bab ii latar belakang berdirinya dalem …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/c0512023_bab2.pdf ·...

40
14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan Surakarta merupakan kerajaan tradisional Jawa penerus Dinasti Mataram Islam yang berdiri tahun 1745. Dalam budaya Jawa, raja dipandang sebagai wakil Tuhan di Bumi dan pribadi yang agung dan berkuasa. Oleh karena itu, keluarganya atau golongan bangsawan dianggap sebagai golongan masyarakat yang paling terhormat. Golongan bangsawan, yang terdiri dari pangeran dan kerabat raja, menunjukkan status mereka dalam gaya hidup mereka yang membedakan dengan masyarakat pada umumnya, seperti pemberian nama, bahasa, sistem perkawinan, cara berbusana, cara mendapatkan pendapatan, dan bentuk rumah mereka. Rumah pangeran disebut Dalem Kepangeranan, dibangun dengan meniru bentuk dan tata bangunan keraton dalam skala kecil, sehingga mirip istana kecil. Dalem Kepangeranan menunjukkan status sosial bangsawan dan lambang kedekatan hubungan bangsawan dengan raja. Kurang lebih terdapat 20 Dalem Kepangeranan yang tersebar di Kota Surakarta, sebagian besar di Baluwarti. A. Berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta dan Stratifikasi Sosial Bangsawan di Surakarta 1. Berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta Keraton Kasunanan Surakarta dibangun pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwono II, sebagai pengganti Keraton Kartasura yang hancur karena Geger

Upload: vodan

Post on 18-Feb-2018

291 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

14

BAB II

LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI

SURAKARTA

Keraton Kasunanan Surakarta merupakan kerajaan tradisional Jawa

penerus Dinasti Mataram Islam yang berdiri tahun 1745. Dalam budaya Jawa, raja

dipandang sebagai wakil Tuhan di Bumi dan pribadi yang agung dan berkuasa.

Oleh karena itu, keluarganya atau golongan bangsawan dianggap sebagai

golongan masyarakat yang paling terhormat. Golongan bangsawan, yang terdiri

dari pangeran dan kerabat raja, menunjukkan status mereka dalam gaya hidup

mereka yang membedakan dengan masyarakat pada umumnya, seperti pemberian

nama, bahasa, sistem perkawinan, cara berbusana, cara mendapatkan pendapatan,

dan bentuk rumah mereka. Rumah pangeran disebut Dalem Kepangeranan,

dibangun dengan meniru bentuk dan tata bangunan keraton dalam skala kecil,

sehingga mirip istana kecil. Dalem Kepangeranan menunjukkan status sosial

bangsawan dan lambang kedekatan hubungan bangsawan dengan raja. Kurang

lebih terdapat 20 Dalem Kepangeranan yang tersebar di Kota Surakarta, sebagian

besar di Baluwarti.

A. Berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta dan Stratifikasi Sosial

Bangsawan di Surakarta

1. Berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta

Keraton Kasunanan Surakarta dibangun pada masa pemerintahan Sunan

Pakubuwono II, sebagai pengganti Keraton Kartasura yang hancur karena Geger

Page 2: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

15

Pacina1 pada tahun 1742.

2 Melihat kondisi yang memprihatinkan ini, Sunan Paku

Buwana II memutuskan untuk memindahkan keraton ke tempat yang baru. Sang

raja memutuskan untuk mencari tanah yang baik di sebelah timur. Sunan

Pakubuwana II memerintahkan empat orang mencari tanah yang baik untuk

keraton baru. Keempat orang tersebut adalah Pangeran Wijil (bertugas mencari

tanah untuk tempat tinggal), Kyai Kalipah Buyut (bertugas mencari tanah yang

wangi), Mas Pangulu Pekik Ibrahim (bertugas memasang tumbal negara), Kyai

Tumenggung Tirtawiguna (bertugas memasang penyangga kekuatan kerajaan).3

Keempat orang ini mencari tanah yang cocok untuk didirikan keraton.

Terdapat dua desa yang menjadi pilihan lokasi berdirinya keraton baru.

Desa yang pertama kali dikunjungi adalah Desa Talawangi, yang berarti tanah

harum. Setelah tanah diratakan, Kyai Tumenggung Tirtawiguna mengukur

luasnya. Setelah diukur ternyata wilayah ini kurang luas untuk didirikan keraton

dan banyak gundukannya. Pangeran Wijil dan Kyai Tumenggung Tirtawiguna

mencari tanah lain ke arah timur dan sampai di Desa Sala. Desa Sala dipandang

sangat bagus untuk dibangun sebuah istana baru. Selain tempatnya subur di situ

juga dilalui sungai yang besar, yaitu Bengawan Semanggi atau Bengawan Sala,

1Geger Pacina adalah pemberontakan yang dilakukan oleh orang–orang

Tionghoa yang dipimpin Raden Mas Garendi atau Adipati Martapura untuk

merebut kekuasaan di Kartasura. Setelah berhasil merebut Kartasura, Raden Mas

Garendi menjadi penguasa Kartasura yang disebut Sunan Kuning, yang berkuasa

selama 9 bulan sebelum akhirnya dipukul mundur pasukan Sunan Paku Buwana

II dan VOC, lihat: Pakempalan Pengarang Serat ing Mangkunegaran, Babad

K.G.P.A.A. Mangkunagara I (Surakarta: Yayasan Mangadeg, 1993), hlm. 44-45.

2Marleen Heins (ed.), Karaton Surakarta, (Singapura: Marshall Cavendish

Editions, 2006), hlm. 37.

3R.M. Sajid, , Babad Sala, Koleksi Reksa Pustaka Mangkunegaran, 1984,

hlm. 2.

Page 3: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

16

serta terdapat bandar yang ramai yang bernama Bandar Semanggi. Desa Sala

sudah ada sejak jaman Kesultanan Pajang. Desa Sala didirikan oleh Ki Gedhe

Sala I, dan selanjutnya desa tersebut dipimpin oleh keturunannya, yaitu Ki Gedhe

Sala II dan pada jaman Kartasura, Desa Sala dipimpin Ki Gedhe Sala III.4

Akhirnya, Desa Sala terpilih sebagai lokasi keraton baru.

Ada beberapa alasan mengapa Desa Sala dipilih sebagai lokasi keraton

baru, yaitu yang pertama berdasarkan konsep pajupat, Desa Sala terletak di

pertemuan sumbu mata angin. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, tempat

pertemuan sumbu mata angin dianggap sakral dan memiliki pengaruh kuat.

Tempat yang menjadi pertanda sumbu mata angin adalah Alas Krendhawahana

dan Alas Roban di utara, Gunung Lawu di timur, Gunung Merapi di barat, dan

Laut Selatan atau Samudra Hindia di selatan. Di bagian utara, dikuasai oleh

Kanjeng Ratu Bathari Koloyuwati alias Bathari Durga, penguasa Alas

Krendhowahono dan Alas Roban. Di bagian timur, dikuasai oleh Raden Gugur

alias Kanjeng Sunan Lawu dari Majapahit dan Kanjeng Sunan Lawu alias Bagus,

putra Sunan Paku Buwana II sebagai penguasa Gunung Lawu. Di bagian barat,

dikuasai oleh Kanjeng Ratu Sekar Kedhaton, Kyai Sapuregol, dan Kyai

Sapujagad sebagai penguasa Gunung Merapi. Di bagian selatan, dikuasai oleh

Kanjeng Ratu Ayu Kencono Sari alias Kanjeng Ratu Kidul, yang bertahta di

Sakadomas Bale Kencana di Keraton Laut Selatan. Dalam kepercayaan

masyarakat Jawa, keempat tempat yang menjadi penanda sumbu mata angin

tersebut dikuasai oleh penguasa mistis, yang dipercaya mempengaruhi segala

4Ibid., hlm. 2-3 dan 16.

Page 4: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

17

aspek kehidupan dan dipercaya sebagai penghubung dengan roh nenek moyang.

Kepercayaan tersebut merupakan warisan dari jaman Hindu-Buddha, contohnya

adalah anggapan bahwa gunung adalah tempat yang sakral atau suci.5 Kedua,

Desa Sala terletak di tempuran atau pertemuan dua sungai, yaitu Kali Pepe dan

Bengawan Semanggi. Dalam kepercayaan Jawa, wilayah sekitar tempuran

dianggap keramat dan memiliki kekuatan magis.6 Ketiga, Desa Sala terletak di

dekat Bengawan Semanggi. Bengawan Semanggi adalah sungai besar yang

wilayah pedalaman Jawa dengan wilayah pesisir Jawa yang memiliki fungsi

penting sejak jaman Jawa Kuno dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik.7

Keempat, Sala telah menjadi desa, sehingga tidak diperlukan tenaga untuk

membuka hutan. Selain itu, di sekitar Desa Sala terdapat desa-desa penting sejak

jaman Kartasura, seperti Baturana dan Gabudan yang dihuni para abdi dalem

kerajaan dan pembuat babud atau permadani.8

Sunan Paku Buwana II akhirnya membeli tanah Desa Sala dari Ki Gedhe

Sala III dan memberi ganti rugi para magersari yang telah ada di sana. Pada

awalnya, rakyat menolak berdirinya keraton di sana karena merasa dirugikan.

Untuk menenangkan situasi, raja memberi uang sesuai kebutuhan untuk

perpindahan desa. Setelah dilakukan perpindahan desa, tanah dicangkul untuk

meninggikan Sitihinggil, dan sisa kedukan tanah menjadi seperti rawa dan

ditumbuhi pohon talas (lumbu), sehingga tempat tersebut disebut Kampung

5Marleen Heins (ed.), op.cit.,hlm. 102-103.

6Darsiti Soeratman, Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939,

(Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2000),hlm. 66.

7Ibid., hlm. 66-67.

8Ibid., hlm. 69.

Page 5: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

18

Kedung Lumbu. Untuk menambah tanah di keraton, juga diambil tanah dari

Talawangi (Kadipala) karena berbau wangi, sehingga tempat tanah tersebut

dikeduk disebut Kampung Kratonan.9

Dalam keadaan proses pembangunan, Sunan Paku Buwana II berpindah

dari Keraton Kartasura ke istana barunya pada tahun 1745. Untuk berpindah

keraton, diperlukan ritual dan sesajen yang diatur Pangeran Wijil dan Kyai

Tumenggung Tirtawiguna. Yang diutamakan dalam perpindahan keraton adalah

padi, perlengkapan dapur dan bumbu masakan, unggas, binatang berkaki empat,

bara perlengkapan rumah tangga dan barang-barang berharga raja. Setelah

semuanya dibawa, dibuat berbagai macam sesajen, tumpeng, daging ikan, burung,

dan hewan darat, berbagai macam bubur dan jenang, telur, dan bermacam kain.10

Kirab diawali oleh Sunan Paku Buwana II yang naik Kereta Kanjeng Kyai

Garuda. Barisan berikutnya dua beringin yang akan ditanam di Alun-Alun Lor,

Bangsal Pangrawit, dua ekor gajah, dua beringin yang akan ditanam di Alun-Alun

Kidul, dan barisan kuda. Barisan berikutnya adalah para Bupati, Adipati

Pringgalaya, Adipati Sindureja, Kanjeng Pangeran Adipati Anom dan Mayor

Baron van Hohendorf dengan menunggangi kuda. Berikutnya para Penghulu,

Mardikan, juru Suranata, dan Kabayan. Para abdi dalem berjalan di kiri dan

kanan barisan kirab sambil membawa payung kebesaran kerajaan. Prameswari

dan selir raja berada di barisan belakang, diikuti dengan barisan pusaka kerajaan

dan para wadya dari Mancanagara. Sepanjang kirab, di sebelah kanan terdapat

barisan gamelan milik kerajaan, yaitu Cara Balen, Kodok Ngorek, dan gamelan

9R.M. Sajid, op.cit., hlm. 19-20.

10Ibid., hlm. 10-11.

Page 6: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

19

milik para Bupati.11

Di hadapan pangeran, kerabat raja, pejabat keraton, dan

wakil-wakil VOC, Sunan Paku Buwana II, yang duduk di dhampar atau

singgasana Bangsal Pangrawit di Tratagrambat12

, memproklamasikan desa Sala

menjadi ibukota baru yang bernama Surakarta Hadiningrat.13

Perpindahan Keraton Kartasura ke Keraton Kasunanan Surakarta, tidak

membawa Mataram ke dalam perdamaian. Pemberontakan masih terjadi dari

pihak Pangeran Mangkubumi, putra Sunan Amangkurat IV dengan selir Mas Ayu

Tejawati dan dari pihak Raden Mas Said, cucu Sunan Amangkurat IV dari putra

sulungnya, Pangeran Mangkunegara, yang dibuang ke Tanjung Harapan, Afrika

Selatan. Pihak VOC berusaha mendamaikan para bangsawan yang konflik

tersebut. Perwakilan VOC, Nicholas Hartingh, mempertemukan Pangeran

Mangkubumi dengan Sunan Paku Buwana III, dan menghasilkan perjanjian

damai, yang disebut Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Mataram dibagi menjadi

dua kerajaan, Kasunanan Surakarta yang dipimpin Sunan Paku Buwana III dan

Kasultanan Ngayogyakarta yang dipimpin Pangeran Mangkubumi, yang bergelar

Sultan Hamengku Buwana I.14

Dalam pembagian Nagaragung15

, sunan dan sultan

11

Ibid., hlm. 11-12.

12Tratagrambat adalah tempat pepatih dalem bersama abdi dalem bila

menghadap raja. Terletak di selatan Alun-Alun Lor, beratap anyaman bambu dan

tiangnya terbuat dari bambu yang berjumlah banyak, dan lantainya dari pasir

untuk tempat duduk. Pada masa Sunan Paku Buwana X, Tratagrambat dibangun

menjadi gedung permanen bernama Pagelaran Sasana Sumewa pada tahun 1913,

lihat: Ibid., hlm. 35.

13Darsiti Soeratman, op.cit., hlm. 78-79.

14Marleen Heins (ed.), op.cit., hlm. 102-103.

15Negaragung adalah wilayah inti kerajaan yang masih ada sekitar

Kuthanagara atau pusat pemerintahan. Pada masa Kartasura luas wilayah

Negaragung 186000 karya, lihat: Dwi Ratna Nurhajarini,et.al, Sejarah Kerajaan

Page 7: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

20

masing-masing mendapatkan 53.100 karya. Dalam pembagian Mancanagara16

,

sunan mendapat 32.350 karya dan sultan mendapat 33.950 karya. Walaupun

sultan menerima 1600 karya lebih banyak dari sunan, tetapi wilayah tersebut

bukan wilayah yang subur. Selain itu sultan hanya memiliki wilayah di

Mancanagara Wetan, sedangkan sunan memiliki wilayah di Mancanagara Kulon

dan Mancanagara Wetan.17

Dalam Perjanjian Giyanti, Raden Mas Said tidak dilibatkan, sehingga dia

masih memperjuangkan haknya dengan perang gerilya. Akhirnya perang ini

diselesaikan dalam Perjanjian Salatiga pada tahun 1757, yang berisi Raden Mas

Said mendapat 4000 karya dari wilayah Kasunanan Surakarta dan dia dilarang

menggunakan gelar Sunan dan Sultan. Akhirnya, Raden Mas Said menjadi

penguasa yang bergelar K.G.P.A.A. Mangkunegara I dan daerah kekuasaannya

disebut Kadipaten Mangkunegaran. Akhirnya Mataram pecah menjadi tiga

kerajaan, yaitu Kasunanan Surakarta, Kasultanan Ngayogyakarta, dan Kadipaten

Mangkunegaran. Oleh karena peristiwa tersebut, Sunan Paku Buwana III disebut

Sinuhun Paliyan Nagari (Raja yang membagi negara).18

2. Stratifikasi Sosial Bangsawan di Surakarta

Tradisional Surakarta, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999),

hlm. 113-114.

16Mancanagara adalah wilayah di luar Negaragung, yang tidak termasuk

Pasisiran. Mancanagara dibagi dua yaitu Mancanagara Kulon dan Mancanagara

Wetan. Pada masa Kartasura luas tanah Mancanagara Kulon 8252 karya dan

Mancanagara Wetan 66300 karya. Wilayah ini tidak dikuasai bangsawan keraton,

tetapi dikuasai para bupati dan setiap tahun harus menyerahkan pajak ke keraton,

lihat Ibid., hlm. 114-115.

17Darsiti Soeratman, op.cit., hlm. 66.

18Ibid.

Page 8: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

21

Dalam masyarakat Jawa, terdapat tiga golongan masyarakat yaitu

golongan bangsawan, golongan priyayi, dan golongan rakyat biasa. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia, bangsawan adalah keturunan orang mulia (terutama raja

dan kerabatnya) dan arti kebangsawanan adalah kedudukan atau sifat

bangsawan.19

Keluarga dan kerabat raja yang berkuasa dalam Keraton Jawa

menggunakan istilah dalem, seperti prameswari dalem, putra dalem, wayah

dalem, dan seterusnya. Keluarga raja yang sedang berkuasa lebih tinggi statusnya

daripada keluarga raja-raja yang terdahulu.20

Golongan priyayi adalah mereka

yang menjadi pegawai kerajaan. Berdasarkan statusnya, terdapat dua jenis priyayi,

yaitu priyayi luhur dan priyayi cilik. Priyayi luhur mendapatkan statusnya dari

keturunan. Priyayi luhur biasanya merupakan keturunan raja-raja terdahulu atau

bupati. Priyayi cilik mendapatkan statusnya karena bekerja pada pemerintahan.

Priyayi cilik biasanya berasal dari rakyat biasa dan diangkat statusnya karena

berjasa dan setia kepada raja.21

Dalam peraturan tradisional, yang termasuk golongan bangsawan hanya

dibatasi hingga keturunan ketiga dari raja. Peraturan gelar kebangsawanan, cara

berpakaiannya, dan wewenangnya dibuat oleh Sunan Paku Buwana VII dan

dilaporkan pada Komisaris van Nes pada tahun 1851.22

Pangeran adalah gelar

19

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Ketiga, (Jakarta:Balai Pustaka,2002), hlm. 102.

20Darsiti Soeratman, op.cit., hlm. 231

21Sartono Kartodirdjo, Perkembangan Peradaban Priyayi, (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 1987), hlm. 6-7

22Kalenggahipun Para Sentana Tuwin Abdi Dalem Jamanipun Ingkang

Sinuhun Paku Buwana VII (1830-1858 )No. B 277, Koleksi Reksa Pustaka

Mangkunegaran, hlm. 1.

Page 9: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

22

yang diberikan kepada putra raja atau kerabat raja. Dalam Keraton Kasunanan

Surakarta terdapat tiga jenis pangeran yaitu pangeran putra, pangeran sentana,

dan pangeran sengkan. Pangeran putra adalah sebutan pangeran putra raja.

Pangeran sentana adalah sebutan bagi pangeran kerabat raja. Golongan pangeran

sentana terdiri dari cucu atau cicit raja. Pangeran sengkan adalah sebutan bagi

orang yang mendapatkan gelar pangeran karena diangkat raja. Golongan

pangeran sengkan terdiri dari menantu raja dan orang-orang yang dianggap

berjasa bagi kerajaan.23

Selain itu juga terdapat pangeran kolonel, pangeran yang

menjabat sebagai pemimpin pasukan keraton, pangeran miji, pangeran yang

mendapatkan kedudukan di bawah putra mahkota, dan pangeran pinisepuh,

pangeran yang dituakan dan dihormati.

Status ibu sebagai prameswari (permaisuri) dan garwa ampeyan (selir)

mempengaruhi kedudukan keturunannya yang dapat dilihat dari gelarnya. Putra

yang lahir dari permaisuri bila masih kecil bergelar Raden Mas Gusti, bila sudah

dewasa bergelar Kanjeng Gusti Pangeran dan dibelakangnya ditambah gelar

Adipati, Arya, dan Adipati Arya. Gelar tersebut juga dapat diberikan pada putra

dari selir atas perkenan raja yang berkuasa. Sedangkan putra yang lahir dari selir

bila masih kecil bergelar Bendara Raden Mas, bila sudah dewasa bergelar

Bendara Kanjeng Pangeran.24

Putri yang lahir dari permaisuri bila masih kecil

bergelar Gusti Raden Ayu, bila sudah dewasa bergelar Gusti Kanjeng Ratu.

23

Darsiti Soeratman , op.cit, hlm. 232, 234, 236. 24

Kalenggahipun Para Sentana Tuwin Abdi Dalem Jamanipun Ingkang

Sinuhun Paku Buwana VII (1830-1858)No B 277, Koleksi Reksa Pustaka

Mangkunegaran, hlm. 11.

Page 10: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

23

Sedangkan putri yang lahir dari selir bila masih kecil bergelar Bendara Raden

Ajeng, bila sudah dewasa bergelar Bendara Raden Ayu.25

Pangeran tertua dari permaisuri mendapatkan kedudukan sebagai

pangeran adipati anom atau putra mahkota yang begelar Kanjeng Gusti Pangeran

Adipati Anom Amangkunagara Sudibya Rajaputra Narendra Mataram. Keraton

Kasunanan Surakarta pernah memiliki lima orang putra mahkota. K.G.P. Adipati

Anom Amangkunagara I adalah putra sulung Sunan Pakubuwana III dengan

G.K.R. Kencana Beruk, yang kemudian menjadi Sunan Pakubuwana IV. K.G.P.

Adipati Anom Amangkunagara II adalah putra sulung Sunan Paku Buwana IV

dengan G.K.R. Kencana I, yang kemudian menjadi Sunan Paku Buwana V.26

Sunan Paku Buwana V tidak memiliki putra yang lahir dari permaisuri, maka

pewaris tahta jatuh kepada B.R.M. Sapardan, putra Sunan Paku Buwana V dengan

selir R.Ay. Sasrakusuma, yang kemudian menjadi Sunan Paku Buwana VI.27

Karena Sunan Paku Buwana VI terlibat dalam Perang Diponegoro, akhirnya

beliau dibuang ke Ambon dan menyebabkan tahta Kasunanan Surakarta kosong,

sementara putra-putranya masih kecil. Oleh karena itu tahta diambil oleh

pamannya K.G.P.A. Purbaya, putra Sunan Paku Buwana IV dari permaisuri

kedua, G.K.R. Kencana II dan mendeklarasikan sebagai K.G.P. Adipati Anom

Amangkunagara III, kemudian menjadi Sunan Paku Buwana VII. Sunan Paku

Buwana VII meninggal tanpa memiliki putra yang lahir dari permaisuri, maka

25

Darsiti Soeratman, op.cit, hlm. 233.

26Padmasoesastra, Sejarah Dalem Pangiwa lan Panengen (Semarang: Van

Dorp, 1902), hlm. 70,72. 27

Darsiti Soeratman, op.cit., hlm. 239-240.

Page 11: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

24

tahta diberikan kepada kakaknya dari selir Sunan Paku Buwana IV, Mas Ayu

Rantansari yaitu K.G.P. Ad. Hangabehi, kemudian menjadi Sunan Paku Buwana

VIII. Karena Sunan Paku Buwana VIII hanya memiliki empat orang putri, maka

kedudukan putra mahkota jatuh kepada K.G.P. Prabuwijaya, putra tunggal Sunan

Paku Buwana VI dengan G.K.R. Ageng, kemudian menjadi K.G.P. Adipati Anom

Amangkunagara IV, yang kemudian menjadi Sunan Paku Buwana IX. K.G.P.

Adipati Anom Amangkunagara V adalah putra mahkota terakhir dalam sejarah

Keraton Kasunanan Surakarta, yang merupakan putra sulung Sunan Paku Buwana

IX dengan G.K.R. Paku Buwana, yang kemudian menjadi Sunan Paku Buwana

X.28

Selain gelar, nama juga menunjukkan status anak permaisuri atau anak

selir. Nama Mangkubumi, Buminata, Purbaya, dan Puger, biasanya diberikan

pada anak laki-laki dari permaisuri yang bukan putra mahkota. Nama Sekar

Kedhaton diberikan pada anak perempuan tertua dari permaisuri bila masih kecil,

bila sudah dewasa menjadi Pembayun. Nama lain yang biasa diberikan kepada

anak perempuan dari permaisuri antara lain Kedhaton, Maduretna, Bendara,

Angger, dan Timur.29

Nama Hangabehi biasanya diberikan kepada putra tertua

dari selir. Bila raja tidak mempunyai anak laki-laki dari permaisuri, Pangeran

Hangabehi mempunyai peluang sebagai pewaris tahta. Contohnya seperti yang

terjadi K.G.P. Ad. Hangabehi, putra tertua dari selir Sunan Paku Buwana IV, Mas

Ayu Rantansari, yang menjadi Sunan Paku Buwana VIII menggantikan adiknya,

Sunan Paku Buwana VII. Hal yang sama juga terjadi pada Sunan Paku Buwana X

28

Padmasoesastra, op.cit., hlm. 72, 77, 79, 84. 29

Darsiti Soeratman, op.cit, hlm. 232-233.

Page 12: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

25

yang tidak memiliki keturunan laki-laki dari permaisuri, sehingga pewaris tahta

jatuh pada K.G.P.H. Hangabehi, putra tertua dari selir R.Ay. Mandayaretna, yang

kemudian menjadi Sunan Paku Buwana XI.30

Menurut peraturan tradisional, gelar pangeran tidak bisa diwariskan

kepada cucu raja atau anak pangeran. Hak mewarisi gelar pangeran hanya

diperbolehkan kepada cucu laki-laki tertua dari istri utama dan berstatus pangeran

sentana. Cucu raja atau anak laki-laki pangeran yang tidak mewarisi gelar

pangeran bergelar Raden Mas Riya. Cicit raja atau cucu laki-laki pangeran

bergelar Raden Mas Panji. Sementara cucu raja ataupun cicit raja yang

perempuan bergelar Raden Ajeng, bila sudah menikah bergelar Raden Ayu.

Canggah raja atau cicit pangeran disebut Raden Bagus, bila dewasa disebut

Raden. Wareng raja atau canggah pangeran disebut Mas Bagus, bila dewasa

disebut Mas.31

Beberapa pangeran mewariskan nama dan gelarnya kepada anaknya atau

keturunannya. Contohnya putra Sunan Paku Buwana II, K.P.H. Balitar I putranya

bergelar K.P.H Balitar II. Putra Paku Buwana III, K.G.P.H. Mangkubumi I

putranya bergelar K.G.P.H Mangkubumi II. Putra-putra Sunan Paku Buwana V,

K.P.H. Santakusuma I putranya bergelar K.P.H. Santakusuma II, K.P.H.

Kusumabrata I putranya bergelar K.P.H. Kusumabrata II, dan K.P.H. Suryadipura

I putranya bergelar K.P.H. Suryadipura II. Cucu Sunan Paku Buwana III dari

putrinya, R.A. Sentul dan R.M.T.H. Kusumadiningrat yaitu R.M. Sayid

30

Padmasoesastra, op.cit), hlm. 72, 90. 31

Kalenggahipun Para Sentana Tuwin Abdi Dalem Jamanipun Ingkang

Sinuhun Paku Buwana VII (1830-1858 No B 277), Koleksi Reksa Pustaka

Mangkunegaran, hlm. 11.

Page 13: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

26

mengambil gelar K.P.H. Hadiwijaya I dan menurunkannya pada anaknya, R.M.

Subekti (K.P.H. Hadiwijaya II) dan cucunya R.M. Semedi (K.P.H. Hadiwijaya

III). Nama Hadiwijaya juga digunakan pada putra K.G.P.A.A. Mangkunegara IV ,

R.M.Sutama yang bergelar K.P.H. Hadiwijaya IV32

dan putra Sunan Paku

Buwana X, R.M. Setyajit yang bergelar K.G.P. Ad. Hadiwijaya. Pemberian nama

Hadiwijaya untuk menunjukkan bahwa mereka masih memiliki hubungan darah

dengan trah Hadiwijayan, karena K.G.P.A.A. Mangkunegara IV adalah putra

K.P.H. Hadiwijaya I dan Sunan Paku Buwana X adalah cucu K.P.H. Hadiwijaya

II dari garis ibu.33

B. Kehidupan Bangsawan di Surakarta

Kehidupan para bangsawan berbeda dengan kelas masyarakat pada

umumnya. Ciri-cirinya terlihat jelas dari perilakunya, adat sopan santun dan

bahasanya. Selain itu keadaan sosial ekonomi mereka lebih baik daripada rakyat

biasa. Para bangsawan sering berekreasi, mengadakan pesta, terutama pada saat

ada anggota keluarga yang menikah, dan mengadakan upacara-upacara adat.

Selain dalam bentuk perilaku juga terdapat ciri-ciri bangsawan yang berbentuk

konkrit seperti cara berbusana dan bentuk rumah mereka.34

1. Bahasa dan Bentuk Penghormatan

Dalam masyarakat Jawa terdapat dua jenis, yaitu basa ngoko (informal)

dan basa krama (formal). Basa ngoko digunakan saat berbicara kepada yang lebih

32

Padmasoesastra, op.cit., hlm. 71, 73, 77-80, 130, 134, 135. 33

Darsiti Soeratman, op.cit., hlm. 317-318.

34Sartono Kartodirdjo, op.cit., hlm. 26.

Page 14: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

27

muda atau kepada orang terdekat. Basa krama digunakan saat berbicara kepada

yang lebih tua atau kepada orang yang terhormat. Basa krama yang digunakan di

lingkungan istana atau golongan bangsawan disebut basa kedhaton. Basa

kedhaton digunakan oleh para abdi dalem saat menghadap dan berkomunikasi

kepada raja dan bangsawan, serta digunakan untuk berkomunikasi antar sesama

abdi dalem. Basa kedhaton tidak digunakan di kalangan abdi dalem wanita, tetapi

saat mereka berbicara dengan abdi dalem pria, maka mereka menggunakan basa

kedhaton.35

Bentuk penghormatan kepada tiap pangeran dan bangsawan berbeda-beda,

tergantung status kebangsawanannnya. Penghormatan kepada K.G.P. Adipati

Anom Amangkunagara dilakukan dengan cara sembah sambil berjongkok, yang

dilakukan oleh pangeran putra dan pangeran sentana yang bergelar Raden Mas

Riya yang lebih muda dibawahnya. Penghormatan kepada pangeran putra dari

permaisuri dilakukan dengan cara sembah sambil berjongkok oleh para sentana

(kerabat) yang lebih muda, cara yang sama juga dilakukan kepada pangeran putra

bergelar Raden Mas Gusti, hanya dilakukan oleh para sentana yang masih muda

dan para abdinya. Penghormatan kepada pangeran putra dari istri selir dan

pangeran sentana dilakukan dengan cara sembah saja, oleh para sentana yang

lebih muda dan para abdi dalem. Penghormatan kepada para cucu dan cicit raja

dilakukan dengan cara sembah saja, oleh para abdi dalem.36

Tradisi sembah

35

Darsiti Soeratman, op.cit., hlm. 463.

36Kalenggahipun Para Sentana Tuwin Abdi Dalem Jamanipun Ingkang

Sinuhun Paku Buwana VII (1830-1858) No B 277, Koleksi Reksa Pustaka

Mangkunegaran, hlm. 1,3,4, dan 6.

Page 15: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

28

sengaja diatur pelaksanaanya, agar tata susunan masyarakat feodal lebih tertib.

Pelanggaran terhadap peraturan berupa teguran dari atasannya atau masyarakat,

sebab hal ini dianggap milik masyarakat yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.37

2. Sistem Perkawinan

Perkawinan dalam golongan bangsawan tidak hanya sekedar menikahkan

putra putri mereka, namun juga bertujuan untuk mempertahankan atau

meningkatkan derajat kebangsawanan mereka. Selain itu, perkawinan juga

merupakan salah satu cara membentuk jaringan politik mereka. Oleh sebab itu,

perkawinan antar keluarga sering terjadi pada golongan bangsawan.38

Contoh perkawinan antar keluarga terdekat pada masa Sunan Paku

Buwana II adalah perkawinan antara G.K.R. Kencana Kendhang (anak G.K.R.

Maduretna dengan Panembahan Cakraningrat dari Madura) dengan Sunan Paku

Buwana III (anak Sunan Paku Buwana II). G.K.R. Maduretna dan Sunan Paku

Buwana II, adalah anak Sunan Amangkurat IV. Contoh perkawinan antar keluarga

terdekat pada masa Sunan Paku Buwana IV antara lain adalah perkawinan antara

G.K.R. Pembayun (anak Sunan Paku Buwana IV) dan K.G.P.H. Mangkubumi II

(anak K.G.P.H. Mangkubumi I). Sunan Paku Buwana IV dan K.G.P.H.

Mangkubumi I, adalah anak Sunan Paku Buwana III. Kemudian perkawinan

37

Dwi Ratna Nurhajarini,et.al, op.cit., hlm 40.

38Darsiti Soeratman, op.cit., hlm. 285.

Page 16: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

29

antara G.K.R. Kencana (anak K.G.P.H. Mangkubumi I) dengan Sunan Paku

Buwana VII (anak Sunan Paku Buwana IV).39

Contoh perkawinan antar keluarga terdekat pada masa Sunan Paku

Buwana VI adalah perkawinan antara B.R.Ay. Nrangkusuma (anak Sunan Paku

Buwana VI) dengan K.G.P.H. Santakusuma II (anak K.G.P.H. Santakusuma I).

Sunan Paku Buwana VI dan K.G.P.H. Santakusuma I, adalah anak Sunan Paku

Buwana V. Contoh perkawinan antar keluarga terdekat pada masa Sunan Paku

Buwana IX antara lain adalah perkawinan antara K.P.H. Kusumadilaga (anak

Sunan Paku Buwana IX) dengan R.A. Mirah (anak K.G.P.H. Natapraja). Sunan

Paku Buwana IX dan K.G.P.H. Natapraja, adalah anak Sunan Paku Buwana VI.

Kemudian perkawinan antara K.P.H. Prabuwijaya (anak Sunan Paku Buwana IX)

dengan R.A. Kapinah (anak R.A. Mublak dengan K.P.H. Kusumabrata II). Sunan

Paku Buwana IX dan R.A. Mublak adalah anak Sunan Paku Buwana VI. Contoh

perkawinan antar keluarga terdekat pada masa Sunan Paku Buwana X adalah

perkawinan antara K.G.P.H. Hangabehi, yang kemudian menjadi Sunan Paku

Buwana XI (anak Sunan Paku Buwana X) dengan R.A. Maryati (anak R.A.

Saparinten dengan K.R.A Sasradiningrat IV). Sunan Paku Buwana X dan R.A.

Saparinten, adalah anak Sunan Paku Buwana IX.40

Para bangsawan menikahkan anaknya supaya memperoleh status yang

tinggi. Dapat dilihat para pangeran menikahkan anaknya dengan raja, calon raja,

atau anak raja, walaupun besan mereka masih satu ayah, tetapi biasanya beda ibu.

Namun juga terdapat pernikahan yang besannya masih satu ayah dan satu ibu,

39

Padmoesoesastro, op.cit., hlm. 69, 71,73, 74.

40Ibid, hlm. 77, 79, 85, 86, 81, 90.

Page 17: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

30

contohnya pernikahan anak Sunan Paku Buwana IV dengan anak K.G.P.H.

Mangkubumi I, keduanya anak Sunan Paku Buwana III dengan G.K.R. Kencana

Beruk.41

. K.G.P.H. Mangkubumi I adalah salah satu contoh bangsawan yang

berhasil mendapatkan status tinggi dari perkawinan anak-anaknya. Ketiga

menantunya adalah G.K.R. Pembayun (anak Sunan Paku Buwana IV) istri

K.G.P.H Mangkubumi II, Sunan Paku Buwana VI (anak Sunan Paku Buwana V)

suami G.K.R. Mas, dan Sunan Paku Buwana VII (anak Sunan Paku Buwana IV)

suami G.K.R. Kencana.42

Dia menjadi besan dua raja dan kedua menantunya

menjadi seorang raja. G.K.R. Mas adalah ibu dari Sunan Paku Buwana IX,

dengan demikian dia juga menjadi kakek sang raja dari garis ibu.43

Perkawinan juga sebagai cara membentuk jaringan politik. Perkawinan

antar bangsawan dapat digunakan untuk meredam pemberontakan, karena hal ini

seperti pembagian kekuasaan atau status secara tidak langsung. Bangsawan yang

menikahi anggota keluarga raja berkuasa akan memiliki status yang tinggi.

Contoh perkawinan bangsawan bermotif politik adalah pernikahan anak Pangeran

Hadiwijaya Seda Kaliabu dengan anak Sunan Paku Buwana III. Pangeran

Hadiwijaya Seda Kaliabu adalah salah satu putra Sunan Amangkurat IV yang

pada masa Perang Suksesi III (1749-1755) yang sangat besar jasa bagi Pangeran

Mangkubumi.44

Pangeran Hadiwijaya salah satu pemimpin penyerangan pasukan

41

Ibid., hlm. 71. 42

Darsiti Soeratman, op.cit., hlm. 285.

43Padmasoesastra, op.cit., hlm. 78.

44Darsiti Soeratman, op.cit., hlm. 284.

Page 18: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

31

Pangeran Mangkubumi ke wilayah Kedu.45

Dia juga orang terdekat R.M. Said

atau Pangeran Sambernyawa selama ikut berjuang bersama Pangeran

Mangkubumi. Ketika R.M. Said, hendak melepaskan diri dari pasukan Pangeran

Mangkubumi, orang pertama yang diberitahu adalah Pangeran Hadiwijaya.46

Pangeran Hadiwijaya tewas di tangan Kompeni di desa Kaliabu, Magelang.47

Hal

ini membuat Sunan Paku Buwana III sangat khawatir terhadap keturunan

Pangeran Hadiwijaya Seda Kaliabu, karena mungkin mereka menuntut kekuasaan

seperti yang dilakukan Pangeran Mangkubumi dan R.M. Said.48

Karena hal itu,

Sunan Pakubuwana III menikahkan anaknya, R.A. Sentul dengan R.M.T.H.

Kusumadiningrat, anak Pangeran Hadiwijaya Seda Kaliabu. Pasangan ini

memiliki 2 putra, K.P.H. Natakusuma dan K.P.H. Hadiwijaya I, keduanya

menjadi menantu K.G.P.A.A Mangkunegara II dan seorang putri, G.K.R.

Kencana, permaisuri Sunan Paku Buwana V. K.P.H. Natakusuma memiliki 4

anak, salah satunya K.G.P.A.A. Mangkunegara III dan K.P.H. Hadiwijaya I

memiliki 13 anak, salah satunya K.G.P.A.A. Mangkunegara IV dan K.P.H.

Hadiwijaya II, yang menikah dengan G.K.R. Bendara, anak Sunan Paku Buwana

45

Pakempalan Pengarang Serat ing Mangkunegaran, op.cit., hlm. 113.

46Ibid., hlm. 123.

47Ibid., hlm. 126.

48Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta, keduanya mencari keturunan

Pangeran Hadiwijaya Seda Kaliabu dengan tujuan yang sama, yaitu memperkuat

pengaruh politik mereka. Akhirnya keturunan Pangeran Hadiwijaya Seda Kaliabu

ditemukan Sunan Paku Buwana III, yaitu R.M.T.H. Kusumadingrat, tetapi dia

sudah menjadi menantu R.Ng. Yasadipura. Akhirnya R.Ng. Yasadipura

menceraikan menantunya demi kepentingan raja, lihat Darsiti Soeratman, loc.cit.

Page 19: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

32

VIII, yang kemudian memiliki anak R.A. Kustiyah atau G.K.R. Paku Buwana IX,

permaisuri Sunan Paku Buwana IX yang menurunkan Sunan Paku Buwana X.49

Perkawinan bangsawan dengan priyayi juga dilakukan di Keraton

Surakarta. Priyayi yang diambil menjadi menantu raja biasanya priyayi dengan

status yang tinggi, seperti pepatih dalem. Pepatih dalem atau patih kerajaan

adalah orang yang paling berkuasa di pemerintahan sesudah raja. Pada tahun

1743, patih kerajaan diambil sebagai pegawai Kompeni Belanda, sehingga

mengambil patih kerajaan sebagai kerabat raja sangat penting, untuk memperkuat

kedudukan raja. Para patih diambil menantu ketika masih menjabat sebagai bupati

nayaka.50

Sunan Paku Buwana III mengambil tiga patih menjadi menantu, yaitu

R.Ad. Jayaningrat (menikah dengan R.A. Kabibah), R.Ad. Mangkupraja (menikah

dengan R.A. Landeh), dan R.Ad. Cakradiningrat atau Cakranagara (menikah

dengan R.A. Subiyah).51

R.Ad Sasradiningrat III dua kali menjadi menantu raja,

pertama Sunan Paku Buwana IV menikahkannya dengan R.Ay. Cakradipura atau

Cakrakusuma dan kedua Sunan Paku Buwana VII menikahkannya dengan R.A.

Maknawiyah.52

Sunan Paku Buwana IX mengambil patihnya, K.R.A.

Sasradiningrat IV untuk dinikahkan dengan putrinya R.A. Saparinten.53

Perkawinan antara bangsawan dengan priyayi kelas bawah, hanya diperbolehkan

dengan seorang putri yang berstatus cicit raja, jika ia menginginkan menikah

49

Padmasoesastra, op.cit., hlm. 80, 130-131, 134.

50Darsiti Soeratman, op.cit., hlm. 285-286.

51Padmasoesastra, op.cit., hlm. 70,72.

52Ibid., hlm. 74-75.

53Ibid., hlm. 81.

Page 20: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

33

dengan cucu raja, ia harus membawa anaknya ke pangeran untuk mengabdi dan

mempelajari tata cara hidup bangsawan, setelah itu bila berkenan, pangeran akan

menikahkannya dengan anaknya atau cucu raja dengan ijin dari raja.54

3. Cara Berpakaian

Status bangsawan Jawa diperlihatkan melalui pakaian resmi dan

perlengkapan upacara, yang digunakan saat ada acara resmi, seperti upacara

kerajaan, acara pertemuan, dan ketika menghadap pejabat Kolonial Belanda,

seperti residen dan gubernur jenderal.terdapat 3 bagian penting dalam pakaian

bangsawan Jawa, terdapat 3 bagian penting, yaitu dhodhot atau kampuh, sikepan,

dan kuluk. Dhodhot atau kampuh adalah kain batik dengan yang panjangnya 2

sampai 3 meter lebih yang berfungsi sebagai kain penutup, bagi laki-laki dipakai

datas celana dan bagi perempuan digunakan sebagai lapsan di atas tapih ataukain

panjang atau digunakan sebagai penutup dada. Sikepan adalah baju yang dibuat

dari kain tenun hitam atau biru tua. Sejak jaman pemerintahan Deandels, sikepan

banyak dipengaruhi dengan gaya busana orang Eropa. Kuluk adalah tutup kepala

yang berbentuk kerucut dan dibuat dari kain.55

Terdapat 3 jenis dhodhot atau kampuh, kampuh blumbangan, kampuh

lugas, dan kampuh balenggen. Kampuh blumbangan atau tengahan adalah

kampuh yang bagian tengahnya diberi warna polos, merah, putih, hijau, ungu, dan

lain-lain. Kampuh lugas adalah kampuh tanpa tengahan. Kampuh balenggen

adalah kampuh yang salah satu sisinya dibiarkan terlepas, sehingga seperti jumbai.

54

Darsiti Soeratman, op.cit., hlm. 287. 55

Sartono Kartodirdjo, op.cit., hlm. 39-40.

Page 21: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

34

Kampuh blumbangan khusus dipakai oleh raja, putra mahkota, para pangeran, dan

pepatih dalem. Kampuh balenggen batik latar putih lar ageng dipakai untuk

bupati dan bupati anom. Kampuh balenggen batik rejeng latar putih dipakai untuk

jabatan di bawah bupati, seperti abdi dalem dan seterusnya. Raja, putra mahkota,

para pangeran, dan kerabat raja memakai motif batik parang rusak. Pepatih dalem

memakai motif batik udan iris. Pejabat militer memakai motif batik rejeng.

Bupati dan bupati anom memakai motif batik semen latar putih dan motif tambal

kanoman.56

Lapisan bawah kampuh menggunakan celana panjang berbahan cinde

(bunga sutra), sutra, dringin, benang emas, dan lain-lain. Celana gubeg dipakai

raja, para pangeran, pepatih dalem, bupati, dan bupati anom yang menerima gelar

Arya. Bupati anom yang tidak bergelar Arya memakai celana sorot (motif segitiga

runcing).57

Sikepan terdapat dua jenis sikepan alit dan sikepan ageng. Sikepan alit

atau cekak adalah sikepan tanpa hiasan sulaman, yang digunakan saat pertemuan

biasa. Sikepan alit yang digunakan raja berbahan beledu, sedangkan para

pangeran dan pepatih dalem berbahan laken (seprei besar). Sikepan ageng adalah

sikepan yang dihiasi sulaman emas atau perak.58

Makin lebar sulamannya, makin

tinggi kedudukannya. Warna emas lebih tinggi kedudukannya dari warna perak.

Sikepan ageng memiliki sembilan kancing dari emas, perak, atau tembaga dengan

tulisan PB, inisial dari Paku Buwana atau W, inisial dari Wilhelmina, Ratu

Belanda. Sikepan ageng yang digunakan raja dan putra mahkota berbahan beledu

56

Darsiti Soeratman, op.cit., hlm. 467-468.

57Ibid., hlm. 473.

58Sartono Kartodirdjo, op.cit., hlm. 39-40.

Page 22: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

35

hitam, ungu, biru, dan warna lainnya, dilapisi sutra hitam. Sikepan ageng yang

digunakan para pangeran berbahan laken atau beledu hitam dan warna lainnya,

dilapisi kain hitam. Sikepan ageng yang digunakan pepatih dalem, bupati, dan

bupati anom berbahan laken, dilapisi kain kesting kuning, sutra kuning. Untuk

jabatan di bawahnya, Sikepan ageng berbahan laken hitam dilapisi kesting, sutra

biru untuk jabatan panewu, ungu untuk jabatan mantri, merah untuk jabatan lurah,

dan putih untuk jabatan jajar.59

Kuluk adalah tutup kepala berbentuk kerucut terpancung yang dibuat dari

kain.60

Kuluk mathak atau warna bening mengkilat terdapat lima jenis yaitu

mathak sekar gundha, berwarna biru muda sekali dan dipakai raja; mathak sekar

weweyan, berwarna biru muda dan dipakai putra mahkota, para pangeran, dan

pepatih dalem; mathak sekar teleng, berwarna biru tua dan dipakai cucu raja;

mathak pethak, berwarna putih dan dipakai bupati ke bawah hingga lurah; dan

mathak balibar, berwarna putih atau biru, bagian dalamnya diberi bambu dan

digunakan saat hujan. Kuluk kestur terdiri dari dua warna, yaitu warna hitam

untuk raja, pangeran, dan para priyayi, dan warna putih dipakai abdi dalem jajar.

Kuluk breci adalah kuluk yang digunakan oleh pejabat militer dan prajurit. Selain

kuluk, penutup kepala lainnya adalah songkok yang berbentuk setengah bola dan

bagian belakangnya terdapat penutup yang lebih tinggi. Songkok digunakan oleh

raja, para pangeran, kerabat raja, pepatih dalem, bupati, dan bupati anom saat

59

Darsiti Soeratman, op.cit., hlm. 159, 478-479.

60Sartono Kartodirdjo, op.cit., hlm. 39.

Page 23: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

36

menerima atau melepas tamu yang berasal dari pemerintah Kolonial Belanda,

seperti gubernur jenderal.61

Aturan berbusana pangeran muda dari permaisuri, berbeda dengan yang

sudah dewasa atau diwisuda menjadi pangeran. Aturan busana untuk pangeran

muda adalah menggunakan kain batik motif ukel kadal menek, dipakai dengan

cara nyampingan atau bebed, yaitu kain batik digunakan dengan lipatan di depan

dengan bara (jumbai), menggunakan sikepan ageng dan cundhuk (semacam tusuk

konde) serat penyu pelengkung. Untuk pangeran muda dari selir, aturan

berbusananya hampir sama, hanya tanpa menggunakan bara.62

Untuk cucu raja,

menggunakan sikepan ageng, kampuhan dan menggunakan kuluk mathak sekar

teleng atau kuluk putih atau breci hitam. Untuk cicit raja mengunakan sikepan

ageng, kain batik yang dipakai nyampingan, dan menggunakan destar.63

Destar

adalah ikat kepala dari kain batik, di kemudian hari dibuat destar siap pakai yang

disebut blangkon.

4. Pendapatan Bangsawan

Para bangsawan dan pejabat pemerintahan atau priyayi tidak menerima

gaji dari raja, tetapi sebagai gantinya mereka diberi sebuah wilayah kekuasaan,

yang disebut tanah lungguh atau apanage. Dari hasil bumi tanah lungguh inilah,

para bangsawan dan priyayi mendapatkan pendapatan mereka. Tanah ini

dikerjakan para petani dibawah pengawasan pejabat bawahan seperti bekel atau

61

Darsiti Soeratman, op.cit., hlm. 474-475.

62Kalenggahipun Para Sentana Tuwin Abdi Dalem Jamanipun Ingkang

Sinuhun Paku Buwana VII (1830-1858) No B 277, Koleksi Reksa Pustaka

Mangkunegaran, hlm. 3 dan 5.

63Ibid., hlm. 6.

Page 24: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

37

kepala desa dan sebagainya. Walaupun para bangsawan dan priyayi berkuasa atas

tanah lungguh miliknya, namun pada dasarnya tanah tersebut milik raja, sehingga

sebagian hasil bumi tanah lungguh sebagian disetorkan ke keraton sebagai pajak.

Selain itu para petani dan pejabat bawahan yang mengawasi juga menerima

bagian dari hasil bumi tanah lungguh.64

Para petani yang mengerjakan mendapat

40%, para bekel atau kepala desa mendapat 20%, para demang dan ngabehi

mendapat 8%, bangsawan atau priyayi pemilik tanah lungguh mendapat 8%,

sisanya disetorkan ke kas keraton sebanyak 24%.65

Tanah lungguh para bangsawan terletak di wilayah Negaragung dan tanah

lungguh para bupati terletak di wilayah Mancanagara, yang dibagi menjadi

Mancanagara Kulon dan Mancanagara Wetan. Setiap tahun wilayah

Mancanagara harus mengirim pajak ke Keraton, sehingga juga disebut Siti Dalem

Pamaosan. Wilayah Negaragung terdiri dari daerah Bumi (Kedu sebelah barat

Sungai Progo) seluas 6000 karya, daerah Bumija (Kedu sebelah timur Sungai

Progo) seluas 6000 karya, daerah Siti Ageng Kiwa (sebelah kiri jalan besar

Pajang – Demak) seluas 10.000 karya, daerah Siti Ageng Tengen (sebelah kanan

jalan besar Pajang – Demak) seluas 10.000 karya, daerah Sewu (Bagelen, antara

Sungai Bagawanta hingga Sungai Donan, Cilacap) seluas 6000 karya, daerah

Numbak Anyar (daerah antara Sungai Bagawanta dengan Sungai Progo) seluas

64

Dwi Ratna Nurhajarini,et.al., op.cit., hlm. 43.

65F.A. Sutjipto, “Struktur Birokrasi Mataram” Bacaan Sejarah Seri

Sejarah Indonesia, nomor 1, Mei 1978, hlm. 8.

Page 25: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

38

6000 karya, daerah Panumping (Sokawati) seluas 10.000 karya, daerah Panekar

(Pajang) seluas 10.000 karya.66

Pembagian tanah lungguh bagi bangsawan tergantung oleh kedudukannya

dan kedekatan ikatan darah dengan sang raja. Ratu Eyang (nenek dari raja)

mendapat 1000 karya, Ratu Ibu atau Ibu Suri mendapat 1000 karya, Permaisuri

mendapat 1000 karya, Pangeran adipati anom mendapat 8000 karya, dan

pangeran putra lainnya mendapatkan tanah lungguh sesuai dengan

kedudukannya.67

Setelah Perang Diponegoro tahun 1830, wilayah Mancanagara

dan Bagelen lepas dan menjadi miliki pemerintah Kolonial Belanda.68

Wilayah

Surakarta tinggal Mataram (sekitar Kotagede), Pajang, Sokawati (sekitar Sragen),

Gunung Kidul (sekitar Imogiri), dan Sela. Dengan berkurangnya wilayah

kekuasaan, maka pajak pemasukan keraton pun berkurang. Banyak tanah lungguh

yang disewakan kepada pengusaha Eropa dengan jangka waktu 15 tahun, tahun

1857 diperpanjang menjadi 20 tahun, dan tahun 1894 diperpanjang menjadi 30

tahun.69

Setelah tanah lungguh para bangsawan disewakan pada para pengusaha

Eropa, pendapatan para pangeran tidak hanya berupa hasil bumi tetapi juga dalam

bentuk uang.

Pada masa Sunan Paku Buwana VII, peraturan pembagian tanah lungguh

berubah. Pangeran adipati anom yang semula mendapat bagian 8000 karya,

66

Dwi Ratna Nurhajarini,et.al., op.cit., hlm. 113-114.

67Ibid., hlm. 41.

68Setelah Mancanagara lepas, Sunan Surakarta mendapat ganti rugi

wilayah Mancanagara sebesar 334.282 Gulden, lihat: Darsiti Soeratman, op.cit,

hlm. 37.

69 Ibid., hlm. 35, 38, 40, 44, 50.

Page 26: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

39

sekarang berkurang menjadi 5000 karya. Pangeran Hangabehi mendapatkan 400

karya dan pangeran putra lainnya mendapatkan bagian antara 250 karya dan 300

karya. Cucu raja yang bergelar pangeran mendapatkan 200 karya, sedang yang

bergelar Raden Mas Riya mendapat 10 sampai 30 karya. Untuk putri raja

mendapat bagian seluas 100 karya. Selain itu pendapatan pangeran juga berasal

dari tunjangan yang diberikan raja sebesar 200 Gulden sampai 300 Gulden. Untuk

putri raja mendapat tunjangan sebesar 100 Gulden.70

Pada tahun 1908, Sunan Paku Buwana X mengusulkan penghapusan tanah

lungguh di Kasunanan Surakarta. Alasan tanah lungguh dihapus adalah adanya

keluhan dari penduduk desa yang daerahnya disewa pengusaha Eropa dan

keadaan yang tidak aman. Dengan menghapus tanah lungguh, sunan menjadi

penguasa seluruh tanah, sehingga pengusaha Eropa hanya dapat menyewa

tanahnya, tanpa penduduknya dan keamanan terjamin karena dikuasai langsung

oleh sunan. Setelah dirundingkan dengan pihak Kolonial Belanda, mereka

menuntut tidak hanya tanah lungguh saja yang dihapus, tetapi juga tanah

pangrembe atau tanah milik raja yang digunakan untuk memberi hasil bumi

tertentu.71

Akhirnya sunan menyetujui keputusan tersebut dan reorganisasi tanah

lungguh yang tidak disewakan dilakukan selama 5 tahun, dari tahun 1912 hingga

1917.

Tahun 1918, tanah lungguh di Kasunanan Surakarta sudah dihapuskan.

Reorganisasi tanah lungguh yang disewakan dilakukan tahun 1920 hingga 1926,

70

Ibid., hlm. 290 – 291.

71Ibid., hlm. 58 – 60.

Page 27: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

40

dan kemudian dikeluarkan peraturan baru mengenai sewa menyewa tanah, yang

mengatakan penduduk di wilayah perkebunan wajib kerja selama 5 tahun dan

jangka waktu sewa diperpanjang 50 tahun. Ganti rugi yang diterima para

bangsawan setelah penghapusan tanah lungguh berasal dari pendapatan bekas

tanah lungguh yang diterima tiap bulan dalam bentuk uang.72

Reorganisasi tanah

lungguh menyebabkan bangsawan kehilangan sebagian besar pendapatannya.

Banyak pangeran putra yang bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau abdi

dalem untuk menambah pendapatan, contohnya K.P.H. Kusumayuda sebagai

Kepala Paprentahan Keraton, K.P.H. Hadiwijaya sebagai Ketua Bale Agung,

K.P.H. Purbanagara sebagai komandan prajurit keraton atau pangeran kolonel,

K.P.H. Suryahamijaya sebagai ajudan Sunan, dan K.P.H. Kusumabrata sebagai

pengurus sekolah-sekolah di lingkungan keraton.73

Pada masa Sunan Paku

Buwana X, tunjangan pangeran dinaikkan menjadi 900 Gulden.74

C. Dalem Kepangeranan

Dalem Kepangeranan adalah suatu kompleks rumah yang luas yang dihuni

oleh pangeran dan keluarganya yang terdiri dari bangunan utama, taman, dan

dikelilingi ruang-ruang kecil yang bersifat pribadi. Yang menghuni Dalem

Kepangeranan adalah pangeran dari raja yang berkuasa, anak dari pangeran, atau

pangeran yang berstatus menantu raja. Dalem Kepangeranan banyak yang

72

Ibid., hlm. 60 - 61

73Ibid., hlm. 377-378

74Ibid., hlm. 319

Page 28: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

41

mengalami perubahan bentuk bangunan atau dibangun ulang pada masa

pemerintahan Sunan Paku Buwana IX dan Sunan Paku Buwana X.75

Dalem Kepangeranan dibangun dengan arsitektur tradisional Jawa. Rumah

tradisional Jawa biasanya berbentuk persegi panjang, rumah berbentuk oval atau

bulat tidak ditemukan dalam arsitektur tradisional Jawa. Terdapat lima macam

rumah tradisional Jawa, yaitu panggangpe, kampung, limasan, joglo, dan tajug.

Rumah panggangpe terdiri dari empat atau enam saka (tiang penyangga), atap

hanya satu sisi saja, biasanya digunakan sebagai tempat berlindung dari hujan,

angin, dan matahari, seperti gardu. Rumah kampung terdiri dari empat, enam, atau

delapan saka, beratap dua belah sisinya, dan memiliki bubungan. Rumah tajug

digunakan sebagai tempat ibadah atau pemujaan, yang atapnya berbentuk lancip

atau meruncing. Rumah limasan berasal dari kata “lima lasan”, yaitu perhitungan

sederhana penggunaan ukuran molo (balok penyangga atap) tiga meter dan

blandar (balok tepi atas) lima meter, tetapi bila molo 10 meter, blandar 15 meter.

Rumah joglo adalah bentuk paling sempurna dari rumah Jawa, yang

menggunakan kayu lebih banyak dan luas bangunan lebih besar.76

Dalem

Kepangeranan sebagian besar dibangun dengan konsep rumah joglo.

Dalem Kepangeranan terdiri dari tiga bagian, pendapa, pringgitan dan

dalem. Pendapa berfungsi sebagai ruan pertemuan, tempat untuk menerima tamu.

Pringgitan adalah ruangan pembatas antara pendapa dan dalem, yang biasa

digunakan untuk pertunjukan wayang (ringgit). Dalem berfungsi sebagai ruang

75

Marleen Heins (ed.), op.cit., hlm. 236-239

76H.J. Wibowo, et.al., Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta,

(Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), hlm. 25, 26, 31, 39, 51.

Page 29: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

42

keluarga. Di dalam dalem terdapat tiga kamar atau senthong, yaitu senthong kiwa,

sentong tengah, dan senthong tengen.77

Senthong tengah atau petanen sebagai

tempat penghormatan untuk Dewi Sri, dewi kesuburan. Senthong kiwa dan

senthong tengen berfungsi sebagai kamar pengantin baru. Komplek Dalem

Kepangeranan dibatasi pagar tembok. Regol atau pintu gerbang biasanya

berbentuk megah dengan dua daun pintu yang besar, yang dinamakan Kupu

Tarung. Pendapa berbentuk persegi atau segi panjang, beratap joglo, dan sisinya

disambung emper. Bagian depannya biasanya diberi kuncungan, yang berfungsi

sebagai tempat kendaraan berhenti sehingga tamu dapat masuk ke pendapa.

Lantai pendapa lebih tinggi dari lantai emper di sekelilingnya. Lantai yang lebih

tinggi digunakan sebagai tempat duduk para pembesar, sedangkan lantai emper

untuk duduk para abdi dalem. Dalem ageng berfungsi sebagai ruang keluarga

bangsawan, yang di dalamnya terdapat tiga senthong. Senthong tengah atau

petanen, selain digunakan untuk pemujaan Dewi Sri, juga sebagai tempat

menyimpan benda-benda pusaka.78

Di belakang senthong terdapat serambi belakang yang menghadap ke

taman. Serambi belakang biasanya digunakan untuk membatik putri-putri

pangeran. Di sebelah dalem ageng terdapat sebagai gandhok yang berbentuk

memanjang di kiri kanan dalem ageng, yang berisi kamar-kamar yang dihuni

anggota keluarga. Di belakang dalem ageng di bangun taman yang teratur baik.

Disekeliling taman terdapat kamar-kamar yang dihuni magersari, yaitu orang-

77

Ibid., hlm. 61. 78

Sartono Kartodirdjo, op.cit., hlm. 29-31.

Page 30: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

43

orang yang biasanya mengabdi pada keluarga bangsawan yang jumlahnya

mencapai puluhan orang.79

Di taman belakang biasanya terdapat sumur, yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan air. Selain tanaman hias, taman belakang

juga diberi tanaman seperti sayur-sayuran dan pohon buah-buahan yang dapat

memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari.80

Dalem Kepangeranan terletak di luar dan dalam beteng keraton atau

Baluwarti. Dalem Kepangeranan yang berada di dalam tembok Baluwarti

sebagian besar dimiliki oleh pangeran sengkan atau pangeran menantu dan

pejabat pemerintahan, tetapi beberapa juga dimiliki oleh pangeran putra.

Sebagian besar pangeran putra tinggal di luar tembok Baluwarti.81

Dalam tradisi,

pangeran yang diwajibkan tinggal di dalam tembok Baluwarti adalah pangeran

adipati anom dan Pangeran Hangabehi. Pangeran adipati anom sebagai pewaris

tahta berkedudukan di Kadipaten, yang terletak di sebelah timur Kedhaton. Hal

ini menunjukkan bahwa pangeran adipati anom atau putra mahkota adalah orang

kedua yang berkuasa di keraton setelah raja.82

Pangeran Hangabehi bertempat

tinggal di Dalem Ngabean. Sebagai putra tertua raja yang lahir dari selir, dia harus

tinggal di dalam tembok Baluwarti. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Pangeran

Hangabehi adalah calon pengganti raja, apabila raja tidak memiliki putra dari

permaisuri.83

Dalem Ngabean awalnya terletak di utara cepuri keraton, pada masa

79

Ibid., hlm. 31-32.

80Marleen Heins (ed.), op.cit., hlm. 239.

81Darsiti Soeratman, op.cit., hlm. 93.

82Ibid., hlm. 93.

83Ibid., hlm. 108.

Page 31: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

44

Sunan Paku Buwana XI Dalem Ngabean pindah di selatan cepuri keraton,

sedangkan Dalem Ngabean lama dijadikan Sasana Pahargyan. Pada masa Sunan

Paku Buwana XII namanya diubah menjadi Dalem Sasana Mulya.

Dalem Kepangeranan yang berada di dalam tembok Baluwarti antara lain

Dalem Mangkubumen, Dalem Suryahamijayan, Dalem Sasana Mulya, Dalem

Mlayakusuman, Dalem Suryaningratan, Dalem Natanegaran, Dalem

Cakranegaran atau Cakradiningratan, Dalem Ngabean, dan Dalem

Brotodingratan.84

Dalem Kepangeranan di dalam Baluwarti yang dimiliki oleh

pangeran putra adalah Dalem Mangkubumen dihuni oleh K.G.P.Ad. Harya

Mangkubumi, putra Sunan Paku Buwana XI, Dalem Suryahamijayan dihuni oleh

K.P.H. Suryahamijaya, putra Sunan Paku Buwana X, Dalem Mlayakusuman

dihuni oleh K.P.H. Mlayakusuma, putra Sunan Paku Buwana IX, Dalem Sasana

Mulya, dihuni pangeran putra yang bergelar Hangabehi sampai masa Sunan Paku

Buwana X, Dalem Ngabean, dihuni pangeran putra yang bergelar Hangabehi

sejak masa Sunan Paku Buwana XI. Dalem Kepangeranan lainnya di dalam

tembok Baluwarti dimiliki oleh pangeran sengkan atau pangeran menantu.

Beberapa dalem di dalam tembok beteng Baluwarti dimiliki oleh pejabat

bupati. Dalem Kepangeranan di Baluwarti yang dimiliki pejabat bupati antara lain

Dalem Purwadiningratan milik Bupati Nayaka Purwadiningrat, Dalem

Mangkuyudan milik bupati arsitek Mangkuyuda, Dalem Wiryadiningratan milik

Bupati Wiryadiningrat, dan Dalem Widhaningratan milik Bupati Hurdenas

Widhaningrat. Dalem Wiryadiningratan pada masa Sunan Paku Buwana X,

84

Marleen Heins (ed.), op.cit, hlm. 240.

Page 32: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

45

diberikan kepada Bupati Jayadiningrat, sehingga berubah nama menjadi Dalem

Jayadiningratan.85

Keluarga Bupati Hurdenas Widhaningrat semula memiliki tiga

buah dalem di dalam tembok beteng Baluwarti, sehingga kawasan sekitarnya

disebut kampung Hurdenasan. Dari tiga dalem tersebut, sebuah didiami oleh

Bupati Hurdenas Widhaningrat dan dua dalem lainnya didiami putra dan

menantunya. Salah satu putranya, K.R.M.T. Bratadiningrat menikah dengan

G.R.Aj. Kusdinah, putri Sunan Paku Buwana X dengan selir R.Ay. Pandamrukmi

II, kemudian dalem tersebut bernama Dalem Bratadiningratan. Pada masa Sunan

Paku Buwana XI, Dalem Widhaningratan diambil alih dan diberikan kepada

K.G.P.Ad. Mangkubumi, putra Sunan Paku Buwana XI, yang kemudian disebut

Dalem Mangkubumen.86

Dalem Kepangeranan yang terletak di luar tembok Baluwarti biasanya

dimiliki oleh pangeran putra dan dibeli dengan harta pangeran sendiri. Dalem

Kepangeranan di luar Baluwarti antara lain Dalem Sumabratan atau

Kusumabratan, Dalem Jayasuman atau Jayakusuman, Dalem Hadiwijayan, Dalem

Suryabratan, Dalem Wuryaningratan, dan Dalem Kusumayudan.87

Sebagian besar

Dalem Kepangeranan yang disebutkan terletak di Kampung Gajahan atau sekitar

Alun-Alun Kidul. Dalem Kepangeranan yang disebutjan di atas, semua dimiliki

85

Setelah rumah bupati Wiryadiningrat diserahkan kepada Bupati

Jayadiningrat, bupati Wiryadiningrat mendapatkan ganti rugi bekas Dalem

Natapuran di Kampung Gading dari Sunan Paku Buwana X, lihat: Darsiti

Soeratman, op.cit., hlm. 109.

86Ibid.

87Marleen Heins (ed.), op.cit., hlm. 240, 243.

Page 33: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

46

oleh putra Sunan Paku Buwana X, kecuali Dalem Wuryaningratan, yang dihuni

K.R.M.T.H. Wuryaningrat, menantu Sunan Paku Buwana X.

D. Status Kepemilikan Dalem Kepangeranan

Status kepemilikan Dalem Kepangeranan tidak terlepas dari peraturan

keraton terhadap kepemilikan tanah. Dalam Rijksblad Surakarta tahun 1938 no. 9

dan 10, hak guna dan kepemilikan tanah dibagi menjadi lima kelompok.

Wewenang anggaduh yaitu tanah yang diberikan kepada rakyat swapraja.

Wewenang anggaduh run temurun yaitu kepemilikan tanah yang diberikan kepada

rakyat swapraja secara turun temurun atau diwariskan. Tanah lungguh yaitu

kepemilikan tanah yang diberikan sebagai gaji kepada lurah dan dan perangkat

desa dibawahnya. Tanah pituwas yaitu kepemilikan tanah yang diberikan kepada

perangkat desa yang sudah pensiun, bila orang tersebut sudah meninggal, maka

tanah akan menjadi milik kas desa. Tanah kas desa, yaitu seluruh tanah sawah,

tegalan, dan pekarangan yang tidak termasuk tanah lungguh dan tanah pituwas,

yang berfungsi untuk penghasilan desa.88

89

Menurut G.P.H. Dipakusuma, kepemilikan tanah di Keraton Surakarta

dibagi menjadi lima kelompok yaitu tanah nagara, tanah pamijen, Sunan Grond,

tanah leluhur, dan tanah keraton yang disewakan. Tanah nagara atau Domein

Recht Karaton Surakarta adalah tanah yang menjadi milik pemerintah Keraton

Kasunanan Surakarta yang tersebar di wilayah kekuasaan Keraton Surakarta.

Tanah nagara biasanya digunakan untuk kepentingan rakyat seperti hutan, pasar,

88

Rijksblad Surakarta no. 9 tahun 1938.

89 Rijksblad Surakarta no. 10 tahun 1938.

Page 34: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

47

kuburan, tempat jagal, dan lain-lain Tanah pamijen atau Domein Karaton

Surakarta adalah tanah yang menjadi milik pihak Keraton Kasunanan Surakarta.

Tanah pamijen yang berada di dalam kuthanagara (kota) antara lain Alun-Alun

Lor, Masjid Agung, Siti Hinggil, Baluwarti, dan Alun-Alun Kidul. Tanah pamijen

yang berada di luar kuthanagara (kota) adalah kompleks pesanggrahan. Sunan

Grond adalah tanah yang dimiliki secara pribadi oleh Sunan yang berkuasa dan

keluarganya. Tanah leluhur adalah tanah yang dimiliki oleh Sunan yang berkuasa

sebelumnya, seperti petilasan, dan makam-makam. Tanah dan bangunan milik

Keraton Kasunanan Surakarta yang disewakan atau Recht van Gebruik (hak

pakai) dan Recht van Eigendom (hak milik), contohnya tanah yang disewakan

kepada pengusaha Belanda untuk lahan perkebunan.90

Dalem Kepangeranan yang berada di dalam tembok Baluwarti berdiri di

atas Tanah Pamijen, tanah milik pihak Keraton Kasunanan Surakarta, sehingga

Sunan yang berkuasa berhak memberikan dan juga mengambil kembali Dalem

Kepangeranan di dalam tembok Baluwarti.91

Pada masa Sunan Paku Buwana X,

beliau memberikan Dalem Kepangeranan yang kosong kepada putra-putranya.

Dalem Kepangeranan yang dahulu didiami K.G.P.A. Purbaya, putra Sunan Paku

Buwana IV diberikan kepada G.P.H. Suryahamijaya, putra Sunan Paku Buwana

X. Selain itu juga Dalem Ngabean yang dahulu didiami K.G.P.Ad. Hangabehi,

putra Sunan Paku Buwana IV diberikan kepada K.G.P.H. Hangabehi, putra Sunan

Paku Buwana X.

90

Wawancara dengan G.P.H. Dipakusuma, pada 25 Juni 2016.

91 Darsiti Soeratman, op.cit., hlm. 109.

Page 35: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

48

Selain memberikan Dalem Kepangeranan, Sunan Paku Buwana X juga

memgambil alih Dalem Kepangeranan. Sunan Paku Buwana X mengambil alih

Dalem Wiryadiningratan milik Bupati Wiryadiningrat dan memberikannya

kepada Bupati Jayaningrat, suami R.A. Kusiyah, putri Sunan Paku Buwana X

dengan R.Ay. Susilarukmi 92

Bupati Wiryadiningrat diberi ganti rugi bekas Dalem

Natapuran di selatan Kampung Gading. Pada masa Sunan Paku Buwana XI,

Dalem Widhaningratan diambil alih dengan ganti rugi dan diberikan kepada

K.G.P.Ad. Mangkubumi, putra Sunan Paku Buwana XI dengan G.K.R.

Kencana.93

Sejak saat itu Dalem Widhaningratan menjadi Dalem

Mangkubumen.94

Pada masa Sunan Paku Buwana XII, juga terjadi pengambilalihan Dalem

Kepangeranan yaitu pengambilalihan Dalem Bratadiningratan dan Dalem

Cakradiningratan. Dalem Bratadiningratan, yang didiami G.R.Aj. Kusdinah atau

G.R.Ay. Bratadiningrat, putri Sunan Paku Buwana X dengan R.Ay. Pandamrukmi

II, diambil alih oleh pihak Keraton Kasunanan Surakarta dengan diberi ganti rugi.

Dalem Bratadiningratan kemudian diberikan kepada G.R.Aj. Koes Kristiyah atau

G.R.Ay. Purwahamijaya, putri Sunan Paku Buwana XII dengan R.Ay.

Pujaningrum. Saat ini Dalem Bratadiningratan beralih nama menjadi Dalem

Purwahamijayan. 95

96

Dalem Cakradiningratan, awalnya didiami G.R.Aj.

92

Padmasoesastra,op.cit., hlm. 91.

93 K.P.H. S. Puspaningrat, Putra Putri Dalem Karaton Surakarta

(Sukoharjo: CV. Cendrawasih, 2006), hlm. 54.

94 Darsiti Soeratman, loc.cit.

95 K.P.H. S. Puspaningrat, op.cit., hlm. 50,57.

Page 36: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

49

Kusindinah atau G.R.Ay. Cakradiningrat, putri Sunan Paku Buwana X dengan

R.Ay. Renggarukmi dan suaminya B.P.H. Cakradiningrat.97

B.P.H.

Cakradiningrat tewas dalam Gerakan Anti Swapraja di Solo pada tahun 1946,

sehingga Dalem Cakradiningratan dibiarkan kosong, hingga diambil alih oleh

Keraton Kasunanan Surakarta. Dalem Cakradiningratan kemudian diberikan

kepada G.R.Aj. Koes Indriyah atau G.R.Ay. Cahya Mataram, putri Sunan Paku

Buwana XII dan R.Ay. Pradapaningrum. Dalem Cakradiningratan diubah

namanya menjadi Dalem Kekayon.98

Di dalam tembok Baluwarti, hak penggunaan tanah dibagi menjadi lima

kelompok, yaitu tanah paringan dalem, tanah palilah anggadhuh, tanah palilah

anggadhuh run temurun, tanah palilah magersari, dan tanah tenggan. Tanah

paringan dalem, adalah tanah yang diberikan Sunan kepada para pangeran yang

sudah dewasa. Tanah dapat diambil alih oleh Sunan, apabila pangeran sudah

meninggal atau pangeran sudah tidak membutuhkan lagi. Tanah palilah

anggadhuh, adalah tanah yang diberikan keraton kepada sentana dalem dan abdi

dalem keraton yang tidak dapat diwariskan. Tanah palilah anggadhuh run

temurun, adalah tanah yang diberikan keraton kepada sentana dalem dan abdi

dalem keraton yang dapat diwariskan kepada keturunannya. Tanah palilah

magersari, adalah tanah yang diberikan kepada abdi dalem keraton atau abdi

dalem pangeran yang berada dalam pekarangan yang sama. Tanah tenggan,

96

Darsiti Soeratman, loc.cit.

97 Padmasoesastra, op.cit. hlm. 92.

98 K.P.H. S. Puspaningrat, op.cit. hlm. 58.

Page 37: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

50

adalah tanah yang diberikan kepada seseorang untuk menjaga tanah tersebut,

namun tidak dapat memilikinya.99

Sebagian besar dari Dalem Kepangeranan di dalam tembok Baluwarti

berstatus tanah paringan dalem. Hak untuk menghuni Dalem Kepangeranan yang

berada di dalam tembok Baluwarti adalah pemberian Sunan yang berkuasa. Dua

Dalem Kepangeranan yang tidak berstatus tanah paringan dalem adalah Dalem

Purwadiningratan dan Dalem Mlayakusuman. Bukti bahwa Dalem

Purwadiningratan dan Dalem Mlayakusuman tidak berstatus tanah paringan

dalem adalah bahwa dalem tersebut sudah diwariskan turun temurun sejak lama.

Dalem Purwadiningratan pertama kali didiami oleh R.Ay. Sekar Kedhaton atau

G.K.R. Pembayun, putri Sunan Paku Buwana IV dengan permaisuri G.K.R.

Kencana II, dengan suaminya K.G.P.H. Mangkubumi II.100

Dalam

perkembangannya, dalem tersebut diwariskan kepada keturunannya hingga saat

ini.101

Dalem Mlayakusuman didiami oleh K.P.H. Mlayakusuma, putra Sunan

Paku Buwana IX dengan selir R.Ay. Pujakusuma.102

Sesudah K.P.H.

Mlayakusuma meninggal, Dalem Mlayakusuman diwariskan kepada putranya,

K.P.H. Mlayaluhur. Saat ini Dalem Mlayakusuman dihuni oleh cucu-cucu K.P.H.

Mlayakusuma.103

99

Wawancara dengan G.P.H. Dipakusuma, pada 25 Juni 2016.

100 Padmasoesastra, op.cit. hlm. 92.

101 Wawancara dengan K.R.Ay. Natakusuma, pada 1 Juni 2016.

102 Padmasoesastra, op.cit. hlm. 86.

103 Darsiti Soeratman, loc.cit.

Page 38: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

51

Kepemilikan Dalem Purwadiningratan dan Dalem Mlayakusuman yang

diwariskan kepada keturunannya menunjukkan bahwa tanah tersebut berstatus

tanah palilah anggadhuh run temurun. Kedua Dalem Kepangeranan tersebut

dapat memiliki status tanah tersebut karena kedua Dalem Kepangeranan tersebut

merupakan petilasan yang cukup penting dalam perkembangan Keraton

Kasunanan Surakarta. Dalem Purwadiningratan, yang dibangun pada masa Sunan

Paku Buwana IV, sebelum diberikan kepada putrinya R.Ay. Sekar Kedhaton atau

G.K.R. Pembayun, awalnya berfungsi sebagai pusat pemerintahan sementara,

karena keraton baru setengah jadi.104

Dalem Mlayakusuman terletak satu

kompleks dengan kompleks makam Kyai Gedhe Sala, penguasa Desa Sala yang

memberikan ijin pendirian Keraton Kasunanan Surakarta di Desa Sala.105

Dalem Kepangeranan yang berada di luar tembok Baluwarti sebagian

besar dengan harta kekayaan pribadi pangeran sendiri.106

Pada masa Sunan Paku

Buwana X banyak pangeran yang memilih untuk tinggal di luar tembok

Baluwarti. 107

Walaupun didirikan dengan dana dari harta kekayaan pribadi,

namun tidak berarti dalem tersebut mempunyai status wewenang anggaduh run

temurun atau dapat diwariskan kepada keturunan. Dalem Kepangeranan juga

sewaktu-waktu dapat diambil alih oleh pihak penguasa. Biasanya diambil alih bila

pangeran yang menghuni sudah tidak membutuhkan atau sudah meninggal.

Contoh pengambilalihan Dalem Kepangeranan di luar tembok Baluwarti adalah

104

Wawancara dengan K.R.Ay. Natakusuma, pada 1 Juni 2016.

105 R.M. Sajid, op.cit., hlm. 2.

106 Wawancara dengan K.P.H. Brotoadiningrat, pada 30 Agustus 2016.

107 Darsiti Soeratman, loc.cit.

Page 39: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

52

pengambilalihan Dalem Jayakusuman. Dalem Jayakusuman dibangun pada tahun

1849. Terdapat tiga orang pangeran yang menghuni Dalem Jayakusuman, yaitu

G.P.H. Surya Brata (putra Sunan Paku Buwana X), G.P.H. Jayaningrat (menantu

Sunan Paku Buwana IX), dan K.G.P.H. Mr. Jayakusuma (putra Sunan Paku

Buwana X). Sebelum diambil alih G.P.H. Jayaningrat, G.P.H. Surya Brata diberi

ganti rugi berupa rumah baru bernama Dalem Suryabratan yang terletak di barat

daya Alun-Alun Kidul.108

109

Sepeninggal G.P.H Jayaningrat, dalem diberikan

kepada K.G.P.H. Mr. Jayakusuma.

Beberapa Dalem Kepangeranan di luar tembok Baluwarti juga merupakan

pemberian dari penguasa, contohnya adalah Dalem Kusumayudan. Dalem

Kusumayudan adalah Dalem Kepangeranan pemberian Sunan Paku Buwana X,

kepada putranya K.G.P.H. Kusumayuda. Dalem Kepangeranan ini awalnya milik

keluarga Kadipaten Mangkunegaran dan dibangun pada masa K.G.P.A.A.

Mangkunegara IV. Dalem Kepangeranan ini kemudian dibeli oleh Sunan Paku

Buwana X dan pada tahun 1909 dipugar oleh K.P.H. Hadiwijaya, putra

K.G.P.A.A. Mangkunegara IV, yang juga kakak dari G.K.R. Paku Buwana,

permaisuri Sunan Paku Buwana X.110

Sunan Paku Buwana X memberikan Dalem

108

Marleen Heins (ed.), op.cit., hlm 240.

109 Dalem Suryabratan dibeli oleh PT Patra Jasa Pertamina dan sudah

dirobohkan. Menurut G.P.H Dipakusuma, kayu-kayu dari Dalem Suryabratan

dibangun ulang menjadi sebuah hotel di Panasan, dekat Bandara Internasional

Adisoemarmo.

110 Padmasoesastra, op.cit. hlm. 135-136.

Page 40: BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0512023_bab2.pdf · 14 BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA DALEM KEPANGERANAN DI SURAKARTA Keraton Kasunanan

53

Kepangeranan ini kepada K.G.P.H. Kusumayuda dan dinamai Dalem

Kusumayudan.111

111

http://www.suaramerdeka.com/harian/0306/18/slo6.htm, diakses pada

21 Juni 2016, pukul 22:38.