bab 2 landasan teori 2.1 sistem...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
2.1.1 Sistem
Menurut O`Brien (2005, p29), sistem adalah sekelompok komponen yang
saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan
menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang
teratur.
Menurut Romney and Marshall ( 2006, p4 ), sistem ialah kesatuan dari dua
atau lebih komponen yang berfungsi dan berinteraksi untuk mencapai suatu
tujuan.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem adalah kumpulan dari
komponen-komponen yang saling berkaitan, terintegrasi dan saling berinteraksi
satu dengan yang lainnya dalam menerima masukkan, pemrosesan serta
menampilkan keluaran untuk mencapai suatu tujuan sistem tersebut.
2.1.2 Informasi
Menurut O’Brien (2005, p13), informasi adalah data yang telah diproses atau
data yang telah memiliki arti dan kegunaan untuk pengguna akhir tertentu.
Menurut Romney (2006, p5), Informasi adalah data yang telah diatur dan
diproses untuk menyediakan arti kepada user.
10
Jadi, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diolah atau
diproses menjadi suatu bentuk yang lebih bernilai, lebih berguna, bermanfaat dan
berarti bagi yang menerimanya.
2.1.3 Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005,p5) Sistem Informasi dapat merupakan kombinasi
teratur apapun dari orang – orang, hardware, sofware, jaringan komunikasi dan
sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi
dalam sebuah organisasi. Orang tergantung pada sistem informasi untuk
berkomunikasi antara satu sama lain dengan menggunakan berbagai jenis alat
fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi (software), saluran
komunikasi (jaringan), dan data yang disimpan (sumber daya data) sejak
permulaan peradaban.
Romney and Steinbart mengungkapkan ( 2006, p782 ), sistem informasi
merupakan sebuah tahapan pengorganisasian dari mengumpulkan, memproses,
mengelola dan melaporkan informasi, sehingga organisasi dapat menentukan
objek dan tujuan.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi adalah kombinasi
teratur dari sumber daya yang ada yaitu: orang–orang, hardware, software,
jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan
menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
11
2.2 Sistem Informasi Akuntansi
2.2.1 Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Jones dan Rama (2006, p5), The Accounting Information System is a
subsystem of an MIS that provides accounting and financial information, as well
as other information obtained in the routine processing of accounting
transactions. (Sistem Informasi Akuntansi adalah subsistem dari Sistem
Informasi Manajemen yang menyediakan informasi akuntansi dan keuangan
sebagaimana informasi lain yang terdapat dalam proses rutin dari transaksi
akuntansi).
Menurut Hall et al (2008, p8), Sistem informasi akuntansi adalah suatu
subsistem proses transaksi keuangan dan transaksi non keuangan yang memiliki
dampak langsung proses transaksi keuangan.
Menurut Ulric dan Richard (2009, p14), “The purpose of this separate AIS
was to collect, process, and report information related to financial aspects of
business events.” Sistem informasi akuntansi dibuat bertujuan untuk
mengumpulkan, mengolah, dan melaporkan informasi yang berkaitan dengan
aspek keuangan bisnis.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah
suatu sistem berbasis komputer yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan
memproses data dengan tujuan untuk menghasilkan informasi keuangan yang
berguna bagi pemakai didalam dan diluar perusahaan.
12
2.2.2 Subsistem pada Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Hall (2008, p8), Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari tiga
subsistem utama, yaitu:
1. Transaction Processing System (TPS) yang mendukung operasi bisnis
sehari-hari.
2. General Ledger / Financial Reporting System (GL/FRS) yang
menghasilkan laporan keuangan misalnya laporan arus kas dan laporan lain
yang berhubungan dengan hukum yang berlaku, misalnya pajak.
3. Management Reporting System (MRS) yang menghasilkan laporan
keuangan khusus untuk manajemen internal. Contohnya laporan anggaran
dan varians.
2.2.3 Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
Lima kegunaan Sistem Informasi Akuntansi menurut Rama, Dasaratha V dan
Frederick L.Jones (2006, p8-9) yaitu :
1. Membuat laporan mengenai informasi yang dibutuhkan oleh pihak
eksternal perusahaan.
2. Membantu manajer dalam menangani aktivitas operasonal yang rutin
dilakukan dalam suatu siklus operasi suatu perusahaan.
3. Mendukung dalama pengambilan keputusan pada semua tingkat
manajemen dalam perusahaan, baik yang dilakukan secara rutin maupun
ad hoc.
13
4. Membantu dalam membuat suatu perencanaan dan juga dalam melakukan
control atas setiap aktivitas yang dilakukan.
5. Melaksanakan pengendalian intern, dimana termasuk aturan-aturan,
prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk melingdungi
kekayaan perusahaan dan menjaga keakuratan data keuangan perusahaan.
2.3 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.3.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Mathis dan Jackson (2006, p3),”Manajemen Sumber Daya Manusia
adalah rancangan-rancangan sistem formal dalam sebuah organisasi untuk
memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai
tujuan- tujuan organisasional”.
Menurut Hasibuan (2007, p111),”Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM) merupakan penyiapan dan pelaksanaan suatu rencana yang
terkoordinasi untuk menjamin bahwa SDM yang ada dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan organisasi”.
Menurut Tjutju dan Suwatno (2008, p.1), menjelaskan bahwa bagian dari ilmu
manajemen yang memfokuskan perhatiannya pada pengaturan peranan sumber
daya manusia dalam kegiatan suatu organisasi. Manajemen sumber daya manusia
menganggap bahwa karyawan adalah kekayaan (asset) utama organisasi yang
harus dikelola dengan baik. Jadi manajemen sumber daya manusia sifatnya lebih
strategis bagi organisasi dalam mencapai tujuantujuan yang telah diterapkan.
Menurut Hussein Umar (2008, p.128), manajemen sumber daya manusia
adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, dalam pergerakan dan pengawasan
14
atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan
pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk pencapaian tujuan organisasi
perusahaan secara terpadu.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah
ilmu yang mempelajari tentang bagaimana mengatur sumber daya yang dimiliki
oleh seorang individu di dalam suatu organisasi dalam menciptakan hubungan
kerja demi tercapainya suatu tujuan. Atau Manajemen Sumber Daya Manusia
adalah segala usaha yang dilakukan untuk menambah nilai dari sumber daya
manusia tersebut dalam kaitannya dengan mencapai tujuan perusahaan.
2.3.2 Aktivitas Sumber Daya Manusia
Ada 7 aktivitas SDM menurut Mathis dan Jackson (2006, p43) yaitu sebagai
berikut :
• Perencanaan dan Analisis SDM
Dengan adanya perencanaan SDM, manajer-manajer berusaha untuk
mengantisipasi kekuatan yang akan mempengaruhi persediaan dan tuntutan para
karyawannya dimasa depan. Hal yang sangat penting untuk memiliki sistem
informasi sumber daya manusia (SISDM) guna memberikan informasi yang
akurat dan tepat pada waktunya untuk perencanaan SDM. Sebagai bagian dari
usaha mempertahankan daya saing organisasional ,harus ada analisis dan
penilaian efektivitas SDM. Karyawan juga harus dimotivasi dengan baik dan
bersedia untuk tinggal bersama organisasi tersebut selama jangka waktu yang
pantas.
15
• Kesetaraan Kesempatan Kerja
Pemenuhan hukum dan peraturan tentang kesetaraan kesempatan kerja (EEO)
mempengaruhi semua aktivitas SDM yang lain dan integral dengan manajemen
SDM.
• Pengangkatan Pegawai
Tujuan dari pengangkatan pegawai adalah memberikan persediaan yang
memadai atas individu-individu yang berkualifikasi untuk mengisi lowongan
pekerjaan disebuah organisasi.
• Pengembangan SDM
Dimulai dengan orientasi karyawan baru, pengembangan SDM juga meliputi
pelatihan keterampilan pekerjaan. Ketika pekerjaan – pekerjaan berkembang dan
berubah, diperlukan adanya pelatihan ulang yang dilakukan terus – menerus
untuk menyesuaikan perubahan tekhnologi. Mendorong pengembangan semua
karyawan, termasuk para supervisor dan manajer, juga penting untuk
mempersiapkan organisasi – organisasi agar dapat menghadapi tantangan masa
depan.
• Kompensasi Dan Tunjangan
Kompensasi memberikan penghargaan kepada karyawan atas pelaksanaan
pekerjaan melalui gaji, insentif dan tunjangan.Para pemberi kerja harus
mengembangkan dan memperbaiki sistem upah dan gaji dasar.Selain itu,
program insentif seperti pembagian keuntungan dan penghargaan produktivitas
mulai digunakan. Kenaikan yang cepat dalam hal biaya tunjangan ,terutama
tunjangan kesehatan, akan terus menjadi persoalan utama.
16
• Kesehatan, keselamatan dan keamanan
Jaminan atas kesehatan fisik dan mental serta keselamatan para karyawan
adalah hal yang sangat penting. Secara global, berbagai hukum keselamatan dan
kesehatan telah menjadikan organisasi lebih responsive terhadap persoalan
kesehatan dan keselamatan. Program peningkatan kesehatan yang menaikkan
gaya hidup karyawan yang sehat menjadi lebih meluas. Selain itu, keamanan
tempat kerja menjadi lebih penting, sebagai akibat dari jumlah tindak kekerasan
yang meningkat ditempat kerja.
• Hubungan karyawan Dan Buruh/Manajemen
Hubungan antara para manajer dan karyawan mereka harus ditangani secara
efektif apabila para karyawan dan organisasi ingin sukses bersama. Apakah
beberapa karyawan diwakili oleh satu serikat pekerja atau tidak, hak karyawan
harus disampaikan. Merupakan suatu hal yang penting untuk mengembangkan,
mengkomunikasikan, dan meng-update kebijakan dan prosedur SDM hingga
para manajer dan karyawan sama – sama tahu apa yang diharapkan.
2.3.3 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Secara umum fungsi-fungsi operasional Manajemen Sumber Daya Manusia
menurut Panggabean (2002, p16) adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan tenaga kerja
Fungsi pengadaan tenaga kerja yang dikenal juga sebagai fungsi pendahuluan
terdiri dari :
17
a. Analisis pekerjaan
Analisis pekerjaan merupakan suatu proses penyelidikan yang sistematis
untuk memahami tugas-tugas, keterampilan, dan pengetahuan yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dalam sebuah organisasi.
b. Perencanaan tenaga kerja
Perencanaan tenaga kerja adalah suatu proses penyediaan tenaga kerja dalam
kuantitas dan kualitas yang diperlukan oleh sebuah organisasi pada waktu
yang tepat agar tujuannya dapat dicapai.
c. Penarikan tenaga kerja
Penarikan tenaga kerja merupakan sebuah proses yang bertujaun untuk
memperoleh sejumlah calon pegawai yang memenuhi persyaratan
(berkualitas). Proses ini diawali dengan pemahaman akan adanya lowongan,
tugas-tugas yang dikerjakan, kualifikasi dan sistem kopensasi, seperti evaluasi
pekerjaan dan survey upah dan gaji.
d. Seleksi
Proses penarikan dan seleksi peneriaan pegawai bertujuan untuk mendapatkan
pegawai yang dapat membantu tercapainya tujuan perusahaan atau usaha
untuk memperoleh jumlah tenaga kerja yang diperlukan unutk mencapai
tujuan organisasi. Sasaran dari pengadaan adalah untuk memperoleh sumber
daya manusia dalam jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia yang tepat
bagi organisasi.
18
2. Pengembangan pegawai
Pengembangan pegawai dapat dilakukan melalui proses orientasi, pelatihan,
dan pendidikan. Pada hakikatnya yang ditujukan untuk menyesuaikan
persyaratan atau kualifikasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pekerjaannya dengan kualifikasi yang dimilki pegawai sekarang.
3. Perencanaan dan pengembangan karir
Hal ini terdiri dari atas pengertian karir, perencanaan karir, dan
pengembangan karir. Karir dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian
aktivitas kerja yang terpisah, tetapi berhubungan dan memberikan
kesinambungan, keteraturan, dan arti kehidupan bagi seseorang. Perencanaan
karir adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang memilih tujuan karir
dan mengenali cara atau jalur untuk mencapai tujuan tersebut. Pengembangan
karir adalah suatu pendekatan formal yang diambil dan digunakan organisasi
untuk menjamin agar orang-orang dengan kecakapan dan pengalaman yang
layak yang tersedia ketika dibutuhkan.
4. Penilaian kinerja
Penilaian prestasi merupakan sebuah proses yang ditujukan untuk
memperoleh informasi tentang kinerja pegawai. Informasi ini dapat digunakan
sebagai input dalam melaksanakan hampir semua aktivitas manajemen sumber
daya manusia lainnnya, yaitu promosi, kenaikan gaji, pengembangan, dan
pemutusan kerja.
19
5. Kompensasi
Merupakan segala bentuk penghargaan (outcomes) yang diberikan oleh
organisasi kepada pegawai atas kontribusi (inputs) yang diberikan kepada
organisasi. Kompensasi terdiri atas gaji pokok, insentif dan kesejahteraan
pegawai.
6. Keselamatan dan kesehatan kerja
Keselamatan kerja meliputi perindungan pegawai dari kecelakaan di tempat
kerja, sedangkan kesehatan merujuk kepada kebebasan pegawai dari penyakit
secara fisik dan mental.
7. Pemutusan hubungan kerja
Pemutusan hubungan kerja dapat didefinisikan sebagai pengakhiran hubungan
antara pekerja dan pengusaha sehingga berakhir pula hak dan kewajiban di
antara mereka. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam alasan.
2.4 Pelatihan
2.4.1 Pelatihan
Menurut Mathis, Jackson (2006, p.301), Pelatihan yaitu proses dimana orang
mendapatkan kapabilitas untuk mendapatkan pencapaian tujuan-tujuan
organisasional.
Menurut Herman Sofyandi (2008, p.113), Pelatihan adalah suatu program
yang diharapkan dapat memberikan rangsangan atau stimulasi kepada seseorang
untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam pekerjaan tertentu dan
20
memperoleh pengetahuan umu dan pemahaman terhadap keseluruhan lingkungan
kerja dan organisasi.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pelatihan adalah Suatu program untuk
memberikan kapabilitas kepada seseorang untuk meningkatkan kemampuannya
dalam mencapai suatu tujuan.
2.4.2 Tujuan Pelatihan
Menurut Mathis, Jackson (2006, p.312), Tujuan Pelatihan ada 3 jenis yang
dapat ditetapkan yaitu sebagai berikut:
1. Pengetahuan : menanamkan informasi kognitif dan perincian untuk peserta
pelatihan.
2. Keterampilan : mengembangkan perubahan perilaku dalam menjalankan
kewajiban, pekerjaan dan tugas.
3. Sikap : menciptakan ketertarikan dan kesadaran akan pentingnya pelatihan.
Keberhasilan dari pelatihan harus diukur dalam hubungannya dengan
serangkaian tujuan karena pelatihan jarang mempunyai anggaran tidak
terbatas dan organisasi mempunyai banyak kebutuhan pelatihan, maka
diperlukan adanya penetapan prioritas.
2.4.3 Jenis Pelatihan
Menurut Mathis, Jackson (2006, p.318), menyatakan bahwa Pelatihan dapat
dirancang untuk memenuhi sejumlah tujuan berbeda dan dapat diklasifikasikan
kedalam berbagai cara. Beberapa pengelompokan yang umum meliputi:
1. Pelatihan yang dibutuhkan dan rutin: dilakukan untuk memenuhi berbagai
syarat hukum yang diharuskan dan berlaku sebagai pelatihan untuk semua
karyawan (orientasi karyawan baru).
21
2. Pelatihan pekerjaan atau teknis: memungkinkan para karyawan untuk
melakukan pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab mereka dengan baik
(misalnya: pengetahuan tentang produk, proses dan prosedur teknis, dan
hubungan pelanggan).
3. Pelatihan antarpribadi dan pemecahan masalah: dimaksudkan untuk mengatasi
masalah operasional dan antarpribadi serta meningkatkan hubungan dalam
pekerjaan organisasional (misalnya: komunikasi antarpribadi,
keterampilanketerampilan manajerial atau kepengawasan dan pemecahan
konflik).
4. Pelatihan perkembangan dan inovatif: menyediakan fokus jangka panjang
untuk meningkatkan kapabilitas individual dan organisasional untuk masa
depan (misalnya: praktik-praktik bisnis, perkembangan eksekutif dan
perubahan organisasional).
2.4.4 Sasaran Pelatihan
Menurut Veithzal dan Sagala (2009, p.214), pada dasarnya setiap kegiatan
yang terarah tentu harus mempunyai sasaran yang jelas, memuat hasil yang ingin
dicapai dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Demikian pula dengan program
pelatihan. Hasil yang ingin dicapai hendaknya dirumuskan dengan jelas agar
langkah – langkah persiapan dan pelaksanaan pelatihan dapat diarahkan untuk
mencapai sasaran yang ditentukan. Oleh karena itu sasaran pelatihan
dikategorikan ke dalam beberapa tipe langkah laku yang diinginkan, antara lain:
1. Kategori Psikomotorik, meliputi pengontrolan otot – otot sehingga orang dapat
melakukan gerakan – gerakan yang tepat. Sasarannya adalah agar orang
tersebut memiliki keterampilan fisik tertentu.
22
2. Kategori Afektif, meliputi perasaan, nilai, dan sikap. Sasaran pelatihan dalam
kategori ini adalah untuk membuat orang mempunyai sikap tertentu.
3. Kategori Kognitif, meliputi proses intelektual seperti mengingat, memahami,
dan menganalisis. Sasaran pelatihan pada kategori ini adalah untuk membuat
orang mempunyai pengetahuan dan keterampilan berpikir.
2.5 Penilaian
2.5.1 Penilaian
Menurut Mathins dan Jackson (2006, p378), Kinerja (performance) adalah
apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja karyawan yang
umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi elemen sebagai berikut : kuantitas
dari hasil, kualitas dari hasil, ketepatan waktu dari hasil, kehadiran, dan
kemampuan bekerja sama.
Menurut Kreitner dan Kinicki (2008, p36), kinerja adalah nilai dari
sekelompok perilaku karyawan yang berkontribusi, baik positif atau ngeatif,
terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Hasibuan (2007, p.87), Penilaian Prestasi adalah kegiatan manajer
untuk mengevaluasi perilaku prestasi kerja karyawan serta menetapkan
kebijaksanaan selanjutnya. Penilaian perilaku yang dimaksud yaitu kesetiaan,
kejujuran, kepemimpinan, kerja sama, loyalitas, dedikasi, dan partisipasi
karyawan. Penilaian prestasi kerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan
standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan.
Menurut Hasibuan (2007, p.94), Prestasi Kerja merupakan hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas – tugas yang dibebankan
23
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta
waktu.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja adalah segala sesuatu yang
dilakukan karyawan yang melakukan kontribusi bagi organisasi baik positif atau
negatif, baik yang dilakukan maupun tidak dilakukan, demi mencapai tujuan
yang telah ditetapkan organisasi pada periode tertentu yang telah ditetapkan.
sedangkan Penilaian Prestasi Kerja adalah penilaian hasil kerja yang dilakukan
oleh perusahaan untuk mengetahui skill yang dimiliki oleh seorang karyawan
dan setelah itu perusahaan berhak memutuskan apakah karyawan itu berhak
dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi lagi.
2.5.2 Tujuan dan Kegunaan Penilaian Prestasi Karyawan
Menurut Hasibuan (2007, p.89), penilaian prestasi karyawan berguna untuk
perusahaan serta bermanfaat bagi karyawan. Tujuan dan kegunaan penilaian
prestasi karyawan sebagai berikut:
1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi,
demosi, pemberhentian, dan penetapan, besarnya balas jasa.
2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses dalam
pekerjaannya.
3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan di dalam
perusahaan.
4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal
kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja, dan
peralatan kerja.
24
5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan
yang berada didalam organisasi.
6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai
tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.
7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiaskan para atasan (supervisor,
managers, administrator) untuk mengobservasikan perilaku bawahan
(subordinate) supaya diketahui minat dan kebutuhan – kebutuhan
bawahannya.
8. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan – kelemahan di
masa lampau dan meningkatkan karyawan selanjutnya.
9. Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.
10. Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan – kelemahan personal dan
dengan demikian bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan agar bisa
diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan.
11. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan.
12. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan (job
description).
2.5.3 Proses Penilaian dan Pengukuran Kinerja
Fred Steingold berpendapat (2009, p49), “To keep the evaluation process as
consistent and objective as possible, devise an evaluation form that you can use
with all employees in the same job category. The form should focus on how well
the employee has performed the various duties of the job. Fill in the form before
you meet with the employee.” Dengan terjemahan “Untuk menjaga agar proses
evaluasi sekonsisten dan seobjektif mungkin, rencanakan form penilaian
25
(evaluasi) yang dapat digunakan untuk seluruh pekerja dalam kategori pekerjaan
yang sama. Form tersubut harus diisi sebelum menemui pekerja yang
bersangkutan.
Menurut Donald Kirkpatrick (2006, p17), “This is the evaluation or
judgement of how well the job has been done. It is always done by supervisor
with or without input from other people.” Dengan terjemahan “Penilaian ini
digunakan untuk mengevaluasi seberapa baik suatu pekerjaan dilakukan. Hal ini
biasanya dilakukan oleh supervisor dengan atau tanpa masukan dari orang lain.
Menurut George dan Scott (2009, p370), pengukuran prestasi (performance)
dapat dilakukan oleh, manager/supervisor appraisal, peer appraisal, ataupun
team appraisal.
Menurut Pantja Djati dan Khusaini dalam jurnal Manajemen &
Kewirausahaan yang berjudul Kajian Terhadap Kepuasan Kompensasi,
Komitmen Organisasi dan Prestasi Kerja (2003:25-41) menyatakan bahwa
prestasi kerja karyawan akan meningkat jika perusahaan dapat memenuhi
kebutuhan karyawannya baik secara materiil dan non – materill maka akan
meningkatkan prestasi kerja karyawan di perusahaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa formulir evaluasi harus terlebih dahulu dibuat
secara konsisten sehingga dapat digunakan oleh semua karyawan pada kategori
pekerjaan yang sama dan akan diisi oleh supervisor atau oleh masing-masing
karyawan. Namun biasanya penentuan prestasi (performance) karyawan
dilakukan oleh supervisor atau manajer.
26
2.6 Penggajian
2.6.1 Penggajian
Menurut Warren et al. (2008, p489) “In accounting, payroll refers to the
amount paid employees for services they provided during the period.” Dapat
diterjemahkan menjadi “Dalam akuntansi, istilah gaji diartikan sebagai jumlah
tertentu yang dibayarkan kepada karyawan untuk jasa yang diberikan selama
periode tertentu.”
Menurut Winarni dan Sugiyarso (2006, p16), “Gaji merupakan balas jasa yang
dibayarkan kepada pemimpin-pemimpin, pengawas-pengawas, pegawai tata-
usaha dan pegawai-pegawai kantor serta para manager lainnya. Jumlah
Pembayaran gaji biasanya ditetapkan secara perbulan.”
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Gaji merupakan imbalan yang diberikan
perusahaan kepada karyawan atas jasa yang dilakukan.
2.6.2 Fungsi Penggajian
Berdasarkan pendapat Romney dan Steinbart (2006, p.516) “A second major
function of the AIS in the HRM/payroll cycle is to provide adequate internal
controls to ensure meeting the following objectives :
1. All payroll transactions are properly authorized.
2. All recorded payroll transactions are valid.
3. All valid, authorized payroll transactions are accurately recorded.
4. All payroll transactions are accurately recorded.
5. Aplicable government regulations regarding remittance of taxes and filing
of payroll and HRM reports are met.
6. Assests (both cash and data) are safeguarded from loss or theft.
27
7. HRM/payroll cycle activities are performed efficiently and effectively.”
“Fungsi utama kedua dari SIA pada siklus HRM / penggajian untuk
menghasilkan pengendalian internal yang memadai pada tujuan berikut :
1. Semua transaksi penggajian harus diotorisasi.
2. Semua transaksi penggajian yang disimpan harus benar.
3. Semua transaksi penggajian yang benar dan diotorisasi harus disimpan.
4. Semua transaksi penggajian disimpan secara akurat.
5. Laporan penggajian harus sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.
6. Aset (kas dan data) harus disimpan secara aman dari kehilangan dan
pencuri.
7. Aktivitas siklus penggajian / HRM harus efisien dan efektif.”
2.7 Pajak Penghasilan
2.7.1 Pengertian Pajak Penghasilan
Menurut Muhammad Rusjdi (2006, p.2) “Pajak Penghasilan adalah :
1. Pajak sebagai Pajak Subjektif
Pajak Penghasilan (PPh) tergolong sebagai Pajak Subjektif yaitu pajak yang
mempertimbangkan keadaan pribadi Wajib Pajak sebagai factor utama dalam
pengenaan pajak.
2. PPh sebagai Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang dikenakan terhadap orang yang harus
menanggung dan membayarnya.
28
3. PPh sebagai Pajak Pusat atau Pajak Negara
Menurut Undang-Undang 1945 pasal 23A ditentukan bahwa : “Pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
Undang-Undang.”
2.7.2 PPh Pasal 21
Berdasarkan UU RI No. 36 tentang Pajak Penghasilan, Ketentuan Pasal 21 ayat
(1) sampai ayat (5), dan ayat (8) diubah, serta di antara ayat (5) dan ayat (6)
disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (5a) sehingga Pasal 21 berbunyi sebagai
berikut :
(1) Berdasarkan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan dengan nama dan bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh :
a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
b. Bendaharawan pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain, sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan.
c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun.
29
d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas.
e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan.
(2) Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan
pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah badan perwakilan
negara asing dan organisasi-organisasi internasional.
(3) Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap
bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan
atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan Peratutan Menteri
Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak.
(4) Penghasilan pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya
yang dipotong pajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi bagian
penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan
dengan Peraturan Menteri Keuangan.
(5) Tarif pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) kecuali
ditetapkan lain dengan Peraturan Pemerintah.
(5a) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang diterapkan
terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih
30
tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib
Pajak yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
(6) Dihapus
(7) Dihapus
(8) Ketentuan mengenai petunjuk pelaksanaan pemotongan pajak atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2.7.3 Penerima penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 21
Penerima penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:
1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari Negara
asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada
dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat:
- Bukan warga begara Indonesia dan
- Tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di
Indonesia.
2. Pejabat pewakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 611/KMK.04/1994 tanggal 23
Desember 1994 sepanjang bukan warga negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan di Indonesia.
31
2.7.4 Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
Penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 yaitu sebagai berikut:
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pension
secara teratur berupa gaji, uang pension bulanan, upah, honorium (termasuk
honorium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi
bulanan, uang lembur, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan isteri,
tunjangan anak, tunjangan pajak, tunjangan iuran pension, tunjangan
pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja dan
penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pension atau
mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem gratifikasi,
tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi
tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap.
3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan yang diterima
atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku
harian mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan atau
pemagangan yang mrupakan calon pegawai.
4. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, uang
pesangon dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan
hubungan kerja.
32
5. Honorium uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam
bentuk apapun komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri.
6. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan
honorium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh
Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pension dan tunjangan-
tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh
pensiunan termasuk janda atau duda atau anak-anaknya.
2.7.5 Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
Yang tidak termasuk penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 yaitu:
1. Pembayaran asuransi pada asuransi kecelakaan, asuransi kesehatan, asuransi
jiwa, asuransi beasiswa, dan asuransi dwiguna.
2. Iuran pensiun yang dibayar kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
dilakukan oleh Menteri Keuangan dan Iuran Jaminan Hari Tua kepada badan
penyelenggara Jamsostek yang dibayarkan oleh pemberi kerja.
3. Penerima dalam bentuk natura dan kenikmatan kecuali bentuk natura yang
diatur dalam Keputusan Dirjen Pajak.
4. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lain dengan nama apapun
yang diberikan oleh pemerintah.
5. Pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja.
33
6. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga atau badan
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.
2.7.6 Kewajiban Pemotong Pajak PPh Pasal 21
Kewajiban daripada pemotong pajak PPh Pasal 21 yaitu:
1. Pemotong pajak pasal 21 wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21
(KP.PPh.2.1/BP-95) baik diminta maupun tidak pada saat dilakukannya
pemotongan pajak kepada orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap,
penerima uang tebusan pensiun, penerima THT, penerima pesangon, dan
penerima dana pensiun iuran pasti.
2. Pemotong Pajak PPh Pasal 21 wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh
Pasal 21 tahunan (form 1721-A1 atau 1721-A2) kepada pegawai tetap,
termasuk penerima pensiun bulanan dalam waktu dua bulan setelah tahun
takwim berakhir.
3. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun
takwim, maka Bukti Pemotongan (form 1721-A1 atau 1721-A2_ diberikan
oleh pemberi kerja selambat-lambatnya satu bulan setelah pegawai yang
bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun.
4. Penerima penghasilan wajib menyerahkan surat pernyataan kepada Pemotong
Pajak Pasal 21 yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan
tahun takwim atau pada permulaan menjadi Subyek Pajak dalam negeri.
34
5. Untuk melaksanakan kewajiban PPh Pasal 21, Pemotong Pajak PPh Pasal
21/pemberi kerja agar menggunakan Buku Petunjuk Pemotongan PPh Pasal
21.
2.7.7 Penghasilan Tidak Kena Pajak
Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dari Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah Penghasilan
Tidak Kena Pajak. Di samping untuk dirinya, kepada Wajib Pajak yang sudah
kawin diberikan tambahan Penghasilan tidak Kena Pajak per tahun sesuai dengan
pasal 7 ayat (1) UU RI No 36 tahun 2008, diberikan paling sedikit sebesar:
1. Rp 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah)
untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.
2. Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk
Wajib Pajak yang kawin.
3. Rp 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah)
tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami.
4. Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan
lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak
3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. Penetapan ketentuan sebagaimana
35
dimaksud pada ayat 1 ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau
awal bagian tahun pajak.
2.7.8 Tarif Pajak Penghasilan
Sesuai dengan pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 36 tentang
Pajak Penghasilan, besarnya tarif pajak yang ditetapkan atas Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri disajikan dalam tabel berikut:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
5 % (lima persen)
Diatas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
15 % (lima belas persen)
Diatas Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
25 % (dua puluh lima persen)
Diatas Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
30 (tiga puluh persen)
Tabel 2.1 Tarif Pajak Penghasilan pasal 21
2.8 Analisis dan Perangcangan Berorientasi Object
Menurut Mathiassen (2000, p12), analisis dan perancangan berorientasi objek
merupakan kumpulan dari petunjuk-petunjuk umum untuk menyelesaikan analisis
dan perancangan.
Menurut Mathiassen (2000, p14), analisis dan perancangan berorientasi objek
meliputi empat perspektif melalui empat aktivitas utama yaitu analisis problem
domain, analisis application domain, architectural design, dan component design.
36
Menurut Mathiassen et al. ( 2000, p.5 ), keuntungan dari OOAD adalah :
‐ Menyediakan informasi yang jelas mengenai konteks sistem
‐ Suatu metode yang mempunyai hubungan diantara :
a. Analisis berorientasi objek,
b. Desain berorientasi objek,
c. Tampilan berorientasi objek, dan
d. Pemrograman berorientasi objek.
- Merupakan konsep yang umum yang dapat di gunakan untuk memodel
hampir smua fenomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa umum
(natural language)
- Mengurangi biaya maintenance
- Memudahkan untuk mencari hal yang akan diubah
- Membuat perubahan menjadi local, tidak bepengaruh pada modul yang
lainnya
Notasi standar yang digunakan dalam OOAD adalah UML ( Unified Modelling
Language). UML hanya berfunsi sebagai notasi dan bukan sebagai metode dalam
melakukan modeling.
2.8.1 Objek
Menurut Mathiassen (2000, p4), “Objek adalah suatu entitas dengan
identitas, keadaan (tingkatan hidup) dan tingkah laku”. Objek merupakan dasar
dalam Object Oriented Analysis and Design (OOA&D). Setiap objek
digambarkan secara terkelompok (kumpulan) karena ada beberapa objek yang
memiliki sifat atau fungsi yang sama yang dikenal dengan istilah class. Class
37
adalah suatu deskripsi atas kumpulan objek yang saling menggunakan struktur,
pola tingkah laku, dan atribut secara bersama-sama.
2.8.2 System Definition
Menurut Mathiassen et al. ( 2000, p.37 ), System definition adalah suatu
gambaran secara umum bagaimana suatu sistem berjalan dalam perusahaan.
Dalam pembuatan system definition, maka perlu diperhatikan FACTOR
criterion. Masing-masing huruf dari kata “FACTOR” tersebut mengacu pada
elemen kunci dari system definition. Menurut Mathiassen et al (2000, p40),
kriteria FACTOR terdiri dari 6 elemen, yaitu sebagai berikut:
• Functionality: Fungsi sistem yang mendukung tugas-tugas application domain
• Application domain: Bagian organisasi yang mengadministrasikan,
memonitor, dan mengontrol problem domain.
• Condition: Kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan
• Technology: Mencakup teknologi yang akan digunakan untuk
mengembangkan sistem dan teknologi dimana sistem akan dijalankan.
• Objects: Objek utama dari problem domain.
• Responsibility: Tanggung jawab keseluruhan dari sistem dalam hubungannya
dengan konteks.
2.8.3 Rich Picture
Menurut Mathiassen et al. ( 2000, p.25 ), Rich Picture merupakan sebuah
gambaran informal yang digunakan oleh pengembang sistem untuk menyatakan
pemahaman mereka terhadap situasi dari sistem yang sedang berlangsung. Rich
picture juga dapat digunakan sebagai alat yang berguna untuk memfasilitasi
38
komunikasi yang baik antara pengguna dalam sistem. Jadi rich picture
menggambarkan proses bisnis didalam suatu perusahaan, yang di dalamnya
dapat terdiri dari orang, benda, peraturan dan organisasi.
2.8.4 The Factor Criteria
Menurut Mathiassen et al. (2000,p.39), Kriteria FACTOR terdiri dari
enam elemen, sebagai berikut :
- Functionality
Berkaitan dengan fungsi sistem yang mendukung tugas application-domain
- Application Domain
Berkaitan dengan bagian dari suatu organisasi yang mengadministrasi,
memonitor, ataupun mengendalikan problem domain
- Conditions
Berkaitan dengan kondisi yang bagaimana system akan dikembangkan dan
digunakan
- Technology
Berkaitan dengan semua teknologi yang digunakan untuk mengembangkan dan
menjalankan sistem dan teknologi
- Objects
Berkaitan dengan object – objek utama di dalam problem domain
- Resp
Berk
hubu
2.8.5
focus
mode
meng
dalam
1. M
e
2. M
a
3. F
posibility
kaitan denga
ungannya den
5 Problem
Menurut
s pada infor
el dari prob
ggambarkan
m 3 aktivitas
Memilih obj
elemen dari m
Membangun
antara class-c
Focus pada p
an tanggung
ngan kontek
Domain An
Mathiassen
rmasi yang
blem domai
n kebutuhan
s yaitu:
jek-objek, c
model probl
model deng
class dan ob
properti dina
Gambar 2.
jawab siste
ks sistem
nalysis
( 2000, p.4
akan terliba
n inilah y
n-kebutuhan
class-class,
lem domain.
gan focus k
bjek-objek ya
amik dari obj
1 Aktivitas d
m (kegunaa
45 ), Problem
at dalam sis
ang menyed
kepada sist
dan even
kepada hubun
ang telah ter
jek.
dalam Probl
an) secara ke
m domain a
stem. Hal in
diakan sebu
tem. Analis
nt-event yan
ngan-hubun
rpilih.
lem Domain
eseluruhan d
analysis mem
ni penting k
uah bahasa u
sis ini dibag
ng akan me
gan structur
39
dalam
miliki
karena
untuk
gi ke
enjadi
ral di
40
2.8.6 Classes
Menurut Mathiassen et al. ( 2000, p.53 ), Class adalah kumpulan dari
objek yg mempunyai structure, behavior pattern dan attribut yang bersamaan
untuk memanipulasi atau mengelolah attribute. Kegiatan class merupakan
kegiatan pertama dalam analisis problem domain. Langkah – langkah dalam
menentukan class, terdiri dari : abstraksi fenomena dari problem domain dalam
objek dan event, klasifikasikan objek dan event, memilih class dan event yang
akan dipelihara informasinya oleh sistem.
Event merupakan kejadian secara terus menerus yang melibatkan satu
atau lebih objek. Kriteria untuk menentukan event, yaitu
- Apakah event itu instant?
jika tidak ,maka kita perhatikan dengan mulai dan berhentinya suatu event,
dan mungkin event diantaranya.
- Apakah event atomic?
jika mempunyai sub-event, gantikan event utama dengan sub-event
- Apakah event dapat diindentifikasi pada saat terjadi?
bagaimana kita tahu bahwa events tersebut sudah terjadi
Pemilihan class tersebut bertujuan untuk mendefinisikan dan membatasi
problem domain. Sementara pemilihan kumpulan event yang dialami atau
dilakukan oleh satu atau lebih objek bertujuan untuk membedakan tiap – tiap
kelas dalam problem domain.
Kegiatan class akan menghasilkan suatu event table.
41
Tabel 2.2 Contoh Event Table
2.8.7 Structure
Menurut Mathiassen et al. ( 2000, p.69 ), Structure adalah hubungan
antara class dengan object pada problem domain secara keseluruhan. Structure
bertujuan untuk menggambarkan hubungan terstruktur antara classes dan object
dalam problem domain. Menurut Mathiassen (2000, p72-77) terdapat 4 jenis
structure yang dapat digunakan dalam pembuatan model problem domain yaitu:
a. Generalisasi : hubungan di mana sebuah class umum menggambarkan
property-property umum dari sekumpulan class-class khusus.
Gambar 2.2 Contoh Generalisasi
b. Cluster : sebuah kumpulan dari class-class yang saling berhubungan. Natasi
grafik dari cluster adalah gambar file folder yang didalamnya terdiri atas
class-class yang biasanya class-class tersebut terhubung melalui structure,
generalisasi dan agregasi.
Class Events
reserved cancelled treated employed resigned graduated agreed
Customer X X X
Assistant X X X X X
Apprentice X X X X
Reservation X X X
Plan X X
42
Gambar 2.3 Contoh Cluster
c. Agresasi : hubungan antara dua atau lebih objek di mana objek yang superior
(keseluruhan) terdiri atas beberapa objek inferior (bagian). Agregasi
digambarkan sebagai sebuah garis antara class-class yang bersifat superior
dan inferior, di mana pada salah satu ujung garis diberi tanda belah ketupat
untuk menandakan bahwa class yang berada pada ujung garis tersebut
merupakan class yang superior.
Gambar 2.4 Contoh Agregasi
d. Asosiasi: Hubungan yang memiliki arti di antara beberapa objek. Agregasi
digambarkan sebagai sebuah garis sederhana di antara class-class yang
relevan.
Gambar 2.5 Contoh Asosiasi
2.8.8
Menu
terak
yang
Beha
berhu
utam
patte
diagr
Beha
pada
Cara
-
suatu
-
a) s
8 Behavior
urut Mathia
khir dalam a
g terjadi ( pr
avior berhu
ubungan de
ma dalam ke
ern ) dan atr
ram.
avior Pattern
a smua obje
a menentukan
Suatu be
u pemesanan
Tentukan
sequence
r
assen et al.
analisa prob
rilaku dinam
ubungan den
ngan fungs
egiatan ini a
ribut dari se
Gambar
n adalah sua
ek di dalam c
nnya, yaitu :
ehavior dala
n peristiwa te
n notasi dalam
dimana even
( 2000, p.8
lem domain
mis ) dalam p
ngan sesuat
si yang dila
adalah meng
etiap class. H
r 2.6 Contoh
tu deskripsi
class.
:
am objek di
ertentu dalam
m behaviora
nt muncul sa
89 ), behavio
n yang bertuj
problem dom
tu yang dp
akukan pada
ggambarkan
Hasil dari k
h Statechart D
dari kemung
gambarkan
m waktu ke w
al pattern ya
atu per satu s
or merupaka
ujuan untuk
main sistem
pt dilakukan
a data objek
n pola prilak
kegiatan ini
Diagram
gkinan event
n seperti yg
waktu.
ang dapat ber
secara beruru
an kegiatan
memodelkan
sepanjang w
n objek dan
k (atribut). T
ku ( behavi
adalah state
t traces yg te
memperlih
rupa :
utan
43
yang
n apa
waktu.
n ini
Tugas
ioural
echart
erjadi
hatkan
44
b) selection dimana terjadi pemilihan satu event dari sekumpulan event yang
muncul
c) repeptition dimana sebuah event muncul sebanyak nol atau beberapa kali
(pengulangan).
Gambar 2.7 Aktivitas Dalam Behavioural Pattern
2.8.9 Application Domain Analysis
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.115 ), Application domain merupakan
suatu organisasi yang memonitor atau mengendalikan suatu daerah masalah
dimana terdapat interaksi antara user dengan sistemnya dan lebih kepada
aplikasinya serta mengindentifikasi kebutuhan – kebutuhan fungsi dan
interfacenya. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan
untuk fungsi dan interproses dari sistem atau bagaimana cara menggunakannya.
Fokusnya adalah pada apa yang dikerjakan sistem.
45
Application domain terdiri dari 3 aktivitas yaitu:
Tabel 2.3 Aktivitas dalam Application Domain Analysis ( Sumber : Mathiassen
et al. (2000, p.117)
Kegiatan Isi Konsep
Usage Bagaimana sistem
berinteraksi dengan
user dan dengan
sistem lain dalam
konteks?
Use case dan actor
Functions Bagaimana
kemampuan sistem
dalam memproses
informasi ?
Function
Interfaces Apa kebutuhan atau
persyaratan dari
interface sistem
yang ditargetkan ?
Interface, user
interface dan sistem
interface
Tabel 2.3 Aktivitas dalam Application Domain Analysis
2.8.1
appli
dalam
actor
sistem
2.8.1
fasili
aktiv
dari
meng
yang
tipe d
10 Usage
Menurut
ication dom
m konteks. T
r-actor / ya
m yang dituj
11 Function
Menurut
itas yang dig
vitas function
sebuah si
gidentifikasi
g kompleks,
dari function
Gambar
( Sumber
Mathiassen
main yang be
Tujuan dari k
ang merupak
ju.
n
Mathiassen
gunakan untu
n adalah un
istem. Prin
ikan seluruh
memeriksa
n, yaitu :
2.8 Applica
: Mathiassen
et al. ( 2000
erinteraksi d
kegiatan usa
kan penggun
n et al. ( 200
uk membuat
ntuk menentu
nsip – prin
h function,
konsistensi
ation domain
n et al. (200
0, p.119 - 12
dengan oran
age adalah u
na atau sist
00, p.138),
t model berg
ukan kemam
nsip yang
dan hanya
dengan use
n analysis
0, p.117 ))
1 ), Usage a
ng dan siste
untuk menen
tem lain ber
Function m
guna bagi ac
mpuan pemr
digunakan
menspesifik
ecase dan m
adalah bagian
em-sistem la
ntukan bagai
rinteraksi de
merupakan se
ctors. Tujuan
rosesan infor
adalah de
kasikan func
model. Terda
46
n dari
ain di
imana
engan
ebuah
n dari
rmasi
engan
ctions
apat 4
47
a. Update function, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh event dari problem
domain dan menghasilkan perubahan dalam state dari model tersebut.
b. Signal function, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh perubahan state dari
model yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks.
c. Read function, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh kebutuhan informasi
dalam pekerjaan actor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang
berhubungan dengan model.
d. Compute function, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh kebutuhan informasi
dalam pekerjaan actor dan berisi perhitungan yang melibatkan informasi yang
disediakan oleh actor atau model, hasilnya adalah sebuah tampilan dari hasil
perhitungan tersebut.
2.8.12 Interface
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.151), Interface merupakan suatu
fasilitas yang membuat suatu model dan fungsi – fungsi dari sistem yang tersedia
bagi actor. Menurut Mathiassen et al (2000, p.154-164),Interface terdiri dari 2
macam, yaitu:
a. User Interface, yang menghubungkan actor ( manusia ) dengan sistem. Terdapat
4 jenis pola dialog yang penting dalam menentukan interface pengguna, yaitu :
- Pola menu – selection, yang terdiri dari daftar pilihan yang mungkin dalam
interface pengguna.
- Pola fill – in, merupakan pola klasik untuk entry data
- Pola command – language, yang mana user memasukkan dan memulai format
perintah sendiri
48
- Pola direct manipulation, dimana user dapat memilih objek dan melaksanakan
function atas objek dan melihat hasil dari interaksi mereka tersebut dengan
segera.
b. Sistem Interface, yang menghubungkan sistem ( system actor ) dengan sistem
lain yang sedang dikembangkan. System actor tersebut dapat berupa external
device ( misalnya sensor, switch, dan lain – lain ) dan sistem computer yang
kompleks sehingga dibutuhkan suatu protocol komunikasi. System interface
dispesifikasikan sebagai class diagram dari external device dan sebagai protocol
dalam berinteraksi dengan sistem lain.
2.8.13 Sequence Diagram
Menurut Bennett (2006, p232-233), Sequence Diagram menggambarkan
interaksi antar objek di dalam dan di sekitar sistem (termasuk pengguna, display,
dan sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence
diagram terdiri atas dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (objek-objek
yang terkait). Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan
skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respon dari
sebuah event untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang men-
trigger aktivitas tersebut, proses dan perubahan apa saja yang terjadi secara
internal dan output apa yang dihasilkan. Masing-masing objek, termasuk actor,
memiliki lifeline vertical. Message digambarkan sebagai garis berpanah dari satu
objek ke objek lainnya. Pada fase desain berikutnya, message akan dipetakan
menjadi operasi/metode dari class. Activation bar menunjukkan lamanya
eksekusi sebuah proses, biasanya diawali dengan diterimanya sebuah message.
49
Untuk objek-objek yang memiliki sifat khusus, standar UML mendefinisikan
icon khusus untuk objek boundary, controller, dan persistent entity.
2.8.14 Architecture Design
Menurut Mathiassen et al. (2000, p.173 ), Kekuatan suatu sistem
ditentukan dari kekuatan desain arsitekturnya. Arsitektur membentuk sistem
yang sesuai dengan sistem tersebut dengan memenuhi kriteria desain tertentu.
Arsitektur berfungsi sebagai kerangka untuk pengembangan selanjutnya.
2.8.15 Criteria
Menurut Mathiassen (2000, p178), Criteria adalah penentuan property
yang diinginkan dari suatu arsitektur, sedangkan conditions adalah peluang atau
keterbatasan manusia, organisasi, dan teknis yang terlibat dalam menjalankan
tugas.
2.8.16 Component Architecture
Menurut Mathiassen (2000, p 191), Component architecture adalah
struktur sistem yang terdiri dari komponen yang saling berhubungan. Suatu
arsitektur komponen yang baik menunjukkan beberapa prinsip, yaitu mengurangi
kompleksitas dengan menbagi menjadi beberapa tugas, menggambarkan
stabilitas dari konteks sistem, dan memungkinkan suatu komponen dapat
digunakan pada bagian lain.
2.8.17 Process Architecture
Menurut Mathiassen (2000, p209), Process architecture adalah struktur
eksekusi sistem yang terdiri atau tersusun dari proses yang saling bergantung.
Tujuan dari aktivitas ini adalah mendefinisikan struktur sistem.
50
2.8.18 Component Design
Menurut Mathiassen (2000, p231), Tujuan dari component design adalah
untuk menentukan sebuah implementasi dari kebutuhan-kebutuhan dalam sebuah
kerangka arsitektur.
2.8.19 Model Component
Menurut Mathiassen (2000, p235), Model component adalah bagian
dari sistem yang mengimplementasikan model problem domain. Tugas utama
dari model component adalah untuk mempresentasikan event-event dengan
menggunakan mekanisme-mekanisme yang tersedia dalam bahasa pemrograman
berorientasi objek.
2.8.20 Function Component
Menurut Mathiassen (2000, p251), Function component adalah bagian
dari sebuah sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional. Operation
adalah sebuah proses yang ditetapkan pada sebuah class dan diaktifkan melalui
objek dari class tersebut. Terdapat empat tipe function, yaitu update, read,
compute, dan signal.