bab ii landasan teori a. tinjauan pustaka 1. perspektif...

35
10 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan Manusia adalah makhluk hidup yang selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu baik secara fisik, gerak, pikir, emosi dan sosial. Komponen-kompenen tersebut tumbuh dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan fungsi-fungsi organ yang ada dalam tubuh, yang mendukung pelaksanaan aktivitas dalam hidupnya. Perubahan yang terjadi sepanjang hidup mula-mula bersifat meningkat, tetapi setelah mencapai puncak peningkatan dalam beberapa lama kemudian akan mengalami penurunan. Dalam studi perkembangan dijelaskan beberapa istilah urutannya adalah sebagai berikut: a. Pertumbuhan, adalah proses peningkatan yang ada pada diri seseorang yang bersifat kuantitatif, atau peningkatan dalam hal ukuran, misalnya pertumbuhan fisik mulai dari tinggi badan, berat badan, dan lingkar tubuh b. Perkembangan, adalah proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisasi dan terspesialisasi yaitu organ-organ tubuh makin bisa dikendalikan sesuai dengan kemauan dan semakin bisa berfungsi sesuai dengan fungsinya masing-masing c. Kematangan, adalah kemajuan yang bersifat kualitatif dalam perkembangan biologis berkenaan dengan kemajuan seluler, organ, dan sistem dalam komposisi biokimia ke arah matang d. Penuaan, adalah proses penurunan kualitas organik karena bertambahnya usia, di mana perubahan yang terjadi setelah mencapai puncak kematangan atau puncak perkembangan

Upload: vubao

Post on 01-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Perspektif Perkembangan

Manusia adalah makhluk hidup yang selalu mengalami perubahan dari

waktu ke waktu baik secara fisik, gerak, pikir, emosi dan sosial.

Komponen-kompenen tersebut tumbuh dan berkembang sejalan dengan

pertumbuhan dan perkembangan fungsi-fungsi organ yang ada dalam

tubuh, yang mendukung pelaksanaan aktivitas dalam hidupnya.

Perubahan yang terjadi sepanjang hidup mula-mula bersifat meningkat,

tetapi setelah mencapai puncak peningkatan dalam beberapa lama

kemudian akan mengalami penurunan. Dalam studi perkembangan

dijelaskan beberapa istilah urutannya adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan, adalah proses peningkatan yang ada pada diri seseorang

yang bersifat kuantitatif, atau peningkatan dalam hal ukuran, misalnya

pertumbuhan fisik mulai dari tinggi badan, berat badan, dan lingkar

tubuh

b. Perkembangan, adalah proses perubahan kapasitas fungsional atau

kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin

terorganisasi dan terspesialisasi yaitu organ-organ tubuh makin bisa

dikendalikan sesuai dengan kemauan dan semakin bisa berfungsi

sesuai dengan fungsinya masing-masing

c. Kematangan, adalah kemajuan yang bersifat kualitatif dalam

perkembangan biologis berkenaan dengan kemajuan seluler, organ,

dan sistem dalam komposisi biokimia ke arah matang

d. Penuaan, adalah proses penurunan kualitas organik karena

bertambahnya usia, di mana perubahan yang terjadi setelah mencapai

puncak kematangan atau puncak perkembangan

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

11

Perubahan-perubahan tersebut didasarkan pada usia dan merupakan

fase-fase dalam perkembangan. Menurut Gallahue dan Ozmun (1988: 13)

klasifikasi perkembangan usia adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Kronologis Usia (Gallahue dan Ozmun, 1988: 13)

No Periode Perkiraan usia rata-rata

1 Pranatal

Zygote

Embrio

Fetal (Janin)

Pembuahan hingga lahir ke

dunia

Pembuahan-1 minggu

2 minggu-8 minggu

8 minggu-lahir

2 Bayi

Neonatal

Bayi awal

Bayi akhir

Lahir hingga usia 24 bulan

Lahir-1 bulan

1 bulan-12 bulan

12 bulan-24 bulan

3 Kanak-kanak

Anak baru belajar berjalan

Masa kanak-kanak awal

Masa kanak-kanak akhir

2 tahun hingga 10 tahun

24 bulan-36 bulan

3 tahun-5 tahun

6 tahun-10 tahun

4 Remaja

Remaja awal

Remaja akhir

10 tahun hingga 20 tahun

10 tahun-12 tahun (wanita)

11 tahun-13 tahun (pria)

12 tahun-20 tahun (wanita)

14 tahun-20 tahun (pria)

5 Dewasa muda

Baru memasuki masa

dewasa

Masa kematangan

20 tahun hingga 40 tahun

20 tahun-30 tahun

30 tahun-40 tahun

6 Dewasa madya

Masa transisi dalam hidup

Setengah baya

40 tahun hingga 60 tahun

40 tahun-45 tahun

45 tahun-60 tahun

7 Dewasa tua

Awal memasuki dewasa tua

Dewasa tua menengah

Dewasa tahap akhir

60 tahun ke atas

60 tahun-70 tahun

70 tahun-80 tahun

80 tahun ke atas

2. Manusia Dewasa

a. Pengertian Dewasa

Masa dewasa merupakan periode di mana tidak terjadi lagi

perubahan karena faktor pertumbuhan setelah masa adolesensi yang

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

12

mengalami pertumbuhan cepat. Bertambahnya umur seseorang pada

usia dewasa diikuti perusakan jaringan-jaringan tubuh yang

menyebabkan turunnya kemampuan otot dan fungsi organ yang lain.

Penurunan kemampuan melakukan aktivitas dan kemampuan kerja

menjadi menurun disebabkan oleh penyusutan jaringan tubuh secara

bertahap. Penurunan fungsi fisiologis, neurologis, dan kemampuan

fisik terjadi sesudah umur antara 30 sampai 40 tahun dengan irama

yang berbeda untuk setiap orang (Sugiyanto, 1998: 218).

b. Teori Penuaan

Aging process atau proses menua adalah proses biologis yang

umum terjadi dan akan dialami oleh semua orang. Menua adalah

hilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan lunak untuk

memperbaiki diri atau mengganti atau memperbaiki struktur dan fungsi

sel dan jaringan secara normal bahkan cenderung ke arah penurunan

(Mubarak dkk, 2009: 110).

Menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

secara perlahan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur

dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas

(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita

(Constantinides, 1994: 55).

Proses penuaan adalah suatu proses natural dan kadang-kadang

tidak tampak menyolok. Proses penuaan akan terjadi pada semua

sistem pada tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami

kemunduran pada waktu yang sama. Kebanyakan proses penuaan

dimulai sekitar umur 30 tahun. Para ahli yang mengadakan studi

tentang proses aging berpendapat bahwa sangat penting untuk

membedakan secara hati-hati antara normal aging dan pathological

aging (Craig dan Watts, 1987: 210).

Secara umum teori penuaan dibagi menjadi dua kelompok besar

yaitu teori genetik dan non genetik (Pudjiastuti dan Utomo, 2003: 56).

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

13

1) Teori Genetik

Teori ini menitikberatkan mekanisme penuaan yang terjadi

pada nukleus sel, dengan penjelasan sebagai berikut:

a) Teori Hayflick

Teori ini membahas tentang penuaan yang disebabkan oleh

berbagai faktor, antara lain perubahan fungsi sel, efek

akumulatif dari tidak normalnya sel, kemunduran sel dalam

organ dan jaringan. Semakin cepat suatu organisme hidup maka

semakin cepat pula mereka akan menua.

b) Teori Error Sintesis Protein

Teori menyatakan bahwa kesalahan pembentukan protein

yang mengandung materi genetik. Apabila kesalahan tersebut

terus menerus terjadi dan diturunkan dari generasi berikutnya

maka jumlah molekul abnormal akan semakin banyak. Keadaan

tersebut dapat menyebabkan faal atau fungsi fisiologis

mengalami gangguan, hal ini akan berdampak tergangggunya

faal organ dan berakhir dengan kematian.

2) Teori Non Genetik

Teori ini memfokuskan di luar nukleus sel, seperti organ,

jaringan, dan sistem. Penjelasan teori berdasarkan non genetik

antara lain sebagai berikut:

a) Teori Autoimun

Menurut teori ini proses penuaan diakibatkan oleh antibodi

yang bereaksi terhadap sel normal dan merusaknya. Reaksi itu

terjadi karena tubuh gagal mengenal sel normal dan

memproduksi antibodi yang salah. Teori imunologis berangkat

dari pengamatan bahwa dengan bertambahnya usia maka

terjadi penurunan kadar imunoglobulin, terutama

Imunoglobulin D, peningkatan natural killer cell, penurunan

faal limfosit T dan resistensi terhadap infeksi, serta peningkatan

kejadian penyakit-penyakit autoimun.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

14

b) Teori Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul dengan susunan

elektron tak lengkap. Susunan elektron yang tidak lengkap

menyebabkan atom atau molekul sangat berpengaruh oleh

medan magnet. Hal ini mengakibatkan radikal bebas menjadi

bersifat amat reaktif. Tubuh dapat terhindar dari radikal bebas

jika enzim superoksid dismutase, katalase, dan glutation

peroksidase dihasilkan oleh tubuh.

c. Perubahan Manusia Dewasa

Memasuki masa dewasa terjadi berbagai macam perubahan.

Perubahan-perubahan yang terjadi bersifat kompleks dan mengalami

penurunan. Menurut Fowler (2003: 43), perubahan karakteristik

penuaan terbagi terbagi menjadi tiga yaitu:

1) Fase subklinik (usia 25-35 tahun)

Kebanyakan hormon mulai menurun yaitu testosteron, growth

hormone (GH), dan estrogen. Pembentukan radikal bebas, yang

dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh, seperti

diet yang buruk, stres, polusi, paparan berlebihan radiasi ultraviolet

dari matahari. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar.

Individu akan tampak dan merasa normal tanpa tanda dan gejala

dari aging atau penyakit. Bahkan, pada umumnya rentang usia ini

dianggap usia muda dan normal.

Penurunan fungsi fisiologis, neurologis, dan kemampuan fisik

terjadi sesudah umur antara 30-40 tahun dengan irama yang

berbeda untuk setiap orang (Sugiyanto, 1998: 218).

2) Fase transisi (usia 35-45 tahun)

Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 %.

Kehilangan massa otot yang mengakibatkan kehilangan kekuatan

dan energi serta komposisi lemak tubuh yang meninggi. Keadaan

ini menyebabkan resistensi insulin, meningkatnya resiko penyakit

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

15

jantung, pembuluh darah, dan obesitas. Pada tahap ini mulai

muncul gejala klinis, seperti penurunan ketajaman penglihatan,

pendengaran, rambut putih mulai tumbuh, elastisitas dan

pigmentasi kulit menurun, dorongan seksual dan bangkitan seksual

menurun. Tergantung dari gaya hidup, radikal bebas merusak sel

dengan cepat sehingga individu mulai merasa dan tampak tua.

Radikal bebas mulai mempengaruhi ekspresi gen, yang menjadi

penyebab dari banyak penyakit aging, termasuk kanker, arthritis,

kehilangan daya ingat, penyakit arteri koronaria dan diabetes.

3) Fase klinik (usia 45 tahun ke atas)

Orang mengalami penurunan hormon yang berlanjut, termasuk

DHEA (dehydroepiandrosterone), melatonin, GH, testosteron,

estrogen, dan hormon tiroid. Terdapat juga kehilangan kemampuan

penyerapan nutrisi, vitamin, dan mineral sehingga terjadi

penurunan densitas tulang, kehilangan massa otot sekitar 1

kilogram setiap 3 tahun, peningkatan lemak tubuh dan berat badan.

Di antara usia 40 tahun dan 70 tahun, seorang pria

kemungkinan dapat kehilangan 20 pon ototnya, yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk membakar 800-1.000

kalori per hari. Penyakit kronis menjadi sangat terlihat, akibat

sistem organ yang mengalami kegagalan. Ketidakmampuan

menjadi faktor utama menikmati tahun emas dan seringkali adanya

ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sederhana dalam

kehidupan sehari-harinya. Prevalensi penyakit kronis akan

meningkat secara dramatik sebagai akibat peningkatan usia.

Pada usia ini terjadi penurunan kadar hormon sampai 25 %

sehingga kehilangan massa otot yang mengakibatkan kehilangan

kekuatan dan energi serta komposisi lemak tubuh yang tinggi.

Antara usia 30-70 tahun terjadi penurunan massa otot sekitar 30

persen sehingga kekuatan otot menurun (Komi, 1992: 325).

Menurut Skinner dalam Sugiyanto (1998: 224) menyatakan bahwa

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

16

setelah usia 30 tahun terlihat perubahan pada struktur dan kimiawi

jaringan.

Sedangkan menurut Ismayadi (2004: 21) perubahan-perubahan

yang dialami dewasa tua antara lain:

1) Perubahan Fisik

a) Sistem Muskuloskeletal

Pada usia dewasa akan mengalami beberapa penurunan

fisiologi, salah satunya adalah penurunan pada sistem

muskuloskeletal, adanya perubahan pada tulang, otot, sendi

yang mengakibatkan terjadinya perubahan penampilan,

kelemahan, dan lambatnya pergerakan (Guccione, 2000: 55).

Jaringan Penghubung (kolagen dan elastin)

Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit,

tendon, tulang, kartilago, dan jaringan pengikat mengalami

perubahan menjadi bentangan cross linking yang tidak

teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan

hubungan tarikan linier pada jaringan kolagen merupakan

salah satu penyebab menurunnya mobilisasi pada jaringan

tubuh (Lewis, 1996: 110). Perubahan kolagen

menyebabkan turunnya kelenturan pada lansia yang akan

menimbulkan nyeri, penurunan dalam meningkatkan

kekuatan otot, ada kesulitan ketika melakukan gerakan

duduk ke berdiri, jongkok, berjalan, dan aktivitas yang lain.

Kartilago

Fungsi dari kartilago sebagai peredam kejut dan

pelumas. Pada lansia kartilago menjadi lunak, mengalami

granulasi dan akhirnya permukaan kartilago menjadi rata.

Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan

degenerasi menjadi lebih progresif. Proteoglikan komponen

dasar matrik berkurang, jaringan fibril pada kolagen

kehilangan kekuatan. Kartilago mengalami kalsifikasi pada

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

17

beberapa tempat (tulang rusuk, tiroid). Perubahan ini

mengakibatkan sendi mengalami peradangan, kekakuan,

nyeri, keterbatasan gerak hingga akan terjadi gangguan

pada aktivitas sehari-hari (Pudjiastuti dan Utomo, 2003:

65).

Tulang

Bagian dari penuaan fisiologi adalah berkurangnya

kepadatan tulang. Kepadatan tulang akan menurun, dengan

bertambahnya usia. Penurunan massa tulang terjadi secara

perlahan pada pria dan wanita dimulai pada usia 35 tahun.

Penurunan massa tulang sebesar 0,3-0,5 % per tahunnya.

Proses berpasangan (coupling) penulangan yaitu

perusakan dan pembentukan tulang melambat, terutama

pembentukannya. Hal ini selain akibat menurunnya

aktivitas tubuh, juga akibat menurunnya hormon estrogen

(wanita), vitamin D, dan beberapa hormon lain (misal

parathormon dan kalsitonin). Tulang-tulang terutama

trabekulae menjadi lebih berongga-rongga, mikro-arsitektur

berubah, mudah rapuh (keropos) dan sering berakibat patah

tulang baik akibat benturan ringan atau spontan (Martono,

2011: 31). Pada wanita setelah menopause mengalami

penurunan massa tulang sebesar 2-4 % per tahun yang

artinya akan kehilangan massa tulang sebesar 25-30 %

dalam masa ini.

Otot

Perubahan struktur otot pada penuaan, penurunan

jumlah dan serabut otot, peningkatan jaringan penghubung,

dan jaringan lemak pada otot yang akan berefek negatif.

Kerusakan otot terjadi karena penurunan jumlah serabut

otot dan atrofi (Stanley dan Beare, 2007: 98). Penurunan

jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

18

penghubung, dan jaringan lemak pada otot (Pudjiastuti dan

Utomo, 2003: 77). Kelemahan otot bisa disebabkan karena

peningkatan proporsi otot digantikan oleh jaringan fibrosus

dan lemak. Ermini dalam Espenschade dan Eckert (1980:

245), menganggap hilangnya serat otot secara bertahap

akibat penuaan menjadi penyebab penurunan kekuatan otot,

sedangkan berkurangnya kapasitas kerja dengan

peningkatan usia merupakan hasil metabolisme energi yang

kurang efisien

Dampak dari penurunan otot adalah penurunan

kekuatan, penurunan kelenturan, peningkatan waktu reaksi,

dan penurunan kemampuan fungsional pada otot.

Penurunan Lean Body Mass (otot, organ tubuh, tulang) dan

metabolisme dalam sel-sel otot berkurang sesuai dengan

usia. Penurunan kekuatan otot mengakibatkan orang sering

merasa letih dan merasa lemah, daya tahan tubuh menurun

karena terjadi atrofi.

Sendi

Pada dewasa tua organ di sekitar sendi seperti ligamen,

tendon, dan fascia mengalami penurunan elastisitas.

Ligamen, kartilago, dan jaringan partikular mengalami

penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi,

erosi, kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi (Border

dan Marilyn, 1994: 180). Komponen-komponen kapsul

sendi pecah dan kolagen yang terdapat pada jaringan

penyambung meningkat secara progresif yang jika tidak

dipakai lagi akan menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan

mobilitas sendi, dan deformitas (Stanley dan Beare, 2007:

89). Pada sendi yang kehilangan fleksibilitas maka akan

berpengaruh pada lingkup gerak sendi yang lebih terbatas.

b) Sel

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

19

Lebih sedikit jumlahnya dan tergangguanya mekanisme

perbaikan sel

Berkurangnya cairan dalam tubuh dan berkurangnya cairan

intraselular

Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan

hati

Jumlah sel otak menurun

c) Sistem Respirasi

Otot-otot pernafasan mengalami penurunan kekuatatan

Paru-paru kehilangan elastisitas dalam proses inspirasi dan

ekspirasi

Ukuran alveoli menjadi melebar dan jumlahnya berkurang

d) Sistem Kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun

Katup jantung menebal dan menjadi kaku

Kemampuan jantung memompa darah menurun sehingga

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya

Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya

efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi

Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer

2) Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental, antara

lain:

a) Perubahan fisik

b) Kesehatan umum

c) Keturunan (Hereditas)

d) Lingkungan

3) Perubahan Psikososial

Penuruanan aspek sosial karena pensiun dari suatu pekerjaan,

dan mengalami perubahan gaya hidup.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

20

3. Kemampuan Fisik Manusia Dewasa

a. Komponen-komponen Kemampuan Fisik

Peningkatan kemampuan fisik masa dewasa bukan lagi merupakan

peningkatan yang dihasilkan proses oleh pertumbuhan yang menyertai

bertambahnya usia, tetapi merupakan hasil dari pengalaman dan

latihan (Sugiyanto, 1998: 210).

Bertambahnya umur seseorang pada usia dewasa diikuti perusakan

jaringan-jaringan tubuh yang menyebabkan turunnya kemampuan otot

dan fungsi organ yang lain. Penurunan kemampuan melakukan

aktivitas, kemampuan fisik, dan kemampuan kerja menjadi menurun

disebabkan oleh penyusutan jaringan tubuh secara bertahap.

Kemampuan fisik sangat dibutuhkan dalam mendukung kegiatan

keseharian.

Menurut Sugiyanto (1993: 221) kemampuan fisik adalah

kemampuan memfungsikan organ-organ tubuh dalam melakukan

aktivitas fisik. Kemampuan fisik sangat penting untuk mendukung

mengembangkan aktivitas psikomotor. Gerakan yang terampil dapat

dilakukan apabila kemampuan fisiknya memadai. Kemampuan fisik

meliputi 4 kategori besar yaitu:

1) Ketahanan

Kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan penggunaan

oksigen sehingga memungkinkan melanjutkan melakukan aktivitas

fisik, termasuk kemampuan untuk membuang bertambahnya

konsentrasi asam laktat. Ketahanan meliputi dua macam yaitu:

a) Ketahanan muskular, yaitu kemampuan otot atau sekelompok

otot untuk bertahan melakukan aktivitas dalam jangka waktu

lama

b) Daya tahan jantung dan paru yaitu daya tahan jantung dan paru

yaitu kapasitas untuk meneruskan aktivitas fisik dalam waktu

lama, yang memerlukan interaksi yang efisien antara aliran

darah, kerja jantung, dan paru-paru (Harsono, 1988: 78). Pada

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

21

lanjut usia komponen ini sangat penting diperhatikan

mengingat banyaknya penyakit degeneratif mengenai sistem

tersebut

2) Kekuatan Otot

Kekuatan otot adalah kualitas yang memungkinkan

pengembangan tegangan otot dalam kontraksi yang maksimal atau

kemampuan menggunakan daya tegang untuk melawan beban dan

hambatan. Kekuatan ditentukan oleh volume otot dan kualitas

kontrol pada otot yang bersangkutan (Bouchard, 1974: 215).

Menurut Wahjoedi (2000: 59) kekuatan otot adalah tenaga,

gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh sekelompok otot

pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Sejalan dengan itu,

FOX dalam Jumadin (1999: 8) juga mengemukakan pendapatnya

bahwa kekuatan otot adalah suatu daya tegangan, satu otot atau se-

kelompok yang dapat dicapai suatu usaha maksimal.

3) Fleksibilitas

Menurut Annarino (1980: 65) fleksibilitas adalah kualitas yang

memungkinkan suatu segmen tubuh bergerak dengan luas

rentangan sendi semaksimal mungkin. Fleksibilitas ditentukan oleh

mobilitas sendi dan elastisitas otot-otot antagonis.

Menurut pendapat Harsono (1988: 163) bahwa kelentukan

(flexibility) adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam

ruang gerak sendi. Kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya

otot-otot, ligamen dan tendon. Sedangkan Sajoto (1988: 58)

berpendapat bahwa kelentukan adalah keefektifan seseorang dalam

menyesuaikan dirinya untuk melakukan segala aktivitas tubuh

dengan penguluran seluas-luasnya, terutama otot-otot, ligamen-

ligamen di sekitar persendian.

Selain itu, Wahjoedi (2000: 60) mengatakan bahwa kelentukan

adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan melalui ruang

gerak sendi atau ruang gerak tubuh secara maksimal.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

22

4) Kelincahan

Kemampuan bergerak dengan cepat yang meliputi komponen

perubahan arah yang cepat, berhenti dengan cepat, waktu reaksi

respon yang singkat serta deksteritas. Sajoto (1988: 58)

menyatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan seseorang dalam

melakukan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama

dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Wahjoedi (2000:61) berpendapat bahwa kelincahan adalah

kemampuan tubuh mengubah arah secepatnya tanpa ada gangguan

keseimbangan atau kehilangan keseimbangan. Sedangkan Harsono

(1988: 67) menyatakan bahwa kelincahan adalah kombinasi dari

kekuatan, kecepatan, ketepatan, keseimbangan, fleksibilitas dan

koordinasi neuro-muscular.

5) Keseimbangan

Proses mempertahankan proyeksi pusat gravitasi jatuh pada

landasan penopang, dimana hasil seluruh gaya yang bekerja

menjadi nol, yang merupakan proses kompleks, melibatkan

penangkapan dan koordinasi dari asupan sensoris, perencanaan

gerakan, dan pemunculan gerakan (Pudjiastuti dan Utomo, 2003:

88).

Pada orang dewasa, kemampuan fisik yang saling berpengaruh

yaitu kemampuan fisik pada komponen kekuatan otot punggung,

fleksibilitas togok dan keseimbangan.

Beberapa penurunan kemampuan fisik yang terjadi yaitu

penurunan pada kekuatan otot punggung, kelenturan punggung

terutama pada vertebrae lumbalis, dan keseimbangan yang

berpengaruh pada aktivitas. Penurunan yang terjadi dengan

bertambahnya umur seseorang pada sel-sel otot ditentukan oleh

kematangan dari sel-sel itu sendiri pada usia dewasa. Sel-sel

tersebut relatif akan dapat bertahan atau mengalami sedikit

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

23

perubahan selama seseorang masih melakukan latihan atau

aktivitas fisik.

b. Kekuatan Otot Punggung

Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk membangkitkan

tegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan otot adalah komponen

yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara

keseluruhan karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap

aktivitas fisik dan kekuatan memegang peranan penting dalam

melindungi dari kemungkinan cedera serta dapat membantu

memperkuat stabilitas sendi-sendi (Sidiq, 2014: 56).

Menurut Sajoto dalam Sidiq (2014: 58), mengatakan bahwa

kekuatan adalah komponen kondisi fisik, yang menyangkut masalah

kemampuan seseorang pada saat mempergunakan otot-ototnya,

menerima beban dalam waktu kerja tertentu.

Kekuatan otot adalah kemampuan tegangan otot untuk melawan

beban atau hambatan. Kekuatan merupakan jumlah maksimum daya

yang dikerahkan oleh suatu otot atau sekelompok otot di dalam upaya

melawan beban atau hambatan. Kekuatan otot ditentukan oleh

besarnya penampang otot serta kualitas kontrol pada otot yang

bersangkutan (Sugiyanto, 1998: 259).

Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot

menahan beban baik berupa beban eksternal (exsternal force) maupun

beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan

dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem

saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin

banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula

kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.

Kekuatan otot dipengaruhi oleh rekruitmen motor unit, tingkat

pengkodean motor unit, sinkronisasi satuan unit, siklus peregangan

pemendekan, hambatan neuromucular, jenis serat otot, otot hipertrofi.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

24

Kekuatan otot lumbal adalah tenaga, gaya atau ketegangan yang

dapat dihasilkan oleh otot lumbal atau sekelompok otot punggung pada

suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot punggung memiliki

peranan yang sangat besar dalam aktivitas sehari-hari. Gerakan-

gerakan seperti mengemudi, menimba air, membuka pintu, dan

memanjat memerlukan bantuan otot punggung (Sidiq, 2014: 60).

Otot punggung yang lemah menggambarkan potensi cedera yang

tinggi, karena otot punggung adalah salah satu otot penyangga tubuh

yang berada di pusat tubuh manusia. Bersamaan dengan otot-otot yang

menyelimuti perut, otot punggung termasuk dalam kategori core

muscle atau otot pusat tubuh. Sakit pinggang yang diderita oleh banyak

orang adalah pertanda otot punggung yang lemah. Banyak orang yang

sakit pinggang justru menghindari melakukan latihan punggung

dengan alasan takut cedera. Hal yang sebaiknya justru terjadi, di mana

latihan punggung dengan beban justru membantu meningkatkan

kekuatan otot punggung sehingga rasa sakit tersebut dapat dihilangkan

atau diminimalisir (Sidiq, 2014: 61).

Otot punggung merupakan area yang komplek dan luas karena otot

punggung terdiri dari beberapa otot dan berlapis-lapis. Macam-macam

otot punggung, antara lain: M. Rhomboideus Mayor, M. Rhomboideus

Minor, M. Trapezius Upper, M. Trapezius Middle, M. Trapezius

Lower, M. Levator Scapulae, M. Latisimus Dorsi, M. Obliquus

Externus, M. Obliquus Internus, M. Erector Spine, dll (Putz dan Pabst,

2000: 160).

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

25

Gambar 2.1. Otot Punggung

Sumber: Putz dan Pabst, 2000: 160

Otot punggung bawah relatif inaktif pada posisi berdiri santai,

namun aktivitasnya sangat diperlukan sebagai stabilitas otot postural

static untuk menjaga kolumna vertebralis (Moore dan Dalley, 2004:

199).

c. Fleksibilitas Togok

1) Pengertian Fleksibilitas

Membicarakan masalah fleksibilitas selalu mengacu pada

kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Banyak ahli

memberikan penjelasan mengenai pengertian fleksibilitas yaitu

antara lain:

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

26

a) Menurut Harsono (1988: 163), “Fleksibilitas adalah

kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak

sendi.”

b) Menurut Rushall dan Pyke (1990: 273), “Flexibility is an

important characteristic for human performance because it

governs the range of movement that is used in a technique and

the length of the movement over which forces can be

generated. It relates to the range of movement around a joint.”

c) Menurut Bloomfield dan Elliot (1994: 209), “Flexibility can be

defined as the range of movement in a joint or several joints.”

Maksud dari pernyataan tersebut adalah fleksibilitas dapat

diartikan sebagai ruang gerak di sekitar sendi atau di beberapa

sendi.

d) Menurut AAHPERD (1999: 112), “Flexibility is the ability of a

joint and the muscles and tendons surrounding it to move freely

and comfortably through its intended full range of motion

(ROM)." Maksud dari pernyataan tersebut bahwa fleksibilitas

adalah kemampuan dari sendi, otot, dan tendon-tendon di

sekitarnya untuk dapat digerakkan dengan bebas dan nyaman,

maksudnya adalah ruang gerak yang luas.

Dari beberapa pendapat di atas mengenai pengertian

fleksibilitas, maka dapat disimpulkan bahwa fleksibilitas adalah

kemampuan untuk melakukan gerak dalam ruang gerak sendi.

Kemampuan yang dimaksudkan merupakan prasyarat untuk

menampilkan suatu keterampilan yang memerlukan ruang gerak

sendi yang luas dan memudahkan untuk melakukan gerakan-

gerakan yang cepat dan lincah. Keberhasilan untuk menampilkan

gerakan demikian itu sangat ditentukan oleh luasnya ruang gerak

sendi.

Fleksibilitas mengandung pengertian, yaitu luas gerak satu

persendian atau beberapa persendian (Sukadiyanto dalam Alim,

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

27

2002: 33). William (1993: 315), Gallahue dan Ozmun (1998: 274),

menyatakan fleksibilitas sendi adalah kemampuan dari berbagai

macam sendi tubuh untuk bergerak melalui luas gerak sendi

mereka secara penuh.

Fleksibilitas togok adalah kemampuan jaringan di sekitar

persendian atau kemampuan persendian pada lumbal untuk

bergerak bebas dan nyaman hingga mencapai ROM yang maksimal

(Ratnawati, 2010: 45). Fleksibilitas togok sangat mempengaruhi

kerja manusia, terutama dalam melakukan kegiatan yang

berhubungan dengan pembungkukan badan dalam mengangkat

beban (Purnama, 2007: 50).

Fleksibilitas togok sangat penting untuk stabilitas dan juga

untuk mempertahankan postur tubuh (Wahyuni, 2004: 3). Adanya

kelenturan sendi maka dapat melakukan gerakan membungkuk dan

peregangan tubuh. Namun, seiring dengan bertambahnya usia

menyebabkan adanya penurunan elastisitas otot-otot.

2) Macam Fleksibilitas

Ada dua macam fleksibilitas, yaitu fleksibilitas statis dan

fleksibilitas dinamis. Pada fleksibilitas statis ditentukan oleh

ukuran dari luas gerak satu persendian atau beberapa persendian.

Sebagai contoh untuk mengukur luas gerak persendian tulang

belakang dengan cara sit and reach. Sedangkan fleksibilitas

dinamis adalah kemampuan seseorang dalam bergerak dengan

kecepatan yang tinggi.

Menurut Wiliam dalam Gallahue dan Ozmun (1998: 274), ada

dua tipe dari fleksibilitas yaitu: statis dan dinamis. Fleksibilitas

statis adalah prestasi luas gerak sendi dengan menggunakan tarikan

pelan atau sedang yang melibatkan sedikit persendian. Fleksibilitas

dinamis adalah prestasi luas gerak sendi yang daoat dicapai saat

tubuh bergerak cepat.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

28

3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fleksibilitas

Fleksibilitas seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Para

ahli memberi penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut antara

lain:

a) Bompa (1994: 317) menyebutkan “Flexibility is affected by the

form, type, and structure of a joint, ligaments and tendons, the

muscles, age and sex, body temperature and muscle

temperature.” Maksud dari pernyataan tersebut bahwa

fleksibilitas dipengaruhi oleh tipe dan struktur sendi, ligamen,

tendon, otot, usia dan jenis kelamin, serta suhu tubuh dan suhu

otot.

b) Bloomfield dan Elliot (1994: 212) menyebutkan, “Factors

affecting flexibility is age, gender, environmental conditions,

psychological effect, limitations to the range of movement,

physiological limitations.” Maksud dari pernyataan tersebut

factor-faktor yang mempengaruhi fleksibilitas adalah usia, jenis

kelamin, kondisi lingkungan, efek psikologis, keterbatasan

ruang gerak, dan keterbatasan fisiologis.

c) Moeloek (1984: 23) menyebutkan, “Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap fleksibilitas adalah a) tulang dan ligamen

sendi, b) jaringan di sekitar sendi, dan c) ekstensibilitas otot-

otot yang tendonnya melintasi sendi”.

Dari beberapa pendapat ahli mengenai faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap fleksibilitas, berikut ini akan dijelaskan

secara singkat mengenai faktor-faktor tersebut, yaitu sebagai

berikut:

a) Otot

Kebanyakan jaringan dalam tubuh terdiri dari satuan-satuan

sel hidup yang susunannya disesuaikan dengan fungsi jaringan

tertentu. Satuan sel utama dalam jaringannya disebut serabut

otot. Serabut tersebut panjang dan kecil serta dikelilingi oleh

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

29

matriks jaringan ikat yang disebut endomisium. Serabut itu

letaknya sejajar dan disusun dalam ikatan. Tiap ikatan

dibungkus oleh perimisium, yaitu lapisan kedua dari jaringan

ikat. Ikatan-ikatan ini terbungkus dalam epimisium, yaitu

lapisan jaringan yang menutupi seluruh otot.

Lapisan-lapisan jaringan ikat membentuk kesatuan susunan

otot rangka yang berfungsi sebagai penghubung antara serabut

otot dengan tulang. Pada kedua ujung otot, lapisan jaringan ikat

menyatu dengan daging yang langsung terikat pada tulang.

Jaringan ikat memberikan kelentukan pada otot, yakni sifat

fisik yang menentukan daya rentang otot. Karena otot

seringkali melewati persendian, komponen otot elastis menjadi

faktor yang membatasi kelentukan sendi (Dwijowinoto, 1993:

147).

b) Tendon

Tendon merupakan sekumpulan jaringan penunjang tempat

otot dapat melekat pada tulang. Tendon menghubungkan otot

dengan tulang seperti tali, dan bentuknya datar atau rata.

Tendon terdiri dari jaringan ikat padat yang mempunyai serat

yang tersusun oleh garis longitudinal atau memanjang. Tendon

memiliki regangan yang kecil sehingga memungkinkan untuk

mentransfer kontraksi otot langsung ke tulang yang diikatnya.

c) Ligamen

Ligamen atau tali pengikat yang ada di sekitar sendi,

merupakan pembalut dari jaringan penghubung yang kuat yang

fungsi utamanya adalah untuk menguatkan sendi. Ligamen

terdiri dari ikatan-ikatan serabut kolagen yang tersusun sejajar

dan mempunyai struktur yang sama dengan tendon. Tingkat

kemampuan regangnya sama dengan kemampuan yang dimiliki

oleh tendon.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

30

Kurangnya kelenturan pada tubuh, khususnya terjadi pada

ligamen yang membujur di bagian punggung (Longitudinal

Ligament Posterior). Demikian juga dengan kondisi jalinan

serabut yang membentuk bagian luar dari tulang rawan

(Annulus Fibrosus). Ketika jalinan ini kehilangan kemampuan

untuk memanjang kelenturannya, maka jalinan tersebut akan

robek ketika terjadi gerakan yang salah, sehingga akan

mempercepat keretakan tulang tersebut. Adapun gerakan yang

dapat memberi tekanan pada jalinan ini adalah ketika punggung

membungkuk ke depan (Kisner, 1996: 415).

d) Tipe dan struktur sendi

Susunan bentuk sendi menentukan kemampuan gerakan

seseorang dan masing-masing susunan persendian juga

menyebabkan perbedaan fungsi yang khusus. Menurut

Dwijowinoto (1993: 148), persendian tubuh manusia biasanya

dikelompokkan menurut jenis gerakan yang dapat dilakukan

berdasarkan sifat bentuk fisiknya, yakni sinarthrodial,

amfiarthrodial, atau diarthrodial. Persendian diarthrodial

mempunyai beberapa sifat fisik yang memungkinkan tingkat

kelentukan yang tinggi, termasuk: (1) dua lekukan sendi yang

membelah tulang, (2) tulang muda hialin yang lunak yang

menutupi ujung tulang, dan (3) suatu selaput sinovial yang

memberi minyak pada sendi.

Tipe dan struktur sendi, berpengaruh terhadap tingkat

fleksibilitas seseorang. Orang yang memiliki persendian

dengan jenis diarthrodial memiliki tingkat fleksibilitas yang

lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang memiliki

persendian dengan jenis sinarthrodial. Hal ini disebabkan

karena pada sendi jenis diarthrodial, memiliki sifat fisik yang

berpengaruh terhadap tingkat fleksibilitas yang tinggi. Sifat

fisik tersebut adalah dua lekukan sendi yang membelah tulang,

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

31

tulang muda hialin, dan ada selaput sinovial yang memberi

minyak pada sendi. Sedangkan pada persendian jenis

sinarthrodial tidak memiliki sifat fisik seperti pada sendi jenis

diarthrodial.

Persendian diklasifikasikan secara struktural (ikatan materi

tulang ada tidaknya rongga persendian) dan fungsional

(gerakan yang dimungkinkan pada persendian). Kalsifikasi

kartilago artikuler, disertai dengan penyimpanan non inflamasi

dari sendi penyokong berat badan. Cairan sinovial mengental

dan kartilago hialin mengalami degenerasi. Perubahan-

perubahan ini dapat mempengaruhi rentang gerak, dan cara

berjalan. Ankilosis dari ligamen dan sendi menambah gambaran

fleksi umum (Lueckenotte, 1997: 133).

e) Suhu Tubuh dan Suhu Otot

Suhu tubuh dan suhu otot mempengaruhi luas suatu

gerakan. Suhu tubuh dan suhu otot dapat ditingkatkan dengan

melakukan pemanasan, demikian pula luas suatu gerakan. Luas

suatu gerakan meningkat mengikuti suatu latihan pemanasan,

semenjak itu aktivitas jasmani yang progresif meningkatkan

aliran darah pada suatu otot sehingga serabut otot menjadi lebih

elastis. Karena ototnya elastis maka berpengaruh juga terhadap

luasnya suatu gerakan (Bompa dan Haff, 2009: 264).

f) Sistem saraf

Penyakit dari sistem saraf, contoh peningkatan tonus otot

akan mengurangi fleksibilitas.

Usia merupakan faktor penting dalam menentukan fleksibilitas

seseorang. Fleksibilitas seseorang meningkat pada masa kanak-

kanak dan berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Hal ini

sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Corbin dan Noble

dalam Bloomfield dan Elliot (1994: 212) bahwa, "Flexibility

increased in a child until adolescence, when there appeared to be a

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

32

plateau effect, followed by a steady decrease in mobility as the

individual aged.” Maksud dari pernyataan tersebut adalah

fleksibilitas meningkat pada waktu kanak-kanak sampai masa

remaja kemudian menetap, selanjutnya dengan bertambahnya usia,

terjadi penurunan mobilitas secara berangsur-angsur.

Bertambahnya usia merupakan faktor yang dapat menyebabkan

penurunan pada fleksibilitas. Hal ini disebabkan karena dengan

bertambahnya usia, maka otot-otot, tendon-tendon dan jaringan

ikat memendek dan terjadinya proses pengerasan menjadi kapur

dari beberapa tulang rawan yang mengakibatkan berkurangnya

kemampuan ruang gerak sendi (Bloomfield dan Elliot, 1994: 213).

Pada umur 60 tahun individu-individu yang tidak terlatih akan

kehilangan 20-30 % kefleksibilitasnya.

d. Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan

keseimbangan tubuh ketika ditempatkan di berbagai posisi.

Keseimbangan Postural (balance stability) didefinisikan sebagai

kemampuan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan saat

berjalan yaitu dapat berjalan secepat mungkin (Dharmmika, 2005: 9).

Menurut (Suhartono, 2005: 5) keseimbangan postural adalah

kemampuan tubuh untuk memelihara pusat dari massa tubuh dengan

batasan dari stabilitas yang ditentukan oleh dasar penyangga. Pusat

massa tubuh adalah titik di mana jumlah gaya yang bekerja sama

dengan nol. Pada orang normal, pusat massa tubuh terletak di depan

vertebra sacral ke-2 atau berada 55-57 % dari tinggi badan seseorang

di atas tanah. Batasan stabilitas adalah tempat pada suatu ruang di

mana tubuh dapat menyangga dan keseimbangan adalah kemampuan

untuk mempertahankan keseimbangan tubuh ketika ditempatkan di

berbagai posisi.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

33

Keseimbangan terbagi atas dua kelompok yaitu: (1) Keseimbangan

statik adalah suatu keadaan di mana seseorang dapat memelihara

keseimbangan tubuhnya pada suatu posisi tertentu selama jangka

waktu tertentu, misalnya pada anak yang menirukan patung. (2)

Keseimbangan dinamik merupakan keseimbangan pada saat tubuh

melakukan gerakan atau saat berdiri di atas landasan yang bergerak

(dynamic standing) yang akan menempatkannya dalam kondisi yang

tidak stabil, dan pada keadaan ini kebutuhan akan kontrol

keseimbangan postural semakin meningkat. Misalnya: keseimbangan

saat berjalan, naik di atas perahu, ataupun berlari di atas treadmill

(Suhartono, 2005: 3).

Dalam keseimbangan terdapat komponen-komponen pengontrol

keseimbangan di antaranya adalah:

1) Sistem Informasi Sensoris

Sistem informasi sensoris dibagi menjadi visual, vestibular,

dan somatosensoris.

a) Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris.

Keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan

membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk

mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh

selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga

merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan

tempat kita berada. Penglihatan memegang peran penting untuk

mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan

tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima

sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan

atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan

aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk

mempertahankan keseimbangan tubuh.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

34

b) Sistem vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang

berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan

gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam

telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis

semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem

sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem

labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan

percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular,

mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek

yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf

kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang

otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi

ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks

serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor

labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output)

dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui

medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi

otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot

punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi

sangat cepat sehingga membantu mempertahankan

keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.

c) Somatosensoris

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif

serta persepsi-kognitif. Informasi proprioseptif disalurkan ke

otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar

masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada

pula yang menuju ke korteks cerebri melalui lemniskus

medialis dan talamus.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

35

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang

sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indera

dalam dan sekitar sendi. Alat indera tersebut adalah ujung-

ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovial dan

ligamentum. Impuls dari alat indera ini dari reseptor raba di

kulit dan jaringan lain, serta otot diproses di korteks menjadi

kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

2) Kekuatan Otot

Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot

menahan beban baik berupa beban eksternal (exsternal force)

maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat

berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar

kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan

kontraksi sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi,

maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.

Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau grup otot

menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik

secara dinamis maupun secaca statis. Kekuatan otot dihasilkan oleh

kontraksi otot yang maksimal. Otot yang kuat merupakan otot yang

dapat berkontraksi dan rileksasi dengan baik. Jika otot kuat maka

keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik

seperti berjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lain sebagainya.

Kekuatan otot yang lemah, contoh otot punggung karena otot

punggung adalah salah satu otot penyangga tubuh yang berada di

pusat tubuh manusia. Bersamaan dengan otot-otot yang

menyelimuti perut, otot punggung termasuk dalam kategori core

muscle atau otot pusat tubuh.

Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk

mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar.

Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

36

otot untuk melawan gaya gravitasi serta beban eksternal lainnya

yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.

4. Jenis Kelamin

Selain faktor usia, jenis kelamin berpengaruh juga terhadap

fleksibilitas seseorang. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Phillips, Kirchner dan Glines dalam Bloomfield dan Elliot (1994:

212). Mereka mengatakan, ". . .that elementary school aged girls were

more flexible than boys of a similar age.” Selain itu, Bompa (1994: 318)

menyebutkan, “Age and sex affect flexibility to theextent that younger

individuals and girls as opposed to boys, seem to be moreflexible.”

Bahkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Phillips, Kirchner dan

Glines dalam Bloomfield dan Elliot (1994 :212) menyebutkan, “Females

appear to be more flexible with smaller bones and less musculature

thanmales.” Jadi maksud penjelasan di atas ialah wanita lebih lentur

daripada laki-laki karena tulang-tulangnya lebih kecil dan otot-ototnya

lebih sedikit daripada laki-laki.

Anak laki-laki fleksibilitas meningkat pada usia 6-10 tahun, kemudian

menurun ketika masuk remaja (10-12 tahun) dan selanjutnya meningkat

lagi tanpa bisa memperoleh level seperti anak-anak. Wanita mempunyai

pola yang mirip kecuali puncak fleksibilitasnya pada umur 12 tahun.

Sesudah umur 25 tahun pada semua jenis kelamin terdapat penurunan

fleksibilitas pada sendi-sendi utama.

Proporsi relatif tipe serat otot pada laki-laki maupun wanita cenderung

sama, namun terdapat perbedaan pada area cross-sectional. Perbedaan

kekuatan antara laki-laki dan wanita lebih nampak pada ekstremitas atas

dibandingkan bawah. Kekuatan maksimum untuk pria dan wanita masih

dapat meningkat sampai umur 25 tahun sampai usia kurang lebih 48 tahun

dan setelah itu terjadi penurunan. Pada umur 65 tahun kekuatan otot

tinggal 65-70 % dari yang mereka miliki pada usia 20-30 tahun

(Sugiyanto, 1998: 221).

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

37

Pada orang dewasa, rata-rata laki-laki lebih tinggi 13 cm dan lebih

berat 15-20 kg dari rata-rata wanita (Wilmore dalam Taufik, 2013: 7).

Kepadatan tulang pada wanita kira-kira 25 % lebih rendah daripada laki-

laki dan rasio tuas sendi-sendinya secara fungsional juga kurang efektif.

Kapsul sendi pada wanita lebih lunak dan lentur. Hal tersebut

menyebabkan lebih rendahnya toleransi terhadap stres-stres fisik yang

ekstrim dan pada umumnya cenderung lebih mudah cedera. Pada orang

dewasa, dimensi fisik laki-laki rata-rata 7-10 % lebih besar daripada

wanita. Perbedaan ukuran tersebut pada anak-anak sangat sedikit sampai

usia pubertas, anak perempuan lebih tinggi dan lebih besar daripada anak

laki-laki. Hal ini disebabkan awal pubertas yang lebih dini pada anak

perempuan 9-13 tahun daripada anak laki-laki 10-14 tahun dengan waktu

yang lebih panjang. Di bawah pengaruh hormon testosteron, laki-laki

tumbuh lebih tinggi dengan gelang bahu yang lebih luas dan panggul yang

lebih sempit serta tungkai yang lebih panjang. Wanita dengan dipengaruhi

hormon estrogen berkembang dengan bahu yang lebih sempit, panggul

yang lebih luas relatif terhadap tinggi tubuhnya.

Menurut Whiting (2008: 120) bahwa kekuatannya otot laki-laki dan

wanita berbeda karena perbedaan massa otot sehingga akan mempengaruhi

tingkat fleksibilitas pada otot. Otot laki-laki lebih tebal dibandingkan otot

wanita sehingga otot laki-laki lebih kuat dibandingkan wanita. Selain itu,

otot wanita lebih lentur dibandingkan laki-laki. Hal itu disebabkan oleh

testosteron, hormon steroid yang disekresikan utamanya pada laki-laki,

testosteron ini akan mempromosikan sintesis dan perakitan aktin serta

miosin.

Kerja maksimum laki-laki setelah usia 25 tahun akan mengalami

penurunan 1 % setiap tahun, sedangkan penurunan yang terjadi pada

wanita sedikit lebih besar dibanding pria.

Perbandingan keadaan fisik antara pria dengan wanita dewasa

menunjukkan bahwa wanita memiliki tubuh yang relatif kecil. Proporsi

jaringan lemak dengan otot berbanding 18:35 untuk wanita, sedangkan

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

38

untuk pria 18:42. Dengan demikian, jumlah otot pada laki-laki lebih

banyak daripada wanita. Hormon estrogen pada wanita berperan dalam

penimbunan lemak pada tempat-tempat tertentu selama masa pubertas,

sedangkan testosteron merangsang perkembangan otot pada laki-laki.

Bila dinyatakan dalam persentase dari berat badannya, wanita dewasa

memiliki lemak sekitar dua kali lebih banyak daripada laki-laki.

Menurut Pate dalam Taufik (2013: 10) bahwa orang dewasa muda

persentasi lemak tubuh rata-rata 25% untuk wanita dan 15% untuk laki-

laki. Perbedaan ini terjadi karena berat lemak absolut pada wanita lebih

besar dibandingkan dengan berat tanpa lemak. Dengan perbandingan

tersebut pria lebih untung ditinjau dari segi kemampuan gerak.

Dibandingkan dengan pria, wanita kurang memiliki skeletal yang kokoh

sehingga kurang menunjang kekuatan. Sedangkan kelemahan pada

beberapa persendian terutama kurang kuatnya kapsul sendi dapat berakibat

terbatasnya gerakan.

5. Aktivitas Fisik

Adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran

tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental,

serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang

hari (Depkes, 2006: 80). Sedangkan menurut WHO (2006: 256)

menjelaskan bahwa aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh akibat

aktivitas otot–otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi.

Aktivitas fisik menggambarkan gerakan tubuh yang disebabkan oleh

kontraksi otot sehingga menghasilkan energi. Berjalan kaki, berkebun,

naik turun tangga, bermain bola, menari, merupakan aktivitas fisik yang

baik untuk dilakukan. Untuk kepentingan kesehatan, aktivitas fisik

haruslah sedang atau bertenaga serta dilakukan hingga kurang lebih 30

menit setiap harinya dalam seminggu (Wardlaw, 2007: 214)

Menurut Pusat Promosi Kesehatan Indonesia (Promkes, 2009: 2)

Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

39

pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik

dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan

bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik dan latihan dapat mempengaruhi

keseimbangan, postural stability dan lain-lain hal ini ditunjukkan oleh

gambar dibawah ini:

Positive Effect on postural stability or risk

factors for falls

Balance strength & power

functional ability co-ordination

Mobility Gait

Depression fear of falling

Negative Effect on postural stability Negative Effect on falls

unsafe practice unsafe practice

acute fatigue acute fatigue

displacement of centre of gravity displacement of centre of gravity

environmental risk exposure environmental risk exposure

Gambar 2.2. Pengaruh Aktivitas Fisik Dan Exercise

Sumber: Skelton, 2001: 39

Inaktivitas fisik merupakan salah satu gaya hidup yang tidak sehat.

Hal tersebut termasuk faktor resiko penyebab kematian, morbiditas kronis,

dan kecacatan (BRFS, 2001: 764). Aktivitas fisik yang kurang juga

merupakan masalah kesehatan dunia yang umum, dan merupakan sebagai

prioritas dunia kesehatan internasional. Fakta disertai bukti yang jelas

mengenai adanya hubungan inaktivitas terhadap banyak peningkatan

resiko penyakit-penyakit kronis, termasuk penyakit jantung, stroke dan

Positive Effect on falls

only with sufficient

- tailoring, duration

- frequency, intensity

and with components of

- balance and Tai Chi

- strength and power

- endurance

- reducing asymmetry

- co-ordination

- functional/gait skills

- postural/transfer skills

- floor work

Physical Activity

Structured

Exercise

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

40

juga penyakit kanker (Roux et al, 2008: 35). Di antara hal tersebut ada

faktor resiko yang mempengaruhi yaitu seperti obesitas, dyslipidemia,

diabetes tipe 2 dan leukemia (Sakuta dan Suzuki, 2005: 184).

Seseorang yang menghabiskan sedikit waktunya untuk melakukan

aktivitas fisik dalam sehari dibanding dengan orang yang aktif memiliki

tingkat METs yang rendah dan memiliki lebih banyak lemak tubuh (Lau et

al, 2007: 176). Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh

yang dihasilkan oleh otot-otot skeletal dan menghasilkan peningkatan

resting energy expenditure yang bermakna. Aktivitas fisik juga dapat

didefinisikan sebagai suatu gerakan fisik yang menyebabkan terjadinya

kontraksi otot (Utari, 2007: 34).

Aktivitas fisik juga merupakan parameter tingkat kesehatan seseorang.

Pemeliharaan dan peningkatan kondisi kesehatan mutlak diperlukan agar

terlindungi dari dampak negatif penyakit-penyakit non-infeksi di atas.

Aktivitas fisik ini dapat dilihat pengaruhnya terhadap faktor-faktor seperti

kondisi metabolik, dan tingkat berat badan dan gangguan metabolisme

(Vouri, 2004: 101).

Adapun kriteria dan pengukuran tingkat aktivitas fisik serta

manfaatnya, adalah sebagai berikut:

a. Kriteria dan Pengukuran Tingkat Aktivitas Fisik

Ada 3 macam kriteria, dan pengukuran tingkat aktivitas fisik yang

dapat kita lakukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh yaitu:

1) Aktivitas Fisik Rendah

Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat membantu

jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan

membuat tubuh lebih bertenaga, contohnya:

a) Berjalan kaki

b) Lari ringan

c) Berenang dan senam

d) Berkebun dan kerja di taman.

2) Aktivitas Fisik Sedang

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

41

Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu

pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lentur

dan sendi berfungsi dengan baik. Contohnya:

a) Peregangan, mulai dengan perlahan-lahan tanpa kekuatan atau

sentakan, dilakukan secara teratur selama 10-30 detik, bisa

mulai dari tangan dan kaki

b) Senam taichi atau yoga

c) Mencuci pakaian dan mobil

d) Mengepel lantai

3) Aktivitas Fisik Berat

Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu

kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima,

tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta

membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti

osteoporosis, contohnya:

a) Push-up, dengan mempelajari teknik yang benar untuk

mencegah otot dan sendi dari kecelakaan

b) Naik turun tangga

c) Angkat berat/ beban

d) Membawa belanjaan

e) Mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur (fitness)

Para ahli epidemiologi membagi aktivitas fisik menjadi dua

kategori yaitu aktivitas fisik yang terstruktur (kegiatan olahraga) dan

aktivitas tidak terstruktur (kegiatan sehari-hari seperti berjalan,

bersepeda, bekerja) (William, 1993: 214). Banyaknya aktivitas fisik

berbeda pada tiap individu tergantung pada gaya hidup perorangan dan

faktor lainya.

Menurut Numalina (2011: 65) secara umum aktivitas fisik dibagi

menjadi tiga tingkatan:

1) Kegiatan ringan

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

42

Hanya membutuhkan sedikit tenaga dan biasanya tidak

menyebabkan perubahan dalam pernafasan.

2) Kegiatan sedang

Membutuhkan tenaga intens atau terus menerus, gerakan otot yang

berirama dan nafas menjadi agak terengah-engah.

3) Kegiatan berat

Biasanya berhubungan dengan olahraga. Merupakan kegiatan yang

dilakukan pada intensitas yang dapat memacu detak jantung sekitar

60-70 % dari maksimum. Aktivitas ini akan membuat berkeringat

dan nafas agak sesak.

b. Manfaat aktivitas fisik

Manfaat aktivitas fisik menurut Haywood (1986: 90) adalah

mempengaruhi pertumbuhan dan kematangan. Beberapa manfaat dari

melakukan aktivitas fisik secara teratur (WHO, 2006: 55): 1)

Membantu orang mengendalikan berat badannya, yang pada akhirnya

memungkinkan mereka untuk mempertahankan gaya hidup yang lebih

baik dan tetap segar serta waspada selama terjaga, 2) Membantu

mengurangi resiko penyakit jantung dan gagal jantung, karena otot-

otot jantung menjadi lebih kuat, 3) Mampu mengurangi resiko

diabetes tipe 2 dan kondisi lain yang terkait dengan aktivitas seperti

obesitas, 4) Membantu mengurangi resiko kanker jenis tertentu, 5)

Membantu menguatkan tulang menjadi lebih kuat dan otot menjadi

lebih lentur untuk mengurangi cedera fisik, 6) Secara keseluruhan

aktivitas fisik membantu kesempatan untuk lebih lama hidup.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dilakukan oleh Battie et al (1987: 56) tentang

Spinal Flexibility and Individual Factors That Influence It, menyimpulkan

bahwa fleksibilitas togok pada orang dewasa dipengaruhi oleh berbagai faktor

individu seperti usia, jenis kelamin, dan aktivitas fisik. Goldspink (2011: 11)

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

43

dalam penelitiannya yang berjudul Age-Related Loss of Muscle Mass and

Strength menyatakan bahwa ada hubungan antara usia dengan penurunan

massa otot dan kekuatannya. Hrazdíra et al (2013: 135) meneliti tentang The

comparison of flexibility in the Czech population aged 18-59 years, di mana

nilai signifikansinya < 0,05 yang berarti ada perbedaan fleksibilitas pada orang

usia 18-59 tahun. Penelitian Stathokostas et al (2013: 8) tentang Flexibility of

Older Adults Age 55-86 Years and the Influence of Physical Activity,

menyimpulkan bahwa fleksibilitas orang dewasa tua lebih ditentukan oleh usia

daripada aktivitas fisik.

C. Kerangka Berfikir

Gambar 2.3. Kerangka Berfikir

1. Perubahan Kekuatan Otot Punggung, Fleksibilitas Togok, dan

Keseimbangan pada Orang Dewasa Usia 40-60 Tahun Berdasarkan Jenis

Kelamin

Perubahan kekuatan otot punggung, fleksibilitas togok, dan keseimbangan

pada orang dewasa laki-laki dan perempuan cenderung mengalami perbedaan.

Hal ini dapat dilihat dengan perbandingan keadaan fisik antara pria dengan

Jenis Kelamin

Laki-laki

Dewasa Usia 40-60 Tahun

Aktivitas

Fisik

Ringan

Perempuan

Aktivitas

Fisik

Berat

Aktivitas

Fisik

Ringan

Aktivitas

Fisik

Berat

Aktivitas

Fisik

Sedang

Aktivitas

Fisik

Ringan

Perubahan Kekuatan Otot Punggung, Fleksibilitas Togok, dan

Keseimbangan

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/A121308006_bab2.pdf · LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perspektif Perkembangan

44

wanita dewasa menunjukkan bahwa wanita memiliki tubuh yang relatif kecil.

Proporsi jaringan lemak dengan otot berbanding 18:35 untuk wanita,

sedangkan untuk pria 18:42. Dengan perbandingan tersebut pria lebih untung

ditinjau dari segi kemampuan gerak. Dibandingkan dengan pria, wanita

kurang memiliki skeletal yang kokoh sehingga kurang menunjang kekuatan.

Sedangkan kelemahan pada beberapa persendian terutama kurang kuatnya

kapsul sendi dapat berakibat terbatasnya gerakan.

2. Perubahan Kekuatan Otot Punggung, Fleksibilitas Togok, dan

Keseimbangan pada Orang Dewasa Usia 40-60 Tahun Berdasarkan

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik mengambarkan gerakan tubuh yang disebabkan oleh

kontraksi otot sehingga menghasilkan energi. Aktivitas fisik dan latihan dapat

mempengaruhi keseimbangan, postural stability dan lain-lain. Seseorang yang

menghabiskan sedikit waktunya untuk melakukan aktivitas fisik dalam sehari

dibanding dengan orang yang aktif memiliki tingkat METs yang rendah dan

memiliki lebih banyak lemak tubuh sehingga berpengaruh terhadap

kemampuan geraknya.

Seseorang yang melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat membantu

menguatkan tulang menjadi lebih kuat dan otot menjadi lebih lentur untuk

mengurangi cedera fisik dan secara keseluruhan aktivitas fisik membantu

kesempatan untuk lebih lama hidup.