bab i karya ilmiah 2 (2)

33
BAB I MENULIS ILMIAH PENDAHULUAN 1.Pengantar Pada bagian ini, akan diuraikan dua buah topik, yakni pengertian karya ilmiah dan pengertian dari jenis-jenis karya ilmiah. Namun, dalam uraian ini tidak hanya sekedar memberi pengertian, tetapi lebih luas dari itu dengan meramu berbagai pendapat para ahli. 2. Pengertian Karya Ilmiah Berdasarkan bobot isinya, Finoza (2004:192) berpendapat bahwa karangan dapat dibagi atas tiga jenis, yakni 1) karangan ilmiah, 2) karangan semi lmiah atau ilmiah populer, dan 3) karangan nonilmiah. Ketiga jenis karangan ini memiliki karakteristik yang berbeda. Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Menurut Pateda dan Pulubuhu (1993:91) karya ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah tentang disiplin ilmu tertentu yang disusun secara sistematis, benar, logis, utuh, dan bertanggung jawab serta menggunakan bahasa yang benar. Pemikiran ilmiah berarti tulisan itu memenuhi prinsip-prinsip ilmiah, berdasarkan telaah ilmu tertentu dan secara metodologi dapat dipertanggungjawabkan. Penyusunan tulisan ilmiah

Upload: poppy-permata

Post on 27-Sep-2015

260 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

gfdgfgerge

TRANSCRIPT

BAB IMENULIS ILMIAH

PENDAHULUAN

1.Pengantar

Pada bagian ini, akan diuraikan dua buah topik, yakni pengertian karya ilmiah dan pengertian dari jenis-jenis karya ilmiah. Namun, dalam uraian ini tidak hanya sekedar memberi pengertian, tetapi lebih luas dari itu dengan meramu berbagai pendapat para ahli.

2. Pengertian Karya Ilmiah

Berdasarkan bobot isinya, Finoza (2004:192) berpendapat bahwa karangan dapat dibagi atas tiga jenis, yakni 1) karangan ilmiah, 2) karangan semi lmiah atau ilmiah populer, dan 3) karangan nonilmiah. Ketiga jenis karangan ini memiliki karakteristik yang berbeda. Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Menurut Pateda dan Pulubuhu (1993:91) karya ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah tentang disiplin ilmu tertentu yang disusun secara sistematis, benar, logis, utuh, dan bertanggung jawab serta menggunakan bahasa yang benar. Pemikiran ilmiah berarti tulisan itu memenuhi prinsip-prinsip ilmiah, berdasarkan telaah ilmu tertentu dan secara metodologi dapat dipertanggungjawabkan. Penyusunan tulisan ilmiah harus sistematis agar pembaca mudah memahaminya. Sistematis berarti urutannya teratur, terarah dan menganut cara penyusunan tertentu. Apa yang disusun pun harus benar dan mempunyai bukti yang meyakinkan. Benar dalam sudut pandang empiris maupun logika. Uraian yang sistematis, benar, dan logis itu harus utuh. Maksudnya, apa yang diuraikan harus selesai, bukan fragmen atau sebagian dari suatu keseluruhan sehingga pembaca memperoleh suatu gambaran yang menyeluruh, bukan seperti cerita bersambung. Tulisan ilmiah disusun secara bertanggung jawab yang berarti penyusunannya memenuhi kode etik penyusunan, antara lain penyebutan sumber yang jelas. Tulisan yang tidak bertanggung jawab akan mengakibatkan penulisnya berurusan dengan polisi dan pengadilan.

Menurut The Liang Gie (2002:91) karangan ilmiah adalah salah satu karangan faktawi. Karangan ilmiah terutama disajikan dalam bentuk pemaparan. Tujuannya dapat bermacam-macam dalam kaitannya dengan pendidikan dan penelitian, seperti penilaian kelulusan, sebagai bahan dalam proses belajar-mengajar, menjadi sarana baca untuk mendalami sesuatu cabang ilmu, dan untuk menyajikan hasil penelitian dalam pertemuan para ilmuwan.

Lebih jauh The Liang Gie menjelaskan bahwa ciri karangan ilmiah merupakan jenis karangan yang terutama mengenai suatu topik keilmuan dan umumnya ditujukan kepada mayarakat pembaca yang berkecimpung dalam bidang pengetahuan ilmiah bersangkutan. Tatacara pemaparan dan bentuk susunan karangan ilmiah harus memiliki pola tertib dan kelaziman yang berlaku pada masyarakat keilmuan. Jones dalam The Liang Gie mensyaratkan 10 ciri karya ilmiah:

1. menyajikan fakta

2. cermat dan jujur (accurate and tru the full)

3. tidak memihak (disinterested)

4. sistematis

5. tidak bersifat emosional (not emotive)

6. mengesampingkan pendapat yang tidak mempunyai dasar (unsupported opinion)

7. sungguh-sungguh (sincere)

8. tidak bercorak debat (not argumentative)

9. tidak secara langsung bernada membujuk (not directly persuasive)

10. tidak melebih-lebihkan.

Utorodewo dalam tulisan-tulisannya, baik dalam makalah yang dipresentasikan maupun dalam diktat perkuliahan (2003) menjelaskan bahwa karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian fakta yang merupakan hasil pemikiran, gagasan, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak disebut pengarang melainkan disebut penulis, Soeseno dalam Utorodewo (2003).

Selanjutnya, menurut Utorodewo karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun begitu, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama dalam sebuah karya ilmiah. Oleh karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran, tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Kita dapat pula menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita. Oleh karena itu, menurut Brotowidjojo dalam Utorodewo (2003) karya ilmiah harus memiliki beberapa persyaratan berikut:

a. Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.

b. Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan. Jujur dalam arti mengandung sikap etik penulisan ilmiah yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang jelas.

c. Karya ilmiah harus disusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural.

d. Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.

e. Karangan ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.

f. Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajiannya tidak boleh bersifat emotif.

g. Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu ditimbulkan oleh penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan hukum yang diterapkan pada situasi spesifik itu dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil simpulan sendiri berupa pembenaran dan keyakinan akan kebenaran karya ilmiah tersebut.

Sebuah perincian lain tentang karangan ilmiah dari Ida Bagus Mantra dalam The Liang Gie (2003: 93) yang mengungkapkan bahwa karaya ilmiah semestinya memiliki persyaratan berikut:

a. Data yang digunakan mempunyai validitas yang tinggi, analisis dan interpretasi harus objektif.

b. Kejujuran ilmiah, komvensi di dalam dunia ilmiah mengharuskan orang untuk menyebutkan dengan jelas sumber data dan pendapat yang digunakan dalam tulisan itu. Dengan jujur dan tegas harus dikemukakan dan dibedakan mana pendapat atau penemuan sendiri dan mana pendapat atau penemuan orang lain.

c. Jelas, tegas, singkat, sederhana, dan teliti. Kata-kata atau kalimat-kalimat yang digunakan harus singkat, jelas, dan sederhana. Untuk ini penulis perlu menguasai tatabahasa dengan baik dan kaya akan perbendaharaan kata-kata.

d. Kompak, kontinu, dan lancar. Dari pendahuluan sampai dengan penutup tulisan ini harus merupakan suatu keseluruhan yang kompak. Bab demi bab, fasal demi fasal, alinea demi alinea merupakan satu kesatuan.

Menurut uraian Staf Pengajar Tata Tulis Karya Ilmiah ITB (2004:3), hasil karya ilmiah selayaknya memberikan solusi bagi masalah yang dihadapi oleh umat manusia. Misalnya manusia mengalami masalah kerawanan pangan di suatu tempat. Dengan menggunakan salah satu cara atau gabungan dari cara atau metode, manusia berusaha menemukan sebab-sebab terjadinya kerawanan pangan tersebut. Selanjutnya dengan ditemukan sebab-sebab tersebut, tentunya manusia berusaha untuk menemukan jalan keluar dari persoalan tersebut. Jalan keluar itulah tujuan akhir dari suatu penelitian. Jalan keluar tersebut merupakan suatu rekomendasi/ saran yang disimpulkan dari hasil penelitian itu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tulisan mengenai hasil penelitian tersebut, walaupun menggunakan bahasa ilmiah, belum bisa diterima sebagai karya tulis ilmiah yang formal bila penyajiannya tidak menurut tata tulis yang telah disepakati oleh kalangan akademisi (yang berkecimpung dalam dunia ilmu pengetahuan), karena konvensi tata tulis tersebut memerlukan uraian yang terperinci.

Bila dipandang dari sudut penggunaan bahasa, menurut Utorodewo (2003) karya ilmiah memiliki tiga ciri:

1. harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua makna;

2. harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan; dan

3. harus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.

Di samping persyaratan tersebut, untuk dapat dipublikasikan sebagai karya ilmiah ada ketentuan struktur atau format karangan yang kurang lebih bersifat baku. Ketentuan itu merupakan kesepakatan sebagaimana tertuang dalam International Standardization Organization (ISO). Publikasi yang tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam ISO memberikan kesan bahwa publikasi itu kurang valid sebagai terbitan ilmiah Soehardjan dalam Utorodewo (2003). Format karya ilmiah menurut ISO 5966 dalam Soehardjan dalam Utorodewo adalah

1. judul,

2. nama penuis,

3. abstrak,

4. kata kunci,

5. pendahuuan,

6. inti tulisan (teori, metode, hasil, dan pembahasan)----( ISI

7. simpulan dan usulan/saran,

8. ucapan terima kasih,

9. daftar pustaka

Ahli lain, yakni Prof H. Johannes dalam The Liang Gie (2002: 94) menjelaskan bahwa karangan ilmiah harus memperhatikan syarat-syarat khusus dalam penggunaan bahasa, ciri-ciri tersebut antara lain:

a. Titik pandang ketatabahasaan harus taat asas dalam hal ragam dan modus maupun kata diri dan kata ganti diri.

b. Karya ilmiah berbeda dari karya susastra dalam hal penggunaan istilah-istilah khusus yang ditakrifkan sehingga perkataan yang sama dalam bahasa keilmuan dan dalam bahasa umum dapat berbeda artinya.

c. Tingkat bahasa yang dipakai dalam karangan ilmiah adalah tingkat bahasa resmi dan bukan tingkat bahasa harian.

d. Dalam karangan ilmiah dihindari bahasa usang, kolot, dan basi.

e. Dalam karangan ilmiah dihindari ungkapan-ungkapan ekstrem, berlebihan dan haru.

f. Dalam karangan ilmiah dihindari kata-kata yang mubazir.

g. Bahasa keilmuan tenang dan moderat.

h. Bahasa keilmuan lebih berkomunikasi dengan pikiran daripada dengan perasaan.

i. Kalimat dan alinea dalam karangan ilmiah panjangnya sedang.

j. Pemakaian kiasan dalam karangan ilmiah terbatas.

Sementara menurut Widjono (2005: 21), ciri ragam bahasa ilmiah adalah:

1. jelas struktur kalimat dan maknanya,

2. singkat, berisi analisis dan pembuktian, menyajikan konsep secara lengkap,

3. cermat dalam memilih istilah/kata, ejaan, bentuk kata, kalimat, paragraf, dan penalarannya,

4. mereproduksi konsep atau temuan yang sudah ada dan mengembangkannya dengan temuan baru atau konsep yang belum pernah ada,

5. objektif dapat diukur kebenarannya secara terbuka oleh umum, menghindarkan bentuk persona, dan ungkapan subjektif,

6. menggunakan unsur baku: kosa kata/istilah, bentuk kata, kalimat, dan penalaran ilmiah,

7. konsisten dalam menggunakan penalaran, istilah, sudut pandang, pengendalian variabel topik, permasalahan, tujuan, penggunaan andasan teori, pembahasan, sampai dengan simpulan dan saran.

Kebalikan dari karangan ilmiah adalah karangan non ilmiah, yaitu karangan yang tidak terikat dengan aturan baku tadi, sedangkan karangan semiilmiah berada di antara keduanya, seperti terlihat dalam gambar berikut

Karangan semi ilmiah

karangan ilmiah karangan nonilmiah

Antara karangan ilmiah dengan karangan ilmiah populer/ semi ilmiah tidak banyak perbedaan yang mendasar. Perbedaan yang paling jelas hanya pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus di bidang ilmu tertentu, dalam karangan ilmiah populer bahasa yang terlalu teknis tersebut terkadang dihindari. Sebagai gantinya digunakan istilah umum. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan ilmiah populer agak longgar, meskipun tetap sistematis. Agar lebih jelas, Finoza (2004:194) mengungkapkan tabel berikut.

Tabel 1

Perbedaan Karangan Ilmiah, Semi Ilmiah, Non Ilmiah

Karakteristik

Karangan Ilmiah

Karangan Semiilmiah

Karangan Non Ilmiah

Sumber

sifat

bobot

alur

bahasa

bentuk

Pengamatan, faktual

Objektif

Ilmiah

Sistematis, metodis

Denotatif, ragam baku, istilah khusus

Argumentasi, campuran

Pengamatan, faktual

Objektif +subjektif

Semiilmiah

Sistematis, kronologis, kilas balik (flashback)

(Denotatif+ konotatif) setengah resmi

eksposisi, persuasi, deskripsi, campuran

Nonfaktual, (rekaan)

Subjektif

Nonilmiah

bebas

denotatif/konotatif,

setengah resmi/ tidak resmi/ istilah umum/ daerah

narasi, deskripsi, campuran

Semua pendapat di atas seperti sebuah rumusan sederhana diungkapkan oleh Finoza (2004:194-195) bahwa ada tiga ciri karangan ilmiah, pertama harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif berarti faktanya sesuai dengan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri yang mengandung sikap jujur dan tidak memihak dan memakai ukuran umum dalam menilai, bukan ukuran yang subjektif. Objektivitas ini membuat kebenaran ilmiah berlaku umum dan universal.

Kedua, tulisan ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur (sistematis) dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.

Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Bahasa ilmiah harus baku dan formal. Selain itu, bahasa ilmiah bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsiran dan makna ganda (ambigu). Ciri lain bahasa ilmiah adalah menggunakan istilah spesifik yang berlaku khusus dalam disiplin ilmu masing-masing.

Begitu pentingnya menggunakan bahasa yang baik dalam penulisan karya ilmiah, seorang pakar penulisan ilmiah, Jujun Suriasumantri dalam Finoza (2004: 195) berpesan secara khusus kepada calon penulis sebagai berikut:

Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan mana yang merupakan predikat serta hubungan apa yang terkait antara subjek dan predikat kemungkinan besar akan merupakan informasi yang tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berpikir, tata bahasa yang tidak cermat merupakan logika yang tidak cermat pula. Oleh sebab itu, langkah pertama dalam menulis karangan ilmiah yang baik adalah menggunakan tata bahasa yang benar.

Sementara pakar lain, Surakhmat dalam Finoza (2004:195) juga mengatakan bahasa adalah medium terpenting di dalam karangan, bahasa karangan yang kacau menggambarkan kekacauan pikiran pengarangnya. Dari pernyataan ini patut kita sadari perlunya kita menguasai keterampilan berbahasa tulis sebagai bekal mengarang.

3. Pengertian dari Berbagai Jenis Karya ilmiah

Tulisan ilmiah dapat dibagi atas a) paper, b)makalah, c) modul, d) diktat, e) skripsi, f) tesis, g) disertasi, h) buku, dan I) laporan penelitian. Di samping itu, ada pula kritik, timbangan buku, dan tulisan ilmiah populer, Pateda dan Pulubuhu (1993:92)

Lebih jauh dijelaskan pengertian masing-masingnya, paper adalah tulisan ilmiah yang panjang isinya kurang lebih 5 halaman. Biasanya disusun untuk memenuhi permintaan dosen pengajar mata kuliah tertentu. Sementara, makalah adalah tulisan imiah yang disusun unutuk dibahas pada pertemuan ilmiah seperti seminar atau simposium. Makalah biasanya berisi hasil penelitian atau kajian ilmu tertentu atau berupa penemuan baru sebagai tanda bahwa disiplin ilmu yang bersangkutan berkembang.

Modul adalah uraian mata kuliah tertentu yang didasarkan pada keperluan pertemuan dalam perkuliahan. Seperti diketahui, untuk satu semester perkuliahan dibagi atas 16 kali pertemuan. Modul dengan sendirinya dibagi atas 16 bagian. Setiap bagian terurai atas i) tujuan khusus yang akan dicapai, ii) uraian secara rinci pokok bahasan yang dimaksud, iii) bahan pengajaran, iv) bahan evaluasi, dan v) tugas-tugas.

Dikat adalah tulisan ilmiah yang lebih panjang dari modul yang disusun untuk digunakan dalam perkuliahan. Diktat sudah terurai menurut bab, diketik secara rapi, distensil, digandakan sebanyak keperluan. Skripsi adalah tulisan ilmiah yang disusun untuk memenuhi persyaratan mengakhiri studi bagi program S1 guna mencapai gelar sarjana. Adapun tesis adalah tulisan ilmiah yang disusun untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian S2 atau magister. Disertasi adalah tulisan ilmiah yang disusun untuk mencapai derajat akademis doktor (S3).

Secara rinci, Pateda dan Pulubuhu (1993: 93) menjelaskan persamaan dan perbedaan antara skripsi, tesis dan disertasi. Persamaannya yakni 1) isinya menyangkut disiplin ilmu tertentu, 2) isinya adalah hasil penelitian, baik penelitian lapangan maupun penelitian kepustakaan, 3) dalam proses penyusunannya diperlukan pembimbing, 4) ditulis dengan maksud mencapai tingkat akademis tertentu, 5) taat pada kaidah penulisan ilmiah, misalnya yang berhubungan dengan teknik penulisan dan penggunaan bahasa yang benar, 6) digandakan secara terbatas, 7) tidak diperjualbelikan, dan boleh saja dipublikasikan setelah ujian bila panitia ujian menyetujui tulisan tersebut dapat dipublikasikan. Disertasi pada umumnya dipublikasikan setelah dipertahankan.

Adapun perbedaan antara skripsi, tesis, dan disertasi terletak pada 1) forum pengujian, 2) tekanan penulisan, 3)kemandirian penulisnya, 4) isi, dan 5) cara mengetengahkan dalam forum. Skripsi diajukan pada forum ujian untuk mencapai gelar sarjana, tesis diajukan pada forum ujian untuk mencapai gelar magister, sedangkan disertasi diajukan dalam forum ujian guna mencapai gelar doktor.

Bila diamati dari segi kemandirian penulisnya, pada skripsi upaya penyelesaiannya lebih banyak berada pada kreativitas pembimbing, pada penulisan tesis peranan pembimbing mulai berkurang, sedangkan pada penulisan disertasi kemandirian penulis sangat ditonjolkan. Hal ini berhubungan dengan isi. Isi skripsi pada umumnya belum mendalam, isi tesis sudah lebih rinci dengan landasan teori yang kuat, sedangkan isi disertasi adalah hal yang baru yang kemudian diformulasikan dalam bentuk dalil-dalil yang harus dipertahankan dalam forum promosi doktor.

Dilihat dari segi cara penyampaian dalam forum ujian, ujian skripsi bermaksud untuk mengetahui penguasaan calon terhadap isi skripsi yang ditulisnya, ujian tesis bermaksud mengetahui wawasan ilmiah calon yang dimanifestasikan dalam penalaran jawaban, sedangkan ujian pada forum promosi doktor bermaksud menguji pendirian ilmiah calon terhadap sanggahan-sanghan penguji atas dalil yang diketengahkan calon. Khusus untuk promosi doktor, calon disebut promovendus.

Buku ialah tulisan ilmiah yang berhasil diterbitkan dalam jumlah yang relatif banyak dan biasanya diperjualbelikan. Laporan penelitian adalah tulisan ilmiah yang melaporkan tentang pelaksanaan dan hasil penelitian tertentu.

Bentuk tulisan ilmiah yang lain, yakni kritik, timbangan buku, dan tulisan ilmiah populer. Kritik ialah pembahasan secara ilmiah tentang bidang ilmu tertentu dan seni yang biasanya dimuat pada media masa tulis. Timbangan buku ialah tulisan ilmiah tentang pendapat seseorang mengenai buku ilmiah tertentu, baik kelebihan maupun kekurangan, dan biasanya dimuat di media cetak. Tulisan ilmiah populer adalah tulisan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni tertentu yang disusun secara mudah sehingga dapat dipahami oleh kalangan luas, dan biasanya dimuat pada media masa cetak.

Latihan

1. Jelaskanlah pengertian dari karangan ilmiah berdasarkan ramuan dari pendapat beberapa ahli.

2. Uraikanlah perbedaan antara karya ilmiah dengan karya semi ilmiah/ ilmiah populer.

3. Bagaimanakah penggunaan kebahasaan karya ilmiah.

4. Berikut ini, terdapat dua buah cuplikan teks. Ada satu buah cuplikan yang bersifat ilmiah dan satu yang bersifat ilmiah populer. Tandailah cuplikan yang bersifat ilmiah dan ilmiah populer, kemudian sebutkanlah ciri-ciri yang membedakan laras ilmiah dan laras ilmiah populer:

a. MODEL PENGEMBANGAN KELOMPOK BELAJAR USAHA BERBASIS UNIT USAHA KECIL

Model pengembangan Kelompok Belajar Usaha (KBU) kelak harus memiliki karakteristik yang lebih subtansial terhadap produktivitas, efektivitas, dan efisiensi di bidang belajar dan berusaha. Implementasi KBU harus dapat meningkatkan keterampilan warga belajar dalam bermata pencaharian, dapat meningkatkan kemandirian dan kewirausahaan. KBU sebagai wahana meningkatkan pengetahua, keterampilan, dan sikap terhadap pengusahaan mata pencaharian sebagai sumber penghasilan bagi kesejahteraan hidupnya. (Komar,2004:165)

b.

IILEGAL LOGING

DI PAPUA TERUS BERLANGSUNG

Sejumlah 500 buldoser masih beroperasi untuk mendukung kegiatan illegal loging di Papua. Alat berat tersebut digunakan untuk mengangkut kayu merbau dan kayu komersial lainnya.Kayu-kayu tersebut kemudian diseludupkan ke sejumlah negara, seperti Hongkong, China, Malaysia, Filipina, dan Singapura, ungkap Menteri Kehutana (Menhut) MS Kaban di Jakarta (Media Indonesia, Maret, 2005).

Daftar Kepustakaan

Finoza, Lamuddin. 2004. Komposisi Bahasa Indonesia: untuk Mahasisw Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Pateda, Mansoer dan Yennie Pulubuhu. 1993. Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Dasar Umum. Ende-Flores: Nusa Indah.

Staf Pengajar TTKI ITB. 2004. Tata Tulis Karya Ilmiah. Bandung: Penerbit ITB.

Utorodewo, Felicia N. 2003. Penulisan Ilmiah. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Widjono, Hs. 2005. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

BAB II

STRUKTUR PENULISAN ILMIAH

1. Pengantar

Secara logis dan kronologis, struktur penulisan ilmiah mencerminkan kerangka penalaran ilmiah. Sebuah tulisan ilmiah dibangun oleh komponen-komponen atau unsur-unsur yang membentuk sebuah struktur tertentu.

Komponen-komponen atau unsur-unsur karya ilmiah adalah:

1. Masalah

Langkah pertama dalam suatu kegiatan penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dicarikan jalan keluarnya Suatu gejala baru dapat disebut masalah apabila gejala itu terdapat dalam suatu situasi tertentu.

Ada enam hal yang berkaitan dengan pengajuan masalah dalam sebuah penelitian dan penulisan ilmiah. Enam hal itu adalah:

a. Latar belakang masalah

Suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri, selalu terdapat kaitan yang merupakan latar belakang, seperti ekonomi, sosial, politik, dan budaya.

b. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah merupakan identifikasi objek yang menjadi masalah dan merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah. Suatu objek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat dikenali sebagai suatu masalah. Identifikasi masalah ini memberikan sejumlah pertanyaan kepada kita.

c. Pembatasan masalah

Pembatasan masalah merupakan suatu upaya untuk menetapkan batas-batas permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang termasuk ke dalam lingkup permasalahan dan faktor-faktor yang tidak termasuk ke dalamnya. Pembatasan masalah ini membuat fokus masalah semakin jelas.

d. Perumusan masalah

Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicarikan jawabannya. Perumusan masalah ini dijabarkan dari identifikasi dan pembatasan masalah. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Masalah yang dirumuskan dengan baik sudah merupakan setengah dari jawaban.

e. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian merupakan pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.

f. Kegunaan penelitian

Kegunaan penelitian merupakan manfaat yang dapat dipetik dari pemecahan masalah yang diperoleh dari penelitian.

2. Kerangka Teoretis dan Hipotesis

Kerangka teoretis merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah dalam sebuah penelitian. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang dikemukakan. Ada beberapa hal yang terdapat dalam kegiatan penyusunan kerangka teoretis dan pengajuan hipotesis ini, yakni:

a. Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipakai dalam analisis.

b. Pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan.

c. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis dengan mempergunakan premis-premis sebagai tercantum dalam (a) dan (b), dengan menyatakan secara tersurat postulat, asumsi, dan prinsip yang digunakan (jika diperlukan).

d. Perumusan hipotesis.

Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran adalah penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan; merupakan argumentasi dalam merumuskan hipotesis. Postulat adalah asumsi yang menjadi pangkal dalil yang dianggap benar tanpa perlu membuktikannya; asumsi; yakni dugaan yang diterima sebagai dasar/ landasan berpikir karena dianggap benar; prinsip, yaitu dasar (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir).

Sebuah kerangka teoretis dapat disebut meyakinkan, apabila argumentasi yang disusun tersebut memenuhi syarat, yakni teori-teori yang digunakan dalam membangun kerangka berpikir itu merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup perkembangan-perkembangan terbaru. Lingkup yang bersifat menyeluruh dalam mencakup perkembangan-perkembangan terbaru (teori dan penelitian) dalam suatu disiplin keilmuan itu disebut dengan the state of the art dari disiplin tersebut.

Untuk dapat menyusun kerangka teoretis yang meyakinkan itu, maka pertama-tama seorang ilmuwan harus mendemonstrasikan pengetahuannya tentang the state of the art dari disiplin keilmuan yang akan digunakan sebagai basis analisis dalam pengajuan hipotesisnya. Berdasarkan pengetahuan the state of the art itu dipilih teori-teori yang relevan yang akan digunakan dalam analisis. Pemilihan itu harus didasarkan pada argumentasi yang meyakinkan mengapa memilih teori-teori itu.

Kerangka teoretis sebuah karangan ilmiah tidak berisi kumpulan berbagai teori, melainkan kumpulan premis ilmiah yang dipilih secara selektif untuk membangun kerangka argumentasi. Berdasarkan premis-premis ilmiah itu disusun argumentasi secara sistematis dan analitis, yang menuntut adanya perumusan pikiran-pikiran dasar, berupa postulat, asumsi, dan prinsip. Dalam kerangka teoretis ini juga dilakukan pengkajian terhadap penelitian-penelitian yang relevan yang telah dilakukan oleh para peneliti lainnya. Dengan kata lain, kerangka teoretis itu dimulai dengan mengidentifikasikan dan mengkaji berbagai teori yang relevan serta diakhiri dengan pengajuan hipotesis. Produk akhir dari proses pengkajian kerangka teoretis adalah perumusan hipotesis.

3. Metodologi Penelitian

Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah merumuskan hipotesis adalah menguji hipotesis secara empiris, artinya melakukan verifikasi apakah pernyataan yang dikandung oleh hipotesis yang diajukan itu didukung atau tidak oleh kenyataan yang bersifat faktual. Masalah yang dihadapi dalam proses verifikasi adalah bagaimana prosedur dan cara dalam pengumpulan dan analisis data agar kesimpulan yang ditarik memenuhi persyaratan berpikir induktif. Penetapan prosedur dan cara ini disebut dengan metodologi penelitian, yang merupakan persiapan sebelum verifikasi dilakukan.

Metodologi merupakan pengetahuan tentang metode-metode sementara metodologi penelitian merupakan pengetahuan tentang berbagai metode yang digunakan dalam penelitian. Salah satu yang harus ditentukan dalam metodologi penelitian adalah metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Hal pertama yang dilakukan dalam penyusunan metodologi penelitian adalah menyatakan secara lengkap dan operasional tujuan penelitian yang mencakup: variabel-variabel yang akan diteliti; karakteristik hubungan yang akan diuji; dan tingkat keumuman (level of generality) dari kesimpulan yang akan ditarik, seperti tempat, waktu, dan kelembagaan. Metode penelitian yang tepat dan teknik pengambilan contoh serta teknik penarikan kesimpulan yang relevan dipilih berdasarkan tujuan penelitian. Metode merupakan prosedur/ cara yang ditempuh dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Teknik merupakan cara yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang ditemui dalam melaksanakan prosedur.

Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan hal-hal yang terdapat dalam metode penelitian, yakni:

a. Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan yang mengidentifikasikan variabel-variabel dan karakteristik hubungan yang akan diteliti.

b. Tempat dan waktu penelitian serta generalisasi variabel-variabel yang diteliti.

c. Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat generalisasi yang diharapkan.

d. Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian.

e. Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variabel yang akan dikumpulkan, sumber data, teknik pengukuran, instrumen, dan teknik mendapatkan data.

f. Teknik analisis data yang mencakup langkah-langkah dan teknik analisis yang dipergunakan yang ditetapkan berdasarkan pengajuan hipotesis. Jika menggunakan statistika, maka tuliskan hipotesis nol dan hipotesis tandingan: H0/ H1.

4. Hasil Penelitian

Langkah selanjutnya sesudah penetapan metodologi penelitian adalah melaporkan apa yang ditemukan berdasarkan hasil penelitian. Dalam membahas hasil penelitian ini, yang penting diingat adalah tujuan, yakni untuk membandingkan simpulan yang diambil dari data dengan hipotesis. Secara sistematik dan terarah, data yang telah dikumpulkan itu diolah, dideskripsikan, dibandingkan, dan dievaluasi, yang mengarah kepada simpulan apakah data tersebut mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan.

Secara ringkas, hasil penelitian itu mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. deskripsi tentang variable-variabel yang diteliti;

b. deskripsi tentang teknik analisis data yang digunakan;

c. deskripsi hasil analisis data;

d. penafsiran terhadap kesimpulan analisis data.

Hasil laporan ini ditulis dalam bentuk esei dengan kalimat-kalimat verbal yang mencakup semua pernyataan yang patut dikemukakan, baik bersifat kualitatif, maupun bersifat kuantitatif. Jika diperlukan, deskripsi dalam bentuk esei ini dilengkapi dengan sarana pembantu, seperti tabel, grafik, atau bagan, yang berfunsi untuk lebih memperjelas pernyataan-pernyataan yang terkandung dalam esei. Harus diingat, tabel, grafik, atau bagan ini hanya bersifat membantu. Oleh karena itu, hindari pemakaian tabel, grafik, atau bagan ini dengan penjelasan yang sedikit.

Hal-hal yang harus ditafsirkan terhadap hasil penelitian ini, antara lain: menafsirkan hubungan yang bersifat statistis, seperti regresi dan korelasi dalam hubungan yang bersifat ilmiah seperti hubungan kausalitas; menafsirkan tingkat keumuman dari kesimpulan yang ditarik berdasarkan contoh kepada kesimpulan yang menyangkut populasi; dan menafsirkan terminologi analisis, misalnya apa yang dimaksud dengan koefisien korelasi tertentu yang besarnya diukur dalam penelitian. Selanjutnya, hasil penafsiran dibandingkan dengan hipotesis yang diajukan untuk menyimpulkan apakah hipotesis ditolak atau diterima.

5. Ringkasan dan Simpulan

Kesimpulan penelitian ditulis dalam bab tersendiri dan merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari masalah, kerangka teoretis, hipotesis, metodologi penelitian, dan penemuan penelitian. Dalam bagian ini diuraikan kembali secara ringkas pernyataan-pernyataan pokok dari aspek-aspek itu dengan mengarah kepada kesimpulan. Oleh karena itu, bagia ini disebut dengan ringkasan dan kesimpulan. Secara ringkas, ringkasan dan kesimpulan ini mengandung hal-hal berikut ini:

a. Deskripsi singkat mengenai masalah, kerangka teoretis, hipotesis, metodologi, dan penemuan penelitian;

b. Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis berdasarkan keseluruhan aspek tersebut di atas;

c. Pembahasan kesimpulan penelitian dengan melakukan perbandingan terhadap penelitian lain dan pengetahuan ilmiah yang relevan;

d. Mengkaji implikasi penelitian, apakah berupa pengembangan ilmu, kegunaan terapan yang bersifat praktis, atau penyusunan kebijaksanaan;

e. Mengajukan saran; implikasi kemudian dijabarkan dalam bentuk saran-saran.

6. Abstrak

Abstrak merupakan ringkasan seluruh kegiatan penelitian yang terdiri atas satu halaman dan paling banyak terdiri atas tiga halaman. Abstrak merupakan sebuah esei yang utuh dan tidak dibatasi oleh subjudul. Abstrak mencakup keseluruhan pokok pernyataan penelitian mengenai masalah, hipotesis, metodologi, dan kesimpulan penelitian. Kerangka pemikiran, biasanya, tidak dicantumkan dalam abstrak, karena terlalu panjang. Jika ingin dicantumkan, maka ia dinyatakan dengan proposisi yang pokok-pokok saja. Tiga bagian itu ditulis secara utuh, tetapi ringkas, masing-masingnya dalam paragraph tersendiri. Jadi, abstrak merupakan sebuah esei yang terdiri atas serangkaian paragraph yang mampu mengkomunikasikan intisari sebuah penelitian. Abstrak ini ibarat sebuah iklan yang ditempatkan di halaman terdepan dari publikasi ilmiah dengan tujuan agar mampu mengkomunikasikan apa yang akan disajikan.

7. Daftar Kepustakaan

Daftar kepustakaan merupakan sumber referensi bagi seluruh kegiatan penelitian dan inventarisasi dari keseluruhan publikasi ilmiah dan nonilmiah yang dipakai sebagai dasar bagi pengkajian yang dilakukan. Daftar kepustakaan ini mempunyai cara-cara penyusunan tersendiri.

8. Riwayat Hidup

Kadang-kadang, sebuah tulisan ilmiah dilengkapi dengan riwayat hidup penulisnya. Ia merupakan deskripsi dari latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang mempunyai hubungan dengan penulisan ilmiah yang disampaikan. Ia diringkaskan dalam satu atau dua halaman tulisan dan dicantumkan pada halaman terakhir sebuah laporan, tanpa penomoran halaman.

9. Lain-lain

Biasanya, sebelum unsur utama laporan sebuah tulisan ilmiah didahului oleh beberapa informasi yang bersifat pengantar. Beberapa informasi pengantar tersebut adalah:

a. Halaman judul; judul harus singkat dan mampu mengkomunikasikan masalah apa yang diteliti, dilakukan di mana, kapan, metode apa (studi kasus, perbandingan, atau survei).

b. Lembar persetujuan (untuk skripsi, tesis, dan disertasi).

c. Kata Pengantar, berisi lingkup laporan yang akan disampaikan dan penghargaan terhadap berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah tersebut.

d. Daftar isi, yang dilengkapi dengan daftar tabel dan daftar gambar yang disusun secara tersendiri.

Informasi pengantar ini diberi penomoran angka Latin dengan huruf kecil ( ii, iv, dst.).

2. Usulan Penelitian

Usulan penelitian hanya mencakup bagian masalah, kerangka teoretis, hipotesis, dan metodolgi penelitian. Biasanya, usulan penelitian ini dilengkapi dengan, seperti jadwal kegiatan, personalia penelitian, dan pembiayaan.

Latihan:

1. Sebutkan dan jelaskanlah komponen-komponen yang membangun struktur sebuah tulisan ilmiah!

2. Apakah yang dimaksud dengan the state of the art dalam suatu disiplin keilmuan?

3. Kapan sesuatu itu dapat disebut sebagai masalah?

4. Carilah satu contoh masalah dalam bidang ekonomi dan rumuskan berdasarkan hal-hal yang dicakupinya!

Daftar Kepustakaan

Gunawarman, dkk. 1997. Buku Panduan Pratikum Material Teknik. Padang: Laboratorium Metalurgi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas.

Indrapriyatno, dkk. 2002. Dasar Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi (DPSKE) (Diktat Kuliah). Padang: Labor Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas.

Midjan, Amat dan Canisyus Maran (redaktur). 1996. Denmark, Teknologi Dongeng dan Erotisme Teknologi Edisi no 110/November 1996 hal 49. Jakarta: PT Darma Yasamas Teknindo.

Sudarso dan Kiyokatsu Suga. 1987. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Suriasumantri, Jujun S. 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.