bab ii metode perancangan a. analisis permasalahan · proses produksi untuk memperkuat konsep...

24
34 BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan maka ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan motif kekayaan bahari menjadi sebuah motif batik bergaya doodle. Pertama, permasalahan visual yaitu bagaimana mentransformasikan visual kekayaan bahari yang berupa ikan, terumbu karang, air, dan beberapa karakter pada ekosistem laut (tiga dimensi) ke media kain (dua dimensi) dengan menggunakan teknik batik tulis. Kedua, masalah desain visual yaitu bagaimana mewujudkan desain batik bergaya doodle yang modern dengan mengolah visual kekayaan bahari dengan tetap mempertahankan ciri khas batik. Ketiga, permasalahan teknis yaitu bagaimana mewujudkan desain menjadi busana batik bergaya kasual bagi remaja putri. B. Strategi Penyelesaian Masalah Berdasarkan analisis permasalahan di atas yang menjadi permasalahan pokok adalah permasalahan visual. Beberapa strategi dapat dilakukan untuk menyelesaikan permsalahan tersebut. Pertama, mengolah unsur-unsur visual dari kekayaan bahari menjadi lebih sederhana, bergaya figuratif dalam wujud garis-garis (outline) sebagai ciri khas doodle. Kedua, desain visual dibuat dengan mempertimbangkan teknik batik tulis yang akan dipakai untuk mewujudkan produk yang direncanakan. Ketiga, melakukan studi komparasi produk untuk membandingkan produk yang sejenis, agar desain yang dibuat memiliki nilai

Upload: others

Post on 11-Oct-2019

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

34

BAB II

METODE PERANCANGAN

A. Analisis Permasalahan

Berdasarkan fokus permasalahan maka ada tiga permasalahan yang

muncul dalam mengembangkan motif kekayaan bahari menjadi sebuah motif batik

bergaya doodle. Pertama, permasalahan visual yaitu bagaimana

mentransformasikan visual kekayaan bahari yang berupa ikan, terumbu karang, air,

dan beberapa karakter pada ekosistem laut (tiga dimensi) ke media kain (dua

dimensi) dengan menggunakan teknik batik tulis. Kedua, masalah desain visual

yaitu bagaimana mewujudkan desain batik bergaya doodle yang modern dengan

mengolah visual kekayaan bahari dengan tetap mempertahankan ciri khas batik.

Ketiga, permasalahan teknis yaitu bagaimana mewujudkan desain menjadi busana

batik bergaya kasual bagi remaja putri.

B. Strategi Penyelesaian Masalah

Berdasarkan analisis permasalahan di atas yang menjadi permasalahan

pokok adalah permasalahan visual. Beberapa strategi dapat dilakukan untuk

menyelesaikan permsalahan tersebut. Pertama, mengolah unsur-unsur visual dari

kekayaan bahari menjadi lebih sederhana, bergaya figuratif dalam wujud garis-garis

(outline) sebagai ciri khas doodle. Kedua, desain visual dibuat dengan

mempertimbangkan teknik batik tulis yang akan dipakai untuk mewujudkan produk

yang direncanakan. Ketiga, melakukan studi komparasi produk untuk

membandingkan produk yang sejenis, agar desain yang dibuat memiliki nilai

35

kebaruan dan diferensiasi produk. Keempat, melakukan studi pustaka dan studi

proses produksi untuk memperkuat konsep perancangan dan untuk memperkecil

kemungkinan kegagalan saat melakukan proses perancangan maupun produksi

karya.

Studi proses produksi ini meliputi eksplorasi teknik produksi yang akan

mempengaruhi eksekusi teknik pengerjaan yang sesuai dengan konsep. Studi proses

juga akan diperkuat dengan uji coba dan pengamatan terhadap kebutuhan

konsumen yakni anak muda mengenai produk fashion yang dibutuhkan. Proses uji

coba dari proses pembuatan batik tulis motif doodle kekayaan bahari pada kain

katun primis dengan melakukan uji coba dengan alat canting, uji coba pewarnaan,

dan uji coba visual.

Perancangan ini menghasilkan kalaborasi antara visual bahari dengan

teknik batik tulis serta kekuatan visual doodle yang mempunyai nilai kebaruan

(inovatif), mempunyai orisinalitas, unik, dan tidak meniru karya orang lain. Dengan

nilai-nilai tersebut, perancangan ini diharapkan menghasilkan produk batik untuk

fesyen casual remaja putri yang mempunyai pembeda dengan produk lain dan bisa

diterima pasar.

C. Pengumpulan Data

1. Studi Visual

Untuk mencari gambaran awal produk perancangan, dilakukan

pengumpulan data visual berupa kekayaan bahari lewat survei online dan

pengamatan secara langsung. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apa saja tentang

keanekaragaman ekosistem bahari Indonesia.

36

Gambar 4. Kekayaan bahari Indonesia.

Sumber : http://syifami.blogspot.ae/2015/03/5-surga-bawah-laut-

indonesia-yang.html

Gambar 5. Kekayaan Bahari Indonesia.

Sumber : http://syifami.blogspot.ae/2015/03/5-surga-bawah-laut-

indonesia-yang.html

37

Gambar 6. Kekayaan Bahari Indonesia.

Sumber : http://syifami.blogspot.ae/2015/03/5-surga-bawah-laut-

indonesia-yang.html

Gambar 7. Kekayaan bahari Indonesia.

(Sumber : Connie Ayu Natanhia, 2016)

Gambar 8. Kekayaan Bahari Indonesia.

Sumber : http://www.bloghanter.com/2016/04/laut-indonesia-adalah-

rumah-bagi-ikan.html

38

Gambar 9. Kekayaan Bahari Indonesia.

Sumber : http://tulisandunia.com/4503.google-akan-bikin-underwater-

street-view-raja-ampat.html

Gambar 10. Kekayaan Bahari Indonesia.

Sumber : http://free-mp3rizae.blogspot.co.id/p/binatang-air.html

Gambar 11. Kekayaan Bahari Indonesia.

Sumber : http://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/cumi-

cumi3.jpg

39

Gambar 12. Kekayaan Bahari Indonesia.

Sumber : http://estiko.xyz/wp-

content/uploads/2015/10/AAN20120919003.jpg

Gambar 13. Kekayaan bahari Indonesia.

Sumber : http://baca-news.blogspot.com

Gambar 14. Kekayaan bahari Indonesia.

Sumber : (Connie Ayu Natanhia, 2016)

40

Gambar 15. Kekayaan Bahari Indonesia.

Sumber : (Connie Ayu Natanhia, 2016)

Gambar 16. Kekayaan bahari Indonesia.

Sumber : www.rgbstock.com

Gambar 17. Kekayaan bahari Indonesia.

Sumber : singkongkejuyummy.wordpress.com

41

Gambar 18. Kekayaan Bahari Indonesia.

Sumber : (Connie Ayu Natanhia, 2016)

Gambar 19. Kekayaan Bahari Indonesia.

Sumber : (Connie Ayu Natanhia, 2016)

Gambar 20. Kekayaan Bahari Indonesia.

Sumber : (Connie Ayu Natanhia, 2016)

42

Gambar 21. Kekayaan Bahari Indonesia.

Sumber: (Connie Ayu Natanhia, 2016)

Gambar 22. Kekayaan Bahari Indonesia.

Sumber: (Connie Ayu Natanhia, 2016)

2. Studi Proses Produksi

Proses pemecahan masalah pada teknik yang akan digunakan terlebih

dahulu dilakukan pengamatan dan eksplorasi teknik produksi yang memungkinkan

untuk pembuatan produk perancangan. Studi proses produksi merupakan sebuah

gambaran hasil pengamatan terhadap teknik proses tekstil yang dapat dijadikan

sebuah alternatif dalam pembuatan produk. Studi Proses produksi ini dilakukan di

Pundungrejo, Jarum, Bayat, Klaten, Jawa Tengah dengan pemilik yaitu Ibu Hj.

43

Tugina. Dari hasil pengamatan studi proses produksi ditemukan teknik yang dapat

digunakan untuk merealisasikan perancangan produk batik untuk busana modern

dengan menggunakan tema bahari bergaya doodle. Teknik yang dimaksud adalah

teknik batik tulis dengan segala proses di dalamnya.

Teknik batik tulis dipilih karena telah diterima oleh masyarakat luas dari

dulu hingga sekarang. Dan secara teknis, batik tulis adalah karya batik yang

motifnya tidak terbatas oleh goresan canting. Batik tulis menyangkut teknik dan

ukuran canting yang digunakan. Untuk ukuran masternya tidak terbatas, bahkan

untuk master seukuran lebar dan panjang kain pada umumnya.

3. Studi Komparasi Produk

Untuk mencari gambaran awal mengenai produk perancangan, penulis

melakukan pengumpulan data visual berupa produk batik bermotif bahari, yang

didominasi motif ikan.

Gambar 23. Batik Cirebon 01

(Sumber : http://batikanrantika.blogspot.co.id/)

44

Gambar 24. Batik Cirebon 02

(Sumber : http://batikanrantika.blogspot.co.id/)

Gambar 25. Batik Cirebon 03

(Sumber : http://batikanrantika.blogspot.co.id/)

45

Gambar 26. Batik Cirebon 04

(Sumber : http://batikanrantika.blogspot.co.id/)

Gambar 27. Batik Cirebon 05

(Sumber : http://batikanrantika.blogspot.co.id/)

46

Gambar 28. Batik Cirebon 06

(Sumber : http://batikanrantika.blogspot.co.id/)

Gambar 29. Batik Cirebon 07

(Sumber : www.twitter.com/batikrogo)

47

Gambar 30. Batik Etong khas Indramayu

(Sumber : http://ellenmihayanti.blogspot.co.id/)

Gambar 31. Batik Ramok, dengan motif biota laut (udang, ikan, dll)

asal Tanjung bumi Madura.

(Sumber : http://ellenmihayanti.blogspot.co.id/)

48

Gambar 32. Batik Cirebon motif cumi-cumi

(Sumber : www.twitter.com/batikrogo)

D. Uji Coba

Sebelum dapat memutuskan penggunaan teknik yang tepat dalam

proses produksi dilakukan uji coba terlebih dahulu, karena fungsi uji coba adalah

untuk menemukan teknik seperti apa yang tepat digunakan dalam proses produksi.

Selain itu juga dapat meminimalisir kegagalan dalam proses produksi. Berikut ini

adalah beberapa macam ujicoba yang sudah dilakukan. Uji coba dilakukan pada

perancangan motif ini meliputi dua percobaan, yakni uji coba visual dan uji coba

teknik.

1. Uji Coba Visual

Uji coba visual dilakukan untuk men

cari karakter relief, dari bentuk tiga dimensi ke bentuk dua dimensi. Dari

hasil uji coba visual ditemukan beberapa karakter relief yang akan diubah menjadi

motif batik. Hasil pengolahan visual di dapat visual berupa ikan hiu, ikan paus,

kepiting, terumbu karang dan beberapa rumput laut. Karakter terbentuk dari garis

(outline) dari visual bawah laut yang ada. Untuk memberi khas batik, maka outline

49

tersebut diberi isen-isen batik, pemberian isen-isen ini tentu saja harus

diselaraskan dengan karakter doodle yang akan diolah. Untuk memperkuat doodle

tanpa melupakan batik, maka doodle dipertajam dengan latar garis, maupun

karakter yang bersifat figuratif yang ceria. Berikut adalah hasil uji coba visual

tersebut :

Hasil Eksplorasi Visual dari Kekayaan Bahari Menjadi Visual Motif

Doodle

No Visual Sebenarnya Hasil

1

2

50

3

4

5

6

51

7

8

9

10

52

11

12

Tabel 1. Hasil Eksplorasi Visual dari Kekayaan Bahari Menjadi Visual

Motif Doodle

53

Hasil Eksplorasi Visual Motif Menjadi Batik

No Hasil Eksplorasi Visual Keterangan

1

- Nomor 1 Diidentifikasi sebagai

cumi-cumi

- Nomor 2 diidentifikasi sebagai

gurita

- Nomor 3 Diidentifikasi sebagai

kura-kura

- Nomor 4 Diidentifikasi sebagai

ubur-ubur

2

3

4

54

- Nomor 5 Diidentifikasi sebagai

karang dasar laut

- Nomor 6 Diidentifikasi sebagai

ikan terbang

- Nomor 7 Diidentifikasi sebagai

udang

5

6

7

55

8

- Nomor 8 Diidentifikasi sebagai

bintang laut

- Nomor 9 Diidentifikasi sebagai

hiu paus

Hasil Eksplorasi dari semua Visual

nomor 1-9 :

- Pemberian isen untuk

memperkuat karakter batik.

- Pemberian mata dan senyum

untuk memperkuat doodle.

-

9

Tabel 2. Hasil Eksplorasi Visual Motif Doodle menjadi Batik

2. Uji Coba Teknik

Uji coba teknik dilakukan untuk mengetahui karkateristik pewarna

yang akan digunakan dalam proses perancangan motif. Berikut merupakan hasil uji

coba tersebut :

56

Hasil Uji Coba Teknik

No Bahan Cara Hasil Keterangan

1

Kain Katun

Primism

- Sablon

Malam

dingin

(x)

2

Kain Katun

30s (Kaos)

- Sablon

Warna

(x)

3

Kain katun

Primis

- Sablon

Warna

(x)

4

Katun

Primis

- Canting

- Warn

Colet

(v)

Tabel 3. Hasil Uji Coba Teknik

57

E. Gagasan Awal Perancangan

Gagasan awal perancangan ini menawarkan visual batik dengan

mengubah visual kekayaan bahari Indonesia yang berbentuk tiga dimensi ke bentuk

dua dimensi, namun menggunakan gaya visual doodle. Gagasan awal ini

mempertimbangkan peluang produk baru yang dihasilkan lebih fokus dalam

pengolahan motif (visual). Sumber ide ini digunakan dengan pertimbangan

banyaknya visual doodle yang unik, ringan, dan menyenangkan untuk dinikmati.

Potensi bahari Indonesia diolah ke bentuk visual doodle kemudian dipadukan

dengan nilai-nilai batik sehingga perpaduan ini bisa menjadi kekuatan desain yang

mempunyai nilai pembeda yang tinggi dibandingkan dengan produk batik tulis

yang lainnya.

Teknik batik tulis dipilih untuk memunculkan kekhasan Batik itu

sendiri. Goresan yang dihasilkan dari teknik batik tulis lebih khas dan lebih

ekspresif (luwes) dan tidak akan ada goresan yang sama persis ketika dilakukan

pengulangan (repetisi) motif. Zat warna yang digunakan adalah zat warna sintetis

(zat warna kimia) yaitu zat warna reaktif (Remazol), Indigosol dan Naphtol. Hal ini

dilakukan guna mengetahui semua karakter zat warna dan juga membadningkan

hasil warna yang sesuai dengan perancangan motif. Sedangkan material kain yang

digunakan adalah katun Primis. Kain ini dipilih karena merupakan mori yang

memiliki kualitas paling bagus, dapat menyerap warna dengan baik, dan memiliki

tekstur kain halus. Desain juga akan dieksekusi menggunakan material lain sebagai

pembanding, yakni Katun Emboss. Hal ini dilakukan guna memberi gambaran

desain ketika diaplikasikan ke material yang berbeda.