bab ii penataan wilayah pesisir

40
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Wilayah Pesisir Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coast line) maka wilayah pesisir memiliki dua macam batas (boundaries), yaitu batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus dengan garis pantai (cross shore) (Dahuri, et al, 1996). Sedangkan menurut Soegiarto, 1976 di dalam Sinurat RM, 2000, Definisi wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di daerah daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Menurut Rais (1993) di dalam Sinurat RM, (2000) memberikan definisi bahwa disebut wilayah pesisir adalah spasial ke arah darat dimana pengaruh laut masih ada, 6

Upload: risya-septiani

Post on 05-Jul-2015

524 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan.

Apabila ditinjau dari garis pantai (coast line) maka wilayah pesisir memiliki dua

macam batas (boundaries), yaitu batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas

yang tegak lurus dengan garis pantai (cross shore) (Dahuri, et al, 1996). Sedangkan

menurut Soegiarto, 1976 di dalam Sinurat RM, 2000, Definisi wilayah pesisir adalah

wilayah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian

daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut

seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut

wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang

terjadi di daerah daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang

disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan

pencemaran.

Menurut Rais (1993) di dalam Sinurat RM, (2000) memberikan definisi

bahwa disebut wilayah pesisir adalah spasial ke arah darat dimana pengaruh laut

masih ada, terutama pengaruh pasang surut (batas ekosistem air payau) dan ke arah

laut dimana pengaruh darat masih dominan (batas sedimentasi sungai). Dari definisi

wilayah pesisir di atas memberikan suatu pengertian bahwa wilayah pesisir

merupakan wilayah yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang sangat

beragam didarat dan di laut serta saling berintegrasi antara habitat tersebut.

Karakteristik khusus dari wilayah pesisir menurut Jan C. Post dan Carl G.

Lundin (1996) antara lain:

Suatu wilayah yang dinamis dengan seringkali terjadi perubahan sifat

biologis, kimiawi, dan geologi.

6

Page 2: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

7

Mencakup ekosistem dan keanekaragaman hayatinya dengan produktivitas

yang tinggi yang memberikan tempat hidup penting buat beberapa jenis biota

laut

Ciri-ciri khusus wilayah pesisir—seperti adanya terumbu karang, hutan bakau,

pantai dan bukit pasir—sebagai suatu sistem yang akan sangat berguna secara

alami untuk menahan atau menangkal badai, banjir, dan erosi

Ekosistem pesisir dapat digunakan untuk mengatasi akibat-akibat dari

pencemaran, khususnya yang berasal dari darat (sebagai contoh: tanah basah

dapat menyerap kelebihan bahan-bahan makanan, endapan, dan limbah

buangan),

Pesisir yang pada umumnya lebih menarik dan cenderung digunakan sebagai

pemukiman, maka di sekitarnya seharusnya dimanfaatkan pula sebagai

sumber daya laut hayati dan nonhayati, dan sebagai media untuk transportasi

laut serta rekreasi.

Sedangkan karakteristik wilayah pesisir menurut Departemen Pemukiman dan

Prasarana Wilayah (2001) antara lain:

Terdiri dari habitat dan ekosistem yang menyediakan barang dan jasa (goods

and services) bagi komunitas pesisir dan pemanfaat lainnya (beneficiaries),

Adanya kompetisi antara berbagai kepentingan,

Merupakan wilayah strategis, didasarkan atas fakta:

- Garis pantai Indonesia 81.000 km pada 17.508 pulau (terbanyak di

dunia),

- Penyebaran penduduk terbesar (cikal bakal urbanisasi),

- Potensi sumber daya kelautan yang kaya (biodiversity, pertambangan,

perikanan, pariwisata, infrastruktur, dsb),

- Sumber daya masa depan (future resources) akibat ketersediaan wilayah

darat yang semakin terbatas, dan Wilayah pertahanan dan keamanan

(perbatasan).

Page 3: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

8

2.2 Karakteristik Wilayah Pesisir

I. Bagian –Bagian Laut Dan Pembaagian Zonasi Wilayah Pesisir Dan Kelautan

Lingkungan perairan laut dapat teridiri atas 2 bagian utama yaitu

a. Bagian air yang dikenal sebagai pelagic

Bagian ini dapat dibagi secara horizontal mapun vertical. Secara horizontal

pelagic dapat dibagi menjadi

Bagian neritic ( perairan pantai )

Bagian oseanik peraiaran laut terbuka

Batas ntara kedua bagian tersebut di laut tidak begitu jelas, tetapi biasanya

ditentukan batas meritik hanya sampai pada kedalaman ± 200 meter. Meskipun ada

factor-faktor ain yang ikut menentukan, misalnya factor salinitas, kandungan lumpur,

dll. Secara vertical , bagian pelagic dapat di bagi menjadi beberapa bagian yaitu :

Zona epipelagik (0-200 meter)

Zona mesopelagik (200-1000 meter)

Zona bathipelagik(1000-2000 meter)

Zona abisopelagik ( >2000 meter)

Suatu zona atau lapisan peraiaran yang masih dapat menerima sinar matahari

disebut sebagai photik zone. Umumnya pada lapisan epipelagic lebih banyak

menerima sinar matahari daripada lapisan-lapisan yang berada dibawahnya. Semakin

dalam lapisan perairan maka semakin sedikit pula sinar matahari yang masuk

kedalam air laut, sehingga dikenal adanya zona disphotic dan zona aphotik.

Lapisan photic perlu diketahui, mengingat pada zona tersebut merupakan

suatu daerah yang paling efektif untuk proses fotosintesis fitoplankton, rumput laut,

dan gang-gang laut serta kegiatan-kegiatan lain dari biota laut.sehingga pada zona

tersebut dapat dilihat keragaman komunitas yang lebih kompleks, lebih banyak

Page 4: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

9

fariasinya serta lebiih menarik daripada komunitas biota yang hidup pada lapisan

disphotic ataupun aphotik.

Tebal tipisnya zona photik sangat tergantung pada beberapa factor antara lain

tingkat kecerahan dan tingkat kekeruhan pada perairan yang bersangkutan. Tingkat

kecereahan adalah suatu angka menunjukan jarak penetrasi cahaya matahari kedalam

air laut yang masih bias dilihat oleh mata kita yang berada di permukaan air laut.

b. Bagian dasar laut yang dikenal sebgai bentik (benthic)

Secara umum zonasi bentik terdiri atas

Supralithoral : merupakan dasar perairan yang selalu dalam keadaan

basah karena adanya hempasan ombak yang dating dan pergi

Sublithoral : merupakan daerah pasang surut sampai kedalaman ± 20

meter

Eu-lithoral : merupakan bagian dasar perairan yang dihitung mulai dari

garis surut sampai kedalaman ± 200 meter

Archibenthal : daerah lanjutan lithoral yang melengkung kebawah

sehingga dasar laut lebih dalam lagi

Batial : lanjutan dari archibenthal sampai kedalaman ± 2000 meter

Abisal : lanjutan dari batial dengan kedalman 2000-4000 meter

Hadal : lanjutan dari abisal dengan kedalaman > 4000 meter

GambarSkema zonasi bentik dan pelagik

Page 5: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

10

Sumber Soegiarto .a, 1978

II. Iklim Wilayah Pesisir Dan Laut

Beberapa factor utama yang mempengaruhi iklim yaitu sebgai berikut

a. Suhu dan perpindahan panas

Daratan tidak mempunyai kapasitas seperti air dalam kemampuannya

menyimpan panas, akibatnya daratan akan lebih cepat bereaksi untuk menjadi panas

ketika menerima radiasi matahari daripada lautan. Sebaiknya, daratan akan lebih

cepat pula menjadi dingin daripada lautan pada waktu tidak ada sinar matahari .

akibatnya, didaratan terdapat perbedaan suhu yang amat besar bila dibandingkan

dengan lautan. Bagaimanapun panas yang dipindahkan dari laut ke daratan

mempunyai suattu pengeruh yang lunak terhadap iklim di daerah pantai.

Perpindahan panas juga terjadi antara udara denganlautan atau tanah yang ada

dibawaahnya akan dapat memberikan sesuatu kenaikan tekanan atmosfer pada

Page 6: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

11

sekitarnya. Udara cenderung untuk mengalir dari daerah-daerah yang beratmoser

rendah, sehingga akan menimbulkan arah angin yang berbeda-beda.

b. Curah hujan dan siklus air

Sebagian besar air ( 97,3 % yang terdapat dipermukaan berasal dari lautan.

Sisanya yang berjumlah 2, 7 % berasal dari daerah daratan berupa gunung-gunung es,

mata air yang berada di bawah permukaan tanah dan yang berasal dari danau dan

sungai, secara umum siklus tata air, terjadi secara seimbang tetapi kadang-kadang

terjadi perbedaan yang besar antara penguapan dan curah hujan yang terjadi pada

beberapa tempat sehingga mengakibatkan siklus air menjadi tidak seimbang

c. Tekanan udara dan angin

Seluruh permukaan bumi dapat dibagi menjadibeberapa daerah utama yang

mempunyai tekanan rendah dan tinggi tergantung kepada letak lintang. Hal ini

menyebabkan timbulnya tiga system angin utama pada setiap atmosfer:

Angin yang terletak pada lintang antara 00 dan 300 yang dikenal

sebagai trade winds. Angin bertiup dari arah timur ke barat

Angin yang terletak pada lintang antara 300 dan 600, Angin bertiup

dari arah barat ke timur

Angin yang terletak di daerah kutub ( antara 600sampai ke kutub),

yang umumnya bertiup dari arah timur ke barat

III. Geologi Wilayah Pesisir Dan Kelautan

Bentuk wilayah pesisir diatara daratan dan lautan selain ditentukan oleh

kekerasan (rerisistivity) batuan, pola morfologi, juga ditentukan oleh tahapan

tektoniknya apakah labil atau stabil. Dalam batasan geologi bentuk pesisir terdiri dari:

a. Bentuk pantai beruak, terjadi diwilayah pengangkatan aktif dan prosesnya

sampai saat ini masih berjalan, dimana pantainya dibentuk oleh undak-undak

terumbu karang

Page 7: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

12

b. Bentuk pantai landai, selain dikontrol oleh batuan alasanya yang relative

lunak juga terletak di daerah yang relative stabil, dari daerah tingkat pasca

tektonik, sehingga proses erosi pengangkutan pengendapan berjalan tanpa

gangguan kegiatan tektonik.

IV. Kondisi Oseagrafi Dan Dinamika Ekosistem Pesisir Dan Lautan

Wilayah pesisir dan lautan merupakan daerah dimana terjadi interaksi antara

tiga unsure alam, yaitu daratan lautan, dan atmosfer. Proses interaksi tersebut telah

berlangsung sejak unsure-unsur tersebut terbentuk. Bentuk wilayah pesisir yang

ditemu sekarang ini merupakan hasil keseimbangan dinamis dari proses

penghancuran dan pembentukkan ketiga unsure alami.

Kondisi oseanografi fisika perairan pesisir dan lautan

Kondisi oseanografi fisika perairan pesisir dan lautan dapat digambarkan oleh,

terjadinya fenomenaalam seperti terjadinya pasang surut, arus, kondisi suhu dan

salinitas serta angin.

a. Pasang surut dan muka laut

Pasang surut adalah proses naik turunnya muka laut secara hamper periodic

karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Naik turunnya

muka laut dapat terjadi sekali sehari (pasut tunggal), atau dua kali sehari (pasut

ganda) dan ada pula pasut campuran. Ketika pasut yang terbentuk di lautan luas

merambat sebagai gelombang menuju lereng benua dan paparan benua, gelombang

tersebut akan mengalami proses perubahan karena makin dangkalnya perairan.

b. Gelombang laut

Gelombang merupakan parameter utama dalam proses erosi atau sedimentasi.

Besarnya proses tersebut bergantung pada besarnya energy yang dihempaskan oleh

gelombang pantai. Secara umum gelombang/ ombak terdiri atas:

Page 8: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

13

Ombak terjun: kadangkala terlihat dipantai yang dasar lautnya terjal, ombak

semacam ini menggulung tinggi lalu jatuh dengan hempasan hebat disertai

bunyi gemuruh.

Ombak landai terbentuk di pantaiyang dasar lautnya landai.

c. Arus di pantai

Arus yang disebabkan oleh pasut dipengaruhi oleh dasar perairan. Arus pasut

yang terkuat akan ditemui didekat permukaan dan akan menurun kecepatannya

semakin mendekati dasar perairan. Hal ini disebabkan adanya gesekkan dasar. Fase

dari arus pasut juga seringkali berubah mengikuti kedalaman, dimana fase dilapisan

dasar perairan berubah lebih dahulu dibaningkan dengan dilapisan permukaannya.

2.3 Zona Wilayah Pesisir

Zona dapat diartikan sebagau daerah atau wilayah, untuk itu zona atau wilayah

pesisir dapat dibedakan kedalam 4 zona / wilayah, diantaranya adalah :

1. Zona “Lithoral”, adalah wilayah pantai atau pesisir atau “shore”. Di

wilayah ini pada saat air pasang tergenang air dan pada saat air laut surut

berubah menjadi daratan. Oleh karena itu wilayah ini sering disebut juga

wilayah pasang surut.

2. Zona “Meritic” (wilayah laut dangkal), yaitu dari batas wilayah pasang

surut hingga kedalaman 150 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh

sinar matahari sehingga wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis

kehidupan baik hewan maupun tumbuhan-tumbuhan, contoh Jaut Jawa,

Laut Natuna, Selat Malaka dan laut-laut disekitar kepulauan Riau.

3. Zona Bathyal (wilayah laut dalam), adalah wilayah laut yang memiliki

kedalaman antara 150 hingga 1800 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembus

sinar matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyak

yang terdapat di zona meritic.

4. Zona Abysal (wilayah laut sangat dalam), yaitu wilayah laut yang memiliki

kedalaman lebih dari 1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan

Page 9: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

14

tidak ada tumbuh-tumbuhan, jenis hewan yang hidup di wilayah ini sangat

terbatas. Untuk dapat mengetahui mengenai ilustrasi pembagian wilayah

pesisir maka dapat dilihat pada gambar berikut :

Sumber: pembagian wilayah menurut konvensi hokum laut PBB, Montenegro, Caracas 1982

2.4 Sumber daya Wilayah Pesisir

Secara umum sumber daya pesisir terdiri atas tiga bagian yaitu sumber daya

dapat pulih, sumber daya tidak dapat pulih dan jasa-jasa lingkungan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dari uraian berikut:

(1) Sumber daya dapat pulih atau dapat diperbaiki (renewable resources),

seperti :

- Hutan Mangrove

Gambar Zona Pesisir (Lithoral)

Zona Abysal

Zona Bathyal

Zona Meritic

Zona Lithoral

Page 10: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

15

Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang

penting di wilayah pesisir. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia

nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi bermacam biota,

penahan abrasi, penahan amukan angin taufan, dan tsunami, penyerap limbah,

pencegah intrusi air laut, dan lain sebagainya, hutan mangrove juga mempunyai

fungsi ekonomis seperti penyedia kayu, daun-daunan sebagai bahan baku obat

obatan, dan lain-lain.

Segenap kegunaan ini telah dimanfaatkan secara tradisional oleh sebagian

besar masyarakat pesisir di tanah air. Potensi lain dari hutan mangrove yang belum

dikembangkan secara optimal, adalah kawasan wisata alam (ecotourism).

Padahal negara lain, seperti Malaysia dan Australia, kegiatan wisata alam di

kawasan hutan mangrove sudah berkembang lama dan menguntungkan (Dahuri et al

2001). Indonesia memiliki hutan mangrove yang luas dibandingkan dengan negara

lain. Hutan-hutan ini dapat menempati bantaran sungai-sungai besar hingga 100 km

masuk ke pedalaman seperti yang dijumpai di sepanjang sungai Mahakam dan

sungai Musi. Keanekaragaman juga tertinggi di dunia dengan jumlah spesies

sebanyak 89, terdiri dari 35 spesies tanaman, 9 spesies perdu, 9 spesies liana, 29

spesies epifit, dan 2 spesies parasitik (Nontji, 1987 dalam Dahuri 2001).

Hutan mangrove juga disebut hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau,

atau hutan bakau.Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika yang khas tumbuh di

sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Hutan mangrove dapat hidup dengan subur kalau wilayah pesisir tersebut memenuhi

syarat-syarat seperti berikut:

Terlindungi dari gempuran ombak dan arus pasang surut yang kuat.

Daerahnya landai atau datar.

Memiliki muara sungai yang besar dan delta.

Aliran sungai banyak mengandung lumpur.

Temperatur antara 20-40 derajat Celcius.

Kadar garam air laut antara 10-30 per mil.

Page 11: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

16

Hutan mangrove merupakan ekosistem yang sangat penting di wilayah pesisir

sebab memilikifungsi ekologis dan fungsi ekonomis. Adapun fungsi ekologis dari

hutan mangrove yaitu :

Penyedia nutrien bagi biota perairan.

Tempat berkembang biaknya berbagai macam ikan.

Penahan abrasi, Penyerap limbah.

Pencegah intrusi air laut.

Penahan amukan angin taufan dan gelombang yang besar.

Fungsi ekonomis dari hutan mangrove yaitu untuk :

Bahan bakar, bahan kertas, dan bahan bangunan.

Perabot rumah tangga.

Bahan penyamak kulit dan pupuk hijau.

- Terumbu karang

Terumbu karang merupakan

ekosistem yang khas terdapat di

daerah tropis. Meskipun terumbu

terdapat di seluruh perairan di dunia,

tetapi hanya di daerah tropis

terumbu karang dapat berkembang

dengan baik. Terumbu karang

terbentuk dari endapan-endapan kalsium karbonat yang dihasilkan oleh

organisme karang, alga berkapur, dan organisme-organisme lain yang

menghasilakan kalsium karbonat. Indonesia memiliki kurang lebih 50.000 km2

ekosistem terumbu karang yang tersebar di seluruh wilayah pesisir dan lautan

(Dahuri et al. 2001).

Terumbu karang mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi

biota perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan, tempat bermain dan asuhan

Page 12: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

17

berbagai biota; terumbu karang juga menghasilkan berbagai produk yang

mempunyai nilai ekonomi penting seperti berbagai jenis hasil perikanan, batu

karang untuk konstruksi. Dari segi estetika, terumbu karang dapat menampilkan

pemandangan yang sangat indah.

Terbentuknya ekosistem terumbu karang tergantung pada faktor-faktor

sebagai berikut.

Kedalaman sekitar 10 meter dari permukaan laut.

Temperatur antara 25-29 derajat Celcius.

Kadar garam antara 30-35 per mil.

Ada tidaknya sedimentasi.

Kalau terjadi sedimentasi, pertumbuhan terumbu karang terhambat, kalau

tidak terjadi sedimentasi pertumbuhan cepat. Ekosistem terumbu karang memiliki dua

fungsi, yaitu fungsi ekologi dan fungsi ekonomi.

Fungsi ekologi terumbu karang yaitu : penyedia nutrien bagi biota perairan,

dan tempat berkembang biaknya biota perairan.

Fungsi ekonomi terumbu karang yaitu : Menghasilkan berbagai jenis ikan,

udang, alga, teripang, dan kerang mutiara, Bahan bangunan dan jalan, serta

bahan industri. dan Bahan baku cinderamata dan bahan perhiasan.

- Rumput Laut

Rumput laut tumbuh pada perairan yang memiliki substrat keras yang kokoh

untuk tempat melekat.Tumbuhan rumput laut hanya dapat hidup pada perairan di

Page 13: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

18

mana tumbuhan muda yang kecil mendapatkan cukup sinar matahari. Faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan rumput laut yaitu :

Kejernihan air laut.

Suhu perairan sejuk.

Kedalaman laut antara 20-30 m.

Rumput laut di perairan Indonesia tersebar hampir di seluruh provinsi. Oleh

masyarakat yang hidup di daerah pesisir rumput laut ini dimanfaatkan sebagai bahan

makanan misalnya untuk lalapan, sayur, manisan, dan kue. Rumput laut juga

dimafaatkan dalam bidang industri kosmetik sebagai bahan pembuat sabun, krim,

lotion, dan sampo. Dalam industri farmasi digunakan untuk membuat tablet, salep,

dan kapsul.

Potensi rumput laut (alga) di perairan Indonesia mencakup areal seluas

26.700 ha dengan potensi produksi sebesar 482.400 ton/tahun. Pemanfaatan rumput

laut untuk industri terutama pada senyawa kimia yang terkandung di dalamnya,

khususnya karegenan, agar, dan algin (Nontji, 1987).

Melihat besarnya potensi pemanfaatan alga, terutama untuk ekspor, maka

saat ini telah diupayakan untuk dibudidayakan. Misalnya budidaya Euchema spp

telah di coba di Kepulauan Seribu (Jakarta), Bali, Pulau Samaringa (Sulawesi

Tengah), Pulau Telang (Riau), dan Teluk Lampung (Dahuri et al 2001).

Usaha budidaya rumput laut telah banyak dilakukan dan masih bisa

ditingkatkan. Keterlibatan semua pihak dalam teknologi pembudidayaan dan

pemasaran merupakan faktor yang menentukan dalam menggairahkan masyarakat

dalam mengembangkan usaha budidaya rumput laut. Peranan pemerintah regulasi

dalam penentuan daerah budidaya, bantuan dari badan-badan peneliti untuk

memperbaiki mutu produksi serta jaminan harga yang baik dari pembeli/eksportir

rumput laut sangat menentukan kesinambungan usaha budidaya komoditi ini.

Page 14: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

19

- Sumber Daya Perikanan Laut

Potensi sumber daya perikanan laut di Indonesia terdiri dari sumber daya

perikanan pelagis besar (451.830 ton/tahun) dan pelagis kecil (2.423.000 ton/tahun),

sumber daya perikanan demersal 3.163.630 ton/tahun, udang (100.720 ton/tahun),

ikan karang (80.082 ton/tahun) dan cumi-cumi 328.960 ton/tahun. Dengan demikian

secara nasional potensi lestari perikanan laut sebesar 6,7 juta ton/tahun dengan

tingkat pemanfaatan mencapai 48% (Dirjen Perikanan 1995). Data pada tahun 1998

menunjukkan bahwa produksi ikan laut adalah 3.616.140 ton dan hal ini

menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan potensi laut baru mencapai 57,0% (Ditjen

Perikanan 1999 dalam Susilo 2001). Sedangkan potensi lahan pertambakan

diperkirakan seluas 866.550 Ha dan baru dimanfaatkan seluas 344.759 Ha (39,78%)

bahkan bisa lebih tinggi lagi. Dengan demikian masih terbuka peluang untuk

peningkatan produksi dan produktivitas lahan. Keterlibatan masyarakat dalam

meningkatkan produksi perlu diatur sehingga bisa mendatangkan keuntungan bagi

semua pihak dan pengelolaan yang bersifat ramah lingkungan dan lestari.

Pada usaha penangkapan ikan, perlu adanya peningkatan keterampilan bagi

masyarakat dengan menggunakan teknologi baru yang efisien. Hal ini untuk

mengantisipasi persaingan penangkapan oleh negara lain yang sering masuk ke

perairan Indonesia dengan teknologi lebih maju. Usaha ini melibatkan semua pihak

mulai dari masyarakat nelayan, pengusaha dan pemerintah serta pihak terkait

lainnya.

Page 15: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

20

Hal lain yang perlu dilakukan adalah memberi pengertian pada masyarakat

nelayan tentang bahaya penangkapan yang tidak ramah lingkungan seperti

penggunaan bahan peledak atau penggunaan racun. Pada bidang pertambakan,

disamping dilakukan secara ekstensifikasi, usaha peningkatan hasil pertambakan

dalam bentuk intensifikasi. Hal ini jika dihubungkan dengan pengelolaan tambak di

Indonesia pada umumnya masih tradisional.

Dengan hasil produksi pertambakan Indonesia tahun 1998 berjumlah

585.900 ton yang merupakan nilai lebih dari 50% hasil kegiatan budidaya perikanan

(Susilo 1999 dalam Ditjen Perikanan 1999). Keterlibatan masyarakat dalam bentuk

pertambakan inti rakyat dimana perusahaan sebagai intinya dan masyarakat

petambak sebagai plasma merupakan suatu konsep yang baik meskipun kadangkala

dalam pelaksanaannya banyak mengalami kendala. Hubungan lainnya seperti

kemitraan antara masyarakat petambak dengan pengusaha penyedia sarana produksi

juga adalah salah satu model kemitraan yang perlu dikembangkan dan

disempurnakan dimasa yang akan datang.

- Padang lamun

Padang lamun merupakan tumbuhan yang hidup terbenam di perairan

dangkal yang agak berpasir. Secara ekologis padang lamun memiliki beberapa

fungsi penting bagi daerah pesisir yaitu ; sumber utama produktivitas primer,

sumber makanan penting bagi organisme, dengan sistem perakaran yang rapat

menstabilkan dasar perairan yang lunak, tempat berlindung organisme, tempat

Page 16: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

21

pembesaran bagi beberapa spesies, sebagai peredam arus gelombang dan sebagai

tudung pelindung panas matahari. Kehidupan padang lamun sangat dipengaruhi oleh

kondisi kecerahan air laut, temperatur air laut, salinitas, substrat dan kecepatan arus.

Ekositem padang lamun di Indonesia tersebar di pulau Jawa, Sumatera,

Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua ( Irian Jaya).

Pertumbuhan padang lamun, sangat tergantung pada faktor-faktor berikut:

Peairan laut dangkal berlumpur dan mengandung pasir.

Kedalaman tidak lebih dari 10 meter, sehingga sinar matahari dapat

menembus.

Temperatur antara 20-30 derajat Celcius.

Kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik.

Kadar garam 25-35 per mil.

Fungsi padang lamun di lingkungan pesisir adalah sebagai berikut:

Sebagai tempat berkembangbiaknya ikan-ikan kecil dan udang.

Sebagai perangkap sedimen sehingga terhindar dari erosi.

Sebagai penyedia bahan makanan berbagai ikan yang hidup di padang lamun

Sebagai bahan untuk membuat pupuk

Sebagai bahan untuk membuat kertas.

- Estuaria

Estuaria adalah teluk di pesisir yang sebagian

tertutup, tempat air tawar dan air laut bercampur.

Kebanyakan estuaria didominasi oleh substrat

berlumpur yang kaya bahan organik dan menjadi

cadangan makanan utama bagi organisme estuaria.

Karena merupakan kawasan pertemuan antara air

laut dan air tawar, maka organisme dan tumbuhan

yang berkembang di estuaria relatif sedikit. Pantai

Page 17: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

22

pasir terdiri dari kwarsa dan feldspar, yang merupakan sisa-sisa pelapukan batuan di

gunung yang dibawa oleh aliran sungai.

Pantai pasir lainnya terbentuk oleh rombakan pecahan terumbu karang yang

diendapkan oleh ombak. Partikel yang kasar menyebabkan hanya sebagian kecil

bahan organik yang terserap sehingga organisme yang hidup di pantai berpasir

relatif sedikit. Meskipun demikian pantai berpasir sering dijadikan beberapa biota

(seperti penyu) untuk bertelur. Parameter utama dari pantai berpasir adalah pola arus

yang mengangkut pasir, gelombang yang melepas energinya dan angin yang

mengangkut pasir ke arah darat.

- Pantai Berbatu (Rocky Beach)

Merupakan pantai dengan batu-batu memanjang ke laut dan terbenam di air.

Batuan yang terbenam ini menciptakan zonasi kehidupan organisme yang menempel

di batu karena pengaruh pasang. Parameter utama yang mempengaruhi pantai

berbatu adalah pasang laut dan gelombang laut yang mengenainya.

- Pulau-pulau Kecil (Small Island)

Merupakan pulau yang berukuran kecil yang secara ekologis terpisah dengan

pulau induknya. Pulau kecil ini akan memiliki karakteristik ekologi yang bersifat

insular karena terisolasi dengan pulau induknya.

- Potensi Wilayah Pesisir dan Laut sebagai Kawasan Wisata Bahari

Page 18: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

23

Wilayah Pesisir dan Laut memiliki sumberdaya alam yang dapat di

manfaatkan, salah satunya menjadikan objek wisata bahari, berbagai jenis organisme

yang ada didaerah itu dapat menjadi nilai jual seperti terumbu karang, hutan bakau,

lamun serta adanya keindahan pantai. Disaat Indonesia mengalami masa krisis

berkepanjangan sector pariwisata merupakan salah satu aset negara dalam

menanggulangi masalah tersebut. Dengan pemanfaatan dan pengembangan wilayah

pesisir kita dapat konstribusi yang positif yaitu menjadikan wilayah pesisir dan laut

sebagai kawasan wisata bahari.  

Wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata potensial. Daerah dapat

dikatakan berhasil menjadi tempat wisata bahari apabila memenuhi berbagai

komponen terkait dengan kelestarian lingkungan alami, kesejahteraan penduduk yang

mendiami wilayah tersebut, kepuasan pengunjung yang menikmatinya dan

keterpaduan komunitas dengan area pengembangannya. 

Belakangan ini setiap daerah berusaha untuk memanfaatkan wilayah pesisir

menjadi tempat atau objek wisata bahari karena sebagai daya tarik untuk wisatawan

datang ke daerah tersebut sehingga menambah pemasukan bagi Pemerintah daerah,

namun dalam pengembangannya dibutuhkan strategi yang terencana dan sistematis

sehingga wilayah pesisir yang dijadikan wisata bahari bermanfaat juga bagi

masyarakat di daerah tersebut.

Selain strategi dalam pembangunan wilayah pesisir di perlukan juga

keterlibatan dan partisipasi masyarakat lokal sehingga masyarakat merasa terlibat dan

Page 19: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

24

bertanggungjawab untuk menjaga dan melestarikan lingkungan dan ekosistem yang

ada hal ini pun sebenarnya menguntungkan bagi kehidupan ekonomi mereka dengan

system pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan memiliki arti penting baik bagi pengunjung,

masyarakat maupun kelestarian lingkungan. Secara harfiah yaitu pembangunan yang

dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang maupun yang akan datang dengan

pengelolaan yang tepat tanpa membahayakan system alam yang mendukung semua

aspek kehidupan. Pembangunan wilayah pesisir harus berbasis kemasyarakatan

dengan tujuan membantu kesejahteraan masyarakat pesisir.

(2) Sumber daya tak dapat pulih / tidak tergantikan (non-renewable

resources)

Sumber daya yang tidak dapat pulih terdiri dari seluruh mineral dan geologi,

yang termasuk kedalamnya antara lain minyak gas, batu bara, emas, timah, nikel,

bijh besi, batu bara, granit, tanah liat, pasir, dan lain-lain. Sumber daya geologi

lainnya adalah bahan baku industri dan bahan bangunan, antara lain kaolin, pasir

kuarsa, pasir bangunan, kerikil dan batu pondasi.

(3) Jasa-jasa lingkungan (environmental services).

Jasa-jasa lingkungan yang dimaksud meliputi fungsi kawasan pesisir dan

lautan sebagai tempat rekreasi dan parawisata, media transportasi dan komunikasi,

sumber energi, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan keamanan,

penampungan limbah, pengatur iklim, kawasan lindung, dan sistem penunjang

kehidupan serta fungsi fisiologis lainnya.

2.5 Identifikasi Penyebaran Sumber Daya Berdasarkan Zona-Zona Wilayah

Pesisir

Page 20: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

25

Dari uraian zonasi dan sumber daya wilayah pesisir, dapat diidentifikasikan

penyebaran sumber daya berdasarkan zona-zona wilayah pesisir, yang dapat dilihat

pada table berikut:

Tabel 1Identifikasikan Penyebaran Sumber Daya

Berdasarkan Zona-Zona Wilayah Pesisir (secara Vertikal)No. Zona Karakteistik Sumber Daya Lokasi

1 Zona Epipelagik

Di wilayahini pada saat air pasang tergenang air dan pada saat air laut surut berubahmenjadi daratan. Oleh karena itu wilayah ini sering disebut juga wilayahpasang surut.dengan kedalaman 0-200 meter. Pada umumnya pada lapisan epipelagik lebih menerima sinar matahari daripada lapisan-lapisan yang berada di bawahnya.

Hutan mangrove Tambak air payau Terumbu karang Ekosistem

estuaria( dengan tipe drowned river valleys)

Padang lamun Ekosistem rumput

laut Udang Cumi-cumi

Kepiting berenang dan terdapat hampir di seluruh perairan pantai Indonesia terutama di daerahmangrove, tambak air payau atau muara sungai. Kepiting jarang ditemukan di pulau-pulau karang.

Ikan ekor kuning termasuk keluarga kakap, hidup di perairan berkedalaman 10-70m, disekitar pantai berpasir, tubiran, kapal tenggelam,tandes, di daerah dengan banyak karang hidup dan padang lamun.

,

2 Zona Mesopelagik

batas wilayah pasangsurut hingga kedalaman 200-1000 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh

Kelompok lobster seperti :

udang karang dan barong

perairan Laut Cina Selatan, Laut Banda, dan Laut Seram sampai

Page 21: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

26

No. Zona Karakteistik Sumber Daya Lokasisinar matahari sehingga wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jeniskehidupan baik hewan maupun tumbuhan-tumbuhan,

ikan keraputuna dan cakalang

dapat tertangkapdi kedalaman 0-400 meter. Salinitas perairan yang disukai berkisar 32-35 ppt atau diperairan oseanik. Suhu perairan berkisar 17-31 oC.

Teluk Tomini

3 Zona Bathipelagik

wilayah laut yang memilikikedalaman antara 1000 hingga 2000 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembussinar matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyakyang terdapat di zona meritic.

senyawa-senyawa bioaktif (natural products), seperti squalence, omega-3, phycocolloids, biopolymers, dan sebagainya dari microalgae (fitoplankton), macroalgae (rumput laut), mikroorganisme, dan invertebrata untuk keperluan industri makanan sehat (healthy food), farmasi, kosmetik, dan industri berbasis bioteknologi lainnya.

4 Zona Abisopelagik

wilayah laut yang memilikikedalaman lebih dari 2000 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dantidak ada tumbuh-tumbuhan, jenis hewan yang hidup di wilayah ini sangatterbatas.

ocean thermal energy conversion (OTEC)energi kinetik dari gelombang, pasang surut dan arus, konversi energi dari perbedaan salinitas.minyak dan gas, mineral dan bahan tambang (aluminium, mangan, tembaga, zirconium, nikel, kobalt, biji besi)

Bagan Siapi-Api dan Merauke

Tabel 2Identifikasi Penyebaran Kegiatan Pembangunan

Berdasarkan Zona-Zona Wilayah Pesisir dan lautan

Page 22: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

27

SECTOR WILAYAH PESISIR LAUT DANGKAL LAUT DALAM

Konservasi

Taman suaka alam laut

Rawa pesisirMangroveSatwa liar yang dilindungiGua pantai

Terumbu karang /atol Paus/ lumba-lumba

Rekreaasi/wisata Renang/salam / olah raga mincing, selancar air

Jalur pelayaran Jalur pelayaran Lomba arungSamudra

Pelayaran Navigasi transportasi

Pelabuhan Rambu navigasi Feri penumpang

Pelayaran internasional Pelayanan antar puau dan pantai

Pelayaran internasional

Perikanan Budidaya perikanan pantai Pengunduhan rumput laut dan kerang

Perikanan demersalPerikanan pelagis

Perikanan pelagis

Industry pertambangan

Pengerukan jalur pipaPasir/kerikilPengambilan karangPenambangan timah Produksi minyak dan gas

Jalur pipa pengambilan karang Penambangan timah Produksi minyak/gas

Kegiatan yang mencmari lingkungan

Salran pembuangan limbah Limbah industry Erosi pantai Sedimentasi

Tumpahan minyak polutan industry

Apal pembuang limbah

Penelitian kelautan meteorology

Ekosistem pesisir Geologi lautEksplorasi mineraEksplorasi minyak gas

Eksplorasi mineral di dasar samdra Arus samuderaPrakiraan cuaca

Sumber: Robertson Group plc dan PT Agriconsult (1992)

2.6 Konsep Pengembangan Wilayah Pesisir

Konsep Pengembangan “Waterfront City”

Page 23: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

28

Waterfront meliputi teluk, danau, kolam, sungai dan pantai, baik alami

maupun artificial. Sehingga kota–kota yang mengutamakan pengembangan teluk,

danau, sungai dan pantai dalam pembangunan kotanya maka kota tersebut dapat

digolongkan sebagai Waterfront City.

Urban waterfront sendiri adalah daerah di mana kotanya terikat dengan garis

pantai atau sungai. Karakter waterfront city terbentuk dari faktor-faktor geografis

kota dan juga kehidupan sosial kultural masyarakat kota. Berdasarkan faktor

geografis kota, kota akan berada dekat perairan darat (sungai,danau) dan perairan laut

(teluk, samudra, laut). Sedangkan karakter waterfront city yang terbentuk dari

kehidupan sosial kultural masyarakat kota ditunjukkan oleh kegiatan masyarakat kota

yang berkaitan erat dengan air

1. Tipe Waterfront

Terdapat berbagai macam waterfront di dunia ini. Berikut ini akan

disebutkan berbagai macam tipe waterfront beserta contohnya dari seluruh dunia

(Ann, 1994).

Commercial Waterfront

Umumnya terdapat tempat untuk bekerja, shopping/ berbelanja, dan rekreasi

yang merupakan gabungan dari tempat makan dan minum (cafe & restoran)

serta tempat yang indah dengan pemandangan air. Semua komponen

menghadap ke waterfront karena yang menjadi pusat perhatian adalah

pemandangan air. Commercial waterfront tidak harus besar dan bercahaya,

akan tetapi yang diutamakan adalah bangunan yang arsitektural, bersifat

komersial dan sosial. Tradisi komersial meliputi berbagai macam bentuk

bisnis aktif dalam jangka waktu yang lama dan gayanya disesuaikan dengan

kebutuhan masa kini.

Residential Waterfront

Menurut sejarah, orang memilih untuk hidup dan bertempat tinggal di pinggir

atau dekat dengan air untuk alasan praktis dalam memenuhi kebutuhan akan

Page 24: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

29

air. Hal ini mengakibatkan timbulnya fenomena meningkatnya permintaan

rumah tinggal dekat air. Selain itu juga timbul kebutuhan agar berbagai

fasilitas dan jalan tidak hanya ada, tetapi juga terlihat menarik, mudah

pencapaiannya dan nyaman ketika digunakan para penduduk. Pada daerah ini

terdapat keseimbangan antara private dan publik interest. Dan gaya

perumahannya beraneka ragam sesuai dengan budaya yang ada.

Working Waterfront

Tipe kota ini termasuk jenis kota yang diasosiasikan dengan pelabuhan dan

industri (Marine Business).

Historic Waterfront

Merupakan kawasan yang memiliki satu kesatuan dengan peninggalan /

warisan maritim dan biasanya berkaitan dengan pembangunan ekonomi dan

kesejahteraan kota. Kota yang umumnya melestarikan distrik waterfront

bersejarahnya mempunyai kesempatan untuk menangkap alur kehidupan masa

lalu sampai dengan sekarang. Dalam usaha pelestariannya diupayakan untuk

tetap mempertahankan kondisi aslinya agar atmosfer masa lalu masih tetap

ada.

Cultural, Educational dan Environmental Waterfront

Biasanya waterfront jenis ini terdapat di kota-kota modern. Waterfront

menyediakan setting yang indah untuk arsitektur religius, memorial, seni dan

kebudayaan. Selain estetika, simbol-simbol kekuatan, tempat-tempat

pendidikan dan lingkungan menginformasikan kepada masyarakat tentang

persediaan air dunia dan pengaruhnya pada kehidupan kita. Waterfront

pendidikan, budaya, lingkungan menekankan pada hubungan vital antara

manusia dengan air dan dapat mempengaruhi cara berpikir/pandang mereka

tentang SDA.

1. Cultural bisa terdiri dari Operahouse, museum, art center

2. Educational, umumnya di sini terdapat akuarium, taman ekologi, dan

museum.

Page 25: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

30

3. Environmental, di sini terdapat akuarium, taman ekologi, revitalisasi

sungai/pantai (waterclean-up project).

Konsep Revitalisasi Kawasan Kota

Konsep penyelamatan dan pemanfaatan menjadi kata kunci dalam upaya

pengembangan kawasan cagar budaya. Penyelamatan dan perlindungan disini

diarahkan kepada benda-benda cagar budaya baik yang berupa bangunan arsitektural,

makam maupun situs. Penyelamatan dan perlindungan ini diarahkan dari

terjadinya tekanan dan penghancuran, baik karena faktor alam ekologis, faktor

kunjungan dari masyarakat wisatawan maupun dari adanya perkembangan

penduduk setempat. Sedangkan aspek pemanfaatan dilakukan dengan tanpa

merusak. Segi kepariwisataan tidak selalu identik dengan perusakan akan tetapi

dapat menjadi salah satu upaya pemanfaatan untuk mendapatkan nilai tambah dari

benda-benda cagar budaya. Nilai tambah ini yang kemudian menjadi sumber

pembiayaan bagi upaya penyelamatan dan perlindungan.

Konsep Pembangunan Ekonomi Archipelago

Konsep ini dimaksudkan sebagai pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya

alam dan sumber daya manusia serta sumber daya ekonomi lainnya pada ruang

wilayah daratan dan ruang wilayah perairan yang secara efektif dan produktif melalui

berbagai kegiatan pembangunan untuk kebutuhan penduduk dan bertujuan mencapai

tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi. Dengan kata lain, tujuan utama

dari konsep ini, adalah :

Mewujudkan keseimbangan wilayah daratan dan perairan antara daerah/pulau

terutama dalam hal tingkat pertumbuhannya, selain untuk memenuhi tuntutan

keadilan social, juga memungkinkan berlangsungnya pembangunan dan

perdagangan antar daerah (pulau) yang berimban, artinya pembangunan dan

perdagangan dilakukan secara efisien dan saling menguntungkan itu akan

mendorong pembangunan dan perdagangan antar daerah (pulau) yang

Page 26: BAB II PENATAAN WILAYAH PESISIR

31

semakin intensif. Hal ini mendorong terwujudnya ‘spesialisasi daerah’ yang

berarti pula membuka kesempatan yang lebih besar bagi masing-masing

daerah untuk berkembang dan bertumbuh lebih maju.

Terwujudnya keseimbangan antar daerah (pulau) berarti pula bahwa kesatuan

ekonomi dari wilayah kepulauan menjadi lebih kokoh.

Konsep Teoritik Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah pesisir pada umumnya memiliki banyak pilihan

yang dapat dikembangkan. Dimana konsep teoritik pengembangan wilayah pada

umumnya mewujudkan, menentukan dan mengembangkan :

Pusat, wilayah pengaruh (pelayanan) dan jaringan transportasi.

Pusat besar, pusat menengah, dan pusat-pusat kecil (secara hierarki).

Pusat/kutub pertumbuhan sebagai penggerak pembangunan.

Mata rantai kedepan dan kebelakang.

Kawasan/zoning yang tepat dan sesuai.

Wilayah homogen, nodal (polarisasi) dan perencanaan (program).

Fungsi pusat sebagai simpul jasa distribusi (jasa perdagangan dan jasa

pengangkutan), sub ordinasi simpul jasa distribusi, dan orientasi pemasaran

secara geografis.