bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari- hari komunikasi merupakan suatu proses
yang sangat penting bagi setiap makhluk sosial, komunikasi dapat
memperlancar suatu hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lain.
Dengan berkomunikasi kita dapat menumbuhkan rasa saling pengertian
berteman dan bertukar informasi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi telah memberikan perubahan besar dalam komunikasi. Dampak
terhadap perkembangan tersebut memberikan perubahan dalam bidang
komunikasi pada media massa elektronik seperti televisi. Melalui media
tersebut komunikasi terjalin dan informasipun terjadi. Menurut Hovland,
komunikasi adalah proses merubah perilaku orang lain. Sedangkan (H.
Laswell, 2003) memberikan pengertian yang lebih luas yaitu suatu proses
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu, hal ini berarti apabila salah satu unsure
komunikasi diabaikan maka proses komunikasi tidak akan berlangsung. Maka
suatu komunikasi dikatakan berhasil apabila komunikasi itu mampu
mengubah sikap dan tindakan seseorang atau berhasil memperoleh persetujuan
dari komunikan terhadap apa yang dimaksudkan oleh komunikator dan salah
satu cara mengubah sikap perilaku orang lain secara suka adalah melalui
komunikasi persuasif.
2
Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan
untuk 'berpindah gambar'). Film secara kolektif, sering disebut 'sinema'.
Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga
bisnis. Terdapat dua jenis film yang bisa dikatakan mayoritas menguasai
atmosfir perfilman global dan besar pengaruhnya terhadap perubahan perilaku
masyarakat sosial, yaitu film dokumenter danfilmnoir.
Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan.
Istilah "dokumenter" pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926)
oleh Robert Flaherty, ditulis oleh "The Moviegoer", nama samaran John
Grierson, di New York Sun pada 8 Februari 1926. Di Perancis istilah
dokumenter digunakan untuk semua film non-fiksi, termasuk film mengenai
perjalanan dan film pendidikan. Berdasarkan definisi ini, film-film pertama
semua adalah film dokumenter. artinya film dokumenter berarti menampilkan
kembali fakta yang ada dalam kehidupan. Film dokumenter bisa menyebabkan
perubahan budaya masyarakat yang mengkonsumsinya karena jenis film
tersebut menggambarkan suatu kehidupan budaya dimana akan menyebabkan
bentrokkan budaya antara budaya yang digambarkan pada film tersebut
dengan budaya asli si penonton dan secara otomatis dapat merubah pola pikir
dan tingkah laku konsumen dalam konteks budaya.
Karakteristik film sebagai media massa mampu membentuk semacam
consensus public secara visual (visual public concensus), karena film selalu
bertautan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan selera public.
Serta, film juga merupakan salah satu media untuk menampilkan makna-
3
makna yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perkembangan
media massa elektronik, film tidak hanya ditayangkan di bioskop, namun juga
diproduksi dan ditayangkan di televisi. Perkembangan pertelevisian khususnya
televisi swasta telah membawa konsekuensi logis pada semua aspek
kehidupan tidak terkecuali pada dunia usaha. Tentu saja perkembangan seperti
itu tidak dapat dilepaskan dari dukungan dana yang besar.
Perkembangan teknologi di era moderen yang semakin canggih
semakin menuntut dunia perfilman untuk bisa menampilkan sebuah daya tarik
perfilman yang terkesan apik dan dibuat semenarik mungkin. Arus globalisasi
yang telah membawa mereka ke dalam sebuah kemodernan film membuat
suatu tampilan tersendiri yang pada akhirnya dapat mempengaruhi serta
menarik perhatian masyarakat secara absolut sehingga masyarakat pun
terkesan puas terhadap apa yang sudah diberikan melalui film. Film yang ada
pada masa kini merupakan sebuah tontonan yang dikonsumsi oleh khalayak
dalam ruang lingkup yang luas, menyebar bahkan menyeluruh hingga
kepelosok-pelosok daerah terkecilpun dapat di temukan tempat-tempat yang
menampilkan film baik lokal maupun internasional. Fenomena perkembangan
film yang begitu cepat dan tak terprediksikan membuat film kini disadari
sebagai fenomena budaya yang progresif. Bukan saja oleh negara-negara yang
memiliki industri film besar, tapi juga oleh negara-negara yang baru akan
menata industri filmnya. Film juga sudah dianggap bisa mewakili
citra/identitas komunitas tertentu. Bahkan bisa membentuk komunitas sendiri,
karena sifatnya yang universa Film pertama di Indonesia ini adalah sebuah
4
film dokumenter yang menggambarkan perjalanan ratu Olanda dan Raja
Hertog Hendrik di kota Den Haag l.
Kebudayaan ataupun yang disebut peradaban, mengandung pengertian
yang luas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks,
meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat- istiadat
(kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat
(Taylor, 1897). Menurut Koentjaraningrat (1980), kata kebudayaan berasal
dari kata Sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti
budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang
bersangkutan dengan akal. Sedangkan kata ‘budaya’ merupakan
perkembangan majemuk dari budi daya yang berarti daya dari budi sehingga
dibedakan antara budaya yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, karsa,
dan rasa, dengan kebudayaan yang berarti hasil dari cipta, karsa, dan rasa.
Kebudayaan, kesenian, hukum, adat istiadat dan setiap kemampuan lain
dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat.
Misalnya: dari alat-alat yang paling sederhana seperti asesoris perhiasan
tangan, leher dan telinga, alat rumah tangga, pakaian, sistem computer, non
materil adalah unsur-unsur yang dimaksudkan dalam konsep norma-norma,
nilai-nilai, kepercayaan / keyakinan serta bahasa. Kehidupan manusia selalu
ditandai oleh norma sebagai aturan sosial untuk mematok perilaku manusia
yang berkaitan dengan kebaikan bertingkah laku, tingkah laku rata-rata atau
tingkah laku yang diabstaksikan. Oleh karena itu dalam setiap kebudayaan
5
dikenal norma-norma yang ideal dan norma-norma yang kurang ideal atau
norma rata-rata.
Norma ideal sangat penting untuk menjelaskan dan memahami tingkah
laku tertentu manusia, dan ide tentang norma-norma tersebut sangat
mempengaruhi sebagian besar perilaku sosial termasuk perilaku komunikasio
manusia. Unsur penting kebudayaan berikutnya adalah kepercayaan/
keyakinan yang merupakan konsep manusia tentang segala sesuatu di
sekelilingnya.
Kebudayaan dalam pandangan sosiologi adalah sebagai ilmu yang
mempelajari interaksi sosial antar manusia dalam masyarakat. menurut Francis
Merill mengatakan bahwa kebudayaan adalah pola-pola perilaku yang
dihasilkan oleh interaksi sosial dan semua perilaku, semua produk yang
dihasilkan oleh seseorang sebagai anggota suatu masyarakat yang ditemukan
melalui interaksi simbolis. Film horor merupakan salah satu produk televisi
yang sangat diminati oleh masyarakat, khususnya remaja dengan usia 17 tahun
ke atas. Di Indonesia film horor yang bergender adventure horor lebih banyak
berasal dari luar negeri, seperti jepang, korea. Meski indonesai belum begitu
berkembang dalam memproduksi film adventure horor, namun kita sebagai
masyarakat Indonesia juga bisa bangga karena Indonesia pernah memproduksi
film adventure horor yaitu film keramat.
Dalam memproduksi film horor yang memang ditunjukkan kepada
kalangan 17+, isi cerita dalam film horor itu sendiri juga harus menarik dan
selalu berkesinambungan dengan kehidupan nyata. Cerita yang disajikan
6
seharusnya disesuaikan dengan umur 17+, bercerita dalam porsi yang
semestinya.
Film keramat adalah film yang 100% pembuatannya diproduksi di
Jogjakarta dan salah satu film horor Indonesia yang bergender adventure. Dari
segi ceritanya film tersebut mengangkat mengenai kebudayaan-kebudayaan
atau tradisi-tradisi jawa yang mulai memudar dan sudah jarang diproduksi lagi
oleh para pembuat film.
Peneliti tertarik untuk mengamati film Keramat karena, film ini lain
dari film documenter yang lain. Karena film keramat ini berasal dari kisah
nyata yang di awali pada hari minggu tanggal 28 Mei 2006, 27 Mei ( jam 05 :
57 WIB ) gempa tektonik mengguncang Bantul dan sekitarnya, kemudian
ditemukan kamera produksi yang merekam musibah crew film. Akhirnya
Monty Tiwa selaku sutradara film Keramat tersebut mempunyai ide untuk
memfilmkan dengan pemain dan nama yang berbeda kembali cerita yang
terekam pada kaset yang ditemukan tersebut,dengan harapan bagi penonton
untuk lebih menghargai, lebih berhati- hati bahwa memang ada alam lain
selain alam kita ( manusia ). Film keramat ini tidak terlepas dari kisah para
remaja khususnya pendatang yang kurang menghargai adat istiadat di daerah
setempat sehingga menimbulkan kejadian yang menimpa para rombongan
pendatang di daerah tersebut dalam rangka persiapan shoting film. Kejadian
demi kejadian aneh mereka alami, sampai ke titik dimana calon pemeran
utama wanita dirasuki roh halus. Dengan bantuan seorang para normal,
mereka mencoba mengusir roh halus itu, namun gagal.
7
Dengan demikian, berkaitan dengan uraian di atas maka disini penulis
tertarik ingin lebih mengangkat unsur kebudayaan utamanya kebudayaan jawa
yang terdapat dalam film keramat tersebut.Peneliti mengacu pada penelitian
terdahulu dengan pokok bahasan yang hampir sama namun, berbeda obyek
yang diteliti, jika di penelitian terdahulu (yang di teliti oleh Gea Sylvetris
Sundawa, mahasiswi jurusan ilmu komunikasi, 2010) peneliti menggunakan
satuan ukur detik , dialog dan episode, sedangkan peneliti hanya
menggunakan satuan ukur detik saja. Selain itu penelitian terdahulu tidak
menggunakan teori karena tidak ada teori yang mengacu pada penelitian
terdahulu, sedangkan peneliti menggunakan teori karena terkait pada
kebudayaan, sedangkan dalam budaya itu sendiri banyak teori yang di
kemukakan oleh para ahli. Dan penulis ingin lebih mendalami isi dalam film
tersebut dan ingin meneliti lebih lanjut dengan judul unsur tradisi jawa
dalam film horor Indonesia analisis isi pada film keramat.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada penelitian ini rumusan
permasalahannya adalah apa saja unsur tradisi jawa khususnya kebudayaan
jawa dalam film Keramat ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja unsur-unsur tradisi
kebudayaan jawa yang terdapat dalam film keramat.
8
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan tambahan
keilmuan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian sejenis,
khususnya pada konsentrasi audio visual tentang penggunaan media massa
film sebagai penyampaian pesan karena film selalu bertautan dengan nilai
budaya dalam masyarakat.
2. Manfaat praktis
Dapat memberikan masukan bagi perfilman agar lebih kreatif dalam
menciptakan karya sehingga film tidak hanya berfungsi sebagai hiburan
melainkan juga dapat sebagai pendidikan.
E. KAJIAN PUSTAKA
E.1. Film Sebagai Realita Sosial
Film adalah dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas. Film
mewakili realitas kelompok masyarakat pendukungnya itu. Baik realitas
dalam bentuk imajinasi ataupun realitas dalam arti sebenarnya. Film
menunjukan pada kita jejak-jejak yang ditinggalkan pada masa lampau,
cara menghadapi masa kini dan keinginan manusia terhadap masa yang
akan datang. Sehingga dalam perkembangannya film bukan lagi sekedar
usaha menampilkan "citra bergerak" (moving images), namun juga telah
diikuti oleh muatan-muatan kepentingan tertentu seperti politik,
kapitalisme, hak asasi manusia atau gaya hidup.
9
Film atau dengan kata lain informasi audio visual merupakan
informasi yang paling cepat direspon oleh banyak masyarakat dan
kebanyakan masyarakat meniru akan apa yang disajikan oleh film yang
ditontonnya terutama ditiru budayanya. Hal tersebut dapat menyebabkan
perubahan besar pada tingkah laku berbudaya dalam kehidupannya
sehari-hari. Misalkan dari cara berpakaian, perilaku sosial serta gaya
bicara. Dan bisa juga dikatakan bahwa film sebagai realita sosial, karena
umunya cerita yang di pada angkat di dalam film menceritakan realita
social yang ada. (http://pengenkondang.wordpress.com/2008/03/09/the-
7th-art-film/(diakses pada 24 November 2010/ Jam 15.40).
E.2. Tradisi Budaya Jawa
Tradisi budaya jawa sering kita sebut juga dengan kebiasaan atau
perilaku turun-temurun yang terjadi dalam kehidupan masyarakat jawa.
dalam kehidupan sehari-hari istilah kebudayaan diartikan dengan hal-hal
yang menyangkut kesenian dan adat istiadat. Bahkan tidak jarang media
massapun ikut mempopulerkan istilah kebudayaan terbatas pada hal-hal
yang bersangkutan dengan unsur seni. Kebudayaan dapat dibedakan
menjadi 2 macam yaitu kebudayaan material dan kebudayaan
immaterial. Kebudayaan material/jasmaniah adalah kebudayaan
yang dapat diraba, dilihat secara konkrit/nyata atau yang bersifat
kebendaan. Contohnya meja, buku, gedung, pakaian dan sebagainya.
Sedangkan kebudayaan immaterial/rohaniah/spiritual adalah
kebudayaan yang tidak dapat dilihat dan diraba tetapi dapat dirasakan
10
dan dinikmati contohnya religi, kesenian, ideologi, filsafat dan
sebagainya.( http://id.wikipedia.org/wiki/seni_tradisioanl_jawa (diakses
pada 26 november/ jam 03.00)
E.3. Realitas Media Massa
Penyajian informasi yang lengkap kian di mudahkan dengan
berkembangnya tekhnologi dalam bisnis media masa. Masyarakat dari
sebagai objek dari bisnis media masa merasa dimanjakan dengan
hadirnya beragam informasi. Dalam hal ini media masa memiliki peran
yang sangat penting dalam perkembangan realitas sosial, di karenkan
media masa merupakan pengkaji realitas dalam kehidupan masyarakat.
media menjadi wahana informasi untuk memuat aspirasi masyarakat atas
berbagai kebijakan publik. Media juga mempunyai untuk berperan sebai
instusi yang dapat membentuk opini publik.
Pekerjaan media pada hakekatnya adalah mengkonstuksikan realitas.
isi media adalah hasil para pekerja media mengkonstruksikan berbagai
realitas yang dipilihnya.dapat di pahami bahwa media membentuk
konstruksi terhadap adanya fakta baru ataupun yang sedang
berkenmbang di mana khalayak umum secara tidak sadar akan terbawa
arus pesan yang ada di dalamnya. Dalam hal ini media menyeret
khalayak pasif untuk ikut berperan aktif dari apa yang di cita-citakan
media tersebut, sehingga kekuatan media dalam menentukan arus sedikit
banyak akan memberikan perubahan. Dengan demikan, seluruh isi media
tidak lain adalah realitas dari fungsi media itu sendiri. Namun, fungsi
11
media saat ini sangatlah berbeda dengan sebenarnya.saat ini banyak
media lebih mementingkan berita yang berbau provit karena media
tersebut membutuhkan dana untuk tetap bertahan. Media-media nasional
di negeri ini memiliki salah satu pemegangsaham terbasar yang berhak
untuk memunculkan berita atau acara apa saja yang layak untuk di
tampilkan, tetapi biasanya mereka memiliki kepentingan politik
tersendiri dalam pengambilan keputusan. Hal itu terjadi dan di ketahui
oleh banyak penikmat media layaknya rahasia umum tanpa bisa berbuat
apapaun.
Media masa sesunguhnya berada di tengah realita sosial yang ada
dengan berbagai kepentingan, konflik dan fakta yang beragam dan
kompleks. Oleh karena itu, media masa mempunyai berbagai cara dalam
menyampaikan pesannya, yaitu dengan berbagai macam jenis
(cetak/bacaan,elektronik/tontonan,online/akses) sesuai dengan instrument
yang digunakan. Proses penyampain pesan dalam berbagai media
merupakan bentuk aplikasi dari tujuan dan fungsi media, di mana
terdapat berbagai fungsi dan tujuan dari media yang berbeda. Dari
perbedaan jenis media masa yang di gunakan, terdapat satu kesamaan
yaitu tersebarkannya pesan secara luas, cepat dan berkelanjutan. Oleh
Karena itulah, pesan yang di sampaikan oleh media masa dapat terbentuk
menjadi suatu opini public dalam masyarakat.(Prakosa, Gatot. 1997. Film
Pinggiran, Antologi Film Pendek, Film Eksperimental, dan Film
Dokumenter.Jakarta:FFTV-IKJ dan YLP).
12
E.4. Film sebagai media komunikasi massa
Komunikasi massa merupakan komunikasi yang melibatkan massa
yang banyak serta melalui media massa. Hal ini seperti dikatakan oleh
Joseph A. Devito (Nurudin,2003:11).
Menurut Werner, komunikasi massa adalah sebagian keterampilan,
sebagian seni dan ilmu. Pesan yang disampaikan melalui media massa
bersifat umum (public),karena ditujukan kepada perorangan atau kepada
sekelompok orang tertentu. komunikasi massa mempunyai karakteristik
khusus yang membedakan dengan proses komunikasi lain
(Nurudin,2003:16), yaitu :
E.4.1. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen.
Masyarakat yang majemuk adalah target atau sasaran yang dituju
oleh komunikator. Mereka adalah komunikan yang terlibat dalam
proses komunikasi yang biasa disebut khalayak. Komunikasi ini
memiliki beragam pekerjaan,usia,jenis kelamin dan status sosial.
E.4.2. Pesanya bersifat umum.
Pesan yang disampaikan tidak ditujukan pada seseorang atau
sekelompok orang tertentu saja. Melainkan lebih universal agar
dapat diterima seluruh lapisan masyarakat.
E.4.3. Komunikasi massa mengandalkan peralatan tekhnis.
Karena komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan
media massa, secara otomatis peralatan tekhnis sangat berpengaruh
13
besar dalam proses penyampaian pesan. Peralatan tekhnis disini
adalah peralatan yang digunakan sebagai media pendukung
tersampaikanya informasi.
E.5. Fungsi dan efek film
Bicara tentang film sebagai media komunikasi massa yang
dilengkapi dengan audio visual yang mampu menjangkau segala segmen
di masyarakat, itu merupakan gambaran realitas yang ada di masyarakat.
Walaupun terlihat tidak sama sepenuhnya, tapi gambaran yang nampak
pada layar kaca dan telah menjadi sebuah alur cerita yang berirama tak
pernah lepas dari makna dan asal-usul cerita yang sejak awal diangkat
sebagai ide cerita oleh sutradara. Fungsi komunikasi massa bagi
masyarakat menurut Dominick (2001), terdiri dari :
- surveillance (pengawasan )
Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama :
a. Warning or beware surveillance (pengawasan peringatan);
b. Instrumental surveillance (pengawasan instrumental).
Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa
menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya
gunung merapi, kondisi yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau
adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat
menjadi ancaman. Sebuah stasiun televise mengelola program untuk
menayangkan sebuah peringatan atau menayangkannya dalam
jangka panjang. Sebuah surat kabar memuat secara berseri, bahaya
14
polusi udara, dan pengangguran. Kendati banyak informmasi yang
menjadi peringatan atau ancaman serius bagi masyarakat yang
dimuat oleh media, banyak pula orang yang tidak mengetahui
tentang ancaman itu.
Fungsi pengawasan Instrumental adalah penyampaian atau
penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat
membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang
film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga
saham di bursa efek, prroduk-produk baru, ide-ide tentang mode,
resep masakan dan sebagainya, adalah contoh-contoh pengawasan
instrumental. Majalah people and reader’s Digest menampilkan
sebuah fuingsi pengawasan instrumental.
- Interpretation (penafsiran)
Fungsi penafsiran hampir sama dengan fungsi pengawasan. Media
massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan
penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau
industri media memilih atau memutuskan peristiwa-peristiwa yang
dimuat atau ditayangkan.
Penafsiran tidak terbatas pada tajuk rencana. Rubrik atau yang
disajikanpun memberikan analisis kasus dibelakang peristiwa yang
menjadi berita utama, misalnya tentang kebijakan pemerintah,
pemilihan umum dan lainnya. Selain surat kabar, siaran radio dan
15
televisi pun memiliki fungsi penafsiran, seeperti tayangan acara
“Derap Hukum” di SCTV, dan tayangan penafsiran sejenis lainnya.
Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca/ pemirsa
untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam
komunikasi antarpersonal/ komunikasi kelompok.
- Linkage (pertalian)
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam,
sehingga membantuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan
dan minat yang sama tentang sesuatu. Contoh kasus di Indonesia :
kasus Presiden SBY yang sebelumnya menjadi Menkopolkam
dalam jajaran kabinet Gotong Royong Presiden Megawati Soekarno
Putri. Ketika beliau jarang diajak rapat kabinet dan kemudian
mengundurkan diri, maka tayangan beritanya ditelevisi, siaran radio,
dan surat kabar telah menaikkan pamor Partai Demokrat yang
mencalonkan SBY sebagai calon Presiden. Dalam Pemilu 2004 lalu
perolehan suara Partai Demokrat mencuat dan mengalahkan partai
besar sebelumnya, seperti Partai Amanat Nasional (PAN), Partai
Bulan Bintang (PBB). Masyarakat yang tersebat telah dipertalikan
oleh media massa untuk memilih Partai Demokrat. Kelompok-
kelompok yang memiliki kepentingan yang sama tetapi terpisah
secara geografis dipertalikan/ dihubungkan oleh media.
16
- Transmission of Values (penyebaran nilai-nilai)
Fungsi ini juga disebut sosialitation (sosialisasi), sosialisasi
mengacu pada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai
kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu
ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa memperlihatkan
kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka
harapkan. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model
peran yang kita amati dengan harapan untuk menirunya. Sebuah
penelitian menunjukan bahwa banyak remaja belajar tentang
perilaku berpacaran dari menonton film dan acara televisi yang
mengisahkan tentang pacaran, termasuk pacaran yang agak bebas/
agak liberal.
Di antara media massa, televisi sangat berpotensi untuk terjadinya
sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) pada anak muda, terutama anak-
anak yang telah melampaui usia 16 tahun, yang banyak
menghabiskan waktunya menonton televisi dibanding kegiatan
lainnya, kecuali tidur.
- Entertainment (hiburan)
Beberapa stasiun televisi merupakan media massa yang
mengutamakan sajian hiburan, begitu pun siaran radio. Demikian
pula halnya dengan majalah. Berdasarkan hasil penelitian, siaran
langsung olah raga yang ditayangkan televisi diminati paling banyak
masyarakat. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapan seorang ahli
17
sosiologi John Tulamin dan Charles Page (dalam rahmat, 1996)
yang menyatakan bahwa meningkatnya olah raga secara luar biasa
sebagai hiburan massa setelah berakhirnya Perang Dunia II,
sebagian besar merupakan hasil dari televisi. Fungsi dari media
massa sebagai fungsi menghibur tiada lain tujuannya adalah untuk
mengurangi ketengangan pikiran khalayak, karena dengan membaca
berita-berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat
membuat pikiran khalayak segar kembali.
Selain fungsi komunikasi massa yang sudah dibahas, adapula fungsi
dari film itu sendiri yang tidak jauh beda dengan fungsi komunikasi
massa,yaitu:
E.5.1. Fungsi Informasi
Yaitu dimana dalam fungsi ini film mampu menyediakan informasi
tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia yang
dapat menunjukkan hubungan kekuasaan yang memudahkan dalam
inovasi, adaptasi beserta kemajuan.
E.5.2. Fungsi Hiburan
Dalam fungsi ini, selain dapat menghibur masyarakat, film juga
dapat meredakan ketegangan sosial.
E.5.3. Fungsi Korelasi
Fungsi ini yang dapat menjelaskan, menafsirkan serta
mengomentari makna peristiwa dan informasi. Dan dapat
menentukan urusan proritas dan memberikan status relative.
18
E.5.4.Fungsi Mobilisasi.
Yaitu film juga dapat mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam
politik, pembangunan ekonomi, dan juga dalam bidang agama.
Setelah membahas fungsi dari film itu sendiri, maka perlu juga
membahas tentang efek dari film. Efek atau umpan balik merupakan hasil
dari penerimaan pesan atau informasi oleh komunikan, pengaruh atau
kesan yang timbul setelah komunikan menerima pesan. Efek dapat
berlanjut dengan memberikan respon, jawaban atau tanggapan yang biasa
disebut dengan umpan balik. Efek media film yaitu merupakan
perubahan pada perilaku manusia yang meliputi:
a. Efek Kognitif
Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan,ketrampilan dan
informasi yang terjadi bila ada perubahan pada apa yang ia ketahui,
dipahami ataupun hanya sebagai persepsi khalayak.
b. Efek Afektif
Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai. Terjadi apabila
ada perubahan yang dirasakan, disenangi maupun dibenci oleh
khalayak.
c. Efek Behavional.
Merujuk pada perilaku nyata yang dapat dipahami, yang meliputi
pola tindakan,kegiatan atau kebiasaan berperilaku.
19
E.6. Jenis Jenis Film Dokumenter
Satu titik awal yang berguna adalah daftar kategori Richard
Barsam tentang apa yang dia sebut sebagai ‘ film non fiksi’. Daftar ini
secara efektif menunjukkan jenis-jenis film yang di pandang sebagai
dokumenter, dan dengan jelas memiliki ide dan kode etik tentang
dokumenter yang sama. Kategorinya adalah sebagai berikut:
1. Film Faktual
Adalah salah satu interpretasi yang muncul dari realitas yaitu karya
film,baik itu yang berbentuk dokumenter maupun film cerita yang kini
banyak digemari oleh masyarakat kita, baik bagi orang desa maupun
kota. Melalui karya film, sebuah realita dapat dikemas, disajikan dan
lalu dinikmati oleh siapa pun. (http://deniborin.multiply.com/ reviews/
item/4. (diakses pada 12 desember/ jam 00.00 ).
2. Film Etnografik
Adalah salah satu studi yang mengkhususkan pada penemuan berbagai
pola komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam
masyarakat.(http://id.shvoong.com/social-sciences/1943578etnografi-
komunikasi -suatu-pengantar-dan/) (diakses pada 12 desember/ jam
00.00).
3. Film Eksplorasi
Adalah sebagai pendayagunaan kemampuan berfikir untuk melahirkan
sebuah ide dan karya yang maksimal, tanpa adanya paksaan ataupun
tekanan. Dengan adanya film eksplorasi ini kemudian memicu
20
lahirnya warna baru dalam kancah perfilman. Hal ini bisa kita lihat
khususnya dalam karya film mahasiswa yang umumnya masih idealis
dan berorientasi pada kepuasan gagasan, tanpa terlalu jauh
memikirkan aspek keuntungan secara meteril.
(http://deniborin.multiply.com/reviews/item/4) (diakses pada 12
desember/ jam 00.00).
4. Film Propaganda
Adalah (dari bahasa Latin modern: propagare yang berarti
mengembangkan atau memekarkan) adalah rangkaian pesan yang
bertujuan untuk mempengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat
atau sekelompok orang. Propaganda tidak menyampaikan informasi
secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk
mempengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya. Propaganda
adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk
persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan mempengaruhi
langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki
pelaku propaganda. (http://id.wikipedia.org/wiki/Propaganda).
(diakses pada 12 desember/ jam 00.00)
5. Cinema- Verite
Adalah film yang menunjukkan orang-orang biasa dalam kegiatan
aktual tanpa dikendalikan oleh direktur. (http://www.artikata.com
/translate.php ) ( diakses pada 12 desember/ jam 00.00).
21
6. Direct Cinema
Kata lain dari Direct Cinema ini adalah bioskop langsung, yang dapat
diartikan sebagai pemutaran film yang disaksikan audience secara
langsung.
7. Dokumenter
Adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Di Perancis, istilah
dokumenter di gunakan untuk semua film non- fiksi, termasuk film
mengenai perjalanan dan film pendidikan. (http://imansuryanto.
wordpress.com/category/film-dokumenter/) diakses pada 12
desember/ jam 00.00
E.7. Pengertian film horror
Sebuah genre khusus di dunia perfilman. Genre ini cukup
mendapatkan perhatian dari para penontonnya, sebab mereka ingin
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dunia lain tersebut. Walaupun
dalam genre ini dapat memunculkan suatu ketegangan dan ketakutan
penonton saat melihat bentuk dari mahluk lain itu. Kunci kesuksesan
dalam genre ini adalah terletak pada cara mengemas dan menyajikan
visualisasi hantu dan konstuksi dramatik sekenario. Selain itu, alur cerita
juga harus masuk akal sehingga tidak ada ganjalan dan sanggahan
penonton sesudah pemutaran filmnya.
Ada pula jenis film menurut Ardianto dalam bukunya yang
berjudul komunikasi massa,salah satunya,yaitu:
22
Film dokumenter (Documentary Film) adalah sebutan yang
diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah
tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an.
Griersion berpendapat documenter merupakan cara kreatif
merepresentasikan realitas. Film documenter menyajikan realita melalui
berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus
diakui, film documenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran
informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok
tertentu. Intinya, film documenter tetap berpijak pada hal-hal senyata
mungkin. (http://pengenkondang.wordpress.com/2008/03/09/the-7th-art-
film/(diakses pada 24 November 2010/ Jam 15.40)).
F. DEFINISI KONSEP
F.1 Film Dokumenter
Film dokumenter (Documentary Film) adalah sebutan yang
diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah
tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an.
Griersion berpendapat documenter merupakan cara kreatif
merepresentasikan realitas. Film documenter menyajikan realita melalui
berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus
diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran
informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok
tertentu. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata
23
mungkin. (http://pengenkondang.wordpress.com/2008/03/09/the-7th-art-
film/(diakses pada 24 November 2010/ Jam 15.40)).
F.2 Tradisi Budaya Jawa
Tradisi budaya jawa sering kita sebut juga dengan kebiasaan
atau perilaku turun-temurun yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
jawa. dalam kehidupan sehari-hari istilah kebudayaan diartikan dengan
hal-hal yang menyangkut kesenian dan adat istiadat. Bahkan tidak jarang
media massapun ikut mempopulerkan istilah kebudayaan terbatas pada
hal-hal yang bersangkutan dengan unsur seni.
G. METODE PENELITIAN
G.1. Tipe dan Dasar Penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan dasar penelitian kerangka analisis isi. Analisis isi adalah
menurut Berelson dan Kerlinger, merupakan suatu metode untuk
mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik,obyektif,
dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Wimmer dan Dominick,
2000 : 135). Sedangkan menurut Budd (1967 ), analisis isi adalah suatu
teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau
suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi
yang terbuka dari komunikator yang di pilih. Dengan begitu peneliti
dapat menginterpretasikan permasalahan berdasarkan teori yang di pakai
dan tujuan utama peneliti ini adalah mendeskripsikan apa saja unsure-
24
unsure yang terdapat dalam tradisi jawa dalam film horror Indonesia
khususnya pada film keramat. Adapun data yang akan dikumpulkan
dalam penelitian ini berupa kata-kata.
Deskriptif merupakan metode yang meneliti suatu kelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, sistem, pemikiran atau kelas
peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta- fakta, sifat- sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Sedangkan kuantitaif merupakan perangkat statistik yang digunakan
sebagai analisis, hal ini untuk mempermudah peneliti membuat
kesimpulan secara ringkas dan objektif, karena itu didalam analisis isi
kuantitaif mempermudah peneliti dalam mempresentasikan konsep-
konsep pesan secara akurat.
G.2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah film keramat tahun 2006
karya Monty Tiwa terdiri dari 47 scene diproduksi oleh PT. Kharisma
Starvision, (Yang bekerja sama dengan : Wong Cilik production dan
Moviesta). Yang mengandung unsur pesan kepercayaan religi menurut
budaya Jawa. Ruang lingkup ini berfungsi untuk membatasi objek
penelitian yang akan diteliti dan mempermudah dalam pengelompokan
kategori.
25
G.3. Unit Analisis
Unit Analisis adalah sesuatau yang dapat diukur, merupakan
elemen yang terekecil dan terpenting dari analisis isi. Dalam analisis
film, unit analisis dapat berupa akting, karakter, atau seluruh program.
Dalam unit analisis ini peneliti menggunakan unit analisis sesi
dialog,gerakan, dan adegan agar mempermudah pengelompokkan
kategori. Dan ada 47 scene yang di teliti dalam film Keramat ini.
G.4. Satuan Ukur
Satuan ukur dalam penelitian ini adalah frekuensi kemunculan
tiap detik unsur atau indikator mengenai unsur tradisi Jawa dalam film
keramat.
G.5. Struktur Kategorisasi
Disini peneliti menggunakan analisis isi, maka diperlukan
adanya kategori yang menjadi batasan dalam penelitian. Frekuensi
kemunculan usnur tradisi Jawa dalam Film Keramat ditampilkan oleh
para pemain. Struktur Kategori dalam penelitian ini adalah :
G.5.1 Mistis
Adalah mengenai sesuatu yang rahasia, gaib atau misteri,
menyerupai kerahasiaan agama, sesuatu perasaan yang lain dan
beda dan misterius. Ini bukan suatu ilmu hanya menggambarkan
tentang sesuatu yang rahasia gaib, dan misterius. Sesuatu yang
mistik itu tidak dapat dibuktikan secara kasat mata atau dengan
26
metode ilmiah. Di samping itu kata mistik berasal dari bahasa
yunani yaitu mystikos yang artinya rahasia (geheim), serba rahasia
(geheimzinnig), tersembunyi (verborgen), gelap (donker),atau
terselubung dalam kekelaman (in het duister gehuld). Berdasarkan
arti tersebut mistik atau mistisme merupakan paham yang
memberikan ajaran yang serba mistis (missal ajarannya berbentuk
rahasia atau ajaranya serba rahasia,tersembunyi, gelap atau
terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya di kenal, diketahui
atau dipahami oleh orang- orang tertentu saja,terutama sekali
penganutnya.
Indikatornya adalah :
a. Roh halus
Adalah : mahkluk yang tidak dapat dilihat oleh mata biasa
atau kasat mata,sering disebut dengan setan atau jin.
b. Dukun
Adalah : Orang kepercayaan yang diyakini sebagian
masyarakat jawa dapat menyembuhkan segala macam
penyakit baik medis ataupun non medis,selain itu dapat juga
memanggil dan mengusir roh-roh halus yang tidak dapat di
lihat oleh kasat mata.
c. Kuburan
Adalah : tempat peristirahatan terakhir untuk orang-orang
yang sudah meninggal.
27
G.5.2 Upacara adat atau Sesajen
Sesajen mengandung arti pemberian sesajian- sesajian sebagai
tanda penghormatan atau rasa syukur terhadap semua yang terjadi
di masyarakat sesuai bisikan ghaib yang berasal dari paranormal
atau tetuah-tetuah. Sesajen merupakan warisan budaya hindu dan
budha yang biasa dilakukan untuk memuja para dewa,roh tertentu,
atau penunggu tempat (pohon, batu persimpangan), dan lain- lain
yang mereka yakini dapat mendatangkan keberuntungan dan
menolak kesialan. Sesajen ini memiliki nilai yang sangat sacral
bagi pandangan masyarakat yang masih mempercayainya.
Pemberian sesajen ini biasanya dilakukan di tempat- tempat yang
masih di anggap keramat dan mempunyai nilai magis yang tinggi.
Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat guna mencapai sesuatu
keinginan atau terkabulnya sesuatu yang bersifat duniawi.
Indikatornya adalah :
a. Bunga
Adalah : Pengharum,untuk memanggil roh-roh halus,untuk
acara-acara tertentu,missal; untuk mensucikan pusaka atau
keris dengan menggunakan bunga 7 rupa dan di mandikan
setiap bulan suro.
b. Doa- doa
Adalah : mantra untuk mendatangkan atau mengusir roh-roh
halus, kebanyakan menggunakan bahasa sansekerta atau bahasa
jawa halus( kromo inggil).
28
G.5.3. Kesenian Jawa
Kesenian jawa adalah karya seni yang diciptakan dan berasal dari
pulau jawa.
Indikatornya adalah :
a. Gamelan
Adalah : seperangkat alat musik tradisional berasal dari jawa.
b. Keris
Adalah : senjata tajam bersarung, berujung tajam dan bermata
dua ( bilahnya da yang lurus ada yang ber keluk-keluk.
( keris: // www.artikata.com/arti-334604-keris.html )
c. Tembang Jawa
Adalah : lagu-lagu yang berasal dari jawa yang menggunakan
bahasa jawa halus (kromo inggil) dan sansekerta.
d. Bahasa Jawa
Adalah : bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi oleh
orang jawa (ngoko/biasa,kromo.kromo inggil).
e. Pakaian Jawa
Adalah : pakaian adat yang berasal dari jawa (missal;
blankon/topi,kebaya,baju lurik,dan lain sebagainya).
1. Indikasi Verbal (Bahasa) adalah pemakaiannya
menggunakan bahasa. Bahasa dapat didefinisikan
seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur
sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung
29
arti (Hafied Cangar , 2007:99). Dengan adanya penjelasan
dan panduan diatas maka peneliti menggunakan beberapa
kategori indikasi verbal yang terdapat didalam Film
bergenre horor “Keramat” tersebut yaitu :
a. Tembang Jawa
b. Bahasa Jawa
c. Doa- doa
d. Gamelan
2. Indikasi Non Verbal (Isyarat) adalah semua isyarat yang
bukan kata- kata. Menurut Larry A. Samovar dan richard
E. Porter, pesan Non verbal mencakup semua rangsangan
(kecuali rangsangan verbal) dalam suatu “Setting”, yang
dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh
individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi
pengirim atau penerima (Deddy mulyana, 2001:314).
Indikasi Non verbal yang tredapat dalam film bergenre
horor “Keramat” tersebut yaitu :
a. Roh halus
b. Kuburan
c. Dukun
d. Keris
e. Bunga
f. Pakaian Jawa
30
G.6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang
dapat digunakan periset/peneliti untuk mengumpulkan data ( Rachmat
Kriyantono,2009 :93). Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang
dilakukan ada dua yaitu (Hamidi,2010 :140):
1. Data Primer, melalui dokumentasi dengan cara memutar Film
Keramat di Komputer. Setelah itu dilakukan pengkategorian terhadap
obyek yang diteliti, kemudian dibagi menjadi unit analisis terkecil dan
hasilnya di masukan dalam lembar koding ( cooding sheet) yang
dibuat berdasarkan kategori yang ditetapkan dalam tahap pembuatan
alat ukur. Kemudian data-data tersebut dianalisa sesuai dengan teknik
analisis dan tujuan penelitian.
2. Data Sekunder, merupakan data pendukung yang diperoleh dari
buku,jurnal, hasil penelitian terdahulu,serta internet. Dari data-data
yang telah diperoleh selanjutnya dimasukkan ke dalam coding sheet
(lembar pengkodean) yang berdasarkan kategorisasi yang telah
ditetapkan seperti contoh berikut:
Tabel 1.1 Contoh Lembar Koding
“ Unsur Tradisi Jawa Dalam Film Horor Keramat”
Kategori
Indikasi Verbal Indikasi Non Verbal Scene Detik
V1 V2 V3 V4 NV1 NV2 NV3 NV4 NV5 NV6
31
Keterangan :
V1 : Indikasi Tembang Jawa
V2 : Indikasi Bahasa Jawa
V3 : Indikasi Doa-Doa
V4 : Indikasi Gamelan
NV1 : Indikasi Roh Halus
NV2 : Indikasi Kuburan
NV3 : Indikasi Dukun
NV4 : Indikasi Keris
NV5 : Indikasi Bunga
NV6 : Indikasi Pakaian Jawa
G.7. Teknik Analisa Data
Dari data yang telah terkumpul, kemudian dimasukkan kedalam
tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah perhitungan guna
mengetahui banyaknya distribusi frekuensi.
Tabel 1.2
Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Indikasi Verbal
Kategori Frekuensi Prosentase %2
Tembang Jawa
Bahasa Jawa
Doa-Doa
Gamelan
32
Tabel 1.3
Contoh Tabel Frekuensi Indikasi Non Verbal
Kategori Frekuensi Prosentase %2
Roh Halus
Kuburan
Dukun
Keris
Bunga
Pakaian Jawa
G.8. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana
seluruh alat pengukur ( kategorisasi) dapat di percaya atau di andalkan
apabila di pakai lebih dari satu kali pengukuran . Uji reliabilitas di
lakukan dengan cara melakukan dokumentasi dahulu ke dalam lembar
koding sesuai dengan kategori yang telah ditentukan. Kemudian, peneliti
menggunakan koder untuk membantu uji reliabilitas terhadap
kategorisasi dengan cara yang sama yang di lakukan oleh peneliti. Dari
hasil reliabilitas ini akan di ketahui beberapa yang disetujui yang di dapat
oleh peneliti dan koder. Hasil pengkodian dari peneliti dan koder akan di
hitung dengan rumus Holsty (1969) sebagai berikut) ( Roger D. Wimmer
and Josept R. Dominic, Mass Media Research: An Introduction, Chapter
VI ‘’1997’’) :
N2N1
2MCR
33
Keterangan :
CR : Coeficient Reliability
M : Jumlah pernyataan yang di setujui peneliti dan pengkoding
N1, N2 : Jumlah pernyataan yang di beri kode oleh peneliti dan
pengkoding
Dari hasil Coeficient Realibility, Observed Agreement
(persetujuan yang di peroleh dari penelitian), kemudian untuk
memperkuat hasil uji realibilitas, tentunya dengan persetujuan para
koder, hasil yang di peroleh dari rumus di atas kemudian dihitung
kembali dengan menggunakan rumus Scoot ( 1955 ) ( Roger D. Wimmer
and Josept R. Dominic, op.cit.) sebagai berikut :
Agreement)%Exprcted(1
Agreement)%ExprctedAgreement%ObservedPi
Keterangan :
Pi =Nilai Keterandalan
Observed agreement = persentase persetujuan yang ditemukan dari
pernyataan yang disetujui antar pengkode ( Nilai CR )
Expected agreement = persentase persetujuan yang di harapkan
Apabila tingkat kesepakatan 0,75 atau lebih, maka data yang diperoleh
dinyatakan reliable.