bab ii tinjauan pustaka 2.1 klasifikasi ikan bawal
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Bawal
Ikan bawal (Colossoma macropomum) sudah berkembang secara luas di
Indonesia, bahkan hingga mancanegara. Di Indonesia sudah banyak para petani ikan
yang membudidayakan ikan bawal sebagai peluang usaha untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi. Di Indonesia terdapat dua jenis ikan bawal yaitu ikan bawal
putih dan ikan bawal hitam. Namun, dibandingkan dengan ikan bawal hitam
produksi ikan bawal putih lebih banyak dibudidayakan dan banyak dipasarkan. Hal
ini dikarenakan permintaan ikan bawal putih lebih tinggi dibandingkan dengan ikan
bawal hitam. Ikan bawal sangat meluas dipasaran, hal ini dikarenakan selain
sebagai ikan konsumsi, ikan bawal memiliki rasa yang gurih dan enak menyerupai
ikan gurame meskipun banyak duri disela - sela daging. Ikan bawal dapat
digunakan sebagai ikan hias, karna pada saat larva ikan bawal memiliki warna yang
unik dan cantik pada daerah sirip yang berwarna merah.(Arie, 2009).
Dalam klasifikasi hewan, ikan bawal air tawar diklasifikasikan sebagai
berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Craniata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Toleostei
Ordo : Characiformis
Famili : Characidae
Genus : Colossoma
Spesie : Colossoma macropomum
6
Ikan bawal air tawar berbeda dengan ikan bawal laut (bawal hitam dan
bawal putih). Berdasarkan spesiesnya, ikan bawal air tawar tidak termasuk
golongan jenis ikan bawal. Sebutan bawal yang selama ini digunakan lebih
disebabkan oleh bentuk badannnya yang mirip ikan bawal laut yang banyak
dijumpai diperairan Indonesia. Dengan demikian untuk memudahkan
menganalisanya maka masyarakat menyebutnya bawal air tawar karna ikan ini
hidup diperairan tawar (Budi, 2003).
Gambar 1. Ikan bawal (Colossoma macropomum)
Sumber : Nababan (2017)
2.2 Morfologi Ikan Bawal
Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme.
Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan
diingat dalam pembelajaran organisme. Adapun yang disebut dengan bentuk luar
organisme ini adalah bentuk tubuh termasuk didalamnya warna tubuh yang
kelihatan dari luar. Pada dasarnya bentuk luar dari ikan dan berbagai hewan air
lainnya mulai dari lahir hingga ikan tersebut tua dapat berubah – ubah terutama
pada ikan dan hewan air lainnya.
Bila dilihat dari arah samping tubuh ikan bawal tampak membulat (Oval)
dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2 : 1. Bila dipotong secara vertikal
7
bawal miliki bentuk tubuh pipih (compresed)dengan perbandingan antara tinggi dan
lebar tubuh 4 : 1. Bentuk tubuh seperti menandakan gerakan ikan bawal tidak cepat
seperti ikan lele atau gross carp. Tetapi lambat seperti ikan gurami. Sisiknya kecil
berbentuk ctenoid, dimana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik bagian
depan. Warna tubuh bagian atas berwarna abu – abu gelap, sedangkan bagian
bawah sirip ekor berwarna merah. Warna merah ini merupakan ciri khusus bawal
sehingga oleh orang Inggris dan Amerika disebut red bally pacu. Dibandingkan
dengan badannya, bawal memiliki kepala kecil dengan mulut terletak di ujung
kepala tetapi agak sedikit keatas. (Ambar, 2014).
Matanya kecil dengan lingkaran berbentuk seperti cincin. Rahangnya pendek
dan kuat serta memiliki gigi seri yang tajam. Bawal memiliki 5 buah sirip yaitu sirip
punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus dan sirip ekor. Sirip punggung tinggi
kecil dengan sebuah jari-jari lainnya lemah. Berbeda dengan sirip punggung Bawal
laut yang agak panjang letak sirip ini pada Bawal air tawar agak ke belakang. Sirip
dada, sirip perut dan sirip anus kecil dan jari-jarinya lemah. Demikian pula dengan
sirip ekor jari –jariarinya lemah tetapi berbentuk cagak. (Ambar, 2014).
Gambar 2. Morfologi ikan bawal (Colossoma macropomum)
Sumber: Djariah (2001)
8
2.3 Habitat Ikan Bawal
Ikan Bawal air tawar mempunyai cara hidup yang sama seperti ikan air tawar
pada umumnya yaitu hidup dilingkungan yang baik dan sesuai dengan
kelangsungan hidupnya. Untuk mengetahui hal tersebut, dilakukan pengamatan
didaerah sungai Amazon dan sering juga dapat ditemukan disungai Orinoco,
Vanazuela. Cara hidup ikan Bawal secara bergerombol didaerah yang aliran
sungainya deras tetapi dapat juga ditemukan didaerah yang airnya tenang, terutama
pada saat masih benih. Untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan
ikan Bawal ada beberapa hal yang harus diperhatikan, terutama dalam memilih
lahan usaha, diantaranya ketinggian tempat, jenis tanah dan air. (Susanto, 2008).
Ikan Bawal merupakan jenis ikan yang tidak terlalu banyak persyaratan dalam
hidupnya untuk masalah kondisi air sebagai habitat lingkungannya. Daya tahan
hidup pada ikan Bawal yang tinggi terhadap kondisi lingkungan sehingga para
petani ikan senang memelihara ikan Bawal. Ikan Bawal mampu bertahan hidup
pada keadaan air yang kurang baik atau kotor, tetapi alangkah baiknya jika kondisi
air dalam pemeliharaan ikan Bawal tetap jernih dan bersih karena hal ini dapat
memacu pertumbuhan ikan yang normal dan optimal sebagaimana mestinya
keadaan daerah asli ikan Bawal. (Khairuman & Amri, 2008).
2.4 Kebiasaan Makan
Setiap ikan mempunyai kebiasaan makan yang berbeda. Ada tiga golongan
ikan berdasarkan kebiasaan makannya yaitu ikan yang biasa makan di dasar
perairan, di tengah perairan dan di permukaan perairan. Apabila dilihat dari jenis
makanannya ikan digolongkan dalam tiga golongan pula yaitu, herbivora (pemakan
9
tumbuhan), karnivora (pemakan daging) dan omnivora (pemakan segala). (Ambar,
2014).
Dalam hal makan ikan bawal air tawar adalah pemakan daging dan tumbuh–
tumbuhan (omnivor). Pada fase larva, ia pemakan daging (carnivora ). Binatang
yang menjadi makanan larva ikan bawal air tawar adalah hewan – hewan kecil (
zooplankton sp, epiphyton, periphyton, dan lain – lain), seperti larva – larva udang,
cacing jampring dan sebagainya. Zooplankton adalah hewan – hewan renik yang
hidup melayang – layang didalam air. Epiphyton yaitu hewan – hewan renik yang
hidupnya bergerombol diseputar epiphyton. Hewan yang menjadi makanan ikan
bawal air tawar dewasa antara lain cacing tanah, cacing sutra, anak katak, larva
serangga air, kutu air, dan lain – lain. Selain itu dikolam budidaya ikan bawal air
tawar mau juga memakan tumbuh – tumbuhan yang berupa biji – bijian (bungkil
kacang tanah, bungkil kelapa, bungkil biji kapas, tepung jagung, tepung kedele,
tepung biji gandum dan lain – lain). Dalam kebiasaan makannya ikan bawal air
tawar dapat bersifat kanibal saling memangsa sesama ikan bawal itu sendiri. Sifat
kanibal itu akan mencul bila mereka kekurangan makanan. Ketika terjadi
kekurangan makanan ikan bawal dewasa akan memangsa larva atau benih ikan
bawal yang ada disekelilingnya (Budi, 2013).
2.5 Parameter Kualitas Air
2.5.1 pH
pH (derajat keasaman merupakan logaritma negatif dari kepekatan ion - ion H
yang terlepas di dalam suatu perairan, dan memiliki pengaruh besar terhadap
kondisi lingkungan dan juga organisme yang ada di dalam suatu perairan tersebut.
pH digunakan sebagai pengukur tingkat keadaan baik netral, basa, maupun asam.
10
Derajat keasaman atau pH merupakan salah satu parameter kimia perairan yang
memiliki pengaruh besar terhadap organisme yang hidup di dalamnya. Nilai pH
akan mempengaruhi pertumbuhan ikan. (Atmadjaja & sitanggang, 2008).
Boyd, (2005) menyatakan bahwa pada pH rendah aktivitas dan produksi
enzim pencernaannya rendah, kondisi ini menyebabkan kinerja percernaan
berkurang dan berimbas pada menurunnya pertumbuhan. Selain itu, ketika insang
yang berada pada pH rendah, dapat peningkatan lendir akan terlihat dipermukaan
insang dan menyebabkan kematian ikan adalah pH 4 dan tertinggi pada pH 9
perairan dengan kisaran pH 4 – 6 mengakibatkan pertumbuhan lambat.
Untuk mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan maka perlu
diperhatikan tingkat keasaman atau pH. Pengaruh pH dalam pertumbuhan dan
kelangsungan ikan bawal berkisar antara 7 hingga 8,5. Pada ikan bawal lebih
menyukai yang netral. Apabila kondisi pH pada perairan ikan bawal ini rendah dan
tinggi melebihi batasan kisaran pH yang sesuai maka komoditas ikan bawal dalam
pertumbuhan akan menurun dan juga mengalami pertumbuhan yang lambat. (Kordi,
2002).
2.5.2 Suhu
Menurut Susanto (2008), suhu merupakan suatu besaran untuk mengukur
tingkat atau rendahnya suatu kondisi pada suatu benda yang dinyatakan dalam
bentuk celcius. Suhu merupakan pengaruh yang besar dalam sistem metabolisme
tubuh ikan dan berpengaruh pada kelangsungan hidup ikan. Apabila kondisi suhu
tidak ideal, maka ikan tidak akan mampu bertahan hidup dalam waktu yang lama.
Suhu. Suhu berpengaruh pada ikan pada saat kondisi ikan masih dalam keadaan
telur, benih hingga sampai ukuran ikan yang dewasa. Dalam penetasan telur
11
menjadi larva dipengaruhi oleh adanya suhu air yang sesuai dengan keadaan ikan
tersebut.
Suhu mempunyai peranan yang cukup penting dalam pertumbuhan ikan
bawal, karna semakin tinggi suhu semakin tinggi pula laju metabolisme ikan yang
berarti semakin cepat pertumbuhannya. Menurut Djarijah (2001), ikan bawal dapat
hidup pada suhu antara 250C – 30
0C dimana kisaran optimal untuk pertumbuhan
antara 270
C hingga 290C.
Jika pada suhu yang rendah dalam proses penetasan telur akan mengalami
keterlambatan. Dalam pemeliharaannya, naik turunnya suhu air sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup ikan. Perubahan suhu air yang terlalu ekstrim akan
berdampak buruk terhadap kelangsungan hidup serta pertumbuhan pada ikan yang
di budidayakan. Akibat dari hal itu, maka ikan akan mengalami stres, dan ikan akan
menjadi rentan terhadap penyakit. (Kordi, 2002).
2.5.3 Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen terlarut merupakan tingkat saturasi udara yang berada di air yang
dinyatakan dalam kadar mg per liter atau per milion (ppm). Oksigen terlarut
merupakan salah satu parameter yang dibutuhkan dalam analisa kualitas air.
Oksigen terlarut atau disebut Do meter (Diossolved oxygen) suatu oksigen atau zat
yang terlarut dalam air berasal dari difusi udara yang bebas dan juga aktivitas dari
fitoplankton yaitu fotosintesis. (Sucipto & Prihsrtono, 2005)
Kebutuhan oksigen terlarut dalam air sangat penting, karena semakin tinggi
atau besar nilai oksigen terlarut (DO), maka semakin baik pula kualitas air tersebut.
Pada jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk pernafasan pada biota budidaya
tergantung dari ukuran, suhu dan juga tingkat aktifitasnya. Batas minimum dari
12
kandungan oksigennya adalah 3 ppm atau 3 mg/L. Dalam kandungan oksigen di
dalam air dianggap optimum bagi budidaya biota air adalah 4 – 10 ppm, tergantung
dari jenisnya (Kordi, 2011).
Pada ikan bawal oksigen terlarut merupakan kebutuhan yang sangat penting,
karena ikan ini merupakan ikan yang memiliki pertahan hidup yang tinggi dan juga
ikan bawal merupakan ikan yang aktif dalam air. Dalam kadar pemeliharaan ikan
paling sedikit harus berkadar oksigen 5 mg/L (Susanto, 2008).
2.6 Cacing Sutra (Tubifex sp)
Cacing tubifex atau sering juga disebut dengan cacing sutra, klasifikasi casing
sutra yaitu menurut Gusrina (2008)
Filum : Analida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubifisidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex Sp
Gambar 3. Cacing Sutra (Tubifex sp)
Sumber: Anditama (2014)
Cacing ini memiliki bentuk dan ukuran yang kecil serta ramping dengan
panjang 1- 2 cm, sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai- lambai
13
karan memiliki warana tubuh yang kemerah- merahan sihingga cacing sutra juga
sering disebut dengan cacing rambut. Cacing ini merupakan salah satu jenis benthos
yang hidup di dasar perairan tawar daerah tropis dan subtropis, cacing sutra
memiliki tubuh yang beruas- ruas dan memiliki saluran pencernaan termasuk
nematod. Cacing sutra habitat hidupnya di perairan tawar yang dimana kondisi
airnya jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai cacing sutra yaitu
berlumpur dan mengandung banyak bahan organik dan kehidupan cacing sutra yaitu
hidup dengan cara berkoloni. Makanan utama cacing sutra yaitu bagian - bagian
organik yang telah terurai dan mengendap didasar perairan tersebut (Djarijah,
2001).
Cacing sutra merupakan organisme hemaprodit yang memiliki dua alat
kelamin jantan dan betina sekaligus dalam satu tubuhnya. Cacing sutra sendiri
berkembang biak dengan bertelur, peroses peneluran terjadi didalam kokon yaitu
suatu segmen yang berbentuk bulat telur yang terdiri dari kelenjar epidermis dari
salah satu segmen tubuhnya. Telur tersebut mengalami pembelahan kemudian
berkembang membentuk segmen – segmen kemudian setelah beberapa hari embrio
dari cacing sutra akan keluar dari kokon. Cacing sutra mulai berkembang setelah 7 -
11 hari.(Lukito dan Surip, 2007).
Cacing rambut/ sutra (Tubipex) merupakan salah satu jenis pakan alami yang
keberadaannya sangat penting dalam kegiatan budidaya ikan air tawar, terutama
bagai para pembenih ikan, hal ini dikarenakan cacing sutra memiliki kandungan
protein yang tinggi dan juga mudah dicerna oleh ikan. Menurut Bintaryanto et al,
(2013) cacing sutra memiliki komposisi adalah sebagai berikut protein 57%, lemak
14
13,3%, serat kasar 2,04%, kadar abu 3,6 dan air 87,7%. Menurut Suharyadi (2012),
cacing rambut / sutra sangat baik untuk pakan benih ikan karena mudah dicerna dan
ukurannya sesuai dengan bukaan mulut ikan.
2.7 Cacing Tanah
Klasifikasi cacing tanah menurut (Ciptanto dan paramita, 2011)
Phylum : Annelida
Class : Clitellata
Subclass : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Family : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Species : Lumbricus rubellus
Cacing tanah termasuk dalam invertebrata yang mempunyai sumber protein
hawani yang tinggi. Menurut Istiqomah dkk., (2009) kandungan cacing tanah antara
lain protein 63,06%, lemak 18,5% BETN 12,41%, abu 5,81% dan serat kasar
0,19%.
Cacing tanah mempunyai morfologi yang berbentuk simentris bilateral dan
silindris. Cacing tanah genus Lumbricus ini hidup di dalam tanah di daerah tropis
dengan tubuh bagian dorsal berwarna merah muda mempunyai 100 sampai 180
segmen. Segmen pertama terdapat mulut yaitu peristomum dan tiap segmen
mempunyai beberapa setae. Setae berfungsi sebagai alat pencengkram atau pelekat
kuat pada tempat cacing tanah itu berada. Bagian bawah atau ventral berbentuk
pipih dan terdapat pori- pori yang letaknya tersusun pada setiap segmen yang
terhubung dengan alat pembangun (ekskresi) yang berada di dalam tubuh (Ciptanto
paramita, 2011).
15
Menurut Ciptanto dan paramita (2011) kulit luar atau kutikula selalu dibasahi
oleh kelenjar lendir yang diproduksi dari cacing tanah untuk membantu pernafasan,
melicinkan tubuh dan mempermudah gerakan dalam tanah. Ukuran tubuh relatif
kecil dengan panjang berkisar antara 8-14 cm. Tubuh semi trasparan dan elastis.
Lubang kelamin jantan terletak pada segmen ke-14, sedangkan lubang kalamin
betina terletak pada segmen ke-13.
Gambar 4. Morfologi cacing tanah.
Sumber: Djariah (2001)
2.8 Keong Emas
Keong emas (Pamacea canaliculata) adalah hama utama tanaman padi yang
menyebar ke Filifina, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Keong emas
berasal dari benua Amerika, Khususnya Amerika Utara dan Amerika Selatan.
Kedudukan taksonomi keong emas menurut Cowie (2007) adalah sebagai berikut:
Filum : Molluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Ampullariidae
Genus : Pamacea
Spesies : Pomocea conoliculata Lamarek
Cangkang keong emas dewasa berbentuk bulat, berwarna kuning keemasan
hingga coklat tua, warna dinding dalam mulut cangkang sama dengan dinding
16
luarnya. Sutura melekul membentuk kanal yang dalam dan sekitar sulura warna
cangkang menjadi lebih muda. Beberapa diantaranya memiliki pita melintang
berwarna coklat tua hingga tepi mulut cangkang. Dinding cangkang tebal, sulur
tinggi dan runcing. Mulut cangkang lonjong, bagian atasnya menaik sehingga
terlihat agak meruncing di bagian atas cangkang keong mas benita melengkung
kearah dalam sedangkan keong emas jantan cangkangnya melengkung ke luar
(Isnaningsih & Marwoto, 2011).
Siklus hidup keong emas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu temperatur,
hujan, atau ketersediaan air dan makanan. Keong emas yang merupakan famili
Ampullaridae yang bersibfat amfibi, karena mempunyai insang dan paru-paru .
Paru- paru adalah organ penting untuk hidup pada kondisi yang berat. Ciri-ciri dari
paru-paru keong emas ini adalah paru-paru tertutup jika sedang tenggelam dan
terbuka setelah keluar dari air. Fungsi paru-paru bukan saja untuk bernafas, tetapi
juga untuk mengatur pengapungan. Keong emas juga mempunyai sifon pernafasan
untuk bergerak sambil mengambang. Indra yang paling aktif dimiliki keong emas
adalah penciuman yang bisa mendeteksi makanan dan lawan jenis (Sharto &
Kurniawaati, 2009).
Keong emas dewasa bertelur pada malam hari dan meletakan telur pada
tempat- tempat yang tidak tergenan. Telur keong emas berwarna merah jambu
seperti buah murbie dan diletakan secara berkelompok. Keong emas selama
hidupnya mampu menghasilkan telur sebanyak 15-20 kelompok, yang tiap
kelompok berjumlah kurang lebih 500 butir, dengan persentase penetasan-
penetasan lebih dari 85% . Keong emas membutuhkan fase bertelur dalam waktu
17
1-2 minggu sedangkan pada pertumbuhan awal membutuhkan waktu 2-4 minggu
dan menjadi siap kawin pada umur 2 bulan. Keong emas bisa hidup di tempat yang
tergenang air seperti di kolam, rawa, sawah irigasi dan saluran air. Keong emas
memakan potongan daun yang mengambang di permukaan air. Tanaman yang
tumbuh dipermukaan air sangat beragam seperti gangga, azola, rumput bebek,
eceng gondok, bibit padi, dan tumbuhan berdaun sukulen lainnya. Cara keong
emas makan dengan memilih bagian yang lunak dari tanaman muda, sebab keong s
emas makan dengan cara mengerok permukaan tanaman dengan lidahnya yang
kasar juga memakan bahan organik yang sedang berdekomposisi
(Budiyono,2006).
Keong emas merupakan pakan alami yang sangat mudah untuk ditemukan
keberadaannya salain itu keong emas memiliki kandungan protein yang cukup
tinggi yaitu 16-50%, lemak kasar 2,4%, serat kasar 6,09%. Sehingga dapat
membantu meningkatkan produktifitas dan perkembangan ikan ( Afandi, 2014).
Gambar 5. Keong emas
Sumber: Djariah (2001)