq q A A A AA A t

x

β

αβ−+ + + +

+ + + ++ +

⎡ ⎤⎛ ⎞ ⎛ ⎞+ + −= + Δ −⎢ ⎥⎜ ⎟ ⎜ ⎟Δ⎢ ⎥⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎣ ⎦

persamaan (II-72)

dimana:

q = inflow lateral (m/s) A = luas penampang basah (m2)

oSn

α = β = 5/3

S0 = kemiringan saluran n = kekasaran saluran

(j+1)Δt

jΔt

Δt

Δx 1j

iA +

11

jiA ++ 1j

iA +

jiA

A At

∂∂

Ax

∂∂

(i+1)Δx iΔx

Known value Unknown value

Page 36: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-36

II.9.2.2 Dynamic Wave

Persamaan kontinuitas untuk channel flow, digunakan persamaan (II-46) yang

dapat ditulis kembali menjadi:

h QB qt x

∂ ∂+ =

∂ ∂ ............................................................................ persamaan (II-73)

Persamaan momentumnya adalah persamaan (II-59) dengan mengambil bentuk

persamaan dynamic wave dengan memperhitungkan suku akselerasi lokal,

akselerasi konvektif, dan gaya tekan dengan mengambil nilai β=1. Persamaan ini

dapat ditulis kembali menjadi: 2

0 2

( / ) 0Q QQ Q A hgAS gA g

t x x AC R∂ ∂ ∂

+ − + + =∂ ∂ ∂

........................... persamaan (II-74)

Perhitungan numerik untuk routing di saluran menggunakan Metoda Implisit

Abbott-Ioneschu.

Pembaganan dalam Metoda Abbott-Ioneschu termasuk dalam staggered scheme

(berselang-seling) seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar II.13. Kisi-kisi pembaganan Abbott-Ioneschu

persamaan (II-73) dan (II-74) di atas mengandung dua bilangan anu yaitu h dan Q

yang bergantung pada waktu t dan jarak x. Harga-harga A, C dan R bergantung

pada harga h.

Δt

Δx Δx

Q

Q H Q

H Qn

n+1

n

j-1 j+1j x

Δx Δx

H

H Q H

Q H

j j+2 j+1

(1-θ)Δt

θΔt

KISI Q – H - Q KISI H – Q - H

Page 37: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-37

Bentuk pendekatan yang digunakan pada pembaganan Abbott-Ioneschu adalah

central differences (untuk ruang) dan forward differences (untuk waktu), yaitu:

( )⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

Δ

−−+

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

Δ

−=

∂∂ −+

+−

++

xff

xff

xf n

jnj

nj

nj

21

211

11

11 θθ .................................... persamaan (II-75)

[ ]nj

nj ff

ttf

−Δ

=∂∂ +11 .................................................................... persamaan (II-76)

( )θ+= n

jtx ff , .................................................................................. persamaan (II-77)

Dalam pembaganan Abbott-Ionescu ini kisaran h dan Q dihitung pada titik kisi

yang berbeda secara berselang-seling (staggered scheme) seperti yang

diperlihatkan dalam Gambar II.13.. Pada titik kisi j (Q-H-Q) dikepingkan

persamaan kontinuitas dan pada titik kisi j+1 (H-Q-H) dikepingkan persamaan

momentum.

Persamaan kontinuitas: 1n n n

j j

j

h hht t

θ+ + −∂≅

∂ Δ ........................................................................ persamaan (II-78)

( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

Δ−

−+⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

Δ−

≅∂∂ −

−−+

+−

++

+

xQQ

xQQ

xQ n

jnj

nj

nj

n

j 21

2

11

11

11

11 θθ

θ

............................. persamaan (II-79)

Subtitusi persamaan (II-78) dan (II-79) ke persamaan (II-73) menghasilkan:

( ) ( ) ( )1 1 1 11 1 1 1

11

2 2 2j jn n n n n n n n

j j j j j j j j

B Bh h Q Q q q Q Q

t t x x xθθ θ θ θ+ + + +

+ − + −

−− + − = + − − −

Δ Δ Δ Δ Δ

..................................................... persamaan (II-80)

atau:

( ) ( ) ( )1 1 1 11 1 1 1

11

2 2 2n n n n n n n nj j j j j j j j j j

tt tQ B h Q q q B h Q Qx x x

θθ θ θ θ+ + + +− + + −

Δ −Δ Δ− + + = + − + − −

Δ Δ Δ

..................................................... persamaan (II-81)

atau dalam bentuk lain: 1 1 11 1

n n nj j j j j j jQ h Qα β γ δ+ + +

− ++ + = ...................................................... persamaan (II-82)

Page 38: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-38

dimana :

xt

j ΔΔ

−=2θ

α

j jBβ =

xt

j ΔΔ

=2θ

γ

( ) ( ) ( )11 1

11

2n n n n n

j j j j j j j

tq q B h Q Q

δ θ θ++ −

Δ −= + − + − −

Δ

Persamaan momentum:

tQQ

tQ n

jnj

n

j Δ

−≅

∂∂ +

++

+

+

111

1

θ

................................................................. persamaan (II-83)

2 2 2

21

12

n n n

j jj

Q Q Qx A x A A

θ θ θ+ + +

++

⎡ ⎤⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞∂≅ −⎢ ⎥⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ Δ ⎢ ⎥⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎣ ⎦

.................................. persamaan (II-84)

( )1 12 2

1

12 2

n n n n nj j j j

j

h h h hhx x x

θ

θ θ+ + +

+ +

+

⎛ ⎞ ⎛ ⎞− −∂≅ + −⎜ ⎟ ⎜ ⎟⎜ ⎟ ⎜ ⎟∂ Δ Δ⎝ ⎠ ⎝ ⎠

............................. persamaan (II-85)

( )

11 1

2 2

1

n nj j

n

j

g Q QgQ QC AR C AR

θ

++ +

+

+

≅ .................................................................. persamaan (II-86)

Subtitusi persamaan (II-83), (II-84), (II-85), dan (II-86) ke persamaan (II-74)

menghasilkan:

( )( )

1 2 21 1

02

11 11 12 2

2

1

12

1 02 2

n nn nj j n

j jj j

n nn n n nj jj j j jn

j n

j

Q Q Q Q gA St x A A

g Q Qh h h hgA

x x C AR

θ θθ

θθθ θ

+ +++ + +

+

++ ++ ++ ++

+

+

⎡ ⎤− ⎛ ⎞ ⎛ ⎞+ − −⎢ ⎥⎜ ⎟ ⎜ ⎟Δ Δ ⎢ ⎥⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎣ ⎦

⎛ ⎞− −+ + − + =⎜ ⎟⎜ ⎟Δ Δ⎝ ⎠

...... persamaan (II-87)

( )

( )

11 1 11 22

1

2 2

0 1 22

22

2 (1 )

njn n n n n

j j j j jn

j

n nn n n n nj j j j jj

j j

xg QxgA h Q gA ht C AR

x Q QgA S Q gA h ht A A

θ θθ

θ θθ θ

θ θ

θ

++ + + + ++ ++

+

+ +

+ ++ +

+

⎛ ⎞ΔΔ⎜ ⎟− + + + =⎜ ⎟Δ⎜ ⎟⎝ ⎠

⎛ ⎞ ⎛ ⎞Δ+ − + − − −⎜ ⎟ ⎜ ⎟Δ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠

persamaan (II-88)

Page 39: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-39

atau dalam bentuk lain: * 1 * 1 * 1 *

1 1 1 1 2 1n n n

j j j j j j jh Q hα β γ δ+ + ++ + + + + ++ + = .............................................. persamaan (II-89)

dimana :

*1 2

nj j

tgAx

θα θ++

Δ= −

Δ

( )1*

1 2

1

1nj

j n

j

g t Q

C ARθβ +

+ +

+

Δ= +

*1 2

nj j

tgAx

θγ θ++

Δ=

Δ

1 12 2 2 2

2 2 2*1 1 0(1 ) (1 )

2 2 2

n n n n

n nj j j j j jn n n

j j j j j

Q Q Q QA A A A h h

Q t gA t gA Sx x x

θ θδ θ θ θ

+ +

+ + ++ ++ +

⎛ ⎞⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞ ⎛ ⎞− −⎜ ⎟⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ⎛ ⎞−⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠⎜ ⎟= −Δ + − − Δ − +⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟Δ Δ Δ⎝ ⎠⎜ ⎟⎜ ⎟⎝ ⎠

θ adalah faktor pemberat yang harganya antara 0,5 – 1,0.

Bila kisaran h dan Q dituliskan sebagai anu z, maka persamaan (II-82) dan (II-89)

membentuk suatu tata persamaan :

jjjjjjj dzczbza =++ +− 11 .......................................................... persamaan (II-90)

dimana jjj cba ,, dan jd adalah koefisien yang ditentukan dengan menghimpun

suku-suku padanan dari persamaan (II-82) dan (II-89).

Tata persamaan (II-90) adalah non linier, karena koefisien jjj cba ,, dan jd

bergantung pada nilai z pada waktu (n+θ)Δt. Masalah ini dapat diselesaikan

dengan cara interpolasi linier dua tahap.

Pada tahap pertama penyelesaian persamaan (II-89) dilakukan dengan

menghitung koefisien jjj cba ,, dan jd berdasarkan nilai kisaran pada level

waktu nΔt.

Page 40: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-40

Kisaran yang didapat dari hasil penyelesaian tahap pertama ini dipakai untuk

menghitung kisaran pada level waktu (n+1)Δt dengan cara interpolasi linier.

Selanjutnya diselesaikan persamaan (II-90) dengan menghitung koefisien

jjj cba ,, dan jd berdasarkan harga kisaran hasil interpolasi.

Pada waktu menghitung koefisien jjj cba ,, dan jd di titik Q, yaitu persamaan

(II-90) diperlukan harga θθ ++ nj

nj RA , di titik Q dan harga θ+n

jQ di titik h, padahal

kisaran ini tidak dihitung di titik tersebut. Masalah ini dapat diatasi dengan

mengambil hasil interpolasi linier dari harga-harga di titik sekitarnya.

Double Sweep Method

Apabila dilakukan analisa saluran tunggal dengan pembaganan Abbott-Ionescu,

maka bentuk linier tata persamaan (II-90) adalah tata persamaan tridiagonal. Tata

persamaan ini dapat diselesaikan dengan Double Sweep Method (Thomas

Algorithm) atau metoda sapuan ganda.

Bentuk matriks dari persamaan (II-82) dan (II-89) dalam tata persamaan (II-90)

adalah sebagai berikut:

⎪⎪⎪⎪⎪

⎪⎪⎪⎪⎪

⎪⎪⎪⎪⎪

⎪⎪⎪⎪⎪

=

⎪⎪⎪⎪⎪

⎪⎪⎪⎪⎪

⎪⎪⎪⎪⎪

⎪⎪⎪⎪⎪

⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢

−−−

−−−

n

n

n

n

n

n

nn

nnn

nnn

ddd

ddd

zzz

zzz

bacba

cba

cbacba

cb

1

2

3

2

1

1

2

3

2

1

111

222

333

222

11

...

.........

..................

Gambar II.14. Tridiagonal matrik

Page 41: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-41

Penyelesaian persamaan (II-90) dilakukan dalam dua sapuan. Pada sapuan

pertama atau disebut juga sapuan ke depan (forward sweep), satu koefisien

sebelah luar ja dari persamaan (II-90) dihilangkan dengan cara eliminasi gauss,

sehingga akan tersisa dua bilangan anu.

Dari hasil sapuan ke depan ini diperoleh transformasi persamaan (II-90) menjadi :

jjjj fzez +=−1 ........................................................................... persamaan (II-91)

untukkemudian dimasukkan ke persamaan pada grid point j (tergantung tinjauan –

untuk kontinuitas atau momentum – jadi koefisien yang digunakan adalah

koefisien-koefisien persamaan kontinuitas atau momentum yang sudah terkeping).

jjjjjjj dzczbza =++ +− 11 .......................................................... persamaan (II-92)

( )111

1+++

+ +=+

−+−= jjj

jjj

jjjjjj fze

eabfadzc

z ................................. persamaan (II-93)

( )jjj

jj eab

ce

+

−=+1 ........................................................................ persamaan (II-94)

( )( )jjj

jjjj eab

fadf

+

−=+1 ........................................................................ persamaan (II-95)

Pada titik akhir kisi, yaitu titik syarat batas, nilai e dan f dapat ditentukan

berdasarkan hubungan h dan Q atau nilai h atau nilai Q yang diberikan.

Misalnya diberikan syarat batas :

2221 fzez += .............................................................................. persamaan (II-96)

Jika 12211 0 ηη =⎯→⎯=⎯→⎯= fez

12211 0 QfeQz =⎯→⎯=⎯→⎯= .............................................. persamaan (II-97)

nnnn fzez +=−1 ............................................................................ persamaan (II-98)

diketahuizn ⎯→⎯

Page 42: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-42

Nilai kisaran di titik akhir ini dipakai untuk sapuan ke dua atau disebut juga

sapuan ke belakang (backward sweep) untuk mendapatkan harga kisaran z, yaitu

dengan menyelesaikan persamaan (II-90).

Page 43: Bab II Tinjauan Pustaka - · PDF filebagian bawah daun (stomata). Air yang tetahan di permukaan tanah (suface ... penutupan vegetasi, sifat-sifat tanah misalnya porositas dan konduktivitas

II-43

Bab II ...................................................................................................................... 1 Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 1

II.1 Siklus Hidrologi ..................................................................................... 1 II.2 Daerah Aliran Sungai ........................................................................... 3 II.3 Curah Hujan Wilayah .......................................................................... 5 II.4 Infiltrasi dan Curah Hujan Efektif ..................................................... 6 II.5 Hidrograf Satuan Observasi ................................................................ 7 II.6 Hidrograf Satuan Sintetik .................................................................... 8

II.6.1 Hidrograf Satuan Sintetik Snyder-Alexejev ............................. 10 II.6.2 Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu ........................................ 13 II.6.3 Hidrograf Satuan Sintetik SCS .................................................. 15

II.7 Klasifikasi Model DAS ........................................................................ 16 II.7.1 Klasifikasi Model DAS berdasarkan Deskripsi Proses ........... 16 II.7.2 Klasifikasi Model DAS berdasarkan Variabilitas Ruang dan Waktu 18 II.7.3 Model yang dibangun ................................................................. 18

II.8 Penurunan Rumus .............................................................................. 19 II.8.1 Overland Flow .............................................................................. 19 II.8.2 Channel Flow ............................................................................... 27

II.9 Routing Debit ....................................................................................... 32 II.9.1 Routing Overland Flow ............................................................... 32 II.9.2 Routing Channel Flow ................................................................ 34

Gambar II.1. Siklus Hidrologi ................................................................................ 2 Gambar II.2. Mengukur tinggi curah hujan dengan Poligon Thiessen (Soemarto,

C.D., 1995) ...................................................................................................... 5 Gambar II.3. Metoda S-Curve hydrograph (Bedient dan Huber, 1992) ................ 8 Gambar II.4. Hidrograph satuan sintetis menurut Snyder (Soemarto, C. D., 1995)

....................................................................................................................... 11 Gambar II.5. Hidrograph Satuan Sintetis menurut Nakayasu (Soemarto, C. D.,

1995) ............................................................................................................. 13 Gambar II.6. (a) UH SCS Dimensionless dan (b) SCS Triangular (Chow, V. T.,

1998) ............................................................................................................. 16 Gambar II.7. Dimensionless hidrograf dari aliran permukaan ............................ 20 Gambar II.8. Control volume sepanjang ruas Δx untuk overland flow ................ 22 Gambar II.9. Control volume dan gaya-gaya yang bekerja ................................. 24 Gambar II.10. Control volume sepanjang ruas Δx untuk channel flow................ 27 Gambar II.11. Ilustrasi solusi numerik untuk kinematic wave overland flow ...... 33 Gambar II.12. Ilustrasi solusi numerik untuk kinematic wave channel flow ........ 35 Gambar II.13. Kisi-kisi pembaganan Abbott-Ioneschu ........................................ 36 Gambar II.14. Tridiagonal matrik ........................................................................ 40

Tabel II.1. Koefisien kekasaran c untuk overland flow Izzard .............................. 21