bab i (2) maya

78
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Melakukan analisis kuantitatif data log menggunakan data log Gamma ray, log Resistivitas, log Neutron, dan log Densitas. Melakukan analisis log kualitatif menggunakan data log Gamma ray, log Resistivitas, log Neutron, dan log Densitas. Melakukan perhitungan nilai volume shale,porositas, faktor formasi, resistivitas air, kandungan serpih, dan saturasi air pada reservoir. 1.1.2 Tujuan Dapat mengetahui dan menginterpretasi data log menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Dapat mengetahui nilai porositas, volume shale, faktor formasi, resistivitas air, kandungan serpih, dan saturasi air pada reservoir. 1

Upload: anon380915450

Post on 02-Dec-2015

4.749 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I (2) MAYA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan

1.1.1 Maksud

Melakukan analisis kuantitatif data log menggunakan data log

Gamma ray, log Resistivitas, log Neutron, dan log Densitas.

Melakukan analisis log kualitatif menggunakan data log Gamma

ray, log Resistivitas, log Neutron, dan log Densitas.

Melakukan perhitungan nilai volume shale,porositas, faktor

formasi, resistivitas air, kandungan serpih, dan saturasi air pada

reservoir.

1.1.2 Tujuan

Dapat mengetahui dan menginterpretasi data log menggunakan

metode analisis kualitatif dan kuantitatif.

Dapat mengetahui nilai porositas, volume shale, faktor formasi,

resistivitas air, kandungan serpih, dan saturasi air pada reservoir.

Dapat mengetahui jenis litologi, fluida pengisi, dan lingkungan

pengendapan berdasarkan data-data log.

1.2 Pelaksanaan Praktikum

Hari : Jumat

Tanggal : 8 dan 15 April 2011

Pukul : 15.30 – 18.00 WIB

Tempat : Gedung S Lantai 1 Program Studi Teknik Geologi

Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

1

Page 2: BAB I (2) MAYA

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1Pengertian Log

Log adalah suatu grafik kedalaman (atau waktu) dari satu set yang

menunjukkan parameter fisik, yang diukur secara berkesinambungan dalam

sebuah sumur (Harsono, 1997). Logging adalah pengukuran atau pencatatan

sifat-sifat fisika batuan di sekitar lubang bor secara tepat dan kontinyu pada

interval kedalaman tertentu (Schlumberger, 1986). Maksud dari logging

adalah untuk mengukur parameter fisika sehingga dapat diinterpretasi litologi

penampang sumur, karakteristik reservoir antara lain porositas, permeabilitas

dan kejenuhan minyak.

Well logging merupakan suatu teknik untuk mendapatkan data bawah

permukaan dengan menggunakan alat ukur yang dimasukkan kedalam lubang

sumur, untuk evaluasi formasi dan identifikasi ciri-ciri batuan dibawah

permukaan (Schlumberger, 1958).

Tujuan dari well logging adalah untuk mendapatkan informasi litologi,

pengukuran porositas, pengukuran resistivitas, dan kejenuhan hidrokarbon.

Sedangkan tujuan utama dari penggunaan log ini adalah untuk menentukan

zona, dan memperkirakan kuantitas minyak dan gas bumi dalam suatu

reservoir.

2.2 Macam Macam Log

Log itu sendiri diartikan sebagai suatu grafik kedalaman (atau waktu)

dari satu set yang menunjukkan parameter fisik, yang diukur secara

berkesinambungan dalam sebuah sumur (harsono,1997). Data log yang ada

pada pengamatan analisis kualitatif adalah Log S( Spontaneous potensial ),

Log GR ( Gamma Ray ), Log resistivitas, Log RHOB ( Densitas ), dan Log

2

Page 3: BAB I (2) MAYA

NPHI ( Neutron ).Ada 4 jenis log yang sering digunakan dalam interpretasi

yaitu :

Log listrik terdiri dari log resistivitas dan log SP

Log radioaktif terdiri dari log GR (Gamma Ray), log porositas yaitu

terdiri dari log densitas dan log neutron

Log akustik berupa log sonic

Log caliper

2.2.1 Log Spontaneous Potensial (Log SP)Log SP adalah rekaman perbedaan potensial listrik antara

elektroda dipermukaan yang tetap dengan elektroda yang terdapat di

dalam lubang bor yang bergerak naik turun.Supaya SP dapat berfungsi,

lunamg bor harus diisi dengan lumpur konduktif.Skala SP adalah dalam

milivolt, tidak ada harga mutlak yang dama dengan mol karena hanya

perubahan potemsial yang dicatat.

Kita bayangkan sebuah lubang sumur yang terdiri dari lapisan

permeabel dan tak permeabel.Secara alamiah karena perbedaan

kandunagn garam air, arus listrik hanya mengalir di sekeliling

perbatasan formasi di dalam lubang bor. Di lapisan serpih dimana tidak

ada aliran listrik, sehingga potensialnya adalah konstan sengan kata lain

SP-nya rata.Pembacaan ini disebut garis dasar serpih (Shale Base

Line).

Mendekati lapisan-permeabel, aliran listrik mulai terjadi, yang

menyebabkan beda potensial negatif (relatif terhadap serpih).

Penurunan kurva SP tidak pernah tajam saat melewati dua lapisan yang

berbeda, melainkan selalu mempunyai sudut kemiringan.Jika lapisan

permeabel itu cukup tebal maka SP menjadi konstan mendekati nilai

maksimumnya (SSP-StaticSP). Memasuki lapisan serpih lagi, situasi

sebaliknya akan terjadi, dan potensial kembali ke nilai serpih secara

teratur.

Kurva SP biasanya tidak mampu dengan tepat memberikan

ukuran ketebalan lapisan, karena sifatnya yang “malas” atau

3

Page 4: BAB I (2) MAYA

“lentur”.Perubahan dari posisi garis-dasar-serpih ke daris permeabel

tidak tajam melainkan molor, sehingga garis batas tidak mudah dengan

tepat ditentukan.Garis batas tersebut tidak harus setengah dari garis

“lentur”nya.

Tahap pertama yang dilakuakan dalam analisis log adalah

mengenal lapisan-permeabel, dan serpih yang tak-permeabel. Untuk itu

digunakan log SP dan juga dengan bantuan dari log Gamma Ray (GR).

Log GR dan SP membedakan serpih dari yang bukan serpih

dengan cara yang berbeda. SP adalah pengukuran secara elektrik,

sedangkan GR adalah pengukuran secara radioaktif.Keduanya bisa

sangat berbeda dalam penampilan. Penyajiannya adalah : pembacaan

serpih disebelah kanan sedang pasir yang permeabel disebelah kiri

dalam kolom 1.

Pada formasi lunak, SP memberikan perbedaan yang lebih

kontras antara serpih dan pasir daripada GR. Sebaliknya pada formasi

karbonat yang keras perubahan SP sangat kecil, sehingga tidak dapat

membedakan formasi yang permeabel dari yang tak-permeabel. Dalam

kondisi ini log GR adalah cara terbaik, karena memberikan resolusi

lapisan yang baik.Log SP digunakan untuk :

Identifikasi lapisan-lapisan permeabel.

Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur

berdasarkan batas lapisan itu.

Menentukan resistivitas air-formasi,Rw.

Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih.

2.2.2 Log Gamma Ray (Log GR)Sejarah Log Sinar Gamma (GR) sudah lama, tapi hanya sedikit

pengembangan yang dilakukan pada alat GR atau cara interpretasinya.

Dengan kehadiran GR spektroskopi beberapa tahun silam telah

membuka era baru bagi kemungkinan interpretasi yang lebih

4

Page 5: BAB I (2) MAYA

rinci.Dengan alat seperti NGT (Natural spectroscopy Gammaray Tool)

kita dapat mendeteksi unsur-unsur sumber radioaktif.

Prinsip Log GR adalah suatu rekaman tingkat radioaktivitas

alami yang terjadi karena tiga unsur : uranium (U), thorium (Th), dan

potassium (K) yang ada pada batuan. Pemancaran yang terus menerus

terdiri dari semburan pendek tenaga tinggi sinar gamma, yang mampu

menembus batuan, sehingga dapat dideteksi oleh detektor yang

memadai (biasanya jenis detektor scintillation).

Sinar Gamma sangat efektif dalam membedakan lapisan

permeabel dan yang tak permeabel karena unsur-unsur radioaktif

cenderung berpusat di dalam serpih yang tak-permeabel, dan tidak

banyak terdapat dalam batuan karbonat atau pasir secara umum adalah

permeabel.

Kadangkala lumpur bor mengandung sejumlah unsur potassium,

karena zat potassiumchlorida ditambahkan kedalam lumpur untuk

mencegah pembengkakan serpih. Radioaktivitas dari lumpur akan

mempengaruhi pembacaan log GR berupa tingkatan latar belakang

radiasi yang tinggi. Koreksi pengaruhi unsur potassium lumpur ini

hanya ada pada alat NGT.

Log GR diskala dalam satuan API (GAPI). Satu GAPI = 1/200

dari tanggapan yang didapat dari kalibrasi standar suatu formasi tiruan

yang berisi Uranium, Thorium dan Potassium dengan kuantitas yang

diketahui dengan tepat dan diawasi oleh American Petroleum Institute

(API) di Houston, Texas.

Log GR biasanya ditampilkan pada kolom pertama, bersama-

sama kurva SP dan Kaliper.Biasanya diskala dari kiri ke kanan dalam

0-100 atau 0-150 GAPI.

Tingkat radiasi serpih lebih tinggi dibandingkan batuan lain

karena unsur-unsur radioaktif cenderung mengendap di lapisan serpih

yang tidak permeabel, hal ini terjadi selama proses perubahan geologi

batuan.

5

Page 6: BAB I (2) MAYA

Pada formasi permeabel tingkat radiasi GR lebih rendah, dan

kurva akan turun ke kiri. Sehingga log GR adalah log permeabilitas

yang bagus sekali karena mampu memisahkan dengan baik antara

lapisan serpih dari lapisan permeabel.

Secara khusus log GR berguna untuk definisi lapisan permeabel

disaat SP tidak berfungsi karena formasi yang sangat resistif atau bila

kurva SP kehilangan karakternya (Rmf = Rw), atau juga ketika SP tidak

dapat direkam karena lumpur yang digunakan tidak konduktif (oil base

mud).

Log GR dapat digunakan untuk mendeteksi dan evaluasi

terhadap mineral-mineral radioaktif, seperti biji potasium atau

uranium.Log GR juga dapat digunakan untuk mendeteksi mineral-

mineral yang tidak radioaktif, termasuk lapisan batubara.Log GR

digunakan secara luas untuk korelasi pada sumur-sumur berselubung.

Gabungan perekaman GR dengan CCL (casing collar locator)

memungkinkan alat perforasi diposisikan dengan akurat di depan

lapisan yang akan dibuka. Korelasi dari sumur ke sumur sering

dilakukan dengan menggunakan log GR, dimana sejumlah tanda-tanda

perubahan litologi hanya terlihat pada log GR.Ringkasan dari kegunaan

Log GR :

Evaluasi kandungan serpih

Menentukan lapisan permeabel

Evaluasi biji mineral yang radioaktif maupun yang tidak radioaktif

Korelasi log pada sumur yang berselubung

Korelasi antar sumur

2.2.3 Log ResistiviyLog ini mengukur tahanan jenis formasi, untuk medapatkan sifat

– sifat fisik batuan.Tahanan jenis suatu media adalah tahanan /

hambatan yang diberikan oleh suatu media tersebut terhadap aliran arus

listrik yang melewatinya. Tahanan jenis diukur dengan alat normal,

6

Page 7: BAB I (2) MAYA

yang mengukur Ra ( tahanan jenis semu dari formasi ) dan alat lateral

dan induksi yang dapat mengukur tahanan jenis sebenarnya Rt.

Log tahanan jenis dapat dibagi lagi menjadi tiga berdasarkan

tempat pengambilan datanya, yaitu :

1. Log tahanan jenis dangkal digunakan untuk mengukur tahanan jenis

zona invasi yakni zona yang berada di sekitar tabung bor. Zona ini

dapat dipengaruhi oleh air lumpur bor atau mud filtrat. Log ini

disebut juga Laterallog Shallow (LLS).

2. Log tahanan jenis menengah, log ini menguur tahanan jenis zona

transisi yakni zona yang sebagian dari fluidanya terusir oleh mud

filtrat dan sebagian masih merupakan fluida asli. Log ini disebut

juga Spherically FocusLog (SFL)

3. Log tahanan jenis dalam, log ini mengukur tahanan jenis formasi

yang tidak terganggu oleh proses pemboran.Tujuan penggunaan

adalah untuk mengukur tahanan jenis asli ( Rt ), membantu

mengetahui porositas dan permeabilitas batuan. Juga untuk

menghitung Sw dan untuk korelasi.Log ini disebut juga Laterallog

Deep (LLD).

2.3 Analisis Log Kuantitatif

a. Perhitungan Volume Shale

a. Volume Shale Gamma Ray =

b. Volume Shale Spontaneous Potential =

c. Volume Shale Neutron =

7

Page 8: BAB I (2) MAYA

Log neutron, hasil pembacaan dari log neutron adalah

standarpengukuran batugamping, untuk mengkonversikan kepada

batupasir kita ubah dengan menggunakan chart Por-13b.

Gambar 2.1 Kurva Kesamaan Porositas untuk Neutron Thermal

d. Volume Shale Density-Neutron =

b. Perhitungan Porositas

Porositas Densitas (ΦD)

ΦD =

Koreksi Porositas Densitas

ΦDc = ΦD – (ΦDsh x Vsh)

Porositas Neutron (ΦN)ΦN = Dibaca langsung dari kurva log

8

Page 9: BAB I (2) MAYA

Total Porositas (ΦTot) :

Φtot =

Porositas Neutron Shale Terdekat ( ΦNsh)

Koreksi Porositas Neutron (ΦNc)

ΦNc = ΦN – (ΦNsh x VSh)

Porositas Densitas – Neutron (Φe)

Φe =

c. Faktor Formasi (F)

Faktor formasi merupakan faktor keras lunaknya batuan rata-rata yang

tergantung dari mineral pembentuk batuan.

Catatan :

Untuk batupasir a = 0,62; m = 2,15

Untuk batugamping a = 1; m = 2

d. Perhitungan True Resistivity (Rt)

e. Perhitungan Water Restivity (Rw)

Water Restivity Loose (Rwl)

Rwl

Water Restivity Consolid (Rwc)

Rwl

f. Perhitungan Resistivitas Batuan di Flushed Zone (Rxo)

Rxo loose (Rxol)

Rxol =

9

Page 10: BAB I (2) MAYA

Rxol =

Rxo Consolid (Rxoc)

g. Porositas Gabungan Kombinasi log densitas dan neutron, harga yang diperoleh dari

pembacaan log densitas &neutron dengan menggunakan persamaan:

Ф gab =

Keterangan :

D : nilai porositas densitas

N : nilai porositas neutron

Tabel 2.1 Persentae Porositas

Persentase Porositas Penilaian

0% - 5% dapat diabaikan (negligible)

5% - 10% buruk (poor)

10% - 15% cukup (fair)

15% - 20% baik (good)

20% - 25% sangat baik (very good)

> 25% istimewa (excellent)

(Koesoemadinata,1980)

h. Saturasi Air (Sw) Metode Archie

Uninvaded Zone (Zona Tak Terinvasi)

Determinasi harga kejenuhan air (Sw) dari log resistivitas dalam

formasi yang bersih (non-shaly), berdasarkan pada rumus Archie

(Harsono, 1997) :

Keterangan :

Sw: nilai kejenuhan air pada zona tidak terbilas

F : nilai faktor formasi

10

Page 11: BAB I (2) MAYA

Rw: nilai resistivitas air

Rt : nilai resistivitas zona tidak terbilas

Invaded Zone (Zona Terinvasi)

Keterangan :

Sxo: nilai kejenuhan air pada zona terbilas

F : nilai faktor formasi

Rmf: nilai resistivitas mud filtrate

Rxo: nilai resistivitas zona terbilas

Rxo diperoleh dari short normal, Rt dari Induction atau laterolog,

sedangkan Rmf/Rw dari harga yang diukur.

Dari harga Sw dan Sxo dapat diketahui Shr (saturasi hidrokarbon

tersisa)

Shr = 1 - Sxo

Harga Shr dipakai untuk menentukan porositas batuan

Ф bat = Ф kor-gab (1 – 0,1 Shr)

(Chabibie, Abdurrahman, dkk, 2008)

Metode Simandoux

Uninvaded Zone (Zona Tak Terinvasi)

Sw

Keterangan :

C : Konstanta untuk litologi ( sandstone = 0,4, limestone = 0,45)

Rsh : Restitivity shale terdekat dan tertinggi di suatu zonasi

Invaded Zone (Zona Terinvasi)

Sw

11

Page 12: BAB I (2) MAYA

2.4 Lingkungan Pengendapan

Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material

sedimen beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya

mekanisme pengendapan tertentu (Gould, 1972).Interpretasi lingkungan

pengendapan dapat ditentukan dari struktur sedimen yang terbentuk.Struktur

sedimen tersebut digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa

macam masalah geologi, karena struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu

pengendapan, sehingga struktur ini merupakan kriteria yang sangat berguna

untuk interpretasi lingkungan pengendapan.Terjadinya struktur-struktur

sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme pengendapan dan kondisi serta

lingkungan pengendapan tertentu.Lingkungan Pengendapan DIbagi menjadi

3, yaitu :

1. Continental / darat

2. Coastal / transisi

3. Marine / laut

Klasifikasi lingkungan pengendapan dapat dibedakan menjadi:

a. kontinetal, antara lain gurun atau eolian, fluvial termasuk braided river dan

point bar river, dan limnic

Gambar 2.2 - Depositional model for peatland development associated with

fluvial systems. Coals that develop from peatlands in fluvial systems tend to

thicken away from channels and split toward channels. Areas of peatlands

12

Page 13: BAB I (2) MAYA

are removed by fire splays, crevasse splays or eroded by fluvial incision.

b. peralihan, termasuk delta. lobate, esturine, litoral (pantai, laguna, dan

barrier islands, offshore bar, tidal flat.

Gambar 2.3 Sequence stratigrafi Lingkungan Transisi

c. marine, meliputi neritis atau laut dangkal, deep neiritis, batial, abisal.

Gambar 2.4- Depositional model for peatland development above regressive

marine carbonates. Variation in coal thickness may be due to subtle changes

in topography, where shallower areas that submerge before deeper areas are

13

Page 14: BAB I (2) MAYA

conducive to peat development.

14

Page 15: BAB I (2) MAYA

BAB III

TAHAPAN INTERPRETASI

3.1 Analisis log kualitatif

15

Page 16: BAB I (2) MAYA

3.2 Analisis log kuantitatif

16

Page 17: BAB I (2) MAYA

3.2.1 Menghitung Nilai Volume Shale

17

Mulai

Mempersiapkan alat dan bahan (data log, penggaris,

penghapus, dan kalkulator, serta pensil)

Menghitung nilai Vsh Gamma Ray

Vsh GR =

Menghitung nilai Vsh SP

Vsh SP =

Menghitung nilai Vsh Neutron

Vsh N =

Menghitung nilai Vsh Neutron-Densitas

Vsh N-D =

Mencari nilai Vsh minimum dari nilai Vsh

keseluruhan

-Mengepick nilai GR

log, N log, SP log

pada depth 1282,

1283, 1284

-Menentukan nilai GR

clean, SP clean, dan N

clean dari sand bersih

-Menentukan nilai

Grshale, Spshale,

Nshale dari shale

bersih

-Untuk nilai N log dan

N clean dikonversi

menggunakan gaftar

por 13-b

Page 18: BAB I (2) MAYA

3.2.2 Menghitung Nilai Porositas

18

Mulai

Mempersiapkan alat dan bahan (data log, penggaris,

penghapus, dan kalkulator, serta pensil)

Menghitung nilai Porositas Densitas (ΦD)

ΦD =

Menghitung nilai . Porositas Neutron (ΦN)

Φtot = ,

Koreksi Porositas Neutron (ΦNc)

ΦNc = ΦN – (ΦNsh x VSh)

Menghitung nilai Porositas D-N(Φe)

Φe =

Porositas Densitas – Neutron (%Φe)

-Menghitung nilai

porositas pada depth

1282, 1283, 1284

-Nilai ΦN dapat

dilihat dari data log

pada N log

-Nilai Vsh adalah nilai

Vsh min pada masing-

masing depth

-Nilai diperoleh dari

konstanta untuk

sandstonenilainya

2,468

-Nilai diperoleh dari

pick nilai densitas

pada masing-masing

depth

-Nilai merupakan

nilai mud water

nilainya 1,1 untuk salt

water

Selesai

Page 19: BAB I (2) MAYA

3.2.3 Menghitung Nilai True Resistivity

3.2.4 Menghitung Nilai Water Restivity (Rw)

3.2.5 Menghitung Nilai Resistivitas Batuan di Flushed Zone (Rxo)

19

Mulai

Menganalisis nilai Rt dari masing-masing depth

1282,1283, dan 1284 dari nilai deep later log

Nilai Rt1282 = 19 ohm, Rt1283= 20 ohm, dan Rt1284 = 21 ohm

Mulai

Menghitung nilai Rw masing-masing depth

1282,1283, dan 1284

Rw

Nilai Rw untuk loose dan consolidated dimana nilai aloose =

0,62 dan aconsolidated= 0,81

Mulai

Menghitung nilai Rxo masing-masing depth

1282,1283, dan 1284

Rxo =

Nilai Rxo untuk loose dan consolidated dimana nilai

Rwmenggunakan masing-masing nilai Rw loose dan

consolidated

Page 20: BAB I (2) MAYA

3.2.6 Menghitung Nilai Saturasi

20

Mulai

Menghitung nilai saturasi masing-masing depth

1282,1283, dan 1284 untuk loose dan consolidated

Metode Archie Metode Simandoux

Menghitung nilai F = dan nilai

= , untuk nilai F dan Sxonloose

Menghitung nilai saturasi di flushed

zone untuk loose dan consolidated

Shr = 1 - Sxo

Menghitung nilai saturasi di virgin zone

untuk loose dan consolidated

Sh = 1 - Sw

Menghitung nilai saturasi di

uninvaded zone untuk loose dan

consolidated

Sw =

Mencari nilai c yaitu konstanta

untuk sandstone = 0,4

Mencari nilai Rsh adalah nilai

resistivitas tertinggi di suatu

zonasi

Menghitung nilai saturasi di invaded zone untuk

loose dan consolidated

Sxo = )

Page 21: BAB I (2) MAYA

BAB IV

PENGOLAHAN DATA

4.1 Analisis Log Kualitatif

Terlampir

4.2 Analisis Log Kuantitatif

1. Perhitungan Volume Shale

a. Volume Shale Gamma Ray =

VShl_GR1288 =

VShl_GR1289 =

VShl_GR1290 =

b. Volume Shale Spontaneous Potential =

VShl_SP1288 =

VShl_SP1289 =

VShl_SP1290 =

c. Volume Shale Neutron =

21

Page 22: BAB I (2) MAYA

VShl_N1288=

VShl_N1289 =

VShl_N1290 =

d. Volume Shale Density-Neutron =

VShl_ND1288 =

VShl_ND1289 =

VShl_ND1290 =

e. Volume Shale Minimum

VShl_Min1288 = 0,03226

VShl_Min1289 = 0.08621

VShl_Min1290 = 0,03226

2. Perhitungan Porositas

a. Porositas Densitas (ΦD)

ΦD =

ΦD_1288= = 0.257106

ΦD_1289 = = 0.192506

22

Page 23: BAB I (2) MAYA

ΦD_1290 = = 0.198966

Keterangan :

ρdsh_1288 = 2.21 ΦDsh_1288 =

ρdsh_1288 = 2.21 ΦDsh_1288 =

ρsdh_1290 = 2.21 ΦDsh_1290 =

ΦDsh =

Koreksi Porositas Densitas

ΦDc = ΦD – (ΦDsh x Vsh)

ΦDc_1288 = 0,257106 – (0,28295 x 0.03226) = 0,247979

ΦDc_1289 = 0.192506 – (0,28295 x 0.225806) = 0,168115

ΦDc_1290 = 0.198966 – (0,28295 x 0.032258) = 0,189839

b. Porositas Neutron (ΦN)

ΦN = Dibaca langsung dari kurva log

ΦN_1288 = 0,33

ΦN_1289 = 0.342

ΦN_1290 = 0.33

Total Porositas (ΦTot) :

Φtot =

ΦTot_1288=

23

Page 24: BAB I (2) MAYA

ΦTot_1289 =

ΦTot_1290 =

Koreksi Porositas Neutron (ΦNc)

ΦNc = ΦN – (ΦNsh x VSh)

ΦNc_1288 = 0.33 – (0.39 x 0.03226) = 0.317419

ΦNc_1289 = 0.342 – (0.39 x 0.225806) = 0.308379

ΦNc_1290 = 0.33 – (0.39 x 0.032258) = 0.317419

c. Porositas Densitas – Neutron (Φe)

Φe =

Φe_1288 = = 0.284823

Φe_1289 = = 0.248355

Φe_1290= = 0,261528

Prosentase Porositas Densitas – Neutron (%Φe)

%Φe_1288 = 28,48%

%Φe_1289 = 24,84%

%Φe_1290 = 26,15%

3. Perhitungan True Resistivity (Rt)

24

Page 25: BAB I (2) MAYA

Rt Dibaca dari log Deep Laterolog

Rt_1288 = 11 ohm

Rt_1289 = 10,5 ohm

Rt_1290 = 10,5 ohm

4. Perhitungan Water Restivity (Rw)

a. Water Restivity Loose (Rwl)

Rw

Rw_1288 = 1,19

Rw_1289 = 0,85

Rw_1290 = 0,95

b. Water Restivity Consolid (Rwc)

Rw

Rw_1288 = 0,912525

Rw_1289 = 0,6488

Rw_1290 = 0,725052

5. Perhitungan Resistivitas Batuan di Flushed Zone (Rxo)

a. Rxo loose (Rxol)

Rxol =

25

a= 0,62

a= 0,81

Page 26: BAB I (2) MAYA

Rxol_1288 = = 1,762334

Rxol_1289 = = 2,366021

Rxol_1290= = 2,117193

b. Rxo Consolid (Rxoc)

Rxol =

Rxoc_1288= = 2,302404

Rxoc_1289 = = 3,091093

Rxoc_1290 = = 2,76601

6. Perhitungan Saturasi

a. Metode Archie

Uninvaded zone loose (Fl)

Fl =

Fl_1288 = = 9,23

Fl1_1289 = = 12,39

Fl_1290 = = 11,08

Uninvaded zone consolid (Fc)

26

Φm = Φe²

Page 27: BAB I (2) MAYA

Fc =

Fc_1288 = = 12,05447

Fc_1288 = = 16,18373

Fc_1290 = = 14,48173

Invaded zone loose ( )

=

_1288= = 1,0003

_1289= = 1,0001

_1290= = 0,99995

Invaded zone consolid( )

=

_1288= = 0,99999999

_1289= = 0,99999998

_1290= =1,000000001

27

Φm = Φe²

Page 28: BAB I (2) MAYA

- Flushed Zone

Saturasihidrokarbon loose (Shr)

Shr = 1 -

Shr_1288 = 1 – 1,0003= 0

Shr_1289 = 1 – 1,0001= 0

Shr_1290 = 1 – 0,99995= 0,001

Saturasihidrokarbonconsolid(Shr)

Shr = 1 -

Shr_1288 = 1 – 0,99999999= 0,001

Shr_1289 = 1 – 0,999= 0,001

Shr_1290 = 1 – 1,000000001 = 0

- Virgin Zone

Saturasihidrokarbon loose (Sh)

Sh = 1 - Sw

Sh_1282 = 1 – 1,0003= 0

Sh_1283 = 1 – 1,0001= 0

Sh_1284 = 1 – 0,99995= 0,001

Saturasihidrokarbonconsolid(Sh)

Sh = 1 -

Sh_1288 = 1 – 0,99999999= 0,001

Sh_1289 = 1 – 0,999= 0,001

Sh_1290 = 1 – 1,000000001 = 0

b. Metode Simandoux

- Uninvaded Zone

Water Saturation loose (Sw)

28

Page 29: BAB I (2) MAYA

Sw =

Sw_1288 = = 1,00708

Sw_1289= =

0,957786

Sw_1290 = =

1,002008

Water Saturation consolid (Sw)

Sw =

Sw_1288 = =

0,883976

Sw_1289= =

0,844908

Sw_1290 = =

0,879375

Invaded zone loose (Sxo)

29

Page 30: BAB I (2) MAYA

Sxo = )

Sxo_1288= =

3,1005

Sxo_1289= =

3,42

Sxo_1290 = =

3,363

Invaded zone consolid(Sxo)

Sxoc = )

Sxo_1288 = =

3,0884

Sxo_1289= =

3,363

Sxo_1290 = =

3,462

30

Page 31: BAB I (2) MAYA

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisis Kualitatif

Wireline log merupakan data yang sangat penting di dunia

perminyakan. Hal ini dikarenakan melalui data wireline log dapat diketahui

variable - variabel petrofisika yang meliputi porositas dan kejenuhan air

dari batuan yang ditembus oleh lubang bor. Variabel - variabel petrofisika

batuan ini dapat digunakan untuk mengetahui besarnya kandungan

hidrokarbon pada batuan reservoar di bawah permukaan. Karena

peranannya yang sangat penting ini menyebabkan wireline log mengalami

perkembangan yang sangat cepat baik teknologi ataupun jenisnya.

Berdasarkan data Log Gamma ray, Log Resistivity, Log Neutron,

dan Log Density tersebut dapat diinterpretasikan yaitu mempunyai 2litologi

batuan dan pembagian zona menjadi 6 zonasi serta penentuan

lingkungan penendapan. Adapun interpretasi tersebut berdasarkan

analisis kualitatif yang meluputi sifat fisik batuan maupun kandungan fluida

31

Page 32: BAB I (2) MAYA

yang terdapat dalam batuan dari masing-masing lapisan. Berikut hasil

interpretasi dari data log tersebut.

Dari data pada bab kedua tentang data log, kita dapat

menginterpretasikan apakah pada daerah tersebut memiliki kandungan

hidrokarbon atau tidak. Metode yang digunakan yaitu metode interpretasi

pintas ( quick look). Hal ini berdasarkan pada data-data yang terdiri dari:

Kurva Gamma Ray Log (GR)

Kurva Caliper Log (CALI)

Kurva Density Log (LDL)

Kurva Neutron Log (CNL)

Kurva Resistivity Log (MSFdan LLS)

Berdasarkan kurva GR, kita melihat bahwa pada kurva GR

menunjukkan nilai GR menuju pada minimum. Hal ini dapat

mengindikasikan bahwa daerah dengan kurva yang mendekati minimum

kemungkinan merupakan lapisan reservoir. Lapisan reservoir adalah

lapisan permeabel yang biasanya ditunjukkan oleh rendahnya harga kurva

gamma Ray dan juga radioaktivnya juga rendah yang berasosiasi dengan

batupasir dan coal sehingga menunjukkan volume serpih yang rendah.

Dalam identifikasi litologi berdasarkan kurva log Gamma Ray yang

pertama ditentukan adalah Shale Base Line dan Sand Base Line dari

kurva log Gamma Ray tersebut. Shale base line yang merupakan garis

lempung ini adalah garis yang ditarik dari titik yang memiliki harga paling

tinggi yang mengisyaratkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah

serpih (shale), sedangkan sand base line merupakan garis yang ditarik

dari titik yang memiliki harga yang paling kecil dalam kurva log gamma ray

yang juga mengisyaratkan bahwa daerah tersebut adalah daerah yang

permeabel. Log Gamma ray yang memiliki skala 0 sampai 150 ini

kemudian dianggap mempunyai persentase 100%. Maka selanjutnya

barulah ditentukan daerah interes yang menjadi kandidat batupasir

dimana kandidat ini adalah zona yang terletak diantara 50%-80% (sering

32

Page 33: BAB I (2) MAYA

juga disebut cut off). Daerah yang terletak pada zona inilah yang dianggap

sebagai zona clean sand.

Selain itu, dari kurva ini juga dapat ditentukan batas-batas

perlapisan dengan mengambil patokan adanya perubahan pola kurva

(defleksi kurva) merupakan tanda bahwa terdapat perubahan litologi.

Namun yang perlu diingat kurva Gamma Ray ini tidak mengisyaratkan

besar butir tetapi hanya memberikan informasi tentang distribusi butir dan

kandungan lempungnya.

Berdasarkan kurva kaliper dapat diinterpetasikan bahwa adanya

kelokan pada bagian tengah kurva ke arah kiri menunjukkan kemungkinan

adanya batuan yang memiliki porositas serta permeabilitas yang besar

karena kurva kaliper ini erat kaitannya dengan porositas dan

permeabilitas.

Berdasarkan kurva CNL yang merupakan hasil pengukuran

konsentrasi kandungan atom hidrogen dalam formasi dan secara tidak

langsung dapat menafsirkan porositas batuan. Pada prinsipnya sumber

radioaktif akan memancarkan partikel-partikel neutron pada formasi

sepanjang lubang bor. Partikel-partikel tersebut kemudian bertabrakan

dengan suatu massa hidrogen yang terdapat dalam formasi sehingga

energi partikel-partikel neutron yang diterima kembali oleh detektor akan

melemah.

Energi partikel neutron yang diterima kembali oleh detektor relatif

masih besar, menunjukkan energi neutron yang dipancarkan sebagian

besar diterima kembali oleh detektor dikarenakan formasi kurang

mengandung unsur hidrogen yang dijumpai dalam senyawa air (H2O) yang

terdapat pada rongga batuan. Keadaan ini dapat diasumsikan sebagai

batuan yang mempunyai porositas yang rendah. Begitu pula sebaliknya,

semakin lemah energi partikel neutron yang diterima detektor,

menunjukkan banyak hidrogen (H) dalam formasi. Keadaan ini

menunjukkan tingginya porositas batuan, jika H tersebut terkonsentrasi

sebagai fluida.

33

Page 34: BAB I (2) MAYA

5.1.1 Interpretasi Litologi

Interpretasi litologi umumnya dilakukan menggunakan log gamma

ray. Untuk analisis tingkat lanjut, maka bermacam-macam jenis log yang

lain dapat digunakan untuk mendukung interpretasi litologi, seperti log SP,

log tahanan jenis, log sonik, dan log densitas.Dari pembacaan data log

yang ada, pada sumur tersebut terbagi menjadi dua litologi batuan, antara

lain yaitu shale , sandstone dan sandstone with carbonaceous streak serta

coal.

1. Shale

Litologi ini terdapat pada kedalaman 2290 – 2299 ft, 2301-2304 ft,

2307-2317 ft, 2323 – 2340 ft, 2750 – 2777 ft, 2835-2860 ft, yang masing-

masing mempunyai ketebalan yang bervariasi. Litologi batuan ini dicirikan

dengan data log Gamma Ray yang tinggi yaitu sekitar 70-140 gAPI, hal

ini karena pada lapisan ini mempunyai kandungan radioaktif yang sangat

tinggi. pada depth ini log Gamma Ray menunjukkan nilai yang tinggi

dengan menunjukkan defleksi ke arah kanan karena pada shale memiliki

komposisi radioaktif berupa uranium, thorium, dan potassium. Pada log

resistivitas yaitu MSF, LLS, dan LLD berhimpit , hal ini terjadi karena pada

shale memiliki porositas yang besar sehingga celah antar butir yang

menjadi media penghantar arus listrik tinggi kemudian kemungkinan

lapisan batuan ini memiliki salinitas yang rendah. Log neutron mengalami

defleksi ke arah kiri dan log densitas mengalami defleksi ke arah kanan.

Hal ini menunjukkan bahwa lapisan batuan ini memiliki porositas yang

rendah dan permeabilitas yang rendah, hal ini berhubungan dengan

prinsip log densitas yang memanfaatkan sinar gamma dimana pada saat

sinar gamma bertabrakan dengan elektron dalam batuan akan mengalami

pengurangan energi. Semakin banyaknya elektron dalam batuan berarti

makin padat butiran atau mineral penyusun batuan tersebut sehingga

apabila semakin padat maka ruang atau pori antar butirannya sangat kecil

34

Page 35: BAB I (2) MAYA

sehingga batuan ini porositasnya rendah. Pada depth 2777 – 2780 ft

terdapat sedikit sisipan sandy shale dimana log Gamma Ray

menunjukkan defleksi ke arah kiri tetapi belum melewati cut off. Umumnya

pada lapisan batuan shale bersifat impermeable.

Pada log Caliper biasanya terdapat garis yang berbelok ke kanan,

dapat di interpretasikan pada kedalaman ini terdapat (caved hole) yang

menyebabkan diameter lubang bor membesar, tetapi pada data log

tersebut tidak menunjukkan pembelokan secara signifikan, sehingga

dapat diperkirakan tetap terjadi pembesaran lubang bor namun tidak

begitu besar gradiennya. Hal ini dikarenakan permeabilitas dari shale

hampir mendekati nol, sehingga tidak terjadi kerak lumpur yang

menyebabkan runtuhnya dinding sumur bor ( washed out ), sehingga

diameter dinding sumur bor mengalami perbesaran. Pada Log resistivity

harga yang ditunjukkan rendah, dan tidak terjadi separasi tahanan jenis

yang negatif. Pada Log Neutron (CNL) menunjukkan harga yang tinggi

dan pada Log Density (LDL) menunjukkan harga yang rendah, oleh

karena itu batuan ini mempunyai porositas yang sangat kecil dan

impermeable. Dari kombinasi data log Neutron dan data log Density dari

kedua litologi tersebut tidak ditemukan adanya crossover yang

mengindikasikan kehadiran porositas yang diisi fluida di dalam batuan ini,

sehingga dapat disimpulkan pada batuan ini tidak terdapat fluida.

Kenampakan pada log sonic pada shale menunjukkan nilai yang

lebih tinggi dibandingkan pada sandstone karena pada prinsipnya log

sonic merupakan suatu log yang berfungsi dalam penentuan besarnya

harga porositas dari batuan dimana pada log ini terdapat transmitter yang

mengirimkan gelombang suara ke dalam formasi yang diterima oleh

penerima yang terdapat pada log ini dimana makin lama waktu tempuhnya

maka porositas batuannya makin besar.

2. Sandstone

35

Page 36: BAB I (2) MAYA

Berdasarkan data log, litologi ini terdapat di kedalaman 2340 –

2355 m, 2364 – 2400 m, 2783 – 2790 m, 2794-2828 m dan yang terakhir

2778 -2780 m. Litologi ini dicirikan dengan data log Gamma Ray yang

rendah yaitu sekitar 40 - 60 API, hal ini karena pada lapisan ini hampir

tidak mempunyai kandungan radioaktif atau dapat dikatakan mempunyai

intensitas radioaktif yang sangat rendah. Dari hasil log neutron (NPHI)

yang menunjukan angka yang kecil karena H pada batupasir

terkonsentrasi sebagian besar di fluidanya, maka dapat diketahui bahwa

batuan ini memiliki porositas yang besar. Dan dengan melihat dari Log

Density (RHOB) maka dapat diketahui pula bahwa batuan ini memiliki

densitas yang rendah yang dimungkinkan berasal dari jumlah porositas

yang banyak, oleh karena itu batuan ini mempunyai porositas yang baik

dan permeable yang memungkinkan dapat menjadi batuan reservoir.

Pada kedalaman 2795 ft – 2829ft, 2345ft – 2349ft, dan 2370mft – 2399ft

dari log resistivitas menunjukkan harga yang cukup tinggi yang

diinterpretasikan sebagai dan air tawar (freshwater). Sedangkan jika

dilihat dari log porositas (LDL dan CNL) menunjukkan adanya crossover

yang cukup besar sehingga diinterpretasikan bahwa pada lapisan

batupasir tersebut berisi fluida berupa air tawar (fresh water). Pada

sandstone kenampakan log caliper menunjukkan nilai yang besar, hal ini

diakibatkan karena sandstone memiliki permeabilitas yang besar sehingga

terjadi kerak lumpur yang mengakibatkan pengecilan diameter lubang bor

karena terjadi endapan lumpur pada dindingnya (mud cake).

Permeabilitas batuan yang besar mengakibatkan fluida pemboran yang

masuk ke dalam formasi cukup besar sehingga mengakibatkan adanya

endapan lumpur yang menyebabkan diameter lubang bor lebih kecil.

Kenampakan pada log sonic pada sandstone dengan shale karena pada

prinsipnya log sonic merupakan suatu log yang berfungsi dalam

penentuan besarnya harga porositas dari batuan dimana pada log ini

terdapat transmitter yang mengirimkan gelombang suara ke dalam formasi

yang diterima oleh penerima yang terdapat pada log ini dimana makin

36

Page 37: BAB I (2) MAYA

lama waktu tempuhnya maka porositas batuannya makin besar.

Sandstone memiliki porositas yang cukup baik sehingga gelombang sura

yang diterima oleh formasi lebih cepat ditangkap dan dipantulkan kembali

karena memiliki celah antar butir yang cukup baik untuk memantulkan

gelombang suara sehingga waktu tempuh yang diperlukan tidak terlalu

lama.

3. Batubara (Coal)

Berdasarkan data log, litologi ini terdapat di kedalaman 2340 –

2355 ft, 2364 – 2400 ft, 2783 – 2790 ft, 2794-2828 ft dan yang terakhir

2778 -2780 ft. Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-

tumbuhan pada kondisi lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi

tersebut telah dikenai pengaruh-pengaruh synsedimentary dan post-

sedimentary .Akibat pengaruh-pengaruh tersebut dihasilkanlah

batubara dengan tingkat (rank) dan kerumitan struktur yang

bervariasi. Pada kedalaman ini log Gamma Ray menunjukkan nilai yang

rendah dengan menunjukkan defleksi ke arah kiri, hal ini disebabkan pada

lapisan coal kandungan radiokatifnya kecil. Coal merupakan jenis batuan

yang terbentuk dari bahan organik tidak memiliki unsur radioaktif yang

tinggi akan tetapi pada coal tidak terdapat unsur radioaktif berupa

uranium, thorium, dan potassium sehingga tingkat radiokatifnya kecil. Log

SP tidak menunjukkan defleksi karena coal merupakan lapisan batuan

yang bersifat impermeable sehingga tidak terjadi perubahan pada kurva

log SP ini, log resistivitas yaitu MSF, LLS, dan LLD sangat tinggi karena

pada log ini menunjukkan bahwa coal tidak dapat menghantarkan arus

listrik dengan baik karena pada batuan ini bersifat impermeable dimana

apabila dilihat dari kenampakan log resistivitas yang tinggi menunjukkan

bahwa lapisan batuan ini dapat menghambat arus listrik dengan baik

karena lapisan batuan ini memiliki kekompakkan yang sangat tinggi

sehingga porositas batuan mendekati nol atau sangat kecil sehingga celah

antar butirrannya yang menjadi media penghantar arus listrik sangat kecil,

37

Page 38: BAB I (2) MAYA

matriks batubara yang berupa material-material organik banyak memiliki

komposisi C, H, dan O yang tidak konduktif. Pada log densitas dan log

neutron radikal ke kiri. Hal ini menunjukkan log neutron memiliki nilai yang

tinggi, hal ini diakibatkan karena batubara memiliki komposisi C,H, dan O

sehingga partikel neutron yang bertumbukan dengan atom-atom

mengalami sedikit hilang, dimana massa material pembentuk batubara

memiliki mssa yang hampir sama sehingga kecepatan detektor

menghitung akan semakin meningkat. Pada log densitas nilainya rendah

karena batubara memiliki porositas yang rendah dengan komposisi

material-material organik yang cukup tinggi sehingga butiran atau mineral

penyusun batuan tersebut semakin padat dan mengakibatkan semakin

banyak tumbukan antara sinar gamma dengan elektron dalam batuan

yang menimbulkan pengurangan energi. Pada litologi coal ini kenampakan

log sonic tidak menunjukkan perubahan yang signifikan nilainya hampir

sama denga nilai log sonic pada litologi shale.

Lingkungan pengendapan batubara dapat mengontrol penyebaran

lateral, ketebalan, komposisi, dan kualitas batubara. Untuk pembentukan

suatu endapan yang berarti diperlukan suatu susunan pengendapan

dimana terjadi produktifitas organik tinggi dan penimbunan secara

perlahan-lahan namun terus menerus terjadi dalam kondisi reduksi tinggi

dimana terdapat sirukulasi air yang cepat sehingga oksigen tidak ada

dan zat organik dapat terawetkan. Kondisi demikian dapat terjadi

diantaranya dilingkungan paralik (pantai) dan limnik (rawa-rawa).

Menurut Diessel (1984, op c i t  Sus i lawat i ,1992) leb ih dar i

90% ba tubara d i dun ia te rben tuk d i lingkungan paralik yaitu rawa-

rawa yang berdekatan dengan pantai. Daerah seperti ini dapat dijumpaidi

dataran pantai, lagunal, deltaik, atau juga fluviatil.Diessel (1992)

mengemukakan terdapat 6 lingkungan pengendapan utama pembentuk

batubara (Tabel2.1) yaitu gravelly braid plain, sandy braid plain, alluvial

valley and upper delta plain, lower deltaplain, backbarrier strand plain, dan

estuary. Tiap lingkungan pengendapan mempunyai asosiasi dan

38

Page 39: BAB I (2) MAYA

menghasilkan karakter batubara yang berbeda. Proses pengendapan

bawahberupa kontak erosional dan terdapat bagian deposit yang

berupa fragmen-fragmen batubara danplagioklas. Secara lateral

endapan channel akan berubah secara berangsur menjadi

endapan flood plain . Di antara channel dengan flood plain terdapat

tanggul alam (natural levee) yang terbentuk ketikamuatan sedimen

melimpah dari channel. Endapan levee yang dicirikan oleh laminasi

batupasir halusdan batulanau dengan struktur sedimen ripple lamination

dan paralel lamination.  

4. Sandstone with carbonaceous streak

Litologi endapan ini terdapat pada kedalaman 2298m – 2301m,

2305m – 2307m, 2834m – 2835m. Litologi ini merupakan batupasir

dengan sisipan atau sedikit laminasi karbon. Pada kedalaman ini log

Gamma Ray menunjukkan nilai yang rendah dengan menunjukkan

defleksi ke arah kiri, hal ini disebabkan pada lapisan batuan ini kandungan

radiokatifnya kecil. Dimana sandstone with carbonaceous streak ini me

memiliki kompoisisi coal yang tidak bersifat radioaktif dan memiliki

konduktivitas yang rendah. Log SP menunjukkan defleksi ke arah kanan

dengan nilai hampir sama dengan lapisan sandstone, hal ini karena

lapisan batuan yang bersifat permeable sehingga terjadi perubahan pada

kurva log SP ini dimana sesuai dengan prinsip kerja log SP yang hanya

dapat mengidentifikasi lapisan permeable atau tidak, log resistivitas yaitu

MSF, LLS, dan LLD tinggi dibandingkan log resistivitas pada sandstone

karena pada log ini menunjukkan bahwa lapisan batuan ini tidak dapat

menghantarkan arus listrik dengan baik karena pada batuan ini tidak

bersifat konduktif karena unsur atau komposisi pada batuan ini berupa

coal, log neutron memiliki nilai yang tinggi karena lapisan batuan ini

memiliki konsentrasi hidrogen yang rendah sehingga partikel-partikel

neutron yang memancar lebih jauh menembus formasi dan pada log

densitas nilainya rendah karena batuan ini bersifat impermeable sehingga

39

Page 40: BAB I (2) MAYA

celah-celah antar butirnya lebih besar dan sinar gamma yang bertabrakan

dengan elektron semakin kecil, hal ini mengakibatkan pengurangan energi

yang tidak terlalu besar. Dari hasil interpretasi data log kenampakan log

Gamma Ray menunjukkan kenampakan seperti pada litologi sandstone

akan tetapi pada log resistivity kenampakannya cukup tinggi apabila

dibandingkan dengan log resistivity pada sandstone, pada log densitas

kenampakannya hampir hilang ke arah kiri sehingga hal ini menunjukkan

suatu hal dimana terjadi perubahan proses pengendapan sehingga

terdapat litologi coal berupa lamina-lamina yang kemungkinan terjadi

akibat adanya perubahan arus di suatu lingkungan pengendapan.

Dilitologi ini kenampakan log sonic tidak menunjukkan perubahan yang

signifikan, nilainya hampir sama dengan nilai log sonic pada sandstone.

5.1.2 Interpretasi Fluida (Zonasi)

Zonasi ini dibuat untuk menentukan zona-zona yang mempunyai

kandungan fluida hidrokarbon atau dengan kata lain zona prospektif. Dari

pembacaan data log yang ada, pada sumur tersebut terbagi menjadi 3

zona yang mengandung fliuda air (water). Setelah penentuan zona

prospektif tersebut, dilakukan analisa kuantitatif yang secara garis besar

dengan melihat parameter petrofisika batuan. Adapun parameter tersebut

yaitu meliputi porositas, faktor formasi, resistivitas air, kandungan serpih,

saturasi air dan saturasi hidorkarbon. Pada Neutron Log, bila konsentrasi

hidrogen didalam formasi besar maka semua partikel neutron akan

mengalami penurunan energi serta tertangkap tidak jauh dari sumber

radioaktifnya. Hal yang perlu digarisbawahi bahwa neuton hidrogen tidak

sepenuhnya mewakili porositas batuan karena penentuannya didasarkan

pada konsentrasi hidrogen. Neutron tidak dapat membedakan antara atom

hidrogen bebas dengan atom hidrogen yang secara kimia terikat dengan

mineral batuan, akibatnya pada formasi lempung yang banyak

40

Page 41: BAB I (2) MAYA

mengandung atom-atom hidrogen didalam susunan molekulnya seolah-

olah mempunyai porositas tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kurva Neutron Log

adalah shale atau clay dimana semakin besar konsentrasinya dalm

lapisan batupasir akan memperbesar nilai NPHI batupasir. Kekompakan

batupasir juga akan mempengaruhi defleksi kurva Neutron Log dimana

semakin kompak batuan tersebut maka NPHI batuan akan menurun dan

kandungan fluida yang ada dalam batuan apabila mengandung minyak

dan gas maka akan mempunyai harga NPHI yang relatif kecil, sedangkan

air asin atau air tawar akan memberikan harga porositas neutron yang

mendekati harga porositas sebenarnya.

Density Log menunjukkan besarnya densitas lapisan yang

ditembus oleh lubang bor sehingga berhubungan dengan porositas

batuan. Besar kecilnya density juga dipengaruhi oleh kekompakan batuan

dengan derajat kekompakan yang variatif, dimana semakin kompak

batuan maka porositas batuan tersebut akan semakin kecil. Pada batuan

yang sangat kompak, harga porositasnya mendekati harga nol sehingga

densitasnya mendekati densitas matrik.

Kombinasi Log digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan

untuk mengevaluasi formasi serta menentukan potential productivity yang

dikandungnya. Pada kombinasi log antara Neutron Log dan Density Log

maka akan terdapat tampilan Log Density yang dari kiri ke kanan

satuannya semakin besar sedangkan Neutron Log dari kiri ke kanan

satuan porositasnya semakin kecil sehingga dapat diinterpretasikan

sebagai berikut :

1. Lapisan shale akan memberikan nilai yang kecil harga densitas yang

besar pada Density Log dan harga porositas neutron yang besar pada

Neutron Log.

2. Lapisan hidrokarbon akan memberikan separasi positif dimana kurva

Density Log akan cenderung mempunyai defleksi ke kiri dan Neutron

Log cenderung mempunyai defleksi ke kanan.

41

Page 42: BAB I (2) MAYA

3. Lapisan air asin atau air tawar akan memberikan separasi positif sehingga

untuk dapat membedakan antara separasi positif pada lapisan air dengan

lapisan hidrokarbon maka jalan terbaik adalah dengan melihat kurva

Resistivity Log dan SP Log.

Berikut interpretasi dari masing-masing zonasi :

1. Zona 1

Zona ini terdapat di kedalaman 2343 – 2348 ft. Dari interpretasi

data yang didapat, diperkirakan pada interval kedalaman ini terdapat

berupa fluida air tawar. Hal ini di tunjukan dari nilai log Gamma Ray yang

rendah dan nilai log resistivitas yang rendah dan defleksinya terlihat

melurus. Selain itu ciri data log yang paling mencolok yaitu ditunjukkan

adanya separasi positif (cross over ) dengan bentukan yang besar antara

nilai log density dan log neutron, hal ini karena harga porositas Neutron

jauh lebih kecil daripada harga porositas Densitas. Selain itu

resistivitasnya juga tergolong rendah. Dengan melihat data log tersebut

maka dapat diperkirakan zona ini merupakan lapisan yang poros yaitu

berupa formasi dengan litologi berupa sandstone yang merupakan batuan

reservoir. Adapun perkiraan kandungan fluida pada zona ini yaitu fluida

berupa air asin.

Berdasarkan analisa secara kuantitatif pada batuan reservoir

tersebut diperoleh nilai porositas batuan terkoreksi sebesar 13.88 %.

Dengan nilai tersebut maka porositas pada batuan ini termasuk dalam

tingkatan yang cukup. Nilai faktor formasi didapatkan sebesar 21.71,

sehingga dapat dikatakan formasi pada zona ini relative lunak. Kemudian

didapatkan kandungan serpih sebesar 0.23. Kandungan serpih ini dipakai

untuk mengkoreksi densitas neutron dan porositas yang keduanya

digabungkan dan menghasilkan nilai porositas gabungan terkoreksi yang

nantinya didapatkan nilai porositas batuan yang sebenarnya. Adapun

saturasi air pada zona ini sebesar 0.50 dan saturasi hidrokarbon sebesar

42

Page 43: BAB I (2) MAYA

0.46. Dengan melihat nilai dari parameter tersebut di atas dapat dikatakan

zona ini merupakan zona yang cukup prospektif untuk di eksploitasi.

2. Zona 2

Zona ini terdapat di kedalaman 2369 – 2398 ft. Dari interpretasi

data yang didapat, diperkirakan pada interval kedalaman ini terdapat

berupa fluida air. Hal ini di tunjukan dari nilai log Gamma Ray yang rendah

dan nilai log resistivitas yang rendah dan defleksinya terlihat melurus.

Selain itu ciri data log yang paling mencolok yaitu ditunjukkan adanya

sparasi positif (cros over ) dengan bentukan yang besar antara nilai log

density dan log neutron, hal ini karena harga porositas Neutron jauh lebih

kecil daripada harga porositas Densitas. Dengan melihat data log tersebut

maka dapat diperkirakan zona ini merupakan lapisan yang poros yaitu

berupa formasi dengan litologi berupa sandstone yang merupakan batuan

reservoir. Adapun perkiraan kandungan fluida pada zona ini yaitu fluida

berupa air tawar.

Berdasarkan analisa secara kuantitatif pada batuan reservoir

tersebut diperoleh nilai porositas batuan terkoreksi sebesar 12.5 %.

Dengan nilai tersebut maka porositas pada batuan ini termasuk dalam

tingkatan yang cukup. Nilai faktor formasi didapatkan sebesar 35,

sehingga dapat dikatakan formasi pada zona ini relative keras dari zona 1.

Kemudian didapatkan kandungan serpih sebesar 0.106. Kandungan

serpih ini dipakai untuk mengkoreksi densitas neutron dan porositas dan

keduanya digabungkan dan menghasilkan nilai porositas gabungan

terkoreksi yang nantinya didapatkan nilai porositas batuan yang

sebenarnya. Adapun nilai nilai saturasi air pada zona ini sebesar 0.68 dan

saturasi hidrokarbon sebesar 0.46. Dengan melihat nilai dari parameter

tersebut di atas dapat dikatakan zona ini merupakan zona yang cukup

prospektif untuk di eksploitasi.

3. Zona 3

43

Page 44: BAB I (2) MAYA

Zona ini terdapat di kedalaman 2797 – 2829 ft. Dari interpretasi

data yang didapat, diperkirakan pada interval kedalaman ini terdapat

berupa fluida air. Hal ini di tunjukan dari nilai log Gamma Ray yang rendah

dan nilai log resistivitas yang rendah dan bentuk kurvanya terlihat

melurus. Selain itu ciri data log yang paling mencolok yaitu ditunjukkan

adanya sparasi positif (cross over ) dengan bentukan yang kecil antara

nilai log density dan log neutron, hal ini karena harga porositas Neutron

jauh lebih kecil daripada harga porositas Densitas. Dengan melihat

data log tersebut maka dapat diperkirakan zona ini merupakan lapisan

yang poros yaitu berupa formasi dengan litologi berupa sandstone yang

merupakan batuan reservoir. Adapun perkiraan kandungan fluida pada

zona ini yaitu fluida berupa air asin.

Berdasarkan analisa secara kuantitatif pada batuan reservoir

tersebut diperoleh nilai porositas batuan terkoreksi sebesar 7.76 %.

Dengan nilai tersebut maka porositas pada batuan ini termasuk dalam

tingkatan porositas yang buruk. Nilai faktor formasi didapatkan sebesar

80.43, sehingga dapat dikatakan formasi pada zona ini relative sangat

keras dari zona 2. Kemudian didapatkan kandungan serpih sebesar 0.18.

Kandungan serpih ini dipakai untuk mengkoreksi densitas neutron dan

porositas dan keduanya digabungkan dan menghasilkan nilai porositas

gabungan terkoreksi yang nantinya didapatkan nilai porositas batuan yang

sebenarnya. Adapun nilai nilai saturasi air pada zona ini sebesar 0.68 dan

saturasi hidrokarbon sebesar 0.70. Melihat perbandingan tersebut maka

dapat dikatakan kandungan hidrokarbon relatif lebih banyak daripada air.

Dengan melihat nilai dari parameter tersebut di atas dapat dikatakan zona

ini merupakan zona yang cukup prospektif untuk di eksploitasi.

4. Zona 4

Pada kedalaman 2305 – 2307 ft terlihat kenampakan log resistivitas

yang cukup tinggi menunjukkan bahwa lapisan batuan ini tidak memiliki

kemampuan yang baik untuk mengalirkan arus listrik dimana kaitannya

dengan kandungan minyak dalam suatu lapisan batuan adalah suatu

44

Page 45: BAB I (2) MAYA

fluida yang mempunyai konduktivitas yang sangat rendah karena minyak

merupakan suatu rangkaian ikatan hidrokarbon yang memiliki banyak

atom C yang saling berikatan membentuk ikatan jenuh maupun tidak

jenuh dimana ikatan rantai karbon merupakan suatu unsur organik yang

memiliki resistivitas lebih rendah apabila dibandingkan dengan gas yang

bersifat resistif. Umumnya kandungan fluida ditemukan pada sandstone

karena pada batuan ini mempunyai porositas yang tinggi sehingga

sehingga rongga-rongga antar butirnya dapat menyimpan fluida, log

densitas mengalami defleksi ke arah kiri dan log neutron mengalami

defleksi ke arah kanan karena partikel-partikel neutron yang bertumbukan

dengan atom yang massanya hampir sama dengan atom hidrogen

ditunjukkan oleh kenampakan CNL-LDL yang mengalami cross over.

5.1.3 Lingkungan Pengendapan

Penentuan lingkungan pengendapan dapat dilihat dari bentuk kurva

log terutama log Gamma Ray dan log SP ( Walker, 1922 ). Analisis

lingkungan pengendapan tidak akan lepas dari analisis pola log yang

bertujuan untuk mengetahui perubahan muka air laut pada interval

penelitian dengan mengkombinasikan antara kemenerusan vertikal

pengandapan, stratigrafi dan pelamparan litologi secara lateral.

1. Creevase splay

Pada saat terjadi banjir, channel utama akan memotong

natural levee dan membentuk crevase play . Endapan crevase play

dicirikan oleh batupasir halus – sedang dengan struktur sedimen cross

bedding,ripple lamination , dan b io tu rbas i . Laminas i

ba tupas i r , ba tu lanau dan ba tu lempung juga umum ditemukan.

Ukuran butir berkurang semakin jauh dari channel utamanya dan

umumnyamemperlihatkan pola mengasar ke atas. Endapan crevase play

45

Page 46: BAB I (2) MAYA

berubah secara berangsur ke arah lateral menjadi endapan flood plain.

Lingkungan pengendapan ini terdapat pada kedalaman 2778ft – 2795ft

dan 2340ft – 2366ft. Lingkungan pengendapan pada kedalaman ini adalah

crevase splay karena pada depth ini terdapat litologi yang didominasi oleh

shale dengan sedikit sisipan sandstone. Pola log Gamma Ray yang

terdapat pada depth ini adalah coarsening upwards. Di daerah crevasse

splay memiliki energy pengendapan yang relative kecil karena pada

lingkungan ini terbentuk akibat adanya suatu aliran dari sungai yang

overtopping sehingga sebagian aliran air di sungai keluar dari channel, hal

ini mengindikasikan bahwa jumlah atau kuantitas debit air yang ada pada

aliran di crevasse splay ini kecil sehingga material-material yang

terendapkan umumnya berukuran halus dan terbawa melalui suspense.

2. Flood Plain

Endapan flood plain merupakan sedimen klastik halus yang

diendapkan secara suspensi dari air limpahan banjir. Endapan flood

plain dicirikan oleh batulanau, batulempung, dan batubara berlapis.

Endapan swamp merupakan jenis endapan yang paling banyak

membawa batubara karena lingkungan pengendapannya yang

terendam oleh air dimana lingkungan seperti ini sangat cocok untuk

akumulasi gambut. Subfasies flood plain terdiri dari endapan batupasir

yang sangat halus, batulanau dan batulempung yang diendapkan pada

daerah overbank floodplain sungai. Struktur sedimen yang

berkembang adalah laminasi ripple mark dan kadang-kadang terdapat

horizon batupasir yang mengisi struktur shrinkage yang diasumsikan

terdapat pada daerah subaerial. Lingkungan pengendapan ini terdapat

pada kedalaman 2750ft – 2778ft, 2829ft – 2860ft, dan 2290ft – 2340ft.

Pada kedalaman ini, lingkungan pengendapannya adalah flood plain

dimana terdapat litologi berupa coal, sandstone tipis, dan shale. Pada

daerah floodplain memiliki energy pengendapan yang relative rendah

dimana material yang terendapkan berukuran relative halus.

46

Page 47: BAB I (2) MAYA

3. Distributary Channel

Endapan distributary channel terdiri dari endapan braided dan

meandering, levee dan endapan point bar. Endapan distributary

channel ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar

urutan fasies dan menunjukkan kecenderungan menghalus ke atas.

Struktur sedimen yang umumnya dijumpai adalah cross bedding,

ripple cross stratification, scour and fill dan lensa-lensa lempung.

Endapan point bar terbentuk apabila terputus dari channel-ya.

Sedangkan levee alami berasosiasi dengan distributary channel

sebagai tanggul alam yang memisahkan dengan interdistributary

channel. Sedimen pada bagian iniberupa pasir halus dan rombakan

material organik serta lempung yang terbentuk sebagai hasil luapan

material selama terjadi banjir. Lingkungan pengendapan ini terdapat

pada kedalaman 2364ft – 2400ft dan 2798ft – 2829ft. Pada lingkungan

pengendapan distributary channel umumnya litologi yang terdapat

pada depth ini adalah sandstone dengan sedikit sisipan shale.

Lingkungan pengendapan pada distributary channel memiliki energi

pengendapan yang cukup tinggi karena material yang terendapkan di

daerah ini relative lebih kasar dibandingkan di daerah crevasse splay

sehingga menghasilkan endapan batupasir dengan energi

pengendapan dan energi transportasi yang relatif besar.

5.2 Analisis log kuantitatif

Analisa log kuantitatif membedakan antara clean formation dan

shaly formation. Shaly formation membutuhkan perlakukan yang

berbeda di dalam penghitungan sifat petrofisikanya. Hal ini

dikarenakan hadirnya serpih (shale) yang cukup tinggi di dalam

batuan reservoar. Hasil studi berbagai cekungan di dunia

menunjukkan bahwa serpih terutama terdiri atas 50% lempung (clay)

47

Page 48: BAB I (2) MAYA

sedangkan sisanya 25% silika, 10% feldspar, 10% karbonat, 3%

oksida besi, 1% bahan organik dan 1% mineral lain (Dewan, 1983).

Peralatan logging di dalam melakukan pengukuran akan merespon

formasi yang mempunyai ketebalan vertikal minimal 2-4 feet. Hal ini

mengakibatkan serpih tersebut tidak dapat dibedakan oleh peralatan

logging. Penghitungan sifat petrofisika batuan reservoar dapat

dilakukan tanpa memperhatikan serpih tersebut.

Analisis log secara kuantitatif mempunyai tujuan yaitu menghitung

porositas efektif (Φe ) dan kejenuhan air (Sw) pada suatu batuan

reservoar yang mengandung hidrokarbon. Kedua parameter ini sangat

penting di dalam meng-estimasi cadangan hidrokarbon yang ada di

dalam batuan reservoar tersebut. Di dalam menghitung kejenuhan air

(Sw) parameter yang harus dicari terlebih dahulu adalah tahanan jenis

air formasi (Rw) dan tahanan jenis foramsi (Rt). Pada wireline log ini

analisis kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis perhitungan volume

shale, porositas, densitas, true resistivity, water resistivity, saturasi,

dimana volume shale yang dianalisis adalah data V shale Gamma

Ray, V shale Spontaneous potential, V shale Neutron, V shale Density

Neutron.

Analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui sifat fisika

(physical properties) dari batuan. Parameter dari sifat fisika (phisical

properties) yang dihitung pada praktikum kali ini adalah porositas,

saturasi air, dan saturasi hidrokarbon. Pada umumnya, perhitungan

parameter petrofisika tersebut dilakukan pada zona air dan minyak

atau untuk mengetahui nilai saturasi hidrokarbon dan saturasi air

dalam suatu analisis log. Untuk mendapatkan nilai saturasi ini

digunakan berbagai macam variable petrofisika yaitu faktor formasi,

resistivitas dalam formasi, resistivitas dalam formasi komposisi air

tergantung pada zonanya apabila didaerah terinvasi maka nilai Rw

digantikan oleh Rmf karena air formasi didesak keluar oleh fluida yang

tersaring dari lumpur pada saat pemboran. Saturasi air merupakan

48

Page 49: BAB I (2) MAYA

kejenuhan air formasi adalah rasio dari volume pori yang terisi oleh air

dengan volume porositas total. Apabila mengetahui saturasi air kita

dapat mengetahui kandungan fluida dalam suatu formasi. Apabila nilai

saturasi air bernilai 1 maka nilai saturasi hidrokarbon bernilai 0 dimana

metode yang digunkan adalah metode Archie yang menyimpulkn

bahwa nilai saturasi air ditambah nilai saturasi hidrokarbon bernilai 1.

Pada pembahasan kali ini dibahas pada kedalaman 2290 feet

hingga 2400 feet dan 2750 feet hingga 2860 feet yang secara

kebetulan kedalaman tersebut masih termasuk pada zona 3.

reservoar pada zona ini adalah termasuk didalamnya untuk

kedalaman 2340-2355 ft, 2364-2400 ft,2783-2790 ft, 2794-2828 ft dan

yang terakhir 2778-2780 ft. Dari hasil perhitungan, didapat nilai

porositas rata-rata sebesar 27,102%. Porositas tersebut merupakan

porositas efektif yaitu ruang antar pori dalam batuan yang saling

berhubungan. Porositas efektif dari batupasir tersebut menandakan

bahwa cukup banyak lubang (pore) yang dapat terisi oleh fluida.

Dengan porositas sebesar 27,102%, maka dapat diinterpretasikan

bahwa volume salt water dalam lapisan reservoir tersebut cukup

besar. Porositas tersebut dipengaruhi juga oleh kandungan serpih

(shale) yang terdapat pada lapisan batupasir tersebut. Oleh karena

itu, dalam perhitungan porositas, digunakan parameter Vsh (volume

shale) yang didapat dari perhitungan nilai-nilai gamma ray pada tiap

kedalaman. Selain dari parameter Vsh, juga dilihat dari perhitungan

log porositas itu sendiri yang meliputi log densitas dan log neutron.

Dari hasil penurunan rumus ketiga parameter tersebut, maka akan

didapat porositas efektif dari lapisan tersebut.

Kemudian parameter selanjutnya dalam analisis petrofisika

adalah menentukan saturasi air formasi (Sw) dan saturasi air pada

zona invasi (Sxo). Perhitungan kandungan air tersebut akan

digunakan untuk menentukan saturasi dari hidrokarbon baik pada

zona terinvasi maupun pada zona tak terinvasi. Untuk log densitas

49

Page 50: BAB I (2) MAYA

dan log neuton densitas matriks batuan dan densitas fluida batuan

berpengaruh terhadap penentuan nilai porositas. Penentuan True

Resisitivity juga harus diketahui untuk menetukan resistivitas pada

zona yang tidak terganggu pada lapisan batuan. True Resistivity

merupakan resistivitas batuan sebenarnya yang terdapat pada log

dimasing-masing depth. Dalam perhitungan ini, faktor formasi juga

sangat berpengaruh dalam penentuan Rw. Dimana nilai faktor formasi

didapatkan dari variabel dimana a merupakan suatu konstanta

yang telah diketahui nilainya untuk masing-masing jenis batuan

dengan tipenya baik loose maupun consolidated serta mineral

penyusunnya dan merupakan porositas batuan yang didapat dari

nilai porositas densitas dikurangi porositas neutron. Saturasi air

didapat dari perhitungan resistivitas air dan resistivitas formasi karena

mengindikasikan banyaknya air yang yang terkandung didalam

lapisan tersebut yang dicerminkan oleh nilai resistivitas atau tahanan

jenis dari air formasi tersebut. Kaitan antara faktor formasi (F) dengan

Rw (Water Resistivity) adalah antara F dan Rw memiliki perbandingan

nilai yang terbalik dimana semakin besar faktor formasi maka nilai Rw

akan semakin kecil karena nilai Rw didapat dari perhitungan True

Resistivity (Rt) dibagi dengan faktor formasi. Nilai resistivitas air yang

kecil menunjukkan porositas batuan yang besar dan komposisi

mineral penyusun batuan yang bersifat konduktif sehingga batuan ini

bersifat lunak karena mineral-mineral penyusunnya mudah

menghantarkan arus listrik, umumnya penghantar arus listrik sifatnya

mudah larut atau mengalami alterasi karena komposisi mineral logam

yang mudah terubahkan oleh faktor-faktor tertentu. Hal ini tentunya

juga akan berpengaruh terhadap nilai saturasi air pada zona yang

tidak terganggu karena nilai F dan Rw akan berbanding lurus dengan

nilai saturasi air. Dan nilai saturasi air akan sangat berpengaruh

50

Page 51: BAB I (2) MAYA

terhadap nilai saturasi hidrokarbon karena saturasi hidrokarbon pada

zona yang tidak terganggu diperoleh dari 1 dikurangi dengan saturasi

air sehingga semakin besar harga saturasi air maka nilai saturasi

hidrokarbon semakin kecil oleh karena itu variabel-variabel Sw, Rw, F,

Rt sangat berperan dalam menentukan keberadaan hidrokarbon.

Selain dari resistivitas air formasi itu sendiri, juga dipengaruhi

oleh resistivitas dari lumpur pemboran dan juga konstanta seperti fktor

sementasi, panjang alur, dan saturation component dari tiap jenis

litologi. Faktor formasi merupakan faktor keras lunaknya batuan rata

– rata. Faktor sementasi juga akan berpengaruh dalam pengitungan

saturasi fluida. Berkaitan dengan komposisi semen, semen yang ada

terletak diantara pori pori batuan, sehingga penghitungan atau

penentuan faktor formasi (F) dipengaruhi oleh semen. Hal ini terjado

pada invaded zone atau zona yang terganggu.pada zona ini harga Rw

digantikan dengan harga Rmf karena air formasi didesak keluar oleh

fluida yang tersaring dari lumpur pada saat pemboran, dimana harga

Rmf merupakan suatu konstanta.

Dalam penentuan saturasi air maupun hidrokarbon, dapat

dilakukan dengan dua metode, yaitu berdasarkan metode archie dan

berdasarkan metode simandoux. Metode archie digunakan untuk

menghitung saturasi air dengan litologi bersih dimana kandungan

shalenya < 10 % yaitu pada formasi bersih (clean formation). Selain

itu merode archie sangat cocok dugunkan dalam perhitungan cepat

dalam menentukan saturasi air maupun oil. Sedangkan pada metode

simandoux dapat dilakukan pada lapisan batupasir berserpih (shally

sands) dengan tipe dispersed shally sands. Selain itu, metode

simandoux tidak kurang sesuai untuk digunakan dalam penghitungan

Sxo karena pada perhitungan Sxo (nilai kejenuhan air pada zona

terbilas) ini memiliki nilai yang sangat besar sehingga saturasi air

memiliki harga yang sangat tinggi karena pada zona ini telah terjadi

invasi dimana fluida pemboran mendesak ke dalam formasi sehingga

51

Page 52: BAB I (2) MAYA

mengakibatkan kejenuhan pada formasi tersebut. Dalam perhitungan

saturasi digunakan dua jenis litologi yaitu loose dan consolidated.Dari

hasil perhitungan didapatkan nilai saturasi air (Sw) rata-rata sebesar

0,75, dengan menggunakan metode archie, sedangkan dengan

metode simandoux diperoleh nilai rata-rata 1,1. dalam hal ini,

kejenuhan fluida diasumsikan satu, sehingga jika nilai lebih dari 1,

maka kemungkinan hasil yang didapat kurang valid atau kemungkinan

juga ada asumsi lain pada metode simandoux yang mempunyai

banyak variabel yang digunakan untuk melakukan perhitungan. Akan

tetapi pada perhitungan menggunakan metode archie banyak

komponen-komponen yang sebelumnya harus dihitung dahulu untuk

mengetahui nilai saturasi sehingga apabila terjadi kesalahan

pembacaan ataupun perhitungan pada salah satu komponen dapat

mengakibatkan kesalahan fatal dalam penentuan nilai saturasi.

Sedangkan untuk kandungan air pada zona terinvasi (Sxo) rata – rata

sebesar 3,43. Dari dua parameter tersebut, maka dapat digunakan

untuk menentukan saturasi dari hidrokarbon. Untuk saturasi

hidrokarbon pada zona terinvasi didapat dengan mengasumsikan

kejenuhan hidrokarbon yang dapat bergerak dari formasi dikurangi

dengan kejenuhan air pada zona terinvasi sehingga didapat nilai Shr

rata – rata sebesar 0,00. Kemudian untuk nilai Sh didapat dari

perhitungan satu dikurangi dengan saturasi air pada zona tak terinvasi

(Sw). Dari hasil perhitungan, didapat nilai saturasi hidrokarbon rata –

rata pada kedalaman ini sebesar 0,00. Jadi dari hasil analisis tersebut

dapat diketahui bahwa fluida pengisi dari lapisan reservoir pada zona

3 ini adalah air.

Kondisi formasi pada Well-Q ini merupakan suatu formasi

dengan keadaan yang cukup bersih dimana terdapat lapisan batuan

yang benar-benar bersih tidak terinvasi oleh fluida pemboran tetapi

ada pula lapisan batuan yang mengalami invasi atau gangguan dari

lumpur pemboran sehingga mengakibatkan kesulitan dalam

52

Page 53: BAB I (2) MAYA

pengolahan data, seperti pada log dengan kedalaman 2303-2308 feet

yang memiliki litologi shally sands ataupun sandy shale sehingga

dalam mengetahui kandungan fluida dan penentuan zona terinvasi

mengalami kesulitan karena pada pembacaan log resistivitas

kemungkinan terjadi kesalahan karena menunjukkan nilai yang lebih

tinggi sehingga dianggap terdapat kandungan fluida didalamnya.

Pada analisis log ini menurut saya hanya digunakan quick look

sehingga apabila menggunakan metode simandoux kemungkinan

data yang didapatkan kurang valid karena dalam penggunaan metode

simandoux harus diperhatikan pula analisis secara rinci dan fokus.

Penggunaan metode archie lebih sesuai dan lebih relevan

dikarenakan variabel-variabel yang digunakan dalam penghitungan

metode ini dapat diinterpretasi dan dapat dianalisis secara quick look

meskipun kadang terdapat kesalahan pembacaan, oleh karena itu

diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam membaca variabel-

variabel ini seperti nilai Rt, Nsh, GR log, N log, SP log, dsb sehingga

dalam analisis data didapatkan hasil yang lebih akurat.

Sedangkan pada log dengan kedalaman 2305-2307 feet

didapatkan kandungan hidrokarbon dengan nilai saturasi air

menggunakan metode simandoux bernilai 0,9650 sehingga nilai

saturasi hidrokarbonya sekitar 15 % dan menggunakan metode archie

didapatkan nilai saturasinya 0,724 dan 0,554, oleh karena itu

dimungkinkan pada log ini terdapat reservoir hidrokarbon. Hal ini

dimungkinkan karena berdasarkan nilai saturasi yang didapatkan

diperoleh saturasi air sekitar 0,603 dan 0,441 sehingga apabila

mengacu pada metode archie dimana nilai saturasi hidrokarbon dan

saturasi air dianggap satu sehingga apabila nilai saturasi air <1 maka

dimungkinkan terdapat fluida pengisi lain pada lapisan batuan ini.

Selain melihat pada analisis secara kuantitaf ini, perlu dilakukan kaji

ulang pula pada analisis secara kualitatif dimana pada log dengan

depth 2305-2307 feet ini terdapat kemungkinan komposisi hidrokarbon

53

Page 54: BAB I (2) MAYA

pada kedalaman tersebut karena pada kedalaman ini memiliki litologi

berupa batupasir yang memiliki kecenderungan untuk menjadi sebuah

reservoir karena mempunyai porositas dan pemeabilitas yang baik.

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan hasil pengolahan data-data dan analisis data log di

atas dapat disimpulkan bahwa :

6.1Kesimpulan

1. Pada kedalaman 2340-2355ft, 2364-2400ft, 2783-2790ft, 2794-

2828ft, dan 277-2780ft didapatkan litologi berupa sandstone pada

kedalaman 2290-2299ft, 2301-2304ft, 2307-2317ft, dan 2323-

2340ft didapatkan litologi berupa shale, pada kedalaman 2340-

2355ft, 2364-2400ft, 273-2790ft, dan 2794-228ft didapatkan litologi

berupa coal dan litologi sandstone with carbonaceous stripe pada

kedalaman 229-2301ft, 2305-2307ft, 2834-2835ft.

54

Page 55: BAB I (2) MAYA

2. Berdasarkan hasil analisis log diketahui bahwa zona reservoir

berupa sandstone.

3. Fluida pengisi formasi berupa air asin pada depth 2343-2349ft

kandungan fluida berupa water terletak pada kedalaman 2369-

2398ft, 2778-2780ft, dan 2782-2793ft.. Untuk fluida hidrokarbon

terletak pada log dengan pada kedalaman 2305-2307ft.

4. Nilai saturasi pada kedalaman 2290-2400 rata-rata menunjukkan

nilai 1 dan pada kedalaman 2305-2307ft menunjukkan nilai Sw

mencapai 0.845, menunjukkan nilai saturasi hidrokarbon sekitar 20

%, pada metode archie nilai Sxo pada consolidated dan loose 1,

nilai Sw pada consolidated 0,441 dan pada loose 0,603, nilai Shr

pada loose dan consolidated 0, sedangkan nilai Sh pada loose

0,397 dan pada consolidated 0,559

5. Metode archie mempunyai kelebihan lebih mudah dan cepat

daripada metode simandoux sedangkan kelemahannya metode

archie menggunakan variable lebih sedikit daripada metode

simandoux apabila dilihat dari sudut pandang prioritas waktu dan

kondisi lapangan.

6.2 Saran

Para praktikan masih kurang mengerti bagaimana

menggunakan metode archie maupun simandoux jadi

sebaiknya ada tambahan penjelasan mengenai hal tersebut

55

Page 56: BAB I (2) MAYA

DAFTAR PUSTAKA

Koesoemadinata, RP. 1980. Geologi Minyak dan GasBumi. Institut Teknologi

Bandung. Bandung

Samsuri A, Stiowiyoto J. 2006. Oil Water Contact and Hydrocarbon Saturation

Estimation Based on Well Logging Data. Regional Postgraduate Conference on

Engineering and science (RPCES 2006). Johor.

2011. Buku Panduan Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi, Edisi II,

UNDIP, Semarang.

56

Page 57: BAB I (2) MAYA

57