bab i sendy pung

Upload: wisye-tresia-rosely

Post on 16-Jul-2015

108 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi udara adalah ancaman kesehatan lingkungan untuk anak dan merupakan faktor risiko untuk penyakit pernapasan baik akut atau kronik. Asap rokok terhadap lingkungan dan polutan luar ruangan tertentu diketahui sebagai faktor risiko infeksi pernapasan akut,polusi udara dalam ruangan dari bahan bakar organik merupakan penyumbang besar terhadap penyakit. Polusi udara di luar ruangan bertambah akibat konsenkuensi peningkatan pembakaran bahan fosil untuk transfortasi,pembangkit listrik dan aktivitas manusia. Merupakan masalah serius di seluruh bagian dunia,terutama di kota besar negara-negara berkembang dan di perkiraan semperempat populasi dunia terpapar polutan udara yang tidak sehat.(Admin,2008) Polusi merupakan masalah bagi banyak kota di dunia, hal itu telah menjadi ancaman bagi lingkungan dan negara-negara maju. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi polusi berkembang di dunia tetapi untuk beberapa kota terlalu banyak. Contoh pada Negara Brunei Darussalam merupakan sebuah negara kecil tetapi diperkaya dengan sumber daya gas alam dan minyak bumi yang terletak di Asia Selatan dikelilingi oleh Malaysia. Polusi sekarang tampaknya menjadi kekhawatiran di Brunei Darussalam. Tampaknya ada kekurangan informasi studi dan penelitian di daerah tersebut. Kualitas udara yang umumnya muncul menjadi relatif bersih tetapi ini tidak berarti bahwa Brunei Darussalam bebas dari polusi udara. Namun, beberapa1

studi telah mengungkapkan tingkat TSP sangat tinggi. debu tertiup angin merupakan sumber yang paling jelas. Sebagai bagian dari proses pendaftaran uji emisi kendaraan kini sedang dilakukan di kota. Pengujian kendaraan termasuk uji emisi dioksida karbon. Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat polusi dari kendaraan umumnya rendah kecuali untuk konsentrasi yang tinggi di tempat-tempat tertentu (Windiarto,2011). Jenis jenis Gas Pencemar Udara Utama CO, CO2, NO,NO2, SO, SO2. Bahaya Efek Gas Pencemaran Udara:. Gas CO / Karbon Monoksida / Karbon Mono Oksida Karbon monoksida adalah gas yang bersifat membunuh makhluk hidup termasuk manusia. Zat gas CO ini akan mengganggu pengikatan oksigen pada darah karena CO lebih mudah terikat oleh darah dibandingkan dengan oksigen dan gas-gas lainnya. Pada kasus darah yang tercemar karbon monoksida dalam kadar 70% hingga 80% dapat menyebabkan kematian pada orang. Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen. Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon monoksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat racun, CO memainkan2

peran yang penting dalam teknologi modern, yakni merupakan prekursor banyak senyawa karbon. Jenis-jenis penyakit akibat pencemaran karbon monoksida pada jalan raya adalah Penyakit pernapasan, misalnya : jantung, paru-paru dan tenggorokan Terganggunya fungsi reproduksi, Stres dan penurunan tingkat produktivitas. Kesehatan dan penurunan kemampuan mental anak-anak. Penurunan tingkat kecerdasan (IQ) anak-anak. (Benny Windiarto, 2011). Beberapa kasus keracunan gas karbon monoksida atau carbon monoxide (CO) yang terjadi belakangan ini mendorong saya untuk mencari informasi lebih detail mengapa gas karbon monoksida dapat menyebabkan kematian bila terhirup dalam jumlah tertentu. Harapannya, kita bisa menghindarinya tentu. Di Amerika serikat diperkirakan setiap tahunnya 500 orang meninggal akibat keracunan karbon monoksida. Kasus di tahun 2008 yang lalu. Beberapa orang ulama wafat di dalam mobil yang mereka tumpangi ketika mereka menunggu di dalam mobil dengan AC tetap hidup. (Nadie ,2012) Arus lalu lintas di Kota Ambon pada jam-jam tertentu mulai padat layaknya terjadi di kota-kota besar. Hal ini terjadi karena kendaraan bermotor semakin banyak, namun tidak sebanding dengan ruas jalan yang ada di kota manise. Dengan kondisi Kota Ambon yang dipenuhi kendaraan bermotor tersebut, Walikota Ambon, MJ Papilaja menandaskan, sistem parkiran dan

3

sistem transportasi dan lalu lintas di kota ini harus ditata ulang. "Bertambahnya kenderaan bermotor di Kota Ambon sebagai dampak dari semakin berkembangnya Kota Ambon sebagai kota jasa dan kota transit bisnis di Maluku," (Walikota Ambon MJ Papilaja, 2010) Berdasarkan hasil observasi awal penulis temukan masalah kepadatan kendaraan yang berdampak pada kemacetan tersebut merupakan masalah yang realistis terjadi, dan ada tiga jalur pada ruas jalan St. Hasanudin yang dapat menyebabkan gas berbahaya seperti gas CO. Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pada Jalan Sultan Hasanudin tentang :study Kualitas udara akibat karbon monoksida pada ruas jalan sultan hasanudin kota ambon 2012.

1.2 RUMUSAN MASALAH Kepadatan kendaraan di kota ambon dapat menimbulkan kemacetan lebih khususnya kemacetan pada ruas jalan sultan hasanudin dan apabila tidak adanya kesadaran tiap-tiap pengemudi kendaraan di jalan raya,untuk itu pemerintah harus lebih jeli dalam melihat keadaan tersebut lebih khususnya lagi pada dinas kesehatan agar memperhatikan dampak kemacetan apabila gas-gas yang dikeluarkan dari pembuangan kendaraan(kanalpot) dapat menghasilkan zat-zat berbahaya seperti karbon monoksida salah satu gas yang dapat beresiko bagi kesehatan,untuk itu salah satu titik kemacetan yang sering terjadi di kota ambon pada ruas jalan sultan hasanudin.

4

Dari penjelasan di atas tentang karbon monoksida maka masalah yang di ambil yaitu : Bagaimana kualitas karbon monoksida di udara pada ruas jalan sultan hasannudin kota ambon 2012 ?

1.3 Tujuan Penelitian1. Tujuan umum : Untuk mengetahui kualitas karbon monoksida pada ruas jalan sultan hasannudin kota Ambon 2012. 2. Tujuan khusus : a. Untuk mengetahui kualitas karbon monoksida di udara pada ruas jalan sultan hasannudin. b. Untuk mengetahui kecepatan angin, suhu pada ruas jalan sultan hasannudin. c. Untuk mengetahui kepadatan kendaraan pada ruas jalan sultan hasannudin.

1.4 Manfaat Penelitian1. Bagi dinas kesehatan : Agar lebih memperhatikan kesehatan masyarakat dan lingkungan khususnya pada daerah kota ambon mengenai pencemaran udara akibat tidak adanya kesadaran masyarakat dalam berkendaraan

bermotor(motor,mobil). Yang dapat menimbulkan gas-gas berbahaya ke dalam udara(karbon monoksida). Dan dampaknya bagi kesehatan.

5

2. Bagi masyarakat :Merupakan masukan untuk lebih berhati-hati dalam berkendaraan bermotor(motor,mobil) karena pemakaian BBM yang tidak sesuai dengan peraturan pemerintah dapat berakibatkan penyakit saluran pernafasan akibat udara yang sudah terkontaminasi dengan zat-zat berbahaya.

3. Bagi peneliti :a. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang kesehatan lingkungan, khususnya dalam bidang penyehatan udara. b. Untuk memperoleh pengalaman dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan lingkungan. c. Untuk lebih giat lagi dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi di lingkungan.

BAB II

6

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Teori 2.1.1 Pengertian Udara Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia perlu mendapatkan perhatian yang serius, hal ini pula menjadi kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia 2010 dimana program pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari sepuluh program unggulan. (Wikipedia, 2010) Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dll disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan

memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan penyakit.

7

Jenis parameter pencemar udara dalam buku pedoman ini didasarkan pada baku mutu udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi : Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidro karbon (HC), PM 10 , PM 2,5, TSP (debu), Pb (Timah Hitam), Dustfall (debu jatuh). Empat parameter yang lain (Total Fluorides (F), Fluor Indeks, Khlorine & Khlorine dioksida, Sulphat indeks) akan dibahas kemudian karena merupakan parameter pencemaran udara yang diberlakukan untuk daerah/kawasan industri kimia dasar. (Indra, 2009) 2.1.2 Pengertian Karbon monoksida (CO) Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida (CO) merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna, dan dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -129OC. berat jenis sedikit lebih ringan dari udara (menguap secara perlahan ke udara), CO tidak stabil dan membentuk CO2 untuk mencapai kestabilan phasa gasnya. Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau waktu kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.

8

Karbon

monoksida

terikat

pada

hemoglobin

dan

memiliki

kecenderungan yang sama dengan oksigen, Lalu terbentuklah carboxy hemoglobin. Carboxy hemoglobin menghambat masuknya oksigen ke dalam molekul hemoglobin dan menghambat kemampuan penukaran gas dari sel darah merah. Akibatnya, tubuh kekurangan oksigen yang menyebabkan kerusakan jaringan dan kematian. Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia. Karbon monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam. Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Karbon monoksida, CO, dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung karbon dan oleh pembakaran pada tekanan dan suhu tinggi yang terjadi pada mesin. Karbon monoksida dapat juga dihasilkan dari reaksi oksidasi gas metana oleh radikal hidroksi dan dari perombakan/pembusukan tanaman meskipun tidak sebensar yang dihasilkan oleh bensin. Pada jam-jam sibuk di daerah perkotaan konsentrasi gas CO bisa mencapai 50 -100 ppm.

9

Tingkat kandungan CO di atmosfir berkorelasi positip dengan padatnya lalu lintas, tetapi korelasi negatif dengan kecepatan angin. Keberadaan atau umur gas CO di atmosfir tidak lama hanya kira-kira 4 bulan. Hal ini terjadi karena karbon monoksida di atmosfir dihilangkan melalui reaksi dengan radikal hidroksil, HO*. (Mopitt, 2000) 2.1.2.1 Bahaya gas CO bagi kesehatan Karakteristik biologic yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Sifat ini akan menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan Oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relative lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius hingga fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO bereaksi dengan darah (hemoglobin) : Hemoglobin + O2 > O2 Hb (oksihemoglobin) Hemoglobin + CO > COHb (karboksihemoglobin)

10

Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau waktu kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia ternyata tidak sama dengan manusia yang satu dengan yang lainnya. Kadar CO yang tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan denyut jantung, ritme jantung menjadi abnormal, gagal jantung dan kerusakan pembuluh darah perifal. Dampak keracunan gas CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah peripheral yang parah. Manusia dengan aktifitas yang tinggi disekitar lalu lintas

kendaraan yang padat merupakan kelompok yang paling beresiko mengalami gangguan kesehatan akibat gas CO. Mereka ini antara lain Polisi lalulintas yang dinas dijalan, kendaraan lancar, menertibkan dan menagtur agar tukang parkir. beresiko dari pekerja bengkel

lalulintas Sedangkan

petugas retribusi Tol, yang

hasil sampingan kegiatan manusia antara lain para

kendaraan, industri logam, industri kimia dan industri bahan bakar. Dampak gangguan kesehatan terhadap manusia tergantung

ketahanan fisik manusia, namun yang paling sering adalah memperparah penderita gangguan jantung dan paru-paru, kelahiran premature dan berat badan bayi dibawah normal bahkan kematian akibat keracunan gas CO bisa terjadi. (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2009)

11

2.1.2.2 Cara Menanggulangi Dampak Negative Gas CO Pencemaran udara dapat memberikan dampak negatif bagi makhluk hidup, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kebakaran hutan dan gunung api yang meletus menyebabkan banyak hewan yang kehilangan tempat berlindung, banyak hewan dan tumbuhan mati bahkan punah. Gas-gas oksida belerang (SO2 dan SO3) bereaksi dengan uap air, dan air hujan dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat merusak gedung-gedung, jembatan, patung-patung sehingga

mengakibatkan tumbuhan mati atau tidak bisa tumbuh. Gas karbon monoksida bila terhisap masuk ke dalam paru-paru bereaksi dengan haemoglobin menyebabkan terjadinya keracunan darah dan masih banyak lagi dampak negatif yang disebabkan oleh pencemaran udara.Asap tebal dari hasil kebakaran hutan ini sangat merugikan, baik dalam segi ekonomi, transportasi (udara, darat dan laut) dan kesehatan. Akibat asap tebal tersebut menyebabkan terhentinya alat-alat transportasi karena

dikhawatirkan akan terjadi tabrakan. Selain itu asap itu merugikan kesehatan yaitu menyebabkan sakit mata, radang tenggorokan, radang paru-paru dan sakit kulit. Pencemaran udara lainnya berasal dari limbah berupa asap yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kedaraan bermotor dan limbah asap dari industri. Untuk dapat menanggulangi terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan beberapa usaha antara lain: mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan gas karbon

12

monoksida dan diusahakan pula agar pembakaran yang terjadi berlangsung secara sempurna, selain itu pengolahan/daur ulang atau penyaringan limbah asap industri, penghijauan untuk melangsungkan proses

fotosintesis (taman bertindak sebagai paru-paru kota), dan tidak melakukan pembakaran hutan secara sembarangan, serta melakukan reboisasi/penanaman kembali pohonpohon pengganti yang penting adalah untuk membuka lahan tidak dilakukan pembakaran hutan, melainkan dengan cara mekanik. Pemerintah telah menetapkan batas emisi yang dapat diterima bagi setiap kendaraan. Oleh karenanya para pemilik kendaraan harus merawat kendaraan secara berkala agar kadar gas buang kendaraan memenuhi batas yang diijinkan pemerintah. Atau menambah alat catalytic converter pada sistem pembakaran kendaraan sehingga akan menurunkan kadar CO dari gas buang sampai 90 % , jangan lupa manusia juga tetap harus memperhatikan dan mengatur sistem ventilasi dalam ruangan dengan baik, sehingga terhindar dari gangguan gas CO. 2.1.2.3 Parameter yang Digunakan Untuk Mengetahui Gas CO Secara umum parameter yang digunakan untuk mendeteksi pencemaran udara adalah dengan mengetahui atau meneliti suatu daerah tersebut mengalami pencemaran udara atau tidak. Parameter yang biasa digunakan adalah dengan mendeteksi adanya gas-gas beracun dan kandungan logam kimia dalam udara, misalnya timbale (Pb),

13

karbonmonoksida (CO), sulfur dioxide (SO2), nitrogen dioxide (NO2), dan ozon. (Indah Mahfuza, 2011) Dengan menggunakan parameter konsentrasi zat pencemar dan waktu lamanya kontak antara bahan pencemar atau polutan dengan lingkungan (udara), WHO menetapkan empat tingkatan pencemaran sebagai berikut: 1. Pencemaran tingkat pertama; yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian bagi manusia. 2. Pencemaran tingkat kedua; yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan kerugian bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita. 3. Pencemaran tingkat ketiga; yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksi pada faal tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis. 4. Pencemaran tingkat keempat; yaitu pencemaran yang telah menimbulkan sakit akut dan kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan. 2.1.2.4 Sifat Fisika Dan Kimia Akibat Karbon Monoksida Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti

14

senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin. (Anonim, 2010) 2.1.2.5 Sumber Dan Distribusi Karbon Monoksida Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia, Korban monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam. Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakarbensin. Berdasarkan estimasi, Jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung CO, sehingga para perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya. Sumber CO dari dalam ruang (indoor) termasuk dari tungku dapur rumah tangga dan tungku pemanas ruang. Dalam beberapa penelitian ditemukan kadar CO yang cukup tinggi didalam kendaraan sedan maupun bus. Kadar CO diperkotaan cukup

15

bervariasi

tergantung

dari

kepadatan

kendaraan

bermotor

yang

menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari. Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi jalan dan bangunan disekitarnya.(Anonim, 2010) 2.1.2.6 Dampak Terhadap Kesehatan Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengakut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampak keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah. Dampak dari CO bervasiasi tergangtung dari status kesehatan seseorang pada saat terpajan .Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah apabila kadar HbCO

16

dalam darahnya sebesar 510%. Pengaruh CO kadar tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskular telah banyak diketahui. Namun respon dari masyarakat berbadan sehat terhadap pemajanan CO kadar rendah dan dalam jangka waktu panjang, masih sedikit diketahui. Misalnya kinerja para petugas jaga, yang harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya perubahan kecil dalam lingkungannya yang terjadi pada saat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan terus menerus, dapat terganggu/ terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah 10% dan bahkan sampai 5% (hal ini secara kasar ekivalen dengan kadar CO di udara masing-masing sebesar 80 dan 35 mg/m3) Pengaruh ini terlalu terlihat pada perokok, karena kemungkinan sudah terbiasa terpajan dengan kadar yang sama dari asap rokok. Beberapa studi yang dilakukan terhadap sejumlah sukarelawan berbadan sehat yang melakukan latihan berat (studi untuk melihat penyerapan oksigen maksimal) menunjukkan bahwa kesadaran hilang pada kadar HbCO 50% dengan latihan yang lebih ringan, kesadaran hilang pada HbCo 70% selama 5-60 menit. Gangguan tidak dirasakan pada HbCO 33%, tetapi denyut jantung meningkat cepat dan tidak proporsional. Studi dalam jangka waktu yang lebih panjang terhadap pekerja yang bekerja selama 4 jam dengan kadar HbCO 5-6% menunjukkan pengaruh yang serupa terhadap denyut jantung, tetapi agak berbeda.

17

Hasil studi diatas menunjukkan bahwa paling sedikit untuk para bukan perokok, ternyata ada hubungan yang linier antara HbCO dan menurunnya kapasitas maksimum oksigen. Walaupun kadar CO yang tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan denyut jantung, ritme jantung menjadi abnormal gagal jantung, dan kerusakan pembuluh darah periferal, tidak banyak didapatkan data tentang pengaruh pemajanan CO kadar rendah terhadap sistim kardiovaskular. Hubungan yang telah diketahui tentang merokok dan peningkatan risiko penyakit jantung koroner menunjukkan bahwa CO kemungkinan mempunyai peran dalam memicu timbulnya penyakit tersebut (perokok berat tidak jarang mengandung kadar HbCO sampai 15 %). Namun tidak cukup bukti yang menyatakan bahwa karbon monoksida menyebabkan penyakit jantung atau paru-paru, tetapi jelas bahwa CO mampu untuk mengganggu transpor oksigen ke seluruh tubuh yang dapat berakibat serius pada seseorang yang telah menderita sakit jantung atau paru-paru. Studi epidemiologi tentang kesakitan dan kematian akibat penyakit jantung dan kadar CO di udara yang dibagi berdasarkan wilayah, sangat sulit untuk ditafsirkan. Namun dada terasa sakit pada saat melakukan gerakan fisik, terlihat jelas akan timbul pada pasien yang terpajan CO dengan kadar 60 mg/m3, yang menghasilkan kadar HbCO mendekati 5%. Walaupun wanita hamil dan janin yang dikandungnya akan menghasilkan CO dari dalam tubuh (endogenous) dengan kadar yang lebih tinggi,

18

pajanan tambahan dari luar dapat mengurangi fungsi oksigenasi jaringan dan plasental, yang menyebabkan bayi dengan berat badan rendah. Kondisi seperti ini menjelaskan mengapa wanita merokok melahirkan bayi dengan berat badan lebih rendah dari normal. Masih ada dua aspek lain dari pengaruh CO terhadap kesehatan yang perlu dicatat. Pertama, tampaknya binatang percobaan dapat beradaptasi terhadap pemajanan CO karena mampu mentolerir dengan mudah pemajanan akut pada kadar tinggi, walaupun masih memerlukan penjelasan lebih lanjut. Kedua, dalam kaitannya dengan CO di lingkungan kerja yang dapat menggangggu pertubuhan janin pada pekerja wanita, adalah kenyataan bahwa paling sedikit satu jenis senyawa hidrokarbon-halogen yaitu metilen khlorida (dikhlorometan), dapat menyebabkan meningkatnya kadar HbCO karena ada metobolisme di dalam tubuh setelah absorpsi terjadi. Karena senyawa diatas termasuk kelompok pelarut (Sollvent) yang banyak digunakan dalam industri untuk menggantikan karbon

tetrakhlorida yang beracun, maka keamanan lingkungan kerja mereka perlu ditinjau lebih lanjut.(Anonim, 2010) 2.1.2.6.1 Pencegahan 1. Sumber Bergerak a. Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik. b. Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala. c. Memasang filter pada knalpot.

19

2.1.2.6.2 Sumber Tidak Bergerak a. Memasang scruber pada cerobong asap. b. Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala. c. Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO rendah. 2.1.2.6.3 Manusia Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku mutu ( 10.000 ug/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam ) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya : a. Menggunakan alat pelindung diri ( APD ) seperti masker gas. b. Menutup / menghindari tempat-tempat yang diduga mengandung CO seperti sumur tua , Goa , dll. 2.1.2.6.4 Penanggulangan a. Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan exhaust fan. b. Bila terjadi korban keracunan maka lakukan : 1. Berikan pengobatan atau pernafasan buatan 2. Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat 2.1.3 Pengertian Suhu Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam

20

suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atomatom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. Sebuah peta global jangka panjang suhu udara permukaan rata-rata bulanan dalam proyeksi Mollweide. Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan

menggunakan termometer. Suhu dapat diukur dengan menggunakan termometer yang berisi air raksa atau alkohol. Kata termometer ini diambil dari dua kata yaitu thermo yang artinya panas dan meter yang artinya mengukur (to measure). Di lihat dari kondisi lokasi pada arus jalan sultan hasanudin suhu terasa panas dan dapat menurunkan kualitas udara juga dapat menurunkan daya tahan tubuh masyarakat apabila terjadinya kemacetan pada arus jalan tersebut. (Anonim, 2010)

2.1.4

Pengertian Kecepatan angin

21

Kecepatan angin adalah kecepatan udara yang bergerak secara horizontal pada ketinggian dua meter diatas tanah. Perbedaan tekanan udara antara asal dan tujuan angin merupakan faktor yang menentukan kecepatan angin. Kecepatan angin akan berbeda pada permukaan yang tertutup oleh vegetasi dengan ketinggian tertentu, misalnya tanaman padi, jagung, dan kedelai. Oleh karena itu, kecepatan angin dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang dilaluinya. Kecepatan angin dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut anemometer. Jenis anemometer yang paling banyak digunakan adalah anemometer mangkok. Tidak bisa dipungkiri bahwa kecepatan angin akan berpengaruh pada banyak hal. Berikut ini adalah beberapa hal yang terjadi sebagai akibat pengaruh kecepatan angin yaitu pada bidang perhubungan, Kecepatan angin sangat mempengaruhi kelancaran jalur penerbangan. Selain kecepatan angin, faktor cuaca dan iklim juga berperan dalam bidang perhubungan terutama untuk transportasi. Selain mempengaruhi

kelancaran jalur penerbangan, kecepatan angin juga sangta berpengaruh pada transportasi laut.

2.1.5

Kepadatan kendaraan di Kota Ambon

22

Transportasi sebagai sarana dan fasilitas yang diciptakan oleh teknologi masa kini ternyata menambah permasalahan dalam pencemaran udara. Namun, apakah kesalahan pencemaran udara dilimpahkan begitu saja kepada pengguna atau pembuat teknologi tersebut?, tidak juga seperti itu, karena kuantitas transportasi dan juga kualitasnya juga perlu diperhatikan, bahkan kebijakan-kebijakan pemerintah tentang transportasi juga perlu diperhatikan. Pada masa sekarang ini, pencemaran udara di Indonesia 70%nya diakibatkan oleh emisi kendaraan bermotor, karena kendaraan bermotor memiliki zatzat yang berbahaya bagi udara disekitar kita, antara lain adalah karbon monoksida (CO).( Andrisky Aprianzal, 2009) Jumlah kepadatan kendaraan di kota ambon lebih khususnya pada kendaraan yang melewati arus jalan sultan hasanudin dapat di katakan padat kendaraan karena jumlah kendaraannya 636 jumlah kendaraan dan itu blm keseluruhan kendaraan yang ada di kota ambon.

23