bab 4 renc pola ruang

64
Halaman 4 - 1 4.1 Dasar Perumusan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten 4.1.1 Ketentuan Penyusunan Pola Ruang Kabupaten Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi: 1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten. 2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang. 3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun. 4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten dirumuskan berdasarkan: 1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten. 2. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten. 3. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan. 4. Ketentuan peraturan perundang - undangan terkait. BAB 4 RENCANA POLA RUANG KABUPATEN NATUNA

Upload: agus-taruna

Post on 12-Feb-2017

414 views

Category:

Engineering


0 download

TRANSCRIPT

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 1

4.1 Dasar Perumusan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten

4.1.1 Ketentuan Penyusunan Pola Ruang Kabupaten

Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi

peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan

ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi

budidaya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:

1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat

dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten.

2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang.

3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima

tahunan untuk dua puluh tahun.

4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah

kabupaten.

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten dirumuskan berdasarkan:

1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten.

2. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten.

3. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan

lingkungan.

4. Ketentuan peraturan perundang - undangan terkait.

BAB

4 RENCANA POLA RUANG KABUPATEN NATUNA

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 2

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten dirumuskan dengan kriteria:

1. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta

rencana rincinya;

2. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta

rencana rincinya;

3. Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional

yang berada di wilayah kabupaten bersangkutan;

4. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang

berbatasan;

5. Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas

kawasan lindung dan kawasan budidaya, sebagai berikut:

4.1.2 Kebijakan Pola Ruang Nasional dan Provinsi

4.1.2.1 Kebijakan Pola Ruang Nasional di Kabupaten Natuna

Dalam RTRW Nasional, kebijakan pengembangan ruang yang terkait dengan

pola ruang Kabupaten Natuna adalah penetapan kawasan Natuna dan

sekitarnya sebagai kawasan andalan dan kawasan andalan laut dengan

rincian sebagai berikut:

1. Kawasan andalan Natuna dan sekitarnya dengan sektor unggulan

pertambangan dan perikanan laut

a. Pengembangan tahap 5 tahun pertama dengan penekanan pada

rehabilitasi kawasan andalan untuk pertambangan

b. Pengembangan tahap 5 tahun kedua dengan penekanan pada

pengembangan kawasan andalan untuk kelautan

2. Kawasan andalan laut Natuna dan sekitarnya dengan sektor unggulan

pertambangan, perikanan laut dan pariwisata

a. Pengembangan tahap 5 tahun pertama dengan penekanan pada

pengembangan kawasan andalan untuk pariwisata

b. Pengembangan tahap 5 tahun kedua dengan penekanan pada

pengembangan kawasan andalan untuk kelautan

c. Pengembangan tahap 5 tahun kedua dengan penekanan pada

pengembangan kawasan andalan untuk pertambangan

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 3

Dalam RTRW Nasional Kota Ranai di tetapkan sebagai kawasan strategis

nasional.

4.1.2.2 Kebijakan Pola Ruang Provinsi di Kabupaten Natuna

Dalam arahan RTRW Provinsi Kepulauan Riau, pola ruang Kabupaten Natuna

diarahkan sebagai berikut:

A. Kawasan Lindung:

1. Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Natuna dengan luas 11.711,7 ha

meliputi :

a. Kawasan hutan lindung Gunung Ranai seluas 2.654, 4 ha;

b. Kawasan hutan lindung Gunung Bedung seluas 4.720,1 ha; dan

c. Kawasan hutan lindung Gunung Sekunyam dengan luas 4.337,2

Ha;

2. Kawasan Lindung lainnya yang meliputi :

a. Kawasan suaka alam laut yang meliputi Kawasan Konservasi Laut

Daerah (KKLD) dan Daerah perlindungan laut

b. Kawasan cagar alam dan cagar alam laut meliputi kawasan

perlindungan habitat penyu di pesisir Pulau Panjang Kecamatan

Bunguran Utara , pesisir Pulau Senoa Kecamatan Bunguran Timur,

pesisir Pulau Serasan Kecamatan Serasan Timur, Pesisir Pulau

Subi Kecamatan Subi tempat habitat penyu bertelur

c. Kawasan pantai berhutan bakau.

3. Kawasan rawan bencana yang meliputi

a. Kawasan rawan longsor yang meliputi kawasan rawan bencana

longsor di pulau Bunguran yang sangat dikontrol oleh adanya sesar

berarah barat laut-tenggara atau utara-selatan. Di daerah ini diduga

banyak terjadi longsoran jenis rock fall yang arahnya ke barat/timur atau

barat daya-timur laut. Demikian juga di bagian timur laut Pulau Bunguran

diduga banyak terjadi longsoran dengan jenis yang sama dengan arah

longsoran ke arah barat daya/timur laut atau barat/timur. Kawasan

rawan longsor di daerah ini juga diikuti rawan erosi.

b. Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi meliputi pulau -

pulau kecil yang berada laut lepas. Bagian pesisr pantai utara, timur

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 4

dan selatan Pulau Bunguran merupakan kawasan rawan

gelombang pasang.

c. Kawasan rawan bencana puting beliung yang meliputi kawasan

permukiman yang berada di sekitar pantai atau pesisir.

d. Kawasan lindung lainnya yang meliputi kawasan terumbu karang,

pulau -pulau yang memiliki luas kurang dari 10 ha, kawasan

perlindungan terhadap terumbu karang.

B. Kawasan Budidaya:

Kawasan Budidaya di Kabupaten Natuna sebagaimana diarahkan dalam

RTRW Provinsi Kepulauan Riau meliputi:

1. Hutan produksi seluas kurang lebih 46.180 Ha;

2. Kawasan pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan,

pertanian holtikultura, perkebunan dan peternakan dengan luas

kurang lebih 23.129 ha meliputi :

a. Kawasan pertanian tanaman pangan

b. Kawasan holtikultura

c. Perkebunan dengan luas kurang lebih 38.552 ha

d. Kawasan perternakan

3. Kawasan perikanan dengan luas kurang lebih 2.184. ha

4. Kawasan pariwisata dengan luas kurang lebih 3.050 ha

5. Kawasan industri dengan luas kurang lebih 2.518. ha

6. Kawasan permukiman dengan luas kurang lebih 36.786 ha

7. Kawasan lainnya dengan luas kurang lebih 21.261 ha

4.1.3 Daya Tampung dan Daya Dukung Ruang

Secara morfologis Kabupaten Natuna merupakan kabupaten kepulauan yang

memiliki daya dukung terbatas. Dengan demikian, untuk pengembangan

wilayah darat diarahkan pada Pulau Bunguran, pulau Serasan, Pulau Subi dan

Pulau Midai. Pulau - pulau tersebut memiliki daya dukung yang terbatas

mengingat untuk menjaga neraca air yang mendukung keberlangsungan

kegiatan di pulau tersebut.

Untuk menjaga kelestarian sumberdaya air pada pulau - pulau tersebut, maka

pengembangan kawasan untuk permukiman didorong kearah pesisir,

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 5

pengembangan bagian tengah pulau direncanakan untuk pengembangan ruang

yang dapat mendukung fungsi kelestarian sumber daya air. Selain itu wilayah

Kabupaten Natuna sebagian besar terdiri dari laut yang kaya akan potensi

perikanan dan potensi wisata serta potensi tambang terutama tambang migas.

Dalam pengembangan wilayah kedepan, ruang laut ini akan dikembangkan

sebagai kekuatan ekonomi utama di Kabupaten Natuna. Agar hal ini dapat

berkelanjutan, maka harus dijaga kelesetarian sumberdaya laut yang ada di

Kabupaten Natuna.

4.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Natuna

Dengan memperhatikan ketentuan penyusunan pola ruang, kebijakan pola

ruang nasional dan provinsi, kebijakan pembangunan daerah, kondisi objektif

(potensi dan permasalahan) wilayah, daya tampung dan kebutuhan ruang untuk

masa mendatang serta, perkembangan tataguna lahan dan kesesuaian lahan,

maka dapat dirumuskan rencana pola ruang untuk Kabupaten Natuna

sebagaimana diuraikan berikut ini.

4.2.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam,

sumberdaya manusia, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan

pembangunan berkelanjutan.

Pemantapan kawasan lindung sejalan dengan Undang-Undang No. 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang dan Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990

tentang pengelolaan kawasan lindung, yang dalam pelaksanaannya

disesuaikan dengan kondisi biogeofisik wilayah yang mempunyai karakteristik

dan keunikan masing-masing.

Pola ruang kawasan lindung di Kabupaten Natuna meliputi :

1. Kawasan hutan lindung

2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

yaitu kawasan resapan air yang meliputi :

a. Kawasan resapan air

b. Kawasan rawa

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 6

3. Kawasan perlindungan setempat yang meliputi :

a. Ruang sempadan pantai

b. Ruang sempadan sungai

c. Ruang sempadan waduk

d. Kawasan sekitar mata air.

4. Kawasan suaka alam dan pelestarian alam yang meliputi :

a. Kawasan habitat penyu bertelur

b. Kawasan pantai berhutan bakau

5. Kawasan rawan bencana alam yang meliputi :

a. Kawasan rawan gerakan tanah dan tanah longsor

b. Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi

c. Kawasan rawan bencana puting beliung

6. Kawasan lindung geologi

7. Kawasan lindung lainnya yaitu kawasan lindung pulau - pulau kecil

4.2.1.1 Kawasan Hutan Lindung

Tujuan pemantapan kawasan hutan lindung adalah untuk mencegah terjadinya

erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologi tanah untuk

menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan, guna

terwujudnya kelestarian sumberdaya hayati dan lingkungan bagi upaya

kelangsungan hidup.

Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang merupakan bagian dari

kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem

penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,

mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan

tanah yang memiliki kriteria:

1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah

hujan yang melebihi skor 175;

2. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih; dan

atau

3. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan air laut

2000 m atau lebih.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 7

Berdasarkan kriteria tersebut, kawasan hutan lindung di Kabupaten Natuna

ditetapkan seluas kurang lebih 11.880,32 ha meliputi :

a. Kawasan hutan lindung Gunung Ranai di Kecamatan Bunguran Timur,

Kecamatan Bunguran Timur Laut dan Kecamatan Bunguran Tengah

dengan luas 2.654,40 Ha ;

b. Kawasan hutan lindung Gunung Bedung di Kecamatan Bunguran Timur

Laut dan Kecamatan Bunguran Utara dengan luas 4.720,10 Ha;

c. Kawasan hutan lindung Gunung Sekunyam di Kecamatan Bunguran

Selatan, Kecamatan Bunguran Barat dan Kecamatan Pulau Tiga dengan

luas 4.377,20 Ha.

Kelestarian hutan lindung ini memiliki arti penting bagi ketersediaan air dalam

mendukung pengembangan wilayah di Pulau Bunguran. Dengan demikian,

maka pelestarian fungsi ekologis kawasan ini sangat penting untuk

dipertahankan. Arahan pengelolaan kawasan ini dilakukan pengendalian ketat

terhadap aktivitas pembangunan dan dilakukan reboisasi pada kawasan yang

rusak.

Arahan pemantapan kawasan hutan lindung adalah :

1. Melakukan pengukuran dan tata batas di lapangan untuk memudahkan

pengendaliannya.

2. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada/penggunaan lahan yang

berlangsung lama.

3. Pengendalian hIdro-orologis kawasan hutan yang telah mengalami

kerusakan (rehabilitasi dan konservasi).

4. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya.

5. Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan, berlokasi di hutan

lindung seperti penelitian, eksplorasi mineral dan air tanah, pencegahan

bencana alam agar tidak mengganggu fungsi lindung.

4.2.1.2 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan bawahannya

Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya di

Kabupaten Natuna adalah kawasan resapan air dan kawasan rawa. Kawasan

resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 8

meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer)

yang berguna sebagai sumber air.

Pengembangan kawasan resapan air ini memperhatikan beberapa kriteria

yaitu:

1. Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000 mm/tahun.

2. Struktur tanah yang mudah meresapkan air tanah.

3. Memiliki bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara

besar.

4. Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/16 mm.

5. Mempunyai kemampuan meluruskan air dengan kecepatan lebih dari 1

mm/hari.

6. Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap permukaan tanah

setempat.

7. Kelerengan kurang dari 15%; dan/atau

8. Kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi dari kedudukan muka air

tanah dalam.

9. Ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan laut.

Perlindungan kawasan resapan air diarahkan untuk semua pulau – pulau

besar di Kabupaten Natuna yang memiliki daratan luas, terutama di sekitar

sumber air baku seperti di sekitar waduk, danau, mata air dan sungai,

termasuk juga kawasan hutan lindung. Dengan demikian fungsi hidrologis

sehingga kualitas dan keutuhan air tetap bersih, terjaga, serta tersedia bagi

pusat-pusat kegiatan, perkotaan dan permukiman.

Kawasan resapan air ini juga dikembangkan sebagai penyangga hutan lindung

dan sebagai pembatas secara fisik batasan hutan lindung dengan kawasan

budidaya di Kecamatan Bunguran Timur laut, Kecamatan Bunguran Tengah,

Kecamatan Bunguran Utara dan Kecamatan Bunguran Barat.

Berdasarkan hasil kajian lahan dengan kriteria sebagaimana tersebut diatas

maka rencana pengembangan kawasan resapan air kurang lebih seluas

1.950,72 Ha dengan rincian sebagai berikut:

1. Kecamatan Bunguran Barat dengan luas kurang lebih 104,89 ha

2. Kecamatan Bunguran Tengah dengan luas kurang lebih 655,40 ha.

3. Kecamatan Bunguran Timur dengan luas kurang lebih 41,12 ha.

4. Kecamatan Bunguran Timur Laut dengan luas kurang lebih 1.002,25 ha.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 9

5. Kecamatan Bunguran Utara dengan luas kurang lebih 147,07 ha.

Arahan peruntukan lahan pada kawasan resapan air di rencanaan sebagai

berikut :

Pada lahan dengan kemiringan lereng >40%, diarahkan untuk penanaman

jenis tanaman hutan yang secara endemik telah tumbuh di kawasan ini,

seperti: Merbau (Intsia Biyuga), Bintangur (Calophyllum Inophyllum), Mersawa

(Anoisoptera Polyandra), Nyatoh (Palaquium Gutta), Terentang

(Campnosperma Auriculata), Medang (Litsea Firma), Terap (Artocarpus Spp),

dan lain-lain.

Selain kawasan resapan air yang berupa hutan, kawasan resapan air berupa

rawa juga tetap di lestarikan keberadaaanya. Pelestarian kawasan rawa

sebagai kawasan resapan air di kabupaten Natuna adalah kawasan rawa di

Kelarik seluas kurang lebih 1.947,67 ha yang terletak di :

1. Kecamatan Bunguran Utara seluas kurang lebih 1.815,26 ha

2. Kecamatan Bunguran Barat seluas kurang lebih 132,39 ha

4.2.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Natuna meliputi sempadan

sungai, sempadan pantai, sempadan waduk,dan kawasan sekitar mata air.

4.2.1.3.1. Ruang Sempadan Pantai

Kabupaten Natuna terdiri dari pulau - pulau kecil dan pantai. Garis pantai yang

ada harus dipertahankan kondisinya terutama pada daerah - daerah rawan

abrasi yang berhadapan langsung ke laut lepas atau kerusakan lingkungan

akibat kegiatan manusia sehingga penetapan sempadan Pantai menjadi sangat

penting bagi kelestarian ekosistem pantai dan laut. Sempadan Pantai adalah

daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan

kondisi pantai, memiliki kriteria sebagai berikut:

Tujuan pemantapan sempadan pantai adalah melindungi daerah sempadan

pantai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas

air, kondisi fisik dan dasar pantai serta mengamankan aliran pantai.

Ruang sempadan pantai di Kabupaten Natuna ditetapkan sebagai berikut berikut:

Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak sekurang-kurangnya 30 meter dari

titik pasang air laut tertinggi ke arah darat pada kawasan permukiman.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 10

Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak sekurang-kurangnya 100 meter dari

titik pasang air laut tertinggi ke arah darat pada kawasan non permukiman, dan

Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam

atau terjal dengan jarak proposional terhadap bentuk dan kondisi fisik

pantai.

Arahan kebijakan pemantapan kawasan sempadan pantai di Kabupaten Natuna:

1. Pengamanan daerah pantai sekurang-kurangnya 100 meter dari titik pasang

tertinggi ke arah darat;

2. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sepanjang sempadan pantai

yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar

pantai serta alirannya;

3. Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar daerah sempadan pantai dan

pengamanan daerah tepi pantai;

4. Reklamasi pantai pada kawasan sempadan pantai diizinkan dengan menambah

luasan kawasan sempadan pantai dengan tetap memperhatikan kelestarian

ekosistem pantai dan laut;

5. Dalam hal permukiman terapung di tepi pantai, maka kegiatan tersebut tidak

boleh merusak fungsi lindung.

4.2.1.3.2. Ruang Sempadan Sungai

Untuk menjaga kelestarian badan air maka penetapan kawasan sekitar badan

air perlu dilindungi dengan pembentukan sempadan sungai yang sesuai

dengan kondisi fisiknya masing-masing.

Rencana ruang sempadan sungai di Kabupaten Natuna meliputi:

a. Kecamatan Bunguran Barat;

b. Kecamatan Bunguran Timur;

c. Kecamatan Bunguran Utara;

d. Kecamatan Bunguran Timur Laut;

e. Kecamatan Bunguran Tengah;

f. Kecamatan Bunguran Selatan;

g. Kecamatan Serasan;

h. Kecamatan Serasan Timur; dan

i. Kecamatan Pulau Tiga

Pengamanan sempadan sungai menjadi sangat penting untuk melindungi

daerah sempadan sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 11

merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran

sungai.

Berkaitan dengan kondisi tersebut maka ruang sempadan sungai di Kabupaten

Natuna ditetapkan sebagai berikut :

1. Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di luar

kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di

kawasan perkotaan;

2. Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk mempunyai kedalaman

tidak lebih besar dari 3 m;

3. Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk mempunyai kedalaman

tidak lebih dari 3 m sampai dengan 20 m

4. Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk sungai yang

terpengaruh oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau

5. Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang

diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.

Arahan pengelolaan ruang sempadan sungai adalah sebagai berikut :

1. Pengamanan Daerah Aliran Sungai;

2. Pengamanan daerah sepanjang kiri-kanan sungai dengan lebar 50 meter;

3. Mencegah kegiatan budidaya di kawasan tepi sungai yang dapat merusak

kawasan tepi sungai;

4. Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar tepi sungai dan anak

sungai.

4.2.1.3.3. Ruang Sempadan Waduk

Tujuan penetapan ruang sempadan waduk untuk melindungi waduk dari kegiatan

manusia yang mengganggu dan merusak kualitas air. Di Kabupaten Natuna

terdapat 2 waduk yaitu Bendung Tapau di Kecamatan Bunguran Tengah dan

Bendung Kelarik di Kecamatan Bunguran Barat. Bendung ini di kembangkan

sebagai penampungan air untuk pengendali banjir dan juga berfungsi sebagai

sumber air baku serta untuk irigasi.

Sesuai dengan Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 terdapat pasal yang

mengatur mengenai pengelolaan kawasan perlindungan setempat. Kriteria kawasan

sekitar waduk /situ yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 12

fisik/danau antara 50 – 100 m dari titik pasang tertinggi kearah darat atau sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

4.2.1.3.4 Kawasan Sekitar Mata Air

Tujuan penetapan kawasan sekitar mata air untuk melindungi mata air dari kegiatan

manusia yang mengganggu serta merusak kualitas air di Kabupaten Natuna. Di

Kabupaten Natuna terdapat beberapa kawasan sekitar mata air. Kawasan sekitar

mata air ditetapkan dengan radius 100 m dari mata air demi melindungi kualitas

mata air yang berada di Kabupaten Natuna.

4.2.1.4 Kawasan Suaka Alam Dan Pelestarian Alam

Kawasan suaka alam dan pelestarian alam di Kabupaten Natuna meliputi:

1. Kawasan habitat penyu bertelur

2. Kawasan pantai berhutan bakau

4.2.1.4.1 Kawasan Habitat Penyu Bertelur

Kawasan habitat penyu bertelur adalah kawasan suaka alam yang karena satwa,

khas-nya perlu dilindungi dan dikembangkan secara alami. Kabupaten Natuna

memiliki beberapa kawasan habitat penyu bertelur, diantaranya:

a. Pesisir Pulau Panjang Kecamatan Bunguran Utara.

b. Pesisir Pulau Senoa Kecamatan Bunguran Timur.

c. Pesisir Pulau Serasan Kecamatan Serasan Timur.

d. Pesisir Pulau Subi Kecamatan Subi

Arahan pemantapan kawasan ini antara lain:

1. Pengelolaan kawasan habitat penyu bertelur sesuai perlindungannya;

2. Pengendalian kegiatan yang dapat merusak kawasan serta pengamanan

kawasan.

4.2.1.4.2 Kawasan Pantai Berhutan Bakau

Ekosistem hutan bakau merupakan salah satu ekosistem yang dominan dan

memiliki peranan yang penting mengingat fungsinya sebagai penjaga kestabilan

sumberdaya hayati di wilayah pesisir. Kawasan ini berperan dalam pengasuhan

dan pemijahan aneka biota laut, melindungi pantai dari sedimentasi, dan penyerap

bahan tercemar.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 13

Arahan kebijakan pemantapan kawasan ini antara lain:

1. Pengelolaan kawasan pantai berhutan bakau sesuai perlindungannya masing -

masing.

2. Pengendalian kegiatan yang dapat merusak kawasan dan pengamanan

kawasan.

3. Kawasan hutan bakau secara prinsipil dibina sebagai kawasan lindung.

4. Dalam hal terjadi pemanfaatan untuk pembangunan maka ruang kawasan

hutan bakau tidak boleh dikurangi tetapi hasil hutan bakau boleh dimanfaatkan

secara terbatas.

5. Pemanfaatan pariwisata alam.

Rencana hutan bakau di Kabupaten Natuna adalah seluas kurang lebih 2.621,40

ha sebagai berikut :

1. Kecamatan Bunguran Barat dengan luas kurang lebih 1.548,32 ha

2. Kecamatan Bunguran Selatan dengan luas kurang lebih 483,45 ha

3. Kecamatan Pulau Tiga dengan luas kurang lebih 46,28 ha

4. Kecamatan Pulau Laut dengan luas kurang lebih 81,07 ha

5. Kecamatan Subi dengan luas kurang lebih 214,35 ha

6. Kecamatan Serasan dengan luas kurang lebih 242,32 ha

7. Kecamatan Serasan Timur dengan luas kurang lebih 5,55 ha

4.2.1.5 Kawasan Rawan Bencana Alam

Tujuan penetapan kawasan rawan bencana adalah melindungi manusia dan

kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak

langsung oleh perbuatan manusia. Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi

geoligi dan mofologi ruang, kawasan rawan bencana di Kabupaten Natuna meliputi:

a. Kawasan rawan longsor yang meliputi kawasan rawan bencana longsor di

pulau Bunguran yang sangat dikontrol oleh adanya sesar berarah barat laut-

tenggara atau utara-selatan. Di daerah ini diduga banyak terjadi longsoran jenis

rock fall yang arahnya ke barat/timur atau barat daya-timur laut. Demikian juga

di bagian timur laut Pulau Bunguran diduga banyak terjadi longsoran dengan

jenis yang sama dengan arah longsoran ke arah baratdaya/timurlaut atau

barat/timur. Kawasan rawan longsor di daerah ini juga diikuti rawan erosi .

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 14

b. Kawasan rawan gelombang pasang meliputi pesisir pulau pulau kecil yang

berada laut lepas. Bagian utara dan bagian selatan pulau kecil di

Kabupaten Natuna merupakan kawasan rawan gelombang pasang.

c. Kawasan rawan bencana puting beliung yang meliputi kawasan

permukiman yang berada di sekitar pantai atau pesisir. (Gambar 4.1 : Peta

Rawan Bencana)

A. Kawasan Rawan Gerakan Tanah dan Tanah Longsor

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,

bahan rombakan, tanah, atau material yang bergerak ke bawah atau keluar

lereng. Tanah longsor adalah suatu jenis gerakan tanah, umumnya gerakan

tanah yang terjadi adalah longsor bahan rombakan (Debris Avalanches) dan

nendatan (slumps/rotational slides). Gaya-gaya gravitasi dan rembesan

(seepage) merupakan penyebab utama ketidakstabilan (instability) pada lereng

alami maupun lereng yang di bentuk dengan cara penggalian atau penimbunan.

Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi

batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi

penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis

besar dapat dibedakan sebagai faktor alami dan manusia. Kondisi alam yang

menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain:

Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu

lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan gunung api;

Iklim: curah hujan yang tinggi;

Keadaan topografi: lereng yang curam;

Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air,

erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika;

Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis.

Kawasan rawan bencana gerakan tanah dan longsor yang teridentifikasi di

Kabupaten Natuna meliputi kawasan rawan bencana longsor di Pulau

Bunguran yang sangat dikontrol oleh adanya sesar berarah barat laut-tenggara

atau utara-selatan. Di daerah ini diduga banyak terjadi longsoran jenis rock fall

yang arahnya ke barat/timur atau barat daya-timur laut. Demikian juga di bagian

timur laut Pulau Bunguran diduga banyak terjadi longsoran dengan jenis yang

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 15

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 16

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 17

sama dengan arah longsoran ke arah barat daya/timur laut atau barat/timur.

Kawasan rawan longsor di daerah ini juga diikuti rawan erosi. Kawasan rawan

tanah longsor terdapat pada perbukitan sisi timur Gunung Ranai dan

Gunung Bedung.

Pada kawasan rawan bencana sebagaimana tersebut di atas, maka

perencanaan pengembangan ruang dilakukan sebagai berikut:

1. Pada ruang yang sudah terbangun maka akan dibatasi pengembangannya

dan harus dilakukan rekayasa teknologi sedemikian rupa sehingga dampak

negatif daripada ancaman bencana dapat di minimalkan;

2. Pada ruang yang belum terbangun maka di tetapkan sebagai kawasan

lindung setempat atau sebagai ruang terbuka hijau atau dikembangkan

untuk ruang non permukiman.

B. Kawasan Rawan Gelombang Pasang dan Abrasi

Kawasan rawan gelombang pasang berada sekitar pantai rawan terhadap

gelombang pasang akibat angin kencang dengan kecepatan tinggi atau

gravitasi bulan atau matahari. Kriteria kawasan ini adalah kawasan yang rawan

terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampai 100

kilometer per jam yang timbul akibat kecepatan angin atau gravitasi bulan dan

matahari. Kawasan rawan gelombang pasang ditetapkan dengan ketentuan

kawasan permukiman yang berada di sekitar pantai atau pesisir.

Gelombang pasang dan abrasi merupakan ancaman bencana terbesar di

Kabupaten Natuna mengingat di sebagian besar Kabupaten Natuna di

kembangkan di daerah pesisir. Dari hasil identifikasi kawasan rawan gelombang

pasang dan abrasi yang berpotensi di Kabupaten Natuna meliputi kawasan

pesisir sepanjang pantai utara yang berhadapan dengan laut Cina Selatan dan

kawasan pesisir sepanjang pantai bagian timur dan selatan Pulau Bunguran.

Pada kawasan rawan bencana tersebut diatas maka perencanaan

pengembangan ruang dilakukan sebagai berikut:

1. Pada ruang yang sudah terbangun maka akan dibatasi pengembangannya

dan apabila harus mengembangkan pada ruang tersebut maka harus

dilakukan rekayasa teknologi sehingga dampak negatif daripada ancaman

bencana dapat diminimalkan;

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 18

2. Pada ruang yang belum terbangun maka ditetapkan sebagai kawasan

lindung setempat atau sebagai ruang terbuka hijau atau dikembangkan

untuk ruang non permukiman.

C. Kawasan Rawan Bencana Angin Puting Beliung

Kawasan rawan bencana puting beliung yang terdapat di Kabupaten

Natuna terdapat di kawasan sekitar pantai atau pesisir yang berhadapan

dengan Laut Cina Selatan serta kawasan pesisir sepanjang pantai selatan.

4.2.1.6 Kawasan Lindung Geologi

Kawasan Lindung geologi di Kabupaten Natuna adalah kawasan cagar alam

geologi yang memiliki keunikan bentang alamnya. Dengan demikian tujuan

penetapan kawasan cagar alam geologi ini adalah untuk melindungi keunikan

bentang alamnya.

Kawasan lindung geologi di Kabupaten Natuna meliputi:

a. Cagar alam geologi Sepempang di Kecamatan Bunguran Timur

b. Cagar Alam geologi Serasan di Kecamatan Serasan

Arahan pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung geologi antara lain untuk

pengembangan kegiatan pariwisata dan penelitian.

4.2.1.7 Kawasan Lindung Lainnya

Kawasan lindung lainnya di Kabupaten Natuna adalah kawasan lindung untuk

pulau - pulau kecil. Penetapan kawasan lindung pada pulau - pulau kecil

bertujuan untuk melindungi ekosistem pulau - pulau kecil, garis pantai dan

perairan laut di sekitarnya yang memiliki sifat rentan terhadap berbagai bentuk

gangguan kegiatan budidaya. Untuk tetap menjaga keberadaan serta

kelestariannya maka pulau - pulau kecil terutama yang memiliki luas kurang

dari 10 Ha (sepuluh hektar) ditetapkan sebagai kawasan lindung. Namun

demikian, pada pulau tersebut masih dimungkinkan untuk dilakukan kegiatan

budidaya secara terbatas, sesuai dengan potensi dan kondisi pulau tersebut.

Parameter teknis pemanfaatan lahan maksimal 10% dari luas pulau dengan

intensitas pemanfaatan ruang seminimal mungkin dengan batas maksimal 10%.

Kawasan lindung pulau - pulau kecil di Kabupaten Natuna seluas kurang lebih

1.967,53 ha meliputi :

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 19

a. Pulau-pulau kecil di Kecamatan Bunguran Barat dengan luas kurang lebih

128,33 ha

b. Pulau-pulau kecil di Kecamatan Bunguran Selatan dengan luas kurang

lebih 20,60 ha

c. Pulau-pulau kecil di Kecamatan Bunguran Timur dengan luas kurang lebih

96,19 ha

d. Pulau-pulau kecil di Kecamatan Bunguran Timur Laut dengan luas kurang

lebih 1,39 ha

e. Pulau-pulau kecil di Kecamatan Bunguran Utara dengan luas kurang lebih

352,40 ha

f. Pulau-pulau kecil di Kecamatan Midai dengan luas kurang lebih 9,16 ha

g. Pulau-pulau kecil di Kecamatan Pulau Laut dengan luas kurang lebih 86,82

ha

h. Pulau-pulau kecil di Kecamatan Pulau Tiga dengan luas kurang lebih

311,47 ha

i. Pulau-pulau kecil di Kecamatan Serasan dengan luas kurang lebih 23,49

ha

j. Pulau-pulau kecil di Kecamatan Serasan Timur dengan luas kurang lebih

256,31 ha

k. Pulau-pulau kecil di Kecamatan Subi dengan luas kurang lebih 678,26 ha

4.2.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

Pola ruang kawasan budidaya di Kabupaten Natuna direncanakan berdasarkan

kesesuaian lahan, pelestarian lingkungan dan kebutuhan pengembangan ruang

untuk ruang ekonomi sosial dan budaya dalam upaya untuk memenuhi

kebutuhan internal dalam wilayah kabupaten maupun kebutuhan ruang untuk

merespon kondisi ektrenal yang harus di sikapi dalam rangka peningkatan

perekonomian di wilayah kabupaten Natuna. Rencana pengembangan

kawasan budidaya di Kabupaten Natuna meliputi:

1. Kawasan peruntukan hutan produksi yang meliputi

a. Kawasan hutan produksi terbatas

b. Kawasan hutan produksi konversi

2. Kawasan peruntukan pertanian

a. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 20

b. Kawasan peruntukan hortikultura

c. Kawasan peruntukan perkebunan

d. Kawasan peruntukan peternakan

3. Kawasan peruntukan perikanan

a. Perikanan tangkap

b. Budidaya perikanan laut

c. Budidaya perikanan air tawar

d. Kawasan minaperdesaan

e. Kawasan minapolitan

f. Kawasan Pelabuhan perikanan

4. Kawasan peruntukan industri

5. Kawasan peruntukan pariwisata

a. Pengembangan kawasan pariwisata alam

b. Pengembangan kawasan pariwisata budaya

c. Pengembangan kawasan pariwisata minat khusus

6. Kawasan peruntukan permukiman

a. Kawasan permukiman perkotaan

b. Kawasan permukiman perdesaan

7. Kawasan potensi pertambangan

8. Kawasan peruntukan lainnya

a. Kawasan pertahanan dan keamanan negara

b. Kawasan pusat pemerintahan

c. Kawasan Masjid Agung

d. Kawasan Reklamasi Pantai

4.1.2.3 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan memiliki fungsi pokok

memproduksi hasil hutan. Tujuan penetapan kawasan hutan produksi adalah

memanfaatkan hasil hutan secara terbatas, yang kegiatan ekploitasinya

dilakukan dengan cara tebang pilih dan tanam kembali. Arahan kebijakan untuk

ruang kawasan hutan produksi terbatas adalah pengusahaan hutan produksi

melalui pemberian izin HPH dengan menerapkan pola tebang pilih dan tanam

kembali. Hutan Produksi Terbatas yang selanjutnya disebut HPT adalah

kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas

hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai

jumlah nilai antara 125-174, di luar kawasan lindung, hutan suaka alam, hutan

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 21

pelestarian alam dan taman buru. Kawasan peruntukan hutan produksi seluas

kurang lebih 71.562,82 ha meliputi :

a. Kecamatan Bunguran Barat seluas kurang lebih 20.882,59 ha

b. Kecamatan Bunguran Selatan seluas kurang lebih 6.187,65 ha

c. Kecamatan Bunguran Tengah seluas kurang lebih 519,48 ha

d. Kecamatan Bunguran Timur seluas kurang lebih 1.297,59 ha

e. Kecamatan Bunguran Timur Laut seluas kurang lebih 9.100,91 ha

f. Kecamatan Bunguran Utara seluas kurang lebih 22.370,34 ha

g. Kecamatan Pulau Tiga seluas kurang lebih 1.169,93 ha

h. Kecamatan Pulau Laut seluas kurang lebih 1.231,68 ha

i. Kecamatan Serasan seluas kurang lebih 1.783,13 ha

j. Kecamatan Serasan Timur seluas kurang lebih 1.014,17 ha

k. Kecamatan Subi seluas kurang lebih 6.043,17 ha

4.2.2.2. Kawasan Peruntukan Pertanian

4.2.2.2.1. Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan

Kawasan pertanian pangan di Kabupaten Natuna meliputi pertanian lahan

basah (sawah) dan pertanian tanaman pangan lahan kering.

a. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah

Sawah adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan

budidaya difungsikan untuk segala kegiatan yang mengusahakan

tanaman tertentu pada lahan basah baik beririgasi maupun non irigasi,

mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut,

dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta

manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha pertanian

lahan basah dan masyarakat. Arel tanaman pangan lahan basah adalah

areal pertanian yang memerlukan air terus menerus sepanjang tahun

musim atau bergilir dengan tanaman utama padi (areal persawahan

Pertanian tanaman pangan sawah akan dikembangkan pada lokasi yang

sesuai untuk pengembangan sawah.

Tujuan pengembangan sawah di Kabupaten Natuna adalah :

1. Menghasilkan bahan pangan hasil pertanian lahan basah melalui

meningkatkan produksi pangan dan pendayagunaan investasi.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 22

2. Daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya dan meningkatkan

fungsi lindung.

3. Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam untuk

pertanian pangan.

4. Penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat dan

meningkatkan pendapatan masyarakat.

5. Peningkatan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor

serta kegiatan ekonomi sekitarnya.

Recana kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan di Kabupaten

Natuna ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)

seluas kurang lebih 4.941,91 ha meliputi:

1. Desa Kelarik di Kecamatan Bunguran Utara dengan luas kurang lebih

3.686,16 ha

2. Kecamatan Bunguran Barat dengan luas kurang lebih 253,35 ha

3. Desa Tapau dan Desa Harapan Jaya di Kecamatan Bunguran Tengah

dengan luas kurang lebih 824,70 ha

4. Kecamatan Serasan Timur 177,71 ha

Rencana pengembangan peningkatan serta optimasi kawasan pertanian

lahan basah adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan sistem irigasi teknis dan peningkatan produksi menuju

kemampuan swasembada pangan secara merata serta penyediaan

bahan baku agroindustri.

2. Peningkatan program intensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi.

3. Pengendalian kegiatan - kegiatan yang dapat mengurangi lahan

pertanian produktif dan produktivitas lahan.

4. Peningkatan upaya penyelesaian masalah pemanfaatan lahan yang

tumpang tindih (berbeda kepentingan).

5. Pengembangan pola - pola produksi dan sentra - sentra produksi

utama bagi perluasan kesempatan kerja dan berusaha.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 23

b. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering

Kawasan pertanian pangan lahan kering bertujuan untuk pengembangan

tanaman pangan komoditas Jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah.

Rencana pengembangan kawasan pertanian lahan kering di Kabupaten

Natuna dilakukan dengan intensivikasi lahan yang sudah ada serta

pembukaan lahan pertanian baru. Pengembangan dan peningkatan

pertanian lahan kering di Kabupaten Natuna a meliputi :

1. Kawasan Pertanian lahan kering di Kecamatan Bunguran Barat dengan

komoditas unggulan jagung, ubi jalar dan ubi kayu.

2. Kawasan Pertanian lahan kering di Kecamatan Bunguran Selatan

dengan komoditas unggulan jagung, ubi jalar dan ubi kayu, talas.

3. Kawasan Pertanian lahan kering di Kecamatan Bunguran Tengah

dengan komoditas unggulan jagung, ubi kayu dan ubi jalar.

4. Kawasan Pertanian lahan kering di Kecamatan Bunguran Timur Laut

(Ceruk) dengan komoditas unggulan jagung, ubi jalar dan ubi kayu.

5. Kawasan Pertanian lahan kering di Kecamatan Bunguran Utara dengan

komoditas unggulan ubi kayu, jagung.

6. Kawasan Pertanian lahan kering di Kecamatan Serasan Timur dengan

komoditas unggulan jagung dan ubi kayu.

4.2.2.2.2. Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Holtikultura

Pengembagan kawasan peruntukan pertanian tanaman holtikutura di

Kabupaten Natuna bertujuan untuk mengembangan tanaman sayur - sayuran

dan buah buahan serta untuk memenuhi kebutuhan sayur dan buah di wilayah

Kabupaten Natuna. Rencana pengembangan dan peningkatan kawasan

pertanian tanaman holtikutura di Kabupaten Natuna seluas kurang lebih

11.917,60 ha meliputi :

a. Kecamatan Bunguran Barat seluas kurang lebih 1.095,26 ha

b. Kecamatan Bunguran Selatan seluas kurang lebih 3.661,85 ha

c. Kecamatan Bunguran Tengah seluas kurang lebih 1.839,70 ha

d. Kecamatan Bunguran Timur seluas kurang lebih 1.563,09 ha

e. Kecamatan Bunguran Timur Laut seluas kurang lebih 1.703,47 ha

f. Kecamatan Bunguran Utara seluas kurang lebih 1.568,20 ha

g. Kecamatan Pulau Laut seluas kurang lebih 202,41 ha

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 24

h. Kecamatan Pulau Tiga seluas kurang lebih 80,44 ha

i. Kecamatan Serasan seluas kurang lebih 86,59 ha

j. Kecamatan Serasan Timur seluas kurang lebih 116,59 ha

Rencana pengembangan kawasan budidaya pertanian tanaman holtikultura di

Kabupaten Natuna meliputi:

a. Pengembangan dan peningkatan mutu produk dari hasil kegiatan

intensifikasi pertanian dan meningkatkan produktivitas yang sejalan

dengan kegiatan konservasi lahan dan sumber air.

b. Penghijauan dan perluasan kawasan tanaman pangan lahan kering untuk

penanaman tanaman pangan, buah buahan dan sayur-sayuran.

c. Peningkatan penanaman dengan jenis tanaman yang disesuaikan dengan

kualitas lahan dan prospektif di pasaran agar diperoleh hasil yang optimal

dan harga yang kompetitif.

d. Konservasi lahan, melalui penanaman tanaman tahunan dalam rangka

pengembangan farming system yang berupa usaha tani terpadu dengan

tanaman pangan.

4.2.2.2.3. Kawasan Peruntukan Perkebunan

Kawasan perkebunan merupakan kawasan peruntukan bagi tanaman

tahunan/perkebunan yang menghasilkan bahan pangan dan bahan baku industri.

Tujuan pengembangan kawasan perkebunan adalah mengembangkan areal

produksi perkebunan terutama untuk komoditas utama dengan memanfaatkan

potensi dan kesesuaian lahan, serta pegembangkan kawasan sentra produksi

perkebunan.

Secara khusus pengembangan kawasan perekebunan di Kabupaten Natuna

bertujuan untuk:

1. Mendorong pengembangan perekonomian masyarakat;

2. Merehabilitasi ruang pasca tambang;

3. Menyediakan bahan baku untuk industri.

Berdasarkan komoditas yang sudah berkembang dan kesesuain lahan untuk

pengembangan perkebunan serta potensi pasar terhadap hasil perkebunan maka

komoditas tanaman perkebunan yang akan di kembangkan di Kabupaten Natuna

meliputi perkebunan karet, perkebunan kelapa, perkebunan lada, perkebunan

gaharu, dan perkebunan sagu, perkebunan cengkeh.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 25

Rencana pengembangan kawasan perkebunan di Kabupaten Natuna seluas

kurang lebih 43.323,41 ha meliputi :

a. Kecamatan Bunguran Barat seluas kurang lebih 13.049,33 ha dengan

komoditas unggulan karet, kelapa, cengkeh.

b. Kecamatan Bunguran Selatan seluas kurang lebih 4.141,02 ha dengan

komoditas unggulan kelapa dan karet.

c. Kecamatan Bunguran Tengah seluas kurang lebih 2.001,66 ha dengan

komoditas unggulan perkebunan karet.

d. Kecamatan Bunguran Timur seluas kurang lebih 4.194,69 ha dengan

komoditas unggulan kelapa, cengkeh.

e. Kecamatan Bunguran Timur Laut seluas kurang lebih 6.371,37 ha dengan

komoditas unggulan karet, kelapa, cengkeh dan sagu.

f. Kecamatan Bunguran Utara seluas kurang lebih 1.888,17 ha komoditas

unggulan karet.

g. Kecamatan Midai seluas kurang lebih 1.565,87 ha dengan komoditas unggulan

kelapa, cengkeh.

h. Kecamatan Pulau Laut seluas kurang lebih 1.184,56 ha dengan komoditas

unggulan kelapa, sagu.

i. Kecamatan Pulau Tiga seluas kurang lebih 1.093,97 ha dengan komoditas

unggulan kelapa.

j. Kecamatan Serasan seluas kurang lebih 771,39 ha dengan komoditas

unggulan cengkeh.

k. Kecamatan Serasan Timur seluas kurang lebih 502,19 ha dengan komoditas

unggulan, cengkeh dan sagu.

l. Kecamatan Subi seluas kurang lebih 6.559,16 ha dengan komoditas unggulan

kelapa dan cengkeh, jambu mete.

Strategi untuk pengembangan kawasan perkebunan di Kabupaten Natuna

antara lain:

1. Peremajaan dan perluasan areal tanaman perkebunan.

2. Pengembangan wilayah-wilayah sentra produksi tanaman perkebunan

sesuai dengan potensi/kesesuaian lahannya secara optimal.

3. Pengembangan kawasan-kawasan potensial untuk tanaman perkebunan.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 26

4.2.2.2.4. Kawasan Peruntukan Peternakan

Kawasan peternakan merupakan kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan

pengusahaan ternak. Kawasan peternakan dapat dilakukan secara terpadu sebagai

bagian dari komponen usaha tani lainnya (tanaman pangan, perkebunan,

holtikultura atau perikanan) dan terpadu sebagai komponen ekosistem tertentu

(kawasan hutan lindung atau suaka alam). Pengembangan kawasan peternakan di

Kabupaten Natuna bertujuan untuk membangun peternakan yang berwawasan

agrobisnis berdasarkan ekonomi kerakyatan untuk mencapai kecukupan daging

secara berkelanjutan. Kawasan agrobisnis berbasis peternakan merupakan

kawasan peternakan yang berorientasi ekonomi dan memiliki sistem agrobisnis

berkelanjutan dimulai dari industri hulu hingga industri hilir.

Pengembangan Kawasan peternakan dibagi berdasarkan peruntukan skala

agrobisnis dan skala peternakan rakyat (backyard farming).

Rencana pengembangan kawasan peternakan bersekala agrobisnis akan di dorong

sebagai kawasan untuk peternakan terpadu yang akan dilengkapi dengan sarana

dan prasarana pendukung pengembangan peternakan. Kawasan Peruntukan

peternakan yang dialokasikan di Kabupaten Natuna seluas kurang lebih 2.249,50

ha meliputi :

a. Peternakan ternak besar di Kecamatan Bunguran Barat seluas kurang lebih

2.239,42 ha

b. Peternakan ternak unggas di Kecamatan Pulau Tiga seluas kurang lebih 10,08

ha

Untuk mencapai kawasan peternakan yang diharapkan perlu dilakukan langkah

langkah sebagai berikut:

1. Menyusun perencanaan pembangunan peternakan.

2. Memfasilitasi pengembangan pembangunan sentra-sentra produksi peternakan.

3. Menerapkan teknologi bidang peternakan yang tepat di setiap kecamatan.

4. Penyediaan sarana dan prasarana bidang peternakan.

5. Meningkatkan akses petani ternak terhadap pasar dan lembaga permodalan.

4.2.2.3. Kawasan Peruntukan Perikanan

Kawasan perikanan di Kabupaten Natuna meliputi perikanan tangkap,

budidaya perikanan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan

produk perikanan, industri bioteknologi kelautan, industri sumberdaya laut-

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 27

dalam dan pemanfaatan muatan barang kapal tenggelam, wisata bahari dan

potensi mangrove dan terumbu karang.

Komoditas hasil kelautan dan perikanan yang dikembangkan merupakan

komoditas unggulan yang terdiri dari rumput laut (seaweed), ikan dan biota laut

ekonomis tinggi serta komoditi hasil budidaya perikanan.

Pulau Natuna yang terletak di kawasan Laut Cina Selatan memiliki potensi

perikanan laut (sumberdaya ikan) yang terbesar di Indonesia (diperkirakan

1.057.050 ton/tahun) dan ini belum termasuk potensi yang terdapat di ZEE

(Zona Ekonomi Eksklusif) yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.

Saat ini produksi sumber daya ikan di Laut Cina Selatan baru sekitar 379.900

ton per tahun. Sehingga Pulau Natuna memiliki potensi untuk pengembangan

usaha perikanan budidaya laut (jaring terapung) dan usaha pengolahan hasil

perikanan pasca panen. Oleh karena itu, Pulau Natuna layak untuk diposisikan

sebagai pusat pengembangan sektor perikanan yang lengkap dan terpadu

untuk wilayah Indonesia Bagian Barat dan ASEAN. Namun fasilitas yang ada

belum mampu mendukung usaha pengembangan industri perikanan terpadu

yang terkait dengan wilayah lain di Provinsi Riau bahkan di Indonesia bagian

barat secara umum.

Pengolahan ikan atau industri perikanan (added value) terhadap hasil

tangkapan/budidaya ikan masih belum berkembang di Kabupaten Natuna.

Mengingat potensi perikanan tangkap/budidaya yang sangat besar (terutama

laut), serta perlunya transformasi struktur ekonomi masyarakat yang berbasis

non lahan, maka usaha pengolahan ikan merupakan salah satu tumpuan

peningkatan perekonomian masyarakat terutama di kawasan pesisir

Kabupaten Natuna.

Peruntukan pengolahan ikan akan diintegrasikan dengan pengembangan

kawasan minapolitan di Serantas Kecamatan Pulau Tiga.

Kawasan yang dipersiapkan untuk industri perikanan adalah di sebagian

Sabang Mawang dan Tanjung Sebauk di Desa Sedanau Timur Kecamatan

Bunguran Barat. Lahan di Sabang Mawang saat ini sudah digunakan sebagai

pelabuhan perikanan yang relatif kecil sampai sedang. Fasilitas yang sudah

ada berupa dermaga kapal ikan, pabrik es kapasitas 2 ton per hari dan sumber

air bersih.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 28

Pengembangan sektor perikanan yang dihasilkan dari Kabupaten Natuna

tidaklah terlepas dari kemampuan masyarakat setempat yang terlibat

didalamnya. Kemampuan masyarakat tersebut haruslah pula didukung oleh

ketersediaan sarana dan prasarana secara optimal di Kabupaten Natuna.

Sarana dan prasarana tersebut diantaranya adalah pelabuhan pendaratan ikan

yang memadai, tempat pelelangan ikan yang dapat beroperasi dengan optimal

dan juga ketersediaan ruang pendingin (cold storage) untuk menjaga

keawetan ikan hasil tangkapan.

Sejalan dengan hal tersebut diatas, pengadaan peralatan tangkap seperti

kapal motor berikut alat tangkap ikan juga memerlukan perhatian khusus

mengingat hal ini dapat mendukung kegiatan eksplorasi dan eksploitasi hasil

laut secara optimal. Sarana penangkapan ikan berupa kapal dan alat tangkap

perlu juga memperoleh prioritas tersendiri dimana sarana tersebut akan sangat

mempengaruhi produktivitas nelayan. Pengembangan sektor perikanan disini

khususnya perikanan laut. Disamping itu dari aspek pemasaran perlu

mendapatkan pula perhatian khusus dimana pemasaran ikan hasil tangkapan

akan mempengaruhi kelangsungan pegembangan sektor ini.

Hal utama yang perlu diperhatikan pula adalah SDM sebagai pelaku dari

produksi ikan tersebut baik dari sisi kegiatan penangkapan ikan maupun dari

sisi proses produksi lebih lanjut untuk hasil tangkapan tersebut. Dengan

pengembangan kemampuan SDM di bidang perikanan akan lebih

mengoptimalkan pengembangan baik sektor perikanan maupun sektor industri

pengolahan hasil perikanan tersebut.

Selain perlakuan terhadap hasil tangkapan ikan sebagaimana di uraikan diatas

perlu perlu dicermati mengenai kemungkinan pengembangan secara terpadu

antara sektor perikanan dengan industri pengolahan. Keterkaitan ini dapat

diwujudkan dengan pengembangan industri pengolahan hasil laut berupa

pengolahan tepung ikan, pengawetan ikan, pengalengan ikan dan lainnya.

Keterpaduan kedua sektor ini diyakini akan mampu memberikan nilai tambah

yang besar terhadap pengembangan kedua sektor tersebut. Dengan adanya

nilai tambah terhadap hasil tangkapan ikan di Kabupaten Natuna akan

memberikan tambahan pendapatan kepada masyarakat Kabupaten Natuna

secara signifikan.

Pengembangan dari industri pengolahan hasil perikanan tidak dapat terlepas

dari pemanfaatan teknologi pengolahannya sehingga dengan penggunaan

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 29

teknologi yang tepat guna serta ramah lingkungan akan menjamin

kelangsungan kegiatan industri tersebut untuk jangka panjang.

Kawasan disebelah timur pelabuhan penunjang dan barang Selat Lampa dan

Tanjung Sebauk Desa Sedanau Timur dapat dicadangkan sebagai kawasan

industri perikanan terpadu. Dengan luas lahan kurang lebih 100 ha dapat

dimanfaatkan sebagai lokasi pabrik tepung ikan, pabrik es dengan kapasitas 6

ton per hari dan permukiman bagi karyawan. Danau disebelah utara kawasan

ini dapat di bendung untuk reservoir air baku dalam rangka memenuhi

kebutuhan pelabuhan penumpang dan barang dan pelabuhan perikanan.

A. Perikanan Tangkap

Kawasan perikanan tangkap merupakan kawasan yang digunakan untuk

kegiatan memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan

dibudidayakan dengan alat atau cara apapun termasuk kegiatan yang

menggunakan kapal untuk memuat mengangkut, menyimpan,

mendinginkan, menangani, mengolah dan atau mengawetkannya.

Pengembangan peruntukan kawasan ikan tangkap di rencanakan sebagai

berikut:

1. Perairan pesisir untuk kegiatan perikanan tangkap dengan bagan,

bubu atau perahu <10 GT penekanan pada kegiatan penangkapan

udang, ikan pelagis dan ikan laut lainnya skala kecil pada jalur

penangkapan 0–4 mil dari garis pantai;

2. Perairan pesisir untuk kegiatan perikanan tangkap komersil untuk

perahu/kapal ikan 10–30 GT penekanan pada kegiatan penangkapan

udang, ikan pelagis dan ikan laut lainnya skala komersil pada jalur

penangkapan >4 mil dari garis pantai.

B. Budidaya Perikanan Laut

Kawasan budidaya perikanan laut merupakan kawasan yang

diperuntukan bagi kegiatan memelihara, membesarkan dan atau

membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang

terkontrol. Perikanan budidaya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga),

yaitu budidaya laut, budidaya tambak dan budidaya air tawar.

Perikanan budidaya laut di Kabupaten Natuna yang akan dikembangkan

meliputi budidaya rumput laut, budidaya perikanan Keramba Jaring

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 30

Apung dan keramba jaring tancap. Rencana pengembangan perikanan

budidaya laut dikembangkan meliputi:

a. Budidaya rumput laut dikembangkan di :

1) Kecamatan Bunguran Timur

2) Kecamatan Serasan

3) Kecamatan Serasan Timur

4) Desa Kelarik terletak di Kecamatan Bunguran Utara

5) Desa Cemaga terletak di Kecamatan Bunguran Selatan

b. Budidaya perikanan keramba jaring apung dikembangkan di :

1) Kecamatan Bunguran Barat

2) Kecamatan Pulau Laut

3) Kecamatan Pulau Tiga

4) Kecamatan Serasan

c. Budidaya keramba jaring tancap di kembangkan di :

1) Kecamatan Bunguran Barat

2) Kecamatan Pulau Laut

3) Kecamatan Pulau Tiga

4) Kecamatan Serasan

C. Budidaya Perikanan Air Tawar

Perikanan budidaya air tawar dikembangkan di Kabupaten Natuna

meliputi perikanan air tawar yang akan dikembangkan di Kecamatan

Bunguran Tengah

D. Kawasan Minapedesaan

Pengembangan kawasan minapedesaan di Kabupaten Natuna seluas

kurang lebih 3.142,02 ha meliputi:

a. Kecamatan Bunguran Barat dengan luas kurang lebih 141,04 ha

b. Kecamatan Bunguran Utara dengan luas kurang lebih 2.549,92 ha

c. Kecamatan Pulau Tiga dengan luas kurang lebih 350,16 ha

d. Kecamatan Serasan dengan luas kurang lebih 22,65 ha

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 31

E. Kawasan Minapolitan

Rencana kawasan minapolitan yang dikembangkan di Kabupaten Natuna

dialokasikan pada Serantas Kecamatan Pulau Tiga seluas kurang lebih

250 Ha.

F. Pelabuhan Perikanan

Untuk mendukung pengembangan sektor perikanan khususnya

perikanan tangkap ini maka di recanakan pengembangan kawasan

minapolitan yang di dukung pengembangan pelabuhan perikanan yang

meliputi

a. Pelabuhan perikanan Pantai (PPP)

Pelabuhan ini dapat melayani kapal perikanan berukuran sekurang-

kurangnya 10 GT dan menampung 30 buah kapal atau 300 GT.

Pelabuhan ini melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan

pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial. Pelabuhan

Perikanan Pantai di rencanakan di Selat Lampa.

b. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) melayani kapal perikanan

berukuran sekurang-kurangnya 3 GT dan menampung 20 buah

kapal atau 60 GT kapal perikanan sekaligus. Pelabuhan ini melayani

kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan.

Pangkalan Pendaratan Ikan di rencanakan di

a. PPI di Pulau Laut

b. PPI di Bunguran Barat

c. PPI di Pulau Tiga

d. PPI di Bunguran Utara

e. PPI di Subi

f. PPI di Midai

g. PPI di Bunguran Timur

h. PPI di Serasan

4.2.2.4 Kawasan Peruntukan Industri

Kegiatan industri adalah industri yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan

mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 32

dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang

bangun dan perekayasaan industri. Kawasan perindustrian merupakan kawasan

yang diperuntukkan bagi pemusatan kegiatan industri. Kawasan ini tidak boleh

mengganggu kelestarian dan fungsi lingkungan hidup. Adapun kriteria kawasan

perindustrian yakni sebagai berikut :

1. Kawasan yang memenuhi persyaratan lokasi industri;

2. Tersedia sistem air baku yang cukup;

3. Adanya sistem pembuangan limbah;

4. Tidak menimbulkan dampak sosial negatif yang berat; dan

5. Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah yang beririgasi dan

berpotensi untuk pengembangan irigasi.

Tujuan pengembangan kawasan industri di Kabupaten Natuna adalah sebagai

berikut

a. Menyediakan ruangan bagi kegiatan-kegiatan produksi suatu barang yang

mempunyai nilai lebih untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang

bangun dan perekayasaan yang berkaitan dengan lapangan kerja

perekonomian lainnya;

b. Memberikan kemudahan pertumbuhan industri baru dengan mengendalikan

pemanfaatan ruang lainnya, untuk menjaga keserasian lingkungan sehingga

mobilitas antar ruang tetap terjamin serta terkendalinya kualitas lingkungan.

Pengembangan kawasan industri di Kabupaten Natuna diintegrasikan dengan

rencana pengembangan pelabuhan serta mempertimbangkan ketersediaan bahan

baku yang aka di Kabupaten Natuna. Rencana pengembangan kawasan industri di

Kabupaten Natuna meliputi:

a. Kawasan industri khusus berbasis migas

b. Kawasan industri tertentu untuk usaha kecil, mikro dan menengah dengan

jenis industri berbasis pertanian dan perikanan

c. Industri rumah tangga

A. Industri Khusus Berbasis Migas

Pengembangan industri khusus berbasis migas di Kabupaten Natuna seluas

kurang lebih 1.552.86 ha berada di Kecamatan Bunguran Utara dengan lahan

seluas 964,74 ha dan 588,13 ha di Kecamatan Bunguran Timur Laut termasuk

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 33

didalamnya untuk lahan industri, lahan permukiman, fasilitas umum dan jalur

hijau.

Pengembangan tata ruang Kabupaten Natuna dilihat aspek pembangunan

industri, sangat bergantung kepada pengembangan pemanfaatan gas alam

sebagai keberadaan sumber daya energi yang merupakan satu-satunya sumber

daya alam yang potensial. Gas Alam ini terletak di D Alpha Laut Cina Selatan

yang berjarak 225 km dari arah Timur laut Pulau Natuna . Besarnya cadangan

gas alam diperkirakan sebesar 6 TSCF dengan kandungan CO2 sebesar 71 %

merupakan industri awal (hulu) yang dapat dikembangkan untuk kegiatan

industri.Produk utama LNG (Liquid Natural Gas) sebesar 1,27 TSCF akan

memberikan kontribusi yang besar terhadap devisa dari sektor gas bumi. Di lain

pihak, potensi CO2 yang besar dpat dimanfaatkan untuk mengembangkan

industri kimia dasar.Upaya untuk mengembangkan industri yang bertumpu pada

gas bumi dan CO2 akan memberikan sumbangan yang besar terhadap

kebutuhan pokok setengah jadi atau produk akhir untuk konsumsi dalam negeri

dan internasional. Dalam kaitannya dengan industri kimia dasar yang

menghasilkan pupuk urea dapat secara langsung memanfaatkan gas CO2 dan

H2 dari lapangan gas bumi tersebut. Sedangkan kebutuhan N2 dapat diperoleh

dari udara untuk menghasilkan pupuk urea tersebut. Selain produk pupuk urea

yang dihasilkan dapat digunakan langsung di sektor pertanian, urea merupakan

bahan baku utama bagi industri hilir berikutnya. Industri-industri hilir yang

menghasilkan Phenol-formaldehyde resins dan Ure-formaldehyde resins

menggunakan urea sebagai bahan baku utamanya.

Industri - industri terkait yang memanfaatkan kedua produk tersebut adalah

industri molding component sebagai bahan baku untuk pabrik karet dan pabrik

kertas, industri particle-board adhesive dapat digunakan sebagai bahan baku

dalam industri cat. Selain itu, kedua produk industri kimia dasar tersebut

merupakan bahan baku utama dalam pembuatan foam insulation sebagai

bahan insulasi distribusi air atau uap panas. Industri perakitan kendaraan

bermotor dan industri furniture and appliancer juga menggunakan bahan baku

dari urea-formaldehyde resins dan phenol-formaldehyde resins. CO2

merupakan bahan kimia yang bagus untuk kebutuhan refrigerasi dan industri

pengawetan, seperti pengawetan ikan, daging dan sebagainya. Selain dapat

digunakan untuk pengawetan bahan karena sifatnya sebagai food bacteria

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 34

spoilage, CO2 juga dapat digunakan sebagai transport refrigerant dalam bentuk

padatan sebagai hasil dari industri "solid carbon dioxide".

Untuk keperluan industri yang melayani kebutuhan konsumen setempat dapat

pula dikembangkan sebagai salah satu bahan baku dari industri minuman ringan

seperti coca cola, dsb. Secara keseluruhan, komposisi yang dimungkinkan

dalam pemanfaatan CO2 yaitu sekitar 40 % untuk pembuatan pupuk urea, 35 %

dikembalikan ke bumi untuk secondary oil recovery, 10 % untuk refrigerasi, 5 %

untuk keperluan pabrik-pabrik minuman non-alkohol, dan sisanya 10 % untuk

keperluan lainnya.

Selain industi utama yang berbasiskan migas seagaimana tersebut diatas juga

akan di kembangkan industri dengan jenis industri yang termasuk ke dalam

kelompok industri kimia dasar dan aneka industri, dengan fungsi utama

pengembangan industri penunjang (memanfaatkan CO2 dari hasil pengolahan

LNG).

Karakteristik industri yang akan dikembangkan di kawasan ini antara lain :

a. Berskala menengah dan besar;

b. Mengolah produk-produk yang dihasilkan oleh kelompok industri lainnya

menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi (terutama dalam rangka

pemanfaatan co2 dari hasil pengolahan gas);

c. Menggunakan teknologi tinggi, dan umumnya padat energi. Diperlukan

sumber daya manusia dengan keterampilan dan pendidikan yang

memadai;

d. Skala kapasitas ekonomi yang besar dan padat moral.

Kaitannya dengan daya dukung lingkungan, karakteristik industri yang akan

dikembangkan di kawasan ini diarahkan untuk berciri :

a. Mengingat umumnya industri yang akan dikembangkan di kawasan ini

bersifat polutif, maka diarahkan untuk melengkapi kawasan ini dengan

pusat pengolah limbah, sehingga tidak mengganggu kelestarian

lingkungan.

b. Mengingat umumnya industri-industri tersebut mengkonsumsi air dalam

jumlah yang cukup besar, perlu ditelaah lebih jauh lagi dari teknologi

industri yang lebih sedikit mengkonsumsi air disamping itu juga teknologi

pemanfaatan air dari alternatif sumber lain yang ada, seperti dari pemurnian

air laut misalnya.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 35

Kaitannya dengan pengembangan ekonomi wilayah, karakteristik industri yang

akan dikembangkan di kawasan ini diarahkan untuk :

a. Berorientasi ekspor dan untuk dikonsumsi secara lokal

b. Mampu bersaing dengan produk - produk dari luar negeri

B. Kawasan Industri Tertentu Berbasis Pertanian dan Perikanan

Merupakan kawasan industri dengan jenis industri yang termasuk kedalam

kelompok aneka industri, seperti : industri pengolahan hasil pertanian, industri

pengolahan hasil kebun dan lainnya akan di kembangkan di Kelarik Kecamatan

Bunguran Utara serta di Batubi Kecamatan Bunguraan Barat

Mengingat potensi pertanian khususnya perkebunan yang cukup baik, dapat

dikembangkan agroindustri yang akan mengolah hasil-hasil perkebunan

tersebut dan meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat setempat.

Agroindustri penting artinya, mengingat dalam rangka pembangunan ekonomi

yang berkelanjutan, setelah produksi LNG menurun, dapat diharapkan industri

ini akan terus mampu meningkatkan pendapatan masyakarat.

Karakteristik industri yang akan dikembangkan dikawasan ini antara lain :

a. Berskala menengah dan besar

b. Mengolah sumber daya alam

c. Menggunakan teknologi sederhana hingga teknologi tinggi. Khususnya

untuk industri yang menggunakan teknologi sederhana, sumber daya

manusia yang sudah ada dapat dimanfaatkan, sebaliknya untuk industri

yang menggunakan teknologi tinggi memerlukan sumber daya manusia

terampil dan berpendidikan tinggi

d. Bersifat padat karya dan padat modal. Untuk industri yang berteknologi

sederhana akan bersifat padat karya, dan sebaliknya untuk industri yang

berteknologi tinggi akan bersifat padat modal

Kaitannya dengan daya dukung lingkungan, karakteristik industri yang akan

dikembangkan dikawasan ini diarahkan untuk berciri :

a. Polusi rendah, dimana limbah yang dapat mencemari udara, air dan

tanah sekitarnya sangat minim

b. Konsumsi air tidak terlalu banyak

c. Konsumsi energi sedang

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 36

Kaitannya dengan pengembangan ekonomi wilayah, karakteristik industri yang

akan dikembangkan dikawasan ini diarahkan untuk :

a. Berorientasi ekspor dan untuk memenuhi kebutuhan lokal;

b. Mampu bersaing dengan produk-produk dari wilayah lainnya.

Adapun pengembangan sektor perikanan, perlu dukungan armada kapal

pencari ikan yang memadai. Dalam upaya mendukung pengembangan sektor

perikanan di Pulau Natuna dapat dikembangkan industri pengolahan perikanan

untuk meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat, disamping itu pula

pengembangan industri perkapalan, yang menghasilkan kapal-kapal

menyediakan fasilitas perbaikan kapal untuk nelayan dalam berbagai ukuran.

Kawasan peruntukan industri berbasis perikanan berupa kawasan industri

pengolahan hasil laut di Serantas terletak di Kecamatan Pulau Tiga.

Mengingat potensi perikanan yang cukup baik, dapat dikembangkan industri

perikanan dan kelautan yang akan mengolah hasil-hasil perikanan dan

kelautan untuk meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat setempat. Industri

perikanan dan kelautan penting artinya, mengingat dalam rangka

pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, setelah produksi LNG menurun,

dapat diharapkan industri ini akan terus mampu meningkatkan pendapatan

masyakarat. Karakteristik industri yang akan dikembangkan dikawasan ini

antara lain :

a. Berskala menengah dan besar.

b. Mengolah sumber daya alam.

c. Menggunakan teknologi sederhana hingga teknologi tinggi. Khususnya

untuk industri yang menggunakan teknologi sederhana, sumber daya

manusia yang sudah ada dapat dimanfaatkan, sebaliknya untuk industri

yang menggunakan teknologi tinggi memerlukan sumber daya manusia

terampil dan berpendidikan tinggi.

d. Bersifat padat karya dan padat modal. Untuk industri yang berteknologi

sederhana akan bersifat padat karya, dan sebaliknya untuk industri yang

berteknologi tinggi akan bersifat padat modal.

Kaitannya dengan daya dukung lingkungan, karakteristik industri yang akan

dikembangkan dikawasan ini diarahkan untuk berciri :

a. Polusi rendah, dimana limbah yang dapat mencemari udara, air dan tanah

sekitarnya sangat minim

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 37

b. Konsumsi air tidak terlalu banyak

c. Konsumsi energi sedang

Kaitannya dengan pengembangan ekonomi wilayah, karakteristik industri yang

akan dikembangkan dikawasan ini diarahkan untuk :

a. Berorientasi ekspor dan untuk memenuhi kebutuhan lokal.

b. Mampu bersaing dengan produk-produk dari wilayah lainnya.

C. Industri Rumah Tangga

Dalam upaya mendukung pengembangan sektor industri di Kabupaten Natuna,

diperlukan juga rencana kawasan peruntukan industri rumah tangga yang akan

dikembangkan dan tersebar di setiap kecamatan di Kabupaten Natuna.

4.2.2.5 Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan pariwisata merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi

pengembangan kegiatan pariwisata, serta mempunyai salah satu kondisi

sebagai berikut :

1. Keindahan alam dan keindahan panorama.

2. Masyarakat dengan kebudayaan bernilai tinggi dan diminati oleh

wisatawan.

3. Bangunan peninggalan budaya dan atau mempunyai nilai sejarah tinggi.

4. Kawasan yang mendukung upaya pelestarian Budaya dan lingkungan

Dalam arahan pengembangan pariwisata di Provinsi Kepulauan Riau,

Kabupaten Natuna termasuk dalam unit pengembangan wilayah pariwisata E

dengan pengembangan diarahkan pada :

1. pengembangan kawasan pariwisata alam yang meliputi Kawasan

Kecamatan Pulau Tiga dan Kawasan Pantai Tanjung).

2. Pengembangan kawasan pariwisata budaya yang meliputi Kawasan

Keramat Binjai, Komplek Makam Segeram, Rumah Peradilan/Rumah

Orang Kaya Suan, Rumah Datuk Kaya Wan Muhammad Benteng,

Benteng Kawasan Pertahanan Portugis dan Jepang.

3. Pengembangan wisata minat khusus di Kawasan Pulau Tiga.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 38

Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata di Kabupaten Natuna meliputi

pengembangan kawasan pariwisata alam, pengembangan kawasan pariwisata

budaya dan pengembangan kawasan pariwisata minat khusus.

Wisata alam di Kabupaten Natuna masih asli dan belum terjamah dengan

sentuhan rekayasa manusia, hal ini perlu mendapat perhatian dalam

pengembangan lebih lanjut. Wisata alam yang berpotensi berupa air terjun,

pantai pasir putih, gua-gua sarang Burung Walet dan batu karang serta batu

granit yang indah. Kawasan pariwisata di Kabupaten Natuna direncanakan di

empat lokasi yaitu daerah Cemaga Pian Padang, Selumit, Senubing sekitar

Ranai dengan luas peruntukan masing-masing 500 ha, 2.500 ha, 1000 ha, dan

750 ha. Wisata yang ditawarkan di Cemaga dan Pian Padang berupa kawasan

pantai dengan pemandangan yang indah dan batu-batu granit yang besar.

Daerah Selumit dan Senubing adalah pemandangan alam dan perbukitan.

Sedangkan di sekitar Gunung Ranai berupa wisata hutan di Tanjung Ranai dan

pantai yang terjal di lereng perbukitan.

Pengembangan kawasan pariwisata alam meliputi:

1. Wisata Pantai Teluk Selahang berada di Kecamatan Bunguran Timur Laut;

2. Wisata Pantai Berbatu berada di Kecamatan Bunguran Timur;

3. Wisata Bantu Sindu berada di Kecamatan Bunguran Timur;

4. Wisata Batu Kapal berada di Kecamatan Bunguran Timur;

5. Wisata Batu Rusia berada di Kecamatan Bunguran Timur;

6. Wisata Bahari Biota Laut di Pulau Senoa berada di Kecamatan Bunguran

Timur;

7. Wisata Pantai Sengiap berada di Kecamatan Bunguran Timur Laut;

8. Wisata Pantai Pulau Sahi berada di Kecamatan Bunguran Timur Laut;

9. Wisata Pantai Pulau Kambing berada di Kecamatan Bunguran Timur Laut;

10. Wisata Air Terjun Gunung Ranai berada di Kecamatan Bunguran Timur;

11. Wisata Air Terjun Gunung Air Hiu berada di Kecamatan Bunguran Timur;

12. Wisata Pantai Kencana berada di Kecamatan Bunguran Timur;

13. Wisata Pantai Cemaga berada di Kecamatan Bunguran Selatan;

14. Wisata Pantai Teluk Depeh berada di Kecamatan Bunguran Selatan;

15. Wisata Pantai Batu Kasah berada di Kecamatan Bunguran Selatan;

16. Wisata Pantai Pian Padang berada di Kecamatan Bunguran Selatan;

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 39

17. Wisata Bahari Biota Laut Pulau Kemudi berada di Kecamatan Bunguran

Selatan;

18. Wisata Bahari Biota Laut Karang Muar di Kecamatan Bunguran Selatan;

19. Wisata Pegunungan Gunung Sekunyam di Kecamatan Bunguran Selatan;

20. Wisata Sungai Penarik berada di Kecamatan Bunguran Selatan;

21. Wisata Sungai Setengar berada di Kecamatan Bunguran Selatan;

22. Wisata Pantai Selat Lampa berada di Kecamatan Pulau Tiga;

23. Wisata Pantai Setanau berada di Kecamatan Pulau Tiga;

24. Wisata Pantai Sabang Mawang berada di Kecamatan Pulau Tiga;

25. Wisata Pantai Selentang berada di Kecamatan Pulau Tiga;

26. Wisata Pantai Pulau Burung berada di Kecamatan Pulau Tiga;

27. Wisata Pantai Tanjung Kapal berada di Kecamatan Pulau Tiga;

28. Wisata Pantai Harapan berada di Kecamatan Pulau Tiga;

29. Wisata Bahari Biota Laut Pulau Tanjung Kumbik berada di Kecamatan

Pulau Tiga;

30. Wisata Bahari Biota Laut Sabang Mawang berada di Kecamatan Pulau

Tiga;

31. Wisata Bahari Biota Laut Karang Setanau berada di Kecamatan Pulau

Tiga;

32. Wisata Bahari Biota Laut Simpatri berada di Kecamatan Pulau Tiga;

33. Wisata Bahari Biota Laut Timau berada di Kecamatan Pulau Tiga;

34. Wisata Pantai Pasir Marus berada di Kecamatan Bunguran Barat;

35. Wisata Pantai Pulau Kembang berada di Kecamatan Bunguran Barat;

36. Wisata Pantai Pulau Pasir berada di Kecamatan Bunguran Barat;

37. Wisata Pantai Batu Billis berada di Kecamatan Bunguran Barat;

38. Wisata Pantai Pulau Buton berada di Kecamatan Bunguran Barat;

39. Wisata Pantai Pulau Sedua Pasir Panjang berada di Kecamatan Pulau

Laut;

40. Wisata Pantai Pian Tujuh di Kecamatan Bunguran Utara;

41. Wisata Pantai Pulau Sekatung berada di Kecamatan Pulau Laut;

42. Wisata Pantai Air Payang berada di Kecamatan Pulau Laut ;

43. Wisata Pantai Sisi berada di Kecamatan Serasan;

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 40

44. Wisata Pantai Jodoh berada di Kecamatan Serasan;

45. Wisata Pantai Pasir Sepanduk berada di Kecamatan Serasan;

46. Wisata Pantai Nyatuh berada di Kecamatan Serasan;

47. Wisata Pantai Seduyung berada di Kecamatan Serasan;

48. Wisata Batu Catur berada di Kecamatan Serasan;

49. Wisata Batu Payung berada di Kecamatan Serasan;

50. Wisata Batu Panjang berada di Kecamatan Serasan;

51. Wisata Batu Kelambu berada di Kecamatan Serasan;

52. Wisata Pantai Melia berada di Kecamatan Subi;

53. Wisata Pantai Air lingkung berada di Kecamatan Subi;

54. Wisata Pantai Tanjung Penipah berada di Kecamatan Subi;

55. Wisata Pantai Pulau Tembalui berada di Kecamatan Subi;

56. Wisata Pantai Pian Gudang berada di Kecamatan Subi;

57. Wisata Pantai Subi Besar berada di Kecamatan Subi;

58. Wisata Pantai Subi Kecil berada di Kecamatan Subi; dan

59. Wisata Pantai Japu berada di Kecamatan Subi.

Pengembangan kawasana pariwisata budaya meliputi :

1. Wisata Budaya dan Peninggalan Sejarah Keramat Zen berada di

Kecamatan Pulau Tiga;

2. Wisata Budaya dan Peninggalan Sejarah Keramat King Raja berada di

Kecamatan Pulau Tiga;

3. Wisata Budaya dan Peninggalan Sejarah Keramat Rumah Tua berada di

Kecamatan Pulau Tiga;

4. Wisata Ziarah Keramat Binjai berada di Kecamatan Bunguran Barat;

5. Wisata Ziarah Keramat Batu Au berada di Kecamatan Pulau Laut;

6. Wisata Bangunan Tugu Perbatasan NKR berada di Kecamatan Pulau Laut;

7. Wisata Ziarah Batu Keramat berada di Kecamatan Serasan;

8. Wisata Ziarah Air 7 Warna berada di Kecamatan Serasan;

9. Wisata Ziarah Keramat Air Sekain berada di Kecamatan Serasan;

10. Wisata Ziarah dan Bangunan Sejarah Keramat Darah Putih berada di

Kecamatan Subi;

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 41

11. Wisata Ziarah dan Bangunan Sejarah Keramat Siti Balqis berada di

Kecamatan Subi;

12. Wisata Ziarah dan Bangunan Sejarah Keramat Raja Bayang berada di

Kecamatan Subi;

13. Wisata Bangunan Bersejarah Bandara Ex Jepang di berada Kecamatan

Subi;

14. Wisata Bangunan Bersejarah Beduk kuno berada di Kecamatan Subi; dan

15. Wisata Bersejarah Meriam kuno berada di Kecamatan Subi.

Pengembangan kawasan pariwisata minat khusus meliputi :

1. Wisata Minat Khusus Biota Laut, memancing dan menyelam Pulau

Kembang berada di Kecamatan Bunguran Barat;

2. Wisata Minat Khusus Biota Laut, memancing dan menyelam Batu Billis

berada di Kecamatan Bunguran Barat;

3. Wisata Bahari Biota Laut Mraguk berada di Kecamatan Bunguran Utara;

4. Wisata Bahari Biota Laut Air Licin berada di Kecamatan Bunguran Utara;

5. Wisata Bahari Biota Laut Karang Panjang berada di Kecamatan Bunguran

Utara;

6. Wisata Bahari Biota Laut Karang Kulat berada di Kecamatan Pulau Laut;

7. Wisata Bahari Biota Laut Karang Tengah berada di Kecamatan Pulau Tiga;

8. Wisata Bahari Biota Laut Pulau Karang Aji berada di Kecamatan Serasan;

9. Wisata Bahari Biota Laut Pulau Bungin berada di Kecamatan Serasan;

10. Wisata Goa Lubang Hidung berada di Kecamatan Serasan;

11. Wisata Burung Walet berada di Kecamatan Serasan;

12. Wisata Gunung berada Kute di Kecamatan Serasan;

13. Wisata Pelawan Condong berada di Kecamatan Serasan;

14. Wisata Bahari Biota Laut Lintang Semait berada di Kecamatan Subi;

15. Wisata Bahari Biota Laut Peti berada di Kecamatan Subi;

16. Wisata Bahari Biota Laut Rakit berada di Kecamatan Subi;

17. Wisata Bahari Biota Laut Kukup berada di Kecamatan Subi;

18. Wisata Bahari Biota Laut Tengah berada di Kecamatan Subi;

19. Wisata Bahari Biota Laut Emas berada di Kecamatan Subi;

20. Wisata Bahari Biota Laut Penggambar berada di Kecamatan Subi;

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 42

21. Wisata Bahari Biota Laut Jerangau berada di Kecamatan Subi;

22. Wisata Goa Nik Muncak berada di Kecamatan Subi; dan

23. Wisata Goa Kelelawar berada di Kecamatan Subi.

Secara keseluruhan alokasi ruang untuk pengembangan kawasan pariwisata di

Kabupaten Natuna kurang lebih seluas 3.667,24 Ha meliputi :

a. Kecamatan Bunguran Barat seluas kurang lebih 40,36 ha

b. Kecamatan Bunguran Selatan seluas kurang lebih 607,70 ha

c. Kecamatan Bunguran Timur seluas kurang lebih 43,24 ha

d. Kecamatan Bunguran Timur Laut seluas kurang lebih 2.120,72 ha

e. Kecamatan Midai seluas kurang lebih 245,05 ha

f. Kecamatan Pulau Laut seluas kurang lebih 27,70 ha

g. Kecamatan Serasan seluas kurang lebih 166,67 ha

h. Kecamatan Serasan Timur seluas kurang lebih 97,42 ha

i. Kecamatan Subi seluas kurang lebih 318,37 ha

Dalam upaya pengembangan sektor pariwisata terdapat beberapa hal yang

penting untuk dicermati. Pertama adalah sarana dan prasarana pariwisata

seperti penginapan dan akses ke lokasi wisata haruslah telah memadai.

Disamping itu perlu pula dilakukan pengembangan SDM yang terlibat dalam

sektor pariwisata sehingga diharapkan SDM tersebut menjadi lebih profesional

dan berkompeten dalam bidang pariwisata. Kedua adalah pengembangan

kegiatan promosi bagi obyek – obyek wisata yang terdapat di Kabupaten

Natuna. Promosi ini dilakukan dengan cara yang efektif sehingga diharapkan

dapat mencapai tujuan dan sasaran dari promosi tersebut. Promosi dapat

dilakukan baik ke luar negeri maupun domestik dengan tetap memperhatikan

aspek biaya.

Beberapa hal yang dapat dikembangkan berkaitan dengan pengembangan

pariwisata adalah;

- Pengembangan resort, hotel dan restoran

- Pengembangan wisata bahari

- Ecotourism

- Pengembangan obyek wisata bersejarah

- Pengembangan wisata hutan, dan lain – lain.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 43

SDM sebagai pelaku dalam sektor pariwisata hingga saat ini masih belum pula

dipersiapkan dengan baik dimana diantaranya profesionalisme SDM masih

belum optimal sehingga akan berpengaruh terhadap pelayanan yang dapat

diberikan kepada para wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Hal ini

perlu mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak yang terlibat dalam

sektor pariwisata ini.

Demikian halnya dengan pemanfaatan teknologi yang digunakan untuk

mendukung pengembangan sektor ini, dimana pemanfaatan teknologi akan

sangat membantu tercapainya profesionalisme dalam pelayanan yang dapat

diberikan. Secara umum kawasan pariwisata tersebut baru dimanfaatkan

sebagian kecil oleh penduduk baik untuk wisata maupun untuk permukiman

4.2.2.6 Kawasan Peruntukan Permukiman

Kawasan permukiman merupakan kawasan yang diperuntukan bagi permukiman

penduduk diluar kawasan lindung yang digunakan sebagai lingkungan tempat

tinggal masyarakat yang berada di wilayah perkotaan dan perdesaan, dengan

kriteria sebagai berikut:

1. Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana.

2. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat diluar kawasan.

3. Memiliki kelengkapan sarana, prasarana dan utilitas pendukung.

Tujuan pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Natuna adalah

sebagai berikut: a. Menyediakan lahan untuk memenuhi kebutuhan akan pengembangan

perumahan dimasa yang akan datang sesuai dengan jumlah penduduk

yang akan di tempung sampai dengan akhir tahun perencanaan.

b. Mendistribusikan perkembangan wilayah melalui pengembangan kawasan

kawasan permukiman yang didukung oelah infra struktur yan memadai.

c. Menciptakan generator pertumbuhan yang baru pada kawasan kawasan

yang akan di dorong sebagai kawasan permukiman.

Pengembangan kawasan permukiman meliputi kawasan permukiman

perkotaan dan kawasan permukiman pedesaan.

4.2.2.6.1. Kawasan Permukiman Perkotaan

Tujuan dari pengembangan kawasan permukiman perkotaan adalah

mengembangkan kawasan permukiman kota sebagai tempat pemusatan

penduduk yang ditunjang oleh pendidikan, perdagangan dan jasa,

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 44

perkantoran, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas sosial, Ruang Terbuka

Hijau (RTH), dan fasilitas penunjang perkotaan yang memadai sesuai dengan

fungsi dan hirarkinya.

Arahan pengembangan kawasan permukiman perkotaan adalah sebagai

berikut:

1. Kawasan permukiman perkotaan secara teknis tidak berada pada

kawasan kawasan rawan bencana.

2. Penyediaan kawasan permukiman kota yang dapat menampung

peningkatan penduduk di perkotaan.

3. Pengaturan pembangunan kawasan perumahan (permukiman) di

perkotaan sesuai dengan peraturan perumahan dan permukiman yang

berlaku.

4. Pengembangan kawasan permukiman kota yang tidak menyalahi

peraturan perumahan dan permukiman yang berlaku.

5. Pengendalian perkembangan dan distribusi penduduk serta distribusi

penduduk pada kawasan potensial untuk pengembangan pemukiman

dengan tetap memperhatikan daya dukung dan daya tampung lahan.

Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di wilayah kabupaten

Natuna sampai dengan akhir tahun perencanaan seluas kurang lebih

13.474,24 ha meliputi :

a. Kecamatan Bunguran Barat dengan luas kurang lebih 2.150,86 ha meliputi

Desa Sedarat baru, Desa Batubi Jaya dan Kelurahan Sedanau.

b. Kecamatan Bunguran Selatan dengan luas kurang lebih 2.145,14 ha

meliputi Desa Cemaga utara dan Desa Cemaga Tengah.

c. Kecamatan Bunguran Tengah dengan luas kurang lebih 454,38 ha terletak

di bagian timur Desa Harapan Jaya

d. Kecamatan Bunguran Timur dengan luas kurang lebih 4.505,96 meliputi

Desa Sepempang, Kelurahan Ranai Kota, Kelurahan Ranai Darat,

Kelurahan Bandarsyah, Kelurahan Sungai Ulu dan Kelurahan Batu Gajah.

e. Kecamatan Bunguran Timur Laut dengan luas kurang lebih 259,05 ha

terletak di Desa Pengadah.

f. Kecamatan Bunguran Utara dengan luas kurang lebih 1.421,17 ha meliputi

Desa Kelarik Air Mali dan Desa Kelarik Barat.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 45

g. Kecamatan Midai dengan luas kurang lebih 425,18 ha meliputi Desa Air

Kumpai dan Desa Sabang Barat.

h. Kecamatan Pulau Laut dengan luas kurang lebih 327,71 ha terletak di

Desa Air Payang.

i. Kecamatan Pulau Tiga dengan luas 466,17 ha meliputi Desa Sabang

Mawang Barat, Desa Sabang Mawang, Desa Tanjung Batang dan Desa

Tanjung Kumbik.

j. Kecamatan Serasan dengan luas kurang lebih 882,09 ha meliputi

Kelurahan Serasan, Desa Tanjung Balau dan Desa Kampung Hilir.

k. Kecamatan Serasan Timur dengan luas kurang lebih 39,58 ha terletak

pada sebagian Desa Air Ringau.

l. Kecamatan Subi dengan luas kurang lebih 396,82 ha terletak Desa

Terayak, Desa Subi dan Desa Meliah.

Dalam amanat Undang undang penataan ruang bahwa 30 % dari luas kawasan

perkotaan akan di kembangkan sebagai ruang terbuka hijau yang terdiri dari 20 %

ruang terbuka hijau Publik dan 10 % ruang terbuka hijau privat. Berdasarkan luas

kawasan permukiman perkotaan yang akan di kembangkan di kabupaten Natuna

adalah 5.150,90 Ha. Ruang terbuka hijau yang akan di kembangkan meliputi :

1. Hutan kota Masjid Agung (NGU) di Kecamatan Bunguran Timur

2. Hutan kota perkantoran pemerintah Bukit Arai di Kecamatan Bunguran Timur

Pengembangan RTH kawasan perkotaan ini selanjutnya akan di tetapkan secara

rinci didalam masterplan pengembangan RTH kawasan perkotaan di Kabupaten

Natuna.

4.2.2.6.2. Kawasan Permukiman Pedesaan

Tujuan dari pengembangan kawasan permukiman pedesaan adalah

mengembangkan kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan

budidaya pertanian yang terbesar sesuai dengan potensi pertanian.

Pengembangan permukiman perdesaan juga dimaksudkan untuk

menyediakan ruang untuk pengembangan perumahan masyarakat yang

berorientasi pada pengusahaan sektor pertanian, peternakan maupun

perikanan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman yang

memadai.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 46

Pengembangan kawasan permukiman pedesaan di Kabupaten Natuna

sampai dengan akhir tahun perencanaan direncanakan seluas kurang lebih

14.477,65 ha sebagai berikut :

a. Kecamatan Bunguran Barat dengan luas kurang lebih 1.833,94 ha

meliputi Desa Pian Tengah dan Desa Binjai

b. Kecamatan Bunguran Selatan dengan luas kurang lebih 2.517,52 ha

meliputi Desa Cemaga , Sebagian Desa Cemaga Tengah dan Desa

Cemaga Selatan

c. Kecamatan Bunguran Tengah dengan luas kurang lebih 2.867,17 ha

meliputi Desa Harapan Jaya, Desa Tapau dan Desa Air Lengit

d. Kecamatan Bunguran Timur dengan luas kurang lebih 1.648,05 meliputi

Desa Batu Gajah

e. Kecamatan Bunguran Timur Laut dengan luas kurang lebih 1.819,25 ha

Desa Selemam, Desa Ceruk dan Desa Sebadai Hulu

f. Kecamatan Bunguran Utara dengan luas kurang lebih 1.880,69 ha

meliputi Desa Gunung Durian, Bagian Selatan Desa Kelarik Barat dan

Desa Teluk Buton

g. Kecamatan Midai dengan luas kurang lebih 229,47 ha meliputi Desa Batu

Belanak, Desa Gunung Jambat dan Desa Air Putih

h. Kecamatan Pulau Laut dengan luas kurang lebih 342,06 ha meliputi Desa

Kadur dan Desa Tanjung Pala

i. Kecamatan Pulau Tiga dengan luas 419,18 ha meliputi Desa Setumuk,

Desa Selading, Desa Teluk Labuh, Desa Pulau Tiga dan Desa Sededap

j. Kecamatan Serasan dengan luas kurang lebih 109,01 ha terletak di Desa

Batu Berian

k. Kecamatan Serasan Timur dengan luas kurang lebih 125,77 ha terletak

pada Desa Air Ringau

l. Kecamatan Subi dengan luas kurang lebih 685,51 ha meliputi, Desa Pulau

Panjang, Desa Kerdau dan Desa Subi Besar

4.2.2.7 Kawasan Potensi Pertambangan

Kawasan pertambangan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan

pertambangan, baik wilayah yang sedang maupun yang segera akan dilakukan

kegiatan pertambangan yang memiliki kriteria lokasi sesuai dengan yang diterapkan

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 47

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk daerah masing-

masing yang mempunyai potensi bahan tambang bernilai tinggi. Kawasan

peruntukan pertambangan memiliki kriteria antara lain:

1. Memiliki sumber daya bahan tambang yang berwujud padat,cair atau gas

berdasarkan peta atau data geologi Kawasan tersebut dapat dimanfaatkan

untuk pemusatan kegiatan pertambangan secara bekerlanjutan dan tidak

mengganggu fungsi kawasan lindung;

2. Kawasan tersebut merupakan bagian proses upaya merubah ekonomi

potensial menjadi kekuatan ekonomi riil.

Kawasan peruntukan pertambangan memiliki fungsi antara lain:

1. Menghasilkan bahan galian yang meliputi minyak dan gas bumi; bahan

galian mineral, dan bahan galian batubara;

2. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja;

3. Salah satu sumber pendapatan asli daerah serta dana bagi hasil bagi

Pemerintah Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33

Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah.

Sedangkan kriteria umum pengembangan pertambangan dan kaidah

perencanaan yaitu:

1. Ketentuan pokok tentang penggolongan pelaksanaan penguasaan bahan

galian; bentuk dan organisasi perusahaan pertambangan; usaha

pertambangan; kuasa pertambangan; dan hubungan kuasa pertambangan

dengan hak-hak tanah mengacu kepada Undang-Undang Nomor 4 Tahun

2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara;

2. Pemanfaatan ruang beserta sumber daya tambang dan galian di kawasan

peruntukan pertambangan harus digunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut

(konservasi) sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan

(sustainable development) dan tetap memperhatikan kaidah kaidah

pelestarian fungsi lingkungan hidup;

3. Setiap kegiatan pertambangan harus memberdayakan masyarakat di

lingkungan yang dipengaruhinya guna kepentingan dan kesejahteraan

masyarakat setempat;

4. Kegiatan pertambangan ditujukan untuk menyediakan bahan baku bagi

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 48

industri dalam negeri dan berbagai keperluan masyarakat, serta

meningkatkan ekspor, meningkatkan penerimaan negara dan pendapatan

daerah serta memperluas lapangan pekerjaan dan kesempatan usaha;

5. Kegiatan pertambangan harus terlebih dahulu memiliki kajian, teknis dan

ekonomi studi Amdal yang dilengkapi dengan RPL dan RKL, serta rencana

pasca tambang yang jelas yang dituangkan ke dalam legal dokumen

pemerintah setempat;

6. Kegiatan pertambangan mulai dari tahap perencanaan, tahap ekplorasi

hingga eksploitasi harus diupayakan sedemikian rupa agar tidak

menimbulkan perselisihan dan atau persengketaan dengan masyarakat

setempat;

7. Rencana kegiatan eksploitasi harus disetujui oleh dinas pertambangan

setempat dan atau oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,

dan pelaksanaannya dilaporkan secara berkala;

8. Pada lokasi kawasan pertambangan fasilitas fisik yang harus tersedia

meliputi jaringan listrik, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah,

drainase, dan saluran air kotor.

Potensi pertambangan di Kabupaten Natuna berupa minyak bumi dan gas alam,

serta pertambangan bahan galian.

Kawasan Pertambangan Migas

Kawasan pertambangan migas di kembangkan di kawasan lapas pantai

sebagaimana sudah diatur dalam peta wilayah kerja perusahaan minyak

rekanan pertamina. Mineral yang terdapat di Kabupaten Natuna sangat

terbatas. Potensi mineral tambang yang sangat besar berupa cadangan

hidrokarbon, yang diduga terdapat di perairan Kabupaten Natuna pada radius

200 s.d. 300 kilometer arah timur laut dari Pulau Bunguran. Potensi hidrokarbon

yang sangat besar ini diharapkan mampu untuk dimanfaatkan untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Natuna.

Kawasan Pertambangan Bahan Galian

Potensi bahan galian di Kabupaten Natuna meliputi pasir kuarsa, batu granit,

rijang, alkali feldspar, basalt dan diorite piroksen. Cadangan bahan galian

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 49

tersebut di Kabupaten Natuna cukup besar. Dalam kaitannya dengan

pengembangan kawasan pertambangan bahan galian di Kabupaten Natuna ini

lebih di titik beratkan pada upaya untuk mencukupi kebutuhan bahan bangunan

didalam wilayah Kabupaten Natuna. Penambangan batu batuan yang baik

untuk dipergunakan sebagai bahan bangunan di Pulau Bunguran adalah batu

granit, batu basalt, batu metamorfosis/rijang serta pasir kuarsa. Batuan granit

terdapat di Gunung Ranai dan sepanjang pantai bagian timur Pulau Bunguran.

Batuan ini merupakan batuan terkeras dan terbaik untuk bahan bangunan;

meskipun demikian di Gunung Ranai batuan tersebut berada pada kawasan

lindung sehingga tidak disarankan untuk dieksploitasi. Pengecualian jika granit

tersebut digali dari bongkah-bongkah besar yang terdapat banyak didataran

pantai, khususnya di sekitar Sepempang sampai Batu Buaya. Namun demikian

dilain pihak bongkah-bongkah batu granit yang besar-besar di pantai tersebut

memberi keindahan tersendiri pada pantai di tempat itu. Batu basalt umumnya

merupakan bukit-bukit dibagian selatan Pulau Bunguran. Lokasi tersebut

tampak terlalu jauh untuk memasok bahan bangunan bagi pembangunan di

sebelah Utara Pulau. Kualitas batu tampaknya sedikit di bawah granit Ranai.

Batu metamorfosis/ Rijang : cukup keras, mengandung banyak silika, banyak

retakan/ foliasi. Sebaiknya tidak dipergunakan untuk agregat beton, terdapat di

bagian Selatan Pulau (G. Pian Padang, G. Silemut, G. Lintang, G. Sekunyam,

dan lain-lain). Kawasan yang memeiliki potensi tambang di Kabupaten Natuna

terdapat di Cemaga Utara dengan potensi tambang granit, kawasan Mekar

Jaya dengan potensi tambang rijang, kawasan Limau Manis dengan potensi

tambang alkali feldsfar, serta kawasan potensi tambang pasir kuarsa di Teluk

Buton dan Limau Manis. (Gambar 4.2 : Peta Potensi Pertambangan)

Memperhatikan kebutuhan akan bahan bangunan dan upaya pengelolaan

lingkungan yang mengingat wilayah Kabupaten Natuna merupakan wilayah

kepulauan dengan wilayah daratan yang terbatas maka kegiatan pertambangan

untuk bahan bangunan hanya di perkenankan pada kawasan yang memiliki

potensi bahan galian dan cukup jauh dari kawasan permukiman serta

pemanfaatan selajutnya sesuai dengan rencana tata ruang.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 50

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 51

4.2.2.8 Kawasan Peruntukan Lainnya

Kawasan lainnya adalah kawasan yang peruntukan dan pemanfaatan ruangnya

disebutkan dalam Permen Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman

Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah berupa: kawasan militer,

kawasan pusat pemerintahan

A. Kawasan Pertahanan dan Keamanan Negara

Kawasan militer/pertahanan negara adalah kawasan-kawasan yang

digunakan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Tujuan pengembangan kawasan militer adalah :

1. Sebagai pertahanan dan keamanan wilayah.

2. Sebagai pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Sebagai sarana peningkatan profesionalisme prajurit seperti latihan

perang/ olah yuda dan latihan tembak.

4. Penyediaan tempat pendidikan, perkantoran dan rumah dinas.

Pola pengembangan kawasan Pertahanan Keamanan di Kabupaten

Natuna, selain diarahkan sebagai bagian dari sistem pertahanan

keamanan Nasional akan tetapi juga sebagai bagian penting dalam sistem

Hankam di Kabupaten Natuna, mengingat bahwa di wilayah ini akan

direncanakan kegiatan penambangan minyak bumi dan pengolahan gas

bumi yang sangat besar dan berperan penting dalam perekonomian

nasional.

Pola pengembangan kawasan Hankam di Kabupaten Natuna adalah

kawasan terpadu yang mengaitkan antara pertahanan Udara, Laut dan

Darat. Oleh karena itu perlu diciptakan kawasan terpadu laut, udara dan

darat, yakni di Ranai dan sekitarnya seluas kurang lebih 663,99 ha.

1. Kawasan TNI AU

Kawasan Militer untuk TNI AU akan di kembangkan di Kecamatan

Bunguran Timur dengan luas kurang lebih 586,96 ha

2. Kawasan TNI AL

Kawasan Militer untuk TNI AL akan di kembangkan di Kecamatan

Pulau Laut dengan luas kurang lebih 77,03 ha

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 52

Langkah-langkah kebijakan yang diperlukan untuk keamanan dan keberlanjutan

instalasi penting di Kawasan Pangkalan TNI AL maupun TNI AU antara lain :

a. Melakukan pengendalian pemanfaatan ruang daratan di sekitar kawasan

yang diperkirakan dapat mengganggu aktifitas di dalam kawasan militer;

b. Melakukan pengendalian pemanfaatan ruang daratan di sekitar kawasan

terhadap pengembangan aktifitas-aktifitas yang dapat mengganggu

kemudahan pencapaian (aksesibilitas) dari/ke kawasan militer.

c. Melakukan pengendalian pemanfaatan ruang lautan di sekitar kawasan,

agar terdapat sinergitas antara kepentingan pertahanan keamanan dengan

kepentingan ekonomi bagi masyarakat nelayan (khususnya) yang tinggal

sekitar kawasan dan kegiatan pengembangan kepariwisataan (bahari)

pada umumnya

d. Sosialisasi kepada masyarakat yang bertempat tinggal pada radius

kawasan kemungkinan bahaya ataupun yang membahayakan kawasan

militer. Tindakan ini diikuti dengan, penerangan tentang langkah-langkah

evakuasi yang perlu dilakukan bila terjadi kecelakaan;

e. Relokasi perumahan yang berada pada radius bahaya radiasi suara ke

tempat yang lebih aman, dengan mempertimbangkan jarak tempat relokasi

dengan lahan usaha mereka yang berada di sekitar kawasan latihan Militer.

Rencana kawasan pertahanan dan keamanan negara di Kabupaten Natuna meliputi: 1. Kodim 0318/Natuna berada di Kecamatan Bunguran Timur; 2. Koramil 0318-01 berada di Kecamatan Bunguran Timur; 3. Koramil 0318-03 berada di Sedanau Kecamatan Bunguran Barat; 4. Koramil 0318-05 berada di Kecamatan Midai; 5. Koramil 0318-06 berada di Kecamatan Serasan; 6. Kompi C dan Kompi D Yonif 134/Tuah Sakti berada di Kecamatan

Bunguran Timur; 7. Pangkalan angkatan Laut (Lanal) berada di Kecamatan Pulau Tiga; 8. Posal berada di Pulau Laut, Pulau Subi, Pulau Serasan, Pulau Sabang

Mawang, dan Pulau Midai; 9. Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) berada di Kecamatan Bunguran

Timur; 10. Satrad 212 berada di Kecamatan Bunguran Timur; 11. Polres dan Polsek yang terdapat di wilayah Kabupaten; dan 12. Daerah latihan angkatan laut.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 53

B. Kawasan Pusat Pemerintahan

Kawasan pusat pemerintahan / perkantoran pemerintah dikembangkan

untuk menampung fungsi pelayanan masyarakat dan pengembangan

kegiatan pemerintahan. Tujuan pengembangan kawasan perkantoran

pemerintah adalah :

1. Menyediakan ruang untuk pengembangan kegiatan pelayanan

pemerintahan dan pertahanan serta keamanan sesuai dengan

kebutuhan dan daya dukung untuk menjamin pelayanan pada

masyarakat;

2. Menjamin kegiatan pemerintahan, pertahanan dan keamanan yang

berkualitas tinggi, dan melindungi pengguaan lahan untuk

pemerintahan, pertahanan dan keamanan.

Pengembangan perkantoran pemerintah di Kabupaten Natuna

dikembangkan di Bukit Arai Kecamatan Bunguran Timur. Kantor-kantor

pemerintah yang saat ini berada tersebar di berbagai lokasi, secara

bertahap akan dipindahkan ke Kawasan Perkantoran Pemerintah di Bukit

Arai dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara

terintegrasi, efektif dan efisien. Kantor-kantor pada lokasi di luar kawasan

perkantoran pemerintahan masih dimungkinkan karena pertimbangan

tertentu, misalnya terkait dengan bidang kelautan dan perikanan, atau

bidang-bidang lainnya, sejauh tidak berada pada kawasan yang ditetapkan

sebagai Kawasan Lindung dan/atau kawasan rawan bencana.

C. Kawasan Masjid Agung

Pengembangan Kawasan Masjid Agung di Kabupaten Natuna di

alokasikan di Kecamatan Bunguran Timur

D. Kawasan Reklamasi Pantai

Pengembangan Kawasan reklamasi pantai akan dikembangkan pada

kawasan perkotaan Ranai di Kecamatan Bunguran Timur.

4.3 Rencana Pola Ruang Laut

Pola perencanaan pembangunan hendaknya memasukkan unsur lingkungan

dalam melakukan perencanaan dan pengelolaan sumberdaya yang ada bagi

kemaslahatan hidup manusia. Oleh karena itu perencanaan pembangunan dan

penataan ruang wilayah haruslah didasarkan dan disesuaikan dengan karakteristik

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 54

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 55

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 56

wilayah. Jika dihubungkan dengan karakteristik negara kepulauan (yang dominan adalah

perairan laut dan berfungsi sebagai jembatan dan jalan yang menyatukan wilayah kepulauan)

maka tentunya beberapa perencanaan pembangunan yang disusun serta arahan penataan

ruang wilayah yang dibuat haruslah berkarakteristik wilayah khususnya pada wilayah

kepulauan, begitu juga dengan perencanaan pembangunan Kabupaten Natuna.

Kondisi bentang wilayah Kabupaten Natuna dengan luas wilayah 264.198,37

Km2 dengan luas daratan 2.001,30 Km2 dan lautan 262.197,07 Km2, terdiri

pulau-pulau, baik berpenghuni dan belum berpenghuni, bernama maupun

belum bernama. Wilayah perairan laut Kabupaten Natuna menyimpan

berbagai potensi dan permasalahan sumberdaya antara lain merupakan salah

satu simpul jalur pelayaran internasional yang sangat ramai. Selain itu perairan

laut Kabupaten Natuna memiliki sumberdaya yang melimpah meliputi

perikanan laut dan pertambangan. Berbagai aspek yang terdapat pada

perairan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi konflik

pemanfaatan ruang di laut, seperti terganggunya ekosistem yang sangat

dilindungi oleh kegiatan pertambangan maupun oleh limbah dari alur

pelayaran.

Dalam pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil, digunakan

rencana pola ruang yang dimaksudkan untuk menentukan arah penggunaan

sumberdaya, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan dengan daya dukung ekosistem, fungsi

perlindungan, dimensi waktu, dimensi teknologi dan sosial budaya, serta fungsi

pertahanan dan keamanan;

a. Keterpaduan pemanfaatan berbagai jenis sumberdaya, fungsi, estetika

lingkungan dan kualitas lahan pesisir;

b. Kewajiban untuk mengalokasikan ruang dan akses masyarakat dalam

pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang mempunyai

fungsi sosial dan ekonomi.

Rencana pola ruang laut yang akan dikembangkan di Kabupaten Natuna

meliputi:

a. Kawasan Konservasi Laut;

b. Kawasan Pemanfaatan Umum; dan

c. Alur Laut.

Rencana pola ruang laut Kabupaten Natuna ini merupakan rencana

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 57

pemanfaatan sumberdaya laut melalui pembagian kawasan laut menurut

kepentingannya dan tidak tertutup pada pembagian kewenangan 4 mill

kabupaten dan 12 mill provinsi, sehingga pada daerah pola ruang laut ini

mengacu pada batas administrasi kabupaten, memandang berbagai potensi

dan berbagai kepentingan yang ada.

4.3.1 Kawasan Konservasi Laut

Rencana kawasan konservasi laut yang akan dikembangkan di Kabupaten Natuna

meliputi:

a. Kawasan suaka alam laut; dan

b. Kawasan cagar alam laut.

Kawasan suaka alam adalah kawasan yang memiliki ekosistem khas yang

merupakan habitat alami yang memberi perlindungan bagi perkembangan flora

fauna yang khas dan beraneka ragam. Kriteria kawasan suaka alam yakni:

1. Kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta gejala dan

keunikan alam yang khas baik di darat maupun di perairan;

2. Mempunyai fungsi utama sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman

jenis biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang terdapat di

dalamnya.

Tujuan pemantapan kawasan suaka alam adalah untuk melindungi

keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan

flasma nuftah, ilmu pengetahuan dan pembangunan. Arahan kebijaksanaan

pemantapan kawasan ini adalah:

1. Pengelolaan kawasan suaka alam sesuai perlindungannya masing - masing;

2. Pelarangan dilakukanya kegiatan budidaya apapun, kecuali kegiatan yang

berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi

penggunaan lahan serta ekosistem alami yang ada.

Luasnya wilayah laut Kabupaten Natuna dengan segala keanekaragaman

sumberdaya lautnya perlu dijaga sedemikian rupa demi keberlangsungan hingga

jangka waktu yang akan datang. Oleh sebab itu, ditetapkan Kawasan Konservasi

Laut Daerah (KKLD) Natuna dan Daerah Perlindungan Laut (DPL) terumbu karang

dengan luas 142.977 ha dengan rincian sebagai berikut:

a. Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Teluk Buton Kecamatan Bunguran

Utara

b. Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Tiga Kecamatan Pulau Tiga

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 58

c. Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Bunguran Timur Kecamatan

Bunguran Timur

d. Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Sedanau Kecamatan Bunguran

Barat

e. Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Tengah di Desa Sepempang

f. Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Bangkau di Desa Tanjung

g. Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Bangun di Desa Kelanga

h. Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Air Licin di Desa Pengadah

i Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Muar di Desa Cemaga

j. Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Pulau Kemudi di Desa Cemaga

k. Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Tengah di Desa Pulau Tiga

l. Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Sunai di Desa Pulau Tiga

m Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Mayuk di Desa Pulau Tiga

n. Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Yasef di Desa Pulau Tiga

o. Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Tukang di Desa Sededap

p. Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Tanjung Ubuh di Desa Sededap

q. Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Semasin di Desa Sabang Mawang

r. Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Sentanu di Desa Sabang Mawang

s. Daerah Perlindungan Laut (DPL) Karang Simpatri di Desa Sabang Mawang

t. Daerah Perlindungan Laut (DPL) Pulau Mraguk di Desa Kelarik Utara

Kabupaten Natuna memilik kawasan cagar alam laut yang tersebar di bebagai

wilayah pesisir di Kabupaten Natuna. Cagar Alam adalah kawasan suaka alam

yang karena kondisi alam, tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya yang khas perlu

dilindungi dan berkembang secara alami. Kriteria cagar alam adalah:

1. Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan

satwa dan tipe ekosistemnya;

2. Memiliki formasi biodata tertentu dari atau unit - unit penyusunan;

3. Mempunyai kondisi alam, baik biodata maupun fisiknya yang masih asli;

4. Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelola yang efektif

dengan daerah - daerah penyangga yang cukup luas;

5. Memiliki ciri khas dan dapat merupakan satu - satunya contoh di suatu daerah

serta keberadaannya memerlukan upaya konservasi.

Rencana kawasan cagar alam laut adalah:

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 59

a. Pesisir Pulau Panjang Kecamatan Bunguran Utara tempat habitat penyu

bertelur.

b. Pesisir Pulau Senoa Kecamatan Bunguran Timur tempat habitat penyu bertelur.

c. Pesisir Pulau Serasan Kecamatan Serasan timur tempat habitat penyu bertelur.

d. Kawasan Cagar alam laut berada di Pesisir Pulau Subi Kecamatan Subi tempat

habitat penyu bertelur.

Arahan pemantapan kawasan ini antara lain:

1. Pengelolaan kawasan cagar alam dan cagar alam laut sesuai perlindungannya

masing - masing;

2. Pengendalian kegiatan yang dapat merusak kawasan serta pengamanan

kawasan.

4.3.2 Kawasan Pemanfaatan Umum

Rencana kawasan pemanfaatan umum yang akan dikembangkan di Kabupaten

Natuna meliputi:

a. Kawasan pertambangan migas

b. Kawasan wisata bahari

c. Kawasan penangkapan ikan

d. Budidaya perikanan laut; dan

e. Kawasan labuh jangkar

4.3.2.1 Kawasan Pertambangan Migas

Kawasan pertambangan migas di kembangkan di kawasan lapas pantai

sebagaimana sudah diatur dalam peta wilayah kerja perusahaan minyak

rekanan pertamina. Mineral yang terdapat di Kabupaten Natuna sangat

terbatas. Potensi mineral tambang yang sangat besar berupa cadangan

hidrokarbon, yang diduga terdapat di perairan Kabupaten Natuna pada radius

200 s.d. 300 kilometer arah timur laut dari Pulau Bunguran. Potensi

hidrokarbon yang sangat besar ini diharapkan mampu untuk dimanfaatkan

untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Natuna. Kawasan

pertambangan migas yang akan dikembangkan merupakan kawasan

pertambangan migas Blok Natuna yang ditetapkan pemerintah.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 60

4.3.2.2 Kawasan Wisata Bahari

Rencana kawasan wisata bahari yang akan dikembangkan di Kabupaten Natuna

meliputi:

a. Kawasan wisata laut Teluk Buton berada di Kecamatan Bunguran Utara;

b. Kawasan wisata laut Pulau Tiga berada di Kecamatan Pulau Tiga;

c. Kawasan wisata laut Bunguran Timur berada di Kecamatan Bunguran

Timur;dan

d. Kawasan wisata laut Sedanau berada di Kecamatan Bunguran Barat.

4.3.2.3 Kawasan Perikanan Ikan

Kawasan perikanan tangkap merupakan kawasan yang digunakan untuk

kegiatan memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan

dibudidayakan dengan alat atau cara apapun termasuk kegiatan yang

menggunakan kapal untuk memuat mengangkut, menyimpan, mendinginkan,

menangani, mengolah dan atau mengawetkannya.

Pengembangan peruntukan kawasan ikan tangkap di Kabupaten Natuna

meliputi:

1. jalur penangkapan 0 (nol) – 6 (enam) mil dari garis pantai diperuntukan

bagi kegiatan perikanan tangkap dengan bagan, bubu atau perahu kurang

dari 6 (enam) GT penekanan pada kegiatan penangkapan udang, ikan

pelagis, dan ikan laut lainnya skala kecil;

2. jalur penangkapan 6 (enam) - 12 (duabelas) mil dari garis pantai

diperuntukan bagi kegiatan perikanan tangkap komersil untuk

perahu/kapal ikan 6 (enam) – <60 (enam puluh) GT penekanan pada

kegiatan penangkapan udang, ikan pelagis, dan ikan laut lainnya skala

komersil; dan

3. jalur penangkapan >12 (duabelas) mil dari garis pantai diperuntukan bagi

kegiatan perikanan tangkap komersil untuk perahu/kapal ikan >60 (enam

puluh) GT penekanan pada kegiatan penangkapan ikan pelagis, dan ikan

laut lainnya skala komersil.

4.3.2.4 Budidaya Perikanan Laut

Kawasan budidaya perikanan laut merupakan kawasan yang diperuntukan

bagi kegiatan memelihara, membesarkan dan atau membiakkan ikan serta

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 61

memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. Perikanan budidaya laut

di Kabupaten Natuna yang akan dikembangkan meliputi budidaya rumput laut,

budidaya perikanan Keramba Jaring Apung dan keramba jaring tancap.

Rencana pengembangan perikanan budidaya laut di Kabupaten Natuna

dikembangkan meliputi:

1. Pengembangan kawasan budidaya rumput laut di Kecamatan Bunguran

Timur, Kecamatan Serasan, Kecamatan Serasan Timur, Desa Kelarik

berada di Kecamatan Bunguran Utara, Desa Cemaga berada di

Kecamatan Bunguran Selatan.

2. Pengembangan kawasan budidaya perikanan keramba jaring apung di

Kecamatan Bunguran Barat, Kecamatan Pulau Laut, Kecamatan Pulau

Tiga, dan Kecamatan Serasan; dan

3. Pengembangan kawasan budidaya perikanan budidaya keramba jaring

tancap di Kecamatan Bunguran Barat, Kecamatan Pulau Laut, Kecamatan

Pulau Tiga, Kecamatan Serasan.

4.3.2.5 Kawasan Labuh Jangkar

Pada kawasan perairan laut Natuna terdapat berbagai aktivitas pelayaran yang

menangani kegiatan perdagangan yaitu ekspor dan impor, dan juga sistem

perangkutan transportasi bagi penumpang. Perairan Natuna dapat juga

dikembangkan sebagai kawasan labuh jangkar. Kawasan ini difungsikan

sebagai kawasan tempat kapal-kapal dapat berlabuh sehingga mengurangi

kepadatan di sekitar kawasan pelabuhan. Terdapat beberapa keuntungan

dengan adanya kawasan labuh jangkar di wilayah perairan di antaranya, yaitu :

- Kawasan alih muatan dari kapal ke kapal yang merupakan salah satu

bentuk pemanfaatan wilayah perairan Kabupaten Natuna. Kawasan ini

secara fungsional erat kaitannya sebagai pendukung daratan wilayah

administrasi kabupaten. Dalam hal ini pengendalian wilayah tidak cukup

hanya menyangkut daratan, tetapi juga lautan dan angkasa.

- Dari segi ekonomi kegiatan yang dilakukan di area labuh jangkar ini dapat

memberikan keuntungan secara finansial bagi daerah. Setiap kapal yang

akan melakukan bongkar muat dikenai tarif untuk selanjutnya menjadi

pendapatan bagi pemerintah daerah setempat.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 62

Dengan adanya fasilitas area labuh jangkar kapal diharapkan bagi kapal–kapal

yang tidak bersandar di sebuah pelabuhan dapat memanfaatkannya sebagai

area parkir selama menunggu giliran dapat masuk ke pelabuhan. Rencana

pengembangan kawasan labuh jangkar di Kabupaten Natuna meliputi

kawasan labuh jangkar perairan Selat Lampa dan kawasan labuh jangkar

perairan Teluk Buton.

4.3.3 Alur Laut

Alur laut Kabupaten Natuna sangat strategis baik dari segi bisnis maupun

pertahanan dan keamanan karena berdasarkan orientasi dengan ibukota

negara-negara Asia Tenggara maka Kabupaten Natuna terletak diantara

Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Saigon, Bandar Sribegawan (Brunei).

Sedangkan ibukota negara Asia Tenggara Lainnya seperti Bangkok, Hanoi,

Rangoon dan Manila terletak pada radius kurang dari 2000 kilometer dari

Kabupaten Natuna. Alur Laut Natuna juga dilintasi jalur pelayaran ALKI I-A

yang menjadi salah satu jalur pelayaran internasional. Dengan posisinya yang

sangat strategis tersebut dapat dipahami jika lalu lintas pelayaran di perairan

Laut Natuna kedepannya akan cukup padat. Selain itu, perairan Laut Natuna

juga dilintasi jaringan kabel maupun pipa bawah laut yang melayani kebutuhan

nasional, provinsi maupun antar kabupaten. Adapun rencana alur laut yang

akan dikembangkan di Kabupaten Natuna meliputi alur laut perairan untuk jalur

pelayaran dalam wilayah Kabupaten, jalur pelayaran nusantara, jalur

pelayaran internasional, alur pipa bawah laut, maupun alur kabel bawah laut.

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 63

RREENNCCAANNAA TTAATTAA RRUUAANNGG WWIILLAAYYAAHH ((RRTTRRWW)) KKAABBUUPPAATTEENN NNAATTUUNNAA TTAAHHUUNN 22001111--22003311

Halaman 4 - 64