bab 2 tinjauan teoritis - perpus.fikumj.ac.id

22
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Katarak 2.1.1 Definisi Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolism normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan, 2009).Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang menghalangi masuknya cahaya. Katarak berasal dari kata Yunani : Katarrhakies, latin : cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Pandangan pasien dengan katarak tampak seperti terhalang air terjun akibat lensa yang keruh. Keadaan tersebut terjadi akibat keruhnya lensa akibat dehidrasi penambahan cairan atau lensa, denaturasi protein lensa atau keduanya.(Doengoes, at.al. 2000).Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul elnsa (Ilyas,2002). 2.1.2 Patogenesis Patogenesis katarak belum dapat dimengerti sepenuhnya. Namun, lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, peningkatan proliferasi, dan kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa. Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa dengan kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orangtua nukleus ini menjadi keras. Katarak 9

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Katarak

2.1.1 Definisi

Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat

hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat

gangguan metabolism normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu

(Iwan, 2009).Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang

menghalangi masuknya cahaya. Katarak berasal dari kata Yunani : Katarrhakies, latin

: cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana

penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Pandangan pasien

dengan katarak tampak seperti terhalang air terjun akibat lensa yang keruh. Keadaan

tersebut terjadi akibat keruhnya lensa akibat dehidrasi penambahan cairan atau lensa,

denaturasi protein lensa atau keduanya.(Doengoes, at.al. 2000).Katarak merupakan

keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul elnsa

(Ilyas,2002).

2.1.2 Patogenesis

Patogenesis katarak belum dapat dimengerti sepenuhnya. Namun, lensa katarak

memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, peningkatan proliferasi, dan

kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa. Lensa mata mempunyai bagian yang

disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa dengan kapsul lensa, korteks lensa yang

terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja

nukleus bersifat lembek sedang pada orangtua nukleus ini menjadi keras. Katarak

9

Page 2: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa. Secara umum, edema lensa

bervariasi sesuai stadium perkembangan katarak (Youngson, 2005).Katarak umumnya

merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan

kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacam-macam penyakit

mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis, dan retinis

pigmentosa. Katarak dapat pula berhubungan dengan proses penyakit intraokular

lainnya ( Sidarta I,2004)

Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi

lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga

kemampuannya memfokuskan benda dapat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia

40 tahun dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia). Dengan

bertambahnya usia, lensa mulai berkurang kebeningannya, keadaan ini akan

berkembang dengan bertambahnya berat katarak. Pada usia 60 tahun hampir 2/3 mulai

mengalami katarak atau lensa keruh. Katarak biasanya berkembang pada kedua mata

akan tetapi progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata

nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya.

Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen

dan mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi. Kandungan

natrium dan kalsium meningkat; kandungan kalium, asam askorbat, dan protein

berkurang. Pada lensa yang mengalami katarak tidak ditemukan glutation. Usaha-

usaha untuk mempercepat atau menahan perubahan-perubahan kimiawi ini dengan

terapi medis sampai saat ini belum berhasil.

Perkembangan katarak menjadi berat memakan waktu dalam bulan hingga tahun.

Kadang- kadang katarak berhenti berkembang pada stadium dini dan penglihatan

Page 3: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

terlihat tidak mengalami kemunduran. Dapat saja katarak berjalan agak cepat sehingga

mengganggu penglihatan.

2.1.3 Penyebab Katarak

Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya katarak antara lain adalah usia lanjut,

diabetes mellitus, riwayat katarak pada keluarga, riwayat peradangan atau trauma

mata, riwayat pembedahan mata, penggunaan kortikosteroid yang lama, pejanan sinar

matahari, pejanan radiasi, merokok, konsumsi alkohol, dan kelahiran prematur.

2.1.4 GejalaKlinis

Penurunan tajam penglihatan, Peningkatan sensitivitas terhadap cahaya dan seperti

melihat awan, Penglihatan ganda (diplopia) monokular, Rabun senja. (Sidarta Ilyas,

2004).

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan visus dengan kartu snellen atau chart projector dengan koreksi terbaik

serta menggunakan pin hole, Pemeriksaan dengan slit lamp, Shadow Test,Funduskopi,

Lapang Pandang, Uji Anel, Laboratorium.

2.1.6 Derajat Katarak

a. Derajat1: nukleus lunak, visus > 6/12, tampak sedikit keruh, agak keputihan,

Refleks fundus (+), usia < 50 tahun.

b. Derajat2: nukleus dengan kekerasan ringan, tampak nukleus kekuningan,

visus 6/12 - 6/30, Refleks fundus juga masih mudah diperoleh, paling sering

memberikan gambaran seperti katarak subkapsularis posterior.

c. Derajat 3 : nukleus dengan kekerasan medium, kuning, kekeruhan korteks

keabu-abuan, Visus 3/60 6/30.

Page 4: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

d. Derajat 4 : nukleus keras, kuning kecoklatan, visus 3/60 1/60, refleks

fundus sulit dinilai.

e. Derajat 5 :nukleus sangat keras, kecoklatan agak kehitaman, visus < 1/60,

usia > 65 tahun (brunescent cataract atau black cataract). (Sidarta Ilyas,

2006).

2.1.7 Klasifikasi Katarak

1. Menurut usia/saat terjadinya, katarak dibagi menjadi :

a. Katarak Kongenital

Katarak kongenital merupakan katarak yang telah terlihat pada usia di

bawah satu tahun. Katarak ini merupakan penyebab kebutaan pada bayi

yang cukup bermakna, terutama apabila tidak ditatalaksana dengan tepat.

Katarak jenis ini sering ditemukan pada bayi prematur, gangguan sistem

saraf seperti retardasi mental dan terdapat pada bayi dengan ibu yang

memiliki riwayat infeksi prenatal dan kelainan pada saat kehamilan.

b. Katarak Juvenil

Katarak Juvenil merupakan katarak yang terjadi pada usia 1-50 tahun.

Katarak jenis ini biasanya merupakan penyulit dari penyakit sistemik

atau metabolik, seperti diabetes mellitus, tetanus, defisiensi gizi, distrofi

miotonik, traumatik, dll.

c. Katarak Senilis

50 tahun dan merupakan jenis yang paling sering dijumpai. Jumlahnya

mencapai sampai 90% dari seluruh katarak dan kejadiannya seringkali

bersifat familial. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti dan sering

dihubungkan dengan berbagai proses degeneratif yang terjadi pada lensa.

Perubahan yang terjadi mencakup perubahan kapsul yang menjadi

Page 5: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

menebal dan kurang elastis, bentuk lamel kapsul berkurang, dan terdapat

bahan granular. Perubahan pada epitel yaitu penambahan ukuran

terutama pada ekuator dan terdapat bengkat serta vakoulisasi

mitokondria yang nyata. Pada serat lensa terjadi kerusakan pada bagian

korteks, lebih iregular, sinar ultraviolet mengubah protein nukleus

sehingga menimbulkan warna kecoklatan akibat protein lensa nukleus

mengandung histidin dan triptofan lebih banyak dibanding normal.

2. Menurut morfologinya, katarak dibagi menjadi :

a. Katarak Subkapsular

Pada jenis ini kekeruhan biasanya terlihat dekat posterior lensa, sering

membentuk plak. Hal ini terlihat terlihat paling baik pada retroiluminasi

yang berlawanan dengan refleks fundus merah. Silau dan kesulitan

membaca merupakan gejala yang umum pada katarak jenis ini. Mungkin

berhubungan dengan inflamasi okular, penggunaan steroid jangka

panjang, diabetes, trauma atau radiasi. Biasanya terjadi pada pasien-

pasien yang berusia kurang dari 50 tahun.

b. Katarak Nuklear

Terdapat perubahan warna menjadi kuning atau coklat di tengah lensa

pada pemeriksaan dengan slit lamp. Biasanya keluhan kabur pada

penglihatan jauh lebih menonjol daripada penglihatan dekat. Justru pada

pasien ini, penglihatan jarak dekatnya menjadi lebih baik karena terdapat

peningkatan kekuatan fokus lensa. Katarak nuklear lebih sering terjadi

bilateral.

Page 6: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

c. Katarak Kortial

Kekeruhan terletak pada korteks lensa, berbentuk radial pada perifer

lensa yang meluas dan mencakup anterior dan posterior dari lensa.

Sering bersifat asimtomatik sampai terjadi perubahan-perubahan dari

tengah yang akan mengganggu penglihatan.

3. Berdasarkan stadium kematangan

a. Katarak Imatur

Katarak dikatakan dalam stadium imatur apabila kekeruhan belum

mengenai seluruh lapisan lensa. Pada katarak imatur terdapat

penambahan volume lensa akibat peningkatan tekanan osmotik bahan

lensa yang degeneratif.

b. Katarak Matur

Pada katarak stadium matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa

mata. Kekeruhan ini dapat terjadi akibat deposisi ion kalsium yang

menyeluruh.

c. Katarak Insipen

Pada stadium ini terlihat kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk

jeruji menuju korteks anterior dan posterior.

d. Katarak Hipermatur

Katarak hipermatur merupakan katarak yang mengalami proses

degenerasi lebih lanjut, lensa dapat menjadi keras, lembek, ataupun

mencair. Lensa menjadi kuning dan kering, serta kapsul anterior

mengecil dan mengkerut akibat massa lensa yang berdegenerasi keluar

dari lensa

Page 7: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

2.1.8 Tatalaksana Pengobatan Katarak

Operasi merupakan jalan satu-satunya untuk mengatasi katarak, jika kekeruhan lensa

masih ringan cukup diatasi dengan kacamata. Belum ada obat tetes mata, vitamin.

Operasi katarak dilakukan jika penglihatan yang buram sudah mengganggu pasien,

misalnya sulit membaca, menyetir kendaraan, atau, menonton televisi. Katarak tidak

dapat diatasi dengan laser, tetapi harus melalui sayatan untuk mengeluarkan lensa

yang keruh tersebut. Setelah lensa yang keruh dikeluarkan jika tidak ada komplikasi

operasi dimasukkan lensa tanam buatan untuk mengganti daya fokus lensa tersebut

sehingga pasien tidak perlu menggunakan kacamata.

2.1.9 Teknik Operasi

Dua teknik yang sering digunakan dalam penanganan katarak terkait usia adalah large

incision extraction dan facoemulsifikasi.

1. Larga Incision Ectracapsular Extraction

a. Dibuat sayatan vertikal pada bagian jernih di perifer kornea. Kemudian

cystitome dimasukkan ke dalam COA dan dibuat potongan-potongan radial

kecil di kapsul anterior sepanjang 360O. Metode alternatif kapsulotomi adalah

dengan capsulorhexis, dimana dibuat robekan melingkar di seluruh tepian

kapsul.

b. Insisi dengan kedalaman penuh kemudian dilanjutkan dengan gunting.

c. Nukleus dikeluarkan dengan memberikan tekanan pada bagian atas dan bawah

lensa.

d. ujung dari kanul infusi aspirasi dimasukkan ke dalam COA dan diselipkan di

bawah iris pada arah jam 6. Serabut korteks kemudian dikeluarkan dengan

suction. Korteks digeser ke arah sentral dan diaspirasi dibawah penglihatan

langsung. Manuver ini diulangi sampai seluruh bagian korteks berhasil

Page 8: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

disingkirkan. Selama melakukan prosedur ini perlu diperharikan untuk tidak

mengenai kapsula posterior dan menyebabkan ruptur karena hal tersebut

menyebabkan kesulitan dalam penanaman IOL. Tanda adanya ruptur adalah

garis-garis tegas yang keluar dari tempat melakukan aspirasi.

e. Apabila perlu, kapsula posterior dapat dibersihkan untuk menghilangkan

residu plak subkapsular.

f. Substansi vikoelastik diinjeksikan ke dalam kantung kapsul lensa untuk

memfasilitasi pemasukan IOL.

g. IOL dijepit pada bagian optic dan permukaan anteriornya ditutupi substansi

vikoelastik.

h. Haptik interior kemudian diinsersikan melalui tepi insisi dan diselipkan di

bawah iris pada arah ajm 6.

i. Ujung dari haptik superior dijepit dengan forseps kemudian didorong kedalam

COA. Pada saat kutub superior dari haptik mulai melewati tepi pupil,

dilakukan proasi pada lengan haptik agar setelah dilepaskan, haptik akan

telepas di bawah iris dan tidak keluar dari insisi. Kedua haptik sebaiknya

ditempatkan pada kapsul dan tidak ke dalam sulkus siliaris.

j. IOL diletakkan pada posisi horizontal dengan cara mengatur lubang penunjuk

dengan kail.

k. Diberikan injeksi Miochol (asetilkolin) kedalam COA untuk

mengkonstruksikan pupil, sisa substansi vikoelastik diaspirasi dan insisi

ditutup.

Page 9: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

2. facoemulsifikasi

a. Pengertian

Pengobatan katarak yaitu dengan tindakan pembedahan, pembedahan

katarak saat ini semakin banyak, salah satunya yaitu dengan metode

phacoemulsifikasi. Pembedahan ini menggunakan vibrator ultrasonic (laser

untuk menghancurkan nucleus yang akan diaspirasi dengan insisi 2,5 3mm,

fragmen-fragmen diirigasi keluar secara otomatis. Adapun keuntungan dari

tindakan insisi kecil ini diantaranya pemulihan visus yang lebih cepat,

terjadinya komplikasi dan inflamasi setelah pembedahan lebih minimal.

(sidarta, 2014)

Phacoemulsifikasi adalah teknik ekstrasi katarak menggunakan sayatan

kecil sekitar 1,5 mm sampai 3 mm dengan implantasi lensa intra ocular lipat

(foldable) sehingga penutupan luka dapat tanpa jahitan. Cara kerja system

fhacoemulsifikasi adalah menghancurkan lensa melalui ultrasonic probe yang

mempunyai tip needle yang mampu bergetar dengan frekuensi yang sangat

tinggi yaitu setara dengan frekuensi gelombang ultrasound (American

Academy of Ophthalmology, 2011-2012).

Facoemulsifikasi memberikan masa penyembuhan yang lebih singkat dan

stabilitasi dini dari kelainan refraksi dengan astigmat yang lebih rendah, namun

pelaksanaannya membutuhkan teknik yang cukup ahli.

b. Prosedur Operasi

1) Dilakukan capsulorhexis kontinu.

2) Dilakukan hidrodiseksi dengan menginjeksikan cairan diantara kapsul dan

korteks lensa perifer. Hal ini akan melonggarkan nukleus dari perletakan

kapsulokortikal dan dapat dirotasi.

Page 10: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

3) Dilakukan pembentukan nukleus dengan probe fako untuk membentuk dua

cekungan yang saling tegak lurus.

4) Sebuah manipulator dimasukkan melalui insisi lain.

5) Probe fako dan manipulator ditempatkan pada bagian yang berlainan dari

cekungan.

6) Nukleus dipecahkan dengan memberikan gaya pada arah yang berlawanan.

7) Nukleus dirotasi 900 dan dibuat retakan pada cekungan kedua dengan cara

yang sama.

8) Setia kuadran dari nukleus kemudian dipecahkan dan diaspirasi.

9) Dilakukan aspirasi pada korteks yang tersisa.

10) Materi vikoelastik diinjeksikan kedalam kantung kapsul.

11) IOL dimasukkan kedalam kantung.

3. Persiapan sebelum Operasi Katarak

a. Pemeriksaan sinar celah (slit lamp), untuk mengetahui lokasi lensa yang

mengalami kekeruhan.

b. Pemeriksaan tonometri, untuk mengetahui apakah ada penyulit glaukoma.

c. Pemeriksaan tajam penglihatan (refraksi), untuk melihat apakah kekeruhan

sebanding dengan tajam penglihatan dan untuk mengetahui perbandingan

visus post operasi katarak.

d. Funduskopi pada kedua mata(jika memungkinkan), untuk melihat struktur

retina. Selain itu, dapat juga digunakan untuk prognosis post operasi katarak.

e. Uji Anel, untuk mengetahui ada tidaknya dakriosistitis.

f. Tidak terdapat infeksi di sekitar mata seperti keratitis, konjungtivitis, blefaritis,

hordeolu dan kalazion.

g. Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan diastolik 100 mmHg.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

h. Gula darah terkontrol.

i. Tidak sedang batuk.

j. Pada satu hari sebelum operasi, diberikan obat tetes antibiotika spektrurm luas

setiap empat jam.

k. Pada hari operasi, dilakukan

l. Diberikan tetes midriacyl

2.2 Anastesi Untuk Operasi Katarak

2.2.1 Definisi

Pengurangan atau penghilangan sensasi untuk sementara, sehingga operasi atau

prosedur lain yang menyakitkan dapat dilakukan.Sejarahnya operasi katarak

dilakukan tanpa menggunakan anestesi. Operasi mata telah dilakukan dengan sedikit

atau tanpa anestesi selama hampir 1000 tahun. Pada tahun 1884, Carl Koller

menemukan hidroklorida kokain sebagai agen anestesi topikal pada operasi mata dan

Herman Knapp menggunakan kokain untuk lokal anastesi dengan injeksi retrobular.

2.2.2 Jenis-Jenis Anestesi

1. Anastesi lokal adalah hilangnya sensasi pada bagian tubuh tertentu tanpa

disertai kehilangan kesadaran atau kerusakan fungsi kontrol saraf pusat dan

bersifat reversibel. Obat anastesi lokal terutama berfungsi untuk mencegah

atau menghilangkan sensasi nyeri dengan memutuskan konduksi impuls saraf

yang bersifat sementara.Prosedur yang dikerjakan pada mata dan adneksanya

merupakan pendekatan terbaik dengan variasi regional atau lokal anastesia.

Anastesi dapat diperoleh dengan memblocking nervus sensoris yang

mempersarafi mata dan kulit kelopak serta jaringan sekitarnya. anastesi jenis

block Lokal anastesi dapat juga dicapai dengan

dalam jangka waktu yang lebih cepat dengan injeksi langsung pada jaringan,

Page 12: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

tanpa memblocking nervus yang mempersarafi mata dan efektivitas anastesi

lokal ini selama 4 jam Williams & Wilkins, 2009).

2. Anestesitopikal adalah anestesi yang menggunakan sediaan seperti obat

tetes, gel, Sediaan yang paling sering digunakan adalah obat tetes mata

pantocain 0,5%. Sediaan ini memiliki bukti keamanan dan efektivitas dalam

banyak kasus, tetapi absorbsi dan durasi kerja anestetik tetes mata ini lebih

rendah, akibatnya, obat anestesi topikal harus diberikan berulang kali dengan

risiko meningkatnya kerusakan epitel kornea karena sifat toksik obat

tersebut.Penggunaan anestetik tetes mata merupakan metode non-invasif,

namun pada beberapa kasus diperlukan penambahan anestesi topikal intra

opererasi. (Williams & Wilkins, 2009).

3. Anestesi Umum

Kondisi atau prosedur ketika pasien menerima obat untuk amnesia, analgesia,

melumpuhkan otot, dan sedasi.

2.2.3 Cara Kerja Obat Anestesi

Mekaniesme anestetikum lokal yaitu dengna menghambat hantaran saraf bila

dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Bahan ini bekerja

pada tiap bagian susunan saraf. Anestetikum lokal mencegah terjadi pembentukan dan

konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di membrane sel, efeknya pada

aksoplasma hanya sedikit saja.

Potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat permeabilitas membrane

terhadap ion natrium (Na+) akibat depolarisasi ringan pada membrane. Proses inilah

yang dihambat oleh anestetikum lokal, hal ini terjadi akibat adanya interaksi langsung

antara zat anestesi lokal dengan kanal Na+ yang peka tehadap adanya perubahan

voltase muatan listrik. Dengan semakin bertambahnya efek anestesi lokal di dalam

Page 13: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

saraf, maka ambang rangsang membrane akan meningkat secara bertahap, kecepatan

peningkatan potensial aksi menurun, koduksi implus melambat dan factor pengaman

konduksi saraf juga berkurang. Factor-faktor ini akan mengakibatkan penurunan

kemungkinan menjalarnya potensial aksi, dan dengan demikian mengkibatkan

kegagalan konduksi saraf. (Latief Said, Surjadi Kartini, Dachlan Ruswan, (2002).

2.3 Manajemen Nyeri

2.3.1 Pengertian Nyeri

The International Associaton for The Study of Pain (2010) memberikan definisi

yang paling banyak dijadikan acuan yaitu berdasarkan faktor yang berkaitan

dengan waktu dan kesesuaian dengan penyakit. Nyeri merupakan sensasi yang

rumit, unik, dan universal. Dalam banyak literatur menyebutkan bahwa adanya

definisi nyeri yang berbeda - beda dan hal ini merefleksikan bahwa sifat nyeri

yang subjektif sehingga ada keragaman dalam cara memahami dan

mengkategorikanpengalamanmanusiayangkompleksini.

Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial, yang menyakitkan

tubuh serta diungkapkan oleh individu yang mengalaminya. Ketika suatu jaringan

mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan bahan yang

dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin,

prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk,

2009).

Definisi keperawatan menyatakan bahwa nyeri adalah sesuatu yang menyakitkan

tubuh yang diungkapkan secara subjektif oleh individu yang mengalaminya. Nyeri

dianggap nyata meskipun tidak ada penyebab fisik atau sumber yang dapat

Page 14: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

diidentiftkasi. Meskipun beberapa sensasi nyeri dihubungkan dengan status mental

atau status psikologis, pasien secara nyata merasakan sensasi nyeri dalam banyak hal

dan tidak hanya membayangkannya saja. Kebanyakan sensasi nyeri adalah akibat dari

stimulasi fisik dan mental atau stimuli emosional. (Potter & Perry, 2005). Berdasarkan

definisi- definisi di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu pengalaman

sensori yang tidak menyenangkan dan menyakitkan bagi 9 tubuh sebagai respon

karena adanya kerusakan atau trauma jaringan maupun gejolak psikologis yang

diungkapkan secara subjektif oleh individu yang mengalaminya.

2.3.2 Nyeri Post Operasi Katarak

Nyeri pasca operasi katarak disebabkan oleh iritasi ocular sedangkan nyeri pasca

operasi phacoemulsifikasi mulai masuk dimana nyeri mulai terjadi yang disebabkan

oleh radang mata ocular dan radang berat pada uvea (iris dan badan siliar). Istiantoro,

hutaruk, 2010)

2.3.3 Penanganan Manajemen Nyeri

Manajemen nyeri cukup efektif dalam mengatasi rasa nyeri dengan perasaan kontrol,

mengurangi perasaan tidak berdosa dan putus asa, menjadi metode pengalih yang

menerangkan, serta mengganggu siklus nyeri ansietas ketegangan (Tamsuri, 2007).

Ada beberapa manajemen nyeri yaitu:

1. Manajemen Nyeri Non Farmakolosik

Pendekatan non farmakolosik biasanya menggunakan terapi perilaku, pelemas otot

/ relaksasi. Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pasien ang

mengalami nyeri kronis. Latihan pernafasan teknik relaksasi menurunkan konsumsi

oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot,

menghentikan siklus nyeri ansietas ketegangan (mccaffer, 1989).

Page 15: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

Teknik relaksasi menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi

paru-paru dengan udara, menghembuskan secara perlahan, melemaskan otot-otot

tangan, kaki, perut dan punggung serta mengulangi hal yang sama sambil terus

berkonsentrasi hingga pasien merasa nyaman, tenang dan rileks. Prosedur teknik

relaksasi nafas dalam menurut priharjo (2003) bentuk pernafasan yang digunakan

pada prosedur ini adalah pernafasan diafragma yang mengacu pada pendataran

kubah diagfragma selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran abdomen

bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi. Adapun langkah-

langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut: Ciptakan lingkungan

yang tenang, Usahakan tetap rileks, menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi

paru-paru dengan udara melalui hitungan 1, 2, 3, perlahan-lahan udara di

hembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks,

anjurkan bernafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara

perlahan-lahan, membiarkan telapak tangan dan kaki rileks.

Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui

mekanisme yaitu:

a. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang

disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi

pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang

mengalami spasme dan iskemic.

b. Teknik Relaksasi nafas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk

melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin (Smeltzer & Bare,

2002)

c. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat.

Page 16: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

Relaksasi melibatkan system otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain

sehingga mudah dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu. Prinsip yang mendasari

penurunan nyeri oleh teknik relakasai terletak pada fisiologi system syaraf otonom

yang merupakan bagian dari sistem syaraf perifer yang mempertahankan

homeostatis lingkungan internal individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator

kimia seperti brandikin, prostaglandin dan substansi, akan merangsang syaraf

simpatis sehingga menyebabkan vasokostriksi yang akhirnya meningkatkan tonus

otot yang menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan

pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan

metabolism otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri dari medulla spinalis

ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri.

2. Manajemen Nyeri Farmakalosik

Rasa nyeri diobati dengan cara pemberian terapi farmakologi. Nyeri di tanggulangi

dengan cara memblokade transmisi stimulat nyeri. Agar terjadi perubahan persepsi

dan dengan mengurangi respon kartikal terhadap nyeri. Adapun obat yang

digunakan untuk terapi nyeri adalah analgesic narkotik analgesic lokla, analgesic

yang dikontrol klien dan obat-obat non steroid.

2.3.4 Fisiologi Nyeri

Saat terjadinya stimulus yang menimbulkan kerusakan jaringan hingga pengalaman

emosional dan psikologis yang menyebabkan nyeri, terdapat rangkaian peristiwa

elektrik dan kimiawi yang kompleks, yaitu transduksi, transrmisi, modulasi dan

persepsi. Transduksi adalah proses dimana stimulus noksius diubah menjadi aktivitas

elektrik pada ujung saraf sensorik (reseptor) terkait. Proses berikutnya, yaitu transmisi,

dalam proses ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang

Page 17: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

meneruskan impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang meneruskan

impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla spinalis ke batang otak dan

thalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik antara thalamus dan cortex. Proses

ketiga adalah modulasi yaitu aktivitas saraf yang bertujuan mengontrol transmisi

nyeri. Suatu senyawa tertentu telah diternukan di sistem saraf pusat yang secara

selektif menghambat transmisi nyeri di medulla spinalis. Senyawa ini diaktifkan jika

terjadi relaksasi atau obat analgetika seperti morfin (Dewanto, 2003).

Proses terakhir adalah persepsi, proses impuls nyeri yang ditransmisikan hingga

menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama sekali belum jelas. Bahkan struktur

otak yang menimbulkan persepsi tersebut juga tidak jelas. Sangat disayangkan karena

nyeri secara mendasar merupakan pengalaman subyektif yang dialami seseorang

sehingga sangat sulit untuk memahaminya (Dewanto, 2003). Nyeri diawali sebagai

pesan yang diterima oleh saraf-saraf perifer. Zat kimia (substansi P, bradikinin,

prostaglandin) dilepaskan, kemudian menstimulasi saraf perifer, membantu

mengantarkan pesan nyeri dari daerah yang terluka ke otak. Sinyal nyeri dari daerah

yang terluka berjalan sebagai impuls elektrokimia di sepanjang nervus ke bagian

dorsal spinal cord (daerah pada spinal yang menerima sinyal dari seluruh tubuh).

Pesan kemudian dihantarkan ke thalamus, pusat sensoris di otak di mana sensasi

seperti panas, dingin, nyeri, dan sentuhan pertama kali dipersepsikan. Pesan lalu

dihantarkan ke cortex, di mana intensitas dan lokasi nyeri dipersepsikan.

Penyembuhan nyeri dimulai sebagai tanda dari otak kemudian turun ke spinal cord.

Di bagian dorsal, zat kimia seperti endorphin dilepaskan untuk mcngurangi nyeri di

daerah yang terluka (Potter & Perry, 2005).

Di dalam spinal cord, ada gerbang yang dapat terbuka atau tertutup. Saat gerbang

terbuka, impuls nyeri lewat dan dikirim ke otak. Gerbang juga bisa ditutup. Stimulasi

Page 18: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

saraf sensoris dengan cara menggaruk atau mengelus secara lembut di dekat daerah

nyeri dapat menutup gerbang sehingga rnencegah transmisi impuls nyeri. Impuls dari

pusat juga dapat menutup gerbang, misalnya motivasi dari individu yang bersemangat

ingin sembuh dapat mengurangi dampak atau beratnya nyeri yang dirasakan (Potter &

Perry, 2005).

Kozier, dkk. (2009) mengatakan bahwa nyeri akan menyebabkan respon tubuh

meliputi aspek pisiologis dan psikologis, merangsang respon otonom (simpatis dan

parasimpatis respon simpatis akibat nyeri seperti peningkatan tekanan darah,

peningkatan denyut nadi, peningkatan pernapasan, meningkatkan tegangan otot,

dilatasi pupil, wajah pucat, diaphoresis, sedangkan respon parasimpatis seperti nyeri

dalam, berat, berakibat tekanan darah turun nadi turun, mual dan muntah, kelemahan,

kelelahan, dan pucat .

Pada kasus nyeri yang parah dan serangan yang mendadak merupakan ancaman yang

mempengaruhi manusia sebagai sistem terbuka untuk beradaptasi dari stressor yang

mengancam dan menganggap keseimbangan. Hipotalamus merespon terhadap

stimulus nyeri dari reseptor perifer atau korteks cerebral melalui sistem hipotalamus

pituitary dan adrenal dengan mekanisme medula adrenal hipofise untuk menekan

fungsi

2.3.5 Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.

Klasifikasi ini berdasarkan pada waktu atau durasi terjadinya nyeri.

1. Nyeri akut

Page 19: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat, biasanya

kurang dari 6 bulan. Nyeri akut yang tidak diatasi secara 14 adekuat mempunyai

efek yang membahayakan di luar ketidaknyamanan yang disebabkannya karena

dapat mempengaruhi sistem pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal,

endokrin, dan imonulogik (Potter & Perry, 2005).

2. Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung selama lebih dari 6 bulan. Nyeri

kronik berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan, karena

biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan

pada penyebabnya. Jadi nyeri ini biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan

(Guyton & Hall, 2008). Nyeri kronik mengakibatkan supresi pada fungsi sistem

imun yang dapat meningkatkan pertumbuhan tumor, depresi, dan

ketidakmampuan.

Berdasarkan sumbernya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri nosiseptif dan

neuropatik (Potter & Perry, 2005).

a. Nyeri nosiseptif

noxsious/harmful nature

saraf nosiseptif, menerima informasi tentang stimulus yang mampu merusak

jaringan. Nyeri nosiseptif berdifat tajam, dan berdenyut (Potter & Perry, 2005).

b. Nyeri neuropatik 15

Nyeri neuropatik mengarah pada disfungsi di luar sel saraf. Nyeri neuropatik

terasa seperti terbakar kesemutan dan hipersensitif terhadap sentuhan atau

dingin. Nyeri spesifik terdiri atas beberapa macam, antara lain nyeri somatik,

nyeri yang umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit

Page 20: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

(superficial) pada otot dan tulang. Macam lainnya adalah nyeri menjalar

(referred pain) yaitu nyeri yang dirasakan di bagian tubuh yang jauh letaknya

dari jaringan yang menyebabkan rasa nyeri, biasanya dari cidera organ

visceral. Sedangkan nyeri visceral adalah nyeri yang berasal dari bermacam-

macam organ viscera dalam abdomen dan dada (Guyton & Hall, 2008).

2.3.6 Metode Penelian Nyeri

Skala nyeri yang dirasakan pasien memiliki tingkatan rasa yang berbeda yaitu nyeri

ringan, sedang dan berat. Penilaian skala nyeri yang digunakan ada dua metode yaitu

:

1. Wong Baker FACES Pain Rating Scale yaitu menilai tingkat nyeri pasien dengan

melihat ekspresi wajah pasien.

2. Comparative Pain Scale yaitu penilaian dengan angka skala nyeri 0 10,

pengelompokan terdiri dari:

a. Skala Nyeri ringan: 0 - 3 (masih bias ditahan, aktifitas tidak terganggu)

b. Skala Nyeri sedang: 4 6 (menggangu aktifitas fisik)

c. Skala Nyeri berat: 7 10 (tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri)

Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh

individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan kemungkinan nyeri dalam

intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua

orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling

mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.

Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti

tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

Page 21: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

Menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah sebagai berikut:

a) Skala intensitas nyeri

b) Skala identitas nyeri numerik

c) Skala analog visual

d) Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan : 0 :Tidak nyeri 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik dan memiliki gejala yang tidak dapat terdeteksi.

Jurnal penelitian terkait:

Pengaruh terapi relaksasi autogenic terhadap tingkat nyeri akut pada pasien abdominal

pain di IGD RSUD Karawang 2014.Hasil di dapatkan adanya pengaruh teknik relaksasi

yang signifikan terhadap penurunan nyeri akut. (Nita Syamsiah, Endang Muslihat,2014)

Pengaruh teknik relaksasi dan teknik distraksi terhadap perubahan intensitas nyeri pada

pasien post operasi di ruang IRINA A atas RSUP Prof.DR. R. D. Kandou Manado.

Hasil di dapatkan adanya pengaruh teknik relaksasi yang signifikan terhadap

penurunan nyeri. (Stania F. Y. Rampengan, Rolly Rondonuwu, Franly Onibala, 2015)

Page 22: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS - perpus.fikumj.ac.id

Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam dan masase terhadap penurunan skala nyeri

pasien pasca apendiktomi di ruang bedah RSUD Dr. M. Zein Painan.Hasil di dapatkan

adanya pengaruh teknik relaksasi yang signifikan terhadap penurunan nyeri.(Yusrizal,

Zarni Zamzahar, Eliza Anas, 2016)

2.3.7 Kerangka Teori

Adalah seperangkap keterkaitan konstrak atau konsep, definisi dan proposisi yang

mencerminkan padangan sistematik mengenai fenomena melalui penentuan hubungan

antara variable secara spesifik dengan tujuan menjelaskan (kerlinger, 2000).

KATARAK

Pembedahan Operasi Katarak - Ecce - Phoco

Nyeri Post Operasi Katarak Manajemen Nyeri Terknik relaksasi nafas dalam

Anestesi topikal & lokal