bab ii etika perkawinan dalam...

27
12 BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi pedoman hidup kepada manusia sesuai dengan tuntunan fitrah hidupnya yang multi dimensional. Kompleksitas ajaran Islam dapat di lihat dari tujuan umumnya, yaitu sebagai Rahmatan Lil’alamin, terutama dalam mewujudkan masyarakat yang idial. Sebagai upaya kearah tersebut, nikah dianggap sebagai suatu dasar pembentukan dan pembangunan masyarakat. Karena dari sanalah akan muncul generasi- generasi dengan berbagai karakter yang beragam, yang dalam teori sosial keagamaan merupakan wujud kedinamisan suatu tatanan sosial. Perkawinan dalam agama Islam diatur secara cermat dan terperinci karena itu menyangkut kehidupan rumah tangga. Dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Islam diharapkan rumah tangga akan dapat terbangun dengan penuh kebahagiaan dan ketenangan serta kasih sayang. Oleh karena itu masalah perkawinan dalam Islam mendapat prioritas utama untuk ditangani. Hal ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh negara yaitu mewujudkan masyarakat yang adil, makmur yang mendapat ridha Allah SWT. A. Pengertian Perkawinan Perkawinan asal katanya ialah kawin yang mempunyai arti nikah, berbini, berlaki. Kemudian mendapat awalan “per” dan akhiran “an” menjadi perkawinan yang mempunyai arti hal-hal mengenai perkawinan. Nikah adalah salah satu kata Arab yang telah baku menjadi bahasa Indonesia dapat diartikan dengan kawin. Kata nikah makna asalnya ialah berkumpul, menindas, menghimpun dan memasukkan sesuatu di samping juga berarti bersetubuh dan berakad 1 atau akad yang mengandung kebolehan melakukan hubungan suami istri dengan halal. 1 Tim IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1992, hlm. 741

Upload: duongdieu

Post on 09-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

12

BAB II

ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM

Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi pedoman hidup kepada

manusia sesuai dengan tuntunan fitrah hidupnya yang multi dimensional.

Kompleksitas ajaran Islam dapat di lihat dari tujuan umumnya, yaitu sebagai

Rahmatan Lil’alamin, terutama dalam mewujudkan masyarakat yang idial.

Sebagai upaya kearah tersebut, nikah dianggap sebagai suatu dasar pembentukan

dan pembangunan masyarakat. Karena dari sanalah akan muncul generasi-

generasi dengan berbagai karakter yang beragam, yang dalam teori sosial

keagamaan merupakan wujud kedinamisan suatu tatanan sosial.

Perkawinan dalam agama Islam diatur secara cermat dan terperinci karena

itu menyangkut kehidupan rumah tangga. Dengan aturan-aturan yang telah

ditetapkan oleh Islam diharapkan rumah tangga akan dapat terbangun dengan

penuh kebahagiaan dan ketenangan serta kasih sayang. Oleh karena itu masalah

perkawinan dalam Islam mendapat prioritas utama untuk ditangani. Hal ini sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai oleh negara yaitu mewujudkan masyarakat

yang adil, makmur yang mendapat ridha Allah SWT.

A. Pengertian Perkawinan

Perkawinan asal katanya ialah kawin yang mempunyai arti nikah,

berbini, berlaki. Kemudian mendapat awalan “per” dan akhiran “an”

menjadi perkawinan yang mempunyai arti hal-hal mengenai perkawinan.

Nikah adalah salah satu kata Arab yang telah baku menjadi bahasa Indonesia

dapat diartikan dengan kawin. Kata nikah makna asalnya ialah berkumpul,

menindas, menghimpun dan memasukkan sesuatu di samping juga berarti

bersetubuh dan berakad1 atau akad yang mengandung kebolehan melakukan

hubungan suami istri dengan halal.

1Tim IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1992,

hlm. 741

Page 2: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

13

Menurut golongan Hanafiah nikah menurut arti aslinya adalah

“setubuh” dan secara majazi ialah, akad yang dengannya menjadi halal

suatu hubungan persenyawaan,2 antara pria dan wanita. Golongan Syafi’iyah

nikah secara harfiah adalah “akad” yang menghalalkan persenyawaan

antara pria dan wanita. Sedang menurut arti majazinya adalah “setubuh”.

Menurut Abul Qosim az-Zajjad, Imam Yahya, Ibnu Hazm, dan sebagian ahli

usul dari sahabat Abu Hanifah. Nikah adalah berserikat, artinya antara akad

dan setubuh. Adapun menurut Zainuddin al-Malibari, pengertian nikah

adalah: suatu akad yang berisi pembolehan melakukan persenyawaan

dengan mengunakan lafal nikah atau tazwij.”3

Nikah dalam arti sosial: bagi kehidupan masyarakat perkawinan

dianggap jalan menghindari perselisihan, pertengkaran, atau permusuhan

antar manusia. Hidup perkawinan yang saling mencintai dan berkasih

sayang itu ibarat batu bara, semen, pasir, kapur, dan sebagainya dari

bangunan umat muslim yang dicita-citakan Islam.4

Nikah dalam arti agama: perkawinan itu ibadah. Manusia sebagai

mahluk Allah, harus mematuhi perintahNya untuk berpasang-pasangan

dengan jodoh yang telah dipertemukan Allah SWT.5 Islam mengajarkan

agar perkawinan itu dilakukan dengan niat yang luhur, niat mengikuti sunah

Rasul agar benar-benar bernilai ibadah.

Nikah dalam arti hukum: pernikahan berarti ikatan. Menurut UU

No.1 Tahun 1974, tentang perkawinan. Perkawinan adalah ikatan lahir batin

antara seorang pria dan wanita, sebagai suami istri dengan tujuan

2Emha Ainun Najib dalam bukunya Slilit Sang Kyai menggunakan kata persenyawaan

sebagai ganti dari kata persetubuhan. Sebab hematnya persetubuhan hanya mencakup aspek fisik atau hanya berdasar dimensi watak biologis semata. Sedangkan persenyawaan dilakukan dalam koridor yang mencakup semua aspek atau dimensi yang dimiliki oleh keseluruhan potensi manusia.

3Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari, Fathul Mu’in, Toha Putra, Semarang, t. th, hlm. 1 4Alex Sobur dan Septiawan, Renungan Perkawinan, Puspa Swara, Jakarta, 1999, hlm. 37 5Ibid., hlm. 38

Page 3: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

14

membentuk keluarga (rumahtangga) yang bahagia dan kekal berdasar

Ketuhanan Yang Maha Esa.6

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa nikah

atau perkawinan adalah suatu akad dengan menggunakan kata menikahkan

atau mengawinkan, sehingga dengan akad tersebut menjadi halal suatu

persenyawaan dan mengikat pihak yang diakadkan menjadi suami istri

dengan tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia lagi kekal.

Perkawinan merupakan dasar pembentukan sebuah keluarga yang

merupakan proses pelestarian nilai-nilai kemanusiaan secara terhormat

untuk menciptakan kehidupan yang bahagia, sejahtera. Perkawinan juga

mengharuskan sepasang suami istri menuju kesempurnaan moral dan mental

serta kesejahteraan jiwa dan raga. Allah telah menjadikan perkawinan

sebagai sunnahNya dalam upaya menjalin keberlangsungan makhluk.

Perkawinan yang baik adalah salah satu jembatan untuk menuju

rumah tangga yang baik. Bahwa perkawinan ini didasari agama yang baik,

sebagai pilihan masing-masing pihak. Islam sangat menyukai perkawinan

dan menyuruh manusia untuk, kawin, karena dengan kawin akan terjaga

kehormatannya, dan dengan kawin dapat menyelamatkan dirinya daripada

perbuatan zina.7

Perkawinan merupakan hal yang penting untuk memenuhi kebutuhan

dasar manusia dimana manusia memiliki rasa keterkaitan terhadap lain

jenisnya dan juga keinginan akan keturunan.

Pengakuaan kebutuhan biologis yang sah melalui perkawinan ini

disyariatkan di dalam al-Qur’an sebagai jalan terhormat yang harus

ditempuh manusia dalam upaya mewujudkan cinta kasih sesama. Melalui

perkawinan manusia akan membangun keluarga yang bahagia sejahtera

6Amir Martosedono, SH, Undang-Undang Perkawinan, Dahara Prize, Semarang, 1993,

hlm. 9 7Lubis Salam, Menuju Keluarga Sakinah Mawaddah dan Warahmah, Terbit Bintang,

Surabaya, tt hlm. 23

Page 4: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

15

penuh kasih sayang, mengisi dan memakmurkan dunia untuk mencapai

ketentraman dan kedamaiaan.

Perkawinan suatu cara yang Allah tetapkan sebagai jalan bagi

manusia untuk beranak, berkembang biak dan menjaga kelestarian

hidupnya, setelah masing-masing pasangan siap melakukan peranannya

yang positif dalam mewujudkan tujuan perkawinan.8

Selain sebagai sarana untuk mengembangkan keturunan, perkawinan

dalam Islam juga merupakan sarana untuk mengabdikan diri kepada Allah.

Perkawinan merupakan sesuatu yang sangat suci dan luhur dimana perikatan

antara seorang laki-laki dan perempuan dalam menetapkan tanggungjawab

dan kelanggengan atas hubungan mereka. Kondisi seperti ini pada akhirnya

akan memunculkan suatu komitmen untuk hidup bersama sesuai ajaran

Islam.

Perkawinan sebagai sesuatu yang suci dan mulia janganlah disia-

siakan upaya membentuk dan menciptakan keluarga yang bahagia perlu

adanya persiapan yang matang dan perencanaan yang mantap, baik dari segi

fisik, mental maupun ekonomi. Islam menganjurkan kepada siapa saja yang

telah mempunyai kesiapan untuk segara menikah dalam rangka menghindari

fitnah.

B Etika Perkawinan

Islam telah menjadikan ikatan pernikahan yang sah berdasar Al-

Kitab dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk membangun

keluarga muslim. Penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan ini sangat

besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding pentingnya

dengan separuh Dien atau setengah dari keimanan.9

8M. Thalib, Buku Pengangan Perkawinan Menurut Islam, Al-Ikhlas, Surabaya, 1993,

hlm. 2

9Husein Muhammad Yusuf, Keluarga Muslim dan Tantangannya, Gema Insani Press,

Jakarta, 1994, hlm. 81

Page 5: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

16

Nikah termasuk bagian dari ibadah, yang seharusnya dilakukan oleh

setiap mauslim yang telah memiliki kesiapan lahir dan batin, sebab menikah

merupakan bagian dari kesempurnaan dalam beragama. Dalam penciptaan

mahluk, Allah senantiasa menciptakan dengan berpasangan. Manusia,

diciptakan Allah berpasangan antara laki-laki dan perempuan yang dapat

mengembangkan keturunan yang sah dalam tatanan masyarakat, yang

kemudian itu akan membentuk masyarakat baru, sehingga pada akhirnya

benar-benar menjadi kholifah di bumi. Sebagaimana firman Allah yang

berbunyi dalam surat Adz-Dzariyat : 49.

)49(ومن كل شيء خلقنا زوجين لعلكم تذكرون

Artinya: Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.10

Dalam ayat lain Allah juga menjelaskan dalam surat al-Hujurat : 13.

ياأيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا إن

بريخ ليمع إن الله قاكمالله أت دعن كمم13(أكر(

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.11

Perkawinan Nabi Muhammad dengan Siti Khadijah sangat penting

karena baginya telah disediakan seorang mitra yang kepadanya ia dapat

mengandalkan sepenuhnya masa kehidupannya yang paling sulit dan yang

diberkahi kebajikan moral serta kebajikan spiritual untuk bertindak sebagai

seorang istri yang sempurna dari hamba Allah yang paling sempurna pula

10Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, Jakarta, 1971, hlm. 862 11Ibid., hlm. 847

Page 6: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

17

dan ibu dari keluarga nabi-nabi ahlul bait yang cahayanya akan menerangi

dunia pada kemudian hari.

Perkawinan Nabi dengan Khadijah ini kedua pihak merasakan

kenikmatan dan kebahagiaan hidup yang sesuai dengan suasana rumah

tangga mereka yang sangat rukun dan damai sekali. Kebahagiaan dan hidup

dalam suasana rukun dan damai yang dilalui Khadijah dengan Nabi ini

hidup selama-lamanya dalam kenangan.

Kepribadian Muhammad yang telah diakui penduduk Mekkah yang

menyebabkan Khadijah cinta kepadanya dan dibebaskan mengurus hartanya.

Beruntung sekali Muhammad mendapat istri Khadijah karena ia mendapat

kedudukan yang tinggi dan terhormat diantara penduduk Mekkah.

Mengenai keutamaan pasangan termulya sepanjang zaman ini juga

digambarkan oleh Rus’an. Ia menggambarkan Bahwa Khadijah istri yang

jujur, setia, dan senantiasa melihat suaminya dengan perasaan yang hibah,

kagum hormat yang berpadukan cinta dan kasih sayang.

Keluarga atau rumah tangga secara umum didirikan melalui proses

yang disebut pernikahan atau dengan bahasa yang lain prasyarat dari sebuah

rumah tangga atau keluarga adalah pernikahan.12 Dengan melalui

pernikahan tersebut manusia dapat berhubungan secara syah dalam

membentuk rumahtangga sakinah yang penuh dengan mawaddah warahmah

sehingga dapat untuk mendapatkan anak sholeh.

Bahkan lebih dari itu dengan pernikahan diharapkan dapat meningkatkan jenjang yang lebih tinggi dan mulia, perlindungan moral, pemeliharaan dan kesinambungan suku bangsa, tercipta hubungan psikologis, emosional dan spiritual dan pemeliharaan serta pengembangan anak.13

Uraian di atas merupakan ilustrasi singkat mengenai perkawinan

yang ideal yang terbaik sepanjang zaman dan juga merupakan keluarga

12Jalaludin Rahmat, Islam Alternatif, Mizan, Bandung, 1999, hlm. 120 13Khursyid Ahmad, Keluarga Muslim, Risalah, Bandung, 1986, hlm. 20-23

Page 7: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

18

pertama yang menanggung beban berat perjuangan syi’ar Islam. Kalau kita

telaah lebih lanjut berdasarkan ulasan singkat di atas maka setiap prilaku

Nabi beserta keluarga mengandung tauladan yang patut kita ambil

hikmahnya dalam kehidupan masa kini.

Masyarakat yang baik terbentuk dari keluarga yang baik, keluarga

yang baik tercipta dari perkawinan yang baik. Perkawinan yang baik

merupakan perkawinan yang dilaksanakan oleh insan yang baik pula.

Islam tidak cukup kalau hanya menerangai segi kerohaniaan belaka,

tetapi diikuti pula dengan pengaturan hukum dan jaminan perundang-

undangannya14:

1. Hubungan antara kedua belah pihak (yakni antara pria dan wanita) harus

didasarkan atas prinsip kesukarelaan dan persetujuaan.

2. Hubungan pernikahan itu harus dilakukan secara terbuka dan disaksikan

orang, tidak boleh dilakukan secara rahasia dan sembunyi-sembunyi

seperti perbuatan jahat.

3. Pernikahan harus dilandasi niat untuk seterusnya, bukan untuk sementara

waktu, jika didasarkan pada niat untuk sementara waktu maka

pernikahan itu tidak sah.

Hubungan keduannya harus bisa mencerminkan rasa ketentraman,

kemantapan, cinta kasih, lemah lembut, penuh kasih sayang dan saling

menghormati.

Mewujudkan keluarga sakinah merupakan sebuah keniscayaan ketika ingin menciptakan masyarakat yang bahagia dan sejahtera. Upaya untuk mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera ini dapat diwujudkan melalui penegakan prinsip akhlaq dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban moral yang menjadi kemestian baginya dan penerimaan akan hak masing-masing anggota dengan sempurna.15

14Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987, hlm. 50-

51 15Hamzah Ya’kub, Ethika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah (suatu pengantar ), CV.

Diponegoro, Bandung, 1996, hlm. 146

Page 8: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

19

Selain itu kesiapan pasangan suami istri dalam memasuki gerbang

perkawinan yang sesuai dengan norma agama, susila, dan peraturan

perundangan serta adanya saling kesediaan, saling mengerti dan menerima

pasanganya. Dan yang tak kalah pentingnya adalah kebahagiaan dan

kesejahteraan sebuah keluarga ditentukan oleh pribadi calon keluarga yang

akan membentuk keluarga tersebut

Upaya ini dapat diawali dengan pemilihan jodoh, pernikahan yang

baik yang meliputi pemenuhan akan kewajiban masing-masing pihak serta

kesadaran akan kekurangan dan kelebihan masing-masing pasangan.

1. Pedoman pemilihan jodoh.

Proses pembentukan keluarga dapat di mulai dengan pemilihan

jodoh sebab untuk membina keluarga yang bahagia dan sejahtera

banyak ditentukan oleh pribadi calon keluarga yang akan membentuk

keluarga tersebut, sehingga sangatlah tepat jika dikatakan memilih

jodoh yang tepat adalah separuh dari sukesnya perkawinan.16

Dalam sebuah keluarga memilih jodoh seperti membuat pondasi

rumah, jika baik pondasi tersebut maka bangunan tersebut akan kuat

begitu juga sebaliknya jika rapuh pondasi tersebut maka bangunan itu

akan rapuh juga.

Dasar pemilihan jodoh bermacam-macam, setiap pribadi

keluarga dan masyarakat memilki gambaran ideal tentang figur calon

hidupnya. Orang-orang tua zaman dahulu misalnya mendasarkan

pemilihan jodoh berdasarkan bebet, bibit dan bobot.17 Kemudian Abdul

Aziz juga berpendapat bahwa dasar pemilihan jodoh adalah agama,

keturunan, akhlaq, pendidikan, kesehatan, adat istiadat dan tanpa

menafikan faktor lain sesuai dengan konsep kesepadanan.18

16Abdul Aziz, Rumah Tangga Bahagia dan Sejahtera, CV. Wicaksana, Semarang, 1990,

hlm. 25 17Abdul Aziz, op. cit., hlm. 25 18Ibid., hlm. 26

Page 9: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

20

Berbeda dengan di atas adalah Dadang Hawari yang

menjelaskan bahwa persiapan bagi calon suami istri yang ingin mencari

pasangan memakai tolok ukur aspek fisik, mental psikologik dan psiko

sosial.19

Dari berbagai uraian para pakar di atas tentang pemilihan jodoh

kalau kita telaah bersama pemilihan jodoh yang baik adalah sesuai

dengan konsep kesepadanan atau kesekufuan. Hal ini selaras dengan

ajaran Islam sebagaimana Rasulullah SAW memberikan petunjuk untuk

memilih jodoh yang terbaik.

ح املرأة أل ربع ملاهلا وحلساا وجلماهلا ولدينها فاظفر بذات الدين تنك تربت يدك

Artinya : wanita itu dinikahi karena empat perkara, yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya, pilihlah wanita yang beragama engkau akan selamat. (H.R Bukhori dan Muslim)20

Jodoh merupakan masalah yang aktual dan segar untuk selalu

diperbincangkan dan juga merupakan masalah yang sulit untuk ditangai

dalam dunia kenyataan. Namun begitu ketika kita yakin akan adanya

Allah dalam setiap gerak langkah kita, maka Allah akan menunjukkan

jalan yang benar.21 Jalan yang benar dalam konteks ini adalah jalan

bagaimana kita memilih jodoh yang baik dalam upaya menciptakan

keluarga sakinah. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqoroh :

221.

لوركة وشم من رية خمنؤة ملأمو منؤى يتركات حشوا المكحنلا تو

كمتبجأع

19Dadang Hawari, Alqur’an Ilmu Kedokteran Jiwa, PT. Dhana Bhakti Prima Yasa, 1998, hlm. 252

20Kholilah Marhijanto, Menciptakan Keluarga Sakinah, CV. Bulan Bintang, Surabaya, t.th, hlm. 31

21Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius (Membumikan Nilai-Nilai Islam dalam Kehidupan Masyarakat), Paramadina, Jakarta, 2000, hlm. 76

Page 10: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

21

Artinya: Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu.22

Dari uraian di atas penulis berpendapat bahwa, pemilihan jodoh

merupakan permasalahan yang aktual dan krusial sepanjang zaman. Jika

salah kita dalam memilih jodoh maka salah kita dalam memilih calon

pondasi atau landasan dari sebuah bangunan yang akan kita bangun.

Mengenai pemilihan jodoh ini Hakam menjelaskan bahwa

pemilihan jodoh yang baik adalah berdasarkan tuntunan agama.

Tuntunan agama tersebut adalah bagi calon pasangan suami istri dalam

memilih pasangan hidupnya hendaknya memperhatikan aspek

lingkungan yang baik, agama dan ketrampilan.

a. Lingkungan yang baik.

Faktor lingkungan didahulukan sebab seseorang sangat

terpengaruh bahkan terbentuk oleh akhlaq dan kebiasaanya dengan

segala sesuatu yang berkembang dalam lingkungannya. Kenyataanya

bahwa tanah yang baik akan menghasilkan tanaman yang baik

begitu pula tanah yang kurang baik akan menghasilkan tanaman

yang kurang baik pula.

Di samping itu secara ilmu genetika dijelaskan bahwa

semakin dekat hubungan kekerabatan antara suami dan istri maka

akan semakin menimbukan semacam penimbunan sifat-sifat yang

tidak dikehendaki pada keturunan seperti idiot 23

b. Agama.

Unsur agama sangat penting karena suatu pernikahan atas

tujuan duniawi saja, maka akan ditimpa berbagai macam goncangan

yang tidak terkira dan juga terpenuhinya unsur agama bagi calon

22Lihat al-Qur’an dan Terjemahnya, op. cit., hlm. 53 23Abdul Hakam Ash-Sha’di, Menuju Keluarga Sakinah, Akbar, Jakarta, 2001, hlm. 55-

56

Page 11: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

22

pasangan suami istri akan bisa menutupi kekurangan unsur yang

lain. Di samping itu syarat agama yang kuat berlaku bagi keduanya

terlebih bagi pria karena dia sebagai pemegang tali kendali

keluarga.24

Dengan kesempurnaan atau kualitas agama calon pasangan

suami istri diharapkan agar kaum muslimin dalam membangun

rumah tangga tidak hanya berpangkal pada kehidupan duniawi saja

namun juga kebutuhan ukhrawi. Di samping itu wanita atau pria

yang kuat agamanya diharapkan akan mampu menjadi pendidik,

pengasuh, pelatih dan pemelihara yang baik bagi generasi penerus. 25

c. Memiliki ketrampilan.

Prinsip memiliki ketrampilan juga ditekankan pada kedua

calon pasangan suami istri terlebih bagi calon suami. Hal ini

dikarenakan untuk memenuhi unsur kesepadanan, walaupun tentang

masalah ini para ulama‘ berbeda pendapat.26

2. Perkawinan yang baik.

Perkawinan yang baik adalah perkawinan yang dilaksanakan

sesuai dengan aturan-aturan agama.27 Di samping itu perkawinan yang

baik adalah perkawinan yang didasari oleh kesadaran masing-masing

pihak akan hak dan kewajiban masing-masing serta pemenuhannya

secara sempurna .

Mengenai hak dan kewajiban suami istri ini dalam Undang-

Undang perkawinan Nomor 1 tahun 1974 di sebutkan bahwa hak dan

kewajiban suami istri pada dasarnya adalah suami wajib melindungi

istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup rumahtangga

24Ibid., hlm. 76 25Abdul Aziz, op.cit., hlm. 33 26Abdul Hakam Ash-Sha’di, op.cit., hlm. 78 27Lubis Salam, op.cit., hlm. 23

Page 12: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

23

sesuai dengan kemampuan dan juga istri wajib mengatur urusan rumah

tangga dengan sebaik-baiknya. Kewajiban pokok tersebut antara lain :

a. Kewajiban suami terhadap istri.

Bagi seorang suami, Istri adalah amanat Allah yang harus

dijaga sebaik-baiknya karena seorang suami mendapatkan istri

dengan melalui perjanjian yang luhur atau sebuah perjanjian yang

berat dalam bahasa Nurcholis Madjid.28 Hal ini sebagaimana

dijelaskan dalam al-Qur’an surat an-Nisa : 21.

وكيف تأخذونه وقد أفضى بعضكم إلى بعض وأخذن منكم ميثاقا

)21(غليظا

Artinya: Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.29

Selanjutnya kewajiban suami terhadap istri yang pokok

antara lain : mengajarkan pengetahuan agama dan dunia yang ia

butuhkan, memperlakukan dengan baik dan menjaga perasaannya30

1. Mengajarkan pengetahuan agama dan dunia yang ia butuhkan.

Ini ditempatkan pada posisi awal sebab istri nanti diharapkan

bisa menjadi wanita shaleh secara global atau sosial bukan hanya

shaleh secara individual.31 Kelalaian suami dalam mengajarkan

berbagai masalah lain sebagai bekal dalam berinteraksi dengan

orang lain terhadap istri akan menimbulkan berbagai ketimpangan.

28Nurcholish Madjid, op.cit., hlm. 76 29Lihat al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit., hlm. 120 30Abdul Hakam Ash-Sha’di, op.cit., hlm. 82-84 31Ibid., 83

Page 13: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

24

2. Memperlakukan dengan baik.

Termasuk dalam kategori ini adalah berbuat baik, sopan, adil dalam berbagai hal terlebih jika mempunyai istri lebih dari satu. Mengenai hal ini Hamzah Ya’kub menambahkan yaitu : menggauli istri dengan sopan, memberikan nafkah lahir dan bathin dan menyimpan rahasia istri.

3. Menjaga perasaan istri.

Suami harus menghormati perasaan istri dan menjaga

nalurinya serta bertindak kepadannya dengan tindakan yang layak

kemanusiaannya. Selain itu juga suami harus memperlakukannya

dengan penuh kebijakan demi mempertahankan rasa cintanya demi

mendorong berkembangnya bakat- bakat yang positif.

Demikian tadi uraian tentang kewajiban suami terhadap istri

berdasarkan petunjuk Islam. Oleh karena itu jika tidak memenuhi

kewajibannya terhadap istri berarti dia telah menghianati Allah

SWT.

b. Kewajiban istri terhadap suami.

Sebagaimana diketahui Islam telah memberikan hak bagi seorang istri atas suaminya dia juga telah menetapkan hak seorang suami atas istrinya agar kehidupan keluarga menjadi berkembang dan seimbang menuju terciptanya keluarga sakinah. Kewajiban yang diberikan oleh Allah SWT kepada masing-masing adalah sesuai dengan fitrahnya sehingga setiap pelanggaran atas hal itu di anggap sebagai jalan yang merusak keluarga dan menghancurkan kedamaiannya.

Kewajiban istri terhadap suami tersebut adalah :32

1. Kepemimpinan keluarga.

Kendali keluarga di tangan suami (lelaki) karena

kekuatan dan kegigihan yang dikaruniakan Allah kepadanya

serta kemampuan mencari rizeki di muka bumi. Kepemimpinan

32Ibid., 88-96

Page 14: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

25

ini bermakna menyerahkan manajemen keluarga serta

pengarahan-pengarahan anggotanya kepada sesuatu yang

membawa kebaikan untuk mereka di dunia dan akhirat kepada

pemimpin mereka yakni suami. Berangkat dari pengertian ini

berarti seorang lelaki harus bekerja keras untuk menghidupi

keluarga. Hal ini juga berdasarkan statusnya sebagai mahluk

Allah yang mempunyai kelebihan maka suami merupakan

pemimpin rumah tangga.33 Hak tersebut bagi suami merupakan

hak lelaki yang normal dan tidak ada otoritarianisme dan

perampasan hak wanita dan kehormatannya. Karena hal itu

semata-mata penentuan tanggung jawab dan penyerahan tugas

kepada yang berhak menerimanya.

2. Ketaatan secara mutlak dalam hal tidak maksiat pada Allah.

Allah telah mewajibkan seorang istri untuk taat pada

suaminya dalam segala hal yang di sana tidak terdapat

pelanggaran ajaran agama dan kemaksiatan pada Allah.

3. Melayani suami dengan baik.

Wanita yang mentaati suaminya hendaknya berperasaan

lembut saat ada suami maupun tidak ada, mencari keridhaanya

dan mewujudkan sebesar mungkin rasa ketentraman dan

ketenangan di rumah. Sesungguhnya kalau istri menunaikan hal

itu dan senantiasa menjaganya hingga menjadi sifat yang

menempel pada dirinya maka akan mendapatkan ridha suaminya.

4. Amanah terhadap nama baik dan harta suami.

Hal ini menuntut istri untuk tidak menghianati suaminya

baik di dalam maupun di luar tempat tidur dan juga dalam

hartanya. Tidak menghianati berarti seorang istri tidak bebas

memasukkan seorang lelaki manapun dirumahnya ataupun

kamarnya dengan motivasi. Sedangkan tidak menghianati

33Hamzah Ya’kub, op.cit., hlm. 146

Page 15: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

26

hartanya berarti seorang istri tidak boleh menggunakan harta

suami tanpa seijin suaminya.

5. Melihat harta suami yang sedikit menjadi banyak.

Kewajiban istri terhadap suami lagi adalah untuk

memandang yang sedikit yang diberikan oleh suami itu sebagai

banyak dan membalas perbuatanya dengan rasa syukur serta

melihat kondisi suaminya dengan rasa penghargaan.

6. Setia terhadap suami dan menghormati keluarganya.

Kalau Islam mewajibkan suami untuk setia terhadap

istrinya maka sebaliknya Islam juga mewajibkan seorang istri

untuk taat pada suaminya. Hal ini karena kesetiaan merupakan

akhlaq mulia yang mengungkapkan ketulusan, keimanan yang

dalam dan keikhlasan.

Demikian sekilas tentang hak dan kewajiban suami istri yang pokok

yang dapat menunjang terciptanya keluarga sakinah yang penuh mawaddah

warahmah. Berdasarkan pendapat para ahli tentang kewajiban suami dan

istri tersebut maka menurut hemat penulis kunci bagi terciptanya

perkawinan yang baik menuju keluarga sakinah yang penuh cinta dan

kasih sayang atau keluarga bahagia dan sejahtera dapat ditegakkan mula-

mula dengan pemenuhan kewajiban secara sempurna akan masing-masing

hak.

C. Tujuan Perkawinan

Allah SWT menyariatkan nikah adalah untuk memelihara

kemaslahatan manusia, sekaligus untuk menghindari kerusakan. Berdasar

penelitian para ahli ushul fiqh, ada lima unsur pokok yang harus dipelihara

dan diwujudkan untuk mencapai maslahat, yakni: agama, jiwa, akal,

keturunan dan harta.

Perkawinan bukanlah suatu perbuatan yang tanpa tujuan, tetapi

perkawinan adalah amanah dan sunnah Allah yang bisa menempatkan

manusia benar-benar pada possisinya sebagai makhluk yang paling

Page 16: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

27

sempurna. Dengan perkawinan berarti manusia menghormati nilai-nilai

sebuah kehormatan yang dilakukan oleh makhluk Allah SWT yang

mempunyai cipta, rasa dan kasra.

Islam begitu menekankan lembaga perkawinan. Tentu saja ada

tujuan yang jelas. Secara umum Islam menerima baik lembaga perkawinan

agar setiap orang memperoleh kepuasan perasaan dan seksual. Sebagai

bentuk mekanisme untuk mengurangi ketengangan, membiakkan keturunan

dan kedudukan sosial seseorang secara absah. Serta memperkuat pendekatan

dalam keluarga dan solidaritas kelompok.34

Islam memandang lembaga itu bukanlah sekedar keterkaitan yang

sepele. Seseorang haruslah secara jujur mampu menunjukkan

tanggungjawabnnya, sebelum menikah. Islam justru bertujuan untuk

meningkatkan derajat manusia itu lewat perkawinan. Tujuan perkawinan

bukan sekedar pemenuhan kesenangan duniawi atau biologis, tetapi

mempunyai tujuaan yang lebih dari itu, sebagaimana yang disebutkan dalam

al-Qur’an Surat Ar-Rum : 21 sebagai berikut:

ومن ءاياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إليها وجعل بينكم مودة

ورحمة إن في ذلك لآيات لقوم يتفكرون

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya diantara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.35

Dari ayat di atas bahwa perkawinan bertujuan untuk membina

keluarga yang rukun, tenang, dan bahagia. Dalam hidupnya diharapkan

34Hammudah ‘Abd Al ‘Ati, Keluarga Muslim (The Family Structure in Islam), PT. Bima

Ilmu, Surabaya, 1984, hlm. 73-74 35Lihat al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit, hlm. 644

Page 17: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

28

saling cinta mencintai dan kasih mengkasihi, serta dapat membuahkan

keturunan yang sah secara agama.

Berikut ini pendapat berbagai tokoh tentang tujuan perkawinan :

1. Mahtuh Ahnan, menjelaskan tujuan perkawinan ada tiga, 36 yaitu :

a. Sakinah: dimana anggota keluarga hidup dalam keadaan tenang dan

tentram, seia sekata, seayun selangkah, ada sama dimakan, kalau

tidak ada sama dicari.

b. Mawaddah: kehidupan anggota keluarga dalam suasana kasih

mengasihi, butuh membutuhkan, hormat menghormati satu sama

lainnya.

c. Rahmah: pergaulan anggota keluarga dengan sesamanya saling

menyanyangi, cinta mencintai, sehingga kehidupannya diliputi rasa

kasih sayang.

2. A. Muhjab Mahalli, menjelaskan tujuan perkawinan ada 11,37 yaitu :

a. Menciptakan keluarga Islami.

Dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa tidak lebih

adalah ibarat bangunan, yang pasti memiliki tiang-tiang penyangga.

Masyarakat terdiri dari unsur keluarga terdiri dari insan-insan shalih,

kuat lagi produktif, tentu keluargapun akan menjadi shalih lagi

kokoh, pasti tercipta lingkungan masyarakat yang sehat, kuat lagi

mulia.

Islam menaruh perhatian khusus bagi terciptanya keluarga

muslim, yang pada gilirannya tercipta suatu masyarakat dan bangsa

yang hidup penuh ketentraman, hingga mereka mampu menjadi

kholifah di muka bumi yang sebenarnya. Pernikahan yang dilandasi

36Maftuh Ahnan, Rumahku Syurgaku, CV. Bintang Remaja, tt, tth, hlm. 12 37A. Mudjab Mahalli, Menikahlah Engkau Menjadi Kaya (Kado Pernikahan untuk

Pasangan Muda), Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2001, hlm. 36-84

Page 18: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

29

dengan nilai-nilai Islami sajalah yang mampu melahirkan generasi

berkualitas serta membina keluarga berdasarkan Kitabullah dan

Sunnah Rasul. Pernikahan merupakan satu-satunya sarana untuk

menciptakan keluarga, keturunan dan merupakan fitrah dari Allah

SWT yang diberikan kepada umat manusia, agar kehidupan mereka

berkembang dan terus berkesinambungan.

b. Mengatur potensi kelamin.

Pernikahan merupakan sarana untuk melestarikan keturunan,

serta menentukan kelestarian sejarah perkembangan hidup manusia

yang nantinya membentuk sebuah rumahtangga yang dapat

mengarahkan umat manusia kearah keselamatan yang hakiki.

Hubungan kelamin menjadi kebutuhan biologis, yang sudah barang

tentu kelestarian hidup manusia di bumi ini tidak bisa terwujud tanpa

dengan menyalurkan kebutuhan tersebut.

Islam sangat menginginkan adanya sasaran-sasaran

kehidupan yang terpuji. Islam juga menghargai segala sesuatu yang

dapat mengantarkan kepada tercapainya tujuan-tujuan mulia dalam

melestarikan sejarah kehidupan manusia.

c. Merasakan penderitaan hidup.

Pernikahan adalah bersifat abadi bukan terbatas pada waktu

tertentu dan tidak pula akan habis pada massa yang ditentukan.

Berkeluarga haruslah bersifat terus menerus, yang tujuannya adalah

untuk mencapai kedamaian dan ketenangan. Itu terwujud dengan

adanya rasa kasih sayang diantara suami istri. Kehidupan masa

depan tidak mungkin cemerlang tanpa adanya kedamaian.

d. Menebus dosa.

Pernikahan dalam pandangan Islam dapat dijadikan sebagai

sarana penebus dosa, bertaubat, beristiqomah dan pengangkat

derajat. Bahwa Rasulullah telah menegaskan” Barangsiapa

Page 19: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

30

menginfakkan harta untuk diri sendiri dengan maksud untuk menjaga

kehormatan diri, maka hal itu adalah termasuk amal sedekah”. Dan

barangsiapa menginfakkan hartanya untuk kepentingan anak, istri

dan keluarga yang menjadi tanggungannya, maka hal itu termasuk

amal sedekah.

e. Meningkatkan kualitas berjihad.

Bekerja demi mencari kecukupan keluarga, sabar terhadap

perilaku istri, terus-menerus membimbing istri kejalan agama, dan

mendidik anak adalah bagian dari berjihad di jalan Allah. Hal

tersebut merupakan upaya memberikan perlindungan, pemeliharaan

dan pembinaan terhadap keluarga.

Imam Ahmad bin Hanbal menegaskan: “Satu di antara

banyak jenis berjihad adalah mencari nafkah untuk mencukupi

kebutuhan diri dan keluarga”. Mendidik anak dan berlaku adil

terhadap mereka merupakan kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan

sebagaimana kewajiban berjihad meluhurkan agama Allah.

f. Menyempurnakan akhlak.

Pernikahan dalam pandangan Islam adalah sarana efektif

untuk menyelamatkan umat manusia dari dekadensi moral, dan

menjaga kehidupan bermasyarakat dari keporak-porandaan.

Rasulullah sangat manganjurkan kepada para pemuda untuk

menikah. Menikah dapat memejamkan mata dari pandangan yang

diharamkan dan memelihara kehormatan dari perzinaan. Yang

terpenting dari pernikahan adalah mengikuti Sunnah Rasul dan

mencari ridha Allah SWT. Agama dan akhlak adalah ukuran dalam

memilih jodoh, bukan kekayaan, kecantikan maupun keturunan.

Allah sama sekali tidak akan memberikan penilaian terhadap

keindahan tubuh atau harta benda yang dimiliki, tetapi akan

mengutamakan amal perbuatan dalam mengarungi kehidupan

Page 20: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

31

g. Melahirkan keturunan yang mulia.

Pertemuan antara seorang laki-laki dengan seorang

perempuan dalam jenjang pernikahan sebagai suatu sarana untuk

mencapai tujuan yaitu keturunan yang mulia. Keturunan yang baik

sangat didambakan oleh keduannya, sebab keturunan yang baik

merupakan bagian dari kenikmatan yang diberikan Allah kepada

umat manusia.

Hubungan antara anak dengan seorang bapak merupakan

hubungan fitri yang didasari rasa cinta kasih yang abadi, dimana

tidak ada seorangpun yang mampu melepaskan kecintaanya terhadap

anak turun dan keluarga. Bahwa anak turunlah yang dapat

melanjutkan perjuangan hidupnya, serta akan menghidupkan kembali

nama harum keluarga.

Pernikahan dalam Islam merupakan sarana efektif untuk

mencapai tujuan terbentuknya masyarakat mulia yang dihias dengan

tali persaudaraan yang erat lagi penuh kemesraan. Pernikahan

menjadi penyebab luasnya persaudaraan antara satu keluarga dengan

keluarga yang lain, antara suku dengan suku yang lain, sehingga

terciptalah lingkungan keluarga yang lebih besar. Hubungan itu

nantinya semakin meluas, dan dapat memunculkan masyarakat

islami yang kokoh, saling menopang dan saling menghormati.

h. Memperbanyak keturunan.

Rasulullah berulangkali menganjurkan kepada umatnya untuk

menikah dan memperbanyak keturunan. “Nikahilah olehmu wanita-

wanita yang penuh keibuan dan subur peranakannya. Allah

memerintahkan kepada kaum muslimin untuk memperoleh anak

shalih yang sebanyak-banyaknya, sehingga kehidupannya bisa

memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

Page 21: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

32

i. Meraih kesehatan.

Pernikahan memberi perlindungan terhadap mereka dari

kebiasaan tercela yang dapat menjerumuskan dirinya ke dalam

jurang kehinaan, dan menghindarkan mereka dari bahaya yang

mengancam. Misalnya perbuatan kotor berupa onani, perzinaan,

homoseks, lesbi, sipilis, aids, dan perbuatan yang lain yang dilarang

oleh agama. Rasulullah tidak henti-hentinya selalu menganjurkan

kepada umatnya agar menikah. Hanya dengan menikah mereka akan

terhindar dari berbagai penyakit kelamin yang memalukan. Semua

perbuatan yang di atas merupakan perbuatan yang dapat

mengantarkan mereka kearah kehancuran.

j. Menegakkan Sunnah Rasul.

Pernikahan adalah bagian dari Sunnah Rasul yang harus

dilestarikan. Rasulullah telah menegaskan “Sebagian dari sunahKu

adalah menikah. Barangsiapa mencintai Aku, maka hendaklah dia

menegakkan sunahKu”. Pernikahan memperpanjang tali

persaudaraan semakin kuat, terjaga kesucian nasab, agama semakin

sempurna, dan tingkat ketaatan dalam menegakkan sunah Rasul.

k. Mendidik generasi baru.

Pendidikan yang baik adalah sebagai tanda terwujudnya

keturunan yang mulia. Sebab yang dimaksud mencari keturunan,

bukan sekedar melahirkan akan membiarkan mereka tersia-sia, tetapi

mewarnai kehidupan ini dengan unsur-unsur yang dapat menegakkan

prinsip-prinsip keluarga, serta membekali masyarakat dengan sesuatu

yang bersifat membangun.

Kewajiban dalam keluarga adalah memberikan didikan-

didikan agama kepada anggota keluarga itu sendiri. Memberikan

pelajaran agama yang nantinya dapat membuat berpendirian kokoh,

diantaranya memasukkan kata-kata yang bernilai Islami.

Page 22: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

33

3. Drs. RS Abdul Aziz, menjelaskan tujuan perkawinan ada 5, 38 yaitu :

a. Untuk mencapai ketenangan hidup. Seperti yang tercantum dalam surat Ar-Rum: 21, tujuan perkawinan adalah untuk mendapatkan sakinah, yakni merasakan ketenangan yang di ikat dalam rasa kasih sayang dan cinta mencintai.

b. Untuk memperolah keturunan yang sah. Sudah menjadi Sunnatullah bahwa semua mahluk hidup menjalani proses regenerasi atau mengembangkan keturunan bagi kelangsungan hidupnya pada masa-masa mendatang.

c. Untuk mengamalkan dan menegakkan ajaran Islam. Islam memerintahkan umatnya agar melangsungkan pernikahan menurut kecocokan masing-masing, agar dapat mengatur hidup antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan fitrah manusia.

d. Untuk menjauhkan diri dari perbuatan maksiat, terutama perzinaan. Dengan pernikahan yang sah seseorang dapat menempatkan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.

e. Untuk menciptakan ketentraman hidup dan kasih sayang, cinta mencintai antara suami istri dan anak-anak.

Tujuan menurut Rasulullah SAW adalah membina hidup rumahtangga bahagia, menjaga kehormatan, mengikat persaudaraan dan menjauhkan diri dari penyelewengan syahwat.39

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernikahan mempunyai

tujuan yang sangat mulia. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga

yang bahagia, sejahtera, harmoni, kekal, kehidupannya terasa lebih tenang

dan tentram, memperteguh kelanggengan rasa cinta dan kasih sayang,

menciptakan keharmonisan, serta dapat memperoleh kekayaan yang

melimpah ruah Perkawinan akan membentuk suasana menjadi damai, saling

38Abdul Aziz, (ed) Drs H Moh Rifai, op.cit., hlm. 18-23 39M. Thalib, Buku Pengangan Perkawinan Menurut Islam, Al-Ikhlas, Surabaya, 1993,

hlm. 3

Page 23: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

34

menghormati, saling toleransi, muncul rasa saling mengasihi dan

menyanyangi.

Perkawinan akan mendapatkan keturunan yang baik dan sehat dan

penuh berkat dari Allah. Maka calon suami istri harus sudah matang, baik

secara fisik maupun mental. Dengan memahami tujuan tersebut dapat

menjadikan barometer dan pedoman di dalam mengemudikan bahtera

rumahtangga

Islam menganjurkan dan mendorong adanya suatu perkawinan

dengan ketentuan-ketentuan yang sudah diaturnya sedemikian rupa karena

akan dapat membawa khas positif yang sangat bermanfaat. Baik bagi pelaku

sendiri, sebagai indivudu, sebagai anggota masyarakat. Terkhusus pada hal

memelihara keturunan, ada ketentuan-ketentuan daruriyyah, yaitu

memelihara kebutuhan-kebutuhan yang bersifat esensi bagi kehidupan

manusia. Di samping hal tersebut ada beberapa hikmah yang dikemukakan

oleh para ulama dari pensyariatan nikah, antara lain.

1. Menyalurkan naluri seksual secara sah dan benar. Islam ingin

menunjukkan bahwa yang membedakan manusia dengan hewan dalam

penyaluran naluri seksual adalah melalui perkawinan, sehingga segala

akibat negatif yang ditimbulakan oleh penyaluran seksual secara tidak

benar dapat dihindari sedini mungkin.

2. Cara paling baik untuk mendapatkan anak dan mengembangkan

keturunan secara sah. Rasullullah bersabda “Nikailah wanita yang bisa

memberikan keturunan yang banyak, karena saya akan bangga sebagai

Nabi yang memiliki umat yang banyak dibanding Nabi-Nabi lain di

akhirat kelak” (HR Ahmad bin Hanbal)

3. Menyalurkan naluri kebapakana atau keibuan yang dimiliki seseorang

dalam rangka melimpahkan kasih sayang.

Page 24: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

35

4. Memupuk rasa tanggungjawab dalam rangka memelihara dan mendidik

anak, sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi seseorang untuk

membahagiakan orang-orang yang menjadi tanggungjawab.

5. Membagi rasa tangungjawab antara suami dan istri yang selama ini

dipikul masing-masing pihak.

6. Menyatukan keluarga masing-masing pihak, sehingga hubungan

silaturahim semakin kuat dan terbentuk keluarga baru yang lebih

banyak.

7. Memperpanjang usia. Islam menginginkan pasangan suami istri yang telah membina suatu rumah tangga melalui akad nikah tersebut bersifat langgeng. Terjalin keharmonisan di antara suami istri yang saling mengasihi dan menyanyagi itu sehingga masing-masing pihak merasa damai dalam rumahtangganya.40

Dengan terpenuhinya syarat dan rukun sebagaimana telah

dikemukakan, maka akad nikah di pandang sah sebagai peristiwa hukum

dalam pandangan hukum syar’i. Dengan demikain timbul hak dan kewajiban

di antara dua pihak yang diakadkan, yaitu sejalan dengan perubahan

kedudukan keduanya telah menjadi suami dan istri.

40Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta,

1997, hlm. 1329-1330

Page 25: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

36

Page 26: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

37

DAFTAR PUSTAKA BAB II 1. Tim IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta,

1992, hlm. 741

2. Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari, Fathul Mu’in. Kudus: Menara Kudus, 1979, jilid III, hlm. 1

3. Alex Sobur dan Septiawan, Renungan Perkawinan, Puspa Swara, Jakarta, 1999, hlm. 37

4. Amir Martosedono, SH, Undang-Undang Perkawinan, Dahara Prize, Semarang, 1993, hlm. 9

5. Lubis Salam, Menuju Keluarga Sakinah Mawaddah dan Warahmah, Terbit Bintang, Surabaya, tt hlm. 23

6. M. Thalib, Buku Pengangan Perkawinan Menurut Islam, Al-Ikhlas, Surabaya, 1993, hlm. 2

7. Husein Muhammad Yusuf, Keluarga Muslim dan Tantangannya, Gema Insani Press, Jakarta, 1994, hlm. 81

8. Jalaludin Rahmat, Islam Alternatif, Mizan, Bandung, t.th., hlm. 120

9. Khursyid Ahmad, Keluarga Muslim, Risalah, Bandung, 1986, hlm. 20-23

10. Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987, hlm. 50-51

11. Hamzah Ya’kub, Ethika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah (suatu pengantar ), CV. Diponegoro, Bandung, 1996, hlm. 146

12. Abdul Aziz, Rumah Tangga Bahagia Dan Sejahtera, CV. Wicaksana, Semarang, 1990, hlm. 25

13. Suheri Sidik Ismail, Ketentraman Suami Istri, Dunia Ilmu, Surabaya, 1999, hlm. 40

14. Dadang Hawari, Alqur’an Ilmu Kedokteran Jiwa, PT. Dhana Bhakti Prima Yasa, 1998, hlm. 252

15. Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius, Paramadina, Jakarta, 2000, hlm. 76

16. Abdul Hakam Ash-Sha’di, Menuju Keluarga Sakinah, Akbar, Jakarta, 2001, hlm. 55-56

17. Nurbini, Dakwah Islam dalam Keluarga, dalam Risalah Walisongo Edisi 66 Nop-Des 1996

18. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an , Jakarta, 1971, hlm. 120

19. DR. Hammudah ‘Abd Al ‘Ati, Keluarga Muslim (The Family Structure in Islam), PT. Bima Ilmu, Surabaya, 1984, hlm. 73-74

20. Maftuh Ahnan, Rumahku Surgaku, CV. Bintang Remaja, tt, tth, hlm. 12

21. Mudjab Mahalli, Menikahlah Engkau Menjadi Kaya (Kado Pernikahan untuk Pasangan Muda), Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2001, hlm. 36-84

22. M. Thalib, Buku Pengangan Perkawinan Menurut Islam, Al-Ikhlas, Surabaya, 1993, hlm. 3

23. Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1997, hlm. 1329-1330

Page 27: BAB II ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAMlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/32/jtptiain-gdl-s1... · ETIKA PERKAWINAN DALAM ISLAM Islam adalah agama fitrah, agama yang memberi

38