bab 5. hasil dan pembahasan 5.1. deskripsi lokasi...

125
240 BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam hal ini dibahas tentang : (1) gambaran umum lokasi penelitian, (2) kondisi alam dan kependudukan, dan (3) keadaan umum perikanan 5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Selat Madura terletak disebelah utara Propinsi Jawa Timur bagian Selatan, yaitu :Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo dan Situbondo. Disebelah Barat adalah :Surabaya dan disebelah Selatan dari Pulau Madura sedangkan disebelah Timur Selat Bali. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 28. Jawa Timur dan Selat Madura Dari wilayah Selat Madura tersebut dipilih lokasi yang mewakili nelayan payang dominan serta memiliki kearifan local yang masih berlaku pada masyarakat nelayan payang, maka dipilih Kabupaten Probolinggo, yang terdiri atas 4 Kecamatan, yaitu : Sumber Asih, Karang Anyar, Randu Putih dan Randu Tatah. Dari 4 Kecamatan tersebut nelayan payang dominan adalah di Kecamatan Sumber Asih, Desa Gili Ketapang.Sehingga untuk deskripsi kearifan

Upload: vuminh

Post on 12-Feb-2018

243 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

240

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Dalam hal ini dibahas tentang : (1) gambaran umum lokasi penelitian, (2)

kondisi alam dan kependudukan, dan (3) keadaan umum perikanan

5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.

Selat Madura terletak disebelah utara Propinsi Jawa Timur bagian

Selatan, yaitu :Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo dan Situbondo.

Disebelah Barat adalah :Surabaya dan disebelah Selatan dari Pulau Madura

sedangkan disebelah Timur Selat Bali. Sebagaimana dapat dilihat pada gambar

dibawah ini :

Gambar 28. Jawa Timur dan Selat Madura

Dari wilayah Selat Madura tersebut dipilih lokasi yang mewakili nelayan

payang dominan serta memiliki kearifan local yang masih berlaku pada

masyarakat nelayan payang, maka dipilih Kabupaten Probolinggo, yang terdiri

atas 4 Kecamatan, yaitu : Sumber Asih, Karang Anyar, Randu Putih dan Randu

Tatah. Dari 4 Kecamatan tersebut nelayan payang dominan adalah di

Kecamatan Sumber Asih, Desa Gili Ketapang.Sehingga untuk deskripsi kearifan

Page 2: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

241

lokal lebih banyak informasi dari nelayan payang yang ada di Kecamatan

Sumber Asih, Desa Gili Ketapang, Kabupaten Probolinggo.

5.1.2. Demografi , Geografi dan Topografi

a. Geografis Probolinggo

Letak Geografis Kabupaten Probolinggo berada pada posisi Lintang

Selatan (7’40’ – 8’10’) dan Bujur Timur (112’50’ – 113’30’) dengan luas wilayah

kurang lebih 169.000 Ha atau + 1.696 km2 . Sebagaimana gambar dibawah ini :

Gambar 29.Peta Kabupaten Probolinggo

Tabel 1. peruntukan wilayah dengan luasannya di Kabupaten Probolinggo

No Peruntukan Luas (Km2 ) Persentase (%)

1. Tambak/Kolam 14 0,82

2. Persawahan 373 21,97

3. Perkebunan 33 1,94

4. Hutan 427 25,15

5. Tegal 514 30,28

6. Permukiman 148 8,72

7. Pulau Gili 0,61 0,05

8. Lain-lain 188 11,07

9. Jumlah 1.697,61 100

Page 3: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

242

b. Topografi Kabupaten Probolinggo

Kabupaten Probolinggo terletak dalam wilayah hukum Propinsi Jawa

Timur berada di bagian Tengah Jawa Timur dengan batas-batas sebagai berikut:

(1) Sebelah Utara adalah Selat Madura. (2) Sebelah Timur Kabupaten

Situbondo. (3) Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat

Kabupaten Pasuruan.

Kabupaten Probolinggo dilihat dari ketinggian diatas permukaan air laut,

berada pada ketinggian 11 sampai 55 meter, yakni terdiri dari dataran rendah

dan sebagian dataran tinggi. Kabupaten Probolinggo beriklim tropis yang terdiri

dari 2 musim, yakni musim kemarau (Mei – September) dan musim hujan

(Oktober – April). Adapun curah hujan selama 1 tahun sebesar 895 mm, jumlah

hari hujan sebesar 44 hari, curah hujan terbesar sebesar 255 mm, curah hujan

terkecil sebesar 29 mm. Derajat temperatur udara di Kabupaten Probolinggo

berkisar antara 28o C – 31o C , sebagian besar terdiri atas dataran rendah dan

pesisir pantai sehingga memiliki sumberdaya perikanan cukup besar dan

prospektif.

5.1.3. Keadaan Umum Perikanan

Umumnya produksi ikan di Kabupaten Probolinggo ditangkap dengan

beberapa alat tangkap seperti purse seine, payang, gill net, pancing, bubu dan

cantrang. Sedangkan jenis ikan yang banyak tertangkap di perairan kabupaten

Probolinggo adalah tembang, layang, kembung, peperek, tongkol, layur, dan

lain-lain.

Potensi perikanan tangkap yang cukup besar ini tidak lepas dari kondisi

wilayah yang cukup luas diwilayah utara pesisir pulau Jawa, serta dibantu

dengan sarana dan prasarana yang cukup menunjang seperti pelabuahn dan

tempat pelelangan ikan.

Page 4: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

243

Kabupaten Probolinggo memiliki 2 musim dan diantara 2 musim tersebut

ada musim yang dikenal sebagai musim “pancaroba” , dimana masyarakat

nelayan Selat Madura mengenalnya dengan sebutan “Angin Gending” yang

ditandai dengan hembusan dan tiupan angin kering yang kencang dimana angin

tersebut berhembus dari arah Tenggara ke Barat Laut.Dimusim ini, masyarakat

nelayan Selat Madura biasanya tidak melakukan kegiatan penangkapan

diwilayah penangkapan karena kondisi cuaca yang tidak mendukung dan beralih

untuk melakukan kegiatan penangkapan diluar dari wilayah Probolinggo, yang

biasa disebut dengan andun.

5.2. Hasil Analisis Efektifitas Kearifan Lokal dan Kendala-kendala dalam

Implementasinya

Dalam penelitian ini populasinya terdiri atas Stakeholders yang terkait

dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan di Selat Madura,

khususnya di lokasi terpilih, yaitu Kabupaten Probolinggo sehingga informasi

yang didapat lebih banyak dari Key Informant dan data pendukung lainnya yang

bersumber dari masyarakat nelayan lokal. Adapun pembahasan dalam hal ini

terdiri atas : (1)Potensi Kearifan Lokal, (2)Hubungan antara Konsep Kearifan

Lokal dan Keberadaan Kearifan lokal Masyarakat Nelayan Selat Madura,

(3)Pemanfaatan Kearifan Lokal dalam Konteks Pengelolaan dan Pembangunan

Sumberdaya Perikanan yang Lestari dan Berkelanjutan, (4)Peluang

Pembedayaan Kearifan Lokal, (5)Model Pengelolaan dan Pemberdayaan, (6)

Membangun Model PengelolaanSumberdaya Berbasis Masyarakat dan (7)

Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Implementasinya.

Page 5: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

244

5.2.1. Potensi Kearifan Lokal dan Hubungannya dengan Religi (Agama

Islam)

Menurut Ridwan (2007) bahwa kearifan lokal merupakan pengetahuan

yang eksplisit dan muncul dari periode panjang yang berevolusi bersama-

sama masyarakat dan lingkungannya dalam system lokal yang sudah dialami

bersama-sama. Proses evolusi yang begiti panjang dan melekat dalam

masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energy

potensial dari system pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama

secara dinamis dan damai. Pengertian ini melihat kearifan local tidak sekedar

sebagai acuan tingkah laku seseorang , tetapi lebih jauh , yaitu mampu

mendimanisasi kehidupan yang penuh keadaban. Selanjutnya dikatakan

bahwa pada masa sekarang kearifan lokal menjadi kecenderungan umum

masyarakat Indonesia yang telah menerima otonomi daerah sebagai pilihan

politik terbaik.Menurut Suhartini (2009), bahwa dalam beradaptasi dengan

lingkungan, masyarakat memperoleh dan mengembangkan suatu kearifan

lokal yang berwujud pengetahuan atau ide, norma adat, nilai budaya,

aktivitas, dan peralatan sebagai wujud hasil abstraksi mengelola lingkungan.

Seringkali pengetahuan mereka tentang lingkungan setempat dijadikan

pedomanyang akurat dalam mengembangkan kehidupan

lingkungannya.Keanekaragaman pola-pola adaptasi terhadap lingkungan

hidup yang ada dalam masyarakat Indonesia yang diwariskan secara turun

temurun menjadi pedoman dalam memanfaatkan sumberdaya

alam.Kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan dapat

ditumbuhkan secara efektif melalui pendekatan kebudayaan. Jika kesadaran

tersebut dapat ditingkatkan, maka hal itu akan menjadi kekuatan yang sangat

Page 6: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

245

besar dalam pengelolaan lingkungan. Dalam pendekatan budaya ini,

penguatan modal sosial, seperti pranata sosial budaya , kearifan lokal , dan

norma-norma yang terkait dengan pelestarian lingkungan hidup penting

menjadi basis yang utama.

Sedangkan menurut Wibowo (2011), bahwa fungsi dan makna

kearifan lokal ada beberapa, yaitu :

1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumberdaya alam.

2. Berfungsi untuk pengembangan sumberdaya manusia, misalnya

berkaitan dengan daur hidup, konsep kanda pat rate.

3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan ,

misalnya pada upacara saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada

Pura Panji.

4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

5. Bermakna social, misalnya upacara integrasi komunal/kerabat.

6. Bermakna sosial ekonomi, misalnya pada upacara daur pertanian.

7. Bermakna etika dan moral, misalnya upacara ngaben dan penyucian

roh leluhur.

8. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk dan kekuasaan patron

client.

Dari berbagai hal tersebut, maka dapat difahami bahwa kearifan lokal

sebenarnya memiliki relasi atau hubungan yang sangat erat dengan Religi

(Agama), karena selain bersumber dari Agama, juga merupakan kristalisasi

dari perpaduan antara Agama dan Pengalaman Masyarakat Lokal. Ada

beberapa contoh yang dapat ditunjukkan sebagai bukti keterkaitan antara

Kearifan Lokal dengan Agama Islam, antara lain :

Page 7: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

246

1. Islam telah melarang tegas pengrusakan alam, seperti tertera

dalam Al-qur’an Surah Ar-Ruum : 41 ( Alie Yafie dalam Taufiq,

2009).

2. Dalam beberapa Kitab Fiqih, menurut Hatim Gazali peneliti

Community for Religion and Social Engineering (CRSe) UIN Sunan

Kalijaga, Yogyakarta ,dalam Taufiq (2009).Bahwaisyu lingkungan

hanya disinggung secara generic dan belum spesifik. Hal ini bisa

difahami karena Kitab tersebut disusun pada waktu itu belum

muncul problem lingkungan sperti saat ini. Namun tidak bisa

dipungkiri bahwa sejak masa awal Islam telah ada aturan untuk

menjaga lingkungan. Seperti pada Al-qur’an Surah Al-Baqarah :

27, Surah Luqman : 20, Surah Al-A’raf : 56, Surah Shaad : 27,

Surah Ibrahim : 7, dan lain sebagainya. Bahkan bila didata,

didalam Al-Qur’an terdapat 426 ayat yang menyebutkan tentang

Bumi. Baik berisi perintah menjaga kelestarian, memanfaatkan,

peringatan dan sebagainya. Dimana ini membuktikan bahwa ada

signifikansi perihal alam dan lingkungan hidup dalam Agama Islam.

3. Menurut Mangunwijaya (2009), Islam merupakan agama yang

mempunyai ajaran dan tradisi yang khas dalam mengajarkan

perawatan lingkungan. Salah satu bentuknya adalah bentuk

perawatan sungai dan fasilitas public dengan cara penetapan Zona

Larangan (Harim Zone) di bantaran kali atau sungai dan

perawatan pelestarian dengan Sistem Hima (perlindungan alam

asli). Harim Zone mewajibkan setengah dari lebar sungai kekanan

dan kekiri, terbebas dari bangunan dan membiarkan vegetasi dan

Page 8: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

247

tumbuhan bebas sebagai penyangga sungai. Pada Zaman

Rasulullah Muhammad S.A.W. pendirian bangunan dibantaran

sungai dilarang untuk memelihara eksistensi air. Kearifan Lokal

atau tradisi seperti ini harus dihidupkan kembali sebagai wujud

sumbangan Agama Islam pada pemeliharaan lingkungan.

4. Menurut Syairi (2009), bahwa ada salah satu kisah yang melandasi

keberadaan hutan adat Mandala adalah tentang penyebaran

Agama Islam di Bayan. Ketika para Muballigh yang berasal dari

Pulau Jawa datang menyebarkan Islam ke Bayan, konon mereka

pernah beristirahat di Hutan Adat Mandala. Hal itu ditandai dengan

nama salah satu sumber mata air yang diberi nama Lokok Jawa,

yang menunjukkan asal dariMuballigh. Tidak jauh dari tempat

tersebut juga ada sebuah tempat yang dikenal dengan sebutan

Ampel Duri . Kisah ini memperkuat pendapat, bahwa yang

dimaksud penyebar Agama Islam yang dating dari Jawa adalah

murid dari Sunan Ampel. Kisah tersebut menjadi salah satu

landasan bagi Hutan Adat Mandala sehingga sampai sekarang

tetap dikelola secara adat dan kearifan lokal setempat.

5. Potensi kearifan lokal yang ada pada masyarakat Nelayan Selat

Madura berakar pada agama, terutama agama Islam adalah suatu

keniscayaan, hal ini disebabkan masyarakat Selat Madura yang

sebagian besar adalah keturunan Madura sangat menekankan

pentingnya pendidikan agama Islam bagi anak-anaknya. Seorang

informan mengatakan, bahwa Islam sebagai agama adalah bagian

integral dari jatidiri orang Madura. Apabila ada orang Madura yang

Page 9: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

248

murtad (keluar dari agama Islam), maka orang tersebut tidak layak

lagi disebut sebagai orang Madura (Kusnadi, 2000). Hal tersebut

bisa dikatakan bahwa sumber hukum kearifan lokal pada

masyarakat nelayan Selat Madura adalah Al-Qur’an dan Al Hadits

yang merupakan sumber hukum agama Islam. Sebagaimana

tertera dalam Surah Al-Maidah ayat 3 yang menyatakan “ Pada

hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah

Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu

menjadi agama bagimu “.

Masyarakat nelayan Selat Madura memiliki kearifan local (local

Wisdom) yang terdiri dari :

a. Kearifan Lokal Petik laut

Kearifan local petik laut dilaksanakan hampir setiap tahun melalui proses

musyawarah warga masyarakat setempat. Dimana tidak secara khusus

ditentukan kapan waktu dilaksanakannya. Hal tersebut tergantung dari

keputusan musyawarah warga masyarakat Selat Madura bersama sespuh

masyarakat lokal. Sebagaimana menurut Key Informan sebagai berikut :

Menurut Key Informan :

Dimana kebede’en atau kondisi suatu desa itu penghasilannya sepi

(sedikit), biasanya orang desa itu mengkaitkan dengan kekuatan diluar

dirinya, sehingga semua tokoh masyarakat berkumpul dan kemudian

sepakat untuk mengadakan petik laut. (TYB)

Sedangkan menurut Key Informan :

Tradisi petik laut ini sebagai bentuk rasa syukur.Dahulu disini meskipun

orang Islam, masihada aliran yang lain masih kental, sepertinya

perpaduan antara hindu, budha. Dalam Islam tidak mengajarkan tentang

petik laut dan pake sesaji, ini mungkin adanya perpaduan itu masih

Page 10: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

249

kental. Jadi petik laut merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada

Yang Maha Kuasa.(IDR).

Dari hasil musyawarah tersebut juga akan didapatkan berapa biaya yang

diperlukan untuk petik laut yang kemudian akan ditentukan pembagian iuran

yang dikategorikan dengan melihat jenis pekerjaan dan jika pekerjaanya nelayan

pengkategoriannya dilihat dari jenis alat tangkap yang dimiliki. Misalkan jika

kebutuhan biaya yang ditafsir diperkirakan sebanyak 40 juta rupiah, maka

nelayan akan dikenakan akan berbeda-beda seperti antara pemilik alat tangkap

cantrang, payang dan ABK(anak buah kapal) yang tidak memiliki kapal. Bahkan

menurut Key Informan, iuran yang harus dibayarkan oleh pemilik payang

mencapai 1 juta rupiah. Setelah disepakati rincian biaya dan berapa yang harus

dibayarkan oleh nelayan menurut alat tangkapnya akandisiarkan dengan

menggunakan pengeras suara kantor desa. Kemudian juga akan ada sanksi

moral jika warga belum membayar kewajiban iuran berupa akan disiarkan atau

diumumkan juga dengan pengeras suara.

Acara petik laut ini dilakukan dengan semua biaya keperluan ditanggung

oleh masyarakat lokal sendiri dengan system iuran bersama.Acara petik laut ini

berlaku sebagai penanggung jawab atau pelindung dengan masyarakat yang

bersedia sebagai panitia. Pembagian iuran biaya ini didasarkan dengan melihat

besar kapal atau jenis alat tangkap nelayan, sedangkan jika tidak mempunyai

kapal, dilihat dari pekerjaan sehari-hari dan akan ditentukan besaran nilai dari

iuran.

Sebenarnya ada beberapa kendala dilaksanakannya petik laut,

diantaranya menurut kyai dan ustad setempat misalnya dalam acara petik laut

yang menurut key Informan , harus ada adalah seperti acara ketoprak atau

ludruk, mengarah ke kemaksiatan.Sedangkan untuk acara larung sesaji atau

jittek cenderung mengarah ke syirik, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama’

Page 11: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

250

bahwa dalam agama Islam hal tersebut dilarang“ Dan apabila mereka melakukan

perbuatan keji (syirik), mereka berkata , kami mendapati nenek moyang kami

mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya.

Katakanlah, sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang

keji. Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu

ketahui? ( Q.S. Al-A’raaf : 28). Oleh karena itu dimasa mendatang perlu adanya

perubahan tatacara petik laut agar sesuai dengan keyakinan agama yang dianut

masyarakat agar tidak terjadi gesekan social, sekaligus akan lebih bermanfa’at,

seperti kebudayaan dan kesenian lokal menjadi komoditi pariwisata yang pada

gilirannya meningkatkan pendapatan masyarakat lokal.

Sedangkan sesaji dapat dimodifikasi dengan dana yang ada bisa dibelikan

benih ikan yang ditebar dilaut, sebagai pembelajaran bagi generasi muda serta

masyarakat pentingnya kelestarian alam, agar sumberdaya ikan tetap lestari

dikelola sampai kepada anak cucu. Sebagaimana secara kearifan local akan

selaras dengan perintah agama Islam yang diajarkan para ulama’ setempat,

yaitu : “ Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut, disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian

dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar) (Q.S.

Ar-Ruum : 41).Dan hal tersebut telah terjadi sekarang dimana nelayan Selat

Madura merasa bahwa tingkat produktivitas usaha penangkapannya semakin

menurun.

b. Kearifan Lokal Nyabis.

Tradisi nyabis ini hampir dilakukan oleh semua masyarakat nelayan Selat

Madura, nyabis dilakukan dengan berkunjung ke kyai yang dipercaya dan

diyaikini sebagai guru spiritual. Nyabis dilakukan oleh masyarakat lokal sebagai

proses agar mendapatkan barokah yaitu dengan doa dari para kyai, karena

anggapan luas masyarakat lokal dengan adanya barokah ini, semua kegiatan

Page 12: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

251

mulai dari penangkapan, perdagangan dan semua permasalahan bisa lebih

mudah dan lancar.

Menurut Key Informan :

Biasana are jum’at, polana are jum’at ria are libur e ponduk, ben are

jum’at kapal ria ekapor. Biasana oreng Gili neka ka ponduk Genggong,

ponduk besar e jebe, tojjuenna nyare barokah.

Biasanya hari jum’at, karena hari jum’at ini hari dimana pondok

pesantren libur. Dan hari jum’at kapal ini dikapur(dibubuhi kapur dan

diperbaiki). Biasanya orang Giliini ke pondok pesantren Genggong,

pondok pesantren besar dijawa(diluar pulau Gili), tujuannya untuk

mencari barokah (SGT).

Pelaksanaan nyabis umumnya dilakukan pada hari jumat, karena menurut

asumsi beberapa informan bahwa pada hari jumat, adalah hari libur didalam

pondok pesantren dan kyai akan bisa ditemui.Karena tidak mengajar santrinya.

Hari jumat dipilih karena pada umumnya hari jum’at ini para nelayan Selat

Madura tidak melakukan penangkapan atau melaut dan kapal akan dibenahi dan

dicat dengan kapur dibagian lambung kapalnya. Sehingga tersedia waktu luang

untuk melakukan tradisinyabis hingga ke pondok pesantren di Madura dan

wisata religi Wali Songo.

Pada umumnya, nyabis dilakukan dengan mengunjungi kyai kemudian,

kyai akan memberi wejangan-wejangan dan ceramah singkat, setelah selesai

pengunjung akan menyalami kyai sambil memberi uang atau yang lebih dikenal

“salam tempel” .uang atau kasarnya berupa salam tempel ini bersifat sukarela,

yang artinya dari kyai tidak meminta sepeserpun, sehingga besaran dari uang

yang diberikan tidak terikat dan tergantung dari pihak warga yang akan memberi.

Kadang kala, jika hasil laut melimpah pada saat nyabis akan membawa hasil

tangkapan yang sudah diolah seperti ikan asin dan teri kering sebagai oleh-oleh

.tetapi menurut Key Informan :

Page 13: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

252

Kalau orang disini, kebanyakan dikait-kaitkan dengan hasil

tangkapan,kalau lama tidak banyak penghasilan. Kebanyakan malam

Jumat nyabis, tapi tidak terikat malam jumat saja, kalo nyabis untuk

dapat barokah, tapi tidak akanada kaitannya dengan hasil tangkap,

Karena itu tergantung rejeki masing-masing (TYB).

Budaya nyabis ini hampir dilakukan oleh semua masyarakat

local.Meskipun tidak ada kaitan antara hasil tangkapan atau penghasilan yang

didapat setelah nyabis, masyarakat lokal tetap melakukan budaya nyabis

sebagai bentuk usaha selain usaha nyata.Hal ini juga bisa dianalogkan pada

saat kita berdoa kepada Tuhan sebagai bentuk usaha “tambahan” selain usaha

yang nyata. Dengan agama islam sebagai agama mayoritas, berdoa dan

mendekatkan diri kepada ulama merupakan bentuk usaha dalam mendekatkan

diri kepada Tuhan.

Selain itu dari ajaran Agama Islam yang dianut masyarakat nelayan Selat

Madura bahwa dengan tradisi kearifan lokal Nyabis ini Allah akan menambah

penghasilannya dari melaut berlipat ganda sebagaimana tertera dalam kitab suci

Ummat Islam Al-Qur’an Srah Al Baqarah ayat 261, yaitu : “ Perumpamaan

(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan

Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada

tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran)bagi siapa yang Dia

kehendaki. Dan Allah Yang Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.Hal

itu diyakininya sehingga sampai sa’at ini mereka masih dapat bekerja mencari

nafkah di laut dari satu generasi ke generasi berikutnya.

c. Kearifan Lokal Pengambek

Sistem patron-client merupakan sebuah interaksi sosial yang hampir selalu

ada dalam masyarakat nelayan di Selat Madura. Sistem ini juga sebagai

manifestasi dari keyakinan sebagai kearifan lokal masyarakat nelayan Selat

Madura sebagai salah satu bentuk tolong menolong dalam kebajikan

Page 14: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

253

sebagaimana yang sering disampaikan para ulama’, bahwa dalam agama Islam

ada perintah yang tercantum dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 90, yaitu “

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,

memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,

kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu

dapat mengambil pelajaran “.Sehingga dengan adanya pengambek ini terjadi

keserasian hubungan masyarakat lokal antara sesama mereka, terutama antara

pemilik modal dan nelayan.

Menurut Key Informan :

E Gili bede, tape biasana bede latar belakang otang, biasana ka juregen

purse seine.

Di Gili ada, tapi biasanya ada latar belakang hutang antara ABK dengan

Juragan (SGT)

Dalam beberapa kasus yang terjadi dibeberapa wilayah dengan

masyarakat nelayan, kondisi patron-clien digambarkan sebagai “bantuan dari

patron kepada client dalam bentuk bantuan ekonomi, yang akhirnya si client

akan secara tidak langsung berhutang budi kepada patron”.Tetapi menurut Key

Informan, pengambek yang dimaksud disini, yaitu adanya kapal yang tugasnya

menjemput dan membawa hasil tangkapan kapal penangkap ikan seperti payang

jurung dan kemudian dibawa ke tempat pelelangan ataupun ke gudang

penampungan yang sudah ada.

Menurut Key Informan :

Biasanya kalo hasil tangkapan sudah pessa’dijemput pengambek dan

ngojurnya (persenan) dihitung perkeranjang.

Biasanya kalau hasil tangkapan sudah penuh dijemput pengambek dan

honorariumnya dihitung setiap keranjang (TYB)

Page 15: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

254

d. Kearifan Lokal Onjem (Rumpon)

Onjem merupakan salah satu cara masyarakat lokaluntuk meningkatkan

hasil tangkapan ikan. Cara ini merupakan tradisi yang diturunkan dan diwariskan

oleh masyarakat lokal dan hingga kini tetap dilakukan. Onjem yang dalam

bahasa yang kita kenal adalah rumpon ini dipilih diletakkan diatas spot pilihan

yaitu yang dianggap banyak terdapat karang disekitarpulau Gili.Hal ini

diasumsikan karena diatas karang tempat berkumpulnya ikan-ikan. Rumpon

yang ada masih terbuat dengan cara tradisional. Bahan-bahan dari rumpon ini

terdiri dari daun kelapa kering,ranting-ranting kecil, ban bekas, tali “tampar” dan

batu besar yang berfungsi sebagai pemberat.

Menurut Key Informan :

Bahan onjem ria ban bekas, kolare, papa hasilla mon lha bulen 4, 5, 6

bisa olle 60-80 karanjeng, paleng benyak olle juko’ lajeng.

Bahan Onjem (rumpon) ini ban bekas, daun kelapa kering. Hasilnya jika

sudah bulan 4, 5, 6 bisa dapat 60-80 keranjang kecil.Paling banyakdapat

ikan layang(SGT)

Karena sifatnya yang turun temurun, jika ada orang tua yang memiliki

rumpon maka akan diwariskan kepada anak, dan begitu seterusnya. Karena

untuk membuat rumpon sangat sulit untuk menemukan titik spot yang tepat untuk

rumpon yang akan lebih baik jika diletakkan diatas karang. Hasi rumpon yang

baik akan didapatkan pada bulan April, Mei, Juni. Pada bulan-bulan itu hasil

tangkapan mencapai hingga 60-80 keranjang yang umumnya ikan layang

menurut masyarakat lokal menyebutnya.

Sifat dari onjem yang turun temurun meskipun berada tepat ditengah laut,

membuat onjem merupakan suatu gambaran bentuk adaptasi manusia terhadap

lingkungan sekitarnya yang dianggap masih ada sampai sekarang meskipun

dalam ilmu modern sudah berbeda bentuk dan teknik pembuatannya sangat

simpel.Onjem adalah rumpon jika dalam bahasa sehari-hari yang kita kenal.

Page 16: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

255

Menurut Monintja(1993) dalam Sudirman dan Malawwa (2004) rumpon biasa

juga disebut dengan Fish Agregation Device (FAD) yaitu suatu alat bantu

penangkapan yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam suatu

catchable area yang penggunaan rumpon sendiri secara tradisional sudah lama

dilakukan terutama nelayan di Mamuju, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur,

sedangkan penggunaan rumpon secara modern baru dimulai pada tahun 1980

oleh lembaga penelitian laut.

Letak onjem atau rumpon yang berada ditengah lautan, menurut orang

yang awam, jika kita akan mencari rumpon tanpa bantuan GPS (Global

Positioning System), kita tidak akan mampu mengingat dimana letak rumpon

yang telah kita buat. Tetapi kenyataannya masyarakat nelayan Pulau Gili ketika

akan melakukan penangkapan dilokasi onjem yang mereka miliki, hanya

“menggunakan” acuan kondisi alam yang ada disekitarnya tanpa bantuan alat-

alat modern seperti saat ini tanpa ada kesulitan. Biasanya menggunakan alat

bantu seperti pohon yang terlihat di Pulau Gili dan gunung-gunung yang ada

dipulau jawa. bahkan pada saat ini, yang dimana ada pembangunan tower

pemancar sinyal dari telekomunikasi, dengan bentuk tower yang sangat tinggi

akan sangat memudahkan dalam mencari lokasi rumpon berada.

Menurut Key Informan :

Jelerenna ngangguy kabungka’an sebede gili, setangale, pas epaloros

bereng gunong se paleng jelas otabe tangale, ekera-kera dhibik. Biasana

mon oreng lambek, mon kadung nemmu karang pas egebeye onjem

tape bede ondem, tak mole tape edentek sampek terang teros eancer-

ancer jelerenna

Tanda atau patokan menggunakan pepohonan yang ada dipulau Gili

yang kelihatan kemudian ditarik garis lurus dengan gunung yang ada

disekitar kabupaten Probolinggo yang palig jelas terlihat. Biasanya dulu,

masyarakat pulau Gili jika terlanjur menemukan karang yang bisa

dijadikan spot onjem atau rumpontetapi cuaca mendung atau hujan,

Page 17: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

256

nelayan tidak akan pulang dan akan ditunggu hingga terang sampai

perkiraan tanda yang ada dpulau dan gunung bisa terlihat sebagai

penunjuk arah (TYB).

Menurut beberapa Key Informan, jika penangkapan dilakukan dilokasi

onjem atau rumpon, hasil dari tangkapannya bisa mencapai 4-5 bajong

(keranjang).Hasil tangkapan ini tidak begitu besar bila dibandingkan dengan hasil

tangkapan dengan alat tangkap payang atu sleret yang dioperasikan di laut

lepas.Tetapi onjem sangat membantu pada saat kondisi ikan memang tidak

didapatkan pada saat operasi penangkapan.Disamping itu onjem atau rumpon

merupakan kearifan local yang memberikan pendidikan tentang pelestarian

lingkungan, dimana memberikan tempat untuk menjadi rumah bagi ikan bukan

sebaliknya, yaitu merusak lingkungan. Hal ini selaras dengan ajaran agama,

bahwa dilarang untuk membuat kerusakan, sebagaimana disebutkan dalam Al-

Qur’an Surah Ar-Ruum ayat 41 : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut

disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada

mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali

(kejalan yang benar)”.

Gambar31.Beberapa model rumpon

Sumber :Arsyad (1999) dalam Sudirman dan Malawwa (2004).

Page 18: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

257

Gambar 32. Onjem (rumpon) milik nelayan lokal (Sumber : Hasil Penelitian

(2012).

e. Kearifan Lokal Sistem Kontrak kerja.

Misalnya antara juragan dan pandega.Jika pandega memiliki hutang

kepada juragan, si pandega tidak memiliki hak untuk ikut kerja atau berpindah

juragan sebelum hutang yang dimilikinya dilunasi.Kemudian dari segi pembagian

hasil.Misalkan hasil tangkapan setelah diuangkan mendapatkan 1 juta rupiah,

maka pertama dipotong biaya melaut, missal dua ratus ribu rupiah, sedangkan

sisa RP.800.000,00 dibagi antara juragan dan pandega sebesar RP.300.000

untuk juragan, dan RP.500.000 untuk semua pandega yang ikut.Ada beberapa

istilah masyarakat lokal dalam menyebut posisi-posisi dalam usaha

penangkapan dengan menggunakan teknologi payang beserta jumlah yang

dibutuhkan dalam setiap satu kali trip penangkapan.

Dalam lingkaran merah

terdapat sebuah tanda

adanya onjem atau rumpon

yang ada ditengah laut.

Page 19: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

258

Menurut Key Informan :

Bede Tekong, Juru mudi atau pengendali kapal, pangrabet ben tokang

mesin.

Ada yang namanya Tekong , yaitu kapten kapal, Juru mudi, yaitu

nakhoda atau pengendali kapal, pangrabet, yaitu sebagai perawat kapal

dan tokang mesin, yaitu sebagai juru mesin (SGT).

Sistem perekrutan tenaga kerja ABK (anak buah kapal) dilakukan tidak

resmi dan formal.Hal itu disebabkan masih menggunakan kekerabatan yang

sangat erat.Pada suatu kondisi, menurut beberapa informan yang ditemui

peneliti. Jika terdapat anak buah kapal yang tidak bisa ikut dalam satu kali trip,

jika hal itu kurang dari tujuh orang, maka tidak akanterjadi untuk melaut hari ini.

Kearifan lokal tentang kontrak kerja ini selaras dengan keyakinan

masyarakat nelayan Selat Madura terhadap agamanya, yaitu Islam bahwa

berbuat baik kepada kerabat lebih diutamakan daripada orang lain sebagaimana

arahan para ulama’ setempat bahwa : “Bukanlah suatu kebaktian menghadapkan

wajahmu kearah timur dan barat, tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah

beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, Nabi-nabi,

dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,

orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang

yang meminta-minta, dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat dan

menunaikan zakat” (Q.S. Al-Baqarah : 177).

f. Kearifan Lokal Telasan.

Tradisi telasan(hari raya) pada masyarakat nelayan Selat

Maduradilakukan pada hari ke 27 atau (H-3), 3hari sebelum hari raya aktifitas

melaut sudah mulai dihentikan.Tiga hari (H+3) setelah hari raya, aktifitas baru

dilanjutkan kembali. Pada waktu-waktu seperti ini harga ikan sangat murah,

dikarenakan gudang tempat penjualan hasil tangkap masih tutup sehingga

Page 20: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

259

harga ikan sangat murah.Tetapi ada yang menarik dilihat dari kebiasaan

masyarakat lokal, menurut Key Informan :

mon oreng Gili sa are tak ngakan juko’ ria pettengen, kodu ngakan juko’.

Deddi paju tak paju reng Gili teka’na marena tellasan paggun ka tasek.

Orang Gili sehari tidak makan ikan laut, ini pusing, harus makan ikan

laut, jadi laku tidak laku orang gili meskipun lebaran tetap pergi melaut

(IDR).

Terkait dengan hari raya Idul Fitri atau yang dikenal dengan lebaran

masyarakat lokal akan melakukan budaya konsumtif yang meskipun ini

merupakan budaya yang hampir merata dinegara ini apabila mendekati hari raya

Idul Fitri tetapi biaya yang dikeluarkan untuk setiap anggota kepala keluarga

hingga mencapai jutaan rupiah. Karena anggapan masyarakat lokal, saat

lebaran kondisi pakaian dari atas kepala hingga kaki harus baru. Menurut Key

Informan :

Oreng die, parak tellasan paste ka Probolinggo mon kadung a belenje.

Belenjena ngabik benyak 1-2 juta sa oreng pakaian dan lain-lain deri

attas ka bebe kodu anyar.

Orang sini (pulau Gili) mendekati lebaran pasti keProbolinggo(kota)

apabila sudah terlanjur belanja, belanjaannya menghabiskan uang

sebanyak antara 1-2 juta setiap anggota keluarga. Baju dan lain-lain

kebutuhan dari kepala hingga kaki harus baru (TRN).

Tradisi telasan memang tidak dipungkiri adalah tradisi umum masyarakat

islam di Indonesia. Jika merujuk pada kebiasaan masyarakat nelayan Selat

Madura ini akan sangat berbeda karena ada aktivitas keseharian yang terhenti

yang menunjang kehidupan sehari-hari, yaitu melaut yang merupakan mata

pencahariannya. Jika ditelaah lebih jauh, aktivitas ini dapat berdampak positif

terhadap lingkungan jika dilangsungkan dalam waktu yang agak lebih lama dan

konsekuen serta kontinyu. Efeknya misalnya, terhadap adanya pemberian waktu

terhadap biota laut yang dieksploitasi dalam penangkapan untuk berkembang

biak dan melakukan regenerasi. Sehingga kualitas dan kuantitasnya bisa terjaga

dengan baik dan berlanjut.

Page 21: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

260

Tradisi telasan ini termasuk satu kearifan lokal yang berdampak positif

pada pemerataan pendapatan dan distribusi perputaran uang dari kota ke desa,

agar terjadi keseimbangan baik secara material maupun moral diantara anggota

keluarga nelayan. Hal ini merupakan pengamalan dari keyakinan keagamaan

mereka, sebagaimana diperintahkan oleh para ulama’ dan tokoh masyarakat

sejak dahulu tentang pentingnya silaturrahmi, yaitu : “ Bertaqwalah kepada Allah

yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain,

dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi “. Juga dari Hadits Nabi Muhammad

S.A.W. yaitu, dari Anas ra, Rasulullah S.A.W. bersabda, “ Barang siapa yang

ingin diluaskan rezekinya, dilamakan jejak kakinya (dipanjangkan usianya), maka

hendaklah dia menyambungkan silaturrahmi “.

Disamping itu bila dianalisis secara biologi bahwa dengan liburnya para

nelayan Selat Madura, utamanya di kabupaten Probolinggo tidak menangkap

ikan selama 7 hari berarti 7 kali jumlah penangkapan ikan yaitu sebesar 7 x

(9550,20 ton : 12 : 30) = 185,70 ton setiap tahunnya bisa restocking, dimana ikan

bisa memijah dan memperbanyak stock ikan untuk cadangan sumberdaya ikan

akan lestari (suistainable) secara alami, hal ini merupakan dampak efektifitas

kearifan lokal telasan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan.

g. Kearifan Lokal Andun

Andun yaitu suatu proses perpindahan sementara dalam usaha

penangkapan ikan oleh nelayan dikarenakan beberapa kendala salah satunya

yaitu pengaruh cuaca yang buruk, seperti jika menurut Key Informan :Dengan

adanya angin gending, dimana angingending ini sangat kencang ditengah laut

dan ombak sangat ganas, meskipun ikan melimpah tetapi nelayan enggan untuk

menukar resiko keselamatan mereka. Andun sebagai upaya untuk mencari ikan

ketempat lain ini tidak terlepas dari keyakinan adanya perintah agama yang

diyakininya , yaitu Islam, dimana para ulama’ mengajarkan para nelayan Selat

Page 22: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

261

Madura untuk mengamalkannya, yaitu : “ Apabila telah ditunaikan sembahyang,

maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah

Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung “. (Q.S. Al-Jumu’ah : 10).

Hal ini menunjukkan bahwa kearifan lokal Andun itu, disamping untuk berpindah

tempat dalam mencari sumberdaya ikan baru, juga agar memberi kesempatan

bagi ikan ditempat semula melakukan restoking sehingga terjadi kelestarian

sumberdaya ikan dalam upaya pengelolaan secara sustainable

(berkesinambungan).

Diantara dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan terdapat

musim pancaroba yang biasanya ditandai dengan tiupan angin kering yang

cukup kencang yang berhembus dari arah Tenggara ke Barat Laut biasa disebut

“Angin Gending”.Kondisi ini tidak memungkinkan bagi masyarakat nelayan Selat

Madurauntuk melakukan penangkapan ikan.Untuk musim kemarau yang berkisar

pada bulan April hingga bulan Oktober dengan rata-rata curah hujan + 29,5 mm

per hari hujan, sedangkan musim penghujan dari bulan Oktober hingga bulan

April dengan rata-rata curah hujan + 229 mm per hari hujan. Curah hujan yang

cukup tinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret dengan

rata-rata curah hujan + 360 mm per hari hujan.

Pada umumnya nelayan Selat Maduramelakukan andun ke daerah

Paiton(perbatasan Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Situbondo) serta ke

wilayah Kabupaten Pasuruan.Proses andun sendiri dilakukan dengan membawa

kapal dan seluruh ABK yang berkenan untuk ikut dalam andun kelokasi yang

ditentukan oleh Fishing master atau kapten kapal. Umumnya jika terjadi angin

gending, yaitu pada bulan-bulan Agustus hingga Oktober dan awal-awal

November.

Hal ini akan berdampak positif terhadap potensi sumberdaya ikan di Selat

Madura, khususnya di Kabupaten Probolinggo, dimana akan terjadi restocking

Page 23: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

262

sumberdaya ikan sebesar : 3 x (9.550,20 ton : 12) = 2.387,55 ton untuk setiap

tahunnya. Sehingga efektifitas kearifan lokal andun terhadap pelestarian

sumberdaya ikan secara alami terbukti secara biologi. Apalagi andun diarahkan

kedaerah Fishing Ground ZEE yang masih belum dimanage dengan optimal,

maka secara langsung kearifan lokal akan berdampak efektif terhadap

pelestarian sumberdaya ikan baik biologi maupun ekonomi, dimana pada

akhirnya akan dapat menyejahterakan kehidupan nelayan, sekaligus

meningkatkan devisa Negara. Disamping itu juga bila dikaitkan dengan perintah

dalam Agama Islam, maka nelayan Selat Madura akan termotivasi bahwa

disamping mereka melakukan kegiatan andun, juga ada nilai ibadah,

sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an Surah Jumu’ah ayat 10 :” Apabila telah

ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah

karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.”

Maka kearifan lokal andun merupakan satu aturan tidak tertulis yang

disepakati masyarakat nelayan Selat Madura dalam hal menyikapi pentingnya

kelestarian sumberdaya, dimana itu akan efektif bagi program penyelamatan

lingkungan hidup hayati di perairan Selat Madura yang sudah ditengarai Over

Fishing.

Menurut Key Informan :

Andun, orang Gili andun bulan 7-10(bede angina gending mon cakna

oreng die) andun biasana ka Paiton, lekok dan Pasuruan. Oreng andun

ria sak kapal-kapalla kia esambi bereng abk kia. Polana mon kenning

gending ria juko’ tadek epulau Gili, makana kodu andun ka Pasuruan ka

Paiton. Edissa’ bede senampung abe’ dibi’ bereng hasil tangkapanna.

Andun,masyarakat pulau Gili melakukan andun pada bulan 7-10

dikarenakan ada angin gending menurut orang Gili.andun biasanya

dilakukan ke Paiton, dan Pasuruan yaitu daerah Lekok.Orang andun ini

dengan kapal-kapalnya juga dibawa berikut dengan ABK.Karena jika

terkena angina Gending ini tidak ada ikan disekitar pulau Gili, maka dari

ituharus andun ke Pasuruan ke Paiton.Disana ada yang menampung kita

berikut dengan hasil tangkapan (TYB).

Page 24: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

263

Gambar 33.Lokasi Andun masyarakat nelayan Selat Madura.

5.2.2. Hubungan antara Konsep kearifan lokal dan keberadaan kearifan

lokal masyarakat nelayan Selat Madura

Jika mengacu pada konsep kearifan lokal secara umum, dimana terdiri

atas beberapa cirri, antara lain : (1) ada unsur keagamaan, (2) bersifat

tradisional, (3) berdasarkan musyawarah dan mufakat, (4) Dapat menyesuaikan

diri , sederhana dan terbuka, (5) Merupakan tradisi kebersamaan atau gotong

royong, (6) tidak tertulis, (7) Nampak jelas , sehingga gambaran kearifan lokal

yang ada dalam masyarakat nelayan Selat Madura adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Sifat dari Kearifan lokal masyarakat nelayan Selat Madura.

Petik laut

Nyabis Peng ambek

Onjem Kontrak kerja

Andun Telasan

Tradisional x x x x x x x

Keagamaan x x x

Kebersamaan x x x x

Konkrit dan visual x x x x x x x

Terbuka dan sederhana x x x x x x x

Berubah-ubah x x x x x x

Tidak dikodifikasi x x x x x x x

Musyawarah & mufakat x

Keterangan : tanda silang (X) menandakan sifat dari kearifan lokal.

Page 25: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

264

Menurut Belkes (1995) dalam Sulaiman(2010) kearifan lokal bersifat

kumulatif dengan kepercayaan yang turun temurun terkait antara hubungan

masyarakat dengan lingkungan.Menurut beberapa ahli, kearifan lokal dibedakan

dengan budaya dalam suatu masyarakat tertentu.Umumnya kearifan lokal

memiliki efek secara langsung terhadap kelestarian lingkungan yang didiami

masyarakat yang memiliki kearifan tersebut.Secara turun-temurun dan secara

tradisional kearifan lokal tersebut sudah ada untuk mencegah akses yang terlalu

terbuka , dimana tentunya dengan konsekuensi merusak.

Menurut Sulaiman (2010) mendefinisikan pengetahuan lokal secara lebih

detil sebagai “pengetahuan yang yang dibangun oleh kelompok komunitas

secara turun temurun terkait hubungannya dengan alam dan sumberdaya alam”.

Pengetahuan lokal masyarakat meliputi segenap pengetahuan tentang hal-hal

yang terkait dengan lingkungan hingga pengetahuan sosial, politik dan geografis.

Menurut Christy (1992) ada enam hal yang harus dipenuhi sebagai syarat-

syarat suatu kearifan lokal untuk pengelolaan suatu wilayah.Diantaranya :

a) Kondisi sumberdaya alam harus memiliki karakteristik yang jelas. Misal

berupa terumbu Karang atau ekosistem mangrove.

b) Batas-batas wilayah yang dimiliki harus jelas dan sudah ditentukan

sebelumnya. Misalnya sejauh mana kita boleh menangkap ikan.

c) Teknologi penangkapan. Harus ditentukan jenis alat dan jenis tangkapan

yang akan diatur dalam kearifan lokal.

d) Budaya, budaya setempat harus sesuai dengan permodelan

pemberdayaan kearifan lokal sehingga tidak akan terjadi benturan

e) Distribusi kekayaan. Harus melindungi model kelembagaan yang sudah

ada karena masih adanya politik alam dimana yang kuat akan bertahan

Page 26: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

265

f) Otoritas pemerintah dan lembaga terkait. Kewenangan dan ketegasan

pemerintah juga harus mampu membuat keputusan yang harus

dintegrasikan dengan lembaga-lembaga lainya yang terkait.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, dapat digambarkan

bahwa kearifan tradisional bukan hanya menyangkut pengetahuan atau

pemahaman masyarakat adat tentang manusia dan bagaimana relasi yang

baik diantara manusia satu dan manusia lainnya, melainkan juga menyangkut

pengetahuan, pemahaman dan adat kebiasaan tentang manusia, alam dan

bagaimana relasi diantara semua penghuni komunitas ekologi bisa berjalan

seimbang tanpa ada salah satu aspek yang tertinggal atau tertindih. Maka

dari itu kearifan lokal merupakan suatu jawaban dalam mencari landasan

dalam konteks pembangunan berkelanjutan dengan masyarakat sebagai

subjek yang akan terlibat langsung.

Kearifan lokal dalam konteks pemanfaatannya sebagai salah satu alat

pemberdayaan masyarakat harus memiliki enam unsur tersebut (menurut

Christy) maka dari itu dari beberapa kearifan lokal yang ada pada masyarakat

nelayan Selat Madura, apakah sudah memenuhi ke-enam syarat tersebut atau

tidak.Jika dalam bentuk tabel adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Syarat Kearifan Lokal Sebagai Model Pengelolaan Wilayah Pesisir

Petik laut

Nyabis Peng ambek

Onjem Kontrak kerja

Andun Telasan

Karakteristik alam

x x x x

Batas-batas Teknologi x x x

Budaya x x x x x x x Distribusi Kekayaan

x x x x

Otoritas pemerintah

x .. x x x x

Page 27: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

266

Dari tabel diatas dapat dijelaskan hubungan antara kearifan lokal

dengan beberapa hal sebagai syarat menjadi model pengelolaan wilayah

pesisir, terutama pada masyarakat nelayan Selat Madura, sebagai berikut :

a. Kearifan Lokal Petik laut

Dalam tradisi petik laut, dapat kita lihat untuk karakteristik alam dapat terlihat,

bahwa laut merupakan objek dari tradisi tersebut.Kemudian dari segi budaya,

petik laut merupakan budaya dari masyarakat pesisir hampir sebagian besar

masyarakat nelayan Selat Madura di Jawa Timur.Dari aspek distribusi

kekayaan, biaya yang digunakan dalam petik laut merupakan biaya yang

dikumpulkan dari semua lapisan masyarakat nelayan Selat Madura yang

besarannya dikategorikan berdasarkan dari segi jenis alat tangkap yang

dimiliki oleh nelayan. Sehingga antara pemilik alat tangkap payang jurung

dan alat tangkap sleret atau purse seine akan berbeda, yang tentunya akan

berbeda juga dari tingkat ekonomi nelayan karena biaya operasional dan

biaya dalam satu kali trip beserta hasilnya akan sangat berbeda. Sedangkan

untuk otoritas pemerintah, adanya petik laut, meskipun pemerintah kabupaten

Probolinggo tidak pernah ada campur tangan, tetapi adanya pemerintah desa

sebagai pelindung dari pelaksanaan tradisi petik laut sudah merupakan tidak

adanya pertentangan antara lembaga atau otoritas pemerintah yang

ada.Sedangkan dalam pandangan keagamaan masih adanya ketidak

setujuan dari tokoh masyarakat, seperti para kyai atau para ulama’ karena

ditengarai adanya unsur mubadzir (kesia-siaan) dan Syirik (menyekutukan

Allah).

Sehingga untuk dimasa mendatang susunan acara dalam petik laut bisa

ditumbuh kembangkan kepada yang lebih baik, seperti dihubungkan dengan

Page 28: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

267

kelestarian alam dan lingkungan, yaitu : sebagian dana untuk sedekah laut

bisa berupa pembelian benih ikan untuk ditebarkan kelaut untuk restocking

sebagai simbol kepedulian terhadap pelestarian sumberdaya dan lingkungan.

b. Kearifan Lokal Nyabis

Dalam tradisi nyabis, dari enam syarat menurutChristy(1992) hanya aspek

budaya saja yang terpenuhi. Karena nyabis merupakan budaya masyarakat

nelayan Selat Madura yang sebagian besar beragama Islam. Dari aspek

karakteristik wilayah tidak terpenuhi karena budaya ini tidak menggunakan

pengkategorian wilayah, batas-batas, teknologi, distribusi kekayaan dalam

pelaksanaannya.Tradisi nyabis hanya berkaitan erat dengan agama yang

dianut masyarakat nelayan Selat Madura yaitu agama Islam dan tentunya

sifat dari masyarakat yang religious. Sedangkan dari otoritaspemerintah,

meskipun tidak ada dalam peraturan ataupun ajaran dalam Islam yang

mewajibkan nyabis, tetapi tradisi ini tidak bertentangan dari ajaran agama

Islam yang justru menyuruh umatnya untuk selalu mendekatkan diri dengan

orang-orang mukmin(kyai, tokoh agama, ustad dan ulama). Disamping itu

juga ada keyakinan, bahwa dengan menafkahkan sebagian hartanya di jalan

Allah, seperti sedekah dan zakat dapat menambah rizkinya sebagaimana

tercantum dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 245 : “ Siapa yang mau

memberi pinjaman kepada Allah, dengan pinjaman yang baik

(menafkahkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan

pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah

menyempitkan dan melapangkan (rezeki), dan kepada-Nya lah kamu

dikembalikan ”.

Page 29: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

268

c. Kearifan Lokal Pengambek

Tradisi pengambek, dapat kita lihat bahwa ada karakteristik alam yang

merupakan “ladangnya” masyarakat nelayan Selat Madura yaitu laut, bahwa

laut merupakan karakterisitik yang digunakan dalam tradisi pengambek. Dari

aspek budaya, bahwa ini merupakan suatu budaya masyarakat bahari

masyarakat lokal. Pada hakikatnya manusia yang akan terus beradaptasi

dengan kondisi alam sekitarnya. Masyarakat nelayan Selat Madura dengan

dikelilingi laut dan nelayan sebagai mata pencahariannya beradaptasi dengan

bantuan system pengambek, hingga hasil tangkapan dari nelayan yang dilaut

sampai pada gudang penyimpanan atau juragan penampung ikan hasil

tangkapan.Untuk distribusi kekayaan tidak ada unsur yang memenuhi aspek

ini karena system pengambek tidak berkaitan dengan adanya kelas atau

strata ekonomi yang ada dalam kehidupan masyarakat nelayan Selat

Madura.Sedangkan untuk otoritas pemerintah, tidak ada hal yang illegal dari

system pengambek meskipun tidak adanya hukum yang melindungi system

ini tetapi ini merupakan adaptasi masyarakat lokal terhadap lingkungan

tempat tinggalnya dan adanya keterkaitan simbiosis mutualisme antara

nelayan dan pengambek.Dimana pada sa’at musim paceklik para nelayan

pendega mendapat pinjaman tanpa agunan dari pengambek untuk keperluan

hidup mereka sehari-hari. Hal ini merupakan aplikasi dari ajaran agama Islam

sebagaimana tertera didalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 2 :” Hendaklah

kamu bertolong-tolongan untuk berbuat kebajikan dan taqwa dan janganlah

sekali-kali kamu bertolong-tolongan untuk berbuat kejahatan dan

bermusuhan”.

Page 30: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

269

Namun nelayan selat Madura cenderung menjual hasil tangkapannya pada

“pedagang langganan” atau pangambak. Ada dua utama mengapa nelayan

menjual hasilnya padanya, yaitu :

(1) Adanya ikatan hutang. Pedagang untuk mendapatkan kepastian barang

dagangannya, mereka mengikat hubungan dengan nelayan dalam bentuk

pinjaman “bebas bunga” dengan margin harga tertentu, antara 10%-20%.

(2) Adanya kepastian harga. Dalam keadaan tertentu dapat terjadi tawar

menawar harga yang disepakati.

Status pedagang yang beroperasi di wilayah ini dapat dikelompokkan menjadi

pedagang antar daerah dan pedagang eksport.Pedagang eksport memiliki

persyaratan standard barang dagangan antara lain : (a) Jenis ikan tertentu, (b)

Mutunya segar atau beku dengan harganya lebih tinggi dari harga pasar lokal.

Permasalahan tingkat harga mengikuti mekanisme pasar bebas yang tidak

jarang pembentukan harga terjadi berada dalam tekanan harga oleh

pedagang.Dalam keadaan demikian neleyan hampir tidak berdaya, meskipun

berdiri tempat pelelangan ikan, hanya saja nelayan tidak pernah menjual hasil

tangkapannya melalui proses pelelangan ikan. Tempat pelelangan ikan (TPI)

tidak berfungsi karena : (1) tidak ada lelang ikan, (2) Harga cenderung tertekan

rendah, karena pedagang tidak hadir, (3) ikan yang bersifat parishable food atau

cepat busuk , maka nelayan tidak berdaya menghadapi perilaku pedagang,

karena nelayan terikat hutang, sementara pedagang menjemput (ngambak)

nelayan ditempat pendaratan ikan, ketika ikan mulai Nampak membusuk, harga

ikan semakin ditekan oleh pedagang. Oleh karena itu dimasa mendatang perlu

diupayakan suatu bentuk system peminjaman yang lebih adil, dimana akan

berdampak positif bagi keberlanjutan system pengambek itu sendiri, sehingga

dapat dijadikan pedoman dan contoh bagi masyarakat nelayan lain secara

nasional.

Page 31: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

270

d. Kearifan Lokal Onjem

Onjem yang dalam istilah ilmiahnya sering disebut rumpon, merupakan hasil

adaptasi dengan lingkungan. Penggunaan rumpon sendiri secara tradisional

sudah lama dilakukan terutama nelayan di Mamuju, Sulawesi Selatan dan Jawa

Timur, sedangkan penggunaan rumpon secara modern baru dimulai pada tahun

1980 oleh lembaga penelitian laut. Laut sebagai karakteristik kondisi alam sudah

terpenuhi jika mengacu pada Christy(1992). Onjem merupakan hasil buah pikir

yang terjadi karena desakan adaptasi manusia dengan alam. Onjem juga

memiliki batas-batas wilayah dalam pengelolaannya, meskipun tidak ada

teknologi canggih yang digunakan, dan hanya menggunakan cara tradisional

dalam mengetahuinya batas-batas ini bisa ditentukan hukum adat yang melekat

seperti: misalnya, secara naluriah jika onjem ini bukan milik kita, maka kita tidak

akan melakukan penangkapan ikan di onjem orang lain tersebut. Hal ini

merupakan sebuah bentuk hukum adat yang tidak tertulis dalam masyarakat

nelayan Selat Madura.Dimana hal ini merupakan satu aplikasi atau pengamalan

dari ajaran agama Islam, sebagaimana yang disebutkan dalam Kitab Suci

Al-Qur’an:” Janganlah kamu makan harta yang ada diantara kamu dengan cara

an yang batal, melainkan dengan cara jual beli saling ridho (Q.S. An-Nisa’ : 29).

Dari aspek teknologi, meskipun sederhana dibanding rumpon-rumpon modern

yang sudah ada saat ini.Teknologi yang digunakan tetap bisa berfungsi dengan

baik meskipun hasil belum maksimal dibanding hasil tangkapan dilaut

lepas.Sehingga aspek teknologi terpenuhi meskipun sederhana dan

tradisional.Aspek budaya juga terpenuhi dalam onjem masyarakat nelayan Selat

Madura, dapat dilihat dari adanya budaya menghormati “jika ini milikmu maka

aku tidak boleh memanfaatkannya tanpa seijinmu”dan apabila ini dilanggar maka

hasil akan diambil pemilik onjem dan adanya sanksi moral dari masyarakat.

Page 32: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

271

Ditinjau dari aspek distribusi kekayaan tidak terpenuhi karena memang onjem

merupakan milik pribadi meskipun berada dilahan komunal dan tidak ada hukum

yang melindungi seperti halnya sertifikat tanah pada umumnya. Sedangkan dari

aspek otoritas pemerintah, tidak adanya hukum yang melindungi tidak berarti

kegiatan atau tradisi ini illegal dan melanggar hukum. Bahkan jika kita lihat dan

kaji lebih dalam akan berdampak positif bagi lingkungan, yaitu dengan adanya

onjem ini maka sebagai rumah bagi ikan untuk melakukan pemijahan dan tempat

berlindung dari pemangsa, disamping itu terjadi rantai makanan sebagai wujud

keseimbangan alam akan terjadi disekitar rumpon. Hal ini sebagai salah satu

wujud kepedulian masyarakat nelayan selat Madura terhadap lingkungan dengan

diterapkannya kearifan lokal onjem ini, dimasa mendatang dapat ditumbuh

kembangkan dengan teknologi yang lebih baik, yaitu dengan upaya

pembangunan terumbu karang buatan.

e. Kearifan Lokal Sistem Kotrak kerja

Kontrak kerja seperti yang sudah dijelaskan disub-bab potensi kearifan lokal

sebelumnya, merupakan adanya bentuk sosial antara patron-client.Dari

tradisi ini aspek budaya terpenuhi karena merupakan sebuah kemitraan

tradisional.Menurut Susilo, E (2009) bahwa sistem ini merupakan sebuah

kelembagaan yang mampu menyediakan kebutuhan akan adanya jaminan

keberlangsungan hidup dengan jaminan berupa kontrak kerja(patron-client).

System ini juga memenuhi aspek distribusi kekayaan karena adanya

kebutuhan antara masyarakat dengan ekonomi bawah dengan masyarakat

ekonomi kelas atas yaitu juragan. Sedangkan dilihat dari otoritas

pemerintah,tidak adanya aturan yang jelas dengan system ini meskipun

pemerintah terus mencoba dengan memberikan bantuan-bantuan tetapi

system ini akan tetap berlangsung lagi dan terus kontinyu seiring dengan

Page 33: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

272

ketergantungan masyarakat nelayan dengan alam yang open acces dan

sifatnya yang tidak pasti.

Kontrak kerja adalah merupakan salah satu kearifan lokal yang dilhami

dengan ajaran agama untuk hidup mengarah kepada suatu sistem

kebebasan dan keadilan sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an SurahAn-

Nahl ayat 90 :” Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan

berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan allah melarang dan

perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia member Pengajaran

kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.

f. Kearifan Lokal Andun

Andun yaitu suatu proses perpindahan sementara dalam usaha penangkapan

ikan oleh nelayan dikarenakan beberapa kendala. Dilihat dari enam aspek

syarat sebagai pengelolaan wilayah. Hanya tiga aspek yang terpenuhi, yaitu

karakterisktik alam dan otoritas pemerintah.Karakteristik alam berupa lautan

dengan sifatnya yang terpengaruh oleh adanya cuaca mengakibatkan adanya

budaya pindah kelokasi penangkapan dalam memenuhi kebutuhan

hidup.Adanya efek domino tersebut merupakan adanya kaitan antara kondisi

alam dengan mata pencaharian sehingga adanya bentuk adaptasi dengan

lingkungan.Sedangkan dari otoritas pemerintah tidak adanya aturan dan hukum

yang membatasi kegiatan andun dan tidak adanya kegiatan yang merugikan

salah satu pihak menjadikan kegiatan ini illegal dari segi hukum adat.

Dimasa mendatang kearifan lokal andun ini sebagai bentuk motivasi untuk

mendistribusikan nelayan ke tempat sumberdaya perikanan yang masih belum

over fishing di Indonesia, baik dalam bentuk transmigrasi nelayan dari tempat

yang sudah mengalami over fishing ke tempat yang masih under fishing, hal ini

akan berdampak positif terhadap pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan,

Page 34: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

273

yaitu mencegah terjadinya illegal fishingyang merugikan bangsa sekitar 30 trilliun

per tahun, mengalihkan usaha penangkapan ke tempat yang masih under

fishing, sehingga dapat memulihkan kembali sumberdaya ikan di tempat yang

sudah over fishing, sehingga nelayan bisa ditingkatkan pendidikan dan

ketrampilannya untuk dapat menggunakan teknologi penangkapan yang lebih

maju dengan kapal yang lebih besar GT (Gross Ton).

g. Kearifan Lokal Telasan

Tradisi telasan dari enam aspek menurut Christy (1992) yang terpenuhi hanya

aspek Budaya, Karena memang tradisi ini sebuah budaya dalam masyarakat

nelayan pulau Gili yang religious.Budaya ini dilakukan menjelang hari raya Idul

Fitri dan umumnya tiga hari setelahnya.Maka, dilihat dari segi budaya sudah

jelas terpenuhi karena adanya unsur religi, menyesuaikan, visual dan

terbuka.Dimasa mendatang kearifan lokal ini bisa memotivasi para nelayan untuk

rela tidak melaut dalam rangka restocking sumberdaya ikan, disamping itu juga

sebagai satu upaya untuk pendistribusian ekonomi kedaerah lain, yaitu dengan

adanya budaya mudik lebaran.Disamping para nelayan itu pergi kesanak

saudara didaerah lain juga sekaligus mereka membayar zakat mereka yang

diberikan kepada karib kerabat mereka yang dalam keadaan fakir dan miskin,

sebagai suatu kewajiban dalam agama Islam, seperti tercantum dalam Al-Qur’an

ayat 60 : “ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang-orang miskin, pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk

(memerdekan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan allah, dan orang-

orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan

Allah, dan allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Page 35: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

274

5.2.3.Pemanfaatan Kearifan Lokal dalam Konteks Pengelolaan dan

Pembangunan Sumberdaya Perikanan yangLestari dan Berkelanjutan.

Kondisi sumberdaya alam yang terus menerus dieksploitasi tanpa memikirkan

adanya keseimbangan alam dan konsep berkelanjutan, terus menerus terjadi

diera global seperti ini, dimana permintaan pasar terus menerus menjadi

penguasa tanpa mengakibatkan efek domino terhadap kondisi lingkungan yang

semakin memburuk.Hal ini mengisyaratkan pentingnya pengelolaan

wilayahtersebut untuk dikelola secara terpadu dan bijaksana.Menurut

Purwanto (2003) dalam Stanis (2005)Ketersediaan (stok) sumberdaya ikan pada

beberapa daerah penangkapan (fishing ground) di Indonesia ternyata telah

dimanfaatkan melebihi daya dukungnya sehinggakelestariannya terancam.

Beberapa spesies ikan bahkan dilaporkan telah sulit didapatkan bahkan nyaris

hilang dari perairan Indonesia.

Gambar 34. Deskripsi Keterkaitan aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Kondisi sosial

Hidup

sengsara Hidup

sejahtera,

berkelanjutan

Hidup

cukup

Kondisi

ekonomi Hidup

bertahan

Kondisi

lingkungan

( Sumber : Tuwo, 2011)

Page 36: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

275

Menurut Tuwo(2011) gambar diatas merupakan gambaran konsep hidup

Pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan yang bisa dianalogikan dengan

kondisi kehidupan.Jika anda hidup dalam kondisi sosial dan ekonomi yang baik,

namun tanpa lingkungan yang baik, maka hanya hidup sekedar cukup.Jika anda

hidup dalam kondisi sosial dan lingkungan yang baik, namun tanpa

kondisiekonomi yang baik, makan anda akn hidup sengsara.Jika anda hidup

dalam kondisi sosial ynag baik, maka anda hidup sekedar bertahan. Namun jika

anda hidup dalam kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan yang baik, maka

hidup anda akan sejahtera.

Dalam konsep pembagunan berkelanjutan menurut Anggoro dalam

Stanis (2005) lebih lanjut menjelaskan bahwa secara ideal pemanfaatan

sumberdaya ikan dan lingkungan hidupnya harus mampumenjamin

keberlangsungan fungsi ekologis guna mendukung keberlanjutan usaha

perikanan pantai yang ekonomis dan produktif. Keberlanjutan fungsi ekologis

akan menjamin eksistensi sumberdaya serta lingkungan hidup ikan yang akan

sangat terpengaruh dengan sifat manusia dalam mengeksploitasi sumber daya

alam.

Lebih lanjut lagi menurut Supriharyono (2000), beberapa pertimbangan

dalam pengelolaan sumberdaya alam yakni meliputi (a) pertimbangan ekonomis,

(b) pertimbangan dari aspek lingkungan dan (c) pertimbangan sosial budaya.

Pertimbangan ekonomis menyangkut penting tidaknya untuk kebutuhan

masyarakat sehari-hari, penghasil barang-barang yang dapat dipasarkan,

merupakan aset lokal, nasional atau internasional serta merupakan aset

pariwisata yang dapat mengahasil uang selain berupa barang.Maka dari itu

diperlukan adanya sebuah system yang melindungi keberlanjutan sumeberdaya

alam.

Page 37: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

276

5.2.4.Peluang Pembedayaan Kearifan Lokal

Kearifan lokal, tradisi dan budaya yang terdapat dalam masyarakat

nelayan Selat Madura memiliki peluang besar untuk dikelola dan diberdayakan

kembali sehingga dapat mengatur kehidupan masyarakat sehari-hari dan

normajuga sebagai aturan yang berpihak setidaknya dengan lingkungan dalam

konteks pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. Menurut beberapa informan

dan narasumber yang ditemui, masyarakat di lokasi penelitian menyatakan

bahwa masyarakat memiliki antusiasme yang tinggi jika akanada

dilangsungkannya acara petik laut.Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan kondisi

kepatuhan masyarakat terhadap konsep hak milik onjem meskipun berada

dilahan komunal yang open acces.Tidak berbeda dengan budaya dan adat

istiadat yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang sangat religious

dan dipatuhi.

Kondisi demikian akan bersifat positif dalam bagaimana kita akan

membangun model pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat. Adanya

sistem yang telah terbentuk kuat dan mengakar dalam pori-pori kehidupan

masyarakat akan membantu memasukkan cara berfikir (mindset)bagaimana cara

sebaiknya dalam memanfaatkan alam lingkungan sekitar. Maka dari itu kondisi

masyarakat seperti ini hendaknya menjadi kekayaan budaya dan tradisi yang

paling berpotensi dan bermanfaat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan

berbasis masyarakat sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu instrumen

penting dalam membangun kekuatan sosial untuk upaya pengelolaan dan

pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan.

Dalam konteks pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut peranan

lembaga lokal berserta kearifan lokal, tradisi dan budaya setempat memiliki

peluang yang sangat strategis untuk dimanfaatkan dalam upaya pembinaan

terhadap masyarakat pesisir dan nelayan. Aspek ini dapat dijadikan sebagai

Page 38: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

277

jembatan penghubung yang menghubungkan antara program yang akan

diterapkan otoritas pemerintah dengan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat.

Sehingga diharapkan apapun target kelestarian lingkungan dan kesejahteraan

masyarakat yang direncanakan pemerintah diyakini akan dapat berjalan dengan

cepat dan tepat sasaran sehingga memberikan dampak yang positif terhadap

keberhasilan dan keberlanjutan program.

Jika dilihat dalam beberapa model pemberdayaan masyarakat

dalammembangun manajemen konservasi dan rehabilitasi sumberdaya pesisir

dan laut, aspek sosial budaya, tradisi dan kearifan lokal merupakan salah satu

faktor pertimbangan yang sangat didahulukan dan harus lebih dominan karena

akan sangat erat kaitannya dikarenakan masyarakat lokal adalah masyarakat

yang bersentuhan langsung dengan lingkungan objek pembangunan. Hal ini juga

didasarkan dengan alasan bahwa apa yang akan dibangun harus dapat diterima

menjadi bagian keseharian dari masyarakat setempat dengan tidak bergesekan

dan atau bahkan bertentangan dengan aspek sosial budaya yang hidup lebih

dahulu dan berkembang jauh sebelum akan dibangun model pengelolaan di

daerah tersebut.

5.2.5. Model Pengelolaan dan Pemberdayaan Masyarakat Lokal

Konsep community based managementdengan memberdayakan dan

melibatkan masyarakat lokal sebagai salah satu stakeholder yang langsung

bersentuhan dengan objek yang akan dikelola dan dimanfaatkan merupakan

salah satu solusi dalam mengurangi ketidaksesuaian kebijakan pusat yang

bersifat universal atau pukul rata ditengah karakteristik setiap wilayah yang

sangat berbeda. Karakteristik yang berbeda ini bisa berupa budaya, kondisi alam

dan sumberdaya manusia setempat. Sehingga kita dapat memanfaatkan

Page 39: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

278

masyarakat lokal atau lembaga lokal jika ada akan membantu dalam kesesuaian

kebijakan dan model yang akan diterapkan (Primyastanto. M, et al, 2013).

Dilihat dari kondisi sosial masyarakat nelayan Selat Madura, yang

memiliki kondisi alam, adat dan budaya sedemikian rupa cukup berpeluang dan

berpotensi dibentuk dengan model pemanfaatan kearifan lokal sebagai co

manajemen dalam pembangunan ekowisata yang berkelanjutan.Yang berpihak

terhadap kondisi lingkungan tanpa mengenyampingkan kondisi ekonomi dan

budaya setempat sebagai budaya lokal yang kuat dan tetap mengakar dalam

masyarakat.Meskipun masih banyak perlu penambahan konsep dan belum

adanya struktur dengan baik, sumberdaya masyarakat, budaya masyarakat dan

kondisi sumberdaya alamnya bisa menjadi langkah awal dalam membangun

kearifan lokal setempat sebagai model co manajemen pembangunan ekowisata.

Dalam konteks kearifan lokal yaitu pengetahuan lokal yang memiliki

keberpihakan dengan kelestarian lingkungan, jika dilihat pada kondisi yang

sudah dijelaskan pada beberapa bab diatas dapat kita cermati bahwa ada lima

budaya setempat yang berpontensi sebagai kearifan lokal, yaitu petik

lautpengambek, kontrak kerja, andun dan onjem atau yang lebih kita kenal

dengan rumpon. Sedangkan dua kebudayaan setempat lainnya berupa budaya

setempat yang bersifat religious dan adanya ketergantungan suatu lapisan

masyarakat nelayan.Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan dari kedua

budaya tersebut bisa dikelola dengan konsep co manajemen meskipun tidak

berlatar kearifan lokal.Masih perlu beberapa penambahan konsep agar bisa

digunakan sebagai bentuk co manajemen dalam konsep pembangunan

berkelanjutan.

Jika kita mengacu pada undang-undang pemerintah Republik Indonesia

nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

yaitu pada pasal 3 dan dijelaskan lagi dalam pasal 4 sebagaimanadalam System

Page 40: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

279

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang berasaskan:a).

keberlanjutan; (b). konsistensi; (c). keterpaduan; (d). kepastian hukum; (e).

kemitraan; (f). pemerataan; (g). peran serta masyarakat; (h). keterbukaan; (i).

desentralisasi; (j). akuntabilitas; dan(k). keadilan.

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilaksanakan dengan

tujuan: (a). melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan

memperkaya Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta sistem

ekologisnya secara berkelanjutan; menciptakan keharmonisan dan sinergi antara

Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan Sumber Daya Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil; (b). memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga

pemerintah serta mendorong inisiatif Masyarakat dalam pengelolaan Sumber

Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan, dan

keberkelanjutan; dan (c). meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya

Masyarakat melalui peran serta Masyarakat dalam pemanfaatan Sumber Daya

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Oleh karena itu model pengelolaan sumberdaya laut, pesisir dan pulau-

pulau kecil dengan konsep pembangunan berkelanjutan harus melibatkan

adanya peran serta masyarakat dan model yang dibangun tidak bertentangan

dengan kondisi sosial, budaya dan adat setempat.lebih baik lagi akan sangat

membantu jika memang ada kearifan lokal setempat yang bisa digunakan

sebagai jembatan antara model yang akan dibangun dan objek masyarakat

sebagai pelaku utama.

Jika kita melihat kondisi kearifan lokal dan budaya setempat yang akan

sangat berpotensi dalam model pembangunan berkelanjutan dapat kita lihat yaitu

petik laut,onjem, nyabis, andun, pengambek dan kontrak kerja. Hanya tinggal

bagaimana model diadaptasikan dengan kondisi kebutuhan masyarakat nelayan

Selat Madura sehingga tidak akan ada pertentangan dan sasaran tetap tercapai.

Page 41: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

280

5.2.6. Membangun Model Pengelolaan Sumberdaya Berbasis Masyarakat.

Strategi membangun masyarakat pesisir dalam rencana pembangunan

berkelanjutan berbasis masyarakat dapat dilakukan melalui dua pendekatan

yaitu, yang sifatnyanon struktural dan struktural.Dari kedua pendekatan ini,

nantinya perlu adanya kesepakatan lokal yang ada didalam masyarakat dengan

dilindungi oleh pemerintah kabupaten sebagai pelindung dari adanya

kesepakatan lokal yang dibuat dan diterapkan dalam masyarakat lokal.Non

structural adalah pendekatan yang subyektif. Pendekatan ini menggunakan

pendekatan secara mental dan pengetahuan masyarakat dalam rangka

meningkatkan kemampuan anggota masyarakat untuk ikut serta dalam

pengelolaan sumberdaya dalam lembaga yang nantinya akan dibangun.

Sehingga diharapkan nantinya, ketika “wadah” masyarakat dalam betuk lembaga

lokal telah terbentuk, sumberdaya manusia yang ada didalamnya bisa

menggerakkan dengan baik dan akan tercapai sasaran dan tujuan yang

diharapkan.

Pendekatan struktural adalah pendekatan yang menyeluruh yang

menekankan pada penataan system, pembentukan lembaga dan struktur sosial

politik yang ada dalam masyarakat direbuild.Pendekatan ini menggunakan

peranan dari lembaga lokal jika memang ada dan tentunya yang berwewenang

atau lembaga yang dibentuk untuk pengelolaan pesisir laut jika memang tidak

ada. Dalam membangun lembaga lokal memang peranan masyarakat sangat

dominan dan penting tetapi akan kurang kuat karena aspek structural biasanya

akan lebih efektif jika dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai otoritas

kewenangan, sehingga perlu adanya tuntunan atau bimbingan pada langkah

awal merintis dan membangun suatu system dan lembaga pada masyarakat

pesisir. Kemudian dengan pendekatan Kedua pendekatan tersebut harus saling

Page 42: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

281

mendukung, melengkapi dan dilaksanakan secara berkaitan dalam satu

kesatuan.

1. Pendekatan Subyektif.

Pendekatan non struktural atau subyektik adalah pendekatan yang

menempatkan manusia sebagai subyek yang mempunyai keleluasaan

untuk berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya dengan diiringi

pemahaman konsep atau wawasan sebagai landasan guna mencapai

sasaran yang akan dicapai. Pendekatan ini masyarakat lokal ketika telah

memilik pengetahuan, keterampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan

peran sertanya sebagai subjek yang akan melakukan tindakan lansung

dalam masyarakat pada saat mengelola sumberdaya yang ada

disekitarnya.

Dengan membekali wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam

pengelolaan masyarakat meskipun butuh waktu yang lama tetapi

akandengan sendirinya masyarakat lebih menyadari keterkaitan dengan

lingkungan dan juga akan terbentuk sendiri suatu mata pencaharian

alternatif misalnya jika lingkungan sekitar yang kotor maka akan dapat

sendirinya dibentuk konsep ekowisata yang tentunya mendatangkan

sumberdaya ekonomi bagi masyarakat setempat. Maka dari itu otoritas

pemerintah Kabupaten Probolinggo harus memberikan minimal

meningkatkan dan membuka wawasan dan pengetahuan dengan

beberapacara, misal penyuluhan dan pelatihan masyarakat agar terlibat

aktif. Contoh-contohnya diantara lain :

a. Pengembangan keterampilan masyarakat.

b. Peningkatan pengetahuan dan wawasan lingkungan

c. Peningkatan animo masyarakat agar berperan serta

d. Peningkatan kualitas pendidikan formal sumber daya manusia

Page 43: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

282

e. Memberikan motivasi masyarakat untuk berperanserta.

Jika mengacu pada penjelasan diatas, maka kita dapat

memasukkan langkah-langkah tersebut kedalam beberapa adat dan

budaya yang sudah teridentifikasi pada masyarakat lokal diantaranya :

a) Tradisi petik laut, pada susunan acaranya terdapat beberapa hal

yang dalam pikiran logis tidak masuk akal dan kurang bermanfaat

tanpa harus mengganti dan menghilangkan ditambahkan acara yang

lebih bermanfaat dan dampaknya langsung kepada lingkungan

sektar dan masyarakat. Dalam beberapa acara yang terdapat pada

upacara petik laut dapat kita modifikasi tanpa harus menghilangkan

kondisi asli, sebagai berikut :

Pada upacara larung sesaji, ditambahkan pelepasan bibit-bibit

ikan dalam jumlah banyak sehingga ada manfaat lingkunga yang

didapat.

Selain pada upacara larung sesaji, ditambahkan kegiatan

transplatasi terumbu karang dilaut dangkal sekitar pulau gili.

kegiatan ini memutuhkan ahli dalam bidangnya, maka dari itu

diperlukan kerja sama dengan ahli terkait tanpa melepas peran

serta masyarakat lokal.

Pada acara hiburan petik laut, yang umumnya dilangsungkan

selama dua hari, selain adanya pagelaran kesenian ludruk

Madura, akan lebih bermanfaat, pihak pemerintah masuk dengan

memberikan penyuluhan dan pelatihan sehingga penambahan

wawasan dan pengetahuan masyarakat tercapai.

Upacara petik laut, seyogyanya diagendakan dalam setiap tahun

dengan pasti sehingga ini bisa dijadikan komoditi pariwisata dan

Page 44: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

283

bisa menambah nilai jual Selat Madura yang seharusnya bisa

dijadikan sebagai lokasi ekowisata.

b) Onjem yang dimiliki masyarakat nelayan Selat Madura masih bersifat

tradisional dan masih dimiliki hanya beberapa segelintir orang.

Dengan kondisi demikian, pemerintah akan lebih baik memberikan

penyuluhan yang baik dalam pembuatan rumpon, alat-alat yang

dibutuhkan seperti GPS dan bantuan tenaga ahli sehingga lebih

banyak onjem yang dimiliki setiap warga. Yang nantinya diharapkan,

pada kondisi musim paceklik, meskipun hasil ikan sedikit yang

didapatkan dari rumpon, setidaknya menjamin ketersediaan ikan

sebagai komoditas utama nelayan. Selain itu, adanya transplantasi

terumbu karang secara jangka panjang akan meningkatkan

ketersedian sumberdaya ikan dilaut.Pada budaya onjem dapat

diperbaiki dan diperbanyak dengan peran serta pemerintah dalam

memberikan penyuluhan yang baik dalam pembuatan rumpon, dan

bantuan tenaga ahli sehingga lebih banyak onjem (rumpon) yang

dimiliki setiap warga masyarakat nelayan selat madura.

c) Pada kearifan lokal andun perlu diarahkan kepada daerah baru,

bahkan sampai ZEE, agar bisa meningkatkan pendapatan nelayan

sekaligus menjaga kelestarian sumberdaya ikan.

d) Dalam sistem kontrak kerja perlu diupayakan pemerintah aturan agar

terjadinya kompetisi yang sehat agar terhindar dari konflik sosial.

e) Kearifan lokal nyabis bisa dilakukan para nelayan modal kecil

sedangkan nelayan modal besar lebih membutuhkan pada data

tentang sum berdaya ikan serta teknologi penagkapan lebih baik

untuk memperbesar investasinya.

Page 45: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

284

f) Kearifan lokal pengambek diupayakan perannya agar lebih berpihak

kepada nelayan kecil dengan arahan pemerintah tentang informasi

pasar dan besarnya jasa yang harus ditanggung nelayan agar tidak

merugikan nelayan.

2. Pendekatan struktural.

Pendekatan structural bertujuan untuk membentuk struktur, system

dan kelembagaan local, yang terdiri atas : system kehidupan masyarakat

local, system social, system ekonomi, dan system lingkungan setempat.

Pendekatan structural yang tertata dengan baik , maka dapat menjadikan

masyarakat local berkesempatan lebih baik dalam mengelola sumberdaya

perikanan secara sustainable. Disamping itu pembangunan struktur SEL

(Sosial-Ekonomi-Lingkungan) diupayakan agar bisa meningkatkan

kreativitas masyarakat local untuk menjaga kelestarian sumberdaya

perikanan dari berbagai anasir dari dalam dan luar yang mengancam

pelestarian sumberdaya perikanan yang ada. Pendekatan semacam ini

bermuara pada pengurangan sekaligus menghindarkan masyarakat

nelayan dari permasalahan SEL (social-ekonomi-lingkungan), dimana hal

tersebut sering mendudukkan masyarakat nelayan dalam bargaining

position yang lemah. Adapun langkah-langkah yang dapat diupayakan

pada masyarakat nelayan Selat Madura sebagai berikut :

a. Membentuk lembaga lokal.

Dengan kondisi masyarakat nelayan Selat Madura yang religious

dan antusias misalnya pada saat upacara petik laut, bisa dimanfaatkan

dengan membentuk struktur tetap yaitu sebuah lembaga yang berperan

dalam mengatur segala aspek kehidupan.Seperti mengatur kondisi

lingkungan sekitar yang sangat kotor dengan memberlakukan aturan-

Page 46: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

285

aturan yang disepakati oleh bersama. Sebagai contoh adalah pada

umumnya apabila akan tiba hari lebaran Iedul Fitri atau telasan, maka

masyarakat nelayan akan mengecat rumah, membersihkan Masjid ,

Mushollah, juga dengan gotong royong membersihkan linkungan sekitar,

termasuk makam keluarga. Hal ini bisa diupayakan dimasa mendatang

sebagai bentuk even lomba kebersihan lingkungan antar RT atau RW.

Pada saat kondisi lembaga telah kuat, maka dengan sendirinya akan

tercipta masyarakat mandiri dalam membentuk lingkungan yang sehat

berbasis masyarakat tanpa meninggalkan kesejahteraan dan kondisi

lingkungan yang baik.

Menurut Sahri Muhammad et al (2010) bahwa kebijakan Saptagon

Akses berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

rumahtangga nelayan dan dilakukan melalui pelatihan pada rumahtangga

ABK (Anak Buah Kapal). Adapun Saptagon Akses tersebut dilakukan

dengan cara :

1. Akses Sosial melalui penguatan Kelompok Usaha Bersama (KUB)

2. Akses SDM (Sumberdaya Manusia) melalui penguatan Vocational

Skill non melaut bagi ibu rumahtangga dalam kegiatan alternative

mata pencaharian di darat.

3. Akses teknologi ramah lingkungan melalui penguatan Vocational Skill

nelayan dalam kegiatan melaut.

4. Akses Finansial secara local melalui penguatan Lembaga Keuangan

Masyarakat Pesisir (LKMP).

5. Akses SDA (Sumberdaya Alam) melaui penguatan perijinan dan Co-

Management dalam pengelolaan sumberdaya perikanan.

6. Akses Pasar melalui penguatan KUB dalam Kemitraan Usaha untuk

Penguatan Ekonomi Lokal (KPEL).

Page 47: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

286

7. Akses Politik melalui penguatan Participatory Budgeting Skill yang

berkaitan dalam Implementasi penguatan Community Development

melalui penganggaran Pemerintah Daerah (PEMDA).

b. Mengembangkan keikut sertaan masyarakat lokal dalam proses

pengambilan keputusan.

Berhasil tidaknya mengikut sertakan masyarakat lokal dalam

memanage sumberdaya perikanan yang ada dipengaruhi oleh policy para

pengambil keputusan (decision maker). Policy berdasarkan keikut sertaan

masyarakat local yang berbasis kepada keinginan stake holder akan

berdampak pada suksesnya pengelolaan terhadap sumberdaya

perikanan yang ada. Keikut sertaan stake holder merupakan

keniscayaan, hal itu disebabkan adanya penyesuaian terhadap keinginan

dan aspirasi stake holder sekaligus sejalan dengan potensi sumberdaya

perikanan yang tersedia di alam.

Policy yang berdasarkan pada keikut sertaan masyarakat dan

keterbatasan potensi sumberdaya yang ada dapat meningkatkan

partisipasi masyarakat local dalam pengelolaan dan pelestarian

sumberdaya yang ada. Disamping hal tersebut diatas akan berdampak

positif terhadap tata ruang wilayah, sekaligus adanya kesempatan bagi

masyarakat local untuk berperan serta terhadap lingkungan sekitar. Dan

pada gilirannya nanti akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

local. (Nurmalasari, 2009).

c. Peningkatan akses masyarakat terhadap informasi.

Informasi merupakan salah satu aspek penting dalam

pengembangan masyarakat pantai sebagai bagian dari pengelolaan

pesisir dan laut.Ketersediaan informasi mengenai potensi dan

Page 48: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

287

perkembangan kondisi wilayah dan sumber daya alamnya sangat

berharga untuk penyusunan kebijakan, program dan kegiatan di wilayah

tersebut.

5.2.7. Kendala-kendala yang dihadapi dalam Implementasinya

Dalam upaya untuk menjadikan kearifan lokal yang ada dalam

implementasinya masih terkendala dengan belum adanya paying hukum yang

mengikat stakeholder, agar efektifitas pemberdayaan kearifan lokal dalam rangka

pengelolaan sumberdaya perikanan secara lestari dan berkelanjutan

tercapai.Adapun beberapa langkah yang diharapkan untuk mencapai hal

tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. Pembangunan berbasis masyarakat tidak serta merta dilakukan mandiri oleh

masyarakat, perlu bantuan dari pemerintah mulai dari biaya, tenaga ahli dan

kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan agar pembangunan berkelanjutan

dengan berbasis masyrakat lokal bisa terwujud.

2. Pembangunan yang dilakukan di Selat Madura harus melihat berbagai

aspek, seperti sektor ekonomi, masyarakat, sosial, budaya, dan pemerintah

desa, daerah maupun pusat. Sehingga tidak terjadi tumpang tindih kebijakan

antara satu dengan yang lainnya. Untuk mewujudkan keterpaduan tersebut

maka dalam perencanaan pembangunan harus mengintegrasikan semua

semua kepentingan pada sektor-sektor yang terlibat. Maka dari itu perlu ada

musyawarah untuk mencapai kata mufakat dalam perencanaan

pembangunan. Seperti kerjasama Bappedakab dan Departemen Kelautan

dan Perikanan Kabupaten Probolinggo dalam perencanaanRENSTRA

(Rencana Strategis)pengelolaan pulau dan pesisir.

3. Untuk memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada masih sangat

berpotensi untu dikembangkan diperlukan perencanaan yang lebih

Page 49: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

288

menyeluruh pada usaha peningkatkan keterampilan dan pengetahuan

terhadap teknik-teknik budidaya melalui kegiatan dan pelatihan serta studi

banding di tempat-tempat yang sudah maju. Disamping itu dukungan dana

dan aspek pemasaran hasil usaha budidaya perikanan

4. Dalam merangkai kebijakan-kebijakan pemberdayaan masyarakat pesisir

dan nelayan, baik dalam usaha pemanfaatan maupun dalam pengelolaan

sumberdaya alam laut dan pesisir Selat madura, dan kabupaten Probolinggo

secara umum, perlu dipertimbangkan kekayaan kearifan lokal yang ada dan

dilakukan identifikasi karakteristik sosial masyarakat pesisir secara cermat.

Ini penting dilakukan dalam membentuk nilai yang terwujuddalam kehidupan

sehari hari sebagai dasar dan filosofi dalam membangun keserasian,

keharmonisan antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya,

sehingga membawa hasil yang optimal.

5. Untuk itu dalam strategi pengelolaan, pengawasan sumberdaya pesisir dan

pemberdayaan masyarakat diharapkan sedapat mungkin nilai kearifan lokal,

tradisi/hukum adat beserta sistem kelembagaan yang ada, baik

kelembagaan yang nyata berupa struktur masyarakat adat dan organisasi

formal pemerintahan maupun Lembaga formal, Keputusan Bupati,

Keputusan Camat, sampai Keputusan Desa hendaknya dapat

mengakomodir dan memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal yang hidup,

bertumbuh dan berkembang di dalam masyarakat.

6. Diperlukan adanya keterbukaan dalam menerima hal baru berupa wawasan

dan pengetahuan sehingga tidak terjadi ketidak berhasilan model

pembangunan berbasis pengetahuan lokal

7. Dibutuhkan adanya penguatan kelompok-kelompk atau lemabaga sehingga

mudah dalam terbentuknya model co manajemen dalam masyarakat dalam

pengelolaan sumberdaya lingkungan Pulau Gili.

Page 50: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

289

8. Diupayakan adanya perubahan mindset bahwa pendidikan merupakan salah

satu hal yang penting dalam kehidupan guna membangun keterbukaan dan

pengetahuan serta wawasanterhadap kelestarian sumberdaya dan

lingkungan berbasis kearifan lokal yang ada.

5.3. Analisis Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan Melalui Pendekatan

Sistem.

Pembahasan tentang hasil estimasi model ekonomi rumahtangga nelayan

payang di Selat Madura dengan mengintegrasikan nelayan juragan dan

pendega. Agar memudahkan dalam pembahasan, maka analisis didasarkan

pada 4 (empat) blok, yaitu : (1) Produksi, (2) Curahan Kerja, (3) Pendapatan, dan

(4) Pengeluaran, terdiri dari 23 persamaan perilaku dan 22 persamaan identitas.

Model ekonomi rumahtangga nelayan payang di Selat Madura terdiri atas

juragan dan pendega, dimana merupakan model persamaan simultan dengan

menggunakan data cross section di 4 Kecamatan : Sumber Asih, Karang Anyar,

Randu Putih dan Randu Tatah, Kabupaten Probolinggo pada tahun 2012. Model

dispesifikasi secara berulang untuk memperoleh model yang bermakna menurut

kriteria Ekonomi, dan memuaskan menurut kriteria Statistika.Secara rinci hasil

analisis Estimasi Model Ekonomi Rumahtangga disajikan pada Lampiran 5.

Hasil Analisis Estimasi Model Ekonomi Rumahtangga nelayan payang

yang didasarkan pada kriteria Ekonomi, menunjukkan bahwa semua parameter

peubah penjelas pada persamaan perilaku mempunyai tanda sesuai harapan.

Sedangkan berdasarkan kriteria statistika, menunjukkan jumlah persamaan

perilaku dengan nilai koefisien determinasi (R2 ) lebih besar dari 0.50 sebanyak

40 % dan koefisien determinasi (R2 ) lebih kecil dari 0.50 sebanyak 60 %.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan data cross section, sehingga hasil

Page 51: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

290

estimasi model ekonomi rumahtangga dapat dikatakan cukup memuaskan

berdasarkan criteria ekonomi dan statistika.

Hasil Analisis model ekonomi rumahtangga dalam penelitian ini toleransi

taraf nyata nilai alfa) sampai 0.30,dimana hasil estimasi parameter pada

persamaam perilaku yang menunjukkan nilai t statistika pada taraf

nyata 0.30dianggap menunjukkan ada hubungan nyata antara peubah

penjelas dengan peubah endogen.

5.3.1. Respon Produksi Ikan

Perilaku produksi ikan disusun dalam empat persamaan perilaku dan satu

persamaan identitas.Hasil analisis estimasi persamaan perilaku produksi ikan

disajikan pada tabel 9.

1. Respon Aset Kapal

Perilaku asset kapal (ASKJ) dipengaruhi oleh pemberian kredit (KRKJ),

nilai alat tangkap (ITMJ), pendapatan rumahtangga juragan (YJSPK), dan

prasarana desa (DESA).

Parameter peubah kredit (KRKJ) bernilai posistif, hal itu dapat

diinterpretasikan bahwa pemberian kredit mampu merangsang peningkatan

ukuran asset kapal ikan pada alat tangkap payang di Selat Madura. Adapun

peubah lain yang berpengaruh positif terhadap penggunaan ukuran asset kapal

adalah nilai alat tangkap (ITMJ), tingkat pendapatan (YJSPK) dan penyediaan

prasarana pelabuhan (DESA)di desa pesisir Selat Madura. Hal ini dapat

menjelaskan perilaku rasional dalam rumahtangga juragan, bahwa perubahan

asset kapal dipengaruhi adanya perubahan pada nilai alat tangkap , tingkat

pendapatannya, pemberian kredit dan penyediaan prasarana pelabuhan

perikanan.Karena semua peubah penjelas tersebut merupakan keperluan

Page 52: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

291

nelayan untuk termotivasi meningkatkan hasil produksinya melaut, sehingga bisa

meningkatkan pendapatannya sekaligus kemampuan untuk pembayaran kredit

yang ditanggungnya.Sehingga pemerintah perlu mengupayakan kebijakan paket

kredit yang lunak sekaligus membangun fasilitas prasarana pelabuhan yang

memadai.

Tabel 9. Hasil Esimasi Parameter perilaku nelayan payang dalam Blok Produksi

No. Peubah Endogen/Penjelas Estimasi Parameter

t- hitung Durbin Watson

1. Aset Kapal (ASKJ) Intercept Kredit untuk Juragan (KRKJ) Nilai Alat Tangkap (ITMJ) Pendapatan RT Juraga (YJSPK) Prasarana Desa (DESA) 2.Daerah Penangkapan Ikan (DPI) Intercept Aset Kapal (ASKJ) Harga BBM (PBM) Pendidikan/Pengalaman Pendega (PDPP) Pendidikan/Pengalaman Juragan (PDPJ) Harga Ikan (PIK) Curahan Kerja Agroindustri dalam RT. Pendega (CDPA) NYABIS ONJHEM 3. Produktivitas/ Trip (PRM) Intercept Teknologi (TEK) Prasarana Desa (DESA) Tingkat Produksi MSY (SSDA) PETK LAUT 4. Jumlah Frekuensi Melaut FQM) Intercept Daerah Penangkapan Ikan (DPI) Curahan Kerja Agroindustri dalam RT. Juragan (CDJA) Curahan Kerja Non-Perikanan dalam RT. Juragan(CDJL) 5. Produksi Ikan : QNM = PRM*FQM

0 0.453 3.855E-7 9.28E-11 0.027 0 -9.436 -0.526 -0.127 -0.113 -0.0004 0.008 0 2665.133 0 0 0 0 0.611 194 1.62E-15 0 0

- 0.47 17.72***

3.98***

0.18 - -4.70***

-6.05***

-0.87 -1.20*

-2.11***

1.07*

- 6.09***

- - - - 3.71***

- - - - -

1.118308

1.787507

0.239091

0.896496

Keterangan : *** : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.10 ** : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.20 * : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.30

Page 53: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

292

Parameter peubah prasarana desa bernilai positif, sebagai proksi

ketersediaan prasarana pelabuhan perikanan dapat diinterpretasikan bahwa

peningkatan penyediaan prasarana pelabuhan perikanan mampu merangsang

peningkatan ukuran asset kapal yang digunakan rumahtangga nelayan payang di

selat Madura. Disamping itu, perubahan ukuran asset kapal dipengaruhi oleh

pendapatan dan jenis alat tangkap yang digunakan. Hal ini dapat

diinterpretasikan bahwa perubahan pendapatan yang semakin meningkat akan

memotivasi untuk menambah ukuran asset kapal , dimana juga akan diikuti

dengan semakin meningkatnya produksi mendatang Disamping itu juga

dipengaruhi perubahan nilai alat tangkap yang digunakan. Hal ini dikarenakan

semakin besar ukuran asset kapal akan memerlukan jumlah dan ukuran alat

tangkap yang lebih besar, sehingga akan menambah nilai alat tangkap yang

digunakan nelayan payang di Selat Madura, bisa berupa penambahan armada

atau memperbesar ukurannya.

Parameter peubah prasarana desa bernilai positif, dimana prasrana desa

mewakili ketersediaan prasarana pelabuhan perikanan dapat diinterpretasikan

bahwa nelayan payang Selat Madura semakin bersikap positif terhadap

pemanfaatan pelabuhan perikanan dalam kegiatan produksi penangkapan ikan

di laut. Penyediaan dan pelayanan pelabuhan perikanan yang semakin

meningkat akan memacu rumahtangga nelayan payang untuk menggunakan

ukuran asset kapal yang semakin besar.Sehingga dimasa mendatang diperlukan

peranan pemerintah dan stakeholder untuk memajukan perikanan payang

khususnya dan perikanan pada umumnya di Selat Madura lebih serius agar

peningkatan kesejahteraan nelayan sekaligus pemberdayaan mereka dalam

pengelolaan sumberdaya ikan yang berkelanjutan (sustainable).

Page 54: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

293

2. Respon Daerah Penangkapan Ikan

Perilaku daerah penangkapan ikan (DPI) dipengaruhi oleh peubah aset

kapal (ASKJ), harga BBM (PBM), pendidikan dan pengalaman juragan (PDPJ),

pendidikan dan pengalaman pendega (PDPP), curahan dalam rumahtangga

pendega untuk kegiatan agroindustri (CDPA), harga ikan (PIK), dan onjhem

(rumpon)sebagai suatu budaya kearifan lokal masyarakat nelayan payang di

Selat Madura.. Peubah nyabis tidak berpengaruh terhadap perilaku DPI. Lama

pendidikan dan pengalaman kerja pendega maupun juragan adalah merupakan

proksi mutu SDM nelayan payang Selat Madura.

Parameter peubah daerah penangkapan (DPI) dipengaruhi secara positif

oleh peubah curahan kerja dalam rumahtangga pendega untuk kegiatan

agroindustri (CDPA) dan onjhem (rumpon). Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa

dalam melakukan operasi penangkapan ikan di laut, juragan dan pendega

semakin rasional untuk mempertimbangkan penggunaan curahan kerja dalam

rumahtangga pendega untuk kegiatan agroindustri seperti pegolahan ikan dan

pemasaran ikan yang semakin berkualitas serta keberadaan onjhem sebagai

rumah ikan atau sarang ikan yang menyediakan stock ikan atau restocking

sumberdaya ikan akan memacu daerah penangkapan ikan yang semakin luas.

Dimana semakin meningkat hasil ikan yang didapat, maka akan memerlukan

curahan kerja yang semakin meningkat dibidang yang berkaitan dengan usaha

penangkapan ikan.Dan untuk memudahkan kegiatan penangkapan ikan ditengah

laut (daerah penangkapan ikan), sebagian nelayan memasang sarang ikan atau

onjhem didalam laut, onjehm ini dibuat dari daun pohon kelapa yang masih utuh,

batangan bamboo, dan batu pemberta yang disusun sedemikian rupa, onjhem ini

akan menjadi tempat berkumpul dan bertelur ikan sehingga dapat membantu

nelayan untuk menjaringnya (Kusnadi, 2000). Maka dimasa mendatang

diperlukan untuk pemberdayaan onjhem ini ketempat daerah penagkapan yang

Page 55: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

294

lebih luas lagi untuk meningkatkan hasil tangkapan sekaligus upaya pelestarian

sumberdaya ikan oleh stakeholder.

Disamping itu nampak kontribusi kearifan lokal onjhem (rumpon)

terhadap pembangunan perikanan mendatang Laut sebagai karakteristik kondisi

alam sudah terpenuhi jika mengacu pada Christy(1992). Onjem merupakan hasil

buah pikir yang terjadi karena desakan adaptasi manusia dengan alam. Onjem

juga memiliki batas-batas wilayah dalam pengelolaannya, meskipun tidak ada

teknologi canggih yang digunakan, dan hanya menggunakan cara tradisional

dalam mengetahuinya batas-batas ini bisa ditentukan hukum adat yang melekat

seperti: misalnya, secara naluriah jika onjem ini bukan milik kita, maka kita tidak

akan melakukan penangkapan ikan di onjem orang lain tersebut. Hal ini

merupakan sebuah bentuk hukum adat yang tidak tertulis dalam masyarakat

nelayan Selat Madura. Dari aspek teknologi, meskipun sederhana dibanding

rumpon-rumpon modern yang sudah ada saat ini.Teknologi yang digunakan

tetap bisa berfungsi dengan baik meskipun hasil belum maksimal dibanding hasil

tangkapan dilaut lepas.Sehingga aspek teknologi terpenuhi meskipun sederhana

dan tradisional.Aspek budaya juga terpenuhi dalam onjem masyarakat nelayan

Selat Madura, dapat dilihat dari adanya budaya menghormati “jika ini milikmu

maka aku tidak boleh memanfaatkannya tanpa seijinmu” dan apabila ini

dilanggar maka hasil akan diambil pemilik onjem dan adanya sanksi moral dari

masyarakat. Ditinjau dari aspek distribusi kekayaan tidak terpenuhi karena

memang onjem merupakan milik pribadi meskipun berada dilahan komunal dan

tidak ada hukum yang melindungi seperti halnya sertifikat tanah pada umumnya.

Sedangkan dari aspek otoritas pemerintah, tidak adanya hukum yang melindungi

tidak berarti kegiatan atau tradisi ini illegal dan melanggar hukum. Bahkan jika

kita lihat dan kaji lebih dalam akan berdampak positif bagi lingkungan, yaitu

dengan adanya onjem ini maka sebagai rumah bagi ikan untuk melakukan

Page 56: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

295

pemijahan dan tempat berlindung dari pemangsa, disamping itu terjadi rantai

makanan sebagai wujud keseimbangan alam akan terjadi disekitar rumpon. Hal

ini sebagai salah satu wujud kepedulian masyarakat nelayan selat Madura

terhadap lingkungan dengan diterapkannya kearifan lokal onjem ini, dimasa

mendatang dapat ditumbuh kembangkan dengan teknologi yang lebih baik, yaitu

dengan upaya pembangunan terumbu karang buatan (Primyastanto. M., 2012).

Sehingga perlu dilestarikan dan diberdayakan dengan sentuhan teknologi

yang ramah lingkungan, serta pembuatan terumbu karang buatan ditempat

tertentu sebagai fishing ground untuk memperluas daerah penagkapan ikan bagi

nelayan.

Perluasan daerah penangkapan dipengaruhi secara negative oleh

perubahan aset kapal (ASKJ), harga BBM (solar) atau (PBM), dapat

diinterpretasikan bahwa peningkatan aset kapal dibarengi dengan peningkatan

harga BBM akan menurunkan perluasan dan jangkauan daerah penangkapan

ikan. Hal ini secara logis akan berdampak karena semakin meningkat asset

kapal dan harga BBM akan meningkatkan biaya operasional melaut, dimana bagi

nelayan payang bekal dan biaya yang disediakan terbatas, sehingga

antisipasinya adalah tetap melaut dengan memperpendek jarak daerah

penangkapan ikan. Apabila pemerintah membuat kebijakan peningkatan harga

BBM, maka nelayan payang Selat Maduraakan merespon secara cepat untuk

memperpendek jangkauan daerah penangkapan ikan.

Policy (kebijakan) pemerintah untuk menaikkan harga BBM akan

berdampak pada perilaku nelayan payang Selat Madura dalam mengatur

jangkauan daerah penangkapan ikan, yaitu : (1) Jangkauan daerah

penangkapan ikan semakin menurun, sehingga penangkapan ikan di wilayah

pantai akan semakin padat dan sumberdaya perikanan pantai akan mengalami

over fishingsebaliknya sumberdaya perikanan di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif

Page 57: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

296

(ZEE) tidak dapat dioptimalkan yang mengakibatkan kerugian besar bagi para

nelayan, dan (2) Produktivitas hasil penangkapan ikan semakin menurun, biaya

operasional semakin meningkat, maka akibatnya pendapatan nelayan semakin

berkurang.

Oleh karena itu, untuk memacu nelayan payang selat Madura agar

memperluas daerah penangkapan ikan khususnya dan bagi armada perikanan

nasional umumnya, agar dapat menggantikan armada asing yang melakukan

illegal-fishing di wilayah ZEE, memerlukan kebijakan kenaikan harga BBM

secara bijaksana, pemerintah perlu mempertimbangkan kebijakan kombinasi

paket program peningkatan ukuran asset kapal . Sedangkan upaya selanjutnya

untuk memperluas daerah penangkapan ikan pemerintah perlu mengupayakan

pelatihan dan penyuluhan dengan paket teknologi onjhem (rumpon) , dimana

disamping sebagai rumah ikan juga merupakan satu upaya untuk melestarikan

ketersediaan ikan sekaligus merupakan upaya untuk melestarikan sumberdaya

ikan.

Parameter harga ikan sebagai peubah penjelas berpengaruh negative

terhadap daerah penangkapan ikan, hal ini diinterpretasikan sebagai salah satu

bentuk adaptasi nelayan terhadap lingkungan ekosistemnya, dimana bagi

nelayan payang lingkungan fisik laut banyak mengandung resiko. Adanya risiko

dan ketidakpastian ini disarankan untuk disiasati dengan mengembangkan pola-

pola adaptasi berupa perilaku ekonomi yang spesifik yang selanjutnya

berpengaruh pada pranata ekonominya, termasuk perubahan meningkatnya

pada harga ikan, yang justru malah semakin memperpendek jarak daerah

penangkapan ikan.

Page 58: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

297

3. Respon Produktivitas

Pada perilaku produktivitas (PRM), dipengaruhi oleh peubahkearifan lokal

PETIK LAUT.Produktivitas hasil tangkapan ikan merespon positif terhadap

peubah PETIK LAUT. Perilaku tersebut dapat diinterpretasikan bahwa

peningkatan pelaksanaan petik laut akan meningkatkan produktivitas

pemanfaatan sumberdaya yang ada, terutama akan membuka peluang kerja

baru sebagai akibat dari terbukanya peluang usaha baik perikanan dan non

perikanan, yaitu dengan menjadikan even petik laut sebagai ekowisata dan bisa

dilakukan per tahun. Hal tersebut akan meningkatkan produktivitas rumahtangga

nelayan secara keseluruhan.

Dalam tradisi petik laut, dapat kita lihat untuk karakteristik alam dapat

terlihat, bahwa laut merupakan objek dari tradisi tersebut.Kemudian dari segi

budaya, petik laut merupakan budaya dari masyarakat pesisir hampir

sebagian besar masyarakat nelayan Selat Madura di Jawa Timur. Dari aspek

distribusi kekayaan, biaya yang digunakan dalam petik laut merupakan biaya

yang dikumpulkan dari semua lapisan masyarakat nelayan Selat Madura

yang besarannya dikategorikan berdasarkan dari segi jenis alat tangkap yang

dimiliki oleh nelayan. Sehingga antara pemilik alat tangkap payang jurung

dan alat tangkap sleret atau purse seine akan berbeda, yang tentunya akan

berbeda juga dari tingkat ekonomi nelayan karena biaya operasional dan

biaya dalam satu kali trip beserta hasilnya akan sangat berbeda.

Respon produktivitas hasil tangkapan ikan terhadap perbaikan status

sumberdaya menunjukkan hubungan tidak nyata. Hal ini dapat menjelaskan

bahwa peningkatan produtivitas melalui pemanfaatan sumberdaya secara

berkelanjutan (sustainable) pada tingkat Maximum Sustainable Yield (MSY)

adalah sulit diimplementasikan, karena terkait dengan siklus hidup ikan yang

Page 59: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

298

menjadi sasaran penagkapan,disamping itu juga membutuhkan waktu pemulihan

yang panjang (Anderson, 1986), serta bergantung pada jenis ikan yang menjadi

tujuan penangkapan (Hannesson, 1988).

Perbaikan teknologi tidak berpengaruh terhadap produktivitas hasil

tangkapan ikan nelayan payang, hal ini terjadi sebagai akibat kondisi

sumberdaya perikanan yang terbatas hanya di Selat Madura, dimana

sumberdaya ikan semakin terkuras (over-exploited). Sehingga pemanfaatan

sumberdaya perikanan akan menghadapi masalah over fishingdimana pada

akhirnya akan mengancam pemanfaatan sumberdaya perikanan secara

berkelanjutan (sustainable). Oleh karena itu untuk memacu nelayan payang selat

Madura untuk meningkatkan produktivitas hasil tangkapannya perlu diupayakan

untuk mencari daerah penangkapan baru (fishing ground), dan mencari

alternative pendapatan baru bagi rumahtangga.

4. Respon Frekuensi Melaut

Perilaku frekuensi melaut (FQM) dipengaruhi oleh jangkauan daerah

penangkapan ikan (DPI) dan tidak dipengaruhi oleh curahan kerja dalam

rumahtangga juragan untuk agroindustri (CDJA) dan curahan kerja dalam

rumahtangga juragan untuk kegiatan produktif non-perikanan (CDJL).

Daerah penangkapan ikan yang semakin jauh dan luas akan

meningkatkan frekuensi melaut nelayan payang Selat Madura, hal ini sangat

relevan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan yang masih belum dioptimalkan

terutama di wilayah ZEE. Disamping itu terjadi pergeseran mindsetnelayan

sendiri, dimana dahulu hanya one-day fishing, sekarang sudah beralih dengan

motto tidak akan pulang sebelum mendapatkan ikan, sehingga hal ini akan

meningkatkan pendapatan nelayan.

Page 60: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

299

Sementara itu perluasan daerah penangkapan ikan, sebagaimana telah

diuraikan sebelumnya, dipengaruhi oleh peubah asset kapal, mutu SDM, harga

BBM dan curahan kerja untuk agroindustri , serta kearifan lokal onjhem, petik

laut. Sedangkan frekuensi melaut merespon daerah penangkapan Ikan (DPI),

dan telasan. Sehingga faktor yang mempengaruhi perilaku juragan dalam

mengatur frekuensi melalut pada dasarnya merupakan kombinasi factor yang

sangat kompleks, sebagai berikut :

1. Faktor pertama : merupakan pilihan kontradiksi antara : (a) tingkat

pendapatan (YJSPK), (b) peningkatan ukuran kapal (ASKJ) dan

perbaikan teknologi (TEK), dimana pada satu sisi merangsang

nelayan untuk meningkatkan produltivitas dan frekuensi melaut,

dengan (c) kecenderungan kenaikan harga BBM (PBM) pada

sisi lain yang akan menambah beban biaya, merangsang nelayan

payang selat Madura untuk merespon kenaikan BBM dengan

jalan mengurangi frekuensi melaut.

2. Faktor kedua : kemampuan memilih untuk meningkatkan atau

mengurangi frekuensi melaut yang terkait dengan ketrampilan

nelayan juragan (PDPJ) dan nelayan pendega (PDPP).

Dengan demikian frekuensi melaut (FQM) pada dasarnya merupakan

pilihan ketidakpastian (uncertainty) yang tidaklah mudah. Dalam menghadapi

ketidakpastian tersebut, perilaku rumahtangga nelayan payang juragan

cenderung pada dua hal , yaitu : (1) melakukan kegiatan komplementer untuk

mengurangi kondisi ketidakpastian dengan jalan mengembangkan sumberdaya

pendapatan dari kegiatan agroindustri (CDJA), atau (2) pengembangan

alternative lapangan kerja non-perikanan (CDJL), seperti pedagang, dan ini

terbuka lebar apabila petik laut dijadikan even tahunan untuk menjadi ekowisata

Page 61: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

300

yang akan menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara, yang akan

meningkatkan pendapatan nelayan.

5. Produksi Ikan

Produksi ikan (QNM) merupakan persamaan identitas, yaitu perkalian

antara produktivitas (PRM) dan frekuensi melaut (FQM), seperti yang ditunjukkan

pada persamaan (5) sebagai berikut :

QNM = PRM * FQM……………………………………………….(5)

Produksi ikan diperhitungkan atas dasar hasil penangkapan ikan per trip

melaut. Berdasarkan uraian diatas, peubah yang mempengaruhi produksi ikan

secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kelompok peubah yang berpengaruh positif, yaitu : (a) Nilai alat tangkap

yang digunakan RT juragan (ITMJ), (b) Curahan hari kerja RT pendega

pada agro-industri (CDPA), (c) daerah penangkapan ikan (DPI), (d)

tingkat pendapatan (YJSPK), (e) pemberian kredit (KRKJ), (f) serta

kearifan lokal ONJHEM dan PETIK LAUT.

2. Kelompok peubah yang berpengaruh negative, yaitu : (a) ukuran asset

kapal ,(b) dan harga BBM (PBM) dan (h) peningkatan mutu SDM nelayan

(PDPJ) dan (PDPP)

3. Kebijakan kenaikan harga BBM mengancam pengembangan dan

perluasan daerah penangkapan ikan, sementara pemberdayaan kearifan

lokal ONJHEM dan PETIK LAUT merupakan faktor penting dalam

memelihara keberlanjutan usaha penangkapan ikan.

5.3.2. Respon Curahan Kerja

Curahan kerja rumahtangga juragan dan pendega untuk kegiatan

produktif agroindustri dan non-melaut (non-perikanan) pada penelitian ini,

Page 62: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

301

merupakan peubah eksogen.Hasil analisis estimasi persamaan perilaku curahan

kerja rumahtangga nelayan dapat dilihat pada tabel 10.

A. Rumahtangga Juragan

6. Curahan Kerja Dalam Rumahtangga Juragan

Curahan kerja dalam rumahtangga juragan (CDJT) merupakan

penjumlahan curahan kerja dari dalam rumahtangga juragan melaut (CDJM),

kegiatan agroindustri (CDJA) dan kegiatan produktif non-perikanan lainnya,

seperti pertanian dan pertukangan (CDJL) yang ditunjukkan pada persamaan

identitas (6) sebagai berikut :

CDJT = CDJM + CDJA + CDJL ………………………………….(6)

Peubah curahan kerja dalam rumahtangga juragan untuk kegiatan

agroindustri dan kegiatan produktif non-perikanan dalam penelitian ini sebagai

peubah eksogen.Curahan kerja dalam rumahtangga juragan sangat bergantung

pada kegiatan produktif melaut.

7. Respon Curahan Kerja Melaut dari Dalam Rumahtangga Juragan

Perilaku curahan kerja melaut dalam rumahtangga juragan (CDJM)

dipengaruhi secara positif oleh peubah frekuensi melaut (FQM), hal ini

merupakan interaksi yang logis dimana semakin meningkat frekuensi melaut

akan semakin meningkat pula curahan kerja melaut rumahtangga juragan. Dan

tidak dipengaruhi oleh peubah curahan kerja dari dalam rumahtangga juragan

kegiatan agroindustri (CDJA), CDJHDL, yaitu : interaksi antara kegiatan produktif

non-perikanan lainnya, seperti pertanian dan pertukangan (CDJL), kekayaan

juragan (HKJ) juga tingkat pendidikan dan pengalaman juragan (PDPJ), serta

kearifan lokal TELASAN. Hal ini dapat dijelaskan sebagai suatu system

Page 63: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

302

agrobisnis, keberhasilan perikanan tidak hanya ditentukan oleh tga sub system

utamanya, yaitu (1) produksi, (2) pasca panen (penanganan dan pengolahan),

dan (3) pemasaran, tetapi juga oleh subsistem penunjangnya yang meliputi

prasarana dan sarana, financial, SDM dan iptek, serta hukum dan kelembagaan,

dimana sampai saat ini kebijakan pemerintah di bidang agrobisnis perikanan

dinilai secara umum belum mendukung kemajuan pembangunan perikanan.

Minimal ada tiga kelemahan kebijakan yang mendasar, yaitu : (1) belum

adanya kebijakan yang membatasi jumlah (tingkat/quota) penangkapan stock

ikan di suatu kawasan perairan (laut), termasuk di Selat Madura. Semua nelayan

secara bebas tanpa batas dapat menangkap ikan di Selat Madura. Akibatnya

terjadi over fishing yang pada gilirannya merugikan usaha perikanan tangkap, (2)

belum ada RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) laut yang mengakomodasi

lahan usaha budidaya perikanan laut sebagai kawasan khusus/ tertentu yang

mendapat perlindungan dari konversi dan bahaya pencemaran, serta pengaturan

penjarangan (spacing), (3) belum adanya kebijakan tentang kredit murah dan

lunak untuk mendukung usaha perikanan tangkap , pengolahan sampai

pemasarannya. Sehingga berakibat pada belum optimal dalam upaya untuk

menjadikan system agrobisnis dalam perikanan, dimana menjadikan curahan

kerja rumahtangga juragan untuk kegiatan agroindustri (CDJA), dan kegiatan

non-perikanan (CDJL) sebagai alternative pendapatan di luar perikanan.

Disamping itu pendidikan pada masyarakat nelayan belum mengarah kepada

peningkatan SDM untuk perikanan secara spesifik.

Perilaku curahan kerja melaut dalam rumahtangga juragan pada

dasarnya adalah rasional, mengingat kegiatan melaut yang sarat dengan

ketidakpastian atau uncertainty memotivasi juragan untuk selalu

mengembangkan alternative kerja produktif lainnya.Potensi untuk

mengembangkan alternative curahan kerja untuk kegiatan agroindustri (CDJA)

Page 64: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

303

dalam rumahtangga juragan dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi

curahan kerja rumahtangga, baik pria maupun perempuan.Sedangkan

pengembangan alternative curahan kerja untuk non-perikanan (CDJL) dalam

rumahtangga juragan ditunjukkan bergantung juga pada tingkat kekayaan,

pendidikan dan pengalaman juragan. Sehingga ada upaya kedepan sebagai

berikut :(1) pemberdayaan masyarakat nelayan, (2) pemanfaatan sumberdaya

perikanan secara efisien, optimal dan sustainable, (3) pengembangan prasarana

dan sarana, teknologi pasca panen, (4) penguatan SDM dan Iptek , (5)

pengembangan prasarana dan sarana keamanan di laut , dan (6) pemberian

insentif ekonomi untuk stakeholder. Hal tersebut dilakukan dalam rangka untuk

antisipasi pasar persaingan global, dimana produk perikanan ditentukan oleh

criteria seperti : produk tersedia secara teratur dan berkesinambungan, produk

harus memiliki kualitas yang baik dan seragam serta produk dapat tersedia

secara massal (Pigot, 1994).

Page 65: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

304

Tabel 10.Hasil Esimasi Parameter perilaku nelayan payang dalam Blok Curahan Kerja Rumahtangga Juragan dan Pendega

No. Peubah Endogen/Penjelas Estimasi Parameter

t- hitung Durbin Watson

6.Curahan Kerja Dalam RT Juragan CDJT =CDJM + CDJA + CDJL 7. Curahan Kerja Melaut dari dalam RT Juragan (CDJM) Intercept Curahan Kerja Dalam RT Juragan untuk Agroindustri (CDJA) Curahan Kerja Dalam RT Juragan untuk non-Perikanan (CDJHDL) Jumlah Frekuensi Melaut (FQM) TELASAN 8.Curahan Kerja Melaut dari Luar RT Juragan (CLJM) Intercept Jumlah ABK (JABK) Aset Kapal (ASKJ) Angkatan Kerja RT Juragan Laki- laki (AKJL) 9. Curahan Kerja Melaut Total RT Juragan CTJM = CDJM + CLJM 10.Curahan Kerja Melaut RT Pendega (CDPM) Intercept Curahan Kerja Dalam RT Pendega untuk Agroindustri(CDPA) Curahan Kerja dalam RT Pendega untuk Non-Perikanan (CDPYL) Pendidikan/Pengalaman Pendega (PDPP) Jumlah Frekuensi Melaut (FQM) TELASAN 11. Curahan Kerja Total Dalam RT Pendega (CDPT) CDPT = CDPM + CDPA + CDPL

0 0 0 1.132 0 0 0 0 0 0 0.062 1.1E-8 -0.390 1.124 0

-

-

- 50.90***

- - 1.28**

0.95*

-0.49 14.02***

0.985611

1.043142

Keterangan : *** : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.10 ** : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.20 * : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.30 CDJHDL : interaksi CDJL*HKJ*PDPJ CDPYL : interaksi CDPL*YPL

Menurut Widiatmono, Vuichard dan Clignet (1998) bahwa seseorang

menjadi nelayan (termasuk menjadi juragan) di pantai utara Jawa Tengah,

Page 66: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

305

karena berbagai sebab, seperti karena seseorang dilahirkan di desa pantai,

berasala dari keluarga nelayan, pedagang ikan, atau lainnya. Latar belakang

yang bervariasi tersebut telah menghantarkan seseorang untuk memasuki

profesi perikanan. Oleh karena itu ketika seseorang memilih profesi sebagai

nelayan, maka pengalaman kerja sebelumnya ikut mempengaruhi pilihan

rumahtangga dalam meningkatkan pendapatannya.. Dalam banyak hal nelayan

seperti sub budaya mata pencaharian lainnya , membentuk masyarakatnya

sendiri. Nelayan juga sering terasing karena mereka harus hidup di sepanjang

pesisir laut .Keterasingan relative ini semakin besar karena nelayan semakin

terpisah dari masyarakat daratan ketika menangkap ikan. Disamping itu karena

banyak nelayan bekerja pada malam hari atau pagi buta, dimana saat itu orang

lain masih tidur, sehingga sering dipandang sebagai orang terpencil dari

masyarakat (Pollnac, 1988).

Dalam mengelola usahanya nelayan menghadapi ketidakpastian hasil

tangkapan ikan di laut, nelayan cenderung menggunakan berbagai

strategi.Strategi jangka pendek yang digunakan berupa aktivitas selain

penangkapan ikan, sedangkan strategi jangka panjang adalah membekali anak-

anaknya dengan pendidikan lebih lanjut (Roch, Luong, and Clignet, 1998).

Curahan kerja dalam rumahtangga juragan melaut berhubungan positif

dan dipengaruhi oleh frekuensi melaut (FQM) dan tidak dipengaruhi oleh curahan

kerja rumahtangga juragan untuk kegiatan agriindustri (CDJA), CDJHDL dan

TELASAN.Perilaku tersebut dapat diinterpretasikan bahwa CDJM bersifat

komplementer dengan CDJA karena adanya factor pengendalian resiko dan

ketersediaan angkatan kerja wanita untuk menangani kegiatan agroindustri dan

perdagangan ikan dalam rumahtangga juragan. Ini dapat berarti bahwa nelayan

juragan semakin rasional dalam mempertimbangkan berbagai factor yang

mempengaruhi curahan kerja rumahtangga dalam menghadapi resiko usaha

Page 67: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

306

penangkapan ikan di laut..Sifat komplementer antara perilaku CDJM dan CDJA,

disamping berkaitan dengan pengendalian resiko, juga terkait dengan factor

riwayat hidup juragan sebelumnya, apakah sebagai nelayan, pengolah ikan,

perdagangan umum dan profesi kegiatan produktif non-perikanan lainnya.

8. Respon Curahan Kerja Melaut dari Luar Rumahtangga Juragan.

Perilaku permintaan curahan kerja melaut dari luar rumahtangga juragan

(CLJM) berhubungan positif dan dipengaruhi oleh peubah jumlah ABK (JABK),

untuk kegiatan operasi penangkapan ikan dan asset kapal (ASKJ), juga

dipengaruhi oleh angkatan kerja laki-laki juragan (AKJL). Peningkatan jumlah

anak buah kapal (ABK) terkait dengan jenis alat tangkap yang digunakan.

Disamping itu perubahan jenis dan teknologi alat tangkap yang digunakan

semakin meningkat, bukan saja harus diikuti dengan peningkatan jumlah anak

buah kapal , tetapi juga jenis ketrampilannya, seperti kebutuhan adanya profesi

juru mesin, juru mudi, juru arus dan lainnya. Semua keahlian tersebut lebih

banyak tergantung pada suplai tenagakerja terampil dari luar rumahtangga

juragan.Sebagaimana telah diketahui, bahwa nelayan menghadapi resiko dan

ketidak pastian ketika menangkap ikan di laut.Untuk itu maka strategi yang

digunakan dalam meminimalisir resiko usahanya, dan sekaligus untuk

meningkatkan sumber pendapatan rumahtangga juragan adalah dengan

melibatkan anggota keluarga lakilaki untuk dapat membantu menangkap ikan di

laut.Sebagaimana pola kegiatan anak laki-laki nelayan di Riau, dimana anak laki-

laki nelayan yang sudah cukup dewasa untuk pergi melaut (Mulyadi.s, 2005).

9. Curahan Kerja Melaut Total Rumahtangga Juragan

Curahan kerja melaut total rumahtangga juragan merupakan

penjumlahan curahan kerja dari dalam rumahtangga juragan melaut (CDJM) dan

Page 68: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

307

curahan kerja melaut dari luar rumahtangga yang ditunjukkan pada persamaan

identitas (9).

CTJM = CDJM + CLJM ………………………………………….. (9)

Dengan memperhatikan respon curahan kerja luar rumahtangga juragan

terhadap jumlah ABK yang dibutuhkan dan angkatan kerja laki-laki dalam

rumahtangga juragan, berarti peningkatan curahan kerja untuk pengembangan

usaha penangkapan ikan sekaligus meningkatkan frekuensi melaut sangat

bergantung pada ketersediaan ABK dari luar rumahtangga juragan.

B. Rumahtangga Pendega

10. Respon Curahan Kerja Melaut Rumahtangga Pendega

Perilaku curahan kerja melaut rumahtangga pendega (CDPM)

dipengaruhi secara positif oleh peubah curahan kerja dalam rumahtangga

pendega untuk kegiatan agroindustri (CDPA), dan frekuensi melaut (FQM),serta

CDPL yang berinteraksi (CDPYL) dengan besarnya pendapatan pendega dari

non-perikanan (YPL). Adanya interaksi perilaku CDPL dengan factor besarnya

jumlah penerimaan dari non-perikanan (YPL), pada dasarnya adalah rasional,

mengingat ketidak pastian kegiatan melaut memotivasi pendega untuk

meningkatkan frekuensi melaut dalam upayanya untuk meningkatkan

pendapatannya sekaligus mengembangkan alternative kerja lainnya. Potensi

untuk mengembangkan alternative tersebut bergantung pada besarnya

penerimaan dari kerja non-perikanan untuk rumahtangga pendega.

Disamping itu, curahan kerja dalam rumahtangga pendega melaut

berhubungan negative dan dipengaruhi oleh peubah tingkat pendidikan dan

pengalaman pendega (PDPP). Hal ini sangat rasional karena pada umumnya

Page 69: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

308

anggota keluarga laki-laki yang sudah cukup dewasa lebih banyak diikut

sertakan dalam melaut, sehingga untu keperluan pendidikan pendega

cenderung akan semakin menurun atau tidak melanjutkan sekolah karena

adanya desakan kebutuhan ekonomi tersebut. Sebagaimana telah diuraikan oleh

Wdiatmono, Vuichard dan Clignet (1998), bahwa seseorang menjadi nelayan

(termasuk menjadi pendega) di pantai utara Jawa Tengah, karena berbagai

sebab, seperti karena seseorang dilahirkan di desa pantai, berasal dari keluarga

nelayan, pedagang ikan, atau lainnya. Latar belakang yang bervariasi telah

menghantarkan seseorang untuk memasuki profesi perikanan.

Curahan kerja melaut rumahtangga pendega (CDPM) berhubungan

positif dan deipengaruhi oleh curahan kerja untuk agroindustri (CDPA),

mengindikasikan bahwa CDPM bersifat komplementer dengan CDPA.Hal

tersebut disebabkan karena adanya factor pengendalian resiko dan ketersediaan

angkatan kerja wanita untuk menangani kegiatan agroindustri dan perdagangan

ikan dalam rumahtangga pendega.Sifat komplementer perilaku CDPM dan

CDPA, disamping berkaitan dengan pengendalian resiko melaut, juga terkait

dengan riwayat hidup pendega sebelumnya, apakah sebagai nelayan, pengolah

ikan, perdagangan umum dan profesi kegiatan produktif non perikanan lainnya.

11. Curahan Kerja Total Rumahtangga Pendega

Curahan kerja total rumahtangga pendega merupakan penjumlahan

curahan kerja rumahtangga pendega melaut (CDPM), curahan kerja dalam

rumahtangga pendega untuk kegiatan agroindustri perikanan (CDPA) dan

curahan kerja dalam rumahtangga pendega untuk kegiatan non-perikanan

(CDPL), sebagaimana ditunjukkan pada persmaan identitas (11)

CDPT = CDPM + CDPA + CDPL ………………………………..(11)

Page 70: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

309

Peubah curahan kerja dalam rumahtangga pendega untuk kegiatan

agroindustri dan kegiatan produktif non-perikanan dalam penelitian ini

merupakan peubah eksogen. Dengan memperhatikan respon curahan kerja

dalam rumahtangga pendega, dapat diinterpretasikan bahwa total curahan kerja

dalam rumahtangga pendega sangat bergantung pada kegiatan produktif melaut

dan agro-industri, sebagaimana ditunjukkan respon positif terhadap frekuensi

melaut dan curahan kerja rumahtangga pendega untuk kegiatan agro-industri.

Sebagaimana pada umumnya masyarakat nelayan .Menurut Mulyadi S (2005),

pola kegiatan istri dan anak nelayan di Riau , yaitu : untuk kegiatan mengolah/

menjual ikan, berkebun, sebagai pengrajin, berdagang komoditas non ikan dan

lainnya.

5.3.3. Respon Pendapatan

Untuk memilih persamaan-penerimaan kotor juragan melaut (RJM) dalam

penelitian ini yang sesuai dengan fenomena, dievaluasi atas dasar dua

pendekatan, yaitu : (1) RJM sebagai persamaan identitas dan (2) RJM sebagai

persamaan perilaku. Persamaan penerimaan kotor juragan melaut (RJM)

dinyatakan dalam bentuk persamaan perilaku dengan pertimbangan sebagai

berikut :

a. Atas dasar fenomena hasil tangkapan ikan (QNM) multi species,

dimana peningkatan penerimaan juragan melaut dapat terjadi karena

perubahan komposisi jenis hasil tangkapan ikan.

b. Atas dasar fenomena ekonomi, bahwa perubahan komposisi jenis

ikan yang lebih bernilai ekonomi dan mahal akan diikuti oleh kenaikan

besarnya penerimaan juragan melaut, sekalipun jumlah hasil

tangkapan ikan tetap.

Page 71: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

310

c. Atas dasar evaluasi statistic dan ekonometrik, sebagaimana berikut

bahwa penetapan RJM sebagai persamaan perilaku adalah

menghasilkan validasi model secara statistic lebih memuaskan, yaitu

dengan nilai Adj R 2 sebesar 75 % denga F hitung sebesar 155,81.

A.Rumahtangga Juragan

12. Respon Penerimaan Kotor Juragan Melaut

Analisis hasil estimasi persamaan perilaku dalam kelompok

Penerimaandan Pendapatan pada rumahtangga juragan dapat dilihat pada tabel

11. Penerimaan kotor juragan melaut (RJM) dipengaruhi dan merespon positif

terhadap peubah penjelas QNM, dan PIK, Hal ini logis sebab nilai hasil tangkap

merupakan perkalian antara jumlah produksi dengan harga ( QNM x PIK) ,

apalagi keduanya ditingkatkan, maka akan menghasilkan nilai RJM yang

semakin meningkat dengan lebih pasti. Fenomena tersebut dapat

diinterpretasikan bahwa perubahan harga, misalnya akibat perubahan mutu ikan,

diikuti oleh perubahan penerimaan juragan melaut secara inelastic, karena sifat

ikan yang cepat busuk (perishable food).Ada dugaan monopoli oleh pedagang

dalam pembentukan harga ikan di pedesaan pantai, karena pelelangan ikan tidak

berfungsi sebagaimana yang diharapkan.

Dalam system pemasaran komoditi perikanan tangkap, secara umum

harga ikan ditentukan oleh pasar.Secara individual, para produsen hasil

perikanan tangkap bersifat price taker.Dengan kondisi pasar demikian, hampir

tidak ada nelayan yangbisa mengatur harga ikan hasil produksi penangkapannya

(Pranadji, 1993).

Adapun peubah SSDA tidak berpengaruh, sedangkan untuk peubah

kearifan lokal ANDUN berpengaruh dan merespon negative . Hal ini dapat

diinterpretasikan karena andun berkisar didaerah lain yang sama letaknya di

Page 72: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

311

Selat Madura, dimana biaya yang dikeluarkan semakin besar dan jenis ikan yang

tertangkap tidak berbeda jauh sehingga kenaikan biaya tidak sebanding dengan

hasil yang diperoleh. Disamping itu andun juga merupakan pengalihan dari

tempat asal probolinggo yang sedang mengalami paceklik karena adanya angin

gending. Sebagaimana menurut Illo dan Pollo (1970) , bahwa para nelayan

ketika andun kedaerah lain mereka membawa perahunya masing-masing , dan

mereka melakukan andun tidak kedaerah lain yang lebih jauh karena risiko biaya

yang akan ditanggung cukup besar. Andun yaitu suatu proses perpindahan

sementara dalam usaha penangkapan ikan oleh nelayan dikarenakan beberapa

kendala salah satunya yaitu pengaruh cuaca yang buruk. Misal seperti jika

menurut Key Informan : Dengan adanya angin gending, dimana angin gending ini

sangat kencang ditengah laut dan ombak sangat ganas, meskipun ikan

melimpah tetapi nelayan enggan untuk menukar resiko keselamatan mereka.

Andun sebagai upaya untuk mencari ikan ketempat lain ini tidak terlepas dari

keyakinan adanya perintah agama yang diyakininya , yaitu Islam, dimana para

ulama’ mengajaka para nelayan selat Madura untuk mengalkannya, yaitu : “

Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi,

dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu

beruntung “. (Q.S. Al-Jumu’ah : 10). Hal ini menunjukkan bahwa kearifan lokal

Andun itu, disamping untuk berpindah tempat dalam mencari sumberdaya ikan

baru, juga agar memberi kesempatan bagi ikan ditempat semula melakukan

restoking sehingga terjadi kelestarian sumberdaya ikan dalam upaya

pengelolaan secara sustainable (berkesinambungan).

Diantara dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan terdapat

musim pancaroba yang biasanya ditandai dengan tiupan angin kering yang

cukup kencang yang berhembus dari arah Tenggara ke Barat Laut biasa disebut

“Angin Gending”.Kondisi ini tidak memungkinkan bagi masyarakat nelayan Selat

Page 73: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

312

Madurauntuk melakukan penangkapan ikan. Untuk musim kemarau yang

berkisar pada bulan April hingga bulan Oktober dengan rata-rata curah hujan +

29,5 mm per hari hujan, sedangkan musim penghujan dari bulan Oktober hingga

bulan April dengan rata-rata curah hujan + 229 mm per hari hujan. Curah hujan

yang cukup tinggi terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret

dengan rata-rata curah hujan + 360 mm per hari hujan.

Pada umumnya nelayan Selat Madura melakukan andun ke daerah Paiton

(perbatasan Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Situbondo) serta ke wilayah

Kabupaten Pasuruan. Proses andun sendiri dilakukan dengan membawa kapal

dan seluruh ABK yang berkenan untuk ikut dalam andun kelokasi yang

ditentukan oleh Fishing master atau kapten kapal. Umumnya jika terjadi angin

gending, yaitu pada bulan-bulan Agustus hingga Oktober dan awal-awal

November.

Page 74: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

313

Tabel 11.Hasil Estimasi Parameter Perilaku nelayan payang dalam Blok Penerimaan dan Pendapatan Dalam Rumahtangga Juragan.

No. Peubah Endogen/Penjelas Estimasi Parameter

t- hitung Durbin Watson

12. Penerimaan Kotor Juragan Melaut (RJM) Intercept Produksi Nelayan Melaut (QNM) Harga Ikan (PIK) Tingkat Produksi MSY (SSDA) ANDUN 13. Jumlah BBM Melaut (BBM) Intercept Teknologi (TEK) Prasarana Desa (DESA) Jumlah Frekuensi Melaut (FQM) Pendidikan/Pengalaman Juragan (PDPJ) 14. Jumlah Pengeluaran BBM Melaut PBBM = PBM * BBM 15.Jumlah Biaya Perbekalan Trip Melaut (BTM) Intercept Jumlah Frekuensi Melaut (FQM) Jumlah ABK (JABK) Curahan Kerja Melaut Total RT Juragan (CUJM) 16.Jumlah Retribusi Hasil Penangkapan Ikan (BRPI) Intercept Produksi Nelayan Melaut (QNM) Harga Ikan (PIK) Aset Kapal (ASKJ) Prasarana Desa (DESA) Pendidikan/Pengalaman Juragan (PDPJ) 17. Jumlah Lawuhan Hasil Penangkapan Ikan (LABK) Intercept Produksi Nelayan Melaut (QNM) Harga Ikan (PIK) Tingkat Produksi MSY (SSDA) 18. Biaya Operasi Penangkapan Ikan (BOM). BOM = PBBM+ BTM+BRPI+LABK 19. Penerimaan Nelayan Melaut (PNM) PNM = RJM -BOM

0 859823.7 27183.87 0 -9.273E7 0 0 0 -1.327 73.095 0 75065.53 -1025175 2656.903 0 0 0 0 0 0 -927286 8598.237 271.838 0

17.35***

7.09***

-1.73**

-0.90*

5.51***

5.72***

-4.54***

0.27

-1.73**

17.35***

7.09***

1.471026

0.868812

1.095989

1.471026

Keterangan : *** : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.10 ** : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.20 * : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.30

Page 75: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

314

No. Peubah Endogen/Penjelas Estimasi Parameter

t- hitung Durbin Watson

20. Penerimaan Bagen Juragan (PJMK) PJMK = BGJ * PNM 21. Penerimaan Juragan Melaut (PJM) PJM = PJMK - BIPI 22. Penerimaan RT Juragan Melaut Lainnya (PJML) Intercept Jumlah Kapal Milik Juragan (JKJ) Curahan Kerja Melaut dari Dalam RT Juragan (CDJM) Pendidikan/Pengalaman Juragan (PDPJ) Curahan Kerja Dalam RT Juragan untuk Agroindustri (CDJA) Curahan Kerja Dalam RT Juragan untuk Non-Perikanan (CDJL) 23. Pendapatan RT Juragan Melaut (YJM) YJM = PJM + PJML 24. Pendapatan Total RT Juragan (YJT) YJT = YJM + YJA + YJL 25. Pendapatan RT Juragan yang Dapat Dibelanjakan (YJSPK) YJSPK + YJT – BPKJ

0 0 0 0 0 0

Keterangan : *** : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.10 ** : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.20 * : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.30 Para nelayan pada umumnya berusaha agar memperoleh hasil

tangkapan sebanyak mungkin. Semakin besar hasil tangkapan ikan, ada

harapan semakin besar pendapatan bersih yang akan bisa didapat.Sejalan

dengan hasil temuan Pranadji, maka hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh

perubahan harga ikan, sehingga nelayan berkecenderungan untuk lebih

menguras sumberdaya perikanan daripada memperbaiki status sumberdaya.

Fenomena tersebut mengandung implikasi bahwa tanpa pemanfaatan

sumberdaya perikanan yang dikendalikan dengan penegakan hukum / aturan

secara kuat, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, maka berlangsungnya

over fishing sangat sulit dihindari. Atau dengan perkataan lain, mekanisme pasar

Page 76: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

315

melalui pembentukan harga tidak mudah untuk dijadikan instrument kebijakan

dalam pengendalian pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap secara

berkelanjutan (sustainable). Sebagaimana dalam kasus dampak kenaikan harga

ikan pada pengelolaan sumberdaya perikanan seperti gambar berikut :

RP

G B D TB

E TP

F A

Q

O U1 U2 U3 UF U

Gambar 35. Pengaruh Kenaikan Harga pada Produksi dan Penerimaan (Sumber Ian R. Smith, 1981) Pada kasus tersebut diatas. Model ini dapat membantu melukiskan akibat

dari kenaikan harga, misalnya penjaminan oleh suatu koperasi dengan

kemampuan tawar-menawar yang lebih baik, karena teknologi yang mengurangi

pembusukan sesudah penangkapan sebelum proses penjualan, atau karena

makin meningkatnya permintaan seperti terlihat pada gambar 19. Kenaikan

harga menghasilkan kenaikan keuntungan yang pada gilirannya menarik lebih

banyak nelayan, sehingga dapat meningkatkan jumlah pembiayaan sampai

tercapainya keseimbangan baru antara jumlah biaya kebali dan jumlah

penerimaan. Meskipun kurva jumlahpenerimaan meningkat karena

meningkatnya harga, namum kurva hasil penangkapan lestari tidak meningkat.

Sekalipun lebih banyak jumlah nelayan yang dapat tertampung dalam perikanan,

produksi nelayan rata-rata menurun, karena hasil tangkapan lestari lebih rendah.

Page 77: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

316

Oleh sebab itu turun tidaknya pendapatan tergantung pada sampai seberapa

jauh turunnya produktivitas itu diimbangi oleh kenaikan harga, yaitu pada

elastisitas permintaan dan penawaran.

13. Respon Jumlah BBM Melaut

Perilaku pengeluaran BBM untuk melaut (BBM) dipengaruhi secara positif

oleh pendidikan/pengalaman juragan. Hal ini disebabkan semakin tingginya SDM

juragan akan memacu untuk berperilaku produktif dengan akan meningkatkan

jarak daerah penangkapan, asset kapal, dimana memotivasi nelayan agar tidak

lagi berfikir untuk melaut sekedarnya saja dan Cuma 1 hari menangkap one day

fishing, tapi akan berlaku proaktif mencari ikan , sehingga tidak akan kembali

pulang sebelum mendapatkan hasil, sebagai akibat adanya peningkatan dari

SDM nelayan terhadap informasi dan sumberdaya ikan .

14. Jumlah Pengeluaran BBM Melaut

Jumlah pengeluaran BBM melaut merupakan perkalian antara jumlah

BBM yang digunakan dengan harganya, sebagaimana ditunjukkan pada

persamaan identitas (14), sebagai berikut :

PBBM = PBM * BBM ……………………………………………..(14)

Harga BBM dalam penelitian ini merupakan peubah kebijakan. Dengan

memperhatikan respon jumlah BBM yang digunakan terhadap pendidikan/

pengalaman juragan , dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi mutu

ketrampilan juragan, maka penggunaan BBM semakin meningkat, dengan

demikian peningkatan pendidikan/pengalaman dengan kata lain peningkatan

mutu SDM juragan dapat meningkatkan kegiatan produktif melaut lebih luas

jangkauan daerah penangkapannya. Hal ini diperkuat dengan keinginan nelayan

Page 78: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

317

merubah statusnya dari nelayan tradisional kepada nelayan entrepreneurship

,yaitu berubah cara berfikir juragan dari one day fishing kepada akan kembali

kerumah apabila sudah mendapatkan hasil tangkapan yang berarti lebih lama

dalam operasi penangkapan dimana semakin banyak membutuhkan BBM.

Sebagaimana kasus perubahan kenaikan biaya termasuk BBM terhadap perilaku

nelayan seperti gambar dibawah ini :

RP

F B D TB

E TP

A

Q

O U1 U2 UF U3 U

Gambar 36. Pengaruh Kenaikan Biaya pada Produksi dan Penerimaan (Sumber Ian R. Smith, 1981)

Kita dapat melihat beberapa akibat dari bertambahnya pembiayaan

terhadap hasil tangkapan (produksi) dan penerimaan ( gambar20 ). Dengan

meningkatnya kurva jumlah biaya, yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan

bakar misalnya, nelayan kecil akan terdepak keluar dari industri sampai jumlah

penerimaan kembali sama dengan jumlah biaya pada suatu keseimbangan

bebas ikut serta baru. Produksi penangkapan lestari, jumlah penerimaan akan

meningkat, tetapi jumlah nelayan akan berkurang. Sesudah diadakan

penyesuaian jangka panjang ini, nelayan yang masih tinggal dalam industri

perikanan rata-rata hanya akan dapat menutup biayanya.

Page 79: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

318

15. Respon Jumlah Biaya Perbekalan Trip Melaut

Pengeluaran biaya perbekalan trip melaut (BTM) terdiri dari perbekalan

untuk makan, atau bahan mentah berupa beras, rokok, minyak tanah dan lain-

lain untuk melaut, dipengaruhi dan berhubungan positif dengan jumlah frekuensi

melaut (FQM) dan curahan kerja total dalam kegiatan melaut rumahtangga

juragan (CUJM). Hal ini logis berlaku karena semakin banyak jumlah frekuensi

melaut dan curahan kerja total dalam kegiatan melaut rumahtangga juragan akan

semakin banyak perbekalan trip melaut yang akan dibawa. Sedangkan untuk

peubah jumlah anak buah kapal merespon negative, artinya semakin banyak

jumlah anak buah kapal akan semakin sedikit biaya perbekalan, ini menunjukkan

adanya efisiensi dalam pengeluaran biaya dalam operasional,sehingga akan

memaksimalkan keuntungan nelayan. Sedangkan untuk peubah jumlah anak

buah kapal (JABK), berpengaruh negative, hal ini dapat diinterpretasikan

semakin banyak jumlah anak buah kapal, maka semakin banyak pula biaya

perbekalan, maka dimasa mendatang nelayan akan berfikir lebih realistis untuk

mengusahakan operasional melautnya denga jumlah anak buah kapal seefisien

mungkin, agar mencapai keuntungan yang maksimal.

16. Respon Jumlah Retribusi Hasil Penangkapan Ikan

Perilaku pengeluaran untuk retribusi hasil penangkapan ikan (BRPI) tidak

dipengaruhi oleh semua peubah penjelas.Hal ini sejalan dengan program

pemerintah saat itu dalam hal penghapusan retribusi hasil penangkapan ikan,

agar pendapatan nelayan menjadi maksimal.Disamping itu nelayan yang

sebagian besar adalah nelayan dengan usaha skala kecil merupakan

permasalahan yang kompleks dan multidimensional, baik dari aspek cultural

maupun aspek structural. Ada empat masalah pokok yang menjadi kendala pada

nelayan skala kecil seperti nelayan payang di Selat Madura, seperti : (1)

Page 80: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

319

kurangnya kesempatan (lack opportunity), rendahnya kemampuan (low of

capabilities), kurangnya jaminan (low level security dan keterbtasan hak-hak

social, ekonomo, dan politik, sehingga menyebabkan kerentanan (vulnerability),

keterpurukan (voicelessness), dan ketidak berdayaan (powerlessness) dalam

segala bidang. Menghadapi hal tersebut, perlu stakeholder mengupayakan suatu

lembaga masyarakat lokal dengan memberdayakan kearifan lokal yang ada,

dimana lembaga tersebut berfungsi untuk : (1) menutup utang nelayan kepada

tengkulak dan mengalihkan penjaman kepada lembaga sebagi penjamin (2)

meniadakan biaya-biaya yang membebani nelayan skal kecil, seperti retribusi,

pajak dan lainnya yang dirasa memberatkan nelayan, (3) memberikan kredit

lunak untuk memberikan peluang usaha dibidang perikanan dan non perikanan

sebagai alternative pendapatannya, dan (4) mengadakan pembelian hasil

tangkap ikan salah satunya dengan system pelelangan ikan serta (5)

mendistribusikan hasil tangkapanpada pasar yang lebih luas ataupun eksport.

17. Respon Jumlah Lawuhan Hasil Penangkapan Ikan

Perilaku jumlah lawuhan hasil penangkapan ikan (LABK) dipengaruhi

secara positif oleh peubah penjelas produksi nelayan melaut (QNM) dan harga

ikan (PIK).Hal ini sesuai degan hasil temuan Pranadji (1995), bahwa pengaruh

perubahan hasil tangkapan ikan lebih besar daripada pengaruh perubahan harga

ikan, sehingga nelayan anak buah kapal berkecenderunagn untuk berperilaku

lebih menguras sumberdaya perikanan daripada memperbaiki harga ikan dan

status sumberdaya. Fenomena tersebut mengandung implikasi bahwa tanpa

pemanfaatan sumberdaya perikanan yang dikendalikan secara serius dan kuat,

baik oleh pemerintah maupun masyarakat stakeholder, maka berlangsungnya

over fishing akan sangat sulit dihindari. Sebagaimana satu kasus dalam

Page 81: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

320

meningkatkan produksi hasil penangkapan (QNM) dengan penggunaan

teknologi, seperti gambar dibawah ini :

RP

B D TB

E TP

F A

Q

O U1 U2 UF U3 U

Gambar 37. Pengaruh Perubahan Teknologi pada Produksi dan Penerimaan(Sumber Ian R. Smith, 1981) Pada kasus ini sebagai akibat dari adanya perbahan teknologi, akan

dapat menghemat tenaga kerja pada suatu tingkat tertentu. Dengan mengacu

pada gambar 2 diatas dengan menganggap bahwa keseimbangan telah tercapai,

dimana jumlah biaya menyamai jumlah penerimaan. Pengenalan teknologi baru

awalnya akan meningkatkan taraf upaya perikanan sedemikian rupa, sehingga

jumlah biaya melampaui jumlah penerimaan. Menurut model ini para produsen

kecil akan tergeser keluar. Hasil tangkapan lestari akan dikurangi, dan jumlah

penerimaan akan menurun. Oleh karena sifat teknologi baru yang menghemat

tenaga kerja, jumlah nelayan pada keseimbangan ikut serta yang baru akan

berkurang. Bahkan bagi mereka yang masih tinggalpun penerimaannya hanya

akan cukup untuk menutup pembiayaan. Sehingga pendapatan penangkapan

ikan dalam jangka panjang tidak akan meningkat. Penting untuk diketahui bahwa

tujuan pembahasan ini adalah untuk menguraikan sarana demi memperbaiki

pendapatan masyarakat nelayan. Agaknya peningkatan mutu kapal dan alat

penangkapan tidak termasuk didalamnya.

Page 82: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

321

Besarnya QNM secara langsung dipengaruhi oleh perubahan PRM dan

FQM. FQM merespon perubahan DPI , mengingat : (1) factor teknologi (TEK)

merupakan peubah sangat menentukan terhadap produktivitas melaut (PRM)

dan factor harga BBM sangat mempengaruhi perluasan daerah penangkapan

ikan dan frekuensi melaut (FQM). Dengan dasar pertimbangan tersebut, maka

instrument kebijakan yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk

mempengaruhi perubahan nilai lawuhan anak buah kapal (LABK) dan

pengelolaan sumberdaya secara berkelanjutan adalah kebijakan teknologi ramah

lingkungan, pengendalian harga BBM, disamping perluasan daerah

penangkapan (DPI) yang diarahkan pada perairan ZEE. Sedangkan untuk

perairan Selat Madura yang over fishing diupayakan untuk pengelolaan nelayan

skala kecil dengan lebih banyak menggunakan onjhem (rumpon) dan pembuatan

terumbu karang buatan dalam rangka restocking ikan. Juga dikembangkan

alternative mata pencaharian lain dengan jalan ekowisata dan pemberdayaan

kearifan lokal PETIK LAUT sebagai event tahunan.

18. Biaya Operasi Penangkapan Ikan

Biaya operasi penangkapan ikan melaut merupakan penjumlahan biaya

BBM, biaya perbekalan trip melaut, pengeluaran retribusi hasil penangkapan ikan

dan pengeluaran lawuhan ikan untuk semua anak buah kapal (ABK),

sebagaimana ditunjukkan pada persamaan identitas (18) berikut :

BOM = BBM + BTM + BRPI + LABK …………………….…. (18)

Dengan memperhatikan respon jumlah BBM untuk operasi melaut dapat

diinterpretasikan bahwa peningkatan mutu SDM juragan berpengaruh positif

Page 83: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

322

terhadap efisiensi kerja nelayan dalam pengaturan biaya operasional

penangkapan ikan.

19. Penerimaan Nelayan Melaut

Penerimaan nelayan melaut juragan dananak buah kapal melaut sebelum

dibagi menurut system bagi hasil yang berlaku (PNM) merupakan selisih antara

penerimaan kotor juragan melaut (RJM) dikurangi biaya operasional

penangkapan ikan (BOM) sebagai beban bersama biaya melaut antara juragan

dan anak buah kapal, sebagaimana ditunjukkan pada persamaan identitas (19)

berikut :

PNM = RJM – BOM ………………..……………………………..(19)

Dengan memperhatikan respon RJM terhadap berbagai peubah penjelas

dan faktor yang berpengaruh terhadap biaya operasional penangkapan melaut,

maka faktor yang mempengaruhi penerimaan nelayan melaut (PNM) adalah

:teknologi, hasil tangkapan ikan , frekuensi melaut, jumlah anak buah kapal,

curahan kerja usaha, harga ikan, dan mutu SDM nelayan payang.

20. Penerimaan Bagen Juragan

Penerimaan juragan atas dasar system bagi hasil yang berlaku (PJMK)

sebesar bagen (BGJ, %) dari besarnya penerimaan nelayan payang melaut

(PNM) sesuai dengan system bagi hasil yang berlaku secara lokal sebagaimana

ditunjukkan persamaan identitas (20) berikut :

PJMK = BGJ * PNM ……………………………………………...(20)

Dengan dasar persamaan (20), perubahan besarnya bagen antara

juragan dan anak buah kapal akan berdampak langsung terhadap tingkat

Page 84: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

323

pendapatan dan pemerataan antara juragan dan anak buah kapal. Adapun

pembagian antara anggota anak buah kapal juga didasarkan pada system bagi

hasil tertentu yang akan mempengaruhi tingkat pendapatan pendega pada alat

tangkap payang di Selat Madura.

Beberapa dari hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi pendapatan

dari pola bagi hasil tangkapan adalah timpang diterima antara pemilik (juragan)

dan anak buah kapal. Secara umum bagi hasil bersih yang diterima adalah paron

(separuh-separuh) fifty-fifty (50% ; 50%). Akan tetapi bagian yang diterima anak

buah kapal (ABK) harus dibagi lagi dengan sejumlah anak buah kapal yang

terlibat dalam aktivitas kegiatan di kapal. Semakin banyak jumlah anak buah

kapal (JABK),maka semakin kecil bagian yang diperoleh setiap aanak buah

kapal. Selain itu pola umum bagi hasil di beberapa daerah ( Teluk Lampung dan

Pasuruan) menunjukkan bahwa selain mendapat separuh dari hasil bersih,

pemilik juga memperoleh 15 % dari jumlah kotor hasil tangkapan sebagai

cadangan jika ada kerusakan asset kapal (Nadjib, 1998). Oleh karena itu dimasa

depan perlu upaya untuk memodifikasi system bagi hasil yang lebih adil dengan

pemberdayaan kearifan lokal yang ada.

21. Penerimaan Juragan Melaut

Penerimaan juragan melaut (PJM) merupakan selisih antara penerimaan

juragan atas dasar bagi hasil (PJMK) dikurangi biaya seperti ijin penangkapan

(BIPI), sebagaimana ditunjukkan persamaan identitas (21) berikut :

PJM = PJMK – BIPI ………………………………………………..(21)

Dengan dasar persamaan (21), perubahan besarnya bagen dan beban

biaya perijinan dalam usaha penangkapan ikan akan berdampak langsung

terhadap tingkat penerimaan juragan melaut.

Page 85: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

324

22. Respon Penerimaan Rumahtangga Juragan Melaut Lainnya

Perilaku penerimaan rumahtangga juragan melaut lainnya (PJML) tidak

dipengaruhi oleh semua faktor yang ada, yaitu :Jumlah Kapal Milik Juragan

(JKJ),Curahan Kerja Melaut dari Dalam RT Juragan (CDJM)

Pendidikan/Pengalaman Juragan (PDPJ) Curahan Kerja Dalam RT Juragan

untuk Agroindustri (CDJA) Curahan Kerja Dalam RT Juragan untuk Non-

Perikanan (CDJL). Hal ini disebabkan untuk juragan nelayan payang pada

umumnya hanya penerimaan melaut semata-mata yang didapatkan oleh

rumahtangga juragan melaut, sehingga dapat dikatakan masih subsisten.

Dimana pada umumnya para nelayan skala kecil seperti payang masih

mengalami keterbatsan teknologi penangkapan, jumlah kapal umumnya hanya 1,

curahan kerja melaut dari dalam RT juragan terbatas karena anak masih kecil

dan istri di rumah, pendidikan dan pengalaman masih sedikit. Curahan kerja

untuk agroindustri dan non perikanan juga hamper tidak ada. Dengan alat

tangkap yang sederhana, wilayah operasinyapun terbatas sekitar pantai Selat

Madura. Disamping itu ketergantungan terhadap musim sangat tinggi, sehingga

tidak setiap saat nelayan payang bisa melaut, terutama musim angin gending.

Kondisi seperti ini merugikan nelayan payang, karena secara rriil rata-rata

pendapatan menjadi lebih kecil, dan pendapatan yang diperoleh pada saat

musim ikan akan habis dikonsumsi pada saat paceklik.

23. Pendapatan Rumahtangga Juragan Melaut

Pendapatan rumahtangga juragan melaut merupakan penjumlahan

antara jumlah penerimaan (keunungan) juragan melaut (PJM) dan jumlah

penerimaan juragan melaut lainnya (PJML), seperti keterlibatan anggota (laki-

laki) rumahtangga juragan dalam kegiatan melaut dan penerimaan rumahtangga

juragan melaut lainnya, misalnya pemilikan kapal lebih dari satu unit pendapatan

Page 86: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

325

rumahtangga juragan melaut sebagaimana ditunjukkan pada persamaan

identitas (23) berikut :

YPM = PJM + PJML ……………………………...………………..(23)

Keterlibatan anggota (laki-laki) rumahtangga juragan dan jumlah

pemilikan unit penangkapan ikan berpengaruh secara langsung terhadap

peningkatan pendapatan rumahtangga juragan melaut.

24. Pendapatan Total Rumahtangga Juragan

Penerimaan rumahtangga juragan dari kegiatan non-perikanan, seperti

agroindustri perikanan dan kegiatan non-perikanan merupakan peubah eksogen.

Pendapatan rumahtangga juragan total (YJT) merupakan penjumlahan

penerimaan rumahtangga juragan melaut (YJM), penerimaan dari kegiatan

agroindustri perikanan (YJA) dan penerimaan dari non-perikanan (YJL)

sebagaimana ditunjukkan persamaan identitas (24) berikut :

YJT = YJM + YJA + YJL …………………………………………(24)

Kegiatan anggota rumahtangga juragan dalam kegiatan agroindustri dan

non-perikanan berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan pendapatan

total rumahtangga juragan.

25. Pendapatan Rumahtangga Juragan yang Dapat Dibelanjakan

Adapun besarnya pendapatan rumahtangga juragan yang dapat

dibelanjakan (YJSPK) merupakan selisih antara pendapatan total (YJT) dan

pengeluaran rumahtangga untuk pajak atau pengeluaran lainnya (BPKJ)

sebagaimana ditunjukkan pada persamaan identitas (25) berikut :

YJSPK = YJT – BPKJ …………………….………………………(25)

Page 87: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

326

Jenis pengeluaran rumahtangga juragan berupa pajak tanah dan

bangunan atau pengeluaran untuk penjagaan keamanan kampung dan lainnya.

B. Rumahtangga Pendega

Dari pengamatan Roch dan Sastrawidjaya (1998) terhadap 155 orang

buruh nelayan di pelabuhan perikanan berbeda di Pantai Utara Jawa, yaitu di

Tegal, Pekalongan dan Juwana diperoleh gambaran sumber-sumber pendapatan

anak buah kapal melaut yang terdiri dari beberapa unsure, yaitu : (1) bagen atas

dasar system bagi hasil yang berlaku, (2) hasil pancingan ketika melaut, (3)

lawuhan atau lauk pauk dari melaut, (4) pemberian khusus oleh juragan untuk

anak buah kapal ketika paceklik dalam upaya memelihara loyalitas anak buah

kapal, (5) tabungan di koperasi, dan (6) insentif khusus bagi nakhoda.

Di wilayah perikanan Selat Madura ,untuk memelihara loyalitas anak

buah kapal, para juragan memberikan pinjaman tanpa bunga sebagai ikatan

kerja dengan anak buah kapal, khususnya ketika paceklik. Disamping itu

kegiatan koperasi belum berfungsi sebagaimana diharapkan. Oleh karena itu

dalam penelitian ini gambaran sumberpendapatan rumahtangga pendega melaut

dikelompokkan menjadi empat sumber, yaitu : (1) bagen untuk seorang pendega

atas dasar system bagi hasil (USPM), (2) lawuhan per orang anak buah kapal

(LABK), (3) hasil melaut lainnya (PPML). Dalam membangun model, lawuhan per

orang pendega (LABK) disusun dalam bentuk peubah eksogen yang nilainya

sama banyak untuk setiap orang anak buah kapal, sedangkan sumber

penerimaan pendega lainnya disusun dalam bentuk persamaan perilaku. Hasil

estimasi model dalam kelompok Penerimaan dan Pendapatan pada

rumahtangga Pendega disajikan pada tabel 12.

Page 88: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

327

Tabel 12.Hasil Estimasi Paraneter Perilaku nelayan payang dalam Blok Penerimaan dan Pendapatan pada rumahtangga Pendega

No. Peubah Endogen/Penjelas Estimasi Parameter

t- hitung Durbin Watson

26. Jumlah Bagen Seluruh ABK (BABK) BABK = PNM – PJMK 27. Pendapatan Bagen Melaut (USPM) Intercept Bagian ABK (BABK) Harga Ikan (PIK) Jumlah ABK (JABK) 28. Penerimaan Pendega Lainnya Melaut (PPLM) Intercept Biaya Trip Melaut (BTM) Prasarana Desa (DESA) Jumlah Frekuensi Melaut (FQM) Aset Kapal (ASKJ) 29. Penerimaan Pendega Melaut (PPM) PPM = LABK + USPM + PPLM 30. Penerimaan RT Pendega Melaut Lainnya (PPML) Intercept Tingkat Produksi MSY (SSDA) Pendapatan Pendega dari Bagi Hasil (USPM) Pendidikan/Pengalaman Pendega (PDPP) Curahan Kerja dalam RT Pendega untuk Agroindustri (CDPA) Curahan Kerja dalam RT Pendega untuk Non-Perikanan (CDPL) 31. Pendapatan RT Pendega Melaut YPM = PPM + PPML 32. Pendapatan Total RT Pendega (YPT) YPT = YPM + YPA + YPL 33. Pendapatan RT Pendega yang Dapat Dibelanjakan (YPSPK) YPSPK = YPT - BPKP

-4.611E8 0.451 -3769.98 1.1919E8 0 1.000 0 0 0 5.88827E8 0 1.970 -2.848E7 -1175304 -3012609

-1.16**

27.11***

-0.21 3.04***

1.05*

25.73***

-1.03*

-0.65 -1.33**

0.672152

0.552398

Keterangan : *** : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.10 ** : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.20 * : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.30

Page 89: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

328

26. Jumlah Bagen Seluruh Anak Buah Kapal (ABK)

Penerimaan bagen seluruh anak buah kapal (BABK) merupakan selisih

antara besarnya penerimaan nelayan melaut (PNM), dikurangi bagian juragan

(PJMK), sebagaimana ditunjukkan pada persamaan identitas (26) berikut :

BABK = PNM – PJMK ……………………………………………..(26)

Dengan dasar persamaan (26), perubahan besarnya pengaturan bagi

hasil akan berdampak langsung terhadap pendapatan anak buah kapal. Pada

umumnya pengaturan bagi hasil antara juragan dan anak buah kapal, setelah

penerimaan kotor juragan melaut (RJM) dikurangii biaya operasional melaut

(beban bersama).Juragan dan anak buah kapal masing-masing mendapatkan

bagian sebesar 50 %, dalam bahasa lokalnya disebut dengan paron.Menurut

Kusnadi (2000), bahwa system bagi hasil adalah system yang mengatur

pembagian hasil tangkapan antara orenga (juragan) dan pandhiga (pendega)

berdasarkan norma yang berlaku. Dengan persepsi bahwa perahu/kapal sebagai

satu unit produksi, system bagi hasil yang berlaku berbeda-beda karena tingkat

kebutuhan akan jumlah pendega yang diperlukan, spesialisasi pekerjaan dan

biaya operasi atau pemeliharaannya. Ada yang system bagi tiga (telon) dengan

perincian : satu bagian untuk orenga dan dua bagian untuk pandhiga, dan

system bagi dua (paron) dengan perincian : satu bagian untuk orenga dan satu

bagian untuk pandhiga.

27. Respon Penerimaan Bagen Pendega Melaut

Perilaku penerimaan bagen pendega melaut (USPM) dipengaruhi jumlah

bagian anak buah kapal (ABK) menurut system bagi hasil yang berlaku (BABK),

harga ikan (PIK) dan jumlah anak buah kapal (JABK). Sistem bagi hasil

penangkapan ikan melaut diatur dalam dua tingkat, yaitu dengan cara : (1)

Page 90: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

329

pembagian antara juragan dan anak buah kapal (ABK) atau nelayan buruh

sebagai satu kesatuan) dan (2) pembagian hasil diantara anggota anak buah

kapal.

Adapun pembagian hasil diantara anak buah kapal didasarkan pada jenis

pembagian kerja dalam operasi melaut dan jumlah anak buah kapal.Makin besar

jumlah anak buah kapal, disamping diikuti oleh pembagian kerja yang semakin

rinci, juga diikuti oleh hak yang berbeda diantara masing-masing

keahlian.Misalnya, seorang juru mudi memperoleh 3 bagian, juru arus 1.5 bagian

dan pendega memperoleh 1 bagian. Dengan demikian, semakin banyak jumlah

anak buah kapal, maka porsi penerimaan pendega akan semakin sedikit.

Oleh karena itu, penerimaan bagen untuk seorang pendega (USPM)

berhubungan positif dengan jumlah bagian nelayan anak buah kapal secara

keseluruhan jumlah anak buah kapal (JABK), dan bagian anak buah kapal

menurut system bagi hasil (BABK), tetapi berhubungan negative dengan harga

ikan. Dengan pendekatan system bagi hasil tersebut, mengingat kegiatan melaut

yang tidak pasti atau uncertainty memotivasi pendega untuk selalu mencari cara

agar memperoleh hasil tangkapan ikan melaut sebanyak-banyaknya. Potensi

untuk mengembangkan cara agar berhasil melaut berhubungan dengan

ketrampilan para nakhoda. Seperti yang dilaporkan oleh Antunes (1998), bahwa

kegiatan dan penggunaan armada penangkapan ikan yang semakin membesar

sepertipurseiner, para nakhoda dipaksa belajar, berinovasi, beradaptasi dan

menemukan daerah penangkapan baru, agar dapat memenuhi hasil tangkap

yang semakin meningkat. Pada saat ini sejumlah besar nakhoda telah menjadi

ahli, namunpenagkapan yang berhasil bagi sementara mereka merupakan suatu

kemungkinan (untung-untungan) saja. Dalam menghadapi ketidak pastian hasil

tangkap tersebut, pada para nakhoda berlomba untuk memperoleh petunjuk dari

para alim ulama dengan budaya kearifan lokal Nyabis, karena bila berhasil

Page 91: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

330

meningkatkan hasil tangkapannya, maka para juragan pemilik kapal

menyediakan insentif sejumlah tambahan uang tertentu disamping bagian hasil

yang lazim dilakukan.

Disamping itu para nakhoda yang menunjukkan keahlian dan

keberhasilannya ketika melaut akan memperoleh penilaian yang tinggi atau

mempunyai nilai tambah (added value) berupa nilai jual nakhoda, yaitu semacam

uang transfer bila berpindah bekerja pada juragan pemilk kapal yang lain.Para

anggota anak buah kapal akan semakin loyal kepada para nakhoda yang

mennjukkan keahlian dan keberhasilannya melaut dengan harapan penerimaan

yang diterimanya juga akan semakin meningkat seiring peningkatan hasil

tangkapan ikan.

Atas dasar uraian tersebut, maka untuk menunjang peningkatan

penerimaan bagen para pendega (USPM) dibutuhkan perbaikan teknologi yang

semakin produktif dan berdaya jangkau lebih luas lagi, seperti di wilayah ZEE

sehingga akan meningkatkan pula jumlah anak buah kapal yang diperlukan,

disamping itu adanya perbaikan mutu ikan agar bisa meningkatkan harga ikan

dengan orientasi eksport, meskipun hasil tangkapannya menurun. Juga

diperlukan policy pemerintah untuk mengatur system pelelangan ikan dengan

harapan harga yang diterima nelayan menjadi lebih baik.Dan tidak kalah

pentingnya prinsip keadilan didalam system bagi hasil yang berlaku disesuaikan

dengan tingkat profesionalisme para nakhoda dan anak buah kapal,

sebagaimana pasar tenaga kerja pada umumnya yang berlaku.

Implikasi dari fenomena yang ada pada masyarakat nelayan saat ini,

adalah bahwa kebijakan pengembangan armada perikanan lepas pantai atau

pada Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) merupakan keniscayaan sekaligus

diarahkan pada perikanan industry, dengan teknologi alat tangkap long -liner

yang disesuaikan dengan jenis ikannya seperti ikan tuna (Thunnus spp), ikan

Page 92: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

331

layur (Trichiurus spp), ikan kakap merah (Lutjanus spp), juga tidak menutup

kemungkinan industry pengolahan sampai pengemasan, sehingga siap

dipasarkan ke luar negeri. Mengingat untuk operasi penangkapannyapun

membutuhkan waktu yang cukup lama tidak lagi one day fishing

(Primyastanto.M, 2012).

28. Respon Penerimaan Pendega Lainnya Melaut

Pendega bisa memperoleh kesempatan menggunakan waktu senggang

di laut pada saat operasi penangkapan ikan untuk menambah penghasilannya

dengan jenis alat tangkap lain yang masih bisa dioperasikan, seperti

pancing.Penerimaan pendega melaut lainnya terkadang bersumber pada sisa

uang perbekalan melaut. Mengingat jenis alat tangkap pancing tersebut

menghasilkan hasil tangkapan ikan ekonomis penting, sehingga peluang

kegiatan mengisi waktu senggang dilaut merupakan kesempatan yang diberikan

juragan kepada anak buah kapal untuk menambah hasil penerimaan melaut

lainnya, disamping itu juga untuk memotivasi anak buah kapal agar senang

melaut dengan demikian akan meningkatkan frekuensi melaut (FQM).

29. Penerimaan Pendega Melaut

Berdasarkan sumber penerimaan pendega melaut, maka total

penerimaan pendega melaut (PPM) merupakan penjumlahan besarnya lawuhan

per anak buah kapal (LPABK), penerimaan bagen seorang pendega melaut

(USPM), dan penerimaan pendega lainnya melaut (PPLM), sebagaimana

ditunjukkan pada persamaan identitas (29), berikut :

PPM = LPABK + USPM + PPLM ………………………………..(29)

Page 93: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

332

Dengan memperhatikan respon penerimaan pendega dari bagi hasil,

penerimaan pendega lainnya melaut dan besarnya lawuhan per anak buah

kapal, maka para anak buah kapal cenderung memilih mencurahkan tenaga

kerjanya untuk melaut pada armada penangkapan ikan dengan produktivitas dan

nilai hasil tangkapan yang tinggi, dengan jumlah anak buah kapal yang lebih

banyak seperti purse seine dengan hasil tangkapan ikan laying, sekaligus

memberikan peluang kesempatan menambah penghasilannya dengan alat

tangkap pancing.

30. Respon Penerimaan Rumahtangga Pendega Melaut Lainnya

Perilaku penerimaan rumahtangga pendega melaut lainnya (PPML)

dipengaruhi oleh beberapa peubah sebagai berikut :

1. Berhubungan positif dan dipengaruhi oleh USPM.

2. Berhubungan negative dan dipengaruhi oleh PDPP, CDPA, dan CDPL.

Rumahtangga nelayan pendega dipantai utara Jawa dalam menghadapi

pendapatan melaut yang rendah dan tidak stabil, mereka mencari tambahan

pendapatan yang berasal dari berbagai sumber, antara lain dari : (1) anggota

rumahtangga pendega lainnya sebagai anak buah kapal melaut di kapal lain, (2)

melakukan pekerjaan lain di pedesaan pantai, khususnya oleh anggota

rumahtangga wanita dalam kegiatan pengolahan ikan atau pemasaran ikan

(Roch dan Sastrawijaya, 1998). Demikian pula yang dilakukan nelayan payang di

Selat Madura , bahwa dengan besarnya curahan kerja untuk agroindustri

(CDPA), non-perikanan (CDPL) dan pendidikan/pengalaman pendega (PDPP)

berpengaruh negative terhadap besarnya penerimaan rumahtangga pendega

melaut lainnya. Dengan perkataan lain, jika besarnya bagi hasil untuk pendega

(USPM) meningkat, maka rumahtangga pendega akan menurunkan jumlah

curahan kerja untuk menambah penerimaan rumahtangga darikegiatan non-

Page 94: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

333

melaut. Dengan demikian terdapat hubungan substitusi antara USPM dengan

CDPA dan CDPL.Disamping itu karena skala usaha yang kecil bagi nelayan

payang sehingga merupakan usaha yang masih bersifat subsisten.

31. Pendapatan Rumahtangga Pendega Melaut

Pendapatan rumahtangga pendega melaut (YPM) merupakan

penjumlahan penerimaan pendega melaut (PPM) dan penerimaan pendega

melaut lainnya (PPML), sebagaimana ditunjukkan pada persamaan identitas

(31), berikut :

YPM = PPM +PPML ……………………………………………….(31)

Respon penerimaan pendega melaut lainnya (PPML) terhadap

pendapatan pendega dari bagi hasil (USPM) dapat menjelaskan bahwa

peningkatan system bagi hasil berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan

rumahtangga pendega, misalnya dengan mengoperasikan alat tangkap yang

lebih produktif, sehingga hasil tangkapan ikan akan lebih banyak atau

menumbuhkembangkan system pelelangan ikan di TPI yang ada agar berfungsi

dengan baik sehingga pendapatan pendega akan meningkat dengan

diperbaikinya harga yang terjadi pada saat pelelangan ikan.

32. Pendapatan Total Rumahtangga Pendega

Penerimaan rumahtangga pendega dari kegiatan non-melaut, seperti

agroindustri perikanan dan kegiatan non-perikanan dalam penelitian ini

merupakan peubah eksogen. Pendapatan rumahtangga pendega total (YPT)

adalah penjumlahan penerimaan rumahtangga pendega melaut (YPM) dengan

penerimaan dari kegiatan agoindustri perikanan YPA) dan penerimaan dari

kegiatan dari kegiatan produktif non-perikanan (YPL), sebagaimana ditnjuukan

pada persamaan identitas (32) berikut :

Page 95: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

334

YPT = YPM + YPA + YPL …………………………………………(32)

Kegiatan anggota rumahtangga pendega, baik lelaki ataupun wanita

dalam kegiatan agroindustri dan kegiatan produktif non-perikanan, seperti

pengolah ikan, pemasaran ikan, buruh tani dan tukang, berpengaruh secara

langsung terhadap peningkatan pendapatan rumahtangga pendega secara

total.Strategi adaptasi yang digunakan nelayan untuk menghadapi ketidak

pastian pendapatan adalah mengkombinasikan pekerjaan.Dalam masyarakat –

masyarakat tribal dan pertanian termasuk nelayan, kegiatan menangkap ikan

jarang menjadi pekerjaan eksklusif.Penangkapan ikan selalu dikombinasikan

dengan pekerjaan berburu, bertani atau pekerjaan lainnya.Petani di Swedia

misalnya sering mengkombinasikan pekerjaan menangkap ikan dengan

berkebun, sehingga sulit ditentukan mana yang lebih diutamakan.

Dalam masyarakat nelayan modern , hal seperti itu sangat umum

dilakukan. Kegiatan menangkap ikan dilakukan secara bergantian dengan

pekerjaan lain atau berpindah-pindah dari satu jenis penangkapan (metode dan

bentuk peralatan tangkap) ke jenis penangkapan ikan lainnya, yang berbeda

obyek dan karakteristiknya. Hal itu termasuk diversifikasi kegiatan penangkapan

ikan (Acheson, 1981).Juga pada masyarakat pantai teluk Yos Sudarso, Irian

Jaya, sebagian besar bermata pencaharian pokok sebagai nelayan.Selain

melaut, mereka juga bertani, menokok sagu, berkebun, berburu, dan mebuat

kerajinan tangan, seperti panah, dan ukiran khas.Jenis pekerjaan tersebut

dilakukan oleh laki-laki (Soewardi et al, 1984).

33. Pendapatan Rumahtangga Pendega yang dapat Dibelanjakan

Besarnya pendapatan rumahtangga pendega yang dapat dibelanjakan

(YPSPK) merupakan selisih antara pendapatan pendega total (YPT) dengan

Page 96: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

335

pengeluaran rumahtangga untuk pajak atau pengeluaran lainnya (BPKP),

sebagaimana ditunjukkan pada persamaan identitas (33) berikut :

YPSPK = YPT – BPKP…………………………………………… (33)

Jenis pengeluaran rumahtangga pendega berupa pajak tanah dan

bangunan atau pengeluaran untuk penjagaan keamanan kampung, dan lainnya.

5.3.4. Respon Pengeluaran

A. Rumahtangga Juragan

34. Respon Pengeluaran Konsumsi Pangan Rumahtangga Juragan

Hasil Estimasi model dalam kelompok pengeluaran pada rumahtangga

juragan disajikan pada tabel 13.Perilaku pengeluaran konsumsi kebutuhan pokok

pangan rumahtangga juragan (KKPPJ) dipengaruhi dan berhubungan positif

dengan jumlah anggota rumahtangga dan mutu SDM juragan (AKRJD),

dipengaruhi serta berhubungan negative dengan pendapatan rumah tangga

juragan (YJSPK).

Fenomena ini dapat diinterpretasikan bahwa aspek pendidikan

menunjukkan peran penting dalam pengaturan pola konsumsi pangan dalam

rumahtangga nelayan juragan payang. Pendidikan dan pengalaman juragan ikut

mempengaruhi perilaku konsumsi rumahtangga.Sedangkan perubahan

pendapatan menunjukkan bahwa dengan terjadinya perubahan pendapatan

menunjukkan respon negative terhadap pengeluaran rumahtangga nelayan

juragan.Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa pengeluaran untuk konsumsi

pangan menurun dengan bertambahnya pendapatan , karena untuk pangan

relative konstan dalam kesehariannya. Sedangkan untuk peningkatan mutu SDM

dapat memacu secara positif pada perbaikan pola konsumsi (mutu) pangan

rumahtangga juragan.

Page 97: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

336

Tabel 13. Hasil Estimasi Parameter perilaku nelayan payang Blok Pengeluaran Rumahtangga Juragan

No. Peubah Endogen/Penjelas Estimasi Parameter

t- hitung Durbin-Watson

34. Pengeluaran Konsumsi Pangan RT Juragan (KKPPJ) Intercept Pendapatan RT Juragan setelah Pajak (YJSPK) Angkatan Kerja RT Juragan (AKRJD) 35. Pengeluaran Konsumsi Pokok Non- Pangan RT Juragan (KKPNJ) Intercept Pendapatan RT Juragan setelah Pajak (YJSPK) Angkatan Kerja RT Juragan (AKRJ) Konsumsi Kebutuhan Non-Pokok RT Juragan (KKNPJ) PANGAMBAK 36. Pengeluaran Konsumsi Pokok RT Juragan (KKPJ) KKPJ = KKPPJ + KKPNJ) 37. Pengeluaran Konsumsi Non-Pokok RT Juragan (KKNPJ) Intercept Pendapatan RT Juragan setelah Pajak (YJSPK) Pendidikan/Pengalaman Juragan (PDPJ) Tabungan RT Juragan (TABJ) Investasi dalam RT Juragan (INVJ) 38. Pengeluaran Investasi RT Juragan (INVJ) Intercept Pendapatan RT Juragan setelah Pajak (YJSPK) Konsumsi Kebutuhan Pokok Non- Pangan RT Juragan (KKPNJ) Kekayaan RT Juragan (HKJ) 39. Tabungan RT Juragan (TABJ)) TABJ = YJSPK - KKPJ - KKNPJ- INVJ

13091821 -0.00007 55022.02 0 -0.00013 5788862.6 0.720355 1609298 596063.5 0.000015 -5503.22 0.013351 0.015792 6230865 0.000078 -0.29830 -0.03256

7.17***

-0.34 2.52*** 1.56***

1.88*** 2.73*** 0.87 1.56***

7.01***

1.91***

-1.42**

4.36***

3.63***

2.24***

0.34 -1.04**

-0.65

1.811781

1.905574

1.852708

1.471292

Keterangan : *** : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.10 ** : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.20 * : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.30 AKRJD = interaksi antara AKRJ * PDPJ Dalam upaya mengatur pola pengeluaran untuk konsumsi pangan

rumahtangga juragan menunjukkan porsi dari jumlah pendapatan yang dapat

Page 98: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

337

dibelanjakan cukup rendah.Fenomena ini dapat diinterpretasikan bahwa

perekonomian rumahtangga juragan berada pada tingkat kesejahteraan yang

relative memadai, dan para juragan telah mengarah pada penetapan strategi

jangka panjang.Untuk meningkatkan mutu SDM dan perbaikan mutu pangan

rumahtangga. Pada umumnya rata-rata pendidikan dan pengalaman juragan

lebih tinggidaripada rata-rata pendidikan dan pengalaman pendega, sehingga

mutu SDM juragan cenderung lebih tinggi dari mutu SDM Pendega .

35. Respon Pengeluaran Konsumsi Kebutuhan Pokok Non-Pangan

Rumahtangga Juragan.

Perilaku pengeluaran konsumsi kebutuhan pokok non-pangan

rumahtangga juragan (KKPNJ) dipengaruhi dan berhubungan positif dengan

jumlah angktan kerja rumahtangga juragan, Konsumsi Kebutuhan Non-Pokok RT

Juragan (KKNPJ), dan PANGAMBAK, serta berhubungan negative dengan

pendapatan RT juragan (YJSPK).

Dengan demikian, baik peubah konsumsi pokok pangan dan kebutuhan

pokok non-pangan berhubungan negative dengan tingkat pendapatan yang

dibelanjakan, sedangkan konsumsi kebutuhan pokok non-pangan berhubungan

positif dengan konsumsi non-pokok (barang mewahatau superior).Hal ini dapat

diinterpretasikan, jika konsumsi kebutuhan non-pokok meningkat, maka

konsumsi kebutuhan pokok non pangan dalam rumahtangga nelayan payang di

Selat Madura meningkat. Dengan perkataan lain, perilaku konsumsi

rumahtangga juragan terhadap konsumsi kebutuhan non-pokok, seperti barang

mewah/perhaiasan cukup dominan.

Perubahan jumlah angkatan kerja terhadap konsumsi pokok non-pangan,

seperti pengeluaran untuk pakaian, perumahan dan pendidikan melebihi

pengaruh perubahan tingkat pendapatannya.Ini berarti pola konsumsi untuk

Page 99: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

338

kebutuhan pokok non-pangan dalam rumahtangga juragan cukup diprioritaskan.

Dengan perkataan lain, perilaku konsumsi untuk meningkatkan kesejahteraan

rumahtangga juragan, termasuk peningkatan mutu SDM cukup memperoleh

perhatian rumahtangga juragan. Demikian pula pengeluaran untuk keperluan

PANGAMBAK cukup besar.Dalam banyak hal masyarakat nelayan diberbagai

tempat nelayan dan pedagang perantara terikat oleh hubungan kerjasama yang

kuat demi kepentinganbersama secara jangka panjang.Hubungan kerjasama

tersebut bertujuan mengatasi kesulitan nelayan dalam memasrkan hasil

tangkapan yang kualitasnya cepat menurun (perishable food) juga karena

keterbatasan modal usaha. Dissi lain nelayan selalu dirugikan dalam hubungan

kerjasama tersebut (Acheson, 1981). Sedangkan menurut Firth (1946) selain

menyediakan pinjaman modal usaha kepada para nelayan, tugas utama

pedagang perantara adalah menyelenggarakan kegiatan pasar secara terus

menerus agar ikan tetap tersedia untuk konsumen dan menyelamatkan harga

ikan ketika hasil tangkapan nelayan sedikit atau melimpah.

Pedagang perantara yang menjualkan hasil tangkapan ikan dikalangan

nelayan Selat Madura disebut pangambak (Jordaan dan Niehof,

1982).Pangambak di pesisir didominasi oleh perempuan.Pada umumnya baik

pemilik perahu (juragan) maupun pandhiga (pendega), memiliki pinjaman ikatan

dengan pangambak. Besarnya pinjaman ikatan yang diberikan kepada nelayan

antara juraga dan pendega berbeda-beda, sekalipun yang diharapkan dari

nelayan adalah sama yaitu hasil tangkapan ikan. Perkiraan besar kecilnya

pinjaman ikatan antara juragan dan pendega itu muncul karena pangambak

memperhitungkan sumberdaya ekonomi yang dimilki keduanya. (1) Juragan

adalah pemilik alat produksi untuk menangkap ikan (ASKJ), sehingga

sumberdaya ekonomi yang dimilki juga besar.

Page 100: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

339

Berkaitan dengan hal itu, system bagi hasil yang berlaku di selat Madura

memberikan bagian yang lebih besar kepada juragan daripada pendega secara

perorangan. Jika bagian hasil yang diterima juragan cukup besar, berarti

keuntungan yang diterima pangambak juga akan cukup besar juga. (2) Pendega

adalah nelayan buruh yang hanya memilki sumberdaya jasa tenaga, dan

dimanfaatkan untuk bekerja sebagai buruh pada juragan. Dalam system bagi

hasil yang berlaku seperti system paron (50%), maka secara keseluruhan

pendega memperoleh bagi hasil yang cukup besar. Tetapi jika bagian itu dibagi

lagi peorang, maka hasil yang didapatkan akan menjadi sedikit.

36. Pengeluaran Konsumsi Pokok Rumahtangga Juragan

Pengeluaran konsumsi kebutuhan pokok rumahtangga juragan (KKPJ)

merupakan penjumlahan pengeluaran konsumsi kebutuhan pokok pangan

juragan (KKPPJ) dan konsumsi kebutuhan pokok non-pangan (KKPNJ),

sebagaimana ditunjukkan pada persamaan identitas (36) berikut :

KKPJ = KKPPJ + KKPNJ ………………………………………..(36)

Kebutuhan pokok non-pangan terdiri dari pakaian, perumahan, kesehatan

dan pendidikan.Dengan memperhatikan respon konsumsi kebutuhan pokok

pangan terhadap pendidikan dan pengalaman juragan (PDPJ) dapat

diinterpretasikan bahwa SDM rumahtangga juragan (AKRJD) berdampak positif

terhadap pola konsumsi dalam rumahtangga juragan.

Page 101: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

340

37. Respon Pengeluaran Konsumsi Kebutuhan Non-Pokok Rumahtangga

Juragan

Perilaku pengeluaran konsumsi kebutuhan non-pokok rumahtangga

juragan (KKNPJ) tercakup didalamnya konsumsi barang superior/ mewah

dipengaruhi dan berhubungan positif dengan tingkat pendapatan yang dapat

dibelanjakan (YJSPK), tabungan juragan (TABJ) dan investasi juragan

(INVJ).Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan rumahtangga

relative cukup tinggi.Hal ini mengindikasikan bahwa pengaturan konsumsi non-

pokok dapat dilakukan degan mengadakan perbaikan dan pengembangan

budaya menabung dan investasi dalam rumahtangga juragan.

Konsumsi kebutuhan non-pokok tersebut dipengaruhi dan berhubungan

negative dan dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman juragan (PDPJ).Hal

ini dapat diinterpretasikan bahwa penddidikan dan penyuluhan budaya

menabung menunjukkan peran penting dalam mempengaruhi pengaturan pola

konsumsi non-pokok dalam rumahtangga nelayan payang di Selat Madura.

Dengan perkataan lain budaya menabung dan investasi dalam mempengaruhi

perilaku konsumsi non-pokok dalam rumahtangga nelayan perlu mendapatkan

perhatian khusus. Khususnya budaya menabung di perbankan dan investasi

harus makin ditingkatkan. Pada umumnya para istri juragan menabung

kekayaannya dalam bentuk perhiasan emas atau barang produktif, seperti asset

kapal ,rumah, lahan ataupun ternak di wilayahnya.

Dalam upaya mengatur pola pengeluaran untuk konsumsi non-pokok,

para juragan dapat diarahkan untuk mengembangkan strategi jangka panjang,

yaitu dengan meningkatkan pendidikan dan penyuluhan, termasuk dakwah

keagamaan tentang budaya menabung yang dikaitkan dengan lembaga

keuangan atau perbankan., seperti kisah nabi yusuf dalam memanage hasil

panen negeri Mesir. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an surah Yusuf ayat

Page 102: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

341

55 : “ Berkata Yusuf : jadikanlah aku bendaharawan Negara (mesir),

sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengatahuan “.

38. Respon Pengeluaran Investasi Rumahtangga Juragan

Pengertian pengeluaran untuk investasi (INVJ) adalah penyediaan dana

untuk perawatan dan perbaikan besar seperti pergantian mesin kapal, alat

tangkap dan teknologi baru untuk menunjang keberhasilan penangkapan ikan di

laut, agar armada penangkapan ikan yang digunakan dapat dioperasikan secara

berkelanjutan (sustainable). Perilaku perawatan asset investasi (INVJ) dalam

rumahtangga juragan dipengaruhi dan berhubungan positif dengan tingkat

pendapatan rumahtangga juragan (YJSPK) dan berhubungan negative dengan

kebutuhan konsumsi non-pokok juragan (KKNPJ) serta kekayaan juragan (HKJ).

Pengeluaran untuk investasi dipengaruhi oleh tingkat pendapatan

rumahtangga juragan (YJSPK) yang dapat dibelanjakan. Ini mengisyaratkan

bahwa semakin meningkat pendapatan seorang juragan akan merespon

penyediaan dana investasi untuk menjaga keberlanjutan usaha dan peningkatan

mutu armada penangkapan ikan di laut secara lebih responsive, dibandingkan

dengan besarnya kebutuhan konsumsi non-pokok dan kekayaan juragan.

Dengan perkataan lain, tingkat kekayaan juragan mempengaruhi perilaku

juragan dalam menjaga keberlanjutan investasi rumahtangga nelayan. Dengan

demikian, juragan yang meningkat tingkat pendapatan rumahtangga juragan

secara positif memacu keberlanjutan investasi.

Konsumsi kebutuhan non-pokok (KKNPJ) dipengaruhi dan berhubungan

negative dengan pendidikan dan pengalaman kerja juragan. Jika pendidikan dan

pengalaman kerja juragan meningkat, maka konsumsi kebutuhan non-pokok

akanmenurun. Jika konsumsi kebutuhan non-pokok menurun, maka akan

memacuinvestasi. Fenomena ini dapat diinterpretasikan bahwa rumahtangga

Page 103: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

342

nelayanjuragan memiliki perilaku positif dan produktif.Oleh karena itu dalam

upaya mengatur besarnya investasi, disamping ditentukan oleh tingkat

pendapatan, kekayaan juragan dan budaya menabung, juga ditentukan oleh

tingkat pendidikan dan pengalaman kerja juragan.Dengan demikian penyuluhan

peningkatan investasi untuk rumahtangga juragan sangat dibutuhkan oleh

nelayan payang di Selat Madura.

39. Tabungan Rumahtangga Juragan

Besarnya tabungan rumahtangga juragan (TABJ) merupakan residu dari

jumlah pendapatan yang dapat dibelanjakan dikurangi kebutuhan konsumsi

pokok, non-pokok dan investasi untuk perawatan armada penangkapan ikan

sebagaimana ditunjukkan pada persamaan identitas (39), berikut :

TABJ = YJSPK –KKPJ – KKNPJ – INVJ ……………………..…(39)

Dengan memperhatikan respon konsumsi kebutuhan pokok dan non-

pokok terhadap pendidikan dan pengalaman juragan, masing-masing berturut-

turut berhubungan positif Pendapatan RT Juragan setelah Pajak (YJSPK)

Tabungan RT Juragan (TABJ) Investasi dalam RT Juragan (INVJ)dan negative

pada peubah Pendidikan/Pengalaman Juragan (PDPJ) (Tabel 13), dapat

diinterpretasikan bahwa peningkatan Pendapatan RT Juragan setelah Pajak

(YJSPK) ,tabungan RT Juragan (TABJ), dan Investasi dalam RT Juragan

(INVJ)berdampak positif, karena konsumsi kebutuhan non-pokok naik, sehingga

jumlah tabungan dalam rumahtangga juragan dapat diharapkan naik.

Page 104: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

343

B. Rumahtangga Pendega

40. Respon Pengeluaran Konsumsi Pangan Rumahtangga Pendega

Hasil estimasi parameter dalam kelompok pengeluaran pada

rumahtangga pendega disajikan pada tabel 14.Perilaku pengeluaran konsumsi

kebutuhan pokok pangan rumahtangga pendega (KKPPP) dipengaruhi dan

berhubungan positif dengan tingkat pendapatan rumahtangga pendega

(YPSPK).Juga dipengaruhi oleh interaksi antara jumlah anggota rumahtangga

dan mutu SDM pendega (AKRPD).

Pengeluaran konsumsi pokok pangan rumahtangga pendega dipengaruhi

oleh interaksi antara jumlah anggota rumahtangga, tingkat pendidikan dan

pengalaman kerja pendega (AKRPD = interaksi antara AKRP * PDPP).

Fenomena ini mengindikasikan bahwa aspek pendidikan menunjukkan peran

penting dalam pengaturan pola konsumsi pangan dalam rumah tangga nelayan

pendega. Lama pendidikan dan pengalaman pendega mempengaruhi perilaku

konsumsi rumahtangga nelayan pendega, dimana dipengaruhi juga oleh

pendapatan rumahtangga nelayan pendega (YPSPK). Hal ini sejalan dengan

teori, yaitu dalam rangka memenuhi konsumsi kebutuhan pokok daripada

pemenuhan konsumsi lainnya.

Dengan demikian peningkatan mutu SDM akan memacu secara positif

perbaikan pola konsumsi (mutu ) pangan rumahtangga nelayan pendega. Dalam

upaya mengatur pola pengeluaran untuk konsumsi pangan menunjukkan porsi

dari jumlah pendapatan yang dapat dibelanjakan cukup besar .Hal ini dapat

diinterpretasikan bahwa perekonomian rumahtangga pendega relative berada

pada tingkat kesejahteraan yang belum memadai, namun para pendega telah

mengarah pada penetapan strategi jangka panjang, yaitu peningkatan

pendidikan dan perbaikan mutu pangan rumahtangga untuk meningkatkan mutu

pendidikan SDM.

Page 105: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

344

Tabel 14. Hasil Estimasi Parameter perilaku nelayan payang dalam Blok Pengeluaran Rumahtangga Pendega

No. Peubah Endogen/Penjelas Estimasi Parameter

t- hitung Durbin-Watson

40. Pengeluaran Konsumsi Pangan RT Pendega (KKPPP) Intercept Pendapatan RT Pendega setelah Pajak (YPSPK) Angkatan Kerja RT Pendega (AKRPD) 41. Pengeluaran Konsumsi Pokok Non- Pangan RT Pendega (KKPNP) Intercept Pendapatan RT Pendega setelah Pajak (YPSPK) Angkatan Kerja RT Pendega (AKRP) Tabungan RT Pendega (TTABP) PANGAMBAK 42. Pengeluaran Konsumsi Pokok RT Pendega (KKPP) KKPP = KKPPP + KKPNP 43. Pengeluaran Konsumsi Non-Pokok RT Pendega (KKNPP) Intercept Pendapatan RT Pendega setelah Pajak (YPSPK) Angkatan Kerja Perempuan RT Pendega (AKPP) Tabungan RT Pendega (TTABP) 44. Total Pengeluaran Konsumsi RT Pendega (TKPP) TKPP = KKPP + KKNPP 45. Tabungan RT Pendega (TTABP) TTABP = YPSPK – KKPP - KKNPP

14763637 0.000049 59237.37 0 -0.00038 -188395 0.019917 4736484 0 -0.00066 13149328 0.469013

5.96***

0.11 0.96** 3.32***

-2.60*** -0.31 0.69 0000

-1.53***

7.18***

5.57***

1.695374

1.678292

1.509082

Keterangan : *** : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.10 ** : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.20 * : berarti berbeda nyata dengan nol pada taraf alfa = 0.30 AKRPD = interaksi antara AKRP * PDPP

Page 106: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

345

41. Respon Pengeluaran Konsumsi Pokok Non-Pangan Rumahtangga

Pendega

Perilaku pengeluaran konsumsi kebutuhan pokok non-pangan

rumahtangga pendega (KKPNP) dipengaruhi dan berhubungan positif dengan

tabungan rumahtangga pendega (TTABP), dan kearifan lokal

PANGAMBAK.Dipengaruhi dan berhubungan negative dengan tingkat

pendapatan rumahtangga pendega (YPSPK) juga dengan jumlah anggota

rumahtangga pendega (AKRP). Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa jika

tabungan pendega ditingkatkan, maka konsumsi kebutuhan pokok non-pangan

dalam rumahtangga nelayan pendega akan meningkat, yaitu untuk membeli

barang mewah (superior) seperti perhiasan, pakaian dan pendidikan meningkat

Kearifan lokal PANGAMBAK berpengaruh positif terhadap konsumsi

pokok non pangan. Hal ini bisa diinterpretasikan bahwa tanggungan hutang

nelayan kepada pangambak meningkat sejalan dengan pengeluarannya untuk

non-pangan , karena untuk meminjam kepada pangambak . Bentuk pinjaman

pangambak kepada pendega bisa berupa emas atau uang. Pinjaman yang

berupa emas diberikan dengan alas an sebagai berikut : (1) Pangambak memilki

simpanan emas yang cukup, bagi pedagang besar, jika ada kelebihan

penghasilan atau seluruhnya dibelikan emas. Emas adalah bentuk

investasi.Alasannya emas mudah dijual ketika membutuhkan uang dengan

tingkat penurunan harga yang sedikit, tidak mudah rusak dan kadang harganya

meningkat dengan menurunnya nilai rupiah (Kusnadi, 2000).

42. Pengeluaran Konsumsi Pokok Rumahtangga Pendega

Pengeluaran konsumsi kebutuhan pokok rumahtangga pendega (KKPP)

merupakan penjumlahan pengeluaran konsumsi kebutuhan pokok pangan

Page 107: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

346

(KKPPP) dan konsumsi kebutuhan pokok non-pangan (KKPNP), sebagaimana

pada persamaan identitas (42), berikut :

KKPP = KKPPP + KKPNP ………………………………………..(42)

Kebutuhan pokok non-pangan terdiri atas pakaian, perumahan,

kesehatan dan pendidikan. Dengan memperhatikan respon kebutuhan pokok

pangan terhadap pendidikan dan pengalaman pendega (AKRPD = interaksi

antara AKRP * PDPP), dimana jumlah anggota keluarga berinteraksi dengan

tingkat pendidikan pendega. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa tingkat

pendidikan pendega berdampak positif terhadap pola konsumsi dalam

rumahtangga pendega. Semakin tinggi mutu pendididkan dan pengalaman

pendega , maka semakin tinggi mutu konsumsi dalam rumahtangga pendega.

43. Respon Pengeluaran Konsumsi Non-Pokok Rumahtangga Pendega

Perilaku pengeluaran konsumsi kebutuhan non-pokok rumahtangga

pendega (KKNPP) dipengaruhi dan berhubungan positif dengan angkatan kerja

perempuan RT pendega (AKPP) dan tabungan pendega (TTABP). Hal ini dapat

dinterpretasikan bahwa semakin meningkat angkatan kerja perempuan dan

tabungan rumahtangga pendega akan meningkatkan pengeluaran konsumsi

kebuthan non-pokok rumahtangga pendega, terutama sekali akan nampak pada

saat telasan dimana kebutuhan pakaian dari kaki sampai kepala harus baru

ditambah lagi dengan perhiasan para perempuan nelayan yang cenderung untuk

membeli perhiasan emas.

Adapun hubungannya dengan pendapatan yang dapat dibelanjakan

(YPSPK) berpengaruh negative hal ini logis karena pendapatan yang ada akan

banyak terserap kepada kebutuhan pokok pangan nelayan dengan rumahtangga

pendega. Fenomena tersebut mengisyaratkan bahwa peran serta angkatan kerja

Page 108: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

347

perempuan dan pengembangan budaya menabung menunjukkan pengaruhnya

terhadap pola kosumsi non-pokok dalam rumahtangga nelayan pendega.Pada

umumnya para istri nelayan pendega menabung kekayaannya dalam bentuk

perhiasan emas. Ini berarti dalam upaya mengatur pengeluaran untuk konsumsi

non-pokok, para nelayan pendega dapat diarahkan untuk mengembangkan

strategi menjadikan peningkatan budaya menabung yang dikaitkan dengan

lembaga keuangan seperti perbankan syariah. Sehingga dimasa mendatang

pemberdayaan perempuan dan pendirian perbankan yang berbasis emas seperti

pegadaian yang syariah akan efektif dilakukan untuk meningkatkan

kesejahteraan nelayan.

44. Total Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Pendega

Total pengeluaran konsumsi rumahtangga pendega (TKPP) merupakan

penjumlahan pengeluaran konsumsi kebutuhan pokok (KKPP) dan konsumsi

kebutuhan non-pokok (KKNPP), sebagaimana ditunjukkan pada persamaan

identitas (44), berikut :

TKPP = KKPP + KKNPP ………………………………………….(44)

Dengan memperhatikan respon konsumsi kebutuhan pokok pangan

terhadap pendidikan dan pengalaman pendega (PDPP), dapat diinterpretasikan

bahwa tingkat pendidikan berdampak positif terhadap pola pengaturan konsumsi

dalam rumahtangga pendega, dan dipengaruhi secara positif oleh pendapatan

yang dapat dibelanjakan (YPSPK).Sedangkan untuk konsumsi kebutuhan pokok

non pangan dipengaruhi secara positif oleh tabungan pendega dan pangambak.

Sehingga dimasa depan peningkatan mutu SDM pendega dan pengelolaan

pendapatan yang dibelanjakan sesuai skala prioritas, serta budaya menabung

terutama dalam bentuk emas bisa ditingkatkan dengan pendirian perbankan

Page 109: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

348

syariah, seperti pegadaian syariah akan memacu pemberdayaan masyarakat

nelayan payang dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan secara

berkelanjutan (sustainable).

45. Tabungan Rumahtangga Pendega

Besarnya tabungan rumahtangga pendega (TTABP) merupakan selisih

dari jumlah pendapatan yang dapat dibelanjakan dikurangi kebutuhan konsumsi

pokok pangan dan non-pangan, serta konsumsi kebutuhan non-pokok seperti

perhiasan emas sebagaimana ditunjukkan pada persmaan identitas (45), berikut:

TABP = YPSPK –KKPP – KKNPP……………………………….(45)

Dengan memperhatikan respon konsumsi kebutuhan pokok dan non-

pokok masing-masing terhadap pendidikan dan pengalaman pendega, angkatan

kerja perempuan dalam rumahtangga pendega, masing-masing berhubungan

positif dapat diinterpretasikan bahwa peningkatan pendidikan dan peranserta

perempuan berdampak positif terhadap pengaturan pola konsumsi

rumahtangga.Jika pendidikan dan peranserta perempuan dalam rumahtangga

pendega naik, maka konsumsi kebutuhan non-pokok naik sehingga jumlah

tabungan dalam rumahtangga pendega dapat diharapkan naik, utamanya dalam

bentuk perhiasan emas.

Dari uraian tersebut, baik dalam rumahtangga juragan, maupun pendega

peningkatan pendidikan dan pengalaman akan berdampak terhadap peningkatan

pengaturan pola monsumsi dan tabungan dalam rumahtangga. Atas dasar

perilaku ekonomi rumahtangga nelayan tersebut, maka berbagai pilihan

kebijakan dan non-kebijakan akan dikaji dampaknya terhadap keragaan ekonomi

rumahtangga juragan dan pendega dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di

Selat Madura.

Page 110: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

349

Dan untuk kepantingan pengelolaan perikanan secara lestari dengan

memberdayakan kearifan lokal yang ada dalam rangka pengelolaan secara

berkelanjutan (sustainable) dimasa mendatang perlu diupayakan adanya

rencana strategi kebijakan jangka panjang bagi nelayan payang yang ada di

Selat Madura yang sudah mengalami over fishing tersebut, dengan jalan mencari

mata pencaharian alternative. Sebagaimana yang dapat dilihat dalam tabel

berikut :

Tabel 15. Pengaruh jangka panjang dari program-program pengembangan pada perikanan yang diusahakan secara berlebihan / lebih tangkap (Over Fishing )

Metode Pengembangan (7 tujuan utama)

Hasil tangkapan lestari (MSY)

Jumlah nelayan Pendapatan perorangan nelayan

1.Perbaikan kemampuan kapal dan alat penangkapan (peningkatan produktivitas)

Berkurang Berkurang Meningkat bagi beberapa nelayan dalam jangka pendek, tanpa pengaruh dalam jangka panjang

2.Masukan disubsidi (biaya lebih rendah)

Berkurang Meningkat Menurun dalam jangka panjang

3.Perbaikan pemasaran dan teknologi pasca panen (menaikkan harga-harga)

Berkurang Meningkat Tidak menentu (tergantung pada elastisitas penawaran dan permintaan)

4.Pembentukan Koperasi atau organisasi lain (meningkatkan harga)

Berkurang Meningkat Tidak menentu (tergantung pada elastisitas penawaran dan permintaan)

5.Pengembangan sunberdaya pendapatan alternatif atau tambahan

Meningkat Berkurang Meningkat

(Sumber Ian R. Smith, 1981)

Page 111: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

350

5.4. Kearifan Lokal Yang Dapat Efektif Mempengaruhi Perilaku

Rumahtangga Nelayan Payang Agar Dapat Menjaga Kelestarian

Sumberdaya Ikan di Selat Madura.

Beberapa kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan payang di

Selat Madura yang dapat efektif mempengaruhi perilaku rumahtangga nelayan

payang agar dapat menjaga kelestarian sumberdaya ikan di Selat Madura

berdasarkan analisis perilaku ekonomi rumahtangga adalah sebagai berikut :

Tabel 16. Kearifan Lokal yang dapat efektif mempengaruhi perilaku RT nelayan Payang di Selat Madura.

Peubah Dependent Peubah Independent Nilai Koefisien

DPI (Daerah Penangkapan Ikan)

ONJHEM 2665.133

PRM (Produktivitas Melaut)

PETIK LAUT 0.611

RJM (Penerimaan Kotor Juragan Melaut)

ANDUN -9.273E7

KKPNJ (Pengeluaran Konsumsi Pokok Non-Pangan RT Juragan)

PANGAMBAK 1609298

KKPNP (Pengeluaran Konsumsi Pokok Non-Pangan RT Pendega)

PANGAMBAK 4736484

Dari tabel diatas ada 4 kearifan lokal yang dapat efektif mempengaruhi perilaku

rumahtangga nelayan payang agar dapat menjaga kelestarian sumberdaya ikan

di Selat Madura. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut :

5.4.1. ONJHEM

Keberadaan onjhem sebagai rumah ikan atau sarang ikan yang

menyediakan stock ikan atau restocking sumberdaya ikan akan memacu daerah

penangkapan ikan yang semakin luas. Dimana semakin meningkat hasil ikan

yang didapat, maka akan memerlukan curahan kerja yang semakin meningkat

dibidang yang berkaitan dengan usaha penangkapan ikan. Dan untuk

Page 112: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

351

memudahkan kegiatan penangkapan ikan ditengah laut (daerah penangkapan

ikan), sebagian nelayan memasang sarang ikan atau onjhem didalam laut,

onjehm ini dibuat dari daun pohon kelapa yang masih utuh, batangan bamboo,

dan batu pemberta yang disusun sedemikian rupa, onjhem ini akan menjadi

tempat berkumpul dan bertelur ikan sehingga dapat membantu nelayan untuk

menjaringnya (Kusnadi, 2000). Maka dimasa mendatang diperlukan untuk

pemberdayaan onjhem ini ketempat daerah penagkapan yang lebih luas lagi

untuk meningkatkan hasil tangkapan sekaligus upaya pelestarian sumberdaya

ikan oleh stakeholder.

Disamping itu nampak kontribusi kearifan lokal onjhem (rumpon)

terhadap pembangunan perikanan mendatang Laut sebagai karakteristik kondisi

alam sudah terpenuhi jika mengacu pada Christy(1992). Onjem merupakan hasil

buah pikir yang terjadi karena desakan adaptasi manusia dengan alam. Onjem

juga memiliki batas-batas wilayah dalam pengelolaannya, meskipun tidak ada

teknologi canggih yang digunakan, dan hanya menggunakan cara tradisional

dalam mengetahuinya batas-batas ini bisa ditentukan hukum adat yang melekat

seperti: misalnya, secara naluriah jika onjem ini bukan milik kita, maka kita tidak

akan melakukan penangkapan ikan di onjem orang lain tersebut. Hal ini

merupakan sebuah bentuk hukum adat yang tidak tertulis dalam masyarakat

nelayan Selat Madura. Dari aspek teknologi, meskipun sederhana dibanding

rumpon-rumpon modern yang sudah ada saat ini.Teknologi yang digunakan

tetap bisa berfungsi dengan baik meskipun hasil belum maksimal dibanding hasil

tangkapan dilaut lepas.Sehingga aspek teknologi terpenuhi meskipun sederhana

dan tradisional.Aspek budaya juga terpenuhi dalam onjem masyarakat nelayan

Selat Madura, dapat dilihat dari adanya budaya menghormati “jika ini milikmu

maka aku tidak boleh memanfaatkannya tanpa seijinmu” dan apabila ini

dilanggar maka hasil akan diambil pemilik onjem dan adanya sanksi moral dari

Page 113: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

352

masyarakat. Ditinjau dari aspek distribusi kekayaan tidak terpenuhi karena

memang onjem merupakan milik pribadi meskipun berada dilahan komunal dan

tidak ada hukum yang melindungi seperti halnya sertifikat tanah pada umumnya.

Sedangkan dari aspek otoritas pemerintah, tidak adanya hukum yang melindungi

tidak berarti kegiatan atau tradisi ini illegal dan melanggar hukum. Bahkan jika

kita lihat dan kaji lebih dalam akan berdampak positif bagi lingkungan, yaitu

dengan adanya onjem ini maka sebagai rumah bagi ikan untuk melakukan

pemijahan dan tempat berlindung dari pemangsa, disamping itu terjadi rantai

makanan sebagai wujud keseimbangan alanm akan terjadi disekitar rumpon. Hal

ini sebagai salah satu wujud kepedulian masyarakat nelayan selat Madura

terhadap lingkungan dengan diterapkannya kearifan lokal onjem ini, dimasa

mendatang dapat ditumbuh kembangkan dengan teknologi yang lebih baik, yaitu

dengan upaya pembangunan terumbu karang buatan (Primyastanto. M, 2012).

Sehingga perlu dilestarikan dan diberdayakan dengan sentuhan teknologi

yang ramah lingkungan, serta pembuatan terumbu karang buatan ditempat

tertentu sebagai fishing ground untuk memperluas daerah penagkapan ikan bagi

nelayan.

5.4.2. PETIK LAUT

Pada perilaku produktivitas (PRM), dipengaruhi oleh peubah kearifan lokal

PETIK LAUT.Produktivitas hasil tangkapan ikan merespon positif terhadap

peubah PETIK LAUT. Perilaku tersebut dapat diinterpretasikan bahwa

peningkatan pelaksanaan petik laut akan meningkatkan produktivitas

pemanfaatan sumberdaya yang ada, terutama akan membuka peluang kerja

baru sebagai akibat dari terbukanya peluang usaha baik perikanan dan non

perikanan, yaitu dengan menjadikan even petik laut sebagai ekowisata dan bisa

Page 114: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

353

dilakukan per tahun. Hal tersebut akan meningkatkan produktivitas rumahtangga

nelayan secara keseluruhan.

Dalam tradisi petik laut, dapat kita lihat untuk karakteristik alam dapat

terlihat, bahwa laut merupakan objek dari tradisi tersebut.Kemudian dari segi

budaya, petik laut merupakan budaya dari masyarakat pesisir hampir

sebagian besar masyarakat nelayan Selat Madura di Jawa Timur. Dari aspek

distribusi kekayaan, biaya yang digunakan dalam petik laut merupakan biaya

yang dikumpulkan dari semua lapisan masyarakat nelayan Selat Madura

yang besarannya dikategorikan berdasarkan dari segi jenis alat tangkap yang

dimiliki oleh nelayan. Sehingga antara pemilik alat tangkap payang jurung

dan alat tangkap sleret atau purse seine akan berbeda, yang tentunya akan

berbeda juga dari tingkat ekonomi nelayan karena biaya operasional dan

biaya dalam satu kali trip beserta hasilnya akan sangat berbeda.

Respon produktivitas hasil tangkapan ikan terhadap perbaikan status

sumberdaya menunjukkan hubungan tidak nyata. Hal ini dapat menjelaskan

bahwa peningkatan produtivitas melalui pemanfaatan sumberdaya secara

berkelanjutan (sustainable) pada tingkat Maximum Sustainable Yield (MSY)

adalah sulit diimplementasikan, karena terkait dengan siklus hidup ikan yang

menjadi sasaran penagkapan,disamping itu juga membutuhkan waktu pemulihan

yang panjang (Anderson, 1986), serta bergantung pada jenis ikan yang menjadi

tujuan penangkapan (Hannesson, 1988).

Perbaikan teknologi tidak berpengaruh terhadap produktivitas hasil

tangkapan ikan nelayan payang, hal ini terjadi sebagai akibat kondisi

sumberdaya perikanan yang terbatas hanya di Selat Madura, dimana

sumberdaya ikan semakin terkuras (over-exploited). Sehingga pemanfaatan

sumberdaya perikanan akan menghadapi masalah over fishingdimana pada

Page 115: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

354

akhirnya akan mengancam pemanfaatan sumberdaya perikanan secara

berkelanjutan (sustainable). Oleh karena itu untuk memacu nelayan payang selat

Madura untuk meningkatkan produktivitas hasil tangkapannya perlu diupayakan

untuk mencari daerah penangkapan baru (fishing ground), dan mencari

alternative pendapatan baru bagi rumahtangga (Primyastanto. M, et al 2013 b).

5.4.3. ANDUN

Adapun peubah SSDA tidak berpengaruh, sedangkan untuk peubah

kearifan lokal ANDUN berpengaruh dan merespon negative . Hal ini dapat

diinterpretasikan karena andun berkisar didaerah lain yang sama letaknya di

Selat Madura, dimana biaya yang dikeluarkan semakin besar dan jenis ikan yang

tertangkap tidak berbeda jauh sehingga kenaikan biaya tidak sebanding dengan

hasil yang diperoleh. Disamping itu andun juga merupakan pengalihan dari

tempat asal probolinggo yang sedang mengalami paceklik karena adanya angin

gending. Sebagaimana menurut Illo dan Pollo (1970) , bahwa para nelayan

ketika andun kedaerah lain mereka membawa perahunya masing-masing , dan

mereka melakukan andun tidak kedaerah lain yang lebih jauh karena risiko biaya

yang akan ditanggung cukup besar. Andun yaitu suatu proses perpindahan

sementara dalam usaha penangkapan ikan oleh nelayan dikarenakan beberapa

kendala salah satunya yaitu pengaruh cuaca yang buruk. Misal seperti jika

menurut Key Informan : Dengan adanya angin gending, dimana angin gending ini

sangat kencang ditengah laut dan ombak sangat ganas, meskipun ikan

melimpah tetapi nelayan enggan untuk menukar resiko keselamatan mereka.

Andun sebagai upaya untuk mencari ikan ketempat lain ini tidak terlepas dari

keyakinan adanya perintah agama yang diyakininya , yaitu Islam, dimana para

ulama’ mengajaka para nelayan selat Madura untuk mengalkannya, yaitu : “

Page 116: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

355

Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi,

dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu

beruntung “. (Q.S. Al-Jumu’ah : 10). Hal ini menunjukkan bahwa kearifan lokal

Andun itu, disamping untuk berpindah tempat dalam mencari sumberdaya ikan

baru, juga agar memberi kesempatan bagi ikan ditempat semula melakukan

restoking sehingga terjadi kelestarian sumberdaya ikan dalam upaya

pengelolaan secara sustainable atau berkesinambungan (Primyastanto, M et al,

2013 a)

Pada masa mendatang diharapkan budaya kearifan lokal ini diupayakan

dengan payung hukum agar mencari daerah penangkapan yang masih potensial

untuk dilakukan penangkapan ikan seperti di Laut Selatan Jawa , karena

disamping potensi masih belum over fishing juga jenis ikannya termasuk ikan

ekonomis penting sebagai komoditi eksport. Program transmigrasi nelayan ke

wilayah Laut Indonesia Timur juga merupakan alternative pemerataan

pembangunan dan pengelolaan terhadap eksploitasi sumberdaya ikan , sehingga

pemerintah perlu memberikan kebijakan yang multiplier effect terhadap

kelestarian sumberdaya ikan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan

dengan berbasis kearifan lokal yang ada pada masyarakat .

Pada umumnya nelayan Selat Madura melakukan andun ke daerah Paiton

(perbatasan Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Situbondo) serta ke wilayah

Kabupaten Pasuruan. Proses andun sendiri dilakukan dengan membawa kapal

dan seluruh ABK yang berkenan untuk ikut dalam andun kelokasi yang

ditentukan oleh Fishing master atau kapten kapal. Umumnya jika terjadi angin

gending, yaitu pada bulan-bulan Agustus hingga Oktober dan awal-awal

November.

Andun yang dilakukan nelayan Selat Madura hanya terbatas disekitar

Selat Madura saja, sehingga berdampak semakin meningkatkan tekanan

Page 117: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

356

terhadap over fishing, dimana akan bermuara tingkat produksi yang semakin

berkurang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka pemerintah

mengupayakan memberikan payung hukum tentang daerah penangkapan ikan

yang dianjurkan untuk dieksploitasi terutama didaerah ZEE atau diluar Selat

Madura, seperti di perairan Selatan pulau Jawa , yaitu Lautan Hindia, sehingga

diharapkan budaya kearifan lokal Andun akan berdampak positif terhadap

sumberdaya ikan sekaligus akan meningkatkan pendapatan nelayan, karena

disamping akan meningkatkan produktivitas juga harga ikan didaerah fishing

ground ZEE memilki nilai ekonomis penting (eksport). Sebagaimana penelitian

yang dilakukan oleh Sahri Muhammad, et al (2013) tentang model kemitraan

social berbasis kearifan masyarakat lokal sebagai perspektif Sosio-Ecology-

Centrisme, dimana permasalahan kerusakan lingkungan dan akibat yang

ditimbulkan masih merupakan masalah yang kita rasakan setelah berlangsung

dua abad terakhir sejak industrialisassi melanda dunia. Dan kita dengan mudah

dan sistematika bisa menunjuk apa saja jenis kerusakan tersebut.

Pertanyaannya adalah benarkah kita sudah tidak bisa berfikir logis sehingga

tindakan kita hanya berhenti pada tahap mengeksploitasi saja. Lemahnya

kesadaran terhadap lingkungan sisi lain yang juga terjadi karena adanya

anggapan bahwa pemanfaatan alam oleh manusia itu adalah hal yang wajar.

Tindakan konservasi cadangan ikan di pesisir memerlukan implementasi

penguatan “modal sosial” berupa pendekatan kemitraan co-management, yaitu

sebuah bentuk pendekatan Model Kemitraan Sosial adalah bentuk

pemberdayaan modal sosial sama kuat diantara berbagai puhak yang bermitra.

Kaitan kemitraan social dengan modal social bahwa kemitraan social adalah

bentuk interaksi antar pelaku untuk meraih pencapaian tujuan kesejahteraan

masyarakat miskin dalam meraih : (1) Informasi, (2) Ikatan sosial, (3)

Menumbuhkan kepercayaan dan (4) Pengakuan social antar pelaku yang

Page 118: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

357

bermitra. Kemitraan social adalah merupakan penguatan struktur social yang

menjamin peran sama kuat (equal role) antar pelaku yang bermitra (bias Negara,

Korporasi maupun masyarakat dengan pihak masyarakat miskin yang tidak

berdaya). Untuk meraih penguatan struktur social masyarakat yang tidak

berdaya menjadi berdaya, yaitu dengan penguatan Model Kemitraan social ini

diimplementasikan atas dasar prinsip sebagai berikut : (a) Proses pemberdayaan

masyarakat nelayan bersifat kemitraan (equal role) yang berpusat pada

pembangunan manusia (human centered development, antropocentis)

seutuhnya yang peduli pada kelestarian lingkungan, (b) Dilakukan atas dasar

prinsip partisipatif dan kemandirian masyarakat, (c) Bersifat multi dimensi social

budaya/lingkungan multi tahun dan multi tahapan, (d) Pendampingan dilakukan

secara berkelanjutan dengan suasana hubungan pendampingan bersifat

kemitraan, (e) Mengacu penguatan kesepakatan dan kearifan masyarakat lokal

(Local Communities Wisdom), (f) Proses pemberdayaan untuk penguatan

tindakan Konservasi Cadangan Ikan dilakukan atas dasar prinsip pemecahan

masalah (problem solving). Dengan demikian menurut Sahri.M, (2011) bahwa

dari sudut pandang aliran lingkungan, Model Kemitraan Sosial merupakan

bentuk jalan tengan/ moderat : antara aliran lingkungan acomodating/ konservasi

dan communities berbasi pada modal social ajaran agama sebagaimana telah

disebutkan. Artinya Model Kemitraan Sosial merupakan salah satu bentuk

pemikiran modal social berbasis lingkungan atas dasar pendekatan Ekonomi

Hijau dan Religius.

5.4.4. PANGAMBAK

Demikian pula pengeluaran untuk keperluan PANGAMBAK cukup besar.

Dalam banyak hal masyarakat nelayan diberbagai tempat nelayan dan pedagang

perantara terikat oleh hubungan kerjasama yang kuat demi kepentinganbersama

Page 119: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

358

secara jangka panjang.Hubungan kerjasama tersebut bertujuan mengatasi

kesulitan nelayan dalam memasarkan hasil tangkapan yang kualitasnya cepat

menurun (perishable food) juga karena keterbatasan modal usaha. Dissi lain

nelayan selalu dirugikan dalam hubungan kerjasama tersebut (Acheson, 1981).

Sedangkan menurut Firth (1946) selain menyediakan pinjaman modal usaha

kepada para nelayan, tugas utama pedagang perantara adalah

menyelenggarakan kegiatan pasar secara terus menerus agar ikan tetap tersedia

untuk konsumen dan menyelamatkan harga ikan ketika hasil tangkapan nelayan

sedikit atau melimpah.

Pedagang perantara yang menjualkan hasil tangkapan ikan dikalangan

nelayan Selat Madura disebut pangambak (Jordaan dan Niehof,

1982).Pangambak di pesisir didominasi oleh perempuan.Pada umumnya baik

pemilik perahu (juragan) maupun pandhiga (pendega), memiliki pinjaman ikatan

dengan pangambak. Besarnya pinjaman ikatan yang diberikan kepada nelayan

antara juragan dan pendega berbeda-beda, sekalipun yang diharapkan dari

nelayan adalah sama yaitu hasil tangkapan ikan. Perkiraan besar kecilnya

pinjaman ikatan antara juragan dan pendega itu muncul karena pangambak

memperhitungkan sumberdaya ekonomi yang dimilki keduanya. (1) Juragan

adalah pemilik alat produksi untuk menangkap ikan (ASKJ), sehingga

sumberdaya ekonomi yang dimilki juga besar. Berkaitan dengan hal itu, system

bagi hasil yang berlaku di selat Madura memberikan bagian yang lebih besar

kepada juragan daripada pendega secara perorangan. Jika bagian hasil yang

diterima juragan cukup besar, berarti keuntungan yang diterima pangambak juga

akan cukup besar juga. (2) Pendega adalah nelayan buruh yang hanya memilki

sumberdaya jasa tenaga, dan dimanfaatkan untuk bekerja sebagai buruh pada

juragan. Dalam system bagi hasil yang berlaku seperti system paron (50%),

maka secara keseluruhan pendega memperoleh bagi hasil yang cukup besar.

Page 120: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

359

Tetapi jika bagian itu dibagi lagi perorang, maka hasil yang didapatkan akan

menjadi sedikit (Primyastanto. M, et al. 2013 c).

Menurut Sahri Muhammad, et al (2013), bahwa tantangan utama didalam

pemberdayaan ikatan antar individu atau kelompok (spiral model), utamanya

dalam hubungannya dengan pangambak diperlukan penguatan dalam hal

permodalan dan pemasaran. Pada praktek ekonomi yang terjadi saat ini telah

ditemukan adanya pengabaian politik dan ekonomi (economic and political

exclusion) oleh “urban- metropolitan economy” dan “multinational economy”

terhadap si-miskin, termasuk nelayan miskin diwilayah pesisir. Secara praktis

langkah pemberdayaan politik adalah : (1) mendorong agar kelompok individu

berkembang menjadi “civil society” yang meiliki kekuatan tawar-menawar

(bargaining position), (2) mendudukkan lembaga pemerintah sebagai tulang

punggung (backbone) bagi terbangunnya keterkaitan antara kekuatan social

masyarakat pesisir, (3) korporasi ekonomi regional dan nasional diminta untuk

membuka tanggung jawab social (corporate social responsibility / CSR) dan

pasar produk yang dihasilkan komunitas pesisir, atau memberikan kegiatan

kepada peran keluarga miskin didaerah pesisir melalui mekanisme sub-kontrak.

Peran Pangambak dimasa mendatang agar tidak terkesan eksploitasi

terhadap nelayan skala kecil seperti nelayan payang , maka perlu pemerintah

untuk membebaskan hutang yang ada, melalui lembaga penjamin sosial (LPS),

selanjutnya pangambak dilibatkan dalam pemasaran dengan system lelang agar

berjalan sesuai dengan mekanisme pasar, dan nelayan diarahkan agar berusaha

untuk menabung dalam lembaga tersebut sebagai bentuk partisipasinya

terhadap lembaga lokal tersebut sebagaimana model Koperasi. Sedangkan

peran ulama atau tokoh masyarakat memberikan pencerahan kepada para

pangambak untuk tidak berpraktek sebagaimana rentenir yang merupakan

larangan dalam agama islam sebagaimana, yang tercantum dalam Al-Qur’an

Page 121: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

360

surah Al-Baqarah ayat 275 : “ Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak

dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran

(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan

mereka berkata (berpendapat) sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,

padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. Juga

sebagaimana larangan Allah tentang memakan harta orang lain secara batil yang

tertera dam Al-Qur’an surah An-Nisa’ ayat 29 – 31 : “ Wahai orang-orang yang

beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,

kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara

kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha

Penyayang kepadamu. Dan barang siapa yang berbuat demikian dengan

melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya kedalam

Neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah, jika kamu menjauhi dosa-

dosa besar diantara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya

Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami

masukkan kamu ketempat yang mulia (Syurga)”.

Berdasarkan penelitian Sahri Muhammad, et al (2013), bahwa perolehan

modal usaha nelayan umumnya dilayani oleh pedagang (pangambak) dengan

“beban jasa” yang semakin mencekik, nelayan berharap adanya perbaikan harga

ikan dengan “pola kemitraan social”, yaitu diperlukan pedagang yang memihak

komunitas nelayan sebagai “organizer” pemasaran ikan sekaligus ikut serta

menyelesaikan “ikatan modal pedagang” yang dinilai bahwa para pedagang

berperilaku “mencekik harga ikan”. Nelayan selat Madura cenderung menjual

hasil tangkapannya pada “pedagang langganan” atau pangambak. Ada dua

alasan utama mengapa nelayan menjual hasilnya padanya, yaitu : (1) Adanya

ikatan hutang. Pedagang untuk mendapatkan kepastian barang dagangannya,

mereka mengikat hubungan dengan nelayan dalam bentuk pinjaman “bebas

Page 122: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

361

bunga” dengan margin harga tertentu, antara 10%-20%. (2) Adanya kepastian

harga. Dalam keadaan tertentu dapat terjadi tawar menawar harga yang

disepakati.

Status pedagang yang beroperasi di wilayah ini dapat dikelompokkan

menjadi pedagang antar daerah dan pedagang eksport.Pedagang eksport

memiliki persyaratan standard barang dagangan antara lain : (a) Jenis ikan

tertentu, (b) Mutunya segar atau beku dengan harganya lebih tinggi dari harga

pasar lokal.Permasalahan tingkat harga mengikuti mekanisme pasar bebas yang

tidak jarang pembentukan harga terjadi berada dalam tekanan harga oleh

pedagang. Dalam keadaan demikian neleyan hampir tidak berdaya, meskipun

berdiri tempat pelelangan ikan, hanya saja nelayan tidak pernah menjual hasil

tangkapannya melalui proses pelelangan ikan. Tempat pelelangan ikan (TPI)

tidak berfungsi karena : (1) tidak ada lelang ikan, (2) Harga cenderung tertekan

rendah, karena pedagang tidak hadir, (3) ikan yang bersifat parishable food atau

cepat busuk , maka nelayan tidak berdaya menghadapi perilaku pedagang,

karena nelayan terikat hutang, sementara pedagang menjemput (ngambak)

nelayan ditempat pendaratan ikan, ketika ikan mulai Nampak membusuk, harga

ikan semakin ditekan oleh pedagang. Nelayan menghadapi suasana dilematis

antara ikatan hutang sekaligus ikan cepat busuk.Sehingga bagi nelayan skala

rumahtangga keadaan demikian dinilai sebagai sumber permasalahan. Oleh

karenanya Pemerintah diharapkan untuk memfungsikan kembali Tempat

Pelelangan Ikan secara efektif dan perlunya payung hukum dalam mekanisme

pasar, agar terjadi keadilan dalam proses pemasaran ikan bukan eksploitasi.

Page 123: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

362

5.5. Peran Kearifan Lokal dalam Menjaga kelestarian Sumberdaya Ikan

secara Berkelanjutan (sustainable)

Dari beberapa informasi kearifan lokal yang ada bagaimana policy atau

kebijakan kita semua untuk mengelola sumberdaya ikan yang sudah mengarah

kepada over fishing ini dengan arif bijaksana agar kelestarian sumberdaya ikan

akan pulih kembali dan akan terus berkesinambungan sampai kepada anak cucu

kita. Bukankah Allah SWT telah berfirman bahwa Dihalalkan bagimu binatang

buruan laut, begitu pula yang berasala dari laut, baik langsung kamu makan

maupun diawetkan untuk mereka yang suka bepergian (Q.S.: 5 ayat 96). Dimana

kekayaan laut kita bukan hanya ikan (fish), tapi juga mollusca, mutiara,dan biota

laut lainnya juga barang tambang seperti minyak, nikel, mangaan dan lai-lain

adalah kekayaan yang dikaruniakan Allah SWT untuk kemakmuran dan

kesejahteraan ummat manusia.

Disamping itu juga manfaat daripada perairan laut kita juga sebagai

transportasi untuk berkomunikasi dengan dunia global, sebagaimana

diinformasikan dalam Surah Yaasin ayat 41, yaitu : Dan suatu tanda kebesaran

Allah SWT yang besar bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan

mereka dalam bahtera yang penuh muatan.Sehingga dengan demikian maka

akan seimbanglah antara hak dan kewajiban kita terhadap sesama sebagaimana

firman Allah SWT : Dan berikanlah hak untuk hidup berbahagia kepada kaum

keluarga, kaum sengsara dan wisatawan agama. Namun jangan engkau

hambur-hamburkan hartamu secara boros.(Q.S.17. Ayat 26)

Kenikmatan yang telah diberikan Yang Maha Pencipta senantiasa dijaga

agar memberikan benefit sepanjang masa, sebagaimana yang tertera dalam Q.S

Ar-Rahman : 19-25, yaitu : “ Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya

kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-

masing. Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?Dari

Page 124: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

363

keduanya keluar mutiara dan marjan.Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah

yang kamu dustakan?Dan kepunyaan-Nyalah bahtera-bahtera yang tinggi

layarnya di lautan laksana gunung-gunung.Maka ni’mat Tuhan kamu yang

manakah yang kamu dustakan?

Maka dalam pemberdayaan masyarakat pesisir hendaknya mengacu

pada sumber hukum dari Yang Maha Kuasa atau agama disertai dengan

perkembangan iptek yang ada sehingga terjadi keselarasan yang bukan hanya

dapat memakmurkan kehidupan manusia di dunia saja tapi mempunyai

jangkauan masa depan yang lebih panjang yaitu menjadi bekal amal sholeh

untuk kehidupan setelah mati, dan itu semua telah dimanifestasikan oleh

masyarakat nelayan sejak dahulu dalam bentuk kearifan lokal yang berlaku,

khususnya pada kearifan lokal : Onjhem, Petik Laut, Andun dan Pangambak.

Dimana bisa dikembangkan menjadi suatu budaya lokal yang berdampak secara

nasional maupun internasional dalam menjaga kelestarian alam sumberdaya

ikan sekaligus menjadi suatu model untuk pengelolaan sumberdaya ikan secara

berkelanjutan (sustainable).

Untuk keberhasilan pengelolaan perikanan berkelanjutan tersebut

menurut Sahri Muhammad et al (2013) diperlukan beberapa strategi, sebagai

berikut :

(1) Penggunaan kawasan konservasi laut dengan tekanan pada penghentian

penangkapan ikan untuk memberikan kesempatan pertambahan besar

induk ikan, biodiversitas dan perlindungan ikan-ikan yang mudah punah.

(2) Perubahan pola penangkapan ikan dengan tekanan tidak boleh

menangkap ikan yang belum sempat bertelur memalui selektivitas alat

tangkap ikan, dan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan serta

memberikan kesemptan ikan memijah. Perubahan pola penangkapan

Page 125: BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Lokasi ...mimitprimyastanto.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/BAB-V-HASIL... · ... Sebelah Selatan Kabupaten Lumajang. (4) Sebelah Barat Kabupaten

364

termasuk pengaturan musim dan wilayah tertutup untuk melakukan

penagkapan ikan sementara atau permanen.

(3) Program restocking dan penguatan cadangan ikan di alam dengan

melakukan penebaran bibit ikan di alam dan memperoduksi bibit biota

target restocking secara massal.

(4) Program reduksi/pengurangan kapasitas/ukuran alat tangkap, baik dalam

jumlah maupun produktivitasnya sampai pada tingkat Tangkapan Total

Yang Boleh Ditangkap (TAC).

(5) Program budidaya laut, khususnya melibatkan perempuan nelayan untuk

kegiatan budidaya biota laut di pantai.

(6) Kendali keamanan pangan dan sertfikasi produk perikanan untuk

memberikan jaminan pangan ikani yang memenuhi persyaratan

kesehatan.

(7) Promosi perluasan Alternatif Mata Pencaharian (AMP) Nelayan yang

memberikan jaminan dan harapan pekerjaan untuk perbaikan

pendapatan rumahtangga nelayan melalui mata pencaharian tambahan di

luar penangkapan ikan.