bab 4 - fotogrametri

16
BAB IV FOTO UDARA 4.1. Tanda- Tanda Tepi Foto Udara Foto udara mempunyai beberapa tanda tepi seperti yang ada pada gambar 4.1. x Tanda-tanda tepi foto udara seperti yang ada pada gambar 4.1. terdiri dari : A. Nivo

Upload: zia-ul-maksum

Post on 29-Nov-2015

283 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

fvaa

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 4 - Fotogrametri

BAB IV

FOTO UDARA

4.1. Tanda- Tanda Tepi Foto Udara

Foto udara mempunyai beberapa tanda tepi seperti yang ada pada gambar 4.1.

x

Tanda-tanda tepi foto udara seperti yang ada pada gambar 4.1. terdiri dari :

A. NivoNivo ini dapat menunjukkan adanya kemiringan pada watu pemotretan udara

B. Jam PemotretanUmumnya pemotretan udara dilakukan pada pagi atau sore hari, agar dapat dilihat adanya bayangan dari obyek yang tinggi. Bayangan ini berguna untuk orientasi arah Timur – Barat, yang sangat penting untuk keperluan pengecekan di lapangan

Page 2: Bab 4 - Fotogrametri

C. AltimeterAltimeter ini digunakan untuk mengetahui ketinggian pemotretan udara terhadap referensi tertentu

D. Fokus Kamera UdaraFokus kamera menunjukkan besarnya fokus kamera yang digunkan untuk pemotretan udara

E. Nomor FotoNomor foto ini diatur sesuai dengan keinginan

F. Fiducial MarkTanda fiducial mark ini untuk keperluan orientasi foto di instrumen fotogrametri

4.2. Geometri Foto UdaraFoto udara diperoleh dari suatu pemotretan udara dengan kamera udara yang terletak di pesawat terbang. Akibat adanya pengaruh angin, cuaca dan lain-lain, maka keadaan pesawat terbang pada saat pemotretan menjadi tidak stabil.Akibat ketidakstabilan pesawat terbang, maka sulit sekali diperoleh foto udara yang benar-benar vertikal. Kemiringan yang terjadi pada pemotretan udara baik pada arah sumbu X maupun sumbu Y berkisar antara 1 sampai dengan 3.

Adapun geometri foto udara vertikal dapat dilihat pada gambar 4.2. di bawah ini.

4.3. Skala Foto Udara

Untuk menentukan skala foto udara, maka harus diketahui fokus kamera udara dan tinggi terbang terhadap permukaan tanah yang dipotret.

Page 3: Bab 4 - Fotogrametri

Keterangan :

f = fokus kamera udaraH’ = tinggi terbang terhadap permukaan tanah yang dipotret H = tinggi terbang terhadap Mean Sea Level ( MSL )h = tinggi rata-rata daerah yang dipotret’E = station exposurA = objek yang dipotret di tanaha = objek di citra foto udarao = titik tengah foto udara

Penentuan skala foto udara dapat ditentukan sebagai berikut :

oa oE f= =

( 4.1. ) OA OE H’

oa jarak di foto

= ( 4.2. ) OA jarak di lapangan

Skala Foto udara utuk daerah datar dinyatakan f Skala foto udara = ( 4.3. ) H’

Skala foto udara untuk daerah dengan variasi tinggi yang berbeda dinyatakan sebagai berikut :

f Skala foto udara = ( 4.4. )

Page 4: Bab 4 - Fotogrametri

H - h

4.4. Penentuan Koordinat Tanah Dari Foto Udara

Untuk menentukan koordinat tanah dari suatu titik, maka harus dilakukan pengukuran koordinat foto titik yang bersangkutan. Untuk mengukur koordinat foto titik tersebut terlebih dahulu ditentukan titik pangkal sistem koordinat foto pada titik utama. Untuk mempermudah pengukuran koordinat foto, maka titik utama diambil pada titik tengah foto yang merupakan perpotongan garis yang menghubungkan titik-titik fiducial mark ( lihat gambar 4.4 ).

y

x x

x TU TU = Titik Utama

x x

Gambar 4.4. Titik pangkal sistem koordinat foto

Selanjutnya dibuat sistem koordinat tanah dengan ketentuan : sumbu X ( tanah ) sejajar sumbu x ( foto ) dan sumbu Y ( tanah ) sejajar sumbu y ( foto ). Tinggi terbang di atas datum dinyatakan dengan H. Titik A dan B di tanah, di foto udara dinyatakan dengan a dan b. Koordinat tanah titi A dan B dinyatakan dengan XA, YA dan XB, YB. Sedangkan koordinat foto titik a dan b dinyatakan dengan xa, ya dan xb, yb.

Berdasarkan gambar 4.5 diperoleh persamaan-persamaan sebagai berikut :

oa’ f xa

= = A0 A’ H - hA XA

( H - hA ) XA = xa

( 4.5. ) f

Page 5: Bab 4 - Fotogrametri

Dari segitiga La “ o dan LA “ A0 diperoleh persamaan :

a ‘ a f ya

= = A ‘ A ( H - hA ) YA

( H - hA ) YA = ya

( 4.6 ) f

Dengan cara yang sama akan diperoleh koordinat tanah B :

( H - hB ) XB = xb

( 4.7. ) f

( H - hB ) YB = yb

( 4.8. ) f

4.5. Pergeseran Relief

Pergeseran relief ( relief displacement ) terjadi akibat permukaan tanah / objek yang dipotret tidak rata dan proyeksi foto udara yang perspektif. Pergeseran relief pada citra foto udara arahnya radial terhadap titik utama.

Misalnya : H = tinggi terbang di atas permukaan tanahhp = tinggi obyek di atas permukaan tanahdp = pergeseran relief = r - r’op = rod = r’

Page 6: Bab 4 - Fotogrametri

Berdasarkan gambar 4.6 akan diperoleh persamaan :

od oE r’ f = =

OD OE R H

f . R = r’ . H

oP oE r’ f = =

PoP EPo R ( H - hp )

f . R = r ( H - hp )

Persamaan 4.9 = persamaan 4.10 diperoleh persamaan :

r’ . H = r ( H - hp )

r’ H = r H - r hp

r’ hp = r H - r’ H

r’ hp = H ( r - r’ )

r’ . hp = H . dp

r hpPergeseran relief = dp =

H

Keterangan notasi :

dp = pergeseran reliefr = jarak radial titik utama ke titik yang bergeser

4.6. Sumber-Sumber Kesalahan Pada Foto Udara

Umumnya foto udara yang diperoleh dari pemotretan udara dihinggapi oleh beberapa kesalahan, sehingga foto udara tersebut tidak vertikal dengan sempurna.

Beberapa kesalahan yang terjadi pada waktu pemotretan udara diantaranya adalah :

1. CrabCrab adalah kesalahan yang terjadi akibat pemasangan kamera yang tidak sempurna

Page 7: Bab 4 - Fotogrametri

2. DriftDrift adalah kesalahan yang terjadi akibat arah terbang yang tidak sempurna yang disebabkan oleh pengaruh angin

3. TiltTilt adalah kesalahan yang terjadi akibat kemiringan pesawat terbang yang dipengaruhi oleh angin dari samping

4. Tip Tip adalah kesalahan yang terjadi pada foto udara akobat kemiringan pesawat terbang yang dipengaruhi oleh angin dari depan / belakang.

Selain kesalahan-kesalahan yang terjadi pada waktu pemotretan udara, foto udara juga masih dipengaruhi oleh beberapa kesalahan lainnya diantaranya adalah “

a. Kesalahan titik awalb. Kesalahan akibat penyusutan / pengembangan bahan fotografi

baik film maupun kertas foto ( 10 – 50 mikron )c. Kesalahan akibat adanya distorsi lensa kamera udarad. Kesalahan akibat pengaruh refraksi atmosfire. Kesalah akibat pengaruh kelengkungan bumi

4.7. Foto Stereo

Foto udara dapat berupa hasil dari pemotretan tunggal, dalam pasangan atau dalam satu urutan sepanjang jalur terbang. Untuk keperluan pemetaan cara fotogrametri biasanya dilakukan dengan pemotretan yang berurutan dalam satu jalur terbang yang biasa disebut : “ STRIP “ atau “ RUN “.Umumnya pemotretan udara dilakukan dengan “ overlap “ sebesar 60 % sampai dengan 80 %. Overlap ini sangat penting untuk memperoleh pandangan stereoskopis.

Page 8: Bab 4 - Fotogrametri

Gambar 4.7 Pemotretan udara yang berurutanJarak antara dua stasiun eksposure ( E1 E2 ) yang berurutan dinamakan basis udara. Sedangkan daerah yang terletak pada dua buah foto yang berurutan disebut “ model “.

Besarnya overlap dapat dihitung dengan rumus :

S - BP = X 100 %

S

Keterangan notasi :

P = overlapS = panjang daerah satu kali pemotretanB = basis udara

Besarnya S dapat dihitung dengan rumus :

S = s X bilangan skala

Dengan : s = ukuran foto udara biasanya 23 cm.

Selain overlap pada pemotretan udara diperlukan adanya “ sidelap “. Untuk dua jalur yang berurutan besarnya sidelap berkisar antara 25 % 5 %.

Jika jarak antara dua jalur yang berurutan adalah A, maka besarnya sidelap dapat dihitung dengan rumus :

S - A q = X 100 % ( 4.13 )

SKeterangan notasi :

q = sidelapA = jarak antara dua jalur yang berurutanS = lebar daerah satu kali pemotretan

Page 9: Bab 4 - Fotogrametri

S = s x bilangan skalas = ukuran foto udara ( biasanya 23 cm )

4.8. Paralaks X

Paralaks adalah bergesernya bayangan / citra karena letak stasiun pengamat yang bergerak. Paralaks dapat dibagi menjadi dua, yaitu :1. Paralaks dalam arah x ( Px )2. Paralaks dalam arah y ( Py ).

Paralaks x erat hubungannya dengan masalah posisi vertikal, sehingga tidak mengganggu pandangan stereoskopis. Paralaks y erat hubungannya dengan masalah kestereoskopisan, sehingga adanya paralaks y akan mengganggu atau mempengaruhi pandangan stereoskopis.

Cara menghitung paralaks x dapat dilakukan dengan dua cara seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.

A. Cara Pertama

Besarnya paralaks x dinyatakan dengan :

Px = xa1 - xa2 ( 4.14 )

B. Cara Kedua

Page 10: Bab 4 - Fotogrametri

Misalnya : Paralaks x dari M = m2m’2 = pxm

Paralaks x dari N = n2n’2 = pxn

Dari gambar 4.9 akan diperoleh persamaan sebagai berikut :I. Dari gambar di atas diperoleh :

Δ E2n2n’2 ∽ Δ NE1E2

n2n’2 f =E1E2 H

pxn f = B H

f BParalaks x dari N : pxn = ( 4.15 )

H

II. Dari gambar 4.9 diperoleh persamaan :

Δ E2m2m’2 ∽ Δ ME1E2

m2m’2 f =E2E2 H - hM

Pxm f = B H - hM

f BParalaks x dari M : pxm = ( 4.16 )

H - hM

Page 11: Bab 4 - Fotogrametri

Dari rumus 4.16 diperoleh rumus umum untuk menghitung paralaks x di titik i sebagai berikut :

f B pxi = ( 4.17 )

H - hi

4.9. Penentuan Beda Tinggi Dengan Paralaks X

Untuk menentukan beda tinggi antara dua titik, maka diukur paralaks x dari dua titik yang bersangkutan. Misalnya kedua titik tersebut adalah K dan L, paralaks x dari titik K dan L masing-masing adalah pxk dan pxl.

Berdasarkan persamaan 4.17 diperoleh : f B

pxl = ( 4.18 ) H – hL

f Bpxk = ( 4.19 )

H – hK

Persamaaan 4.18 dan 4.19 dapat ditulis dalam bentuk :

f B H – hL = ( 4.20 )

pxl

f BH – hK = ( 4.21 )

pxk

Kemudian persamaan 4.20 dikurangi persamaan 4.21 diperoleh persamaan sebagai berikut :

l l hK – hL = f B ( - )

pxl pxk

pxl – pxk ∆ hKL = f B ( )

pxl • pxk

∆ pxkl ∆ hKL = f B ( )

pxl • pxk

f B ∆ pxkl

∆ hKL = ( )

Page 12: Bab 4 - Fotogrametri

pxl pxk

∆ pxkl

∆ hKL = H – hL ( )( 4.22 )

pxk

Berdasarkan persamaan 4.22, beda tinggi antara titik KL dapat ditulis sebagai berikut :

H – hL

∆ hKL = • ∆ pxkl

( 4.23 ) pxk