bab 1 sampai 3

Upload: willy-putra

Post on 15-Oct-2015

60 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Kisi Kisi Skripsi yang Gagal

TRANSCRIPT

BAB 1

PAGE 36

BAB 1

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangRumah sakit merupakan fasilitas sosial yang tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat, dan keberadaannya sangat diharapkan oleh masyarakat agar kesehatan tetap terjaga, oleh karena itu, rumah sakit mempunyai kaitan yang erat dengan kumpulan manusia atau masyarakat dan umumnya berada ditengah pemukiman penduduk yang cukup padat. Disisi lain keberadaan rumah sakit tersebut dapat menjadi pencetus konflik dengan masyarakat disekitarnya, akibat produk sampling yang dihasilkan dari aktivitas pelayanan sehari-hari, salah satu diantaranya adalah limbah cair. Sebagaimana diketahui air limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemar yang sangat potensial, karena mengandung senyawa organik yang cukup tinggi dan mengandung senyawa-senyawa kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan wabah penyakit terhadap masyarakat di sekitarnya. Melihat potensi dampak limbah cair rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat yang berada disekitar rumah sakit sangat besar; maka setiap rumah sakit diharuskan mengolah air limbah hingga Kualitas effluent memenuhi persyaratan baku mutu limbah cair untuk rumah sakit yang tercantum dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-58/MENLH/12/1995 tentang kualitas baku mutu limbah cair rumah sakit sebelum di buang ke badan air.Rumah sakit awal bros tangerang adalah rumah sakit umum swasta yang berada di wilayah kota tangerang dengan klasifikasi tipe kelas B, dan membantu pemerintah khususnya wilayah tangerang dan sekitarnya untuk melayani masyarakat dibidang kesehatan dengan melakukan kegiatan pelayanan kesehatan. Rumah sakit awal bross tangerang telah melakukan penanganan terhadap limbah cair dalam upaya untuk mencegah timbulnya wabah penyakit akibat limbah yang dihasilkan dari keseluruhan kegiatankegiatan sebagai sarana kesehatan masyarakat, dalam pengelolaannya menggunakan sistem Reaktor biologis putar (rotating biological contactor) disingkat RBC, akan tetapi proses pengolahan limbah cair yang dilakukan kadang kala tidak berjalan dengan baik sehingga berdasarkan hasil survai pendahuluan, penulis mendapatkan air hasil olahan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Awal Bross tangerang tampak keruh yang diperkirakan kandungan TSS masih diatas baku mutu yang telah ditentukan dan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Jakarta Kementrian Kesehatan pada tanggal 22 maret 2012 masih terdapat parameter yang tidak memenuhi baku mutu yang di tetepkan oleh kepmenlh RI No.58/Menlh/12/1995 yaitu BOD sebesar 77 mg/l, COD sebesar 209 mg/l, TSS 44 sebesar mg/l, dan NH3 bebas sebesar 7.93 mg/l dari uraian diatas penulis tertarik untuk membuat studi evaluasi terhadap instalasi pengolahan air limbah RS. Awal Bross Tangerang sebagai data awal untuk melakukan perbaikan.1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis dapat merumuskan suatu permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Bagaimanakah kinerja instalasi pengolahan air limbah di rumah sakit awal bros tangerang?1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari karya tulis ilmiah ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai kinerja instalasi pengolahan air limbah di rumah sakit awal bros tangerang tahun 2012.1.3.1 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :1. Menghitung kinerja tiap-tiap unit IPAL Existing2. Melakukan evaluasi kinerja unit IPAL di RS. Awal Bros Tangerang 1.4 Ruang Lingkup PenelitianRuang Lingkup pembahasan dititik beratkan pada pengamatan Sewage Treatment Plant (STP) di RS. Awal Bross Tangerang, hal tersebut meliputi: Menghitung dan evaluasi kinerja setiap unit IPAL di RS. Awal Bros Tangerang1.5 Manfaat PenelitianManfaat penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menambah wawasan, pemahaman, pengetahuan bagi penulis tentang pengolahan limbah cair di rumah sakit, sehingga dapat memberikan pengalaman bagi penulis,

2. Mengetahui aspek teknis maupun non teknis yang sangat mempengaruhi proses pengolahan limbah cair rumah sakit,

3. Bagi pihak rumah sakit sebagai bahan kepustakaan, referensi, ataupun bahan masukan tentang pengolahan limbah cair,

4. Menjadi kepustakaan bagi pihak akadmisi bila ingin melakukan penelitian lanjutan di tempat yang sama.1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami hasil dari penulisan ini, maka proposal karya tulis ilmiah ini disusun dengan kerangka sistematika penulisaan sebagai berikut : Bab 1Menguraikan pendahuluan yang meliputi latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, sistematika penulisan yang merupakan uraian singkat mengenai pembahasan dari tiap bab yang terdapat dalam penulisan skripsi ini.

Bab 2 Menguraikan tinjauan pustaka meliputi teori-teori yang berkenaan dan menunjang dengan penulisan karya tulis. Memuat teori-teori yang berhubungan dengan pokok pembahasan

Bab 3Menguraikan metode penelitian yang meliputi tentang jenis penelitian yang digunakan, lokasi penelitian, populasi, sampel, cara pengambilan data, pengolahan data, dan analisa data enguraikan kerangka teori, kerangka konsep penelitian, kerakteristik air limbah yang terpilih sebagai sampel, definisi operasional

Bab 4 Menguraikan gambaran umum tempat penelitian dan metoda penelitian yang digunakan.

Bab 5Menguraikan mengenai hasil penelitian yang diuraikan tentang Proses pengolahan air limbah dengan sistem Proses pengolahan air limbah dengan sIstem Rotating Biological Contactor (RBC), Menghitung dan evaluasi kinerja setiap unit IPAL di RS. Awal Bros Tangerang.

Bab 6Menguraikan pembahasan dari hasil yang di peroleh.

Bab 7Menguraikan penutup yang meliputi kesimpulan penelitian, serta memuat saransaran yang diberikan oleh penulis kepada pihak rumah sakit sebagai masukan sesuai dengan permasalahan yang ada

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA2.1 RUMAH SAKIT2.1.1 Pengertian Rumah SakitPengertian rumah sakit sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, yang dimaksud dengan rumah sakit adalah rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau apat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan Berdasarkan pernyataan diatas bahwa rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit yang dapat menjadi masalah kesehatan yang serius untuk itu diperlukan pencegahan dan penanganan yang baik dari segi sanitasi agar tidak dimungkinkan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan.2.1.2 Fungsi Rumah Sakit.Rumah sakit mempunyai fungsi sosial, antara lain dengan menyediakan fasilitas untuk merawat penderita yang kurang/kurang mampu yaitu sekurangkurangnya 75% dari kapasitas tempat tidur yang tersedia pada rumah sakit pemerintah, dan sekurang-kurangnya 25% dari kapasitas tempat tidur yang tersedia di Rumah Sakit Cengkareng. (Indonesia,Depkes, 1991:19).2.1.3 Pembagian Rumah Sakit

Pembagian rumah sakit menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1991:17-19). Dapat dibedakan berdasarkan bentuk pelayanan, status kepemilikan dan penyelenggaraannya, fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit umum pemerintah dan swasta.2.1.3.1 Berdasarkan Bentuk Pelayanan.Rumah sakit berdasarkan bentuk pelayanan rumah sakit dibagi menjadi sebagai berikut:

1. Rumah Sakit Umum (RSU), yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik.

2. Rumah Sakit Khusus (RSK), yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu.2.1.3.2 Berdasarkan Pemilikan dan Penyelenggaraannya Rumah sakit berdasarkan pemilikan dan penyelenggaranya rumah sakit dapat dikelompokan sebagai berikut:

1. Rumah Sakit Pemerintah yaitu rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan, Pemerintah Daerah, ABRI, dan Departemen lain termasuk BUMN.

2. Rumah Sakit Swasta yaitu rumah sakit yang diselenggarakan oleh yayasan yang sudah disyahkan sebagai badan hukum, badan hukum lain yang bersifat sosial.

2.1.3.3 Berdasarkan KlasifikasiKlasifikasi rumah sakit adalah pengelompokan rumah sakit berdasarkan kemampuan pelayanan kesehatan yang disediakan, sehingga dapat dijabarkan sebagai berikut:1. Kelas A yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spasifik dan sub-spesifik yang luas.

2. Kelas B yaitu RSU yang mempunyai kemampuan pelayanan medik spesialistik luas.

3. Kelas C yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesistik sekurang-kurangnya spesifik 4 dasar lengkap.

4. Kelas D yaitu RSU yang mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medis dasar.2.2 AIR LIMBAH2.2.1 Pengertian Air Limbah

Berbagai kepustakaan menyebutkan pengertian air limbah dalam istilah maupun atasan yang berbeda, namun secara umum mengandung pengertian yang sama. Batasan air limbah dari berbagai sumber dikemukakan sebagai berikut:

1. Okun dan Ponghis (1975,xii) menyatakan .......the word wastewater .......should be taken to mean all liquid domestic wastes (including sewage) and all industrial wastes discharged to public sewerage system, but not rain water or surface drainage. Yang artinya .......Kata limbah cair....... seharusnya dipakai untuk mengartikan semua limbah industri yang dibuang ke sistem saluran limbah cair, kecuali air hujan atau drainase permukaan.

2. Tchobanoglous dan Slliassen (1979,1) mendefininsikan limbah cair sebagai berikut: .......a combination of the liquid or water carried wastes removed from residences, institutions, and commercial and industrial establshments, together with such groundwater, surface water, and storm water as may be persent. Yang artinya: ....... gabungan cairan atau sampah yang terbawa air dari tempat tinggal, kantor, bangunan pedagangan, industri, serta air tanah, air permukaan, dan air hujan yang mungkin ada.

3. Menurut Environmental protection agency (Udin Djabu, 1990/ 1991 : 9) menyatakan bahwa :Wastewater is water carring dissolved or suspended solid from homes, farms, business, and industries. Yang artinya: Air limbah adalah air yang membawa bahan padat teralut atau tersuspensi dari tempat tinggal, kebun, bangunan perdagangan, dan industri.

4. Menurut Willgooso (Udin Djabu, 1990/1991:9) Menyatakan bahwa Waste water is carrying wastes from homes, business, and industries that is mixture of water and dissolved or suspended solids. Yang artinya: Air limbah adalah air yang membawa sampah dari tempat tinggal, bangunan, perdagangan, dan industri yang berupa campuran air dan bahan padat terlarut atau bahan tersuspensi.5. Menurut Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 122 tahun 2005 tentang pengelolahan air limbah domestik di Provinsi khusus Ibukota Jakarta. Menyatakan bahwa: Air limbah adalah air yang berasal dari sisa kegiatan proses produksi dan usaha lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali.

6. Menurut Sugiharto dalam bukunya Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah (1987:5) menyatakan bahwa: Air limbah adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga juga berasal dari limbah industri, air tanah, air permukaan serta air buangan lainnya.

Dari beberapa definisi air limbah tersebut, dapat disimpulkan bahwa air limbah merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspesi yang berasal dari aktifitas manusia sehari-hari atau kegiatan dalam rumah tangga, industri serta kegiatan manusia lainnya dan bersifat membahayakan makhluk hidup baik manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan, atau air hujan. Air tanah, air permukaan, dan air hujan pada kondisi tertentu masuk sebagai komponen air limbah, karena pada keadaan sistem saluran pengumpulan air limbah sudah rusak atau retak, air di alam itu dapat menyatu dengan komponen air limbah lainnya dan harus diperhitungkan upaya penanganannya.

2.2.2. Pengertian Air Limbah Rumah Sakit

Berbagai batasan yang dikemukakan mengenai pengertian air limbah rumah sakit, mencangkup sumber kegiatannya, beberapa batasan yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain :

Air limbah Rumah Sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi limbah domestik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian; limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal dari cucian luka, cucian darah; air limbah laboratorium; dan lain-lainnya.(Said, 1999:156)Jadi disimpulkan bahwa air limbah rumah sakit adalah semua buangan yang berbentuk cair dan berasal dari seluruh kegiatan yang berada di lingkungan rumah sakit.Air limbah rumah sakit dikategorikan sebagai limbah dosmestik, meskipun air limbah rumah sakit masih dimasukkan pada golongan air limbah domestik, tetapi perlu mendapatkan penanganan cermat, sebab limbah cair rumah sakit sangat potensial mencemari lingkungan sekitar.

2.2.2 Komposisi Air Limbah

Menurut Sugiharto dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah (1987:16) menjelaskan tentang komposisi air limbah sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat sesuai dengan sumber asalnya. Akan tetapi, secara garis besar zat-zat yang terdapat di dalam air limbah dapat dikelompokan, karakteristik air limbah dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) yaitu sebagai berikut :

Protein (65%) Butiran

Karbohidrat (25%) Garam

Lemak (10%) Metal

Senyawa kimia

Gambar 2.1 Bagan pengelompokan bahan yang terkandung di dalam air limbah2.2.4 Jenis dan Sumber Air Limbah Rumah Sakit

Sumber air limbah rumah sakit bervariasi sesuai dengan jenis dan kelas rumah sakit, dalam arti jenis dan frekuensi kegiatan yang dilakukan. Pada umumnya jenis dan sumber limbah rumah sakit menurut Departeman Kesehatan RI dalam buku Komponen Sanitasi Rumah Sakit Untuk Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi (1987:17) dibedakan menjadi 2 jenis yaitu,:

1. Limbah Cair Patologis

Yaitu limbah cair yang berupa sisa darah, urine, tinja, potongan biopsi, media perbenihan, sisa obat, sampah kimia lain atau radiologi, air pembersih dan lain sebagainya. Sumber limbah cair tersebut berhasal dari ruang perawatan, bersalin, operasi atau bedah, UGD, kamar mandi atau WC Instalasi Laboratorium dan ruang jenazah.2. Limbah Cair Non Patologis

Yaitu limbah cair berupa air buangan yang berasal dari dapur, kamar mandi, laundry, kantin, air hujan, tempat penampungan air (pada selokan halaman), air dari kegiatan ruang fisioterapi, ruang radioterapi atau diagnosik.

2.2.5 Sifat - Sifat Air Limbah

Menurut Sugiarto dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah,(1987:19). Sifat-sifat air limbah dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) yaitu sebagi berikut 1. Sifat Fisik

Menurut Mc Gaughey (1968) yang dikemukakan oleh Sugiarto dalam buku tentang dasar-dasar pengolahan air limbah halaman 24, sifat fisik air limbah terdiri dari suhu, kekeruhan, warna, bau, rasa, benda padat.a. Suhu

Suhu akan mempengaruhi badan air penerima bila terdapat perbedaan yang cukup besar. Temperatur air limbah mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta kehidupan dalam air. Pembusukan akan terjadi pada suhu yang lebih tinggi dan tingkatan oksidasi zat organik yang jauh lebih besar pada suhu yang tinggi, jika batas suhu yang mematikan terlampaui ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati. (Srikandi Fardiaz 1992:23)

b. Kekeruhan

Menurut Mc Gaughey dalam buku dasar-dasar pengolahan air limbah halaman 24, Kekeruhan dapat terjadi disebabkan karena benda-benda tercampur seperti limbah padat, garam tanah liat, bahan organik yang halus dari buah-buahan asli, algae, organisme kecil dan akan berpengaruh memantulkan sinar, jadi mengurangi produksi oksigen yang dihasilkan tanaman. Mengotori pemandangan dan mengganggu kehidupan.c. Warna

Menurut Mc Gaughey dalam buku dasar-dasar pengolahan air limbah halaman 24, Air yang terjadi perubahan warna dapat disebabkan oleh benda yang terlarut seperti sisa bahan organik dari daun dan tanaman (kulit,gula,besi), buangan industri. Pada umumnya terjadinya perubahan warna pada air tidak berbahaya dan berpengaruh terhadap kualitas keindahan air.

d. Bau

Bau air tergantung dari sumber airnya. Bau air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan air, baik yang hidup maupun yang sudah mati. Air yang berbau sulfat dapat disebabkan oleh reaksi sulfat dengan adanya bahan bahan organik dan mikroorganisme anaerobik. (Srikandi Fardiaz 1992:24)

e. Rasa

Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai rasa. Timbulnya rasa yang menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa yang menyimpang tersebut biasanya dihubungkan dengan baunya karena pengujian rasa air jarang dilakukan. Air yang mempunyai bau tidak normal dianggap mempunyai rasa tidak normal. Sebagai contoh, bau Fenol dari air buangan yang berasal dari pabrik gas, petrotrum dan plastik juga dianggap mempunyai rasa Fenol, dan bau Klor karena adanya senyawa khloramin (R-NH-CL atau R-N-CL) juga dianggap mempunyai rasa Khlor. (Srikandi Fardiaz: 1992: 24)

f. Benda Padat

Menurut McGaugey, Penyebab adanya benda padat pada air disebabkan oleh benda organik dan anorganik yang terlarut ataupun tercampur dan dapat mempengaruhi jumlah organik padat, garam, juga merupakan petunjuk pencemaran atau kepekaan limbah meningkat.2. Sifat Kimia

Sifat kimia disebabkan oleh adanya zat organik dan anorganik di dalam air buangan yang berasal dari buangan manusia dan aktifitas lainnya. Kandungan bahan kimia yang ada di dalam air limbah dapat merugikan lingkungan melalui berbagai cara. Beberapa zat organik dan anorganik sebagai berikut :

a. Zat organik yaitu : protein, karbohidrat, lemak, asam amino, deterjen dan pestisida.

b. Zat anorganik yaitu : Klorida, Nitrogen, Fosfor, Sulfur, Gas, logam berat.3. Sifat Bakteriologis Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir dalam semua bentuk air limbah, biasanya dengan kosentrasi 105 sampai 108 organisme/ml. Klasifikasi mikroorganisme yang ada didalam air limbah limbah adalah sebagai berikut binatang, tumbuh-tumbuhan dan protista. Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah merupakan kunci efisensi proses biologis. Bakteri juga berperan penting untuk mengevaluasi kualitas air. (Sakti Azhar Siregar 2005:21).

2.2.6. Parameter Dan Baku Mutu Limbah Cair

2.2.6.1 ParameterParameter air limbah adalah komponen yang terdapat dalam air limbah dan digunakan sebagai indikator (Djabu,1990/1991:130). Di dalam Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup KEP-58/MENLH/12/1995 tentang baku mutu limbah cairbagi kegiatan rumah sakit terdiri dari parameter BOD, COD, TSS, Amoniak, phospat, dan pHParameter yang di uji adalah sebagai berikut :a. BODBiochemical Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan Oksigen Biokimia (KOB) adalah ukuran kandungan bahan organik dalam limbah cair. KOB ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang diserap oleh sampel limbah cair akibat adanya mikroorganisme selama satu priode waktu tertentu, biasanya 5 hari, pada satu temperatur tertentu umumnya 20oC (Soeparman 2001:26)b. COD (Chemical Oxygen Demand)Berbagai batasan yang dikemukakan mengenai pengertian Chemical Oxygen Demand (COD), mencangkup kegunaannya didalam air , beberapa batasan yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain:Menurut Rump dan Krist yang dikutip oleh Putu Suardana (1988)Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen akan reaksi-reaksi kimia yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menjalankan reaksi-reaksi kimia atau jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa-senyawa organik dalam air.(2002 : 2)Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oxigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. (Wardhana,1995:92)c. TSS (Total Suspended Solid )

TSS (Total Suspended Solid) adalah jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada didalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron.(Sugiarto, 1987:7). d. NH3 BebasAmonia secara alami ada pada air permukaan dan air tanah serta air limbah. Sebagian besar terjadi dari uraian zat organik yang mengandung nitrogen oleh mikroorganisme dan dari hidrolosa urea. Secara alami juga merupakan hasil reduksi nitrat pada kondisi anaerob. Maka adanya amonia merupakan salah satu adanya pencemaran zat organik pada badan air.

e. PhosphorKeberadaan nitrogen yang dapat menstimulir peledakan pertumbuhan algae di perairan (algae bloom) dan dapat membentuk lapisan pada permukaan air yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari sehingga kurang menguntungkan bagi ekosistem perairan.f. pH

pH limbah cair adalah ukuran keasaman (acidity) atau kebasahan (alkalinity) limbah cair. pH menunjukan perlu atau tidaknya pengolahan pendahuluan (pretrretmant) untuk mencegah terjadinya gangguan pada proses pengolahan limbah cair secara konvensional. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pH limbah cair domestik adalah mendekati netral. (Soeparman 2001:26)

2.2.6.2 Baku Mutu

Baku mutu limbah cair rumah sakit adalah batas maksimum limbah cair yang diperbolehkan dibuang kelingkungan dari satu kegiatan rumah sakit. (Kep Menlh No.58 Tahun 1995 tentang Baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit mentri negara lingkungan hidup I:1(3))Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-58/MENLH/12/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit. Menetapkan peruntukkan limbah cair domestik yang boleh dibuang pada badan air, adapun baku mutu air limbah sebagai berikut:Tabel 2.1Baku Mutu Limbah Cair Rumah SakitPARAMETERSATUANKEP-58/MENLH/12/1995

Lampiran B

FISIKA

SuhuoC30

KIMIA

pHMg/L6 9

BOD5Mg/L30

CODMg/L80

TSSMg/L30

NH3BebasMg/L0.1

PO4Mg/L2

MIKROBIOLOGIK

MPN-Kuman Golongan Koli / 100 mlMg/L10,00

RADIOAKTIVITAS

32PBq/L7 x 103

35SBq/L2 x 103

45CaBq/L3 x 103

53CrBq/L7 x 103

47GaBq/L1 x 103

45SrBq/L4 x 103

90MoBq/L7 x 103

113SnBq/L3 x 103

123IBq/L1 x 103

131IBq/L7 x 103

192IrBq/L1 x 103

201TIBq/L1 x 103

Sumber: Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup Nomer KEP-58/MENLH/12/19952.2.7 Dampak Air Limbah

Sesuai dengan batasan dari air limbah yang merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa air limbah merupakan benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi, tidak berarti bahwa air limbah tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah ini tidak dikelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada.Menurut Sugiharto dalam buku yang berjudul dasar-dasar pengolahan air limbah dampak-dampak air limbah adalah sebagai berikut:1. Dampak air limbah terhadap kesehatan

Air limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta skhistosomiasis. Dan didalam air limbah banyak terdapat bakteri pathogen penyebab penyakit seperti Virus, Vibro kolera, Salmonella SPP, Shigella, Basillus anthraksis, dan lain-lain.2. Dampak air limbah terhadap kehidupan biotik

Dengan adanya zat pencemar yang ada didalam air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut didalam air limbah. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan didalam air yang membutuhkan oksigen terganggu.

3. Dampak air limbah terhadap keindahan

Pembuangan limbah yang menghasilkan minyak, lemak dan zat organik yang dibuang oleh perusahan. Apabila tidak diolah terlebih dahulu akan menibulkan bau dan berubahnya warna air, maka hal tersebut dapat menimbulkan gangguan pemandangan.4. Dampak air limbah terhadap kerusakan benda

Apabila air limbah mengandung gas Karbondioksida yang agresif, maka mau tidak mau akan mempercepat proses terjadinya karat pada benda yang terbuat dari besi serta buangan air kotor lainnya.2.3 Pengolahan Air Limbah

Unit pengolahan air limbah pada umumnya terdiri atas kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi. Seluruh proses tersebut bertujuan untuk menghilangkan kandungan padatan tersuspensi, koloid, dan bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut. IPAL yang baik hanya membutuhkan sedikit perawatan, aman dalam pengoperasian. Hanya memerlukan sedikit biaya, energi, dan hanya menghasilkan sedikit produk sampingan (misalnya lumpur). Berikut ini adalah beberapa kegiatan yang biasanya dipergunakan pada pengolahan air limbah berikut tujuan yang dilaksanakan ( Sugiharto, 1987: 95-96 ).

TABEL 2.2KEGIATAN PENGOLAHAN LIMBAH DAN TUJUANNYA

NoJENIS KEGIATANTUJUAN PENGOLAHAN

1PenyaringanUntuk menghilangkan zat padat

2PerajanganMemotong benda yang berada didalam air limbah

3Bak Pengendap PasirMenghilangkan pasir dan koral

4Bak Penangkap LemakMemisahkan benda terapung

5Tangki EkualisasiMelunakkan air limbah

6NetralisasiMenetralkan asam dan basa

7Pengendapan / PengapunganMenghilangkan benda tercemar

8Reaktor Lumpur Aktif / AerasiMenghilangkan bahan organic

9Karbon AktifMenghilangkan bau, benda yang tidak dapat di uraikan

10Pengendapan KimiawiUntuk mengendapkan fosfat

11Nitrifikasi/denitrifikasiMenghilangkan nitrat secara biologis

12Air StrippingMenghilangkan amoniak

13Pertukaran IonMenghilangkan jenis zat tertentu

14Saringan PasirMenghilangkan zat padat yang lebih kecil

15Osmosios/ elektrodialisisMenghilangkan zat terlarut

16DesinfeksiMembunuh mikroorganisme

Sumber: Sugiharto, Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah

2.3.1 Tahap-Tahap Kegiatan Pengolahan Air Limbah

2.3.1.1 Pengolahan Menurut Tingkatan PerlakuanMenurut tingkatan prosesnya pengolahan limbah dapat digolongkan lima tingkatan. Namun demikian tidak berarti bahwa semua tingkatan harus dilalui, sebab pilihan tingkatan proses tetap bergantung pada kondisi limbah. Kondisi limbah diketahui dari hasil laboratorium. Dengan mengetahui jenis-jenis parameter pencemar dalam limbah dapat ditetapkan jenis peralatan yang dipergunakan. (Perdana Gintings, 1992:109).

1. Pengolahan Pendahuluan (Pre Treatment)

Sebelum mengalami proses pengolahan perlu dilakukan pembersihanpembersihan agar mempercepat dan mempelancar proses pengolahan selanjutnya. Adapun kegiatan tersebut berupa pengambilan benda terapung dan pengambilan benda yang mengendap seperti pasir. (Sugiarto 1987:96)

2. Pengolahan Pertama (Primary Treatment)

Pengolahan pertama bertujuan untuk menghilangkan zat padat tercampur melalui pengendapan atau pengapungan. Pengendapan adalah kegiatan utama pada tahap ini dan pengendapan yang dihasilkan terjadi karena adanya kondisi yang sangat tenang. Bahan kimia dapat juga ditambahkan untuk menetralkan keadaan atau meningkatkan pengurangan dari partikel kecil yang tercampur. Dengan adanya pengendapan ini, maka akan mengurangi kebutuhan Oksigen pada pengolahan biologis berikutnya dan pengendapan yang terjadi adalah pengendapan secara grafitasi. (Sugiarto 1987:102)3. Pengolahan Kedua (Secondary Treatment)Treatment kedua pada umumnya melibatkan proses biologis dengan tujuan menghilangkan bahan organik melalui biokimia oksidasi. Pilihan proses biologis tergantung dari banyak faktor, misalnya jumlah air buangan dan luas areal. Untuk proses biologis ini banyak dipergunakan reaktor lumpur aktif dan tricking filter. Dalam proses lumpur aktif, air buangan masuk kedalam tangki aerasi tempat mikroorganis mengkonsumsi buangan organisme untuk membentuk sel-sel baru. Sebagai hasilnya adalah endapan pada dasar bak. Bagian yang tabel pada dasar diambil kembali. (Perdana Gintings,1992:111)

4. Pengolahan Ketiga (Tertiary Treatment)Pengolahan ketiga ini merupakan pengolahan secara khusus sesuai dengan kandungan zat yang terbanyak dalam air limbah, Terdapat beberapa jenis pengolahan yang sering dipergunakan antara lain: saringan pasir, saringan multi media, pengurangan besi dan mangan dan lain-lain.5. Pembunuhan Bakteri (Desinfektion)

Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme patogen yang ada di dalam air limbah. Mekanisme pembunuhan sangat dipengaruhi oleh kondisi dari zat pembunuhnya dan mikroorganisme itu sendiri. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan kimia bila akan dipergunakan sebagai bahan desinfeksi antara lain daya racun zat kimia tersebut, waktu kontak yang diperlukan, efektifitasnya, rendahnya dosis, tidak toksis terhadap manusia dan hewan, tetap tahan terhadap air dan biaya murah untuk pemakaian yang bersifat masal. Dari pertimbangan tersebut, maka untuk menjernihkan air limbah banyak dipergunakan bahan, antara lain Klorin Oksida dan komponennya, Bromine, Rodine, Permanganat, logam berta, asam dan basa kuat.6. Pengolahan Lanjut (Ulimate Disposal )

Dari setiap tahap pengolahan air limbah, maka hasilnya adalah berupa lumpur yang perlu diadakan pengolahan secara khusus tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan kehidupan. Jumlah dan sifat lumpur air sangat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain jenis air limbah itu sendiri, tipe pengolahan air limbah yang diterapkan dan metode pelaksanaan.2.3.1.2 Pengolahan Menurut KarakteristiknyaMenurut sifat limbah proses pengolahan dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu proses fisika, proses kimia, dan proses biologi. Proses ini tidak berjalan secara sendiri-sendiri tapi kadang-kadang harus dilaksanakan secara kom binasi antara satu dengan yang lain. Pemisahan proses menurut sifat limbah sebenarnya untuk memudahkan pengidentifikasian peralatan. Sebab ada alasan tertentu yang harus dikemukakan untuk membuat setiap pilihan proses pengolahan. Oleh sebab itu pengenalan terhadap jenis parameter limbah merupakan unsur terpenting. Apakah ada zat tertentu dalam limbah mempunyai nilai ekonomis sehingga perlu dilakukan daur ulang. Pemisahan bahan-bahan seperti ini perlu untuk meningkatkan produksi maksimal. (Perdana Gintings,1992:113).1. Proses pengolahan secara fisika

Perlakuan terhadap air limbah dengan cara fisika, yaitu proses pengolahan secara mekanis dengan atau tanpa penambahan bahan kimia. Proses ini meliputi penyaringan, penghancuran, peraratan air, pencampuran, penggumpulan, pengendapan, pengapungan dan filtrasi.2. Proses pengolahan kimia

Proses pengolahan cara kimia adalah menggunakan bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar dalam limbah. Menggunakan bahan kimia membutuhkan perkiraan dari sudut biaya, mengingat diantara bahan kimia biasanya dipilih bila harga bahan tersebut cukup murah dan tidak sukar mengoperasikannya serta tenaga ahli untuk itu tersedia. Dengan menggunakan bahan kimia berarti akan terjadi unsur baru dalam air buangan yang mungkin berfungsi sebagai katalisator. Proses ini mempunyai kelemahan yaitu bagaimana mengambil unsur baru akibat reaksi yang terjadi. Kegiatan yang termasuk dalam proses kimia adalah pengendapan, khlorimasi, oksidasi dan reduksi, netralisasi ion exchanger, desinfektan.

3. Proses pengolahan biologi

Proses pengolahan air limbah dengan cara biologis ialah memanfaatkan mikroorganisme (ganggang,bakteri,protozoa) untuk menguraikan senyawa organik dalam air limbah menjadi senyawa yang sederhana. Proses ini dilaksanakan bila proses tersebut tidak lagi memuaskan, proses ini selain mengambil manfaat yang lebih tinggi juga lebih murah penanganan maupun biayanya.2.3.2 Sistem Rotating Biological Contactor (RBC)

Reaktor biologis putar (rotating biological contactor) disingkat RBC adalah salah satu teknologi pengolahan air limbah yang mengandung polutan organik yang tinggi secara biologis dengan sistem biakan melekat (attached culture). Prinsip kerja pengolahan air limbah dengan RBC yakni air limbah yang mengandung polutan organik dikontakkan dengan lapisan mikroorganisme (microbial film) yang melekat pada permukaan media di dalam suatu reaktor. Media tempat melekatnya film biologis ini berupa piringan (disk) dari bahan polimer atau plastik yang ringan dan disusun dari berjajar-jajar pada suatu poros sehingga membentuk suatu modul atau paket, selanjutnya modul tersebut diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah yang mengalir secara kontinyu ke dalam reaktor tersebut.

Dengan cara seperti ini mikroorganisme misalnya bakteri, alge, protozoa, fungi, dan lainnya tumbuh melekat pada permukaan media yang berputar tersebut membentuk suatu lapisan yang terdiri dari mikroorganisme yang disebut biofilm (lapisan biologis). Mikroorganisme akan menguraikan atau mengambil senyawa organik yang ada dalam air serta mengambil oksigen yang larut dalam air atau dari udara untuk proses metabolismenya, sehingga kandungan senyawa organik dalam air limbah berkurang.

Pada saat biofilm yang melekat pada media yang berupa piringan tipis tersebut tercelup kedalam air limbah, mikroorganisme menyerap senyawa organik yang ada dalam air limbah yang mengalir pada permukaan biofilm, dan pada saat biofilm berada di atas permukaan air, mikroorganisme menyerap oksigen dari udara atau oksigen yang terlarut dalam air untuk menguraikan senyawa organik. Energi hasil penguraian senyawa organik tersebut digunakan oleh mikroorganisme untuk proses perkembangbiakan atau metabolisme.

Senyawa hasil proses metabolisme mikroorganisme tersebut akan keluar dari biofilm dan terbawa oleh aliran air atau yang berupa gas akan tersebar ke udara melalui rongga-rongga yang ada pada mediumnya, sedangkan untuk padatan tersuspensi (SS) akan tertahan pada pada permukaan lapisan biologis (biofilm) dan akan terurai menjadi bentuk yang larut dalam air.

Pertumbuhan mikroorganisme atau biofilm tersebut makin lama semakin tebal, sampai akhirnya karena gaya beratnya sebagian akan mengelupas dari mediumnya dan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya, mikroorganisme pada permukaan medium akan tumbuh lagi dengan sendirinya hingga terjadi kesetimbangan sesuai dengan kandungan senyawa organik yang ada dalam air limbah. Secara sederhana proses penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme di dalam RBC dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.2. Keunggulan dari sistem RBC yakni proses operasi maupun konstruksinya sederhana, kebutuhan energi relatif lebih kecil, tidak memerlukan udara dalam jumlah yang besar, lumpur yang terjadi relatif kecil dibandingkan dengan proses lumpur aktif, serta relatif tidak menimbulkan buih. Sedangkan kekurangan dari sistem RBC yakni sensitif terhadap temperatur.2.3.2.1 Proses Pengolahan

Secara garis besar proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC terdiri dari bak pemisah pasir, bak pengendap awal, bak kontrol aliran, reaktor/kontaktor biologis putar (RBC), Bak pengendap akhir, bak khlorinasi, serta unit pengolahan lumpur. Diagram proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC adalah seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 : Mekanisme proses penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme di dalam RBC

Gambar 2.3: Diagram proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC.

2.3.2.1.1 Bak Pemisah Pasir

Air limbah dialirkan dengan tenang ke dalam bak pemisah pasir, sehingga kotoran yang berupa pasir atau lumpur kasar dapat diendapkan. Sedangkan kotoran yang mengambang misalnya sampah, plastik, sampah kain dan lainnya tertahan pada sarangan (screen) yang dipasang pada inlet kolam pemisah pasir tersebut.

2.3.2.1.2 Bak Pengendap Awal

Dari bak pemisah/pengendap pasir, air limbah dialirkan ke bak pengendap awal. Di dalam bak pengendap awal ini lumpur atau padatan tersuspensi sebagian besar mengendap. Waktu tinggal di dalam bak pengendap awal adalah 2-4 jam, dan lumpur yang telah mengendap dikumpulkan dan dipompa ke bak pengendapan lumpur.2.3.2.1.3 Bak Kontrol Aliran

Jika debit aliran air limbah melebihi kapasitas perencanaan, kelebihan debit air limbah tersebut dialirkan ke bak kontrol aliran untuk disimpan sementara. Pada waktu debit aliran turun/kecil, maka air limbah yang ada di dalam bak kontrol dipompa ke bak pengendap awal bersama-sama air limbah yang baru sesuai dengan debit yang diinginkan.2.3.2.1.4 Kontaktor Biologis Putar

Di dalam bak kontaktor ini, media berupa piringan (disk) tipis dari bahan polimer atau plastik dengan jumlah banyak, yang dilekatkan atau dirakit pada suatu poros, diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah. Waktu tinggal di dalam bak kontaktor kira-kira 2,5 jam. Dalam kondisi demikian, mikroorganisme akan tumbuh pada permukaan media yang berputar tersebut, membentuk suatu lapisan (film) biologis. Film biologis tersebut terdiri dari berbagai jenis/spesies mikroorganisme misalnya bakteri, protozoa, fungi, dan lainnya. Mikroorganisme yang tumbuh pada permukaan media inilah yang akan menguraikan senyawa organik yang ada di dalam air limbah. Lapisan biologis tersebut makin lama makin tebal dan karena gaya beratnya akan mengelupas dengan sendirinya dan lumpur organik tersebut akan terbawa aliran air keluar. Selanjutnya lapisan biologis akan tumbuh dan berkembang lagi pada permukaan media dengan sendirinya.

2.3.2.1.5 Bak Pengendap Akhir

Air limbah yang keluar dari bak kontaktor (reaktor) selanjutnya dialirkan ke bak pengendap akhir, dengan waktu pengendapan sekitar 3 jam. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang berasal dari RBC lebih mudah mengendap, karena ukurannya lebih besar dan lebih berat. Air limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir relatif sudah jernih, selanjutnya dialirkan ke bak khlorinasi. Sedangkan lumpur yang mengendap di dasar bak di pompa ke bak pemekat lumpur bersama-sama dengan lumpur yang berasal dari bak pengendap awal.

2.3.2.1.6 Bak Khlorinasi

Air olahan atau air limpasan dari bak pengendap akhir masih mengandung bakteri coli, bakteri patogen, atau virus yang sangat berpotensi menginfeksi ke masyarakat sekitarnya. Untuk mengatasi hal tersebut, air limbah yang keluar dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi untuk membunuh mikroorganisme patogen yang ada dalam air. Di dalam bak khlorinasi, air limbah dibubuhi dengan senyawa khlorine dengan dosis dan waktu kontak tertentu sehingga seluruh mikroorgnisme patogennya dapat di matikan. Selanjutnya dari bak khlorinasi air limbah sudah boleh dibuang ke badan air.

2.3.2.1.7 Bak Pemekat Lumpur

Lumpur yang berasal dari bak pengendap awal maupun bak pengendap akhir dikumpulkan di bak pemekat lumpur. Di dalam bak tersebut lumpur di aduk secara pelan kemudian di pekatkan dengan cara didiamkan sekitar 25 jam sehingga lumpurnya mengendap, selanjutnya air supernatant yang ada pada bagian atas dialirkan ke bak pengendap awal, sedangkan lumpur yang telah pekat dipompa ke bak pengering lumpur atau ditampung pada bak tersendiri dan secara periodik dikirim ke pusat pengolahan lumpur di tempat lain.

2.3.2.2 Keunggulan dan kelemahan RBC

Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah denga sistem RBC antara lain :1. Pengoperasian alat serta perawatannya mudah.

2. Untuk kapasitas kecil/paket, dibandingkan dengan proses lumpur aktif konsumsi energi lebih rendah.

3. Dapat dipasang beberapa tahap (multi stage), sehingga tahan terhadap fluktuasi beban pengolahan.

4. Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi penghilangan ammonium lebih besar.

5. Tidak terjadi bulking ataupun buih (foam) seperti pada proses lumpur aktif.

Sedangkan beberapa kelemahan dari proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC antara lain yakni :

1. Pengontrolan jumlah mikroorganisme sulit dilakukan.

2. Sensitif terhadap perubahan temperatur.3. Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih tinggi.

4. Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut, serta kadang-kadang timbul bau yang kurang busuk.2.3.2.3 Masalah Dalam Proses RBC

Beberapa masalah atau gangguan yang terjadi di dalam proses RBC antara lain :

2.3.2.3.1. Terbentuknya Gas H2S

Indikasi yang dapat dilihat dari luar adalah ketebalan lapisan mikroorganisme di bagian inlet dan outlet sama-sama tebal, dan lapisan mikroorganisme yang melekat pada permukaan media berwarna hitam. Gangguan tersebut disebabkan karena beban hidrolik atau beban organik melebihi kapasitas disain. Penanggulangan masalah tersebut antara lain dengan cara menurunkan debit air limbah yang masuk ke dalam reaktor RBC atau melakukan aerasi di dalam bak ekualisasi, sehingga jumlah oksigen terlarut bertambah sehingga diharapkan beban organik atau beban BOD diturunkan.

2.3.2.3.2. Lapisan Mikroorganisme Cepat Terkelupas

Indikasi yang dapat dilihat yakni, biofilm terkelupas dari permukaan media dalam jumlah yang besar dan pertumbuhan biofilm yang melekat pada permukaan media tidak normal. Gangguan tersebut disebabkan karena terjadinya fluktuasi beban BOD yang sangat besar, perubahan pH air limbah yang tajam, serta perubahan sifat atau karakteristik limbah. Penanggulangan masalah dapat dilakukan dengan cara pengontrolan terhadap beban BOD, kontrol pH dan pengukuran konsentrasi BOD, COD serta senyawa-senyawa yang menghambat proses.2.3.2.3.3. Gangguan Pertumbuhan Biofilm

Indikasi yang terlihat adalah timbulnya lapisan biofilm pada permukaan media yang berbentuk seperti gelatin berwarna putih agak bening transparan. Jumlah oksigen terlarut lebih kecil 0,1 mg/l. sebab-sebab gangguan antara lain terjadi perubahan beban hidrolik atau beban BOD yang besar, mikroorganisme sulit mengkonsumsi oksigen, air limbah mengandung senyawa reduktor dalam jumlah yang besar, keseimbangan nutrien kurang baik. Penanggulangan masalah dapat dilakukan dengan cara melakukan aerasi di dalam bak ekualisasi, menaikkan pH air limbah dan memperbaiki keseimbangan nutrien.

2.3.2.3.4. Terdapat banyak cacing

Indikasi yang nampak adalah terjadi cacing air, cacing tambang secara tidak normal, dan lapisan biofilm yang tumbuh pada permukaan media sangat tipis. Gangguan tersebut disebabkan karena beban hidrolik atau beban organik (BOD) sangat kecil dibandingkan dengan kapasitas disainnya. Cara mengatasi gangguan tersebut yakni dengan cara memperbesar debit air limbah yang masuk ke dalam reaktor.

2.3.3 Efisiensi Pengolahan Air Limbah

Pemantauan pengolahan air limbah dan kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah (padat maupun cair) merupakan suatu tahapan penting untuk melihat efektifitas alat dan membandingkan terhadap standar baku mutu yang berlaku. Pemantauan dilakukan secara periodik untuk mengevaluasi dari waktu ke waktu. Untuk kerja alat disesuaikan dengan spesifikasi teknis dan SOP (Standart Operasional Prosedure) yang dibuat atas instalasi yang dibangun.

Instalasi pengolahan air limbah yang dibangun adalah merupakan suatu rangkaian yang dibangun adalah merupakan suatu rangkaian yang berkesinambungan dengan masing-masing unitnya telah dirancang dengan unjuk kerja (Performance) tertentu dan terukur. Dengan demikian sasaran dan tujuan pemantauan kualitas selain untuk pencapaian mutu kualitas effluent yang sesuai dengan peraturan yang berlaku (baku mutu) juga untuk menjaga kestabilan kerja dari masing-masing unit pengolahan. Secara individual yang meliputi parameter penting sebagai kunci proses sekaligus merupakan umpan balik bagi pengoperasian unit instalasi.TABEL 2.3

EFISIENSI UNIT PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

UNIT PENGOLAHANEfisiensi (%)

BODCODSSOrganik-N

a. Primary treatment30-4030-4050-65

b. Chemical treatment Coagulation & flocculation60-8080-9080-9010-20

c. Biological process

1. Proses biomasa tersuspensi:

-Lumpur aktif standar85-9580-9510-2515-50

-Step aeration85-9580-9580-9515-50

-Modified aeration60-7560-7560-7515-50

-Contact stabilization80-9080-9080-9015-50

-High rate aeration75-9075-9075-9015-50

-Pure oxygen process85-9585-9585-9515-50

-Oxidation ditch75-9580-8510-2515-50

2. Process biomasa melekat

-Trickling filter80-9560-8060-8515-50

-Rotating biological Contactor80-9580-8580-8515-50

-Contact aeration

Process80-9580-8580-8515-50

-Biofilter anaerobic65-8565-7565-7515-50

3. Lagoon

Kolam stabilisasi60-8060-8060-8015-50

Sumber: Draft modul pelatihan bagi pelatih pengolahan limbah medis pada sarana pelayanan kesehatan.PPM & PL Depkes.RI2.3.4 Debit

Debit dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai volume air yang mengalir dari satu saluran melalui pelampung lintang tertentu dalam satuan waktu. Sedangkan debit air diartikan sebagai jumlah air yang dipindahkan dalam suatu satuan waktu pada titik tertentu di sungai, terusan dan saluran air. Debit limbah cair dapat diketahui apabila kuantitas air bersih yang digunakan oleh masing-masing rumah sakit diketahui. Kondisi fluktuatif debit air bersih pada hari maksimum, minimum dan jam puncak ditentukan kebutuhan debit air bersih rata-rata, seperti tercantum pada tabel 2.4

Tabel 2.4Fluktuasi Kebutuhan Air Bersih

NOKONDISI FLUKTUASI ALIRANRATIO DEBIT RATA-RATA

1Debit harian dalam setahun1.5-20

2Debit jam puncak2.7-4.0

3Debit minimum harian dalam setahun0.3-1.6

4Debit rata-rata harian dalam minggu maksimum1.3-1.6

5Debit rata-rata harian dalam bulan maksimum1.1-1.4

Sumber : Qasim, 1985

Sedangkan pemakaian air bersih rata-rata dalam sehari dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

Qd: Pemakaian air bersih rata-rata sehari (liter/hari)

Qh: Pemakaian air bersih rata-rata perjam (liter/jam)

W: Jangka waktu pemaiakian air bersih rata-rata sehari (untuk

rumah saki berkisar 8-10 jam)

Setelah kuantitas air bersih yang dibutuhkan dapat diketahui, maka kuantitas limbah cair dapat diperkirakan dengan mengalikan debit air bersih dengan setandar rasio limbah cair terhadap air bersih. Menurut syed R. qasim (1985) persentase debit limbah cair berkisar 70% -80% dari debit air bersih yang digunakan.

2.3.5 Sarana

Sarana dalam kamus besar bahasa Indonesia yaitu segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Dari pengertian tersebut penulis dapat menarik kesimpulan bahwa sarana instalasi air limbah adalah segala sesuatu yang di pakai dalam pengolahan air limbah sebagai alat sehingga air limbah dapat dibuang kebadan air dengan aman atau tidak dapat mencemari lingkungan. 2.3.5.1 Bar Screen

Bar Screen berfungsi untuk menyisihkan benda benda kasar yang terapung seperti pelastik, kertas, kasa, kain, tisu dan lain-lain dengan maksud agar tidak mengganggu operasi unit-unit pengolahan berikutnya.

Kriteria desain dari unit bar screen adalah sebagai berikut :

1. Bar screen dibuat dari batangan besi atau baja yang dipisahkan sejajar dalam suau ikatan yang kuat dan bentuknya disesuaikan dengan saluran yang dipakai

2. Besarnya kehilangan tekanan pada bar screen dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Dimana

Hf:Kehilangan tekanan pada bar screen

W:Lebar atau diameter batang

B:Jarak bukaan antar batang

Hv:Tekanan kecepatan aliran dekat batang (meter) = Vs2/2g

Vs:Kecepatan air melalui bar screen (meter/detik)

:Sudut kemiringan bar sceen (derajat)

:Factor bentuk batang (kirscmer)

Tabel 2.5 Kreteria Desain Bar Screen

ParameterSimbulSatuanMetode Pembersihan

ManualMakanis

Jarak Bukaan antar batangBMilimeter (mm)25-7510-50

Lebar penampung batang WMilimeter (mm)4-88-10

Panjang penampung batang PMilimeter (mm)25-5050-75

Sudut kemiringan batang Milimeter (mm)45-6075-85

Kecepatan aliran melalui kisi VsMeter/detik0.3-0.60.6-1.0

Kehilangan tekanan yang diijinkanH1Milimeter (mm)150150

Kehilangan tekanan maksimumH1Milimeter (mm)800800

Sumber : Qasim, 1985Tabel 2.6 Faktor KischmerNOBentuk BatangFaktor Kirschmer

1Persegi2.24

2Lingkaran1.79

3Bulat telur0.76

Sumber : Metcalf & Eddy, 1991

2.3.5.2 Bak Ekualisasi

Bak ini berfungsi untuk menghomogenkan kualitas limbah cair serta mengatur aliran fluktuatif

Kreteria desain bak ekualisasi:

Waktu Tinggal (td) debit maksimum: 2-4 Jam

Tinggi Muka air Minimum

: 0.75 meter

(Sumber : matcaf & Eddy, 1991)2.3.5.3 Unit RBC

A. Ratio Volume Reaktor terhadap Luas Permukaan Media

Harga G (G Value) adalah menunjukan kepadatan media yang dihitung sebagai perbandingan volume reactor dengan luas permukan media

V : Volume efektif reactor (m3)A : Luas permukaan media RBC (m3)

Harga G yang digunakan biasanya berkisar antara 5 9 liter per m2

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN3.1 Jenis PenelitianEvaluasi ini bersifat deskriftif, yaitu evauasi yang bertujuan memperoleh gambaran mengenai krakteristik limbah cair yang dihasilkan oleh Rumah Sakit Awal Bros Tangerang, kondisi pengolahannya serta mengetahui efesiensi penyisihan polutan limbah cair dengan menganalisa berbagai data yang berhubungan dengan objek penelitian dilapangan. Indikator evaluasi didasarkan pada 4 parameter yang diambil yaitu BOD, COD, TSS, amonia bebas 3.2 Karakteristik Sampel

Dalam penelitian ini, air limbah yang dimaksud sebagai sampel dalam penelitian ini adalah air limbah yang berasal dari laboratorium, laundry, dapur dan kamar mandi yang berada di dalam gedung atau Influent atau effluent pengolahan limbah dan di ambil sampelnya lalu di bawa ke laboratorium unuk dilakukan pemeriksaan pada parameter BOD, COD, TSS, NH3 bebas3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau Sewage Treatment Plant (STP) di Rumah Sakit Awal Bros Tangerang. Waktu penelitian yang akan dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai dengan bulan Februari 2013. 3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi penelitianPada penelitian ini yang dijadikan populasi adalah air limbah dari influent dan effluent pada instalasi pengolahan air limbah dengan menggunakan rotating biological contactor di RS. Awal Bros Tangerang. 3.4.2 Sampel Penelitian

Karena penentuan titik pada pengambilan sampel belum ada peraturan baku, untuk itu tergantung dari maksud dan tujuan sampling. Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah sebagian air limbah yang dijadikan untuk menghitung pada titik influent KM/WC/Wastafel (Titik 1), influent pelayanan medik (Titik 2), influent penunjang medik (Titik 3), influent dapur (Titik 4) instalasi pengolahan air limbah effluent (Titik 5) untuk diperiksa di laboratorium terhadap kualitas parameter pH, BOD, COD, TSS, NH3Bebas dan PO4 Pengambilan sampel air limbah yang diambil untuk masing-masing titik sebanyak 1,5 liter, kemudian di bawa ke laboratorium untuk diperiksa kualitas dari air limbah tersebut. Berikut ini gambar titik lokasi pengambilan sampel

Gambar 3.1 Lokai atau titik pengambilan sampel air limbah 3.7 Cara Pengambilan Data

Dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini, Penulis memperoleh data sebagai bahan penunjang penelitian dari beberapa sumber, yaitu :

1. Data Primer

a. Hasil observasi (Pengamatan Langsung) di lokasi penelitian, yaitu pengolahan air limbah di Rumah Sakit Awal Bros Tangerangb. Hasil pemeriksaan kualitas air limbah influent dan effluent IPAL

c. Hasil wawancara (kuesioner) dengan tenaga pengelola pengolahan air limbah .

d. Hasil pengukuran debit air limbah dari perhitungan pencatatan penggunaan air bersih pada meteran PDAM Tangerang.

2. Data Sekunder

a. Data diambil dari data data laporan, profil, buku pedoman, petunjuk kerja dari pihak Rumah Sakit Awal Bros Tangerang.b. Data laporan hasil pengujian terakhir air limbah pada titik effluent. c. Studi kepustakaan yang berhubungan dengan pengolahan air limbah.

3.8 Pengolahan DataData dari hasil pemeriksaan kualitas air limbah inlet dan outlet dihitung sesuai dengan rumus dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi.

3.9 Analisa Data

Data yang diperoleh, disajikan dalam bentuk tabel dan narasi kemudian dianalisa dan disimpulkan dengan teori yang ada. Kinerja/efisensi pengolahan air limbah di Rumah Sakit Awal Bros Tangerang menggunakan dasar perhitungan kinerja instalasi. Hasil analisa tersebut digunakan dalam pengambilan keputusan terhadap pemeriksaan yang telah dilaksanakan. Rumus untuk mengetahui efisiensi pada unit pengolahan air limbah menurut Matcalf dan Eddy, menggunakan perhitungan sebagai berikut:

Ket: E : Efisiensi pengolahan air limbah (dinyatakan dalam persen)

So : Nilai kosentrasi parameter limbah sebelum diolah (Infuent)

S : Nilai Kosentrasi parameter limbah sudah diolah (effluent)

Air (99,9 %)

Bahan padat (0,1 %)

Anorganik

Organik

Air limbah

Titik 4

E= So-S x 100

So

Titik 3

Titik 2

Lumpur diangkut mobil tinja

Titik 1

Drainase Kota

Bak Lumpur

Titik 5

G = (V/A) X 103 (liter/m)2

Qd = Qh X w

Hf = X {(W) 4/3/b}X hv sin

Klorinasi

BakSedimentasi

Bak Effluent

Bak Aerasi

BakEqualisasi

Grease Trap

Inlet Chamber

Pelayanan Medik

Penunjang Medik

Dapur / Pantry

KM/WC/Wastafel