bab ii konsep dasar -...
TRANSCRIPT
1
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Dasar Keluarga
1. Definisi Keluarga
a. Menurut Friedman (1998)
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-
ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
b. Menurut Depkes (1988)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
c. Menurut BKKBN
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan
ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan materil yang layak.
(Sudiharto,2007)
Dari ketiga pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan darah, perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosianal serta sosial dari tiap anggota keluarga.
2
2. Tipe atau Bentuk Keluarga
Tipe Keluarga menurut Murwani (2007):
1) Tipe Keluarga Tradisional
a) Keluarga Inti adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak.
b) Keluarga Besar adalah keluarga inti ditambah dengan keluarga
lain yang mempunyai hubungan darah.
c) Keluarga Dyad adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami istri tanpa anak.
d) Single Adult adalah suatu rumah tangga yang hanya terdiri
seorang dewasa.
2) Tipe Keluarga Non Tradisional
a) Commue Family adalah lebih satu keluarga tanpa pertalian
darah hidup serumah.
b) Orang tua yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
dalam satu rumah tangga.
c) Homoseksual adalah dua individu yang sejenis hidup satu
rumah tangga.
3
3. Tugas Keluarga
Menurut Friedman (1998), keluarga mempunyai tugas sebagai berikut:
mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan
yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit,
mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.
4. Fungsi Keluarga
Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, antara lain:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial.
Komponen yang perlu di penuhi oleh keluarga dalam melaksanakan
fungsi afektif adalah:
1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain.
2) Saling menghargai. Bila anggota saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi akan tercapai.
4
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi di mulai sejak manusia
lahir, dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia, maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan
untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti sandang, pangan, dan
papan.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
5
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga.
B. Konsep Lansia
Orang yang lebih tua mengalami masalah dengan berbagai aktivitas hidup
sehari-hari (ADLs), yang termasuk mandi, berpakaian, makan, toilet,
penahanan, dan mentransfer. Masalah-masalah ini kemampuan orang yang
lebih tua sering berdampak terhadap hidup mandiri, karena penurunan
fungsional dimana semua mempengaruhi kualitas hidup individu. Ketika hal
ini terjadi, orang yang lebih tua memiliki beberapa pilihan tempat tinggal.
Banyak orang yang lebih tua tinggal bersama saudara atau anak-anak.
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus-menerus dan berkesinambungan, selanjutnya akan menyebabkan
perubahan antomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh sehingga akan
mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan
(DepKes,2001).
Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat
sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur,
timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan
penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang
lincah (Siti Maryam,2008).
6
1. Pengertian Lansia
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Siti Maryam,2008).
Menurut UU No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa
usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
2. Teori Menua
a. Teori Biologis
1) Teori Genetik
a) Teori Genetik Clock
Teori ini merupakan intrinsik yang menjelaskan bahwa di
dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan
menentukan proses penuaan.
Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram
secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam
inti selnya memiliki suatu jam genetik atau jam biologis sendiri
dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda
yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis
ini berhenti berputar, ia akan mati.
7
b) Teori Mutasi Somatik
Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi
somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi
kesalahan dalam proses traskripsi DNA atau RNA dan dalam
proses translasi RNA protein atau enzim. Kesalahan ini terjadi
terus-menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi
organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit.
Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai
contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi
penurunan kemampuan fungsional.
2) Teori Non Genetik
a) Teori Penurunan Sistem Imun Tubuh
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika
mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem
imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya.
Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto imun
pada lanjut usia. Dalam proses metabolisme tubuh, diproduksi
suatu zat khusus. Ada jaringan tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah
dan sakit.
8
b) Teori Kerusakan Akibat Radikal Bebas
Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di
dalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau proses
pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan
suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai
elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif
mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai
kerusakan atau perubahan dalam tubuh.
Tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan protein
oksidasi oksigen bahan organik. Radikal bebas ini
menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi dan radikal bebas ini
dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi
sel.
c) Teori Menua Akibat Metabolisme
Pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat
pertumbuhan dan perpanjangan umur, sedangkan perubahan
asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur.
9
d) Teori Rantai Silang
Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh
lemak, protein, karbohidrat, dan asam nukleat bereaksi dengan
zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang
menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis,
dan hilangnya fungsi pada proses menua.
e) Teori Fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri
atas teori oksidasi stress. Disini terjadi kesalahan usaha dan
stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal).
b. Teori Sosiologis
Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara
lain:
1) Teori Interaksi Sosial
Teori ini menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial
10
merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan
kemampuannya bersosialisasi.
2) Teori Aktivitas atau Kegiatan
a) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan
sosial.
b) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama
mungkin.
c) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkakn pada cara hidup
lanjut usia.
d) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu
agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.
3) Teori Kepribadian Berlanjut
Teori ini merupakan gabungan teori yang disebutkan
sebelumnya. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi
pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas
yang dimilikinya.
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lanjut usia. Dengan demikian, pengalaman hidup
11
seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat
ia menjadi lanjut usia.
4) Teori Pembebasan atau Penarikan Diri
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan lainnya. Menurut
teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua
yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan
dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan
diri menghadapi kematiannya.
5) Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Teori
penarikan diri dan teori aktivitas, proses penuaan merupakan suatu
pergerakan dan proses yang searah, akan tetapi pada teori
kesinambungan merupakan pergerakan dan proses banyak arah,
bergantung dari bagaimana penerimaan seseorang terhadap status
kehidupan.
12
6) Teori Perkembangan
Teori ini mengemukakan pentingnya apa yang telah dialami
oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu
dipahami teori Freud. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana
proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana
jawaban lansia terhadap berbagai tantangan dan bagaimana positif
atau negatif.
7) Teori Stratifikasi Usia
Stratifikasi usia berdasarkan usia kronologi yang
menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas,
peran, kewajiban, dan hak mereka berdasarkan usia.
Keunggulan teori stratifikasi usia adalah pendekatan yang
dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk
mempelajari sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro.
Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk
menilai lansia secara perorangan.
8) Teori Spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada
pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi
individu tentang arti kehidupan. Perkembangan kepercayaan antara
orang dan lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-
13
nilai dan pengetahuan. Perkembangan spiritual pada lansia berada
pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan.
3. Perubahan pada Lansia
Perubahan Fisik dan Fungsi
a) Sel
(1) Jumlah sel menurun atau lebih sedikit
(2) Ukuran sel lebih besar
(3) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang
(4) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun
(5) Jumlah sel otak menurun
(6) Mekanisme perbaikan sel terganggu
(7) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
(8) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar
b) Sistem Persyarafan
(1) Menurun hubungan persyaran
(2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya)
(3) Respon dan waktu bereaksi lambat, khususnya terhadap
stress
(4) Saraf panca indra mengecil
14
(5) Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf
penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan terhadap sentuhan
(6) Defisit memori
c) Sistem Pendengaran
(1) Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,
50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun
(2) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
(3) Terjadi pengumpulaln serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya keratin
(4) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan atau stress
(5) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada
tinggi atau rendah, bisa terus-menerus atau intermiten)
(6) Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang
atau berputar)
15
d) Sistem Penglihatan
(1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap sinar
menghilang
(2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
(3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak,
jelas menyebabkan gangguan penglihatan
(4) Meningkatkan ambang pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap
(5) Penurunan atau hilangnya daya akomodasi, dengan
manifestasi presbiopia, seseorang sulit melihat dekat yang
dipengaruhi berkurangnya elastisitas lensa
(6) Lapang pandang menurun, luas pandangan berkurang
(7) Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau
hijau pada skala
e) Sistem Kardiovaskuler
(1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
(2) Elastisitas dinding aorta menurun
(3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan
kontaksi dan volume menurun
(4) Curah jantung menurun
16
(5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke duduk
bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(6) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
perdarahan
(7) Tekanan darah meningkat akibat resistensi pembuluh darah
perifer meningkat
f) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai
suatu thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu.
Kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Yang sering ditemui antara lain :
(1) Temperature tubuh menurun (hiptremia) secara fisiologis
350C ini akibat metabolisme yang menurun
(2) Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan
dapat pula menggigil, pucat, dan gelisah
(3) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
penurunan aktivitas otot
17
g) Sistem Pernapasan
(1) Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atrofi,
kehilangan kekuatan, dan menjadi kaku
(2) Aktivitas silia menurun
(3) Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum
menurun dengan kedalaman bernafas menurun
(4) Ukuran alveoli melebar dan jumlah berkurang
(5) Berkurangnya elastisitas bronkus
(6) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg
(7) Karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas
terganggu
(8) Reflek dan kemampuan untuk batuk berkurang
(9) Sensivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun
(10) Sering terjadi emfisema senilis
(11) Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot
pernapasan menurun seiring pertambahan
h) Sistem Pencernaan
(1) Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi
kesehatan gigi dan gizi yang buruk
18
(2) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang
kronis, atrofi indra pengecap, hilangnya sensitivitas saraf
pengecap di lidah, terutama rasa manis dan asin, hilangnya
sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam, dan
pahit
(3) Esophagus membesar
(4) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun, motilitas dan
waktu pengosongan lambung menurun
(5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
(6) Fungsi absorpsi melemah
(7) Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun,
aliran darah berkurang
i) Sistem reproduksi
(1) Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
(2) Ovari menciut, uterus mengalami atrofi
(3) Atrofi payudara
(4) Atrofi vulva
(5) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi
perubahan warna
(6) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada
penurunan secara berangsur-angsur
19
j) Sistem Genitourinaria
(1) Ginjal
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa
metabolisme tubuh, melalui urine darah yang masuk ke
ginjal, disaring oleh satuan terkecil dari ginajal yang disebut
nefron. Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus
berkurang. Akibatnya, kemampuan mengonsentrasi urine
menurun, berat jenis menurun, proteiuria, BUN meningkat
sampai 21mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat.
(2) Vesika Urinaria
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200ml
atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada
pria lanjut usia, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga
mengakibatkan retensi urine meningkat.
(3) Atrofi Vulva
Seseorang yang semakin menua, kebutuhan hubungan
seksualnya masih ada. Tidak ada batasan umur tertentu kapan
fungsi seksual seseorang berhenti. Frekuensi hubungan
20
seksual cenderung menurun secara bertahap setiap tahun,
tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmatinya berjalan
terus sampai tua.
k) Sistem Endokrin
Kelenjar endrokin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia
yang memproduksi hormon. Hormon pertumbuhan berperan
sangat penting dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan,
dan metabolisme organ tubuh. Yang termasuk hormon kelamin
adalah :
(1) Estrogen, progesteron, dan testosteron yang memelihara alat
reproduksi dan gairah seks. Hormon ini mengalami
penurunan.
(2) Kelenjar pankreas
(3) Kelenjar adrenal atau anak ginjal yang memproduksi
adrenalin. Kelenjar yang berkaitan dengan hormon pria atau
wanita. Salah satu kelenjar endokrin dalam tubuh yang
mengatur agar arus darah ke organ tertentu berjalan dengan
baik, dengan jalan mengatur vasokonstriksi pembuluh
darah.
(4) Produksi hampir semua hormon menurun
(5) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
(6) Produksi aldoseron menurun
21
l) Sistem Integumen
(1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak
(2) Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik
(3) Timbul bercak pigmentasi akibat melanogenesis yang tidak
merata pada permukaan kulit sehingga bintik-bintik
(4) Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu
(5) Pertumbuhan kuku lebih lambat
(6) Kuku jari keras dan rapuh
(7) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya
(8) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
(9) Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang
m) Sistem Muskuloskletal
(1) Tulang kehilangan dentinitas (cairan) dan semakin rapuh
(2) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi
(3) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,
pergelangan, dan paha
(4) Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga
rusak dan aus
(5) Kifosis
(6) Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
(7) Gangguan gaya berjalan
22
(8) Kekakuan jaringan penghubung
(9) Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek
(10) Persendian membesar dan menjadi kaku
(11) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
(12) Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan
menjadi lamban, otot kram, dan menjadi tremor
(13) Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua
(14) Otot polos tidak begitu berpengaruh
Perubahan Mental
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental:
1. Perubahan fisik, khususnya organ perasa
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan
5. Lingkungan
Perubahan kepribadiaan yang drastis, keadaan ini jarang terjadi.
Lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang,
kekakuan mungkin karena faktor lain, misalnya:
a) Kenangan (Memori)
Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari
yang lalu dan mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka
23
pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk (bisa kearah
demensia).
b) Intelegentia Quotion (IQ)
IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal. Penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor
berkurang. Terjadi perubahan pada daya membayangkan karena
tekanan faktor waktu.
i. Perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan
identitas dikatakan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila
mengalami pensiun, seseorang akan mengalami kehilangan antara
lain:
1. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
2. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan atau posisi yang
cukup tinggi, lengkap dengan semua fasilitas)
3. Kehilangan pekerjaan dan kegiatan
4. Peran Keluarga Terhadap Lansia
Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota keluarga
memiliki peranan yang sangat penting. Ada beberapa hal yang dapat
dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan peranannya
terhadap lansia, yaitu:
24
1) Melakukan pembicaraan terarah
2) Mempertahankan kehangatan keluarga
3) Membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia
4) Membantu dalam hal transportasi
5) Membantu memenuhi sumber-sumber keuangan
6) Memberikan kasih sayang
7) Menghormati dan menghargai
8) Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia
9) Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu,serta perhatian
10) Jangan menganggapnya sebagai beban
5. Tugas Perkembangan Keluarga Berkaitan dengan Lansia
Menurut Carter dan McGoldrick (1988), tugas perkembangan keluarga
dengan lansia adalah sebagai berikut:
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat
penting dalam mendukung kesejahteraan lansia. Perpindahan tempat
tinggal bagi lansia merupakan suatu pengalaman traumatis, karena
pindah tempat tinggal berarti akan mengubah kebiasaan-kebiasaan
yang selama ini dilakukan oleh lansia di lingkungan tempat tinggalnya.
Selain itu, dengan pindah tempat tinggal berarti lansia akan kehilangan
teman dan tetangga yang selama ini berinteraksi serta telah
memberikan rasa aman pada lansia.
25
2) Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun
Ketika lansia memasuki pensiun, maka terjadi penurunan
pendapatan secara tajam dan semakin tidak memadai, karena biaya
hidup terus meningkat, sementara tabungan atau pendapatan
berkurang.
Dengan sering munculnya masalah kesehatan, pengeluaran untuk
biaya kesehatan merupakan masalah fungsional yang utama. Adanya
harapan hidup lebih lama dengan masalah kesehatan yang ada.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
Hal ini menjadi lebih penting dalam mewujudkan kebahagiaan
keluarga. Perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral
dan aktivitas yang berlangsung dari pasangan lansia.
4) Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan
Tugas perkembangan ini secara umum merupakan perkembangan
yang paling traumatis. Lansia biasanya telah menyadari bahwa
kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan
kematian tidak berarti bahwa pasangan yang ditinggalkan akan
menemukan penyesuaian kematian dengan mudah.
26
5) Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi
Ada kecenderungan bagi lansia untuk menjauhkan diri dari
hubungan sosial, tetapi keluarga tetap menjadi fokus interaksi lansia
dan sumber utama dukungan sosial. Oleh karena lansia menarik diri
dari aktivitas dunia sekitarnya, maka hubungan dengan pasangan,
anak-anak, cucu, serta saudaranya menjadi lebih penting.
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut
Hal ini dipandang penting, bahwa penelaah kehidupan
memudahkan penyesuaian terhadap situasi-situasi sulit yang
memberikan pandangan terhadap kejadian-kejadian di masa lalu.
Lansia sangat peduli terhadap kualitas hidup mereka dan berharap agar
dapat hidup terhormat dengan kemegahan dan penuhi arti.
(Siti maryam,2008)
6. Alasan Lansia perlu dirawat di Lingkungan keluarga
a. Keluarga merupakan unit pelayanan keperawatan dasar
b. Tempat tinggal keluarga merupakan lingkungan atau tempat alamiah
dan damai bagi lansia, apabila keluarga tersebut harmonis
c. Kesejahteraan keluarga dan kemampuan keluarga untuk menentukan
diri sendiri merupakan prinsip-prinsip untuk mengarah kepada
pengambilan keputusan
27
d. Pengambilan kepusan yang terkait dengan kesehatan keluarga
merupakan kesepakatan antara keluarga dan pemberi pelayanan
kesehatan
e. Perawat kesehatan masyarakat memberikan pelayanan kesehatan
utama kepada keluarga untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan
7. Masalah-masalah Kesehatan yang dapat muncul pada kesehatan dengan
Lansia
Masalah-masalah kesehatan yang dapat muncul pada keluarga dengan
lansia adalah TB, pneumonia, Ca paru, arteriosklerosisi, infark miokard,
angina pectoris, gastritis, ulkus peptikulum, kanker kelenjar prostate.
28
C. Teori Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik atau diastolik
yang intermiten atau menetap dengan sistolik 150 mmHg dan diatolik 95
mmHg pada orang yang berusia di atas 50 tahun (Jaime, L,
Stockslager,2008).
Hipertensi pada lanjut usia adalah tekanan sistolik 140 mmHg dan
diastolik 90 mmHg (Wahjudi,2000).
2. Anatomi
29
Perubahan anatomik pada sistem kardiovaskuler :
1. Jantung (Cor)
Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia.
Disertai dengan bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini terjadi
akibat adanya perubahan pada dinding media aorta dan bukan
merupakan akibat dari perubahan intima karena aterosklerosis.
Perubahan aorta ini menjadi sebab apa yang disebut isolated aortik
inkompetenke dan terdengarnya bising pada apek cordis.
Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil
(atropi) seperti organ tubuh lain, tetapi malahan terjadi hipertropi.
Pada umur 30-90 tahun massa jantung bertambah (1 gram/ tahun pada
laki-laki dan 1,5 gram/tahun pada wanita).
Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari
berkurangnya jumlah inti sel dari jaringan fibrosa katup, penumpukan
lipid, degenerasi kolagen dan kalsifikasi fibrosa katup tersebut. Daun
katup menjadi kaku, perubahan ini menyebabkan terdengarnya bising
sistolik ejeksi pada usia lanjut.
Ukuran katup jantung bertambahh. Pada orang muda katup
antrioventrikuler lebih luas dari katup semilunar. Dengan
bertambahnya usia terdapat penambahan sirsumferensi katup, katup
aorta paling cepat sehingga pada usia lanjut menyamai kayup mitral,
juga menyebabkan penebalan katup mitral dan aorta. Perubahan ini
disebabkan degenerasi jaringan kolagen. Pengecilan ukuran,
30
penimbunan lemak dan kalsifikasi. Kalsifikasi sering terjadi pada
anulus katup mitral yang sering ditemukan pada wanita. Perubahann
pada katup aorta terjadi pada daun atau cincin katup. Katup menjadi
kaku dan terdengar bising sistolik ejeksi.
2. Pembuluh darah otak
Otak mendapat suplai darah utama dari arteri karotis interna
dan arteri vertebralis. Pembentukan plak ateroma sering dijumpai
didaerah bifurkatio khususnya pada pangkal arteries karotis interna.
Sirkulus Willisii dapat pula terganggu dengan adanya plak ateroma
juga arteri-arteri kecil mengalami perubahan ateromatus termasuk
fibrosis tunika media hialinisasi dan kalsifikasi. Walaupun berat otak
hanya 2% dari berat badan tetapi mengkonsumsi 20% air total
kebutuhan oksigen konsumsi. Aliran darah serebral pada orang
dewasa kurang lebih 50cc/100gm/menit pada usia lanjut menurun
menjadi 30cc/100gm/menit.
Perubahan degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi sistem
vertebrobasiler adalah degenerasi diskus veterbralis (kadar air sangat
menurun, fibrokartilago meningkat). Akibatnya diskus ini menonjol
ke perifer mendorong periost yang meliputinya dan ligamen
intervertebral menjauh dari korpus vertebra, bagian periost yang
terdorong ini akan mengalami klasifikasi dan membentuk osteofit.
Keadaan seperti ini dikenal denga nama spondilosis servikalis.
31
Diskus intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh
kolumna verterbralis sehingga degerasi diskus dapat mengakibatkan
pengurangan tinggi badan pada usia lanjut. Spondilosis servikalis
berakibat hal pada arteri vertebralis, yaitu
a. Osteofit sepanjang pinggir corpus veterbral dan pada posisi
tertentu bahkan dapat mengakibatkan oklusi pembuluh arteri ini.
b. Berkurangnya panjang kolumna servikal berakibat arteri
veterbralis menjadi berkelok-kelok. Pada posisi tertentu
pembuluh ini dapat tertekuk sehingga terjadi oklusi.
Dengan adanya kelainan antomis pembuluh darah arteri pada usia
lanjut seperti telah diuraikan diatas, dapat dimengerti bahwa sirkulasi
otak pada orang tua sangat rentan terhadap perubahan-perbahan baik
perubahan posisi tubuh maupun fungsi jantung dan bahkan fungsi
otak.
3. Pembuluh darah perifer
Arterosklerosis yang berat akan menyebabkan penyumbatan
arteri perifer yang menyebabkan pasokan darah ke otot-otot tungkai
bawah menurun. Hal ini menyebabkan iskemik jaringan otot yang
menyebabkan keluhan kladikasio (Snell, 2006).
32
3. Klasifikasi
Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas: hipertensi pada tekanan
sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik
sama atau lebih besar dari 90 mmHg, hipertensi sistolik terisolasi, tekanan
sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari
90 mmHg (wahjudi, 2008).
Secara klinis derajat hipertensi dikelompokkan sebagai berikut:
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 ( berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
4. Etiologi
Hipertensi diklasifikasikan berdasarkan tipe, penyebab, dan
keparahannya:
a) Hipertensi esensial
33
Penyebab pastinya belum diketahui tapi bisa dari riwayat keluarga, ras,
obesitas, diet tinggi natrium atau lemak jenuh, penggunaan tembakau,
gaya hidup yang banyak duduk, dan penuaan.
b) Hipertensi sekunder
Dapat diakibatkan oleh penyakit renovaskuler, penyakit parenkim
ginjal, feokrotoma, penyempitan aorta, penyakit neurologik, dan
disfungsi kelenjar tiroid.
Pada usia lanjut patogenesis terjadinya hipertensi usia lanjut sedikit
berbeda dengan yang terjadi pada dewasa muda. Faktor yang berperan
pada usia lanjut terutama adalah:
a) Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat
proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulasi vitiosus.
b) Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Makin lanjutnya
usia makin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar
natrium.
c) Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua
akan meningkatan resistensi pembuluh darah perifer yang ada akhirnya
akan mengakibatkan hipertensi
d) Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi
endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan
substansi kimiawi lain yang kemudian menyebabkan reabsobsi natrium
34
di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah
perifer dan keadaan lain yang berakibat pada kenaikan tekanan darah.
5. Patofosiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglia melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi, medula adrenal
mensekresi epineprin yang menyebabkan vasokonstriksi. Kortek adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat reaksi
vasokontriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi yang menyebabkan
penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriksi kuat yang pada gilirannya merangsang
35
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut
usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah konsekuensinya aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer.
(Brunner & Suddarth,2000)
36
6. Pathways
Umur, Jenis Kelamin, gaya Hidup, Obesitas
Hipertensi
Kardiovaskuler Paru Ginjal Muskuloskletal
Arteri sistemik peningkatan volume
Residual paru Penurunan sekresi rennin Kehilangan kepadatan tulang
Beban kerja jantung
Penurunan kapasitas vital Pengeluaran angiotensinogen Kehilangan ukuran dan
Hipertropi ventrikel kiri kekuatan otot
Penurunan pertukaran gas angiotensin I menjadi angitensin II
Dan kapasitas difusi Degenerasi tulang
Pemulihan jantung lebih lambat Vasokonstriksi arteriola rawan sendi
37
Gangguan Pertukaran gas perifer
Frekuensi jantung dan volume
Sekuncup tidak meningkat Merangsang aldosteron Resiko Injuri
Dengan kebutuhan maksimal
Retensi Na dan H2O
Penurunan curah jantung
Gangguan Keseimbangan Cairan
Suplai O2 dengan kebutuhan
Tubuh tidak seimbang
Gangguan fatique
Perfusi jaringan
Intoleransi aktifitas
(Brunner and Suddart, 2000)
38
7. Manifestasi Klinik
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada biasanya menunjukkan adanya
kerusakan vaskuler dengan manisfestasi yang khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Hipertrofi ventrikel kiri
terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa
berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat.
Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja,
maka dapat terjada gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat
bermanifestasikan sebagai nokturia (peningkatan kencing di malam hari) dan
azotemia (peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin). Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik
transient yang bermanifestasi sebagai paralis sementara pada satu sisi atau
gangguan tajam penglihatan dan pada penderita hipertensi disertai serangan
iskemik (Brunner & Suddarth, 2002).
8. Penatalaksanaan
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
a. Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat ini meliputi:
39
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah:
a) Retriksi garam secara moderat dari 10 gr/hari menjadi 5 gr/hari
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikkan merokok
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang
mempunyai empat prinsip yaitu:
a) Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, dan berenang.
b) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobik
atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
c) Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona
latihan.
d) Frekuensi latihan sebaiknya 3x perminggu dan paling baik 5x
perminggu.
3) Edukasi Psikologis
40
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi adalah
teknik relaksasi dimana relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik
yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan dengan
cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks.
4) Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatannya meliputi:
1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan
tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan tubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh
obatnya adalah Hidroklorotiazid.
41
2) Penghambat simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf
simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Contoh
obatnya adalah metildopa, klonidi, dan reserpin.
3) Betabloker
Mekanisme kerja antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan
daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita
yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma
bronchial.
Contah obatnya adalah metaprolol, propaolo, dan atenolol. Pada
penderita diabetes mellitus harus hati-hati, karena dapat menutupi
gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah menurun
menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya).
Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran
pernapasan) sehingga pemberian obat harus berhati-hati.
4) Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam
golongan ini adalah prasosin, hidralasin. Efek samping yang
kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah sakit kepala
dan pusing.
42
5) Penghambat enzim konversi angitensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat
angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah kaptropil.
Efek samping yang mungkin timbul adalah batuk kering, pusing, sakit
kepala dan lemas.
6) Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk
golongan obat ini adalah nifedipin, diltiasem, dan verapamil. Efek
samping yang mungkin timbul adalah sembelit, pusing, sakit kepala,
dan muntah.
7) Penghambat reseptor angitensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
angiotansin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya
pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini
adalah valsartan (diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah
sakit kepala, pusing, lemas, dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari
faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat
penyakit ini bisa ditekan.
43
9. Komplikasi
Berdasarakan pada pengkajian, komplikasi yang terjadi antara lain:
a. Perdarahan Retina
b. Cedera Serebrovaskuler
c. Infark miokard
d. Gagal Ginjal
e. Penyakit Katup Jantung
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisis
Dapat memperlihatkan protein, sel darah merah atau sel darah putih yang
menunjukkan adanya penyakit ginjal atau glukosa yang menunjukkan
diabetes mellitus.
b. Urografi ekskretorik
Dapat memperlihatkan atrofi ginjal, yang menandakan penyakit ginjal
kronis. Satu ginjal yang lebih pendek 1,5 cm dari ginjal yang lainnya
menunjukkan penyakit ginjal unilateral.
c. Pemeriksaan darah
Yang menunjukkan kadar kalium serum dibawah 3,5 mEq/l dapat
menandakan adanya disfungsi adrenal.
d. Elektrokardiografi
Dapat menunjukkan adanya hipertrofi ventrikuler kira atau iskemik.
44
e. Sinar-X dada
Dapat memperlihatkan adanya kardiomegali
f. Oftalmoskopi
Memperlihatkan penorehan arteriovenosa dan pda edema enselopati
hipertensi.
g. Arteriografi ginjal
Dapat menunjukkan stenosis arteri ginjal.
D. Proses Keperawatan Keluarga
1. Definisi
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukkan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai saran atau penyalur (Nasrul Effendy, 1998).
2. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan
a. Keluarga sebagai unit utana masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya
45
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu
(pasien) keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dan
memelihara kesehatan para anggotanya
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai
upaya kesehatan masyarakat
3. Pengkajian Keluarga
Menurut Friedmann (1998):
a. Mengidentifikasi Data
1) Umur
Resiko hipertensi umumnya dijumpai pada pria usia 55
tahun dan wanita 45 tahun setelah menopous.
2) Jenis kelamin
Setelah pubertas, karena hormonal tekanan darah pada laki-
laki meningkat dibandingkan perempuan karena pengaruh gaya
hidup pada laki-laki umumnya mengarah pada resiko hipertensi
seperti stress, kelelahan, merokok, dan makanan tidak terkontrol.
3) Jenis pekerjaan
46
Pekerjaan berat seperti kuli bangunan, kuli panggul, lebih
berisiko mengalami hipertensi.
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif, afektif,
dan psikomotor dalam pengelolaan penderita di keluarga. Keluarga
dengan tingkat yang rendah cenderung tidak merasakan masalah
hipertensi karena tidak mengenal tentang hipertensi, akibat, cara
perawatan, cara memodifikasi faktor resiko serta pentingnya
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, dengan demikian
kecenderungan untuk terjadi komplikasi di keluarga lebih besar.
5) Genogram
Adanya riwayat hipertensi dalam keluarga meningkatkan
resiko hipertensi pada anggota keluarga lainnya. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor genetik, yaitu adanya gen kembar
monozigot pembawa sifat dominan pada hipertensi.
6) Latar belakang budaya
Budaya atau kebiasaan yang mendukung terjadi hipertensi
antara lain kebiasaan diet terutama masyarakat kota yang gemar
mengkonsumsi makanan kaleng, sea food, fast food, makanan yang
diawetkan dan makanan yang mengandung tinggi garam.
47
Kebiasaan lain adalah kebiasaan merokok kurang olahraga
dan keengganan untuk mendatangi fasilitas kesehatan untuk
mengontrol tekanan darah dan masyarakat yang tidak
membudayakan situasi rekreatif dalam keluarga.
7) Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi menengah keatas mendorong
keluarga dalam pemilihan diit keluarga, mereka cenderung
mengkonsumsi makanan hasil olahan teknologi yaitu pengawetan,
pengasinan, dan makanan tinggi lemak sedangkan keluarga dengan
kondisi ekonomi menengah kebawah enggan mengambil keputusan
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan karena alasan biaya.
8) Aktifitas rekreasi atau waktu luang
Situasi yang rileks dalam keluarga dapat menimbulkan
relaksasi sehingga tahanan perifer menurun. Keluarga yang stress
tidak mengembangkan fungsi rekreasi akan terpengaruh pada
kondisi emosianal atau psikologis anggotanya. Faktor emosi ini
menjadi pemicu peningkatan tekanan darah.
48
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Hipertensi sering ditemukan pada keluarga dengan anggota
keluarganya berusia lanjut ataupun yang berusia lebih dari 65
tahun.
2) Riwayat keluarga
Adanya salah satu keluarga atau orang tua yang mampunya
hipertensi atau penyakit jantung, arterosklerosis, DM dan
mempunyai resiko lebih besar untuk terkena hipertensi.
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Pengobatan dan lingkungan yang tidak aman menyebabkan
resiko terjadinya injuri, karena pada penderita hipertensi
mengalami gangguan pada sistem neurosensori seperti pusing,
penglihatan kabur.
2) Tipe lingkungan
Keadaan lingkungan perkotaan, perindustrian dari pada
masyarakat di Irian Jaya.
49
3) Fasilitass kesehatan lingkungan
Adanya fasilitass kesehatan sangat menentukan pemulihan
kesehatan, pencegahan penyakit serta pengobatan.
4) Fasilitas transportasi
Transportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap
kemampuan keluarga untuk menjangkau tempat kesehatan.
d. Fungsi keluarga
1) Tingkat pengetahuan
Keluarga yang tidak mengenal masalah hipertensi (definisi,
penyebab atau faktor resiko, tanda gejala, dan akibat atau
komplikasi) secara otomatis tidak mampu untuk merawat
anggotanya yang menderita hipertensi.
2) Praktik diit keluarga
Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi garam, tinggi
lemak, kolesterol meningkatkan resiko hipertensi. Ditambah lagi
dengan kebiasaan mengkonsumsi minuman kopi.
3) Kebiasaan tidur dan istirahat
Penderita hipertensi biasanya mengalami gangguan pola
tidur sehubungan dengan proses penyakit, missal adanya insomnia,
50
nyeri kepala dan terasa tidak nyaman pada daerah tengkuk dan
sering buang air kencing di malam hari.
4) Latihan dan aktivitas
Aktivitas sebagai pekerja berat, gaya hidup monoton dan
kurang olahraga, latihan fisik ringan adalah faktor pemicu
hipertensi.
e. Pemeriksaan fisik
Beberapa data focus yang didapatkan pada klien yang menderita
hipertensi antara lain (Doenges,1999):
1) Aktifitas/istirahat
Lemah, letih, gaya hidup monoton, perubahan irama jantung.
2) Sirkulasi
Kenaikan tekanan darah, riwayat hipertensi, dan penyakit jantung,
nadi karotis sangat jelas, pucat.
3) Integritas ego
Riwayat perubahan kepribadian, marah
4) Eliminasi
Riwayat gangguan ginjal
5) Makanan/ cairan
Pola makan tinggi garam, lemak dan kolesterol
51
6) Neurosensorik
Pusing, gangguan penglihatan
7) Penapasan
Riwayat merokok, takipnea
4. Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hipertensi
Menurut Doenges (1999) adalah penurunan curah jantung, defisit
perawatan diri, gangguan perfusi serebral, risiko injuri, intoleransi
aktivitas.
5. Diagnosa keperawatan keluarga dengan hipertensi
a. Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi hipertensi
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita hipertensi
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik
untuk penderita hipertensi
5) Ketidakmampuan keluarga memamnfaatkan pelayanan kesehatan
di masyarakat
52
b. Intoleransi aktivitas
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi hipertensi
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita hipertensi
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik
untuk penderita hipertensi
5) Ketidakmampuan keluarga memamnfaatkan pelayanan kesehatan
di masyarakat
c. Defisit perawatan diri
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi hipertensi
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita hipertensi
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik
untuk penderita hipertensi
5) Ketidakmampuan keluarga memamnfaatkan pelayanan kesehatan
di masyarakat
53
d. Risiko injuri
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi hipertensi
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita hipertensi
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik
untuk penderita hipertensi
5) Ketidakmampuan keluarga memamnfaatkan pelayanan kesehatan
di masyarakat
e. Penurunan curah jantung
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi hipertensi
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita hipertensi
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang baik
untuk penderita hipertensi
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan di
masyarakat
54
6. Fokus intervensi
a. Gangguan perfusi jaringan
1) Kognitif
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang
pengertian, tanda dan gejala, komplikasi dari hipertensi.
2). Afektif
Memotifasi klien untuk minum obat teratur
2) Psikomotor
a) Memodifikasi secara dini adanya gangguan perfusi jaringan
b) Lakukan pemantauan tekanan darah secara teratur
c) Bantu klien dan keluarga untuk mencegah komplikasi
b. Penurunan curah jantung
1) Kognitif
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang
pengertian, tanda dan gejala, komplikasi dari hipertensi.
2) Afektif
a) Memotifikasi klein untuk minum obat
b) Memotifikasi keluarga untuk membatasi makanan tinggi
natrium dan kolesterrol
3) Psikomotor
a) Lakukan dan anjurkan keluarga lakukan teknik relaksasi,
panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
55
b) Olahraga teratur
c) Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman seperti pijatan
punggung, meninggikan kepala tempat tidur.
d) Bantu keluarga cara menyusun diet untuk penderita hipertensi
e) Lakukan pemantauan tekanan darah secara teratur
c. Intoleransi aktivitas
1) Kognitif
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang
pengertian, tanda dan gejala, komplikasi dari hipertensi.
2) Afektif
a) Motifasikan klien untuk olahraga secara teratur
b) Motifassi klien untuk melakukan gerakan ROM
3) Psikomotor
a) Pertahankan untuk melakukan gerakan ROM
b) Monitor respon klien terhadap aktifitas, peningkatan nadi,
tekanan darah, dan keletihan
d. Deficit perawatan diri
1) Kognitif
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang
pengertian, tanda dan gejala, komplikasi dari hipertensi
56
2) Afektif
a) Motifikasi klien dan keluarga untuk melakukan perawatan diri
b) Memotifikasi keluarga untuk membantu klien dalam
melakukan perawatan diri
3) Psikomotor
a) Berikan alat Bantu sesuai indikasi
b) Monitor dan observasi usaha klien dalam melakukan perawatn
diri
c) Rujuk ke pelayanan kesehatan jika terjadi kelemahan
e. Risiko injuri
1) Kognitif
Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang
pengertian, tanda dan gejala, komplikasi dari hipertensi.
2) Afektif
a) Anjurkan agar lantai tidak licin
b) Menciptakan lingkungan yang nyaman
3) Psikomotor
a) Orientasi klien terhadap lingkungan
b) Pertahankan lingkungan yang nyaman
c) Jangan letakkan benda berbahaya dekat klien