bab ii tinjauan pustaka a. pengertian

31
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat Sedangkan diidentifikasikan dari perubahan jumlah, konsistensi, frekuensi, dan warna dari tinja (Ridha,2014). Menurut FKUI (1991) dalam buku Ridha, 2014. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi Buang Air Besar (BAB) > 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi lebih cair atau setengah padat) dengan atau tanpa lendir atau darah. (Kyle, Terri 2014) Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali perhari, keadaan ini tidk dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare. (IDAI, 2015 ;hal,88) Diare adalah gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Luasnya daerah permukaan saluran cerna traktus gastrointestinal (GI) dan fungsi digestifnya menunjukkan betapa pentingnya makna pertukaran antara organisme manusia dengan lingkungannya. Kelainan inflamasi dan malabsorpsi ini beresiko akan menganggu keutuhan fungsi traktus gastrointestinal, di samping itu karena system rentan terhadap ancaman infeksi. Diare menular akut dapat menyebabkan signifikan pada keseimbangan cairan serta elektrolit pada bayi dan anak-anak. (Wong ; eds 6 ; 2009. h.995)

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran

pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat Sedangkan

diidentifikasikan dari perubahan jumlah, konsistensi, frekuensi, dan warna dari

tinja (Ridha,2014). Menurut FKUI (1991) dalam buku Ridha, 2014. Diare

adalah penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi Buang Air Besar

(BAB) > 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi lebih cair

atau setengah padat) dengan atau tanpa lendir atau darah. (Kyle, Terri 2014)

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali

perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa

lender dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang

minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali perhari,

keadaan ini tidk dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal.

Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare,

tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya

perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif

definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau

konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti

biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3

kali perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare.

(IDAI, 2015 ;hal,88)

Diare adalah gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi

pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air

dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Luasnya daerah permukaan saluran

cerna traktus gastrointestinal (GI) dan fungsi digestifnya menunjukkan betapa

pentingnya makna pertukaran antara organisme manusia dengan

lingkungannya. Kelainan inflamasi dan malabsorpsi ini beresiko akan

menganggu keutuhan fungsi traktus gastrointestinal, di samping itu karena

system rentan terhadap ancaman infeksi. Diare menular akut dapat

menyebabkan signifikan pada keseimbangan cairan serta elektrolit pada bayi

dan anak-anak. (Wong ; eds 6 ; 2009. h.995)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

6

Dari beberapa pengertian tersebut diatas maka dapat disimpulkan

bahwa diare merupakan gangguan pencernaan dimana perut terasa mulas dan

feses penderita encer atau cair. Diare terjadi karena selaput dinding usus besar

mengalami iritasi. Adapun penyebab diare karena mengkonsumsi makanan

yang mengandung kuman sehingga gerakan peristaltik usus tidak terkendali

dan tidak terjadi penyerapan air di dalam usus besar.

B. Anatomi fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pencernaan Manusia

Menurut pendapat Syaifuddin, 2015

a) Mulut

Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas

2 bagian yaitu :

1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara

gusi, gigi, bibir, dan pipi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

7

2) Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang

dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatun dan mandibularis,

di sebelah belakang bersambung dengan faring.

Selaput lendir muliut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis, di

bawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir.

Selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung

akhir saraf sensoris. Disebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di

sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis

oris menutup bibir. Levator anguli oris mengangkat dan depresor anguli

oris menelan ujung mulut.

Palatum, terdiri atas 2 bagian yatu :

1) Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk

palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih ke

belakang terdiri dari 2 tulang palatum

2) Palatum mole (palatum lunak) terletak di belakang yang

merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri

atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.

Gerakannya dikendalikan oleh ototnya sendiri, disebelah kanan dan

kiri tiang fauses terdapat saluran lendir yang menembus ke tonsil. Pipi

dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila, otot yang

terdapat pada pipi adalah otot buksinator. Di dalam rongga mulut

terdapat geligi, lidah, dan kelenjar ludah.

b) Geligi

Geligi, ada 2 macam :

1) Geligi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak usia 6-7 bulan.

Lengkap pada umur 2 ½ tahun jumlahnya 20 buah disebut juga gigi

susu, terdiri dari : 8 buah gigi seri (dens insisivus), 4 buah gigi taring

(dens kaninus), dan 8 buah gigi geraham (molare).

2) Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun, jumlahnya

32 buah, terdiri dari : 8 buah gigi seri, 4 buah gigi taring, 18 buah gigi

geraham (molare) dan 12 buah gigi geraham (premolare)

Fungsi gigi terdiri dari : gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring

gunanya untuk memutuskan makanan yang keras dan liat, dan gigi

geraham gunanya untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong-

potong.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

8

c) Lidah

Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja

otot lidah ini dapat digerakkan ke seluruh arah. Lidah dibagi atas 3

bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah),

dan apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkal lidah yang belakang

terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu

kita menelan makanan, supaya makanan jangan masuk kejalan nafas.

Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat puting-puting pengecap atau

ujung syaraf pengecap. Frenulum lingua merupakan selaput lendir yang

terdapat pada bagian bawah kira-kira di tengah, jika lidah digerakkan ke

atas nampak selaput lendir. Flika sublingua terdapat di sebelah kiri dan

kanan frenulum lingua, disini terdapat pula lipatan selaput lendir. Pada

pertengahan flika sublingua ini terdapat saluran dari glandula parotis,

submaksilaris, dan glandula sublingualis. Fungsi lidah yaitu mengaduk

makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap dan menelan,

serta merasakan makanan.

d) Kelenjar ludah

Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang

bernama duktus wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ludah ini ada 2

yakni :

1) Kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris), yang terdapat

di bawah tulang rahang atas pada bagian tengah

2) Kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat

disebelah depan dibawah lidah.

Kelenjar ludah (saliva) dihasilkan di dalam rongga mulut. Di sekitar

rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu :

1) Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan telinga di antara prosesus

mastoid kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni.

Duktus ini keluar dari glandula parotis menuju ke rongga mulut

melalui pipi (muskulus buksinator)

2) Kelenjar submaksilaris, terletak di bawah rongga mulut bagian

belakang, duktusnya bernama duktus wartoni, bermuara di rongga

mulut dekat dengan frenulum lingua

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

9

3) Kelenjar sublingualis, letaknya dibawah selaput lendir dasar rongga

mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar ludah disarafi oleh

saraf-saraf taksadar.

Otot-otot ekstrinsik lidah berasal dari rahang bawah (M. Mandibularis,

os hioid dan prosesus stiloid) menyebar ke dalam lidah membentuk

anyaman bergabung dengan otot intrinsik yang terdapat pada lidah. M.

Genioglossus yang merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari

permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai ke radiks

lingua.

e) Faring

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut

dengan kerongkongan (essofagus). Didalam lengkung faring terdapat

tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak

mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Di

sini terletak bersampingan antara jalan nafas dan jalan makanan,

letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung didepan ruas

tulang belakang. Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga

hidung dengan perantaraan lubang bernama koana. Keadaan tekak

berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang

disebut ismus fausium.Tekak terdiri dari bagian superior (bagian yang

sama tinggi dengan hidung), bagian media (bagian yang sama tinggi

dengan mulut), dan bagian inferior (bagian yang sama tinggi dengan

laring). Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara

tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga

f) Essofagus

Essofagus merupakan saluran yang menghubungan tekak

dengan lambung, panjangnya ±25 cm, mulai dari faring sampai pintu

masuk kardiak dibawah lambung. Lapisan dinding dari dalam ke luar:

lapisan selapiut lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot

melingkar sirkuler, dan lapisan otot memanjang longitudina. Esofagus

terletak dibelakang trakea dan di depan tulang punggung, setelah

melalui toraks menembus diafragma masuk kedalam abdomen

menyambung dengan lambung

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

10

g) Lambung

Lambung atau geser merupakan bagian dari saluran yang dapat

mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung

terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan efosagus

melalui orifsiumpilorik, terletak dibawah diafragma di depan pankreas

dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.

Bagian lambung terdiri dari :

1. Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak sebalah kiri

osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.

2. Korpus ventrinkuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada

bagian bawah kurvatura minor

3. Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot

yang tebal membentuk sfingter pilorus

4. Kurvatura minor, terdapat disebelah kanan lambung, terbentang dari

osteum kardiak sampai ke pilorus.

5. Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang dari

sisi kiri osteum kardiak melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan

sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastrolienalis terbentang dari

bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.

6. Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen

masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.

Susunan lapisan dari dalam keluar, terdiri dari :

1. Lapisan selaput lendir, apabila lambung ini dikosongkan, lapisan ini

akan berlipat-lipat yang disebut rugae.

2. Lapisan otot melingkar (muskulus aurikularis)

3. Lapisan otot miring (muskulus obliqus)

4. Lapisan otot panjang (muskulus longitudinal)

5. Lapisan jaringan ikat/serosa (peritoneum)

Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. Bila

melihat makanan dan mencium bau makanan maka sekresi lambung

akan terangsang. Rasa makanan merangsang sekresi lambung karena

kerja saraf menimbulkan rangsangan kimiawi yang menyebabkan

dnding lambung melepaskan hormon yang disebut sekresi getah

lambung. Getah lambung dihalangi oleh sistem saraf simpatis yang

dapat terjadi pada waktu gangguan emosi seperti marah dan rasa takut.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

11

h) Usus halus

Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem

pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada

sekum panjangnya ±6 m, merupakan saluran paling panjang tempat

proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari

lapisan usus halus (lapisan mukosa [sebelah dalam lapisan otot

melingkar [M. Sikuler], lapisan otot memanjang [M. Lgitidinal] dan

lapisan serosa [sebelah luar]).

i) Duodenum

Duodenum disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm,

berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini

terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum ini terdapat selaput

lendir, yang membukit disebut papila vateri. Pada papila vateri ini

bermuara saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran pankreas

(duktus wirsung/duktus pankreatikus).

Empedu dibuat di hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui

duktus koledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak, dengan

bantuan lipase. Pankreas juga menghasilkan amilase yang berfungsi

mencerna hidrat arang menjadi disakarida, dan tripsin yang berfungsi

mencerna protein menjadi asam amino atau albumin dan

polipeptida.Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang

banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar-kelenjar

Brunnerberfungsi untuk memproduksi getah intestinum.

j) Jejunum dan ileum

Jejunum dan ileum mempunyai panjang sekitar ± 6 m. Dua

perlima bagian atas adalah (jejunum) dengan panjang ± 23 m dan ileum

dengan panjang 4-5 m. Lekukan jejunum dan ileum melekat pada

dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang

membentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.

Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya

cabang-cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe

dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang membentuk

mesenterium. Sambungan antara jejenum dan ileum tidak mempunyai

batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan sekum dan

perantaraan lubang yang bernama orifisium ileosekalis. Orifisium ini

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

12

diperkuat oleh sfingter ileosekalis dan pada bagian ini terdapat katup

valvula sekalis atau valvula Baukhini yang berfungsi untuk mencegah

cairan dalam kolon assendens tidak masuk kembali ke ileum.

k) Usus besar

Usus besar atau intestium mayor panjangnya ± 1½ m, lebarnya

5-6 cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar: selaput lendir,

lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi

usus besar adalah menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri

koli, tempat feses

l) Sekum

Dibawah sekum terdapat apendiks vermiformis, yang berbentuk

seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm,.

Seluruhnya ditutupi oleh peritonium mudah bergerak walaupun tidak

mempunyai mesenterrium dan dapat diraba melalui dinding abdomen

pada orang yang masih hidup.

m) Colon assendens

Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan,

membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Dibawah hati melengkung

ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatika, dilanjutkan sebagai

kolon transversum.

n) Apendiks (usus buntu)

Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung

sekum, mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi masih

memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus. Apendiks

tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga

pelvis minor, terletak horizontal di belakang sekum. Sebagai suatu

organ pertahanan terhadap infeksi kadang apendiks bereaksi secara

hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya ke

dalam rongga abdomen.

o) Kolon transversum

Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon assendens sampai ke

kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat

fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

13

p) Kolon desendens

Panjangnya ± 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri

membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampa ke depan

ileum kiri, bersam bung dengan kolon sigmoid.

q) Kolon sigmoid

Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens,

terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai

huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.

r) Rektum

Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan

intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan

os sakrum dan os koksigis.

s) Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang

menghubungkan rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di

dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter:

• Sfingter ani intenus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak

• Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak

• Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.

C. Etiologi Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium kuman-

kuman pathogen telah dapat diidentifikasikan dari penderita diare sekitar 80%

pada kasus yang dating disarana kesehatan dan sekitan 50% kasus ringan di

masyarakat. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis

mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.

Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus,

bakteri dan parasit. Dua tipe dasar diare akut oleh karena infeksi adalah non

inflammatory dan inflammatory.

Enteropatogen menimbulkan diare melalui produksi enterotoksin oleh

bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh parasit,

perlekatan dan / atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory diare

biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau

memproduksi sitotoksin.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

14

Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia

adalah sebagai berikut :

Penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia dari

golongan Bakteri : Aeromonas, Salmonella, Bacillus cereus, Shigella,

Campylobacter jejuni, Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens, Vibrio

cholera, Clostridium defficile, Vibrio parahaemolyticus, Escherichia coli, Yersinia

enterocolitica, Plesiomonas shigeloides.

Penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia dari

golongan virus : Astrovirus, Rotavirus, Calcivirus (norovirus, sapovirus),

Norwalk virus, Enteric adenovirus, Herpes simplex virus, Coronavirus,

Cytomegalovirus.

Penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia dari

golongan parasit : Balantidium coli, Giardia lamblia, Blastocystis homonis,

Isospora bell, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis, Entamoeba

histolytica, Trichuris trichiura.

Di Negara berkembang kuman patogen penyebab penting diare akut

pada anak-anak yaitu: Rotavirus, Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella,

Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium.

Pathogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang

menyebabkan diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan

menghancurkan sel-sel ujung-ujung villus pada usus halus. Biopsi usus halus

menunjukkan berbagai tingkat penumpulan villus dan infiltrasi sel bundae pada

lamina propria. Perubahan-perubahan patologis yang diamati tidak berkolerasi

dengan keparahan gejala-gejala klinis dan biasanya sembuh sebelum

penyembuhan diare. Mukosa lambung tidak terkena walaupun biasanya

digunakan istilah “gastroenteritis”, walaupun pengosongan lambung tertunda

telah didokumentasi selama infeksi virus Norwalk.

Virus akan menginfeksi lapisan epithelium di usus halus dan menyerang

villus di usus halus. Hal ini menyebabkan fungsi absorbs usus halus terganggu.

Sel-sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru, berbentuk

kuboid yang belum matang sehingga fungsinya belum baik. Villus mengalami

atrofi dan tidak dapat terserap/tercerna akan meningkatkan tekanan koloid

osmotic usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan

yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, menimbulkan diare

osmotik dari penyerapan air dan nutrient yang tidak sempurna.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

15

Pada usus halus, enterosit villus sebelah atas adalah sel-sel yang

terdiferensiasi, yang mempunyai fungsi pencernaan seperti hidrolis disakharida

dan fungsi penyerapan seperti transport air dan elektrolit melalui pengangkut

bersama (kotransporter) glukosa dan asam amino. Enterosit kripta merupakan

pensekresi (secretor) air dan elektrolit. Dengan demikian infeksi virus selektif

sel-sel ujung villus usus menyebabkan (1) ketidakseimbangan raiso

penyerapan cairan usus terhadap sekresi, dan (2) malabsrobsi karbohidrat

kompleks, terutama laktosa.

Pada hospes normal, infeksi ekstra-intestinal sangat jarang, walaupun

penderita terganggu imun dapat mengalami keterlibatan hati dan ginjal.

Kenaikan kerentanan bayi (disbanding dengan anak yang lebih tua dan orang

dewasa) sampai morbiditas berat dan mortalitas gastroenteritis virus dapat

berkaitan dengan sejumlah faktor termasuk penurunan fungsi cadangan usus,

tidak ada imunitas spesifik, dan penurunan mekanisme pertahanan hospes non

spesifik seperti asam lambung dan mucus. Enteritis virus sangat memperbesar

permeabilitas usus terhadap makromolekul lumen dan telah dirumuskan

menaikkan resiko alergi makanan.

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang

berhubungan dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus cAMP,

cGMP dan Ca dependen. Pathogenesis terjadinya diare oleh salmonella,

shigella, E coli agak berbeda dengan pathogenesis diare oleh virus, tetapi

prinsipnya hamper sama. Bedanya bakteri ini dapat menembus (invasi) sel

mukosa usus halus sehingga dapat menyebabkan reaksi sistemik. Toksin

shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan

kejang. Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam

tinja yang disebut disentri.

Disamping itu penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan

diare pada anak antara lain :

Kesulitan makan

penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan diare pada anak

defek anatomis antara lain : Malrotasi, penyakit Hirchsprung, Short Bowel

Syndrome, Atrofi mikrovilli, Stricture

Penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan diare pada anak

malabsorbsi antara lain : Defisiensi disakaridase, malabsorbsi glukosa-

galaktosa, cystic fibrosis, cholestosis, penyakit celiac.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

16

Penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan diare pada anak

endokrinopati antara lain : Thyrotoksikosis, penyakit Addison, sindroma

Adrenogenital.

Penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan diare pada anak

keracunan makanan antara lain : Logam berat, mushrooms

Penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan diare pada anak

neoplasma antara lain : Neuroblastoma, phaeochromocytoma, sindroma

zollinger ellison

Lain- lain dari penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan

diare pada antara lain : Infeksi non gastrointestinal, alergi susu sapi, penyakit

crohn, defisiensi imun, colitis ulserosa, gangguan motilitas usus, pellagra

(IDAI, 2015 ;h.89)

D. Insiden Insiden diare di Indonesia adalah 7,0 % (kisaran provinsi 3,4%-14,7%).

Secara nasional angka kematian pada KLB diare pada tahun 2014 sebesar

1,14%. Target yang diharapkan <1% dengan demikian CFR KLB diare di

Indonesia tidak mencapai program (Kemenkes RI,2015).

Insiden diare balita Di Provinsi Jawa Tengah adalah 50 % (santoso,

2013). Penyakit diare masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa

Tengah, terbukti 35 kabupaten/kota sudah terjangkit penyakit diare. Pada tahun

2011, jumlah kasus diare di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah sebanyak

839.555 penderita. Dengan cakupan penemuan penyakit diare sebesar 48,5%.

Data selama 5 tahun terahir menunjukkan bahwa cakupan penemuan diare

masih di bawa target yang diharapkan yaitu sebesar 80 %, Incidence Rate (IR)

sebesar 1,95% dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 0,021%. Pada tahun

2012 cakupan penemuan dan penanganan diare sebesar 42,66% lebih rendah

disbanding tahun 2011 yaitu sebesar 57,9% (Mafazah, 2013).

Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 angka kejadian diare pada

balita sebesar 1,95% per 1000 balita , mengalami peningkatan bila

dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 1,86% per 1000 balita. Sedangkan

CFR diare tahun 2011 sebesar 0,021% per 1000 balita, mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan CFR tahun 2011 sebesar 0,006% per

1000 balita. Jumlah kasus diare pada balita dari tahun 2009 sampai 2011

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Ini menunjukkan bahwa kasus diare

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

17

pada balita masih tetap tinggi dibandingkan dengan golongan umur lainnya.

(Dinkes Provinsi Jateng, 2011).

Sedangkan insiden penyakit diare pada anak tahun 2015 dari bulan

Januari 2016 sampai dengan 30 Januari 2017 di Rumah Sakit Umum Daerah

Pandan Arang Boyolali sebanyak 108 kasus.

E. Patofisiologi Menurut Hidayat tahun 2009 patofisiologi pada pasien diare adalah sebagai

berikut:

Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan

faktor diantaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya

mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang

kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat

menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas

usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi

cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan

menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa

mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit meningkat.

Kedua, faktor malabsorpsi merupakan kegagalan dalam melakukan

absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi

rongga usus sehingga terjadilah diare. Ketiga, faktor makanan, ini dapat terjadi

apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi

peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk

menyerap makan yang kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor

psikologis dapat memengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang

akhirnya memengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan

diare

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

18

Faktor infeksi Bakteri, virus,

parasit

Masuk kedalam tubuh bersama makanan & minuman yang

tercemar

Mencapai usus halus

Menyebabkan infeksi dan kerusakan jonjot

usus

Malabsorbsi makanan dan

cairan

Sitokin pirogen

Mempengaruhi hipothalamus

Aksi antipiretik

Mk : hipertermi

Kehilangan cairan dan elektrolit

Dehidrasi

Mk : kekurangan volume cairan

Faktor malabsorbsi : karbohidrat, protein, lemak

Makanan tidak terserap oleh vili

usus

Peningkatan tekanan osmotik

Pergeseran air dan elektrolit dalam usus

hiperperistaltik

Mk : Nyeri

Kontak antara makanan dan air peningkatan

dengan mukosa usus

Penyerapan makanan, air dan elektrolit

terganggu

Mk : Diare

Pengeluaran substansi nutrient berama feses

Mk : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Faktor makanan basi, beracun, alergi makanan,

pedas/asam

Masuk dalam tubuh

Mencapai usus halus

Merangsang dinding usus halus

Peningkatan isi rongga lumen usus

Sering defekasi

Pengeluaran asam laktat berlebihan

Mk : kerusakan integritas kulit

F. Pathway

Bagan 2.4. pathway diare. Ilmu kesehatan anak FKUI (2014) dan Donna L.Wong,(2009)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

19

G. Manifestasi klinis Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh

biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak, kemudian timbul diare.

Tinja cair dan mungkin disertai lender dan atau darah. Warna tinja makin lama

berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan

daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin

asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang bersal dari laktosa yan

tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum

atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang

atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita

telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin

tampak. Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun

membesar menjadi cekung, selaput lender bibir dan mulut serta kulit tampak

kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi

dehidrasi ringan, sedang dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma

dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonic, hipertonik. Tanda diare tanpa

dehidrasi, bila terdapat 2 tanda dibawah ini atau lebih:

Keadaan umum : baik

Mata : normal

Rasa haus : normal, minum biasa

Turgor kulit : kembali cepat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

20

Penentuan Derajat Dehidrasi WHO

Table 2.1 penentuan derajat No Tanda dan

Gejala

Dehidrasi Ringan Dehidrasi Sedang Dehidrasi Berat

1 Keadaan umum

Sadar, gelisah, haus

Gelisah, mengantuk

Mengantuk, lemas, anggota gerak dingin, berkeringat, kebiruan mungkin koma, tidak sadar

2 Denyut nadi

Normal kurang dari 120/menit

Cepat dan lemah 120-140/menit

Cepat, kadang-kadang tak teraba, kurang dari 140/menit

3 Pernafasan Normal Dalam, mungkin cepat

Dalam dan cepat

4 Ubun-ubun besar

Normal Cekung Sangat cekung

5 Kelopak mata

Normal Cekung Sangat cekung

6 Air mata Ada Tidak ada Sangat kering 7 Selaput

lender Lembab Kering Sangat kering

8 Elastisitas kulit

Pada pencubitan kulit secara elastis kembali secara normal

Lambat Sangat lambat (lebih dari 2 detik )

9 Air seni warnanya tua

Normal Berkurang Tidak kencing

(WHO, 2009)

H. Komplikasi Komplikasi diare mencakup potensial terhadap disritmia jantung akibat

hilangnya cairan dan elektrolit secara bermakna (khususnya kehilangan kalium).

Pengeluaran urin kurang dari 30 ml/jam selama 2 – 3 hari berturut-turut.

Kelemahan otot dan parastesia. Hipotensi dan anoreksia serta mengantuk

karena kadar kalium darah di bawah 3,0 mEq/liter (Satuan internasional: 3

mmol/L) harus dilaporkan, penurunan kadar kalium menyebabkan disritmia

jantung (talukardio atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan kontraksi ventrikel

premature) yang dapat menimbulkan kematian.(Ridha,2014)

I. Penatalaksanaan Medis Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita

adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), Untuk mencegah

terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan

memberikan oralitosmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan

rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang

beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

21

rendah,yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan

yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila

penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk

mendapat pertolongan cairan melalui infus. Adapun program LINTAS Diare

(Lima Langkah Tuntaskan Diare) yaitu:

a. Berikan Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah

tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak

tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air

matang.Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru

dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual

dan muntah.Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare

untuk mengganti cairan yang hilang.Bila penderita tidak bisa minum

harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat

pertolongan cairan melalui infus.

Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :

1) Diare tanpa dehidrasi

Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau

lebih :

Keadaan Umum : baik

Mata : Normal

Rasa haus : Normal, minum biasa

Turgor kulit : kembali cepat

Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

2) Diare dehidrasi Ringan/Sedang

Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di

bawah ini atau lebih:

Keadaan Umum : Gelisah, rewel

Mata : Cekung

Rasa haus : Haus, ingin minum banyak

Turgor kulit : Kembali lambat

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

22

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan

selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa

dehidrasi.

3) Diare dehidrasi berat

Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:

Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar

Mata : Cekung

Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum

Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke

Fasilitas kesehatan untuk di infus.

Tabel 2.2 pemberian oralit Umur Jumlah Oralit yang

diberikan tiap BAB Jumlah oralit yang disediakan di rumah

< 12 bulan 1-4 tahun > 5 tahun dewasa

50 – 100 ml 100-200 ml 200-300 ml 300-400 ml

400 ml/hari (2 bungkus) 600-800 ml/hari (3-4 bungkus) 800-1000 ml/hari (4-5 bungkus) 1200-2800 ml/hari

b. Berikan obat Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc

dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase),

dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan

hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding

usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian

diare.

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan

tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,

mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare

pada 3 bulan berikutnya.

Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek

protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil pilot study

menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar 67 %.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari

Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

23

c. Pemberian ASI / Makanan :

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi

pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta

mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi

harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga

diberikan lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih

termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan

makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan

lebih sering.Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra

diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.

d. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian

diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.Antibiotika hanya

bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena

shigellosis), suspek kolera.

Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang

menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat.Obat anti muntah tidak

di anjurkan kecuali muntah berat.Obat-obatan ini tidak mencegah

dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian

besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat

fatal.Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh

parasit (amuba, giardia).

e. Pemberian Nasehat

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi

nasehat tentang :

1) Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

a) Diare lebih sering

b) Muntah berulang

c) Sangat haus

d) Makan/minum sedikit

e) Timbul demam

f) Tinja berdarah

g) Tidak membaik dalam 3 hari

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

24

Bagan 2.2

Rencana Terapi A : Penanganan Diare Tanpa Dehidrasi

(World Health Organization, 2009. 145)

Jelaskan kepada Ibu tentang perawatan di rumah : Beri cairan tambahan, beri tablet zinc, lanjutkan pemberian makan, kapan harus kembali

1. Beri cairan tambahan (sebanyak yang anak mau) a. Jelaskan pada ibu

Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang utama. Beri ASI sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian. Jika anak memperoleh asi eksklusif beri oralit atau air matang sebagai tambahan. Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini : oralit, cairan makanan (kuah, sayur, air tajin) atau air matang. Anak harus diberi larutan oralit jika : Anak telah diobati dengan rencana terapi B dan C dalam kunjungan ini. Anak tidak dapat kembali keklinik jika diarenya bertambah parah.

b. Ajari ibu mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan dirumah)

c. Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari : < 2 tahun : 50-100 ml setiap kali BAB ≥ 2 tahun : 100-200 ml setiap kali BAB Katakan kepada ibu : - Agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk atau cangkir

atau gelas - Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi dengan lebih

lambat - Lanjutkan pemberian cairan sampai diare berhenti

2. Beri tablet Zinc Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet Zinc selama 10 hari dengan dosis : umur

< 6 bulan :1/2 tablet (10 mg) per hari.

3. Lanjutkan pemberian Makan atau ASI

4. Kapan harus kembali atau kunjungan ulang

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

25

Bagan 2.3

Rencana Terapi B untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/Sedang

:

(Kemenkes RI, 2011)

Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama di Sarana Kesehatan Oralit yang diberikan =75 ml x Berat Badan Anak Bila BB tidak diketahui berikan oralit berikan oralit sesuai petunjuk berikut : Umur < 1 tahun : 300 ml Umur 1-4 tahun : 600 ml Umur > 5 tahun :1.200 ml

1. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah 2. Bujuk ibu untuk meneruskan ASI 3. Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-200 ml air masak selama masa ini 4. Untuk anak > 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan oralit 5. Beri obat Zinc selama 10 hari berturut-turut

Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit :

1. Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan 2. Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas 3. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah 4. Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI 5. Beri oralit sesuai rencana terapi A bila pembengkakan telah hilang

Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana terapi A , B dan C untuk melanjutkan terapi.

1. Bila ada dehidrasi, ganti rencana terapi A bila dehidrasi telah hilang biasanya anak kencing kemudian mengantuk dan tidur

2. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan atau sedang, ulangi rencana terapi B 3. Anak mulai diberi makan, susu dan sari buah 4. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti rencana terapi C

Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B:

1. Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam dirumah 2. Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan dirumah 3. Jelaskan 5 langkah rencana terapi A untuk mengobati anak dirumah

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

26

Bagan 2.4

Rencana Tearapi C Penanganan Dehidrasi Berat dengan Cepat

(World Health Organization, 2009.137)

MULA

Dapatkah sel darah segera member cairan intravena

Apakah ada fasilitas pemberian cairan intravena

yang terdekat (dalam 30 menit)

Apakah ibu telah dilatih menggunakan pipa

nasogastrik untuk rehidrasi ?

Apakah anak masih bisa minum ?

Rujuk SEGERA ke rumah sakit untuk pengobatan IV

atau NGT atau OGT

1. Beri cairan intravena secepatnya jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut, sementara infuse disiapakn. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau ringer asetat ( jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut : a. Periksa kembali anak setiap 15 sampai 30 menit. Jika status

hidrasi belum membaik, beri tetesan intravena lebih cepat. b. Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau

minum, biasanya sudah 3 sampai 4 jam bayi atau 1 sampai 2 jam anak dan beri anak tablet zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan.

c. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan dehidrasi kemudian pilih rencana terapi yang sesuai A, B, atau C untuk melanjutkan penanganan.

1. Rujuk SEGERA untuk pengobatan intravena 2. Jika anak bisa minum, beri ibu larutan oralit dan tunjukkan cara

meminumkan pada anak sedikit demi sedikit selama dalam perjalanan.

1. Mulailah melakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa nasogastrik atau mulut: beri 20 ml/kg/jam selama 6 jam (120 ml/kg).

a. Periksa kembali anak setiap 1 sampai 2 jam. Jika anak muntah terus menerus atau perut semakin kembung beri cairan lebih lambat. Jika setelah 3 jam keadaan hidrasi tidak membaik, rujuk anak untuk pengobatan intravena

b. Sesudah 6 jam, periksa kembali anak. klasilitasikan dehidrasi, kemudian tentukan rencana terapi yang sesuai A,B atau C untuk melanjutkan penanganan.

CATATAN : Jika mungkin amati anak sekurang – kurangnya 6 jam setelah rehidrasi untuk meyakinkan bahwa ibu dapat mempertahankan hidrasi dengan pemberian cairan oralit per oral.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

27

J. Konsep Asuhan Keperawatan Pengkajian pada pasien diare menurut Wong (2009) meliputi :

1. Pengkajian

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2

tahun pertama kehidupan. Insiden paling adalah golongan umur 6-11

bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap

infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit

pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas

aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus

asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak

menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh

terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya.

Pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan

mengamati keadaan umum dan perilaku bayi atau anak. Pengkajian

fisik meliputi semua parameter yang dijelaskan, untuk pengkajian

dehidrasi seperti berkurangnya haluran urine, menurunnya berat

badan, membrane mukosa yang kering, turgor kulit yang jelek, ubun-

ubun yang cekung, dan kulit yang pucat, dingin serta kering. Pada

dehidrasi yang lebih berat, gejala meningkatkan frekuensi nadi dan

respirasi, menurunnya tekanan darah, dan waktu pengisian ulang

kapiler yang memanjang (normal : < 2 detik) dapat menunjukkan syok

yang mengancam.

Riwayat penyakit akan memberikan informasi penting mengenai

kemungkinan agen penyebabnya seperti pengenalan makanan yang

baru, kontak dengan agen yang menular, berwisata ke daerah yang

berpotensi infeksi menular tinggi, kontak dengan makanan yang

mungkin terkontaminasi dan kontak dengan hewan yang diketahui

sebagai sumber infeksi enteric. Riwayat alergi, penggunan obat dan

makanan dapat menunjukkan kemungkinan alergi terhadap

makanan, penggunaan obat pencahar atau antibiotic atau konsumsi

makanan yang banyak mengandung sorbitol dan fruktosa (missal jus

apel).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

28

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh,

frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah.

Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi : kesadaran, rasa

haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya : ubun-

ubun besar cekung atau tidak, mata cowong atau tidak, ada atau tidak

adanya airmata, bibir, mukosa mulut, dan lidah kering atau basah.

Pernafasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.

Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi.

Pemeriksaan ekstermitas perlu karena perfusi dan capillery refill dapat

menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

( UKK Gastrointestinal-hepatologi IDAI,2015)

a. Pemeriksaan laboratrium dan diagnostik

Pemeriksaan laboratrium lengkap pada diare akut pada

umumnya tidak diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui

atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita

dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur

urine dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih.

Pemeriksaan laboratrium yang kadang-kadang diperlukan pada

diare akut: Kultur feses : dapat mengindikasikan adanya bakteri, Feses

untuk adanya ovum dan parasit (O&P) : dapat mengindikasikan adanya

parasit, Feses untuk panel atau kultur virus : untuk menentukan adanya

rotasi virus atau virus lain, Feses untuk darah samar : dapat positif jika

inflamasi atau ulserasi terdapat di saluran GI, Feses untik lekosit : dapat

positif pada kasus inflamasi atau infeksi , pH feses atau mengurangi zat:

untuk melihat apakah diare disebabkan oleh intoleransi karbohidrat,

panel elektroklit : dapat mengindikasikan dehidrasi, radiografi abdomen

(KUB): adanya feses diusus dapat mengindikasikan konstipasi atau

impikasi feses ( massa fese yang imobil dan mengeras); tingkat cairan-

udara dapat mengindikasikan obstruksi usus.

(Kyle, Terri, 2014)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

29

K. Diagnosa Keperawatan Menurut Wong (2009) beberapa macam diagnose yang mungkin muncul

dalam pasien diare : a. Diare berhubungan dengan proses infeksi sekunder b. Kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan

cairan dari traktus GI ke dalam feses ( Diare) c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat d. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap

diare, proses perjalanan penyakit e. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis f. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena

defekasi yang sering dan feses cair

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

30

L. Intervensi Tabel 2.3 Rencana Keperawatan, NANDA.NOC-NIC, 2015

No Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1.

Diare berhubungan dengan proses infeksi sekunder Definisi : pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk. Batasan karakteristi : 1. Nyeri abdomen

sedikitnya 3 kali defekasi per hari

2. Kram 3. Bising usus

hiperaktif 4. Ada dorongan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24jam diare dapat berkurang dengan kriteria hasil : NOC Bowel elimination

1. Feses berbentuk, BAB sehari sekali 3 hari

2. Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi

3. Tidak mengalami diare

4. Menjelaskan penyebab diare dan rasional tindakan

5. Mempertahankan turgor kulit

NIC:Elimination Management

1. Observasi turgor kulit secara rutin

2. Kaji pola defekasi pasien konsistensi dan warna feses

3. Kaji peristaltic usus

4. Kaji tanda-tanda dehidrasi

5. Kaji tanda-tanda vital

6. Anjurkan minum banyak

7. Jaga kebersihan lingkungan

NIC:Elimination Management

1. untuk mengetahui elastisitas kulit

2. untuk mengetahui konsistensi feses menjadi normal

3. untuk mengetahui perkembangan bising usus

4. untuk mengetahui kondisi diare pasien

5. untuk mengetahui perkembangan keadaan klien

6. untuk menghindari kekurangan volume cairan

7. untuk menghindari dari kuman, bakteri, dll

2. Kekurangan cairan

dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan dari traktus GI ke dalan feses (diare) Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan atau intraselule. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan tanpa perubahan pada natrium. Batasan karakteristik : 1. Perubahan status

mental 2. Penururnan

turgor kulit 3. Membrane

mukosa kering 4. Kulit kering 5. Haus 6. Kelemahan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24jam kekurangan volume cairan dapat berkurang dengan kriteria hasil : NOC Fluid balance 1. Mempertahankan urine

output sesuai dengan usia dan BB, BJ, urine normal, HT normal

2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

NIC : Fluid Management 1. Berikan larutan oralit

2. Berikan dan pantau pemberian cairan infuse sesuai program

3. Berikan oralit secara bergantian dengan cairan rendah natrium seperti air, asi atau susu formula

4. Pertahankan catatan asupan dan haluaran cairan (urine, feses, dan muntahan)

5. Timbang berat badan setiap hari

NIC : Fluid Management 1. Untuk rehidrasi

maupun penggantian cairan yang hilang lewat feses

2. Untuk mengatasi dehidrasi dan vomitus yang berat

3. Untuk terapi cairan rumatan (kebanyakan pakar mengatakan bahwa susu formula yang diberikan harus bebas laktosa jika bayi tidak dapat menoleransi susu formula biasa)

4. Untuk mengevaluasi ke efektifan intervensi

5. Untuk menilai keadaan dehidrasi

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

31

No Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat. Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic Batasan karakteristik :

1. Nyeri abdomen 2. Diare 3. Bising usus

hiperaktif 4. Membrane mukosa

pucat 5. Ketidakmampuan

memakan makanan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24jam ketidakseimbangan nutrisi dapat berkurang dengan kriteria hasil : NOC Nutritional status : food and fluid intake 1. Adanya peningkatan

berat badan sesuai tujuan

2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi

5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC : Nutrition management

1. Kaji adanya alergi makanan

2. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

3. Beri tahu keluarga agar menerapkan diet yang tepat

4. Gali kekhawatiran dan prioritas anggota keluarga

NIC : Nutrition management

1. Untuk menilai toleransi anak terhadap makanan

2. Untuk mencegah konstipasi

3. Untuk menghasilkan kepatuhan terhadap program terapeutik

4. Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik

4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare, proses perjalanan penyakit. Definisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal Batasan karakteristik :

1. Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal

2. Kejang 3. Takikardi 4. Takipnea 5. Kulit terasa hangat

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24jam hipertermi dapat berkurang dengan kriteria hasil : NOC Thermogulation 1. Suhu tubuh dalam

rentang normal 2. Nadi dan RR dalam

rentang normal, tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

NIC : Fever treatment 1. Kaji tanda-tanda

infeksi

2. Kaji tanda-tanda vital

3. Berikan kompres hangat

4. Berikan cairan

sesuai kebutuhan

5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik

NIC : Fever treatment 1. Untuk

menghindari adanya kemerahan

2. Untuk mengetahui keadaan umum pasien

3. Agar suhu tubuh dalam batas normal

4. Agar tidak terjadi kekurangan volume cairan

5. Untuk memberikan obat kepada pasien

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

32

No Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

5. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (international association for the study of pain) awitan yang tiba – tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan Batasan karakteristik :

1. Perubahan selera makan

2. Perubahan frekuensi pernafasan

3. Sikap melindungi area nyeri

4. Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis, waspada, iritabilitas, mendesah)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24jam di harapkan pasien dapat mengontrol nyeri dan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil : NOC Pain control

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda gejala)

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC : Pain management

1. Kaji nyeri secara komprehenshif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Ajarkan tentang

teknik non farmakologi

4. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

5. Kolaborasi dengan tim medis jika ada keluhan dan tindakan relaksasi bermain tidak berhasil

NIC : Pain management 1. untuk mengetahui

daerah nyeri, kualitas, kapan nyeri dirasakan, faktor pencetus, berat ringannya nyeri yang dirasakan

2. untuk mengetahui keadaan umum pasien

3. untuk mengajarkan pasien apabila nyeri timbul

4. untuk mengurangi rasa nyeri

5. untuk mengurangi rasa nyeri

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena defekasi yang sering dan feses cair Definisi : perubahan atau gangguan epidermis dan atau dermis Batasan karakteristik : 1. kerusakan lapisan

kulit (dermis) 2. gangguan

permukaan kulit (epidermis)

3. invasi struktur tubuh

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kerusakan integritas kulit dapat berkurang dengan KH : NOC Tissue integrity : skin and mucous membranes

1. Integritas kulit yang baik bias dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature,hidrasi, pigmentasi)

2. Tidak ada luka/ lesi pada kulit

3. Perfusi jaringan baik 4. Menunjukkan

pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera berulang

NIC : Pressure management

1. Kaji warna kulit, turgor kulit dan integritas

2. Pantau kelembaban dan kekeringan yang berlebih

3. Kaji kulit adanya ruam, lecet, dan kerusakan

4. Kaji tanda-tanda vital

5. monitor kulit adanya kemerahan

6. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar

7. Oleskan lotion/ minyak baby oil pada daerah yang terkena

NIC : Pressure management 1. untuk mengetahui

keadaan pasien

2. untuk meminimalis kelembaban kulit

3. untuk menghindari infeksi dan bakteri lain

4. untuk mengetahui perkembangan keadaan klien

5. untuk mengetahui adanya infeksi

6. untuk membuat pasien nyaman

7. mencegah penyebaran lesi kulit

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

33

M. Implementasi Penatalaksanaan sebagian besar kasus diare akut dapat dilaksanakan

dirumah dengan pemberian pendidikan yang benar kepada pengasuh anak

tentang penyebab diare, komplikasi yang potensial, dan terapi yang tepat.

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun

dan ditunjukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai

tujuan yang telah di tetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. (Wong,

2009)

N. Evaluasi Wong (2009) keefektifan intervensi keperawatan ditentukan oleh

pengkajian ulang yang terus menerus menurut pedoman observasi berikut ini :

1. Memantau kehilangan cairan dengan mengukur asupan serta haluran

cairan dengan cermat dan menimbang berat badan anak setiap hari

2. Memantau asupan makanan, khususnya jumlah kalori dari makanan

3. Mengamati tanda-tanda yang membuktikan adanya komplikasi dari

penyakit yang mendasari

4. Mengamati dan mewawancarai keluarga untuk menentukan derajat dan

keefektifan perawatan atau asuhan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

66

DAFTAR PUSTAKA Dinkes Provinsi Jawa Tengah. (2014). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun.

Jawa Tengah: Dinkes Jawa Tengah

Fauzi, Ahmad. et.al.(2011). Characteristic Profiles of Parasitic and Fungal Infections in

Acute Diarrhea. Volume.12, No.3. http://dx.doi.org/10.24871/1232011146-150, 15

Desember 2011

Gloria M. Bulechek, .(2015). Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition.

Missouri: Mosby Elsevier

Hendrayanti, Arum. (2013). Hubungan cuci tangan, tempat sampah, kepemilikan

SPAL, sanitasi makanan dengan diarrhea. Jurnal Pena Medika, ISSN: 2086-843x.

Vol.6, No.1, Juni 2013 : 34-45,

http://jurnal.unikal.ac.id/index.php/medika/article/view/376/347 , 22 Mei 2013

Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2015). Buku Ajar Gastroentologi & Hepatologi. Jakarta:

IDAI; 2015

Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

021/MENKES/SK/1/2011 tentang Rencana Strategi Kementerian Kesehatan

Tahun 2010 2014.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2011

Kementerian Kesehetan RI.(2011). Data dan Jendela Situasi Diare di Indosia. Jakarta

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas 2013. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI

Kyle, Terri. (2014).Buku Ajar Keperawatan Pediatric Edisi 2. Jakarta.

Kyle, Terri. (2014). Pediatric Nursing Clinical Guide. Jakarta

Malik, F.A,et.al.(2017). Viral associated diarrhea in immunocompromised and cancer

patients at a large comprehensive cancer center. Volume 51 - Issue 3 - p 228–234.

http://dx.doi.org/10.1080/23744235.2016.1224384, 02 maret 2017

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian

67

Meiyanti, Meiyanti.et.al.(2016). Antibiotic susceptibility of Salmonella, Shigella and

Vibrio isolated from diarrhea. Volume.7, No.3, e-ISSN : 2527-2950. http://dx.doi.org/10.20885/JKKI.Vol7.Iss3.art4, 06 februari 2016

Moorhed,et.al. (2015). Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition. Missouri:

Mosby Elsevier

NANDA International. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-

2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike

Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester,

Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan

berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: Media action

publishing

Ridha, H. Nabiel. (2014).Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.h.427-439

Sodikin. (2011).Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan

Hepatobilier. Jakarta: Salemba medika

Sudoyo Aru,dkk (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, edisi keempat.

Jakarta: Internal Publishing

Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi, Edisi 4. Jakarta: EGC

WHO, (2009). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Jakarta : WHO

Wong, D. L. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik Wong. Volume 2. Jakarta: EGC;

2009.